• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 273

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Erna Tutantri Br Tarigan

Sekolah Dasar Negeri Percontohan Kabanjahe Corresponding author: ernatarigan73@gmail.com

Abstrak

Pembangunan karakter bangsa dihadapkan pada berbagai masalah yang sangat kompleks. Perkembangan masyarakat yang sangat dinamis sebagai akibat dari globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tentu merupakan masalah tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Globalisasi dan hubungan antarbangsa sangat berpengaruh pada aspek ekonomi (perdagangan global) yang mengakibatkan berkurangnya atau bertambahnya jumlah kemiskinan dan pengangguran. Pada aspek sosial dan budaya, globalisasi mempengaruhi nilai-nilai solidaritas sosial seperti sikap individualistik, materialistik, hedonistik, yang seperti virus akan berimplikasi terhadap tatanan budaya masyarakat Indonesia sebagai warisan budaya bangsa seperti memudarnya rasa kebersamaan, gotong royong, melemahnya toleransi antar umat beragama, menipisnya solidaritas terhadap sesama, dan itu semua pada akhirnya akan berdampak pada berkurangnya rasa nasionalisme sebagai warga negara Indonesia. Akan tetapi dengan menempatkan pendidikan karakter sebagai modal utama menghalangi masalah-masalah tersebut, masa depan bangsa ini dapat diselamatkan. Satuan pendidikan merupakan sektor utama yang secara optimal memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan dan menyempurnakan secara terus menerus proses pendidikan karakter di satuan pendidikan. Pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, dilaksanakan melalui bidang studi pendidikan kewarganegaraan karena memang misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap pengembangan karakter harus menjadi fokus utama yang dapat menggunakan berbagai strategi/metode pendidikan karakter. Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam membangun karakter demokrasi dan toleransi peserta didik karena pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan moral dan wajib diberikan di setiap jenjang pendidikan.

Kata-kata Kunci: Karakter, Pendidikan Kewarganegaraan PENDAHULUAN

Globalisasi dapat diartikan sebagai proses saling berhubungan yang mendunia antar individu, bangsa dan negara serta berbagai organisasi kemasyarakatan, terutama perusahaan. Proses ini dibantu berbagai alat komunikasi dan transportasi yang berteknologi canggih, dibarengi kekuatan-kekuatan politik dan ekonomi serta nilai-nilai sosial-budaya yang saling mempengaruhi.

Dari sisi globalisasi, kita hidup di dalam dunia yang terbuka, dunia yang tanpa batas. Perdagangan bebas serta makin meningkatnya kerjasama regional memerlukan manusia-manusia yang berkualitas tinggi. Kehidupan global merupakan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan bagi pembangunan SDM Indonesia yang berkwalitas tinggi untuk memperoleh kesempatan kerja di luar negeri. Di sinilah tantangan sekaligus peluang bagi peningkatan mutu pendidikan Indonesia baik untuk memenuhi SDM yang berkwalitas bagi kebutuhan domestik maupun global.

Untuk menjawab tantangan sekaligus peluang kehidupan global di atas, diperlukan paradigma baru pendidikan sebagai berikut : (1) pendidikan ditujukan untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yang demokratis; (2) masyarakat demokratis memerlukan pendidikan yang dapat menumbuhkan individu dan masyarakat yang demokratis; (3) pendidikan diarahkan untuk mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan internal dan global; (4) pendidikan harus mampu mengarahkan lahirnya suatu bangsa Indonesia yang bersatu serta demokratis; (5) di dalam menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan inovatif, pendidikan harus mampu mengembangkan kemampuan berkompetisi di dalam rangka kerjasama; (6) pendidikan harus mampu mengembangkan kebhinekaan menuju kepada terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan kebhinekaan masyarakat, dan (7) yang paling penting, pendidikan harus mampu meng-Indonesiakan masyarakat Indonesia sehingga setiap insan Indonesia merasa bangga menjadi warga negara Indonesia.

Pendidikan saat ini dihadapkan pada sejumlah problem yang bersifat makro dan mikro. Pada tatanan makro, setidaknya ada dua permasalahan mandasar, yaitu orientasi filosofis dan arah kebijakan. Secara tersurat, tujuan pendidikan nasional sebenarnya sangat ideal karena menjangkau semua dimensi kemanusiaan (religiussitas, etis, fisik, keilmuan dan life skill), kenyataan dilapangan tidak sesuai dengan harapan terjadi gap antara cita-cita tersebut. Implementasi pendidikan kita sering lebih menciptakan manusia yang bertipe mekanistik daripada humanistik. Berbagai kebijakan juga sering kali

(2)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 274

mengebiri dan sengaja mengerdilkan pendidikan. Pada tatanan mikro, kita dihadapkan pada kesenjangan kualitas yang sangat jauh antar lembaga pendidikan dalam hal ini siswa, ketersediaan sarana, SDM, lingkungan dan lain-lain.

Melihat kenyataan seperti ini, tentunya masih ada harapan terhadap pendidikan dinegara kita dan masih banyak sisi positif pendidikan. Sejumlah pendidikan alternatif semakin bermunculan, siswa-siswa kita juga bisa berlaga di ajang internasional, banyak guru kita juga yang merupakan manusia-manusia kreatif dan lain-lain. Namun demikian, agar pendidikan kita mampu berperan lebih besar dalam menggali, mengembangkan menjaga dan mengawal karakter positif bangsa ini, perlu ada desigh besar yang sistematis dan terarah, bukan hanya by accident. Pada sisi ini guru dituntut ikut berperan aktif secara optimal.

Belakangan ini telah tumbuh kesadaran betapa mendesaknya agenda untuk melakukan terobosan guna membentuk dan membina karakter para siswa sebagai generasi penerus bangsa. Sejumlah ahli pendidikan mencoba untuk merumuskan konsep-konsep tentang pendidikan karakter, dan sebagiannya lagi bahkan sudah melangkah jauh dalam mempraktekkannya.

Urgensi Pendidikan Karakter dikembangkan karena, salah satu bidang pembangunan nasional yang sangat penting dan menjadi fondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam pembangunan karakter bangsa. Ada beberapa alasan mendasar yang melatarbelakangi pentingnya pembangunan karakter bangsa, baik secara filosofis, ideologis, normatif, historis maupun sosiokultural.

Secara filosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan asasi dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat yang akan eksis. Secara ideologis, pembanguna karakter merupakan upaya mengejawantahkan ideologi pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara normatif, pembangunan karakter bangsa merupakan wujud nyata langkah mencapai tujuan Negara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan berbangsa; ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Secara historis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah dinamika inti proses kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurun sejarah, baik pada zaman penjajahan maupun pada zaman kemerdekaan. Secara sosiokultural, pembangunan karakter bangsa merupakan suatu keharusan dari suatu bangsa yang multicultural.

Pembangunan karakter bangsa merupakan gagasan besar yang dicetuskan para pendiri bangsa karena sebagai bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan nuansa kedaerahan yang kental, bangsa Indonesia membutuhkan kesamaan tentang budaya dan karakter yang holistik sebagai bangsa. Hal itu sangat penting karena menyangkut kesamaan pemahaman, pandangan, dan gerak langkah untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

Dalam hal pendidikan karakter yang sudah dibangun selama ini sejatinya perlu penguatan dari sisi idiologi kebangsaan dan kesantunan sehingga pendidikan dapat melahirkan warga negara yang berilmu, kokoh secara ideologi dan juga mempunyai kesantunan. Dalam kontek berbangsa pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi atau kelompok yang unik atau baik sebagai warga Negara. Hal ini diharapkan mampu memberikan konstribusi optimal dalam mewujudkan masyarakat yang berketuhana yang maha esa, berkemanusiaan yang adil dan beradap, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Strategi pembangunan karakter bangsa melalui pendidikan dapat dilakukan dengan pendidikan dan pembelajaran. Pendidikan merupakan tulang punggung strategi pembentukan karakter bangsa terkhusus dalam pembelajaran PKn karena memang misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap pengembangan karakter.

Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai luhur dan moral ini diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan siswa sehari-hari, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antarwarga dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

PEMBAHASAN

Memahami makna Karakter

Menurut Wynne (1991) kata katakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berprilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter, erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa disebut orang yang berkarakter ( a person of character) jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.

Berkowitz (1998) menyatakan bahwa kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter. Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaaan akan nilai itu.

(3)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 275

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah “karakter” berari “sifat-sifat kejiwaan” akhlak atau budi pekerti yang membedakan dari orang lain, tabiat, watak. Dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan (domein affection atau emosi). Memakai istilah Lickona (1992) komponen ini dalam pendidikan karakter disebut “ desiring the good” atau keinginan untuk berbuat kebaikan. Menurut Lickona pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja aspek “knowing the good” (moral knowing), tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good” (moral feeling) dan “acting the good” (moral action). Tanpa itu semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh sesuatu paham.

Membangun Karakter

Karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik dan nyata berkehidupan baik) yang terpatri dalam diri dan terlihatkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.

Sedangkan karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang unik-baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa dan perilaku berbangsa dan bernegara dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa serta olahraga seseorang atau kelompok orang.

Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang unik-baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen terhadap NKRI.

Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang dan negaranya sesuai dengan dasar dan ideology, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional dan global yang berkeadaban. Semuanya ini untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, berbudi luhur, bertoleran, bergotong rotong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi iptek yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

Urgensi Pendidikan Berbasis Karakter

Pendidikan merupakan proses yang paling bertanggungjawab dalam melahirkan warga Negara Indonesia yang memiliki karakter kuat sebagai modal dalam membangun peradapan tinggi dan unggul. Karakter bangsa yang kuat merupakan produk dari pendidikan yang bagus dan mengembangkan karakter. Ketika mayoritas karakter masyarakat kuat, positif, tangguh peadapan yang tinggi dapat dibangun dengan baik dan sukses. Sebaliknya, jika mayoritas karakter masyarakat negatif, karakter negatif dan lemah mengakibatkan peradapan yang dibangun pun menjadi lemah sebab peradapan tersebut dibangun dalam fondasi yang amat lemah.

Karakter bangsa adalah modal dasar membangun peradapan tingkat tinggi, masyarakat yang memiliki sifat jujur, mandiri, bekerja sama, patuh pada peraturan, bisa dipercaya, tangguh dan memiliki etos kerja tinggi akan menghasilkan system kehidupan sosial yang teratur dan baik. Ketidakteraturan sosial menghasilkan berbagai bentuk tindak kriminal, kekerasan, terorisme dan lain-lain.

Reformasi pendidikan sangat mutlak diperlukan untuk membangun karakter atau watak suatu bangsa, bahkan merupakan kebutuhan mendesak. Reformasi kehidupan nasional secara singkat, pada intinya bertujuan untuk membangun Indonesia yang lebih genuinely dan authentically demokratis atau berkeadaban sehingga betul-betul menjadi Indonesia baru yang madani, yang bersatu padu (integrated). Disamping itu, peran pendidikan nasional dengan berbagai jenjang dan jalurnya merupakan sarana paling strategi untuk mengasuh, membesarkan dan mengembangkan warga negara yang demokratis dan memiliki keadaban kemampuan, keterampilan, etos dan motivasi serta partisipasi aktif, merupakan ciri dan karakter paling pokok dari suatu masyarakat madani Indonesia.

Implementasi Pendidikan berbasis Karakter

Pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak baik rumah tangga dan keluarga sekolah dan lingkungan sekolah, masyarakat luas. Oleh karena itu, perlu menyambung kembali hubungan dan educational networks yang mulai terputus tersebut. Pembentukan dan pendidikan karakter tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan.

Rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Keluarga memiliki peran penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa, sehingga mereka berteori keluarga adalah unit untuk yang penting sekali dalam masyarakat, sehingga jika keluarga-keluarga yang merupakan pondasi masyarakat lemah, maka masyarakat pun lemah.

Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Keluarga berfungsi sebagai sarana mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera. Oleh karena itu, keluarga merupakan wahana pertama dan

(4)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 276

utama bagi pendidikan karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya.

Mengembangkan Karakter

Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen : kesadaran, pemahaman, kepedulian dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun masyarakat dan bangsa secara secara keseluruhan sehingga menjadi manusia sempurna sesuai dengan kodratnya.

Dalam pendidikan karakter di sekolah semua komponen (stakeholder) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, rencana pembelajaran, proses pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas hubungan, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan pengembangan diri peserta didik, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayangan, serta etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi dikembangkan, dieksplisitkan dan dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan nilai dan pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada tatanan kognitif, tetapi menyentuh internalisasi dan pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan pengembangan diri peserta didik yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran untuk membantu pengembangkan diri peserta didik sesuai sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan disekolah.

Peran Pendidikan Kewarganegaraan

PKn memiliki peranan penting sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. PKn memiliki misi sebagai pendidikan karakter adalah membentuk warga negara yang memiliki sikap dan perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Hermanto (2013 p. 231) memaparkan bahwa “pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan yang sangat penting dalam menumbuh kembangkan pola pikir, sikap dan perilaku rukun, damai serta toleran tanpa meninggalkan kebhinekaan yang memang sudah menjadi given-nya bangsa Indonesia”. Pendidikan Kewarganegaraan dalam membangun peradapan di Indonesia khususnya membangun karakter bangsa memiliki tujuan nasional, sehingga tidak dipungkiri Pendidikan Kewarganegaraan adalah pembelajaran yang wajib diberikan di setiap jenjang pendidikan, baik sekolah dasar, menengah maupun di perguruan tinggi. Ubedillah dan Rozak (2013) mengungkapkan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pembangunan karakter bangsa memiliki tujuan antara lain sebagai berikut :

1. Membentuk kecapakan partisipatif warga negara yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

2. Menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, aktif, kritis dan demokratis, namun tetap memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa

3. Mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadapan, yaitu kebebasan, persamaan, toleransi dan tanggung jawab.

Pendidikan Kewarganegaraan dalam membangun warga negara yang baik mengembangkan tiga kompetensi yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills) dan karakter (civic disposition). Syarat utama untuk menjadi warga negara yang baik harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan karakter yang berdasarkan Pancasila. Apabila ketiga kompetensi yang dimiliki oleh setiap warga negara, maka secara langsung maupun tidak langsung warga tersebut adalah individu yang berkompeten, berkomitmen, dan memiliki kepercayaan diri. SIMPULAN

Pendididkan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang memberikan pemahaman dasar tentang pemerintahan, tata cara demokrasi, tentang kepedulian, sikap, pengetahuan politik yang mampu mengambil keputusan politik secara rasional, sehingga dapat mempersiapkan warga negara yang demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang berorientasi pada pengembangan berpikir kritis dan bertindak demokratis. Jadi, pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, kecakapan, keterampilan serta kesadaran tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum serta ikut berperan dalam percaturan global. Pembelajaran PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, UUD dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

(5)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 277

REFERENSI

Al Hakim, Suparman dkk. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia. Madani, Malang.

Ambarita, T., (2017), Penerapan Model Pembelajaran Inside-Outside Circle Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 3 (1): 43-47

Berkowitz,W.J (1998). The Education of Complete Moral Person.

Damanik, F.H.S. (2014). Hakikat Pancasila dalam Membentuk Karakter Kebangsaan melalui Organisasi Siswa Intra Sekolah. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6 (2): 49-60.

Damanik, M Ridha S dan Deny S. (2016), Pengembangan Penilaian Autentik Berbasis Karakter pada Ranah Keterampilan di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (2) (2016): 88-94

Deny S & Fandi S. (2014). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Kewarganegaraan. Larispa Indonesia. Medan.

Dharma, S dan Rosnah Siregar. (2015). Membangun Pengalaman Belajar Kewarganegaraan melalui Model Pembelajaran Project citizen pada Siswa, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (1) (2015): 100-106.

Dharma, S. dan Rosnah Siregar (2014). Internalisasi Karakter melalui Model Project Citizen pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 6 (2) (2014): 132-137

Faizah, (2017), Penggunaan Media Pembelajaran Audio Visual dalam Mata Pelajaran PKn, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 3 (1): 55-60

Hermawan Kertajaya, (2010). Grow with Character: The Model Marketing. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama J.S.Benigna (ed). Moral Character, and Civic Education in the Elementary School. Teachers College Press, New York. Khairat, (2016), Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan

Kewarganegaraan pada Materi Demokrasi, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (1) (2016): 80-87. Mulyasa. (2014). Manajemen Pendidikan Karakter. Bumi Aksara, Jakarta.

Muslisch, M. (2011) Pendidikan Karakter : Menjawab tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta:Bumi Aksara.

Nasution, A.R., (2016), Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia melalui Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (2) (2016): 201-212

Ratna, Kutha I Nyoman.2004. Teori Metode dan Tehnik Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rumapea, M.E.M. (2015). Urgensi Pendidikan Karakter d Perguruan Tinggi, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (1) (2015): 49-59.

Saptono,. (2011). Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter. Erlangga, Jakarta.

Setiawan, D. (2014). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Karakter melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6 (2): 61-72.

Suharyanto, A., (2013). Peranan Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membina Sikap Toleransi Antar Siswa, Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 2 (1): 192-203

Sundari, F., Ernata S., Nurmi R., dan Sulian E., 2017. Penerapan Program FOS (Folktale Speaking) sebagai Pembentuk Karakter Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 9 (1): 102-111.

Suyanto. 2009. Urgensi Pendidikan Karakter. http:// www. mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html.(22/10/2014)

Syaiful Bahri Djamarah. (1994). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dengan Asia Foundation dan Prenada Media, 2005

Winataputra, U.S dan Budimansyah D. (2007). Civic Education (Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: UPI Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Wuryandani, Wuri. (2012). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Ombak dua, Yogyakarta.

Wuryandani,W.,Fathurrohman, & Djaya,W. (2012) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Ombak.Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

View adalah objek di dalam database yang berisi kumpulan kolom yang. dihasilkan dari

Dari 70 responden anggota keluarga penderita TBC paru BTA positif ditemukan 5 orang terduga TBC paru yang 100% tinggal satu rumah dengan penderita, namun diantara 5

Ikht

FASIHAH

Data yang diperoleh dari penelitian berupa tes tertulis, LKS, lembar observasi dan hasil wawancara untuk memperoleh informasi mengenai pencapaian KPS siswa. Data

Hasil analisis bivariat diperoleh hasil tingkat pendidikan terdapat hubungan bermakna dengan keeratan hubungannya sedang terhadap perilaku pencegahan komplikasi pada lansia DM

Oleh karena itu, untuk meyakinkan apakah 2~a yang terbentuk, merupakan basil aktivasi dari basil korosi akan diteliti lebih lanjut dengan jalan menganalisis air

Hasil penelitian menunjukkan bahwa imbangan campuran WAW dan SP 50% : 50% dan 40%: 60% memberikan perbedaan pengaruh yang sangat ny ata (P < 0,01) terhadap terhadap kandungan