• Tidak ada hasil yang ditemukan

Endang, 39 tahun. ILO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Endang, 39 tahun. ILO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Endang, 39 tahun.

Lokasi: Rungkut Lor, Kali Rungkut, Rungkut, Surabaya Timur.

Endang bekerja dengan membuat aksesoris dan bros yang kemudian ia setorkan ke sebuah perusahaan. Ia bekerja di rumahnya sendiri, selama 8 jam per hari, dengan upah Rp. 6,000 – Rp. 10,000 per hari. Kedua anaknya – yang masih di bawah 15 tahun – membantu pekerjaannya. Endang

(2)

Noviah, 33 tahun.

Lokasi: Kradjan, Karang Redjo, Purwosari, Pasuruan.

Pekerjaan Noviah adalah membuat/menjahit sapu dan keset kaki. Ia dapat menghasilkan hingga 100 buah sapu dalam 8 hingga 10 jam kerja, dan dibayar Rp. 250 per sapu yang dihasilkan. Dengan demikian, ia

menghasilkan sekitar Rp. 25,000 per hari.

Suami dari Noviah bekerja sebagai pekerja bangunan dengan upah Rp. 200,000 per minggu. Mereka memiliki 2 orang anak, berusia 9 tahun dan 2 tahun.

(3)

Kelompok Penjahit Tikar Mawar.

Lokasi: Paya Bakung, Hamparan Perak, Deli Serdang.

Ibu Suriati adalah salah satu dari 25 perempuan anggota kelompok Penjahit Tikar Mawar. Sesuai dengan namanya, pekerjaan para anggota kelompok adalah menyatukan – dengan cara menjahit – lembaran-lembaran tikar menjadi satu kesatuan. Satu bal (satuan yang digunakan) terdiri dari 3 hingga 5 lembar tikar. Upah yang mereka terima antara Rp. 6,000 – Rp. 7,000 per bal-nya.

Mereka hanya dapat menyelesaikan 2 hingga 3 bal per hari, karena menjahit tikar yang berbahan tebal membutuhkan tenaga dan tidak mudah

dilakukan. Tangan mereka banyak yang luka-luka karena terkena jarum jahit. Dengan kecepatan kerja seperti ini, berarti mereka memiliki penghasilan

(4)

Erni, 43 tahun.

Lokasi: Bagan Asahan, Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara.

Erni bekerja membersihkan ikan, yang nantinya disetor ke pengepul. Dengan bantuan anaknya, Riyani, mereka dapat membersihkan 10 hingga 15 kilogram ikan dalam 4-8 jam kerja. Mereka diupah Rp. 20,000 – Rp. 30,000 untuk 10 – 15 kilogram.

Walau penghasilannya terbatas, Erni mencoba melihat sisi baiknya, “Saya senang

(5)

Bawon, 45 tahun.

Lokasi: Bale Arjo Sari, Blimbing, Kabupaten Malang. Bawon bekerja membuat produk-produk

rotan, yang kemudian disetor ke toko-toko. Ia tidak memiliki suami dan memiliki 4 anak, yang paling muda berusia 5 tahun. Anaknya yang sudah remaja seringkali membantunya bekerja.

Bawon membuat berbagai macam rajutan rotan dengan upah Rp. 2,000 – Rp. 5,000 per buah. Karena pekerjaannya membutuhkan keterampilan dan kesabaran, ia hanya dapat menghasilkan sekitar 7 potong seharinya, yang berarti menerima upah Rp. 35,000 per hari. Oleh karena penghasilannya sebagai Pekerja Rumahan ini tidak memadai, maka Bawon juga bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT). Ia mengerjakan rajutan rotan pada pagi hari dan bekerja sebagai PRT pada malam hari. Gajinya sebagai PRT adalah Rp. 300,000 per bulan.

Dengan melakukan 2 pekerjaan sekaligus, total pendapatan Bawon setiap bulannya masih

(6)

Sarni, 50 tahun.

Lokasi: Sukodadi, Jamuran, Kabupaten Malang.

Sarni membuat tutupan panci yang siap dijual. Ia menerima hanya Rp. 1,000 per lembar yang terdiri dari 20 tutup panci. Ia dapat membuat 20 hingga 50 lembar setelah bekerja 8 – 10 jam per hari. Ini berarti pendapatannya adalah sekitar Rp. 20,000 – Rp. 50,000 per hari. Untuk memeroleh pendapatan tambahan, Sarni juga menjual buah kelapa sekitar 150 buah per harinya, dengan total pendapatan sekitar Rp. 40,000. Ia menjelaskan bahwa pendapatannya yang terbatas ini pun masih lebih besar dari pendapatan suaminya.

“Saya tidak menikmati pekerjaan saya, tapi saya tidak punya pilihan lain,” Sarni menutup ceritanya.

(7)

Ni Pantes, 40an tahun.

Lokasi: Desa Kenteng, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah

Pantes bekerja menenun lembaran kain, @4 meter dan menjahit lembaran-lembaran kain menjadi sarung. Ia membutuhkan 2 hari

untuk menenun 1 lembar kain dan menerima upah Rp. 40,000/lembar; dan untuk menjahitnya ia hanya menerima upah Rp. 1,000/sarung.

Penghasilannya per bulan adalah sekitar Rp. 750,000, yang mana berada di bawah upah minimum.

Pantes bercerita bahwa ia dan teman-teman sepekerjaan pernah bernegosiasi meminta kenaikan gaji dan permintaan mereka ini dipenuhi oleh pemberi kerja/pengepul mereka. Mereka memahami bahwa permintaan ini dipenuhi karena menenun adalah sebuah

keterampilan yang spesifik, sehingga tidak mudah bagi pemberi kerja untuk menggantikan mereka dengan orang lain, atau dengan kata lain mereka memiliki nilai tersendiri di mata pemberi kerja. Pantes dan

teman-temannya berharap ada kenaikan menuju upah yang lebih layak, terutama untuk menjahit kain sarung.

(8)

Rabiatun, 36 tahun.

Lokasi: Dusun Ngujung, Desa Toya Marto, Singosari, Kabupaten Malang.

Rabiatun membuat tali pengikat untuk

dipasangkan di sandal. Ia membuat 5 hingga 6 kodi seharinya, dengan upah hanya Rp. 7,000 per kodi atau Rp. 35,000 – 42,000 per hari.

Untuk mendapatkan hasil ini, ia harus bekerja 8 hingga 10 jam per hari.

Suami Rubiatun bekerja di perkebunan kelapa sawit di Kalimantan dan mengirimkan Rp. 600,000/bulan. Biaya ini pas-pasan untuk menghidupi kedua anaknya yang berusia 12 tahun dan 3.5 tahun.

Rubiatun mengatakan, “Saya tidak bahagia. Hal yang baik dari kerjaan ini adalah saya dapat mengawasi anak saya. Namun hal buruknya adalah pendapatan saya tergantung kepada jumlah barang yang saya hasilkan, kalau saya tidak kerja maka saya tidak dapat uang. Selain itu, kalau ada kecelakaan kerja, saya sendiri yang menanganinya (bukan pemberi kerja).”

(9)

Juli, 29 tahun.

Lokasi: Bagan Asahan, Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara.

Juli mengupas sebanyak 6-10 kilogram kulit kerang seharinya dengan upah Rp. 2,000 per kg atau Rp. 12,000 – Rp. 20,000/hari. Untuk memiliki

sumber pendapatan alternative, Juli juga menjual makanan di depan rumahnya. Anaknya yang masih di SD, Junaidi, turut membantu Juli mengupas kulit kerjang.

(10)

Sebut saja Ibu Budi*

Lok asi: K abupat en Semar ang .

Ibu Budi memiliki 3 anak y

ang ber sek olah di SD , SMP dan SMA . Suamin ya per gi begitu saja mening galk an mer ek a k etik a anak -anakn ya masih k ecil. P ek erjaan Ibu

Budi adalah menjahit men

ya tuk an sol sepa tu deng an bagian a tas sepa tu un tuk P T. ZZ*. Ia t elah menek uni pek erjaann ya ini selama 8 t ahun, deng an upah Rp. 21,000

– Rp. 32,000 per 10 pasang sepa

tu

(ter

gan

tung pada model dan uk

ur an sepa tu). Ia membutuhk an minimal 7 jam un tuk dapa t men yelesaik an 10 pasang sepa tu. K ar ena pemberi kerja menek ank an k etepa tan w ak tu pen yelesaian k

erja, mau tidak mau

ia k adang memin ta anak -anakn ya memban tu. Jik a t erlamba t, mak a ia ak an mendapa tk an Sur at P ering atan.

Belum lama ini, Ibu Budi ber

sama deng an t eman-t eman sepek erjaan ak tif mengik uti k egia tan pek erja rumahan deng an LSM lok al, di mana mer ek a belajar meng enai hak -hak pek

erja seperti upah dan jam k

erja yang la yak. P T. ZZ, y ang kha w atir deng an g er ak an ini, k emudian memak sa pek erja rumahan un tuk menanda tang ani sebuah k on trak tertulis. Jik a pek erja rumahan tidak menanda tang anin ya, mak a mer ek a tidak ak an lagi menerima pek

erjaan. Selain sif

atn ya y ang memak sa, k on

trak itupun tidak

menghar

gai hubung

an k

erja y

ang

ada maupun hak

-hak k erja la yak kar ena men ya tak an bah w a P T. XX memberik an pek erjaan menjahit sepa tu sebag ai bagian dari pr ogr am Corpor ate Social R esponsibility . Ibu

Budi sendiri menanda

tang ani k on trak ini k ar ena,

“ya bagaimana lagi?

Kalau saya tidak t

anda t angan, saya kehilangan pek erjaan. *Nama-nama dan f ot o disamark an at as permin taan pek erja rumahan

©ILO

Referensi

Dokumen terkait

Login User Admin Pusat, Admin Lapangan, Operator Gudang, Pelaksana, Pimpro Pilih Menu Data Barang.. Activity Diagram Order

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel Kompetensi Professional Guru (X1), Motivasi kerja (X2) dan Disiplin Kerja (X3) secara simultan berpengaruh positif dan

perdagangan internasional ang belum mampu di,elaskan dalam teori keunggulan.. Sebelum masuk ke dalam pembahasan teori #$% tulisan ini sedikit akan mengemukakan kelemahan

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

NUR

Pembangunan perumahan di Kecamatan Kasihan terus mengalami peningkatan sehingga dibutuhkan suatu perencanaan, terutama dari aspek lokasi karena berkaitan dengan masalah keruangan

Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan dibuat suatu model pendukung keputusan untuk mengukur jenis kontrak yang lebih beresiko menurut sudut pandang kontraktor

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi: (1) proses pengelolaan meliputi: pengadaan, penggunaan, penyimpanan dan pemeliharaan sarana