• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

23 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Subyek

Berdasarkan jenis kelamin jumlah subyek dalam penelitian ini sebanyak 21 anak TK Satya Wacana Children Centre Salatiga yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki.

Berdasarkan usia anak TK Kelompok B Satya Wacana Children Centre mempunyai 2 kelompok usia, yaitu 5 dan 6 tahun, yang terdiri dari usia 5 tahun ada 3 anak sedangkan usia 6 tahun ada 18 anak.

4.2 Kondisi Awal Subyek Penelitian

Kondisi awal merupakan keadaan anak sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk perkembangan Motorik kasar yang telah dilakukan di Taman Kanak-Kanak Satya Wacana Children Centre Salatiga menunjukkan bahwa perkembangan motorik kasar anak Taman Kanak-Kanak Satya Wacana Children Centre Salatiga masih kurang karena belum sesuai dengan perkembangan Motorik kasar anak pada umumnya. Pada observasi dalam kegiatan pembelajaran perkembangan motorik kasar masih banyak anak yang belum bisa melakukan gerakan jalan ditempat, ayunkan kaki kedepan secara bergantian, meniru gerakan kelinci melompat, dan rentangkan tangan berdiri dengan satu kaki seperti kapal terbang. Dari 21 siswa di kelas bloomers 1 dan bloomers 2 hanya 6 anak yang bisa mengikuti gerakan motorik kasar jalan ditempat,ayunkan kaki kedepan secara bergantian, meniru gerakan kelinci melompat, dan rentangkan tangan berdiri dengan satu kaki seperti

(2)

24

kapal terbang. Dari masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi permasalahan di Taman Kanak-Kanak Satya Wacana Children Centre Salatiga yaitu perkembangan motorik kasar sebagian anak masih rendah dalam melakukan gerakan jalan ditempat,ayunkan kaki kedepan secara bergantian, meniru gerakan kelinci melompat, dan rentangkan tangan berdiri dengan satu kaki seperti kapal terbang. Adapun kondisi awal yang diperoleh melalui observasi Prasiklus dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel. 4.1

Motorik Kasar anak Prasiklus TK Satya Wacana Children Centre

Grafik. 4.2

Motorik Kasar anak Prasiklus TK Satya Wacana Children Centre

70% 15%

15%

Prosentase Keberhasilan

Belajar Senam Irama

rendah tinggi sangat tinggi

Keterangan Jumlah siswa %

Sangat Tinggi 3 15%

Tinggi 3 15%

Rendah 15 70%

(3)

25 4.3 Pelaksanaan Penelitian Siklus I

4.3.1 Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menyiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH)

b. Menentukan materi dan tema kegiatan c. Menyiapkan media untuk kegiatan (lagu).

d. Menyiapkan lembar observasi tentang motorik kasar anak

e. Membuat lembar evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran senam irama.

4.3.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini merupakan implementasi kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah dibuat ditahap perencanaan oleh peneliti dengan dibantu guru-guru disekolah Satya Wacana Children Centre. Tahap pelaksanaan pada Siklus I ini terdiri dari 2 pertemuan. Adapun gambaran pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:

4.4.Pelaksanaan Siklus I a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat , Tanggal 17 April 2015. Sesuai dengan RKH yang telah dibuat pada tahap perencanaan penelitian.

(4)

26 a)Kegiatan Awal

Kegiatanpembelajaran Senam Irama dimulai dengan membaca doa dan mengabsen anak.

b) Kegiatan Inti

Guru mengajak anak untuk melakukanpemanasansebelum melakukan senam irama. Guru menjelaskan dan memberikan contoh bagaimana cara melakukan gerakan senam irama jalan ditempat, meniru gerakkan kelinci melompat, rentangkan tangan berdiri dengan satu kaki seperti kapal terbang dan ayunkan kaki kedepan bergantian. guru memberikan bimbingan pada anak yang belum bisa melakukan gerakkan tersebut.

c) Kegiatan Akhir

Gurumelakukan kegiatan pendinginan selesai mengikuti senam irama.

b.Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, Tanggal 24 April 2015. Sesuai dengan RKH yang telah dibuat pada tahap perencanaan penelitian, Adapun kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

(5)

27

Tabel. 4.3

Rekapitulasi Data Hasil Observasi Motorik Kasar Siklus I

TK Satya Wacana Children Centre Salatiga

Hasil di atas perkembangan motorik kasar anak melalui senam irama pada siklus I, Nilai anak yang sangat tinggi pada pertemuan pertama 15%, pertemuan kedua 40%. Selanjutnya nilai anak yang tinggi pada pertemuan pertama15%, pada pertemuan kedua 40%. Selanjutnya nilai anak yang rendah pada pertemuan pertama 70%, pertemuan kedua 20% berdasarkan hasil penelitian siklus I bahwa perkembangan motorik kasar anak TK Satya Wacana Children Centre Salatiga masih rendah.

No Kriteria Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2 Jumlah anak % Jumlah anak % 1 Sangat Tinggi ( skor 10, 11, 12) 7 15% 9 40% 2 Tinggi ( skor 7, 8, 9) 8 15% 8 40% 3 Rendah ( skor 4, 5, 6) 6 70% 4 20%

(6)

28

Grafik 4.4 Motorik Kasar anak SiklusI TK Satya Wacana Children Centre Salatiga

4.4.1 Pengamatan

Observer melakukan dengan cara mengamati jalannya pembelajaran Senam irama dari awal hingga akhir dengan cara mengisi lembar pengamatan anak yang telah disediakan. Menurut pengamatan observer ada beberapa anak pada siklus 1 yang belum bisa mengikuti gerakan senam sesuai dengan irama, karena anak masih merasa bosan dan anak tersebut masih asyik ngobrol dengan temannya dan tidak mendengarkan lagu dan memperhatikan guru didepan.

4.4.2. Refleksi

Dari kegiatan pembelajaran Siklus I yang telah dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, anak dapat melakukan kegiatan senam irama dengan baik. Pada siklus pertama pertemuan kedua belum mampu mencapai target indikator keberhasilan yang ditentukan sebelumnya yaitu sebesar 80%. Capaian pada siklus pertama pertemuan kedua sebesar 40% untuk kriteria tinggi, 40% untuk kriteria cukup tinggi dan 20% untuk kriteria rendah. Untuk itu diperlukan perbaikan pada siklus kedua supaya dapat memenuhi target

15% 40% 15% 40% 70% 20% 0% 20% 40% 60% 80% pertemuan 1 pertemuan 2

(7)

29

indikator keberhasilan sebesar 80%. Dalam Siklus I ada beberapa kendala yang muncul saat melaksanakan kegiatan pembelajaran Siklus I, diantaranya adalah :

1). Masih ada anak yang merasabosan dan asyik ngobrol saat melakukan kegiatan Senam Irama.

Melihat ada beberapa kendala yang dialami dalam Siklus I penulis dan guru mendiskusikan solusi untuk memperbaiki pembelajaran Senam Irama disiklus II. Solusi yang didapatkan adalah memberikan senam irama dengan lagu yang sedikit lincah supaya anak-anak pada semangat mengikuti kegiatan senam.Tujuannya adalah agar anak lebih semangat untuk melakukan kegiatan senam irama.

4.4.3. Tahap Perencanaan Perbaikan

Tahap perbaikan perencanaan digunakan penulis dan guru setelah melalui tahap refleksi, perbaikan yang dilakukan adalah merevisi kesalahan dan kekurangan menjadi hambatan dalam siklus sebelumnya untuk dasar menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik disiklus selanjutnya.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perbaikan perencanaan ini mulai dengan menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan pada proses pembelajaran Siklus II dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun RKH yang disesuaikan dengan indikator.

(8)

30 4.4.4. Pelaksanaan Siklus II

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 08 Mei 2015. Sesuai dengan RKH yang telah dibuat pada tahap perencanaan penelitian, Adapun kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

a). Kegiatan Awal

Pembelajaran dimulai dengan membaca doa dan mengabsen.

b). Kegiatan Inti

Guru mengajak anak untuk melakukan pemanasan sebelum melakukan senam irama. Guru menjelaskan dan memberikan contoh bagaimana cara melakukan gerakan senam irama jalan ditempat, meniru gerakkan kelinci melompat, rentangkan tangan berdiri dengan satu kaki seperti kapal terbang dan ayunkan kaki kedepan bergantian. guru memberikan bimbingan pada anak yang belum bisa melakukan gerakkan tersebut.

c). Kegiatan Akhir

Guru melakukan kegiatan pendinginan selesai mengikuti senam irama.

Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Jumat, 22 Mei 2015. Sesuai dengan RKH yang telah dibuat pada tahap perencanaan penelitian, adapun kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

b. Pertemuan Kedua a). Kegiatan Awal

(9)

31 b). Kegiatan Inti

Guru mengajak anak untuk melakukan pemanasan sebelum melakukan senam irama. Guru menjelaskan dan memberikan contoh bagaimana cara melakukan gerakan senam irama jalan ditempat, meniru gerakkan kelinci melompat, rentangkan tangan berdiri dengan satu kaki seperti kapal terbang dan ayunkan kaki kedepan bergantian. guru memberikan bimbingan pada anak yang belum bisa melakukan gerakkan tersebut.

c). Kegiatan Akhir

Guru melakukan kegiatan pendinginan selesai mengikuti senam irama dan doa penutup.

Tabel. 4.5Rekapitulasi Data Hasil Observasi Motorik Kasar Siklus II

TK Satya Wacana Children Centre Salatiga

No Kriteria Siklus II Pertemuan 1 Pertemuan 2 Jumlah anak % Jumlah anak % 1 Tinggi ( skor 10, 11, 12) 17 70% 19 85% 2 Cukup Tinggi ( skor 7, 8, 9) 2 20% 1 10% 3 Rendah ( skor 4, 5, 6) 2 10% 1 5%

(10)

32

Hasil di atas perkembangan motorik kasar anak melalui senam irama pada siklus II anak nilai rata-rata yang sangat tinggi pada pertemuan pertama 70%, pertemuan kedua 85%. Selanjutnya nilai rata-rata anak yang tinggi pada pertemuan pertama 20%, pada pertemuan kedua 10%. Selanjutnya nilai rata-rata anak yang rendah pada pertemuan pertama 10%, pertemuan kedua 5% berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa melalui kegiatan senam irama dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar anak dilihat dari table rata-rata pencapaian perkembangan motorik kasar anak secara keseluruhan sudah mencapai indikator yaitu 80% dikelas TK B Satya Wacana Children Centre Salatiga.

Grafik 4.6 Motorik Kasaranak SiklusII TK Satya Wacana Children Centre

4.4.5. Pengamatan

Observer mengamati proses pembelajaran senam irama dari awal higga akhir kegiatan, mengamati siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran senam irama. Menurut pengamatan observer anak-anak pada siklus II ini lebih antusias dan semangat

70% 85% 20% 10% 10% 5% 0% 20% 40% 60% 80% 100% pertemuan 1 pertemuan 2

(11)

33

dalam mengikuti pembelajaran senam irama dikarenakan setiap kegiatan senam irama lagunya berubah dan lincah.

4.4.6. Refleksi

Setelah dilaksanakan proses pembelajaran pada siklus II Motorik Kasar anak meningkat hal ini dapat dilihat dari hasil siklus I pertemuan II untuk kriteria tinggi sebesar 40%, kriteria cukup tinggi sebesar 40% dan kriteria rendah sebesar 20% pada siklus II pertemuan ke II hasilnya meningkat sebesar 85% untuk kriteria tinggi, 10% untuk kriteria cukup tinggi dan 5 % untuk kriteria rendah. Dengan pencapaian sebesar 85% pada siklus II pertemuan ke II maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya, karena hasil dari siklus II pertemuan ke II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan oleh penelitian ini.

4.5. Hasil Penelitian

4.5.1 Deskripsi Data

Penelitian tindakan kelas melalui kegiatan senam iramauntuk meningkatkan Motorik Kasar anak.Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang dalam setiap siklusnya masing-masing dua pertemuan. Pada siklus I meningkatkan Motorik Kasar anak menggunakan kegiatan senam irama belum mencapai indikator yang dituju, sehingga peneliti melakukan kegiatan perbaikan dalam Siklus II.

4.5.2. Data Siklus I

Data-data berikut ini diperoleh peneliti setelah mengobservasi kegiatan selama Siklus I. Siklus I ini diikuti oleh 21 anak, data yang pertama adalah data meningkatkan Motorik Kasar Anak dengan menggunakan kegiatan senam irama Siklus I.

(12)

34

Tabel.4.7Rekapitulasi Data Hasil Observasi Motorik Kasar anak Siklus I

TK Satya Wacana Children Centre Salatiga

Berdasarkan tabel di atas pada siklus 1 pertemuan 1 diperoleh data sebesar 15% pada kriteria tinggi dengan jumlah anak sebanyak 7 orang. Kriteria cukup tinggi sebesar 15% dengan jumlah anak sebanyak 8 orang dan kriteria rendah sebesar 70% dengan jumlah anak sebanyak 6 orang.

Pada siklus 1 pertemuan 2 diperoleh data sebesar 40% pada kriteria tinggi dengan jumlah anak sebanyak 9 orang. Kriteria cukup tinggi sebesar 40% dengan jumlah anak sebanyak 8 orang dan kriteria rendah sebesar 20% dengan jumlah anak sebanyak 4 orang.

Dilihat dari data-data tersebut, maka dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan Siklus I menjadi acuan untuk melaksanakan Siklus II. Hal-hal yang masih kurang dalam Siklus I akan diperbaiki pada Siklus II.

No Kriteria Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2 Jumlah anak % Jumlah anak % 1 Tinggi ( skor 10, 11, 12) 7 15% 9 40% 2 Cukup Tinggi ( skor 7, 8, 9) 8 15% 8 40% 3 Rendah ( skor 4, 5, 6) 6 70% 4 20%

(13)

35

Grafik 4.8 Motorik Kasar anak SiklusI TK Satya Wacana Children Centre Salatiga

Grafik di atas menggambarkan hasil observasi motorik kasar anak pada Siklus I. Warna biru menunjukkan kriteria tinggi dengan hasil persentase 15% pada pertemuan 1,dan 40% pada pertemuan 2. Sedangkan warna merah menujukan kriteria cukup tinggi dengan hasil persentase 15 % pada pertemuan 1, dan 40% pada pertemuan 2. Selanjutnya pada warna hijau menunjukkan kriteria rendah dengan hasil presentase 70% pada pertemuan 1, dan 20% pada pertemuan 2.

4.6.1.1 Data Siklus II

Data-data berikut ini diperoleh peneliti setelah mengobservasi kegiatan selama Siklus II. Siklus II ini diikuti oleh 21 anak, data yang pertama adalah data meningkatkan motorik kasar anak dengan menggunakan senam irama Siklus II.

15% 40% 15% 40% 70% 20% 0% 20% 40% 60% 80% pertemuan 1 pertemuan 2

(14)

36

Tabel.4.9Rekapitulasi Data Hasil Observasi Motorik Kasar anak Siklus II

TK Satya Wacana Children Centre Salatiga

Berdasarkan tabel di atas pada siklus II pertemuan 1 diperoleh data sebesar 70% pada kriteria tinggi dengan jumlah anak sebanyak 17 orang. Kriteria cukup tinggi sebesar 20% dengan jumlah anak sebanyak 2 orang dan kriteria rendah sebesar 10% dengan jumlah anak sebanyak 2 orang.

Pada siklus II pertemuan 2 diperoleh data sebesar 85% pada kriteria tinggi dengan jumlah anak sebanyak 19 orang. Kriteria cukup tinggi sebesar 10% dengan jumlah anak sebanyak 1 orang dan kriteria rendah sebesar 5% dengan jumlah anak sebanyak 1 orang.

No Kriteria Siklus II Pertemuan 1 Pertemuan 2 Jumlah anak % Jumlah anak % 1 Tinggi ( skor 10, 11, 12) 17 70% 19 85% 2 Cukup Tinggi ( skor 7, 8, 9) 2 20% 1 10% 3 Rendah ( skor 4, 5, 6) 2 10% 1 5%

(15)

37

Grafik 4.10 Motorik Kasar anak SiklusII TK Satya Wacana Children Centre

Grafik di atas menggambarkan hasil observasi motorik kasar anak pada Siklus II. Warna biru menunjukkan kriteria tinggi dengan hasil persentase 70% pada pertemuan 1,dan 85% pada pertemuan 2. Sedangkan warna merah menujukan kriteria cukup tinggi dengan hasil persentase 20 % pada pertemuan 1, dan 10% pada pertemuan 2. Selanjutnya pada warna hijau menunjukkan kriteria rendah dengan hasil presentase 10% pada pertemuan 1, dan 5% pada pertemuan 2.

4.7. Pembahasan

Berdasarkan paparan hasil penelitian yang dapat disimpulkan bahwa motorik kasar anak dapat ditingkatkan melalui kegiatan pembelajaran senam irama menggunakan irama lagu. Kegiatan pembelajaran senam irama tersebut membantu anak dalam mengembangkan aspek Motorik Kasarnya.

Pada pelaksanaan tindakan siklus I, banyak anak yang kurang bergerak karena tidak mendengar dan memperhatikan guru dalam melakukan senam. Anak masih banyak yang asyik ngobrol dengan temannya. Melihat hal ini, guru segera mengambil tindakan agar anak tidak terus-menerus ngobrol sendiri, tidak mendengar irama dan memperhatikan gerakan senam.

70% 85% 20% 10% 10% 5% 0% 20% 40% 60% 80% 100% pertemuan 1 pertemuan 2

(16)

38

Guru berperan sangat penting dalam membantu mengembangkan motorik kasar anak dengan memotivasi dan memberikan penguatan kepada anak berupa penghargaan baik dalam bentuk pujian. Motorik kasar anak kurang berkembang optimal apabila tidak ada motivasi atau dorongan dari guru. Pada pelaksanaan kegiatan senam irama menggunakan lagu anak di Taman Kanak-Kanak Satya Wacana Children Centre, guru selalu memotivasi kepada semua anak khususnya anak-anak yang masih kurang berkembang motorik kasarnya dalam mengekspresikan dirinya dalam kegiatan pembelajaran Senam Irama.

Maka peneliti melanjutkan kegiatan anak pada siklus II dengan melakukan kegiatan yang sama yaitu senam irama. Kegiatan ini dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan kegiatan yang lebih bervariasi. Setelah dilakukan kegiatan pada siklus II persentase perkembangan motorik kasar anak melalui kegiatan senam irama dalam kategori sangat tinggi mengalami peningkatan sebesar 85% dari jumlah anak, hal ini di sebabkan karena peneliti melakukan senam irama dengan lagu yang lincah untuk anak lebih semangat.

Temuan peneliti ini sesuai dengan pendapat Montolalu, dkk (2007) bahwa: dalam belajar keterampilan motorik kasar, anak-anak memerlukan pengalaman keterampilan dasar. Mereka harus belajar gerakan-gerakan sederhana sebelum menggabungkannya ke dalam gerakan-gerakan yang lebih sulit, sebelum menguasai sebuah keterampilan gerak anak harus memiliki kesempatan untuk mencoba dan mencoba lagi. Anak akan memperbaiki keterampilan motoriknya berdasarkan pengalaman bermain yang dilakukan sebelumnya.

Menurut Syahara (2010) bahwa kegiatan senam irama (gerak berirama) dirancang untuk merangsang kecerdasan kinestetik anak melalui gerak dan keseimbangan. Dalam kegiatan senam ini, memungkinkan anak dapat bergerak dengan tumpuan otot dan keseimbangan, keluwesan, kelenturan serta gerakan-gerakan yang diiringi dengan musik atau irama. Oleh karena itu melalui

(17)

39

permainan senam irama ini maka anak-anak dapat mengembangkan motorik kasarnya dengan optimal.

Menurut Fitts dan Potsner (dalam Sumantri,2005) bahwa lingkungan merupakan factor yang sangat penting dalam proses meningkatkan kemampuan motorik kasar anak, hal ini sejalan dengan pendapat J.J. Rousseau dalam Hamalik (2001) mengatakan bahwa factor lingkungan sangat bernakna dan dijadikan landasan dalam mengembangkan konsep pendidikan dan pengajaran termasuk didalamnya untuk mengembangkan motorik kasar.

Menurut Fitts dan Potsner (dalam Sumantri, 2005) bahwa lingkungan merupakan faktor yang penting dalam proses belajar mengajar, hal ini sejalan dengan pendapat J.J. Rousseau dalam Hamalik (2001) mengatakan bahwa faktor lingkungan sangat bermakna dan dijadikan sebagai landasan dalam mengembangkan konsep pendidikan dan pengajaran.

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, kegiatan senam irama dapat meningkatkan motorik kasar anak Taman Kanak-kanak Satya Wacana Children Centre Salatiga. Sebelum kegiatan senam irama dilakukan perkembangan motorik kasar masih rendah, setelah melakukan kegiatan senam irama maka kemampuan motorik kasar anak meningkat menjadi sangat tinggi dan kegiatan senam irama menjadi lebih menarik bagi anak. Anak juga terlihat senang dan antusias dalam melakukan kegiatan senam irama menggunakan lagu yang buat anak-anak semangat baik pada siklus I maupun siklus II.

Gambar

Grafik 4.4  Motorik Kasar  anak SiklusI                    TK Satya Wacana Children Centre Salatiga
Grafik 4.6 Motorik Kasaranak SiklusII  TK Satya Wacana Children Centre
Grafik 4.8  Motorik Kasar anak SiklusI  TK Satya Wacana Children Centre Salatiga
Grafik 4.10 Motorik Kasar anak SiklusII  TK Satya Wacana Children Centre

Referensi

Dokumen terkait

Apabila variabel yang diketahui adalah besar sudut (θ), maka untuk mendapatkan kedudukan ujung lengan yang dinyatakan sebagai P= (x,y) adalah dengan menggunakan analisis

Dalam tulisan ini terdapat empat indikator untuk melihat sampai seberapa besar peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi regional Nusa Tenggara Barat, yaitu (i)

Namun tidak semua pasien PPOK dapat mengerti tentang pengaruh breathing retraining ini, sebagian pasien menganggap bahwa pada saat mereka terbangun dari tidur dan

Wayne Pace pun mengungkapkan bahwa komunikasi antarpribadi atau communication interpersonal merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) faktor yang menyebabkan maraknya kenakalan remaja di kabupaten Takalar adalah faktor lingkungan; faktor keluarga; faktor pendidikan

Berdasarkan gejala klinis berupa adanya sesak, batuk, riwayat merokok, riwayat PPOK, serta pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa pasien ini merupakan pasien dengan penyakit paru

Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39

Penelitian ini berjudul keterampilan guru Pendidikan Agama Islam menciptakan suasana lingkungan yang kondusif dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri 006