• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik. Disusun Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik. Disusun Oleh"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

i

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN POLA

ALIRAN UDARA DALAM RUANGAN DENGAN SATU UNIT

AC TIPE SPLIT DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA

INLET MENGGUNAKAN METODE CFD

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Disusun Oleh BAGUS NUGROHO

NIM : D200.130.181

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN POLA

ALIRAN UDARA DALAM RUANGAN DENGAN SATU UNIT

AC TIPE SPLIT DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA

INLET MENGGUNAKAN METODE CFD

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

BAGUS NUROHO D.200.130.181

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN POLA

ALIRAN UDARA DALAM RUANGAN DENGAN SATU UNIT

AC TIPE SPLIT DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA

INLET MENGGUNAKAN METODE CFD

OLEH BAGUS NUROHO NIM : D.200.130.181

Telah Dipertahankan Didepan Dewan Penguji Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada Hari Senin 30 Oktober 2017 Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

Dewan Penguji :

1. Marwan Effendy, ST., M.T ., Ph.D (………..)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Ir. Tri Tjahjono, M.T (………..)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Ir. Subroto, M.T (………..)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Ir. Sri Sunarjono, M.T ., Ph.D NIK.682

(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernahditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya

Surakarta, 28 Oktober 2017 Yang menyatakan

(5)

1

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN POLA ALIRAN

UDARA DALAM RUANGAN DENGAN SATU UNIT AC TIPE SPLIT

DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA INLET MENGGUNAKAN

METODE CFD

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi distribusi temperatur dan pola aliran udara pada ruangan berukuran 10,45m x 8,1m x 3,93m, dengan menggunakan satu unit mesin pendingin Air Conditioner (AC) tipe split..

Penelitian diawali dengan pengukuran temperatur ruangan pada beberapa titik acuan di ketinggian 1m dari lantai. Data temperatur ini selanjutnya dipergunakan sebagai acuan untuk validasi data dan pendekatan simulasi computational fluid dynamics (CFD) yang dilakukan. Simulasi RANS mengaplikasikan model turbulensi k-epsilon dengan mengembangkan tiga tipe mesh secara terstruktur hingga 972.838 elemen. Tipe mesh yang mampu menghasilkan data simulasi yang paling dekat dengan data pengukuran temperatur dijadikan patokan untuk mengembangkan simulasi tingkat lanjut guna menginvestigasi sirkulasi udara dalam ruangan sebagai akibat pengaruh kecepatan fan AC di evaporator mulai dari 3,16; 3,66; dan 4,16 m/s.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi mesh paling halus mampu menghasilkan prediksi data simulasi dengan tingkat kesalahan hingga 4,91%. Pada investigasi tiga kondisi kecepatan berbeda tersebut, kecepatan udara mempengaruhi distribusi temperatur dan pola aliran udara. Seiring meningkatnya kecepatan udara maka distribusi temperatur dan pola aliran udara lebih merata ke seluruh ruangan.

Kata kunci : Air Conditioner; Computational fluid dynamics; Distribusi temperatur; pola aliran udara

ABSTRACT

This study aims to predict the distribution of temperature and airflow patterns in a class room with dimension of 10.45 m x 8.1 m x 3.93 m due to the existence of an air conditioner.

This study was realized by the measurements of air temperature inside the class room at several reference points will be used for validation and comparison. The measurement position was set at 1m height from the floor. The steady RANS simulation applied the k - epsilon turbulence model with three different structured mesh types up to 972,838 elements. The mesh type capable of producing simulation data closest to the temperature measurement data will be further developed to investigate indoor air circulation due to the effect of fan speed on the evaporator. Three fan speeds were varied at 3.16; 3.66; and 4.16 m/s.

The results show that the finest mesh construction is able to produce prediction of simulation data with error rate up to 4.91%. In the investigation of the three different velocity conditions, air velocity influences the distribution of temperature and airflow patterns. As the air speed increases, the temperature distribution and airflow patterns are more evenly distributed throughout the class room

(6)

2

Keywords : Air Conditioner; Computational fluid dynamics; airflow patterns; airflow patterns.

1. PENDAHULUAN

Dewasa ini perkembangan industri global semakin pesat sehingga mengakibatkan pemanasan global yang berdampak pada alam seperti cuaca ekstim, sebagai contoh saat musim kemarau pada belahan bumi tertentu temperatur udara di lingkungan menjadi lebih tinggi dari kondisi ideal lingkungan sehingga penggunaan sistem pendinginan seperti AC (Air Conditioner) semakin meningkat khususnya di negara yang beriklim tropis seperti di Indonesia.

Standar hidup yang semakin meningkat membuat orang-orang mencari kondisi lingkungan yang nyaman di area kerja maupun tempat tinggal, lingkungan yang nyaman di area kerja diharapkan mampu meningkatkan kinerja sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan baik. Pada umumnya penggunaan sistem pengkondisian udara ditujukan untuk meningkatkan kenyamanan pada suatu tempat, penggunaan AC meningkat dalam kurun waktu dua dekade terakhir khusunya pada daerah yang iklim tropis sebagai sistem pendingin (Ooi, 2005). Pada penerapanya AC banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk sistem pengkondisian udara ruangan seperti didalam gedung, hotel, ruang kelas, serta bangunan lain karena berkaitan dengan kenyamanan suatu ruangan.

Pada penggunaan sistem pengkondisian udara pada suatu ruangan ada beberapa masalah yang terjadi sehingga AC di dalam ruangan tidak bekerja secara optimal. Hal ini dikarenakan berbagai sebab seperti, penempatan AC pada ruangan, sudut penyemprotan udara pada inlet yang kurang tepat, unjuk kerja atau performasi AC yang tidak maksimal sebagai akibat kebocoran sistem AC yang menyebabkan terlepasnya refrigeran di udara bebas. Beberapa penelitian tentang kinerja system AC pernah dilakukan oleh Effendy (2005) yang berfokus pada efek kecepatan udara pendingin kondensor terhadap koefisien prestasi air conditioning. Pada tahun yang sama Effendy (2005) juga mempublikasikan prestasi AC karena pengaruh kecepatan putar poros kompresornya. Seiring dengan perkembangan teknologi penelitian tentang distribusi temperatur dan pola aliran udara dalam suatu ruangan dapat dilakukan dengan metode simulasi. Simulasi merupakan metode yang digunakan untuk dalam perencanaan atau rancangan sebuah benda atau sebuah sistem sebelum dibuat benda yang sebenarnya. Manfaat dari simulasi yaitu tidak meninggalkan limbah material berbeda dengan cara eksperimen langsung, biaya penelitian lebih sedikit karena pengujian

(7)

3

dapat dilakukan dengan menggunakan komputer, proses perbaikan jika terjadi kesalahan lebih mudah tanpa harus membuat barang uji yang baru. Software yang umum digunakan dalam simuasi adalah ANSYS, hasil simulasi ini akan memberikan hasil laporan tentang hal apa yang kita inginkan sesuai dengan parameter yang dimasukan sebelum simulasi dijalankan.

Penelitian tentang kenyamanan termal dan kualitas udara dalam ruangan menggunakan AC tipe 4-way cassette dilakukan oleh Kwang, dkk (2005). Penelitian tersebut menggunakan ruang kelas dengan dimensi 11.2m (p) x 6.4m (l) x 2.4 (t) dengan posisi AC tepat berada ditengah atap ruang kelas, validasi data simulasi dan eksperimen dilakukan dengan mendefinisikan kodisi batas k-ɛ model untuk pendekatan simulasi aliran turbulen kemudian melakukan variasi sudut penyemprotan udara pada 30°, 40°, 50°, 60°. Dari penelitian diperoleh hasil distribusi temperatur dan pola aliran udara sehingga daerah dengan kenyamanan termal paling optimal ditunjukan sudut penyemprotan udara pada sudut 30° sedangkan daerah kenyamanan termal tidak optimal ditunjukan pada sudut semprotan lebih dari 40° karena terdapat penurunan perbedaan temperatur udara.

Ahmed, dkk (2015) meneliti tentang kenyamanan ruangan menggunakan sistem pendinginan udara dengan pendekatan CFD. Penelitian tersebut dilakukan dengan mendefinisikan kodisi batas RNG k-ɛ model untuk penedakatan simulasi aliran turbulen kemudian melakukan variasi temperature 6°C, 10°C, 14°C dan variasi kecepatan aliran udara pada inlet antara 0.2 – 0.8 m/s. Dari penelitian diperoleh bahwa pada temperature inlet terendah yakni 6°C distribusi temperature pada ruangan tidak sepenuhnya menurun drastis karena pengaruh dari temperatur lingkungan. Pada pengurangan variasi temperature maupun kecepatan aliran udara masuk tidak terlalu mempengaruhi kenyaman melainkan yang paling berpengaruh terhadap kenyaman adalah nilai ADPI (Air Diffusion Performance Index) yang dipengaruhi oleh nilai heat flux dari lantai pada saat percobaan

Lin, dkk (2015) melakukan penelitian tentang pola aliran udara pada ruang kelas menggunakan pendekatan simulasi CFD. Penelitian dilakukan dengan membandingkan 2 jenis AC yang terpasang pada ruang kelas yang berbeda dimensi dengan AC sentral terpasang pada kelas dengan dimensi 12m (p) x 9m (l) x 3m (t) dan AC split pada kelas berdimensi 14.85m (p) x 7.35m (l) x 3.5m (t) kemudian dilakukan validasi data simulasi dengan data eksperiman. Hasil riset menunjukan persentasi perbedaan antara simulasi dengan data eksperimen AC sentral 16.7% pada kecepatan aliran udara dan 1.4% pada suhu, sedangkan pada AC split 20.0% kecepatan aliran udara

(8)

4

dan 14.22% pada suhu, perbedaan antara simulasi dan eksperimen terjadi karena adanya aliran udara masuk yang tidak terkontrol pada saat eksperimen. Aliran udara pada AC sentral lebih baik daripad AC split karena distribusi udara lebih merata, namun kecepatan aliran udara AC split yang ditunjukan masih dibawah standar.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan melakukan kajian numerik tentang distribusi temperatur dan pola aliran udara pada ruangan menggunakan satu AC tipe split dengan pendekatan simulasi (CFD). Hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan prediksi distribusi temperatur dan pola aliran udara dalam ruangan.

1.1 Sistem CFD

Merupakan cabang dari mekanika fluida yang menggukanan pendekatan nemerik dan algoritma untuk menganalisis masalah yang melibatkan aliran fluida tersebut. CFD lebih mengkhususkan perhitungan pada fluida, aliran pada fluida, heat transfer dan reaksi kimia yang terjadi pada fluida sesuai dengan prinsip dasar mekanika fluida, koservasi energi, momentum massa. Hasil dapat disajikan dalam bentuk warna, vektor, dan nilai yang mudah untuk dilihat dengan konfigurasi nilai dengan jangkauan ulai dari terbesar sampai dengan terkecil. Secara umum proses CFD terdiri atas 3 bagian utama :

1. Pre – processing

Pendefinisan domain dan kondisi batas (boundary condition) dengan menginput data yang terlibat. Pada tahap ini psoses meshing dilakukan, yakni dengan membagi-bagi benda/ruangan yang dianalisa dalam jumlah grid tertentu.

2. Processing

Pada tahap ini dilakukan proses perhitungan data-data input dengan persamaan yang terlibat secara iteratif, perhitungan yang dilakukan hingga hasil error terkecil sampai dengan nilai konvergen.

3. Post – processing

Pada tahap akhir ini hasil dari perhitungan ditampilkan dalam grafik, bahkan animasi dengan pola-pola warna tertentu.

Hal mendasar mengapa sistem CFD banyak digunakan dalam dunia industri saat ini karena dengan CFD dapat dilakukan analisa terhadap suatu sistem dengan mengurangi biaya eksperimen, namun waktu yang lebih lama diperlukan dalam melakukan eksperimen tersebut.

(9)

5

Kenyamanan termal menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal. Pertama, kalor dalam tubuh diproduksi oleh metabolisme untuk menjaga suhu tubuh, proses metabolisme dipengaruhi beberapa faktor seperti usia, kondisi kesehatan, dan tingkat kegiatan. Empat faktor lingkungan yang mempengaruhi kemempuan tubuh menyalurkan kalor adalah suhu udara, suhu permukaan-permukan yang ada di sekitar, kelembapan dan kecepatan udara, jumlah dan jenis pakian serta tingkat kegiatan penghuni berinteraksi dengan empat faktor ini. Empat faktor tersebut merupakan bagain penting dalam merancang suatu sistem pengkondisian udara, jika seseorang memakai pakaian yang wajar maka batas-batas keadaan yang dapat diterima yakni suhu kerja ruangan antara 20°- 26°C, Tingkat kelembapan suhu pengembunan antara 2°- 17°C, Kecepatan udara rata-rata 0.25 m/s. Suhu permukaan yang ada di sekitar mempunyai pengaruh terhadap kenyamanan yang sama besarnya dengan suhu udara sehingga hal ini tidak bisa diabaikan.

1.3 Aliran Fluida

Ditinjau dari jenis aliran fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua alliran, yakni aliran laminar dan turbulen. Aliran laminar terjadi apabila lapisan fluida bergerak dengan kecepatan tetap/konstan dengan lintasan partikel yang tidak memotong arau tidak menyilang, aliran laminar berberak dalam lintasan yang sama tetap dan dapat diamati. Sedangkan aliran turbulen terjadi apabila aliran fluida tidak tunak (berlapis atau laminar) melainkan bergejolak sehingga partikel-partikel pada fluida bergerak secara acak dan tidak stabil sehingga linatasan partikel-partikel menyilang atau saling memotong.

Gambar 1 Aliran Laminar dan Aliran Turbulen

(10)

6

Grid generation adalah hal penting dalam metode numerik yang menggunakan finite volume, finite difference, dan finite elements untuk mendapatkan solusi dari persamaan differensial parsial dengan membagi domain aliran kedalam elemen-elemen kecil (segitiga, polygon 2D, tetrahedral, quadrahedral) yang disebut cell. Jadi Mesh adalah gabungan dari cell-cell yang membentuk menjadi satu kesatuan dalam domain dan biasanya berbentuk seperti jala.Software yang digunakan adalah GAMBIT 2.4.6. GAMBIT merupakan singkatan dari Geometry and Mesh Building Intelegent Toolkit, gambit digunakan untuk menghasilkan blok tersruktur sesuai dengan pambagian domain yang telah didefinisikan sebagai kondisi batas suatu benda sebelum proses meshing dilakukan (Marwan, 2014). dalam penelitian ini mesh dilakukan dalam domain tertutup dengan memisah-misah block/volume menjadi beberapa bagian dan menggunakan tipe structure untuk mengurangi tingkat kesalahan

2. METODOLOGI PENELITIAN

(11)

7

Gambar 2 Diagram alir penelitian

2.2 Tahap Eksperimen

1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Satu unit AC tipe split merk DAIKIN dengan daya 1 PK

b. Anemometer c. Thermokopel

d. Satu ruang kelas H.4.04 gedung H jurusan teknik mesin fakultas teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan dimensi ruang kelas 10,45 m (p) x 8,1 m (l) x 3,93 m (t).

2. Pengambilan Data

Pada tahap ini pengambilan data dilakukan pada waktu siang hari jam 12.00 WIB dengan kondisi cuaca di luar ruangan cerah dan tanpa ada radiasi matahari secara langsung masuk ke dalam kelas. Pengambilan data dilakukan pada dua bagian yaitu di inlet AC untuk mengetahui kecepatan aliran dan temperatur udara, bagian yan kedua yakni pada ruangan untuk mengetahui temperatur pada koordinat-koordinat yang sudah ditentukan.

Pengambilan data pada inlet AC

Pengambilan data temperatur dan kecepatan aliran udara pada inlet AC dilakukan menggunakan alat ukur thermokopel dan anemometer yang dihubungkan dengan alat bantu berupa tongkat, kemudian diletakan depan inlet (sirip evaprator dengan jarak 0 cm dari sirip) dengan membagi menjadi 3 bagian, yakni di masing-masing ujung dan bagian tengah inlet kemudian dari ketiga data yang didapatkan dirata-rata sebagai data definisi kondisi batas inlet pada saat simulasi dilakukan.

Proses pengambilan data dalam ruangan dibagi menjadi tiga zona (bagian) pada tiap zona terdapat 7 titik koordinat dengan acuan jarak dari dinding ruangan yang terinslasi AC sehingga terdapat total 21 titik koordinat pengukuran di dalam ruangan. Data yang didapatkan menggunakan alat thermokopel yang digunakan pada ketinggian 1 meter dari lantai dengan jarak yang telah ditentukan sesuai koordinat yang telah ditentukan sesperti gambar 3.7 dibawah ini.

(12)

8

Gambar 3 Titik pengambilan data temperatur

2.3 Tahapan Penelitan

1. Tahap validasi

Studi literatur berupa jurnal dan tugas akhir tentang distribusi temperatur dan aliran udara pada sistem pengkondisian udara dalam ruangan AC. Kemudian penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :

Geometri sesuai kondisi eksperimen

Menyiapkan desain ruangan sesuai dengan ukuran nyata pada eksperimen dengan dimensi 10,45 m (p) x 8,1 m (l) x 3,93 m (t) menggunakan software solidwork 2014 premium, kemudian file disimpan dalam format *IGES agar dapat dibaca pada software GAMBIT 2.4.6

Proses Mesh, mesh dilakukan pada program GAMBIT 2.4.6 dengan berbagai macam tipe antara lain :

Tabel 3.1 Karakteristik tingkat kehalusan mesh

Tipe Mesh A Mesh B Mesh C

(13)

9

Gambar 4 Mesh A

Gambar 5 Mesh B

Gambar 6 Mesh C

Pengembangan model mesh ini mengadopsi pada pembuatan mesh yang telah berhasil dikembangan oleh Effendy dkk (2016) untuk memodelkan mesh sistem pendingin “blade tailing

(14)

10

edge cooling”. Mesh dalam komputasi tersebut diperhalus secara bertahap dengan mempertimbangkan semua arah dalam koordinat (x, y dan z) hingga dua kali lipat dari mesih kasar menjadi halus. Type mesh terstruktur juga dipilih setelah mempertimbangkan kajian mengenai kelebihan dan kekurangan antara “structured dan un-structured mesh” sebagaimana telah dipublikasikan pada paper sebelumnya oleh Effendy dkk (2012)

2. Tahap Penelitian Kasus

Setelah validasi data dapat diterima, kemudian peneliti melakukan mdifikasi berupa variasi kecepatan udara pada inlet AC yaitu 3.16 m/s, 3.66 m/s, 4.16 m/s dengan menggunakan tipe mesh yang menunjukan hasil yang paling mendekati dengan eksperimen kemudian proses perhitungan dimulai dengan menggunakan software FLUENT R16.0, iterasi dilakukan hingga hasil menuju error terkecil hingga mencapai nilai yang konvergen. Hasil yang didapatkan kemudian diolah dengan menggunakan software CFD- post R16.0 untuk mengetahhui karakteristis aliran udara.

3. VALIDASI, HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Validasi Mesh A

(15)

11 c. Zona 3

Gambar 7Validasi Mesh A

Dari data yang ditampilkan oleh grafik mesh A pada gambar 7 dapat diketahui hasil perbandingan antara simulasi dengan dua kondisi batas yakni, kondisi temperatur dinding ruangan = 28.24°C dan kondisi adiabatis (temperatur dinding = 0°C). Pada tiga zona yang dintunjukan oleh gambar 4.1 kondisi batas adiabatis selalu konstan dengan temperatur tiap titiknya adalah 15.91 °C, sedangkan pada kondisi temperatur dinding ruangan = 28.24°C temperatur pada titik-titik tiap zona berbeda-beda dengan nilai rata-rata temperatur pada simulasi mesh A zona 1 adalah 24.71°C, zona 2 adalah 23.88°C, zona 3 adalah 24.34°C.

Dari kedua kondisi simulasi dengan menggunakan kondisi temperatur dinding ruangan = 28.24°C lebih mendekati dibandingkan dengan data eksperimen dengan tingkat kesalahan relatif rata-rata pada zona 1 adalah 8.4%, zona 2 adalah 9.48%, zona 3 adalah 7.64%, dan rata-rata kesalahan relatif seluruh titik adalah 8.51%, sedangkan pada kondisi adiabatis kesalahan relatif rata-rata pada semua titik adalah 40.11% sehingga pendekatan adiabatis tidak dapat diterima dalam validasi data.

(16)

12 Mesh B

a. Zona 1 b. Zona 2

c. Zona 3

Gambar 8Validasi Mesh B

Dari gambar 8 data validasi mesh B yang dibandingkan dengan hasil eksperimen pada titik-titik tiap zona dalam ruangan didapatkan hasil nilai rata-rata temperatur pada simulasi mesh B zona 1 adalah 25.27°C, zona 2 adalah 25.1°C, zona 3 adalah 25.24°C. Rata-rata kesalahan relatif pada zona 1 adalah 6.31%, zona 2 adalah 4.78%, dan pada zona 3 adalah 4.22%, sedangkan kesalahan rata-rata seluruh titik adalah 5.106% sehingga hasil simulasi dengan pendekatan mesh B lebih baik jika dibandingkan dengan mesh A dengan rata-rata kesalahan relatif seluruh titik adalah 8.51%.

(17)

13 Mesh C

a. Zona 1 b. Zona 2

c. Zona 3

Gambar 9Validasi Mesh C

Dari gambar 9, data validasi mesh C yang dibandingkan dengan hasil eksperimen pada titik-titik tiap zona dalam ruangan didapatkan hasil nilai rata-rata temperatur pada simulasi mesh C zona 1 adalah 25.48°C, zona 2 adalah 25.04°C, zona 3 adalah 25.26°C. dengan rata-rata kesalahan relatif pada zona 1 adalah 5.56%, zona 2 adalah 5.02%, dan pada 4.91% sehingga hasil simulasi dengan pendekatan mesh C lebih baik jika dibandingkan dengan mesh A dan mesh B dengan rata-rata kesalahan relatif seluruh titik adalah 5.106%.

(18)

14 3.2 Variasi Kecepetan Inlet

Setelah dilakukan validasi untuk mendapatkan pendekatan mesh yang mendekati hasil eksperimen, peneliti melakukan variasi kecepatan udara pada inlet AC dengan menggunakan tiga variabel kecepatan yakni 3.16 m/s, 3.66 m/s, 4.16 m/s sehingga didapatkan perbandingan distribusi temperetur dan pola aliran udara yang ditunjukan oleh gambar 10 dan gambar 11 sebagai berikut.

Zona 1

a. grafik T – V, kecepatan rendah b. grafik T – V, kecepatan sedang

c. grafik T – V, kecepatan tinggi

Gambar 10 Hubungan kecepatan dan temperatur di zona 1

Dari gammbar 10, variasi kecepatan inlet AC pada zona 1 dapat dilihat hubungan antara kecepatan dengan temperatur, pada kecepatan rendah temepratur minimum 25.11°C pada jarak 1m

(19)

15

dari AC kemudian temperatur bertambah seiring dengan pertambahan jarak sehingga temperatur maksimum terletak pada jarak 7m dari AC yakni 25.56°C, dan terjadi penurunan kecepatan pada jarak antara 2m sampai dengan 6m dari AC. Pada grafik variasi kecepatan sedang dapat dilihat temperatur minimum 25.28°C pada jarak 1m, temperatur maksimum 25.98°C pada jarak 7m. Selain itu, terjadi penurunan temperatur dan kecepatan yang meningkat antara jarak 3m sampai dengan 6m. Pada grafik variasi kecepatan tinggi dapat dilihat temperatur minimum 25.22°C pada jarak 1m, temperatur maksimum 25.59°C pada jarak 7m. Penurunan temperatur dan kecepatan yang meningkat terlihat jelas antara jarak 3m sampai dengan 6m.

a. kecepatan rendah (v=3.16m/s) b. kecepatan sedang (v=3.66m/s)

c. kecepatan tinggi (v=4.16m/s)

Gambar 11 Kontur zona 1 pada tiga variasi kecepatan

(20)

16

c. kecepatan tinggi (v=4.16m/s)

Gambar 12 Vektor zona 1 pada tiga variasi kecepatan

Zona 2

a. grafik T – V kecepatan rendah b. grafik T – V kecepatan sedang

c. grafik T – V kecepatan tinggi

(21)

17

Pada gambar 13 variasi kecepatan di zona 2, untuk variasi kecepatan rendah dapat diketahui temperatur minimum 23.762°C pada jarak terdekat dari AC yakni 1m, dan temperatur maksimum 25.516°C pada jarak terjauh dari AC yakni 7m, Pada variasai kecepatan sedang diketahui temperatur minimum 23.072°C pada jarak 1m dari AC, dan temperatur maksimum 25.499 °C pada jarak 7m, selanjutnya grafik variasi kecepatan tinggi dapat diketahui temperatur minimum 23.074°C pada jarak 1m dari AC, dan temperatur maksimum 25.664°C pada jarak 7m. Dari ketiga grafik dapat dilihat peningkatan temperatur serta penurunan keceptan terjadi pada jarak 1m sampai dengan 2m dari AC.

a. kecepatan rendah (v=3.16m/s) b. kecepatan sedang (v=3.66m/s)

c. kecepatan tinggi (v=4.16m/s)

Gambar 14 Kontur zona 2 pada tiga variasi kecepatan

(22)

18

c. kecepatan tinggi (v=4.16m/s)

Gambar 15 Vektor zona 2 pada tiga variasi kecepatan

Zona 3

a. grafik T – V kecepatan rendah b. grafik T – V kecepatan sedang

c. grafik T – V kecepatan tinggi

(23)

19

Pada gambar 16, variasi kecepatan di zona 3 untuk variasi kecepatan rendah dapat diketahui temperatur minimum 25.064°C pada jarak terdekat dari AC yakni 1m, dan temperatur maksimum 25.699°C pada jarak terjauh dari AC yakni 7m, Pada variasai kecepatan sedang diketahui temperatur minimum 24.874°C pada jarak 1m dari AC, dan temperatur maksimum 25.638°C pada jarak 7m, selanjutnya grafik variasi kecepatan tinggi dapat diketahui temperatur minimum 24.857°C pada jarak 1m dari AC, dan temperatur maksimum 25.691°C pada jarak 7m, dari ketiga grafik tidak terjadi perubahan signifikan pada tren temperatur. Namun, pada tren kecepatan berubah pada jarak 6m.

a. kecepatan rendah (v=3.16m/s) b. kecepatan sedang (v=3.66m/s)

c. kecepatan tinggi (v=4.16m/s)

Gambar 17 Kontur zona 3 pada tiga variasi kecepatan

(24)

20

c. kecepatan tinggi (v=4.16m/s)

Gambar 18 Vektor zona 3 pada tiga variasi kecepatan

Kontur Area Tiga Zona Pada Ketinggian 1 m (y = 1 m)

a. kecepatan rendah (v=3.16m/s) b. kecepatan sedang (v=3.66m/s)

c. kecepatan tinggi (v=4.16m/s)

(25)

21

Vektor Area Tiga Zona Pada Ketinggian 1 m (Y = 1 m)

a. kecepatan rendah (v=3.16m/s) b. kecepatan sedang (v=3.66m/s)

c. kecepatan tinggi (v=4.16m/s)

Gambar 20Kontur pada tiga variasi kecepatan (Y = 1 m)

4. PENUTUP

Berdasarkan data dan pembahsan dengan melakukan tiga vairasi keceptaan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Pada tahap validasi menggunakan dua pendekatan kodisi batas, data prediksi pada kondisi temperatur dinding ruangan (Twall= 28.24°C) lebih mendekati dibandingkan dengan kondisi adiabatis (Heat flux, Qwall =. 0 J) karena data konstan.

b. Simulasi menggunakan tiga tipe mesh untuk mencari data prediksi yang paling mendekati data eksperimen didapatkan mesh tipe C menghasilkan data prediksi yang valid dan dapat dianggap

(26)

22

menggambarkan eksperimen karena memiliki nilai kesalahan relatif yang lebih kecil dibanding mesh yang lain.

c. Kecepatan udara mempengaruhi distribusi temperatur, seiring meningkatnya kecepatan udara maka temperatur akan menurun. tidak terjadi perubahan signifikan pola aliran udara di tiga variasi keceptan inlet karena sudah merata.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed A. Youssef, Ehab M. Mina, Ahmed R. ElBaz, and Raouf N. AbdelMessih (2015). Studying comfort in a room with cold air system using computational fluid dynamics. Faculty of Engineering, Mechanical Power Engineering, Ain Shams University, Egypt.

C.F. Gao & W.L. Lee (2008). Optimized design of floor-based air-conditioners for residential use. Building and Environment (44), pp. 2080–2088.

Effendy, M., (2005), Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin Kondensor terhadap Koefisien Prestasi Air Conditioning, GELAGAR Journal, No 01 Vol 15 April 2005, ISSN 0853-2850 Effendy, Marwan, 2005, Pengaruh Kecepatan Putar Poros Kompresor Terhadap Prestasi Kerja

Mesin Pendingin AC, Media Mesin Journal, No 2. Vol 06 Juli 2005 ISSN 1411-4348

Effendy, M., Yao, Y., Yao, J., and Marchant, D.R., (2013), “Effect of mesh topologies on wall heat transfer and pressure loss prediction of blafe coolant passage”, J. Applied Mechanics and Materials, Vol 315 pp 216-220

Effendy, M., Yao, Y.F., and Yao, J (2014). Predicting Film Cooling Performance of Trailing-Edge Cutback Turbine Blades by Detached Eddy Simulation. The 51st AIAA Aerospace Sciences Meeting, Texas, AIAA 2013-0548.

Effendy, M., Yao, Y.F.,Yao, J., &Marchant, D.R (2016). DES study of blade trailing edge cutback cooling performance with various lip-thicknesses, Applied Thermal Engineering. 2015.11.103

Igor Bonefacic, Igor Wolf, and Bernard Frankovic (2015). Numerical Modelling of Thermal Comfort Conditions in an Indoor Space with Solar Radiation Sources. Journal of Mechanical Engineering 61(2015)11, 641-65

(27)

23

Kwang-Chul Noh, Jae-Soo Jang, and Myung-Do Oh (2005). Thermal comfort and indoor air quality in the lecture room with 4-way cassette air-conditioner and mixing ventilation system. Building and Environment (42), pp. 689–698

LIU Jing & PEI Qing-qing (2013). Numerical Simulation and Experiment Study of Indoors Thermal Environment in Summer Air-Conditioned Room. Procedia Engineering (52), pp. 230–235

Ooi Yongson, Irfan Anjum Badruddin, Z.A. Zainal,and P.A. Aswatha Narayana (2006). Airflow analysis in an air conditioning room. Building and Environment (42). pp. 1531–1537

S Lin, B T Tee, and C F Tan (2015). Indoor Airflow Simulation inside Lecture Room: A CFD Approach. IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering88(2015) 012008.

Serap Akdemir & Thomas Bartzanas (2015). Numerical Modelling and Experimental Validation of a Cold Store Ambient Factors. Journal of Agricultural Sciences (21). pp. 606-619 Tiberiu Catalina, Joseph Virgone, and Frederic Kuznik (2008). Evaluation of thermal comfort

using combined CFD and experimentation study in a test room equipped with a cooling ceiling. Building and Environment (44), pp. 1740–1750

W. F. Stoecker & J. W. Jones (1996). Resfrigasi dan Pengkondisian Udara (edisi kedua). Jakarta: Erlangga.

Weiwei Liu, Zhiwei Lian, and YeYao (2006). Optimization on indoor air diffusion of floor-standing type room air-conditioners. Energy and Buildings (40). pp. 59–70

Gambar

Gambar 1 Aliran Laminar dan Aliran Turbulen
Tabel 3.1 Karakteristik tingkat kehalusan mesh
Gambar 4 Mesh A
Gambar 7 Validasi Mesh A
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil percobaan diperoleh kondisi terbaik adalah keasaman umpan 0,5 M, waktu ekstraksi 15 menit, kecepatan pengadukan 250 rpm, solven 30 % D2EHPA dengan pengencer

Kecernaan bahan organik pada stage 1 pada perlakuan Ko memberikan hasil lebih baik dari bahan keringnya (Kecernaan bahan organik Ko nyata (P<0.01) lebih tinggi dari Ao,

Jika demikian ,maka dapat diharapkan bahwa pasien alergi akan memiliki polip lebih sering pada populasi secara umum dan pasien dengan polip hidung mengalami

(1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas pagu APBN untuk Satker BLU sebagaimana dimaksud dalam

meliputi mengidentifikasi para pemangku kepentingan baik personal maupun kelembagaan yang terkait dengan kajian kebutuhan dan ketersediaan material dan peralatan

Seperti yang telah disinggung pada diskusi sebelumnya, etiologi tumor neuroma akustik merpakan defek pada kromosom 22 dan jarang sekali akan berubah menjadi maligna, akan tetapi

Dan untuk teknik yang lebih kurang sama dengan teka gambar, fans anda akan buat tindakan yang anda suruh lakukan untuk ketahui perubahan yang berlaku pada gambar yang anda

HALAMAN | 13 ITB dalam rangka membangun bangsa, memiliki peran yang begitu strategis dengan berfokus pada riset yang maju dan pendidikan bangsa (Gambar 1.2). Dibutuhkan