UJI KARAKTERISTIK DAN STABILITAS KRIM
MINYAK BIJI KELOR (
Moringa oleifera
L.)
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
Natalia Kristina Koe Soba
PO. 530333215677
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program pendidikan Ahli Madya Farmasi
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUPLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI FARMASI
KUPANG
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
UJI KARAKTERISTIK DAN STABILITAS KRIM
MINYAK BIJI KELOR (
Moringa oleifera,
L)
Oleh :
Natalia Kristina Koe Soba
PO. 530333215677
Telah disetujui untuk mengikuti ujian
Kupang, 19 Juli 2018 Pembimbing
Marce I. Taku Bessi, S.Farm, Apt, M.Sc NIP. 197901051999032001
iii
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
UJI KARAKTERISTIK DAN STABILITAS KRIM
MINYAK BIJI KELOR (
Moringa oleifera,
L)
Oleh :
Natalia Kristina Koe Soba
PO. 530333215677
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal 25 Juli 2018
Susunan Tim Penguji
1. Maria I. M. Indrawati, S.Pd.,M.Sc
2. Marce I. Taku Bessi, S.Farm.,Apt.,M.Sc
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memproleh gelar Ahli Madya Farmasi
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali tertulis diacu dalam naskah dan sisebutkan dalam daftar pustaka.
Kupang, Juli 2018
v
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis diberikan hikmat untuk menyelesaikan penelitian dan menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul Uji Karakteristik dan Stabilitas Krim Minyak Biji Kelor ( Moringa oleifera L.)
Karya Tulis Ilmiah yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pemanfaatan minyak biji kelor ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Ragu Harming Kristina, S.KM, M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang.
2. Ibu Dra. Elisma, Apt., M.Si selaku Ketua Prodi Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang
3. Ibu Maria I. M. Indrawati, S.Pd., M.Sc selaku penguji I yang telah memberi masukan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
4. Ibu Marce I. Taku Bessi, S.Farm.,Apt.,M.Sc selaku penguji II sekaligus pembimbing yang senantiasa membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
5. Bapak Falentinus S. Duly, A.Md.F, Ibu Asmaira Br. Tarigan, A.Md.F dan Ibu Ivan O. Biru, A.Md.F selaku pembimbing di laboratorium yang setia membimbing dan mengarahkan selama proses penelitian.
6. Orang tua tercinta Bapak, Mama, Kakak Sarlyn, Kakak Teri, kakak Hilda, kakak Egy dan Reinatus serta seluruh keluarga yang selalu memberikan cinta
vi
kasih, dan mendukung penulis dalam doa selama proses perkuliahan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
7. Sahabat-sahabat terkasih (Susan, Arse, Ina, Astin, Resty, Vany,Yolan, Mega, Yuni Tris, Wanti, Viany, Fany dan Science 13 yang telah mendukung dan membantu selama proses perkuliahan.
8. Teman-teman seperjuangan Farmasi angkatan 16 dan adik-adik tingkat yang selalu mendukung.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak kekurangan baik materi maupun cakupan pembahasan dalam penulisan karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan guna meyempurnakan penulisan selanjutnya.
Kupang, Juli 2018
vii
INTISARI
Kelor (Moringa oleifera L.) merupakan tanaman yang dapat dijadikan bahan kosmetik. Bagian tanaman yang digunakan adalah biji yang diolah menjadi tepung dan minyak sebagai bahan baku kosmetik bernilai tinggi karena memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 9,0417%. Dalam penelitian ini biji kelor diolah menjadi minyak dan diformulasikan kedalam sedian krim. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah minyak biji kelor yang diformulasi dalam dalam bentuk krim memenuhi kriteria karakteritik krim yang meliputi organoleptis, pH, homogenitas, daya sebar , viskositas dan stabilitas krim. Biji kelor diekstrasi dengan metode sokletasi menggunakan n- heksan, selanjutnya dilakukan purifikasi atau pemisahan n-heksan. Minyak biji kelor diformulasikan dalam bentuk krim dengan basis vanishing cream. Krim dibuat 2 formula dengan konsentrasi 4% untuk formula 1 dan 6% untuk formula 2 yang disimpan selama 4 minggu dan dilakukan pengujian setiap minggu untuk mengetahui karakteristik dan stabilitas krim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH, homogenitas, organoleptis dan viskositas krim minyak biji kelor memenuhi syarat sedangkan daya sebar tidak memenuhi syarat serta menunjukkan bahwa krim minyak biji kelor tidak stabil pada penyimpanan suhu tinggi.
Kata Kunci : Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera L.), Krim Minyak Biji Kelor, Karakteristik dan ssStabilitas Krim
viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i LEMBARPERSETUJUAN...ii LEMBAR PENGESAHAN...iii PERNYATAAN...iv KATA PENGANTAR...v INTISARI...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL...x DAFTAR LAMPIRAN...xi DAFTAR GAMBAR...xii BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 2 C. Tujuan Penelitian... 3 1. Tujuan umum ... 3 2. Tujuan khusus ... 3 D. Manfaat Penelitian... 3 1. Bagi penulis ... 3 2. Bagi institusi ... 3 3. Bagi masyarakat ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4
A. Klasifikasi Tanaman Kelor... 4
B. Morfologi Tanaman Kelor ... 4
C. Kandungan Kimia Khasiat Biji Kelor ... 5
D. Ekstraksi ... 6
E. Larutan Penyari ... 6
F. Tinjauan Krim ... 7
G. Uji Karakteristik dan Stabilitas Krim ... 9
H. Penentuan Aseptabilitas Sediaan Krim Minyak Biji Kelor. ... 10
BAB III METODE PENELITIAN...12
A. Jenis Penelitian ... 11
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 11
C. Sampel ... 11
D. Variabel Penelitian ... 11
E. Defenisi Operasional ... 11
F. Alat dan Bahan ... 12
ix
H. Analisis Data ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...21
A. Determinasi ... 20
B. Ekstraksi ... 20
C. Pembuatan Krim Minyak Biji Kelor ... 21
D. Karakteristik dan Stabilitas Krim Minyak Biji Kelor ... 21
1. Pengamatan organoleptis ... 21
2. Pengujian daya sebar ... 22
3. Pengujian pH ... 23
4. Pengujian homogenitas ... 24
5. Pengujian viskositas ... 25
6. Penentuan Aseptabilitas Sediaan Krim Minyak Biji Kelor... 25
BAB V SIMPULSAN DAN SARAN A. Simpulan... 29
B. Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA...30 LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kandungan Kimia Biji Kelor ... 5
Tabel 2. Komposisi Asam Lemak dalam Biji Kelor ... 5
Tabel 3. Formula krim minyak biji kelor (Moringa oleifera L.) ... 14
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Krim Minyak Biji Kelor ... 22
Tabel 5. Daya Sebar Krim Minyak Biji Kelor ... 23
Tabel 6. Hasil uji homgenitas Krim Minyak Biji Kelor ... 24
Tabel 7. Viskositas Krim Minyak Biji Kelor ... 25
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Determinasi ... 33
Lampiran 2. Perhitungan Rendemen ... 34
Lampiran 3. Skema cara kerja ... 34
Lampiran 4. Perhitungan Pengambilan Bahan ... 35
Lampiran 5. Hasil Uji Daya Sebar ... 36
Lampiran 6. Hasil Uji pH ... 38
Lampiran 7. Gambar Proses Penelitian ... 39
Lampiran 8. Surat Persetujuan Responden ... 43
Lampiran 9. Kuesioner Aseptabilitas ... 45
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian... 49
Lampiran 11. Surat Selesai penelitian ... 50
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tumbuhan Kelor...38
Gambar 2. Minyak Biji Kelor... ... 39
Gambar 3. Biji Kelor ...38
Gambar 4. Sortasi Kering... ... 39
Gambar 5. Pengeringan...38
Gambar 6. Proses Penyerbukan... 39
Gambar 7. Proses Sokletasi...39
Gambar 8. Proses Pembuatan Krim... ... 40
Gambar 9. Uji Homogenitas...39
Gambar 10. Uji pH... ... 40
Gambar 11. Uji pH...39
Gambar 12. Uji Daya Sebar.. ... 40
Gambar 13. Uji Viskositas...39
Gambar 14. Penyimpanan Suhu Tinggi ... 41
Gambar 15. Penyimpanan Suhu Rendah...40
Gambar 16. Penyimpanan Suhu Kamar ... 41
Gambar 17. Warna Krim ... 41
BAB I
PENDAHULUAN A.Latar Belakang
Tanaman kelor (Moringa oleifera, L) merupakan salah satu jenis tanaman yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Kelor dapat dijumpai di Aceh, Kalimantan, Ujung Pandang dan Kupang, Nusa Tenggara Timur (Fahey, 2005). Nusa Tenggara Timur adalah salah satu daerah penghasil kelor yang baik, masyarakat Nusa Tenggara Timur mengolah daun dan bunga kelor sebagai sayuran sedangkan, pemanfaatan biji kelor belum secara maksimal dilakukan.
Biji kelor memiliki aktivitas antioksidan yang baik, mampu mengurangi bahaya oksidatif yang berhubungan dengan penuaan dan kanker selain itu berpotensi sebagai anti-inflamasi (Singh dkk., 2009). Biji kelor dapat diolah menjadi tepung dan minyak yang digunakan sebagai bahan baku kosmetik bernilai tinggi (Anwar dkk., 2007). Minyak biji kelor dapat dijadikan sebagai bahan kosmetik karena memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 9,0417% yang dapat membantu menghambat radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Sudaryanto dkk., 2016).
Minyak biji kelor dihasilkan melalui ekstraksi dengan metode sokletasi menggunakan pelarut n-heksan. Metode sokletasi merupakan metode yang paling efektif untuk mengekstrak minyak karena hampir 99% minyak dalam sampel dapat terekstrak (Ketaren, 1985). Pelarut n-heksan
2
merupakan pelarut bersifat non polar yang digunakan karena dapat menarik zat aktif (minyak biji kelor) yang juga bersifat non polar (Ketaren, 1985).
Minyak biji kelor dalam penelitian ini diformulasikan dalam sediaan krim. Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan yang sesuai (Depkes RI, 1995). Sediaan krim dipilih karena banyak masyarakat yang tertarik dengan produk kosmetik dalam bentuk krim (Wyatt dkk., 2001) dan juga krim mudah dalam pemakaian dan tersebar merata (Ansel, 2005). Basis krim yang digunakan dalam penelitian ini adalah basis vanishing crem.
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Digunakan basis vanishing cream karena mudah dibersihkan dan memberikan rasa nyaman pada pemakai karena tidak lengket saat diaplikasikan pada kulit. Untuk menjamin krim yang dibuat memenuhi standar maka dilakukan uji karakteristik krim yang meliputi uji organolpetis, homogenitas, daya sebar, pH dan viskositas krim.
B. Rumusan Masalah
Apakah minyak biji kelor dapat diformulasikan dalam bentuk krim dan memenuhi standar karakteristik dan stabilitas krim?
3
C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah minyak biji kelor dapat diformulasikan dalam bentuk krim yang memenuhi standar karakteristik dan stabilitas krim.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik krim meliputi bentuk, warna, bau, homogenitas, mengukur daya sebar, viskositas, dan pH sediaan krim. b. Mengidentifikasi stabilitas sediaan krim minyak biji kelor (Moringa
oleifera, L) pada penyimpanan.
D.Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis
Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dipelajari dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki selama perkuliahan di Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang.
2. Bagi institusi
Sebagai referensi baru dalam bidang farmasestika.
3. Bagi masyarakat
Sebagai sumber informasi dalam memanfaatkan bahan alam untuk pengobatan khususnya pemanfaatan minyak biji kelor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A.Klasifikasi Tanaman Kelor
Klasifikasi tumbuhan kelor diklasifikkasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Capparales Suku : Moringaceae Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera, Lamk (Determinasi UPT Materia Medika)
B. Morfologi Tanaman Kelor
Tumbuhan kelor umumnya ditanaman sebagai tapal batas atau pagar di halaman rumah dan ladang, dapat pula ditemukan tumbuh liar. Kelor termasuk jenis tumbuhan perdu berumur panjang berupa semak atau pohon dengan ketinggian 7-12 meter. Batangnya berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, berkulit tipis dan mudah patah. Cabangnya jarang dengan arah percabangan tegak atau miring serta cenderung tumbuh lurus dan memanjang (Tilong, 2012) (Gambar 1). Buah kelor berbentuk panjang dan segitiga dengan panjang sekitar 20-60 cm, berwana hijau
5
ketika masih muda dan berubah menjadi coklat ketika tua (Tilong,2012). Biji kelor berbentuk bulat, berwarna cokelat kehitaman (Gambar 2).
C.Kandungan Kimia Khasiat Biji Kelor
Kandungan biji kelor dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 berikut.
Tabel 1. Kandungan Kimia Biji Kelor
Kompenen Biji Kadar air (%) 3.11 Protein (g) 32.19 Lemak (g) 32.40 Serat (g) 15.87 Mineral (g) 5.58 Kalori (Kcal/100g) 15.96
(Khasanah dan Uswatun, 2008)
Tabel 2. Komposisi Asam Lemak dalam Biji Kelor
Asam Lemak Komposisi
Asam Palmitat (C16:0) 6,5 Asam Behenic (C22:0) 7,1 Asam Stearat (C18:0) 6,0 Asam Oleat (C18:1) 72,2 Asam Linoleat (C18:2) 1,0 AsamArakhida (C20:0) 4,0 (Gustone dkk., 2007)
Biji kelor mengandung banyak alkaloid sebagai antioksidan yaang dapat diekstrak sebagai minyak nabati (Kholis dkk.,2010). Minyak dari biji kelor terdiri dari 82% asam lemak tak jenuh, 70% asam oleat. Profil asam lemak ini sama dengan seperti minyak zaitun kecuali untuk asam linoleate (Tsaknis dkk., 1998). Minyak kelor merupakan pelembab yang efektif sehingga mencegah munculnya garis-garis halus dan kerutan. Kelor sangat kaya akan antioksidan yang sangat efektif untuk membersihkan kulit dari kotoran sehingga merupakan obat yang efektif untuk jerawat (Krisnadi, 2013).
6
D.Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu menggunakan medium pengekstraksi (menstruum) yang tertentu pula (Agoes, 2009).
Metode eksraksi minyak biji kelor yang digunakan adalah sokletasi. Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin yang balik. Biomasa ditempatkan dalam wadah soklet yang dibuat dengan kertas saring, melalui alat ini, pelarut akan terus direfluks. Alat soklet akan mengosongkan isinya kedalam labu dasar bulat setelah pelarut mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut segar melewati alat ini melalui pendingin refluks, ekstrasi berlangsung sangat efisien dan senyawa dari biomasa secara efektif ditarik kedalam pelarut karena konsentrasi awalnya rendah dalam pelarut (Depkes RI, 2000)
E. Larutan Penyari
Pelarut yang digunakan adalah n-heksan yang umumnya digunakan untuk mengekstrak minyak dari bijinya seperti pada kacang-kacangan dan flax. Hal ini karena heksana tidak reaktif dan inert dalam reaksi organik karena bersifat sangat non-polar dan memilki narrow distillation range dan selective power, sehingga tidak memerlukan tingkat
7
pemanasan yang tinggi dan daya ekstraksinya tinggi, yang menjadikan heksana sebagai pelarut yang baik untuk mengekstrak minyak dari bijinya (Sudarmadji dan Suhardi, 1989). Minyak biji kelor bersifat nonpolar maka mudah diekstraksi dengan pelarut-pelarut non-polar misalnya n-heksan dan Petroleum eter.
F. Tinjauan Krim
Krim adalah sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut dalam bahan dasar yang sesuai. Fungsi krim adalah sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit, sebagai bahan pelumas untuk kulit dan sebagai pelindung untuk mencegah kontak permukaaan kulit dengan larutan berair dan rangsangan kulit (Anief, 1997).
Krim mengandung paling sedikit dua fase yang tidak tercampur antara satu dengan yang lainnya, yaitu fase hidrofil (air) dan fase lipofil (minyak). Komponen yang terdistribusi dalam emulsi dinyatakan sebagai fase terdispersi atau fase dalam. Komponen yang mengandung cairan terdispersi dinyatakan sebagai bahan pendispersi atau fase luar atau fase kontinu (Ansel, 2005). Formulasi krim ada dua, yaitu sebagai krim tipe air dalam minyak (A/M) dan minyak dalam air (M/A).
a. Krim tipe air dalam minyak (A/M)
Ketika fase hidrofil terdispersi dalam fase lipofil maka disebut tipe air dalam minyak (A/M). Keuntungan penggunaan tipe air dalam minyak antara lain :
8
1) Melindungi kulit secara efisien dengan membentuk lapisan minyak pada kulit setelah digunakan.
2) Melembutkan kulit dengan carat mengurangi penguapan air pada kulit sehingga dapat membentuk penghalang semi oklusif.
3) Meningkatkan penetrasi ke dalam stratum korneum yang bersifat lipofilik terutama untuk pembawa zat aktif yang bersifat lipofilik. 4) Menurunkan resiko pertumbuhan mikroba.
5) Mencair pada suhu yang rendah (khusus untuk produk olah raga musim dingin) (Paye dan Maibach, 2009)
b. Krim tipe minyak dalam air (M/A)
Ketika fase lipofil (minyak) didispersikan ke dalam globul-globul dalam fase hidrofil (fase air) maka disebut tipe minyak dalam air (M/A). Penerimaan yang tinggi terhadap tipe minyak dalam air didasarkan pada alasan-alasan berikut :
1) Terasa ringan dan tidak berminyak
2) Menunjukkan penyebaran dan penyerapan pada kulit yang cukup baik.
3) Memberikan efek dingin karena penguapan fase air eksternal (Paye dan Maibach, 2009).
9
G.Uji Karakteristik dan Stabilit as Krim
Uji fisik krim meliputi organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, viskositas krim dan pemeriksaan stabilitas krim.
Uji organoleptis dilakukan dengan melihat bentuk, warna, bau dari masing-masing sediaan krim. Bertujuan untuk mengamati adanya perubahan atau pemisahan fase emulsi, perubahan warna dan timbulnya bau (Depkes RI, 1979)
Uji pH bertujuan untuk mengetahui tingkat keasaman atau kebasaan sediaan krim. Sediaan krim yang baik harus memenuhi persyaratan pH, sehingg a dapat diterima kulit dan tidak menimbulkan iritasi. Sediaan krim memiliki pH sekitar 4,5-6,5 jika pH krim terlalu basa dapat menyebkan kulit bersisik dan jika pH terlalu asamdapat menyebabkan iritasi kulit (Wasiaadmaja, 1997). Range pH yang dapat diterima kulit berkisar antara 4,0-7,5 (Aswal dkk., 2013)
Uji daya sebar bertujuan untuk mrengetahui seberapa baik daya menyebar suatu sediaan saat diaplikasikan ke kulit. Semakin besar daya menyebar maka semakin baik pula sifat fisik sediaan krim (Voight, 1995). Daya sebar topikal yang baik antara 5-7 cm (Garg dkk., 2002).
Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui sifat alir suatu sediaan. Viskositas merupakan suatu tahanan yang mencegah zat cair untuk mengalir. Semakin tinggi viskositas maka akan semakin besar tahanan yang dihasilkan (Martin dkk., 2009). Sediaan dikatakan baik jika viskositas berada pada rentang 2000-50.000 cPs (Atkins, 1996)
10
Uji daya stabilitas dilakukan untuk mengetahui perubahan- perubahan yang terjadi selama penyimpanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas fisik suatu sediaan antara lain suhu, kelembapan, cahaya, oksigen (Voight, 1995).
H.Penentuan Aseptabilitas Sediaan Krim Minyak Biji Kelor.
Penentuan aseptabilitas menggunakan responden yang telah setuju untuk menjaadi subyek penelitian serta telah mengerti prosedur penggunaan krim. Jumlah responden 10 orang perempuan dengan usia 19- 23 tahun yang dipilih secara acak. Evaluasi aseptabilitas sediaan meliputi warna, bau, kelembutan krim dioleskan, kemudahan dioleskan dan kemudahan dicuci. Responden menggunakan krim minyak biji kelor (Moringa oleifera) pada permukaan kulit dan dimintai pendapat tentang krim. Untuk kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :
1. Warna : Tidak menarik = 1; Menarik = 2; Sangat menarik = 3 2. Bau : Tidak wangi = 1; Wangi = 2; Sangat Wangi = 3
3. Kelembutan dioleskan :Tidak lembut = 1; Lembut = 2; Sangat lembut =3.
4. Kemudahan diratakan : Sulit rata = 1; Mudah rata = 2;Sangat mudah rata = 3
5. Kemudahan dicuci : Sulit dicuci = 1; Mudah dicuci= 2; Sangat mudah dicuci = 3
Nilai yang didapat terhadap masing-masing aspek yang diujikan dijumlah dan hitung prosentasenya.
BAB III
METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
B. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmasetika, Laboratorium Farmakognosi, Laboratorium Kimia dan Laboratorium Fisika Farmasi Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang.
b. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April- Juli 2018
C.Sampel
Biji kelor (Moringa oleifera) yang berasal dari Kelurahan Liliba, Kota Kupang.
D.Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu karakteristik dan stabilitas krim minyak biji kelor dengan basis vanishing cream.
E. Defenisi Operasional
1. Biji kelor merupakan biji yang sudah tua, berwarna coklat diperoleh dari kelurahan Liliba.
2. Minyak biji kelor merupakan minyak yang diperoleh dari hasil sokletasi simplisia biji kelor menggunakan pelarut n-heksan.
12
3. Krim minyak biji kelor adalah krim dengan basis vanishing cream ber tipe minyak dalam air yang digunakan untuk membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak.
4. Karakteristik krim adalah pengujian sediaan krim minyak biji kelor yang berupa uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji viskositas dan uji pH.
5. Stabilitas krim adalah pengujian kemampuan sediaan krim minyak biji kelor untuk bertahan pada suhu rendah (±4˚C), suhu kamar (±25˚C) dan suhu tinggi (±40˚C) yang disimpan selama 4 minggu.
F. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mortir dan stamper, penangas air (Memmert), batang pengaduk, beaker glass 250 ml dan 100 ml dan 50 ml (pyrex), cawan porselen, gelas ukur, Erlenmeyer 250 ml (pyrex), sendok tanduk, spatel, pipet, timbangan digital (Shimadzu type BL-3200H), kertas perkamen, kertas saring, desikator, ayakan, soklet, hot plate (Medline type MS300HS), oven, waterbath, rotavapor (Eyela type N-1000), tabung, labu alas bulat (Iwaki) dan viskometer (Wagtech)
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak biji kelor, asam stearat, setil alkohol, paraffin cair , gliserin, metil paraben, propilenglikol, air suling,oleum rosae.
13
G.Prosedur Penelitian
1. Determinasi
Determinasi tanaman kelor dilakukan di UPT Materia Medika Batu Jawa Timur.
2. Pengumpulan Biji Kelor
Biji kelor diambil dari Kelurahan Liliba, Kota Kupang dari buah yang sudah matang dengan ciri buah berwarna coklat.
3. Pembuatan Simplisia
Pengambilan dengan kriteria buah yang sudah tua. Buah kelor kemudian dikupas, dipisahkan serabut dengan bijinya. Biji kelor yang diperoleh disortasi basah dan dicuci dengan air. Selanjutnya biji kelor dikeringkan dengan pada sinar matahari langsung yang ditutupi plastik berwarna hitam dan disortasi kering untuk menjamin simplisia benar-benar bebas bebas dari bahan asing. Selanjutnya simplisia diserbuk dan diayak dengan menggunakan ayakan 60 mesh.
4. Ekstraksi
Serbuk simplisia biji kelor sebanyak 100 gram dibungkus dengan kertas saring kemudian dimasukkan kedalam tabung soklet. Labu diisi dengan pelarut kira-kira 2/3 bagiannya sampai badan soklet. Panaskan dalam waterbath dan refluks selama kurang lebih 4 jam hingga warna pelarut dalam wadah soklet pada saat kontak dengan cuplikan tidak berubah. Dipisahkan pelarut dengan zat yang diekstrak dengan destilasi secara langsung menggunakan alat soklet. Ulangi
14
pemanasan sehingga dalam labu hanya terdapat zat sampel. Kemudian, hitung rendemen dengan menggunakan rumus:
endemen o ot minyak
o ot simplisia x 100%
Minyak biji kelor yang diperoleh kemudian dipisahkan dari pelarut n-heksan dengan cara diuapkan diatas water ath 70˚C kemudian tambahkan air panas dikocok selama 12 menit, setelah dingin minyak disentrifius selama 10 menit dengan kecepatan 3000 ppm. Untuk menghilangkan sisa-sisa air, ditambahkan natrium sulfat anhidrat dan diamkan selama 5 menit, saring dengan kertas saring. Masukkan hasil minyak dalam botol tertutup dan disimpan pada suhu dingin (2˚C-8˚C)
5. Formulasi krim minyak biji kelor (Moringa oleifera, L)
Tabel 3. Formula krim minyak biji kelor (Moringa oleifera L.)
Bahan F1 F2
Minyak biji kelor 4% 6%
Asam stearat 10% 10% Setil alkohol 6 % 6% Paraffin cair 6,6% 6,6% Gliserol 3% 3% Metil paraben 0,02% 0,02% Propilen glikol 30% 30%
Oleum rosae 3 tetes 3 tetes
Aquades ad 40,38% 40,38%
15
Bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi krim minyak biji kelor adalah sebagai berikut:
a. Asam stearat
Asam stearat merupakan zat padat keras mengkilat, menunjukkan susunan hablur, berwarna putih atau kuning pucat mirip lemak lilin (Depkes RI, 1979). Dalam sediaan topikal digunakan sebagai emulgator atau zat pengemulsi dan solubilizing agent (Armstrong dan James, 2006). Adanya asam stearat dalam krim tipe M/A dapat menyebabkan krim menjadi lebih lunak sehingga viskositasnya semakin rendah. Jenis basis yang mempunyai viskositas tinggi akan menyebabkan koefisien difusi suatu zat aktif dalam basis menjadi rendah, sehingga pelepasan zat aktif dari basis akan kecil (Lachman dkk.,1994).
b. Setil alkohol
Setil alkohol merupakan alkohol dengan bobot molekul tinggi yang berfungsi sebagai zat pengental dan penstabil untuk sediaan minyak dalam air (Ansel, 2005)
c. Paraffin liquid
Paraffin merupakan cairan kental, transparan, tidak berflourensi, tidak berwarna atau putih keruh seperti lilin, tidak berbau dan hampir tidak mempunyai rasa, agak berminyak saat disentuh (Depkes RI, 1979). Paraffin dalam pembuatan krim dapat digunakan sebagai stiffness (Armstrong dan James, 2006)
16 d. Gliserin
Pada formulasi farmasetik toipkal dan kosmetik, fungsi utama gliserin adalah sebagai humektan dan emollient (Armstrong dan James, 2006). Gliserin mempunyai sifat fisik tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, cairan kental. Penyimpanan glisrein dalam wadah kedap udara pada suhu yang dingin dan kering (Depkes RI, 1979).
e. Metil paraben
Berupa serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar diikuti rasa gatal. Digunakan sebagai pengawet (Depkes RI, 1979).
f. Propilen glikol
Propilen glikol digunakan secara luas dalam kosmetik dan industri farmasi sebagai pelarut dan pembawa untuk bahan-bahan yang larut dan tidak larut dalam air. Propilen glikol sebagai pelembab sangat cocok digunakan untuk sediaan topikal karena sifatnya yang aman dan menguntungkan. Sebagai pelembab konsentrasi 15% (Rowe dkk., 2009).
g. Oleum rosae atau minyak mawar adalah minyak atsiri yang dimanfaatkan sebagai pewangi (Depkes RI, 1979)
17 h. Aquades
Aquades merupakan cairan jernih yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Aquades digunakan sebagai pelarut (Depkes RI, 1995)
6. Pembuatan krim
Fase minyak (asam stearat, paraffin cair dan setil alkohol) dileburkan di atas penangas air sampai melebur sempurna dan dimasukkan ke dalam mortir panas lalu gerus. Fase air (propilen glikol, gliserin dan aquades) dilarutkan diatas penangas air ditambahkan kedalam fase minyak gerus hingga mortir dingin dan terbentuk emulsi. Dimasukkan minyak biji kelor ditambahkan metil paraben sebagai pengawet dan minyak mawar sebagai pengaroma sedikit demi sedikit lalu gerus hingga homogen. Krim dimasukkan dalam pot salep.
7. Identifikasi karakteristik sediaan krim minyak biji kelor
Untuk melihat karakteristik sediaan krim dilakukan uji stabilitas, dengan parameter uji yaitu uji homogenitas, pengamatan organoleptis, daya sebar, pengukuran pH dan uji viskositas pada sediaan.
a. Uji stabilitas
Krim disimpan pada suhu rendah (±4˚C), suhu kamar (±25˚C) dan suhu tinggi (±40˚C) selama 4 minggu kemudian dilakukan pengamatan organoleptis, pengukuran pH, homogenitas, daya sebar tiap minggu dan viskositas setelah pembuatan krim.
18 b. Uji organoleptik
Uji organolpetik dengan cara memperhatikan bentuk, warna dan bau dari sediaan krim yang dibuat (Anief, 1997).
c. Uji daya sebar
Ditimbang 0,5 gram krim diletakkan di tengah cawan petri yang berada dalam posisi terbalik. Diletakkan cawan petri yang lain di atas krim. Dibiarkan diameter krim yang menyebar. Ditambahkan 50 gram beban tambahan, lalu didiamkan 1 menit dan diukur diameternya. Ditambahkan lagi beban 100 gram beban tambahan, lalu didiamkan 1 menit dan diukur diameternya (Voight, 1995) d. Uji pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Rentang pH yang dapat diterima kulit berkisar antara 4,0-7,5 (Aswal dkk., 2013)
e. Uji homogenitas
Ditimbang krim 0,1 gram diletakkan pada kaca objek kemudian dioleskan secara merata dan tipis pada kaca. Krim harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran halus (Depkes RI, 1979)
f. Pemeriksaan viskositas
Uji viskositas krim dilakukan dengan menggunakan alat viskometer. Krim sebanyak 100 gram dimasukkan ke dalam wadah gelas kemudian spindle yang telah dipasang diturunkan hingga
19
batas spindel tercelup ke dalam krim. Kecepatan alat dipaasang pada 10 rpm dan 20 rpm, kemudian dibaca dan dicatat nilai
centripoise yang tertera pada alat (Ramington, 1995)
H.Analisis Data
Data yang diperoleh nantinya akan dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif. Ketegori yang digunakan adalah:
1. Krim dikatakan memenuhi uji organoleptis jika dalam pengamatan karakterisasi krim tidak ada perubahan atau pemisahan fase emulsi, perubahan warna dan timbulnya bau tengik (Anief, 1997)
2. Krim dikatakan memenuhi uji pH jika sediaan krim memiliki pH sekitar 4-7,5 (Wasiaadmaja, 1997)
3. Krim dikatakan memenuhi uji homogenitas, jika saat dioleskan pada kaca tidak ada butiran halus yang terlihat(Depkes RI, 1979)
4. Krim dikatakan memiliki daya sebar yang baik jika daya sebarnya berkisar antara 5-7 cm (Garg dkk., 2002)
5. Krim memenuhi uji viskositas jika viskositas krim berada pada rentang 2000-50.000 cPs (Garg dkk., 2002)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A.Determinasi
Determinasi tanaman kelor dilakukan di Materia Medika Batu Jawa Timur dan menunjukkan hasil bahwa tanaman yang digunakan adalah tanaman kelor dengan nama latin Moringa oleifera, L. (Lampiran 1)
B. Ekstraksi
Minyak biji kelor diperoleh melalui ekstraksi menggunakan metode sokletasi. Biji kelor yang diperoleh dikupas, dikeringkan, diserbukkan, diayak menggunakan ayakan 60 mesh kemudian ditimbang sebanayak 100 gram dan dimasukkkan dalam tabung soklet ditambah pelarut 300 ml. Sokletasi minyak biji kelor dilakukan sampai warna pelarut kembali jernih seperti semula yang menunjukkkan tidak ada lagi zat aktif yang tersisa.
Minyak hasil sokletasi dipisahkan dari pelarut n-heksan dengan cara diuapkan diatas water ath 70˚C kemudian ditambahkan air panas dan dikocok selama 12 menit, setelah dingin minyak disentrifius selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm dan diambil fase minyaknya. Untuk menghilangkan sisa air digunakan natrium sulfat anhidrat, diamkan selama 5 menit setelah itu disaring. Minyak disimpan dalam botol tertutup dengan suhu 0-4˚C. Rendemen yang diperoleh sebesar 13,31% (Lampiran 2). Minyak biji kelor dalah minyak yang berwarna kuning sedikit kental dengan bau seperti bau kacang-kacangan (Gambar 3).
21
C.Pembuatan Krim Minyak Biji Kelor
Krim minyak biji kelor dibuat dalam 2 formula dengan konsentrasi zat aktif yang berbeda. Formula 1 dan 2 menggunakan minyak biji kelor sebanyak masing-masing 4% dan 6%. Tujuannya penggunaan 2 formula untuk mendapatkan konsentrasi minyak biji kelor yang memenuhi karakteristik dan stabilitas krim. Skema kerja dan perhitungan bahan krim diihat pada lampiran 4 dan 5.
D.Karakteristik dan Stabilitas Krim Minyak Biji Kelor
Krim minyak biji kelor yang telah dihasilkan selanjutnya diamati organoleptis, homogenitas dan diuji viskositas, pH dan daya sebar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui sebuah sediaan dapat bertahan dan tidak mengalami kerusakan apabila disimpan pada suhu esktrim seperti pada suhu rendah, suhu kamar dan suhu tinggi dalam jangka waktu tertentu. Selain itu juga untuk mengetahui lama waktu sebuah sediaan dapat bertahan saat berada di pasaran dan saat digunakan. Pengujian karakteristik dan stabilitas krim sebagai berikut:
1. Pengamatan organoleptis
Pengamatan organoleptis meliputi pengamatan warna, bentuk dan bau yang dilakukan dari minggu ke-0 sampai minggu ke-4. Pengamatan warna, bentuk dan bau berkaitan dengan kenyamanan pada saat penggunaan suatu sediaan. Suatu sediaan hendaknya memiliki warna yang menarik, bertekstur lunak sehingga mudah dioleskan serta memiliki bau yang menyenangkan pengguna.
22
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Krim Minyak Biji Kelor
Minggu Formula Warna, Bentuk, Bau
Suhu Rendah
Suhu Kamar Suhu Tinggi
0 F1 P, SP, M P, SP, M P, SP, M F2 P, SP, M P, SP, M P, SP, M 1 F1 P, SP, M P, SP, M PP, E, T F2 P, SP, M P, SP, M PP, E, T 2 F1 P, SP, M P, SP, M PP, SP, T F2 P, SP, M P, SP, M PP, SP, T 3 F1 P, SP, M P, SP, M PP, SP, T F2 P, SP, M P, SP, M PP, SP, T 4 F1 P, SP, M P, SP, M PP, SP, T F2 P, SP, M P, SP, M PP, SP, T
(Data primer penelitian, 2018)
Keterangan :F1 = Formula 1; F2 = Formula 2; P = Putih; PP = Putih Pucat SP = Semi Padat;E = Encer;M = Mawar;T = Tengik.
Warna, bentuk dan bau krim suhu ±4˚C, suhu ±25˚C tidak mengalami perubahan dalam penyimpanan sedangkan suhu ±40˚C berubah. Perubahan yang terjadi adalah akibat dari reaksi oksidasi fase minyak dalam krim (Rosmala Dewi dkk.). Adapun faktor lain berupa kesalahan teknis. Bentuk krim pada suhu tinggi berubah menjadi encer dan baunya menjadi tengik.
2.Pengujian daya sebar
Pengujian daya sebar kedua formula dilakukan dari minggu ke-0 sampai misnggu ke-4. Daya sebar berkaitan dengan penyebaran krim pada kulit. Semakin besar daya sebar krim maka luas permukaan kontak krim dan kulit semakin besar, penetrasi zat aktif baik dan merata.
23
Tabel 5. Daya Sebar Krim Minyak Biji Kelor
Minggu Formula Daya sebar rata-rata (cm) Ket
Suhu Rendah Suhu Kamar Suhu Tinggi 0 F1 6 6 6 MS F2 5,5 5,5 5,5 MS 1 F1 5,5 5,2 5,8 MS F2 5,4 5,2 5,8 MS 2 F1 5,4 5,2 5 MS F2 5,4 5 5 MS 3 F1 5,3 5,4 5,5 MS F2 5,6 5 5,4 MS 4 F1 3,4 5,3 4,7 TMS F2 4,3 4,5 4,5 TMS
(Data primer penelitian, 2018)
Keterangan : F1 = Formula 1; F2 = Formula 2; MS= Memenuhi Syarat TMS = Tidak Memenuhi Syarat.
Daya sebar krim minyak biji kelor pada minggu ke-0 sampai minggu ke-3 memenuhi syarat namun pada minggu ke-4 daya sebar krim tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena komponen air dalam krim berkurang sehingga krim mengalami perubahan bentuk semi padat encer menjadi semi padat maka saat daya sebar diuji pada minggu ke-4 krim tidak lagi memiliki kemampuan menyebar seperti minggu-minggu sebelumnya (Lampiran6)
3. Pengujian pH
Pengujian pH krim menggunakan pH meter pada minggu ke-0 sampai minggu ke-3 namun pada minggu ke-4 digunakan indikator universal karena terjadi keruskan pada pH meter, tujuan pengujian untuk mengetahui apakah pH krim sudah sesuai dan aman bagi kulit. pH krim yang diuji dari minggu ke-0 sampai minggu ke-4 memenuhi syarat dengan rentang pH 4-6. Hal ini sangat baik,
24
mengingat bila pH terlalu asam dapat menyebakan kulit gatal-gatal dan bersisik (Lampiran 7).
4. Pengujian homogenitas
Tabel 6. Hasil uji homgenitas Krim Minyak Biji Kelor
Minggu Homogenitas SR SK ST Formula 1 0 H, TG H, TG H, TG 1 H, TG H, TG H, TG 2 H, TG H, TG H, TG 3 H, TG H, TG H, TG 4 H, TG H, TG H, TG Formula 2 0 H, TG H, TG H, TG 1 H, TG H, TG H, TG 2 H, TG H, TG H, TG 3 H, TG H, TG H, TG 4 H, TG H, TG H, TG
(Data primer penelitian, 2018)
Keterangan : SR= Suhu Rendah; SK= Suhu Kamar; ST= Suhu Tinggi H= Homogen; TG = Tidak Menggumpal
Pengamatan homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah semua zat sudah tercampur rata sehingga apabila diaplikasi ke bagian kulit yang membutuhkan, semua daerah kulit memiliki kesempatan yang sama untuk mendapat khasiat dari zat yang terkandung dalam suatu sediaan. Homogenitas kedua formula dari ketiga tempat penyimpanan mulai dari minggu ke-0 sampai minggu ke-4 menunjukkan hasil yang homogen. Sediaan krim yang homogen mengindikasikan bahwa ketercampuran dari bahan-bahan krim dan minyak biji kelor baik sehingga tidak didapati gumpalan ataupun butiran kasar pada sediaan.
25
5. Pengujian viskositas
Tabel 7. Viskositas Krim Minyak Biji Kelor
Minggu Formula Kecepatan
(RPM) Viskositas (cPs) Rata-rata 1 2 3 0 1 20 6169 5923,2 5696 5929,4 0 2 20 7279,7 6121,7 5133,6 6178,3
(Data primer penelitian, 2018) Keterangan: cPs = satuan viskositas
Pengujian viskositas menggunakan viskometer dengan rotor nomor 6 untuk formula 1 dan rotor nomor 4 untuk formula 2, kecepatan 20 rpm. Pengujian dilakukan pada minggu ke-0 setelah krim dibuat. Berdasarkan nilai syarat viskositas yaitu 2000-50.000 cPs maka hasil pengujian viskositas formula 1 dan 2 memenuhi syarat. Proses pengambilan bahan sampai pengujian dapat dilihat pada gambar lampiran 8.
Tabel 8. Simpulan Hasil Pengujian
Pengujian Formula Keterangan
1 2
Organoleptis - - Tidak memenuhi syarat
Homogenitas + + Memenuhi syarat
Viskositas + + Memenuhi syarat
pH + + Memenuhi syarat
Daya Sebar - - Tidak memenuhi syarat
6. Penentuan Aseptabilitas Sediaan Krim Minyak Biji Kelor.
Penentuan aseptabilitas menggunakan responden yang telah setuju untuk menjadi subyek penelitian serta telah mengerti prosedur penggunaan krim. Jumlah responden 10 orang perempuan dengan usia 19-23 tahun yang dipilih secara acak. Evaluasi aseptabilitas sediaan meliputi warna, bau, kelembutan krim dioleskan,
26
kemudahan dioleskan dan kemudahan dicuci. Responden menggunakan krim minyak biji kelor (Moringa oleifera L.) pada permukaan kulit dan dimintai pendapat tentang krim. Untuk kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:
1. Warna : Tidak menarik = 1; Menarik = 2; Sangat menarik = 3 2. Bau : Tidak wangi = 1; Wangi = 2; Sangat Wangi = 3
3. Kelembutan dioleskan :Tidak lembut = 1; Lembut = 2; Sangat lembut = 3.
4. Kemudahan diratakan : Sulit rata = 1; Mudah rata = 2; Sangat mudah rata = 3
5. Kemudahan dicuci : Sulit dicuci = 1; Mudah dicuci= 2; Sangat mudah dicuci = 3
Nilai yang didapat terhadap masing-masing aspek yang diujikan dijumlah dan dihitung prosentasenya menggunakan exel. Kuesioner, surat persetujuan (Lampiran 9)
Uji aseptabilitas formula 1 menggunakan krim minyak biji kelor yang telah disimpan selama 4 minggu, melibatkan 5 responden dari tingkat 1 yang sudah bersedia.
Keterangan: TM = Tidak Menarik;M = Menarik; SM = Sangat Menarik
20% 80% Formula 1 TM M SM
27
Berdasarkan data yang diperoleh, hasil uji aseptabilitas formula 1 menunjukkan bahwa jumlah responden yang tidak tertarik berkaitan dengan warna, bau dan daya cuci krim sebesar 20%. Krim minyak biji kelor berwarna putih seperti warna krim pada umumnya, berbau mawar namun berkurang ketajamannya dipengaruhi oleh suhu penyimpanan dan lama penyimpanan sedangkan daya cuci krim berkurang dikarenakan perubahan bentuk krim yang memadat pada minggu ke-4. Hal diatas mempengaruhi presepsi masing-masing responden.
Uji aseptabilitas formula 2 menggunakan krim minyak biji kelor yang telah disimpan selama 4 minggu, melibatkan 5 responden dari tingkat 2 yang sudah bersedia.
Keterangan: TM = Tidak Menarik;M = Menarik; SM = Sangat Menarik
Berdasarkan data yang diperoleh, hasil uji untuk aseptabilitas formula 2 menunjukkan bahwa jumlah keterterimaan terhadap krim minyak biji kelor berada pada taraf tidak menarik dengan persentase 40% berkaitan dengan warna, kelembutan saat dioles dan daya cuci krim. Krim minyak biji kelor berwarna putih seperti warna krim pada umumnya, kelembutan krim saat dioleskan kurang karena
40% 40% 20%
Formula 2
28
terbentuk butiran-butiran halus yang dipengaruhi oleh pengadukan krim yang terlalu cepat saat pembuatannya, sedangkan daya cuci krim kurang disebabkan oleh perubahan bentuk krim yang memadat diminggu ke-4. Hal diatas mempengaruhi masing-masing presepsi responden.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Minyak biji kelor konsentrasi 4% dan 6% dapat diformulasikan dalam bentuk krim.
2. Krim minyak biji kelor memenuhi syarat karakteristik krim yang meliputi homogenitas, pH dan viskositas sedangkan organoleptis dan pengujian daya sebar tidak memenuhi syarat.
3. Krim minyak biji kelor stabil pada penyimpanan suhu rendah, suhu kamar namun tidak stabil dalam suhu tinggi ditandai dengan perubahan warna dan bau krim.
B. Saran
Bagi peneliti selanjutnya penting untuk melakukan pengujian viskositas krim setiap minggu sesuai waktu uji yang ditentukan selain itu, diharapkan untuk melakukan standarisasi krim minyak biji kelor dan pengujian stabilitas kimia dan mikrobiologis
30
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2009. Teknologi Bahan Alam. Serial Farmasi Industri-2 Edisi Revisi. ITB, Bandung.
Anief, M., 1997. Formulasi Obat Topical Dengan Dasar Penyakit Kulit. UGM Press, Yogyakarta.
Ansel, H.C., 2005. Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Anwar, F., Latif, S., Ashraf, M., dan Gilani, A.H., 2007. Moringa oleifera: a food
plant with multiple medicinal uses.
Armstrong, N.A. dan James, K.L., 2006. Pharmaceutical Experimental Design and Interprolation Taylor and Francis, Bristol Baumann, L 2002. Cosmetic Dermatology : Principles and Practice. Mc Gwar Hill Companies Inc, New York.
Aswal, A., Karla, M., dan Rout, A., 2013. Preparation and Evaluation of CreamPolyherbal Cosmetic. Der Pharmacis Lettre, .
Atkins, P.W., 1996. Kimia Fisik Jilid II, Edisi IV. ed. Erlangga, Jakarta. Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia, edisi III. ed. Dijen POM, Jakarta.
Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. ed. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Depkes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jendral POM, Jakarta.
Duraivel, S., Asma, S., Rabbani, B., dan Eesaf, P., 2014. Formulation and evaluation of Antiwrinkle activity of Cream and Nano emulsion of Moringa Oleifera seed oil. IOSR Journal of Pharmacy and Biological Sciences, 9: .
Fahey, J.W., 2005. Moringa oleifera: a review of medicinal evidence for its nutrional, terapeutik, and priphylactic properties. 1.
Garg, A., Aggarwal, D., dan Garg, S., 2002. Spreading of Semisolid Formulation.
Pharmaceutical Technology, .
Gustone, F.D., Hardwood, J.L., dan Dijkstra, A.J., 2007. The Lipid Handbook, Third Edition. ed. CRC Press, boca Raton.
31
Khasanah dan Uswatun, 2008. Efektifitas Biji Kelor (Moringa Oleifera, LAMK) sebagai Koagulan Fosfat dalam Limbah Cair Rumah Sakit (Studi. Kasus di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
Kholis, N. dan F, H., n.d. Pengujian bioassay biskuit balita yang disuplementasi konsetrat protein daun kelor (Moringa oleifera) pada model tikus malnutrisi. Jurnal Tekhnologi Pertanian.
Krisnadi, A.D., 2013. Kelor Super Nutrisi. LSM-MEPELING, Kunduran Yogya. Lachman, L., H.A. Liebermen dan J.L Kanig, 1994. Teori Dan Praktek Industri,
Jilid I, Edisi II Diterjemahkan Oleh Sisi Suyatni. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Martin, A., James, S., dan Arthur, S., 2009. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik, Edisi III. ed. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Paye, M., Barel, A.. dan Maibach, H.., 2009. Handbook of Cosmetic Science and Technology, Third edition. ed. Informa Healtcare, New York.
Ramington, J.P., 1995. The Science and Practice of Pharmacy, 19 th edition. ed. Mark Publishing Company, Easton Pensylvania.
Rosmala Dewi, Anwar, E., dan K S, Y., n.d. Uji Stablitas Fisik Formula Krim yang Mengandung Ekstrak Kacang Kedelai (Glycine max).
Rowe, R.., Sheskey, P.J., dan Owen, S.C., 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipients, 5th. The Pharmaceutical Press, London.
Singh, B.., Singh, B.., Singh, R.., Prakash, D., Dhakarey, R., Upaddhya, G., dkk., 2009. Oxidative DNA damaged protective activity, antioxidant and anti-quorum sensing potensial of Moringa oleifera 47: .
Sudarmadji, S.B.H. dan Suhardi, 1989. Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian. Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Sudaryanto, Herwanto, T., dan Harnesa Putri, S., 2016. Aktivitas Antiokdan pada Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera L.) Dengan Metode Sokletasi Menggunakan Pelarut N- Heksan, Metanol dan Etanol.
Tilong, A., 2012. Ternyata, Kelor Penakluk Diabetes. DIVA Press, Jogjakarta. Tsaknis, J., Lalas, S., Gergis, V., dan Spiliotis, V., 1998. A total characterization
of Moringa oleifera Malawi seed oil. La Rivista Italiana delle Sostanze Grasse, .
32
Voight, R., 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi 5th Edition. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Wasiaadmaja, S.M., 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Wyatt, E., Sutter, S., dan Drake, L., 2001. In Hardman JG, Limbird LE, Eds Goodman and Gillman’s The Pharmatological Basis Of Therapeutics. Mc Graw Hill, New York.
33
34
Lampiran 2. Perhitungan Rendemen
Bobot simplisia yang ditimbang : 400 gram Bobot cawan : 58,68 gram
Bobot cawan + Isi : 111,93 gram
Berat Minyak : 111,93 – 58,68 = 53.25 gram % Rendemen =
x 100% = 13,31% Lampiran 3. Skema cara kerja
Pembuatan simplisia Dicuci, dirajang, ditimbang, dihaluskan.
Minyak biji kelor
Diekstrak dengan metode sokletasi menggunakan pelarut n-heksan. Perhitungn rendemen
Formulasi minyak biji kelor
Uji organoleptis Uji homogenitas Uji viskositas Uji pH
Uji daya sebar Uji tipe emulsi Uji stabilitas Mengidentifikasi
karakteristik krim minya biji kelor
35
Lampiran 4.Perhitungan Pengambilan Bahan
Krim dibuat sebanyak 200 gram maka jumlah bahan yang digunakan sebagai berikut.
Formula 1
a. Minyak biji kelor 2% :
= 8 gram b. Asam stearat : = 20 gram c. Setil alkohol : = 12 gram d. Parafin cair : = 13,2 gram e. Gliserin : = 6 gram f. Metil paraben : = 0,04 gram g. Propilenglikol : = 60 gram h. Aquades ad 200 Formula 2
a. Minyak biji kelor 4% :
= 12 gram b. Asam stearat : = 20 gram c. Setil alkohol : = 12 gram d. Parafin cair : = 13,2 gram e. Gliserin : = 6 gram f. Metil paraben : = 0,04 gram Propilenglikol : = 60 gram g. Aquades ad 200
36
Lampiran 5. Hasil Uji Daya Sebar
Minggu ke- 0
Formula Beban Suhu Rendah
Rata-rata
Suhu Kamar
Rata-rata
Suhu Tinggi
Rata-rata R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 1 50 5,5 5.5 5.5 5.5 5,5 5.5 5.5 5.5 5,5 5.5 5.5 5.5 100 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 2 50 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 100 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 Minggu ke- 1
Formula Beban Suhu Rendah
Rata-rata
Suhu Kamar
Rata-rata
Suhu Tinggi
Rata-rata R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 1 50 5,1 4,5 4,3 4,6 4,7 4 4.,5 4,4 4,5 5,1 5,4 5 100 6 5 5,5 5,5 5,5 5,1 5 5,2 5,1 6 5,4 5,5 2 50 4,5 4 4,1 4,2 4 4,4 4 4,1 4,7 4,5 4,9 4,7 100 5,7 5,2 5,4 5,4 5 5,5 5,1 5,2 5,5 5,4 6,6 5,8 Minggu ke- 2
Formula Beban Suhu Rendah
Rata-rata
Suhu Kamar
Rata-rata
Suhu Tinggi
Rata-rata R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 1 50 4,3 4 4 4,1 4,5 4,8 4 4,4 4,5 4,4 4,1 4,3 100 6 5,3 5 5,4 5 5,5 5,3 5,2 5 5,2 5 5,0 2 50 4 4,5 4,9 4,4 4,5 4,7 4,7 4,6 4,7 4 4,5 4,4 100 5,2 5 5,3 5,1 5 5 5 5 5,2 5 5,3 5,1
37
Minggu ke- 3
Formula Beban Suhu Rendah
Rata-rata
Suhu Kamar
Rata-rata
Suhu Tinggi
Rata-rata R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 1 50 4,1 4,5 4,9 4,5 4 4 5 4,3 4,5 4,2 4,2 4,3 100 5 6 5 5,3 5,3 5,5 5 5,2 6 5,7 5,1 5,6 2 50 4 4 4 4 4,2 4 4 4,0 4,5 5 4,2 4,5 100 6 6 5 5,6 5 5,3 5 5,1 5,7 5,5 5 5,4 Minggu ke- 4
Formula Beban Suhu Rendah
Rata-rata
Suhu Kamar
Rata-rata
Suhu Tinggi
Rata-rata R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 1 50 3,1 3,5 3,7 3,4 4 3,5 4,7 4,0 4 3,5 3,1 3,5 100 4,5 4,1 4,8 4,6 5,4 5,5 5 5,3 5,5 4,7 4 4,7 2 50 3 3,7 3,7 3,4 3,7 3 4 3,5 4,5 3,5 4,5 4,1 100 4 4 5 4,3 5,1 4 4,5 4,5 5 4 5 4,6
38
Lampiran 6. Hasil Uji pH
Formula Penyimpanan Replikasi Minggu
0 1 2 3 4 1 Suhu Rendah 1 5,0 5,1 5,6 4,5 5 2 5,0 4,6 5,5 4,9 5 3 5,0 4,5 5,4 4,6 5 Suhu Kamar 1 5,0 5,6 6.6 5,6 5 2 5,0 5,2 6,4 5,5 5 3 5,0 4,7 6,4 5,2 5 Suhu Tinggi 1 5,0 4,7 5,4 5,0 4 2 5,0 4,7 5,0 4,9 4 3 5,0 4,7 4,9 4,9 4 2 Suhu Rendah 1 4,9 5,1 4,7 5,2 5 2 4,9 4,6 4,8 5,0 5 3 4,9 5,1 4,8 5,1 5 Suhu Kamar 1 4,9 4,3 5,8 5,4 5 2 4,9 4,3 6,1 5,2 4 3 4,9 4,6 6,2 5,2 4 Suhu Tinggi 1 4,9 5,8 5,6 6,0 4 2 4,9 4,7 4,9 5,9 4 3 4,9 4,9 5,0 5,4 4
39
Lampiran 7. Gambar Proses Penelitian
Gambar 1. Tumbuhan Kelor Gambar 2. Minyak Biji Kelor
Gambar 3. Biji Kelor Gambar 4. Sortasi Kering
40
Gambar 7. Proses Sokletasi Gambar 8. Proses Pembuatan Krim
Gambar 9. Uji Homogenitas Gambar 10. Uji pH
41
Gambar 13. Uji Viskositas Gambar 14.Penyimpanan Suhu Tinggi
Gambar 15. Penyimpanan Suhu Rendah Gambar 16. Penyimpanan Suhu Kamar
42 Gambar 18. Pengisian Kuesioner
43
45
49
50