• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Problem-Based Learning (PBL) Terintegrasi Reading Questioning and Answering (RQA) Meningkatkan Retensi Mahasiswa Berkemampuan Akademik Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Problem-Based Learning (PBL) Terintegrasi Reading Questioning and Answering (RQA) Meningkatkan Retensi Mahasiswa Berkemampuan Akademik Berbeda"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Problem-Based Learning (PBL) Terintegrasi Reading Questioning and

Answering (RQA) Meningkatkan Retensi Mahasiswa Berkemampuan

Akademik Berbeda

Arsad Bahri

Universitas Negeri Makassar

arsad.bahri@unm.ac.id

Abstrak –Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh PBL, RQA, PBLRQA, dan pembelajaran konvensional terhadap retensi mahasiswa berkemampuan akademik berbeda pada perkuliahan Biologi Dasar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain pretest-posttest control group design. Retensi mahasiswa diukur menggunakan tes essay. Data dianalisis secara dengan analisi kovariat 2 jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) strategi pembelajaran dan kemampuan akademik berpengaruh terhadap retensi mahasiswa. PBLRQA berpotensi meningkatkan retensi mahasiswa dibandingkan strategi lainnya, 2)retensi mahasiswa berkemampuan akademik atas lebih tinggi daripada kemampuan akademik bawah, 3) interaksi antara strategi dengan kemampuan akademik tidak berpengaruh terhadap retensi mahasiswa. PBLRQA dapat diimplementasikan pada pembelajaran lainnya

.

Kata kunci:Problem-based learning, reading questioning answering, retensi, kemampuan akademik

Abstract – The aim of this research was to determine the effect of PBL, RQA, PBLRQA, and conventional learning on retention of students with different academic level in Basic Biology classroom. This research was a quasi experiment with pretest-posttest control group design. Student’s retention was measured by essay test. Data were analyzed with one way ANCOVA. The result of research showed that: 1) learning strategy and academic level effected on student’s retention. PBLRQA had the potency to improve student’s retention greater than others strategy, 2) retention of students with higher academic level was greater than lower academic level, 3) interaction between learning strategy and academic level did not effect on student’s retention. PBLRQA could implement to the others subjects.

Key words: Problem-based learning, reading questioning answering, retention, academic level I. PENDAHULUAN

Salah satu penentu kualitas pendidikan adalah keberhasilan pendidikan pada perguruan tinggi. Strategi, model atau pola perkuliahan merupakan aspek penting dalam proses pendidikan selain materi untuk pencapaian kompetensi. Pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa selama perkuliahan berlangsung sangat berperan dalam pembentukan kemampuan dan menentukan kualitas dari perkuliahan. Oleh karena itu, dosen memiliki tanggung jawab membentuk pengalaman belajar mahasiswa salah satunya melalui penggunaan strategi pembelajaran yang tepat.

Informasi dari hasil survey yang dilakukan menunjukkan bahwa strategi pembelajaran konvensional sebagian besar masih mendominasi pola perkuliahan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar (FMIPA UNM). Strategi pembelajaran tersebut belum optimal dalam membangkitkan motivasi dan minat belajar mahasiswa dimana mahasiswa terlihat kurang antusias mengikuti perkuliahan. Sementara, motivasi memiliki peran utama terhadap peningkatan hasil belajar mahasiswa [1] dan [2] (Kiswanto, 2012; Bahri & Corebima, 2015) dan sering dikaitkan dengan kualitas lulusan [3].

Rendahnya hasil belajar kognitif dalam pembelajaran Biologi Dasar juga diduga disebabkan karena masih banyaknya permasalahan-permasalahan terkait materi biologi di jenjang sekolah sebelumnya yang belum terpecahkan. Selain itu minat baca mahasiswa terhadap materi perkuliahan untuk menyiapkan diri mengikuti perkuliahan selanjutnya masih sangat rendah, sehingga

pengetahuan awal mahasiswa pada saat perkuliahan berlangsung masih kurang. Pustaka [4] mengemukakan bahwa peserta didik harus memiliki pengetahuan awal yang akan mereka jadikan dasar untuk membangun pengetahuan selanjutnya.

Keberhasilan pembelajaran umumnya diukur dari seberapa jauh mahasiswa menguasai konsep yang diajarkan. Akan tetapi, untuk mengetahui efektifnya model pembelajaran, perlu dianalisis apakah konsep-konsep yang diajarkan dapat lekat dalam memori jangka panjang (retensi) mahasiswa. Pembelajaran di FMIPA UNM kurang memperhatikan faktor retensi padahal retensi merupakan salah satu indikator bermutunya pembelajaran. Hasil survey menunjukkan bahwa hanya 60% dosen yang berupaya menerapkan strategi pembelajaran yang membuat mahasiswa dapat menyimpan pengetahuan yang diperoleh dapat melekat pada memori jangka panjang mereka. Retensi mahasiswa dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan mereka secara aktif dalam proses pembelajaran. Pemahaman konsep dan retensi dipengaruhi oleh strategi pembelajaran [5], [6], dan [7]. Kemampuan mahasiswa menyimpan materi dalam memori jangka panjang juga berhubungan dengan kemampuan mahasiswa untuk menjadi pebelajar yang mandiri. Ada hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan retensi [8].

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan retensi mahasiswa terhadap materi. Strategi pembelajaran yang dianggap tepat untuk diterapkan adalah strategi yang berlandaskan pada pendekatan konstruktivistik

(2)

seperti Problem Based Learning(PBL). PBL didasari bahwa belajar bukan hanya proses menghafal konsep atau fakta tetapi proses interaksi antara individu dengan lingkungannya. PBL juga dapat mengembangkan keterampilan yang diperlukan di era pengetahuan [9] dan [10]karena dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, menemukan dan menggunakan sumber-sumber belajar, pembelajaran mandiri, mengembangkan kemampuan bekerja kooperatif, dan belajar sepanjang hayat [11]. PBL dapat diaplikasikan di perguruan tinggi karena PBL berbasiskan pada masalah, melibatkan aktivitas berpikir untuk memecahkan masalah, dan berkorelasi dengan fungsi kognitif peserta didik [12]. PBL meningkatkan motivasi belajar [13], berpotensi memberdayakan keterampilan metakognitif [14], [15], dan [16], dan meningkatkan daya retensi mahasiswa [17].

Penggunaan PBL telah mengungkapkan berbagai kelebihan. Namun di samping itu, terdapat kekurangan dari strategi pembelajaran ini. Penelitian [18] dan [19], menunjukkan bahwa penggunaan PBL pada perguruan tinggi lebih banyak menghabiskan waktu jika dibandingkan strategi konvensional. Pustaka [20] juga menyatakan bahwa sulit untuk menerapkan PBL di semua kelas. PBL kurang tepat dengan siswa yang tidak bisa sepenuhnya memahami nilai atau lingkup masalah dengan konten sosial. PBL sulit bagi pengajar untuk mengubah gaya mengajar mereka Sulit untuk menilai pembelajaran dalam PBL[20] dan [19].dan peserta didik mungkin tidak berkinerja baik pada tes pilihan ganda [21].

PBL sulit diterapkan oleh dosen karena panduan kurikulum dan buku teks tidak mengandung berbagai contoh masalah atau alat penilaian yang diperlukan [21]. Hal ini dapat berakibat mahasiswa atau bahkan pengajar kesulitan mengajukan permasalahan autentik terkait materi pembelajaran. Tidak semua materi cocok untuk diajarkan dengan PBL. PBL membutuhkan banyak materi dan membuat mahasiswa harus lebih banyak menggunakan sumber buku teks untuk mencari informasi [19]. Mahasiswa juga terkadang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan karena kurangnya pengetahuan awal mahasiswa terkait topik yang dibahas karena kurangnya minat baca mahasiswa.

Strategi pembelajaran yang diharapkan mampu mengatasi kekurangan PBL adalah strategi pembelajaran Reading Questioning and Aswering (RQA). RQA merupakan strategi yang baru dikembangkan atas dasar kenyataan bahwa hampir semua mahasiswa tidak membaca materi kuliah perkuliahan, yang berakibat strategi perkuliahan yang dirancang sulit atau tidak terlaksana dan pada akhirnya pemahaman terhadap materi perkuliahan menjadi rendah. Pustaka [22] mengemukakan bahwa implementasi RQA terbukti mampu memaksa para mahasiswa untuk membaca materi kuliah yang ditugaskan, sehingga strategi perkuliahan yang dirancang dapat terlaksana dan pemahaman terhadap materi perkuliahan berhasil ditingkatkan hampir 100%.

RQA sebagai strategi pembelajaran inovatif terbukti mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian pustaka [23] menunjukkan bahwa perkuliahan dengan menggunakan RQA menyenangkan bagi mahasiswa. Ketika proses perkuliahan menyenangkan bagi mahasiswa, maka dengan sendirinya akan mendorong motivasi

mahasiswa untuk belajar. Peningkatan motivasi belajar tersebut akan berimplikasi pada peningkatan hasil belajar kognitif mahasiswa. Selain itu, dengan pengalaman belajar yang diperoleh maka materi yang dipelajari akan tersimpan dalam memori jangka panjang mahasiswa.

Melalui RQA, metakognisi mahasiswa juga diharapkan meningkat. Penelitian pustaka [23] menunjukkan bahwa RQA mampu mengembangkan keterampilan metakognitif mahasiswa. Dengan adanya peningkatan keterampilan metakognitif, diharapkan juga akan meningkatkan hasil belajar kognitif mahasiswa. Menurutpustaka [24], sejauh mana metakognisi mempengaruhi pencapaian belajar tergantung pada pola motivasi seseorang. Hal inimenjelaskan kemungkinan adanya hubungan antara metakognisi dan motivasidalam mempengaruhi prestasi pelajar [25].

Kekurangan PBL yang memerlukan interdisiplin ilmu dapat diatasi dengan RQA di mana dalam sintaksnya, mahasiswa bekerja secara kolaboratif untuk mencari solusi permasalahan. Pustaka [26] menyatakan bahwa dalam proses pemecahan masalah, mahasiswa mengeksplorasi berbagai disiplin dan memperluas basis pengetahuan mereka melalui studi mandiri dan bekerja sama dengan teman sekelas mereka.Pustaka [27]melihat PBL sebagai peniruan situasi kehidupan nyata dan menjadi interdisipliner secara inheren, yang memungkinkan mahasiswa untuk memahami bagaimana disiplin ilmu yang berbeda berinteraksi ketika memecahkan masalah. Integrasi RQA ke dalam sintaks PBL diharapkan dapat

Pengintegrasian kedua strategi tersebut didasarkan pada pendapat pustaka [28] yang menyatakan bahwa jika ada beberapa masalah yang akan diselesaikan maka RQA dapat menjadi cara yang efektif agar pembelajaran lebih mendalam sebelum sharing informasi dengan teman-teman kelasnya pada saat presentasi kelas. Perpaduan RQA dengan PBL menjadikan mahasiswa akan lebih banyak membaca dan mencari informasi. Selain itu permasalahan yang diangkat pada kelas perpaduan RQA dan PBL bersumber dari mahasiswa sendiri, maka dengan sendirinya pengetahuan yang berupa solusi atas permasalahan akan tersimpan lebih lama dalam memori jangka panjang mahasiswa.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian dalam proses perkuliahan adalah kemampuan akademik awal mahasiswa karena sangat berpengaruh terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan perkuliahan. Kemampuan akademik awal ini harus diberdayakan, terutama kemampuan akademik awal yang rendah untuk mendapatkan hasil yang sama dengan yang berbeda kemampuan awalnya [29] dan [30].Hasil penelitian pustaka [31]menunjukkan bahwa pembelajaran dalam kelompok berpengaruh pada keberhasilan belajar peserta didik berkemampuan akademik rendah, sedang, dan tinggi. Pustaka [6] melaporkan bahwa ada perbedaan retensi antara peserta didik berkemampuan akademik berbeda. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa baik strategi PBL maupun RQA terbukti mampu mengupayakan agar mahasiswa dengan kemampuan akademik awal rendah dapat meningkatkan prestasinya atau mensejajarkan dirinya dengan mahasiswa pada kelompok lain yang berbeda kemampuan awalnya [23] dan [32].

(3)

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang didesain untuk membandingkan pengaruh strategi pembelajaran PBL, RQA, PBLRQA, dan pembelajaran konvensional terhadap retensi mahasiswa yang dilakukan pada tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester satu pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Negeri Makassar, yang memprogramkan mata kuliah Biologi Dasar. Mahasiswa yang menjadi sampel penelitian terdiri atas 142 orang mahasiswa yang diperoleh dengan random sampling dengan kemampuan akademik awal yang homogen berdasarkan grouping test. Kemampuan akademik mahasiswa terdiri atas mahasiswa berkemampuan akademik atas dan kemampuan akademik bawah. Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design[33] faktorial 4x2. Empat kelas yang digunakan dalam penelitian ini mewakili masing-masing strategi pembelajaran. Retensi mahasiswa diukur dengan menggunakan tes essay sebanyak 21 nomor

dan divalidasi ahli dan empiris sebelum digunakan. Rubrik yang digunakan adalah rubrik hasil belajar kognitif [34]. Keempat kelas diberi perlakuan strategi pembelajaran yang berbeda selama 1 semester, selanjutnya diberikan tes hasil belajar kognitif pada akhir penelitan. Tes kognitif diberikan lagi dua minggu setelah posttest untuk mengukur retensi. III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Retensi pada Setiap Strategi Pembelajaran menurut Kemampuan Akademik

Retensi mahasiswa diukur dua minggu setelah diberikan posttest. Selanjutnya, data dianalisis dengan statistik deskriptif untuk mengetahui rerata dan persentase perubahan skor mahasiswa dari posttest ke retensi. Data hasil penelitian terkait rerata skor dan persentase perubahan skor posttest ke retensi pada setiap strategi pembelajaran menurut kemampuan akademik (KA) ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rerata Skor dan Persentase Perubahan Skor Posttest-Retensi pada Setiap Strategi Pembelajaran menurut Kemampuan Akademik

No Pembelajaran Strategi Kemampuan Akademik Rerata Perubahan (%) Keterangan

Posttest Retensi 1 PBLRQA KA Atas 70,12 63,27 -10,84 Menurun KA Bawah 60,44 46,67 -29,50 Menurun Total 65,28 54,97 -18,76 Menurun 2 PBL KA Atas 58,66 45,37 -29,30 Menurun KA Bawah 51,13 33,60 -52,17 Menurun Total 54,89 39,48 -39,03 Menurun 3 RQA KA Atas 49,42 41,60 -18,81 Menurun KA Bawah 37,86 36,97 -2,39 Menurun Total 43,64 39,29 -11,09 Menurun 4 Konv KA Atas 54,29 34,92 -55,48 Menurun KA Bawah 36,41 20,95 -73,82 Menurun Total 45,35 27,93 -62,36 Menurun Total KA Atas 58,12 46,29 -25,57 Menurun KA Bawah 46,46 34,55 -34,48 Menurun Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa retensi

mahasiswa yang diajar dengan PBLRQA, PBL, RQA, dan pembelajaran konvensional mengalami penurunan dengan persentase yang bervariasi baik antar strategi

pembelajaran, kemampuan akademik yang berbeda, dan kombinasi strategi pembelajaran dan kemampuan akademik. Data rerata retensi dapat divisualisasi seperti pada Gambar 1.

(4)

Gambar 1. Rerata Skor Retensi Posttest-Retensi pada Setiap Strategi Pembelajaran Menurut Kemampuan Akademik Hasil Analisis Statistik Inferensial

Hasil uji anakova perbedaan retensi mahasiswa berkemampuan akademik berbeda pada perkuliahan Biologi Dasar antara yang diberi strategi PBLRQA, PBL,

RQA, dan pembelajaran konvensional ditunjukkan pada Lampiran 20.

Ringkasan hasil uji hipotesis dengan anakova retensi mahasiswa terlihat pada Tabel 2.

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Anakova Retensi Mahasiswa

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 31357,921a 8 3919,740 38,010 0,000 Intercept 17,.676 1 178,676 1,733 0,190 Xret 12382,212 1 12382,212 120,071 0,000 Strategi 4106,634 3 1368,878 13,274 0,000 KemampuanAkademik 414,461 1 414,461 4,019 0,047 Strategi * KA 877,469 3 292,490 2,836 0,041 Error 13715,467 133 103,124 Total 277217,598 142 Corrected Total 45073,388 141 Berdasarkan sumber strategi pembelajaran, kemampuan

akademik dan interaksi strategi pembelajaran dengan KA diperoleh p-level lebih kecil dari alpha 0.05 (p < 0.05) dengan sig. 0,000; 0,047; dan 0,041. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh strategi pembelajaran, kemampuan

akademik dan interaksi strategi pembelajaran dengan KA terhadap retensi mahasiswa.

Hasil uji lanjut pengaruh strategi pembelajaran terhadap retensi mahasiswa terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Lanjut Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Retensi Mahasiswa Strategi Xret Yret Selisih RetCor LSD Notation

KONV 45,347 27,931 17,416 32,788 a,m PBL 54,893 39,484 15,409 37,778 b RQA 43,640 39,285 4,355 45,317 c

PBLRQA 65,280 54,968 10,312 46,120 c

Hasil uji BNT menunjukkan bahwa strategi PBLRQAtidak berbeda nyata dari strategi RQA, tetapi berbeda sangat nyata dengan strategi PBL dan pembelajaran konvensional yaitu lebih tinggi 18,09% dan 28,91%.

Dengan demikian, strategi PBLRQAdan RQA lebih berpotensi meningkatkan retensi mahasiswa dibanding strategi PBL dan pembelajaran konvensional.

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan (nyata) retensi mahasiswa

antara kemampuan akademik atas dengan kemampuan akademik bawah. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata skor terkoreksi pada kemampuan akademik atas sebesar 42,361 sedangkan pada kemampuan akademik bawah sebesar 38,641. Ini menunjukkan bahwa rata-rata skor terkoreksi retensi mahasiswa pada kemampuan akademik atas lebih tinggi 8,78% dari kemampuan akademik bawah.

Hasil uji lanjut pengaruh interaksi strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik terhadap retensi mahasiswa terlihat pada Tabel 4.

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 K A A ta s K A B aw ah T o ta l K A A ta s K A B aw ah T o ta l K A A ta s K A B aw ah T o ta l K A A ta s K A B aw ah T o ta l

PBL+RQA PBL RQA KONV

R er a ta S k o r R et en si

Strategi Pembelajaran menurut Kemampuan Akademik

Postes Retensi

(5)

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Strategi Pembelajaran dengan Kemampuan Akademik terhadap Retensi Mahasiswa

Strategi Akademik Xret Yret Selisih RetCor LSD Notation KONV KA Bawah 36,408 20,946 15,463 31,950 a,m KONV KA Atas 54,286 34,916 19,370 33,627 a, , PBL KA Bawah 51,125 33,598 17,527 34,483 a b PBL KA Atas 58,661 45,369 13,291 41,073 b c PBLRQA KA Bawah 60,436 46,668 13,767 41,151 b c RQA KA Atas 37,859 36,974 0,885 43,653 c RQA KA Bawah 49,422 41,597 7,825 46,980 c d PBLRQA KA Atas 70,124 63,268 6,856 51,089 d Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa rerata terkoreksi skor

retensi terendah pada kombinasi strategi pembelajaran konvensional-KA bawah yaitu 31,950 dan tertinggi pada kombinasi strategi PBLRQA-KA atas yaitu 51,089. Rerata terkoreksi skor retensi mahasiswa pada kombinasi strategi PBLRQA-KA atas berbeda nyata lebih tinggi 19,45% dari kombinasi PBLRQA-KA bawah. Kombinasi RQA-KA bawah tidak berbeda nyata dari kombinasi strategi RQA-KA atas, kombinasi strategi PBL-KA atas tidak berbeda nyata dari kombinasi PBL-KA bawah, kombinasi strategi pembelajaran konvensional-KA atas tidak berbeda nyata dengan kombinasi konvensional-KA bawah. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa strategi pembelajaran PBLRQAlebih tepat untuk mempertahankan retensi mahasiswa KA atas, sedangkan strategi pembelajaran lainnya mampu mempertahankan retensi mahasiswa KA bawah sama dengan KA atas. Kombinasi perlakuan yang dianggap baik untuk mempertahankan retensi mahasiswa adalah kombinasi strategi PBLRQA-KA atas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan retensi mahasiswa yang diajar dengan PBL, RQA, PBLRQA, dan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan temuan pustaka [32]dan [35] yang menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berpengaruh terhadap retensi.

Kemampuan menyimpan pengetahuan pada memori jangka panjang (long-term memory) pada mahasiswa yang diajar dengan PBLRQA juga disebabkan oleh adanya tahapan dimana mahasiswa melakukan kegiatan individual sebagai tahapan dari RQA dan kegiatan kelompok sebagai tahapan dari PBL. Pada sintaks ini mahasiswa melakukan kerja sama untuk mencari penyelesaian masalah dalam suasana kooperatif baik pada diskusi kelompok, maupun diskusi kelas. Aktivitas mahasiswa pada tahapan tersebut menunjukkan adanya kegiatan belajar dari melakukan (learning by doing) dan belajar bersama (learning together). Dengan demikian, mahasiswa menerima informasi bukan hanya berasal dari dosen, akan tetapi juga berasal dari kegiatan belajarnya sendiri dan kerja sama dengan teman-temannya. Selain itu, mahasiswa yang dibelajarkan strategi PBLRQA tidak hanya melibatkan indera pendengaran akan tetapi melibatkan lebih dari satu panca indera sehingga hasil belajar dapat disimpan dalam waktu lama. Hal ini didukung oleh pernyataanpustaka [36] bahwa jika informasi yang dipelajari secara bermakna maka lebih lama diingat daripada informasi yang dipelajari secara hapalan.

Penyebab lain dari besarnya kemampuan mahasiswa yang diajar dengan strategi PBLRQA untuk mempertahankan pengetahuannya dalam memori jangka panjangnya, adalah dengan adanya kegiatan kolaboratif di dalam pembelajaran PBLRQA tersebut. Hasil penelitian pustaka [37] dan [38]melaporkan bahwa peserta didik yang dibelajarkan strategi pembelajaran kooperatifmampumempertahankankonseplebih baik daripadapeserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakanpendekatan pembelajarankonvensional. Pustaka [39] menyatakan bahwa melalui tahapan RQA dalam PBLRQA, retensi mahasiswa berhasil dipertahankan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa skor retensi mahasiswa yang berkemampuan akademik atas lebih tinggi dibandingkan yang berkemampuan akademik bawah. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian [6], [32], dan [40] yang melaporkan adanya perbedaan retensi antara peserta didik berkemampuan akademik atas dengan peserta didik berkemampuan akademik bawah, dimana peningkatan skor retensi peserta didik berkemampuan akademik atas lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik berkemampuan akademik rendah.

Meskipun demikian, kemampuan akademik bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi retensi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi retensi adalah perhatian (konsentrasi) saat proses pembelajaran berlangsung, serta minat atau kemauan peserta didik untuk mengingat. Selain itu, motivasi yang kuat, terutama motivasi intrinsik dan kesadaran akan tujuan yang harus dicapai mendorong peserta didik untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran yang akan berdampak lebih mudah mengingat materi yang sedang dipelajari. Pernyataan ini didukung oleh pustaka [41] bahwa sejauh mana keterampilan metakognitif mempengaruhi pencapaian, sebenarnya sangat tergantung pada pola motivasi.

Selain itu, pustaka [42] menjelaskan mengenai retensi siswa bahwa terdapat lima kondisi yang dapat mempengaruhi retensi, yaitu harapan (expectation), dukungan (support), umpan balik (feedback), keterlibatan (involvement), dan pembelajaran (learning). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa retensi siswa berkemampuan akademik tinggi maupun rendah dapat meningkat apabila kelima kondisi tersebut benar-benar dilaksanakan. Jadi, siswa berkemampuan akademik rendah pun bisa memiliki retensi yang lebih baik apabila mendapatkan kelima kondisi tersebut dengan baik.

Hasil penelitian juga melaporkan bahwa strategi PBLRQA lebih tepat mempertahankan retensi mahasiswa

(6)

yang berkemampuan akademik atas. Hal ini disebabkan karena selama pembelajaran mahasiswa berkemampuan akademik atas berusaha untuk dapat mengetahui dan memahami permasalahan dan dan solusinya agar mahasiswa tersebut dapat mengajari sesama anggota kelompoknya. Aktivitas mahasiswa yang demikian dapat memacu terbentuknya keterampilan berpikir dan keterampilan metakognitif pada dirinya. Selama penerapan strategi PBLRQA, mahasiswa berkemampuan akademik atas lebih banyak terbantu untuk mengembangkan keterampilan metakognisi dan mempertahankan pemahaman konsep yang diketahuinya pada saat perkuliahan.

Terkait dengan pembelajaran, pembelajaran PBLRQA yang banyak melibatkan panca indera dalam proses berpikir dapat memungkinkan pembelajaran menjadi lebih bermakna, sehingga dengan demikian memungkinkan kuatnya retensi mahasiswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pengalaman belajar yang dilakukan oleh mahasiswa secara langsung akan memberikan dampak yang besar terhadap materi yang diterima oleh mahasiswa, sehingga mereka dapat menyimpan dan mengingat materi yang sudah diperolehnya dengan baik. Pernyataan ini didukung oleh temuan hasil penelitian pustaka [43] bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi PBL dapat meningkatkan kebermaknaan proses belajar, sehingga dapat meningkatkan jumlah materi yang dapat diingat dalam jangka waktu yang relatif lama. Pustaka [44] juga menyatakan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran dapat mempengaruhi retensi dan berdampak pada hasil belajar siswa. Apabila dalam pembelajaran mahasiswa diberi kesempatan untuk melakukan atau mengamati objek secara langsung, maka konsep yang dipelajari akan bertahan lama dalam ingatan. Kondisi ini berlaku untuk semua mahasiswa, baik mahasiswa berkemampuan akademik tinggi maupun rendah. Mahasiswa berkemampuan akademik tinggi maupun rendah dalam pembelajaran dengan strategi PBLRQA dituntut aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

Hal ini menunjukkan bahwa pada mahasiswa berkemampuan akademik bawah dengan strategi pembelajaran yang sama yaitu PBLRQA, ada faktor lain yang berpengaruh terhadap retensi selain metakognisi. Terkait dengan hal tersebut, pustaka [45] mengemukakan bahwa suatu fakta yang dipelajari harus dapat diingat dengan baik segera setelah diajarkan, akan tetapi dalam jangka waktu tertentu dapat terjadi perubahan karena yang diingat itu dapat dilupakan sebagian atau seluruhnya. Faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi retensi peserta didik adalah jumlah hal yang dipelajari dalam waktu tertentu, adanya kegiatan-kegiatan lain sesudah belajar yang merupakan interference yang mengganggu apa yang diingat itu, dan waktu yang lewat setelah berlangsungnya belajar yang juga dapat mengandung kegiatan yang mengganggu.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh strategi pembelajaran, kemampuan akademik dan interaksi strategi pembelajaran dengan KA terhadap retensi mahasiswa.Strategi

PBLRQAdan RQA lebih berpotensi meningkatkan retensi mahasiswa dibanding strategi PBL dan pembelajaran konvensional.Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dengan kemampuan akademik atas memiliki retensi lebih besar dibandingkan mahasiswa dengan kemampuan akademik bawah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mahasiswa dengan KA atas yang diajar dengan strategi PBLRQAlebih mampu mempertahankan retensinya dibandingkan dengan strategi pembelajaran lainnya dengan kemampuan akademik yang

berbeda. Dengan demikian hasil penelitian ini

merekomendasikan penggunaan strategi PBLRQA pada

perkuliahan lain agar retensi mahasiswa terhadap materi dapat dipertahankan.

PUSTAKA

[1] N.C.D. Kiswanto, Pengaruh Kecerdasan Emosional, Efikasi Diri Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas

Negeri Yogyakarta,Bachelor Thesis, Universitas

Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012.

[2] A. Bahri, &A.D. Corebima, The Contribution of Learning Motivation and Metacognitive Skill on Cognitive Learning Outcome of Students within

Different Learning Strategies,Journal of Baltic

Science Education, vol. 14, no. 4 , 2015, pp. 487-500.

[3] A. Darmawati, Analisis Motivasi dan Pengaturan Diri untuk Belajar Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri

Yogyakarta,Laporan Penelitian, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta,

Yogyakarta, 2009.

[4] M.Yamin, Paradigma Pendidikan Kostruktivistik,

Gaung Persada Press, Jakarta, 2008.

[5] Z.W.M. Warouw, Pengaruh Pembelajaran

Metakognitif dengan Strategi Cooperative Script, dan Reciprocal Teaching pada Kemampuan Akademik Berbeda Terhadap Kemampuan dan Keterampilan Metakognitif, Berpikir Kritis, Hasil Belajar Biologi

Siswa, serta Retensinya di SMP Negeri

Manado,Doctoral dissertation, Universitas Negeri

Malang, Malang, 2009.

[6] Jamaluddin, Pengaruh Pembelajaran Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan Dipadukan Strategi Kooperatif dan Kemampuan Akademik terhadap Keterampilan Mtakognitif, Berpikir Kreatif, Hasil Belajar Kognitif IPA-Biologi, dan Retensi Siswa SD

di Mataram,Doctoral dissertation, Universitas Negeri

Malang, Malang, 2009.

[7] Zahri, Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle terhadap Kualitas Proses, Hasil Belajar dan Retensi Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Asam Basa

Kelas XI IPA SMAN 1 Indrapuri Aceh Besar, Master

Thesis, Universitas Negeri Malang, Malang, 2010.

[8] D.RFauziyah,Hubungan Keterampilan Metakognitif terhadap Hasil Belajar Biologi dan Retensi Siswa Kelas X dengan Penerapan Strategi Pembelajaran

Think Pair Share di SMA Negeri 6 Malang. Bachelor

thesis,Universitas Negeri Malang, Malang,2013.

[9] B.J.Duch, S. E. Groh, &E.A. Debora, The Power of

(7)

Teaching Undergraduate Courses in Any

Discipline,Stylus Publishing,Sterling, 2001.

[10] O.S. Tan, Problem Based Learning Innovation. Using

Problem to Power Learning in the 21st Century,

Cengage Learning Asia Pte. Ltd., Singapore, 2003. [11]T. R.Steck, W.DiBiase, C. Wang, &A.Boukhtiarov,The

Use of Open-Ended PBL Scenarios in an

Interdisciplinary Biotechnology Class: Evaluation of a

PBL Course Across Three Years,Journal of

Microbiology & Biology Education, vol. 13, no. 1,

2012, pp. 2-10.

[12] R.E. Izzaty, Problem-Based Learning dalam

Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Paradigma, vol. 1,

no. 1, 2006, 77 – 83.

[13] A.A. Keziah, A Comparative Study of PBL and

Lecture-Based Learning in Secondary School

Students’ Motivation to Learn Science, International

Journal of Science and Technology Education

Research, vol. 1, no. 6, 2010, pp. 126 – 131.

[14] B. Ackay, PBL in Science Education,Journal of

Turkish Science Education, vol. 6, no. 1, 2009, pp. 26

-36.

[15] A.D. Corebima, &A. Bahri, Reading, Questioning, and Answering (RQA): A New Learning Strategy to Enhance Student Metacognitive Skill and Concept

Gaining. Paper presented at International Symposium

at Nanyang Technology University, Singapura, 2011.

[16] M. Danial, Pengaruh strategi pembelajaran PBL dan Group Investigation terhadap metakognisi dan

penguasaan konsep Kimia Dasar Mahasiswa

JurusanBiologi FMIPA UNM, Doctoral dissertation,

Universitas Negeri Malang, Malang, 2010.

[17] M. Palennari, Exploring The Correlation between Metacognition and Cognitive Retention of Students

using Some Biology Teaching Strategies,Journal of

Baltic Science Education, vol. 15,no. 5, 2016, pp.

617-629.

[18] S. Meier, R. Hovde,&R. Meier, Problem Solving: Teachers’ Perceptions, Content Area Models, and

Interdisciplinary Connections,School Science and

Mathemataics,vol. 96, no. 1, 1996, pp. 230-237.

[19]O. Akinoglu, &R.O. Tandogan, The Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and

Concept Learning,Eurasia Journal of Mathematic,

Science & Technology Education, vol. 3, no. 1, 2007,

pp. 71-81.

[20]D.F. Treagust, &R.F. Peterson, Learning To Teach Primary Science Trough Problem Based Learning,

Science Education, vol. 82, no. 2, 1998, pp. 215-237.

[21]J.D.Ward,& C.L. Lee, A Review Of Problem-Based

Learning,Journal of Family and Consumer Sciences

Education, vol. 20, no. 1, 2002, pp. 16-26.

[22]A.D. Corebima, Pengalaman Berupaya Menjadi Guru Profesional. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Genetika pada Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Orasi ilmiah disampaikan pada

Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Malang Malang, 2009.

[23]A. Bahri, Pengaruh strategi pembelajaran RQA pada perkuliahan Fisiologi Hewan tehadap kesadaran metakognitif, keterampilan metakognitif dan hasil

belajar kognitif mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA

UNM,Master thesis, Universitas Negeri Malang,

Malang,2010.

[24] V.Z.C.V. Tamsen, Examining metacognitive self-regulation within the context of daily academic

tasks,Doctoral dissertation, The State University of

New York, 1998.

[25] S. Rahman, &J.A. Phillips, Hubungan antara Kesedaran Metakognisi, Motivasi dan Pencapaian

Akademik Pelajar Universiti,Jurnal Pendidikan, vol.

31, no. 1, 2006, pp.21 – 39.

[26] W.Stepien, S.Gallagher, &D. Workman, Problem-based learning for traditional and interdisciplinary

classrooms, Journal for the Education of the Gifted,

vol. 16, no. 1, 1993, pp. .338-357.

[27] S. Gallagher, W. Stepien, B. Sher, &D. Workman, Implementing Problem-Based Learning in Science

Classrooms,School Science and Mathematics, vol. 95,

no. 1, 1995, pp. 136-146.

[28] D.E. Allen, B.J. Duch, & S.E. Groh,Strategies for

Using Groups. In Duch. B.J et. (ed). The Power of

Problem Based Learning: A Practical “How To” for

Teaching Undergraduate Courses in Any Discipline,

Stylus Publishing, Sterling,2001.

[29] I. Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas

Paradigma Baru Pendidikan, Logos Wacana Ilmu,

Jakarta, 2001.

[30] A.D. Corebima,Strategi Pembelajaran yang

Memberdayakan Kemampuan Berpikir dan

Pemahaman Konsep Siswa Berpotensi Akademik

Rendah. Makalah disajikan pada The International

Conference on Mathemathics and Science Education

di UNJ Jakarta pada tanggal 29-30 Nopember 2006.

[31] S. Amnah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif TPS, Jigsaw, Kombinasi dengan Strategi Metakognitif dan

Kemampuan Akademik terhadap Kesadaran

Metakognitif, Keterampilan Metakognitif, dan Hasil Belajar Kognitif Siswa di SMA Negeri Kota Pekan

Baru Riau. Doctoral dissertation, Universitas Negeri

Malang, Malang, 2009.

[32] Muhiddin, Pengaruh Integrasi PBL dengan

Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan kemampuan Akademik terhadap Metakognisi, Berpikir Kritis, Pemahaman Konsep, dan Retensi Mahasiswa pada

Perkuliahan Biologi DasarDoctoral dissertation,

Universitas Negeri Malang, Malang, 2012.

[33] W.L. Borg, &M.D. Gall, Educational Research, An

Introduction. 4th Edition,Longman Inc., New York and

London, 1983.

[34] D. Hart, Authentic Assesment a Hand Book for

Educators California. Addison-Wesley Publishing

Company, New York, 1994.

[35]A.G.C. Wicaksono, Pengaruh Strategi Pembelajaran Reciprocal Teaching Dipadu dengan Jigsaw Terhadap Kemampuan Metakognitif, Hasil Belajar dan Retensi

Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Malang, Bachelor

thesis, Universitas Negeri Malang, Malang, 2011.

[36] R.W. Dahar, Teori-Teori Belajar, Erlangga, Jakarta,

1991.

[37] A. Sukkrong, &A. Teo, Learning Achievement, Retention, and Attitude towards English Vocabulary Learning of Students Taught Through Games and

(8)

Conventional Method.Paper presented on The 2nd International Conference on Humanities and Social

Sciences April 10th, 2010.

[38] M.M.Chianson, M.S., Kurumeh, &J.A. Obida, Effect of Cooperative Learning Strategy on Students’ Retention in Circle Geometry in Secondary Schools in

Benue State, Nigeria,American Journal of Scientific

and Industrial Research, vol. 2, no. 1, 2011, pp. 33 –

36.

[39] H. M. Sumampouw,Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Pembelajaran Genetika

(Artikulasi Konsep dan Verifikasi Empiris),Jurnal

Bioedukasi, vol. 4, no. 2, 2011, pp. 23-39.

[40] L.T. Antika, Perbandingan Keterampilan

Metakognitif, Hasil Belajar Biologi, dan Retensi Antara Siswa Berkemampuan Akademik Tinggi dan Rendah Kelas X SMA di Malang melalui Strategi

Problem Based Learning (PBL), Bachelor

thesis,Universitas Negeri Malang., Malang, 2013.

[41] M.S.C.Yuwono, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif jigsaw Modifikasi dari Aronson dan Slavin

serta Pengaruhnya terhadap Keterampilan

Metakognisi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Berkemampuan Akademik Berbeda di SMA Kota

Denpasar,Doctoral dissertation, Universitas Negeri

Malang, Malang, 2012.

[42] V. Tinto, Promoting Student Retention Through

Classroom Practice. Amster-Paper VT(1). (Online),

(http://www.staffs.ac.uk/accessstudies/ docs/Amster-paperVT%281%29.pdf), 2003.

[43] Zaidi,Pengaruh Metode Pembelajaran PBL vs

Ceramah dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar dan Retensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III

Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman Kota Malang,

Master thesis,Universitas Negeri Malang, Malang,

2006.

[44] Slameto,Belajar & Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.

[45] W.N. Nasution, Efektivitas Strategi Pembelajaran

Kooperatif dan Ekspositori terhadap Hasil Belajar

Sains Ditinjau dari Cara Berpikir. Online

Gambar

Tabel 1 Rerata Skor dan Persentase Perubahan Skor Posttest-Retensi pada Setiap Strategi Pembelajaran menurut  Kemampuan Akademik
Gambar 1. Rerata Skor Retensi Posttest-Retensi pada Setiap Strategi Pembelajaran Menurut Kemampuan Akademik  Hasil Analisis Statistik Inferensial
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Strategi Pembelajaran dengan Kemampuan Akademik  terhadap Retensi Mahasiswa

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini semakin menjadi-jadi karena adanya beberapa aspek yang mendukungnya, seperti adanya dominasi budaya patriarkal yang lebih berfokus pada peran laki-laki;

Analisis kepuasan pelanggan dengan menggunakan metode six sigma yang dilakukan terhadap 100 pelanggan Indosat dan 100 pelanggan Telkomsel menghasilkan nilai yang

Bentuk perpaduan ini merupakan sala satu bentuk yang menurut penulis lebih cocok untuk digunakan dalam ibadah di Gereja Kemah Inijil Indonesia Talitakumi

Penelitian yang dilakukan Supomo dan Indriantoro (1998) menunjukkan bahwa pengaruh partisipasi terhadap kinerja manajerial tidak signifikan, dengan demikian menolak hipotesis yang

[r]

bekerja mengalami peningkatan namun jumlah penduduk yang bekerja di Sektor Pertanian mengalami penurunan dari 2,50 juta pada Agustus 2014 menjadi 2,48 juta pada Februari

Berdasarkan uraian tersebut, rekomendasi upaya mitigasi dan adaptasi yang dapat dilakukan di TPA Batu Layang Kota Pontianak adalah perlunya diadakan sosialisasi

Jadi sebagai sebuah bangunan, Raha Bulelenga adalah penamsilan martabat satu, dua, dan tiga yang hanya dapat ditembus dengan cara mencapai tingkatan hati terdalam