ANALISA LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI DI PT. ALAM INDAH BUNGA
NUSANTARA, CIPANAS, CIANJUR
Oleh:
ANNE NOOR INAYAH F14103030
2007
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANALISA LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI DI PT. ALAM INDAH BUNGA
NUSANTARA, CIPANAS, CIANJUR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
ANNE NOOR INAYAH F14103030
Dilahirkan pada tanggal 08 Juli 1986 di Bandung Tanggal lulus: 27 Agustus 2007
Menyetujui, Bogor, 29 Agustus 2007
Ir. Meiske Widyarti, M. Eng Pembimbing Akademik
Mengetahui,
Anne Noor Inayah. F14103030. Analisa Lingkungan Dalam Bangunan
Greenhouse Tipe Tunnel yang Telah Dimodifikasi di PT. Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas, Cianjur. Di bawah bimbingan Ir. Meiske Widyarti, M. Eng
RINGKASAN
Setiap jenis tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan kondisi lingkungan yang spesifik, khususnya tanaman krisan. Lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan membuat tanaman dapat berkembang dengan optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman diantaranya adalah suhu udara, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, serta kandungan CO2. Salah satu cara pengendalian untuk pertumbuhan tanaman diantaranya dengan menggunakan greenhouse. Berbagai jenis bentuk greenhouse
telah digunakan di Indonesia, salah satunya yaitu greenhouse tipe tunnel (setengah lingkaran) yang banyak digunakan di negara yang beriklim subtropis. Pada negara yang beriklim tropis seperti di Indonesia perlu dilakukan studi untuk mengetahui kesesuaian greenhouse tipe tunnel yang dipergunakan untuk budidaya tanaman krisan.
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengukuran dan analisa parameter lingkungan dalam bangunan greenhouse yang telah dimodifikasi dalam budidaya tanaman krisan, membandingkan suhu udara di dalam greenhouse tipe
tunnel sebelum modifikasi, sesudah modifikasi dan tipe sere, serta menghitung laju ventilasi udara karena faktor angin pada greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai Juni 2007 bertempat di PT. Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas, Cianjur. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi. Sebagai pembanding, digunakan juga greenhouse tipe tunnel sebelum dimodifikasi dan tipe sere. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah meteran, termometer bola basah dan bola kering, termokopel dan hybrid recorder, luxmeter, anemometer digital, psychrometric chart, weather station, dan PC (personal computer). Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pengambilan data dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan kondisi cuaca cerah. Pengambilan data dilakukan antara pukul 07.30 – 17.30 WIB dengan interval setiap ½ jam. Data hasil pengukuran diolah dengan menggunakan program komputer Microsof Excel, sedangkan data hasil pengukuran dimensi
greenhouse diolah dengan menggunakan program AUTOCAD 2005.
Berdasarkan hasil pengukuran lingkungan dalam greenhouse tipe tunnel
yang telah dimodifikasi dan di luar greenhouse, suhu udara di luar greenhouse
pada pukul 07.30 WIB, sedangkan kelembaban relatif udara minimum di dalam
greenhouse sebesar 46.8% dan di luar greenhouse sebesar 50.7% terjadi pada pukul 11.30.
Berdasarkan hasil pengukuran suhu udara pada ketiga tipe greenhouse, suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi lebih rendah 0.5 – 3oC daripada suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel yang belum dimodifikasi. Suhu udara di dalam greenhouse tipe sere lebih rendah 0.5 – 3.5oC dibandingkan suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi.
Laju ventilasi udara berbanding lurus dengan kecepatan angin. Kecepatan angin yang besar akan menghasilkan laju ventilasi udara yang besar, dan kecepatan angin yang rendah akan menghasilkan laju ventilasi udara yang rendah pula. laju ventilasi udara maksimum yang melewati bukaan terjadi di sebelah Timur sebesar 10 kg/s pada kecepatan angin 0.86 m/s, dan minimum sebesar 0 kg/s pada kecepatan angin 0 m/s. Laju ventilasi udara maksimum yang melewati bukaan sebelah Barat sebesar 5 kg/s pada kecepatan angin 0.45 m/s, dan minimum sebesar 0 kg/s pada kecepatan angin 0 m/s.
Tinggi bangunan greenhouse yang diteliti adalah 3.7 m, jarak antar bangunan yang bersampingan ± 0.6 - 1 m, dan jarak antar bangunan yang berhadapan ± 3 m. Berdasarkan teori, sebaiknya jarak antar bangunan 1.5 m dari tinggi bangunan, maka jarak antar bangunan di lokasi penelitian sebaiknya minimal 5.5 m karena jarak antar bangunan yang terlalu berdekatan akan menghalangi pergerakan angin.
Agar budidaya tanaman krisan di dalam greenhousei tipe tunnel yang telah dimodifikasi dapat optimal sesuai dengan syarat pertumbuhan tanaman, maka dibutuhkan kondisi lingkungan dalam bangunan yang baik pula. Pada
greenhouse yang diteliti terlihat bahwa lingkungan dalam bangunan greenhouse
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Anne Noor Inayah, dilahirkan di Bandung pada tanggal 08 Juli 1986. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak M. Natsir Noor, BE dan Ibu Maryamah.
Pada tahun 1997, penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Padasuka II Bandung. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 16 Bandung dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMU PGII 1 Bandung dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 2003, penulis diterima pada program S1 Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor) di Departemen Teknik Pertanian Laboratorium Lingkungan dan Bangunan Pertanian (LBP), Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama studi penulis aktif pada beberapa organisasi, antara lain Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) sebagai staf departemen profesi periode 2004-2005, serta 2005-2006. Aktif di Paguyuban Mahasiswa Bandung (PAMAUNG) periode 2003-2005. Penulis telah melakukan Praktek Lapangan di Rohmat Farm Cisarua, Kab. Bandung dengan judul “Mempelajari Aspek Keteknikan Pertanian pada Budidaya Bunga Hebras di Greenhouse
i KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisa Iklim Mikro pada Greenhouse Tipe Tunnel yang Dimodifikasi”. Isi skripsi ini ditekankan pada pengaruh iklim mikro seperti suhu udara, kelembaban relatif udara, kecepatan angin, serta intensitas cahaya juga pengaruh perbedaan suhu pada tipe greenhouse yang berbeda.
Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini telah banyak pihak yang membantu penulis sehingga dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Meiske Widyarti, M.Eng selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
2. Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr, dan Chusnul Arif, S.TP selaku dosen penguji.
3. Kedua orang tuaku tercinta (M. Natsir Noor, BE dan Maryamah) atas segala limpahan kasih sayang dan bantuan secara moril maupun materiil. 4. Kakak dan adik-adikku tersayang (Yelli & A’Dede, Ridha, Intan, Dilla)
yang telah memberikan semangat dan motivasi pada penulis.
5. PT. Alam Indah Bunga Nusantara yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6. Pak Ahmad, dan Mas Firman yang telah banyak membantu dalam kelancaran penelitian ini.
7. Sahabat-sahabatku: Manda, Dela, Erly, Dias, Leny, Rany, Dyanti, dan Dyah.
8. Eka Utami selaku teman seperjuangan dalam melaksanakan penelitian. 9. Rekan-rekan LBP: Ali Parjito, A. Suhaeli, Eka, Dewi. N, Fuad, Iin,
Irawan, Kindi, Murni, Sari, Shinta, Tari, Ukik, Yanu, Yulis, dan Yuni. 10.Teman-teman yang telah membantu selama penelitian (Khafid, Gia, Supri,
ii 11.Badudu Crew (Belinda, Winda, Ikqi, Lili, M’Ari, Bunga, Yeni, Mieke,
Opie, Rahma, Nurul, Ima, Bintang, dan Karin) yang tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis.
12.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, 2007
iii
A. KONDISI LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI ... 19
B. LAJU VENTILASI UDARA AKIBAT FAKTOR ANGIN PADA GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI .. 27
iv D. PENGARUH LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE
TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI PADA BUDIDAYA
BUNGA KRISAN ... 33
E. EVALUASI TERHADAP DESAIN BANGUNAN ... 37
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
A. KESIMPULAN ... 39
B. SARAN ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
v DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Suhu udara maksimum dan minimum di dalam greenhouse tipe tunnel
yang telah dimodifikasi selama pengamatan ... 23 Tabel 2. Laju ventilasi udara karena faktor angin pada greenhouse tipe tunnel
yang telah dimodifikasi ... 27 Tabel 3. Perbedaan suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah
dimodifikasi dengan greenhouse tipe tunnel sebelum dimodifikasi dan tipe sere ... 31 Tabel 4. Perbedaan suhu udara di luar greenhouse dengan suhu udara di dalam
greenhouse tipe tunnel sebelum dan sesudah dimodifikasi dan
ANALISA LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI DI PT. ALAM INDAH BUNGA
NUSANTARA, CIPANAS, CIANJUR
Oleh:
ANNE NOOR INAYAH F14103030
2007
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANALISA LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI DI PT. ALAM INDAH BUNGA
NUSANTARA, CIPANAS, CIANJUR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
ANNE NOOR INAYAH F14103030
Dilahirkan pada tanggal 08 Juli 1986 di Bandung Tanggal lulus: 27 Agustus 2007
Menyetujui, Bogor, 29 Agustus 2007
Ir. Meiske Widyarti, M. Eng Pembimbing Akademik
Mengetahui,
Anne Noor Inayah. F14103030. Analisa Lingkungan Dalam Bangunan
Greenhouse Tipe Tunnel yang Telah Dimodifikasi di PT. Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas, Cianjur. Di bawah bimbingan Ir. Meiske Widyarti, M. Eng
RINGKASAN
Setiap jenis tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan kondisi lingkungan yang spesifik, khususnya tanaman krisan. Lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan membuat tanaman dapat berkembang dengan optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman diantaranya adalah suhu udara, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, serta kandungan CO2. Salah satu cara pengendalian untuk pertumbuhan tanaman diantaranya dengan menggunakan greenhouse. Berbagai jenis bentuk greenhouse
telah digunakan di Indonesia, salah satunya yaitu greenhouse tipe tunnel (setengah lingkaran) yang banyak digunakan di negara yang beriklim subtropis. Pada negara yang beriklim tropis seperti di Indonesia perlu dilakukan studi untuk mengetahui kesesuaian greenhouse tipe tunnel yang dipergunakan untuk budidaya tanaman krisan.
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengukuran dan analisa parameter lingkungan dalam bangunan greenhouse yang telah dimodifikasi dalam budidaya tanaman krisan, membandingkan suhu udara di dalam greenhouse tipe
tunnel sebelum modifikasi, sesudah modifikasi dan tipe sere, serta menghitung laju ventilasi udara karena faktor angin pada greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai Juni 2007 bertempat di PT. Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas, Cianjur. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi. Sebagai pembanding, digunakan juga greenhouse tipe tunnel sebelum dimodifikasi dan tipe sere. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah meteran, termometer bola basah dan bola kering, termokopel dan hybrid recorder, luxmeter, anemometer digital, psychrometric chart, weather station, dan PC (personal computer). Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pengambilan data dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan kondisi cuaca cerah. Pengambilan data dilakukan antara pukul 07.30 – 17.30 WIB dengan interval setiap ½ jam. Data hasil pengukuran diolah dengan menggunakan program komputer Microsof Excel, sedangkan data hasil pengukuran dimensi
greenhouse diolah dengan menggunakan program AUTOCAD 2005.
Berdasarkan hasil pengukuran lingkungan dalam greenhouse tipe tunnel
yang telah dimodifikasi dan di luar greenhouse, suhu udara di luar greenhouse
pada pukul 07.30 WIB, sedangkan kelembaban relatif udara minimum di dalam
greenhouse sebesar 46.8% dan di luar greenhouse sebesar 50.7% terjadi pada pukul 11.30.
Berdasarkan hasil pengukuran suhu udara pada ketiga tipe greenhouse, suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi lebih rendah 0.5 – 3oC daripada suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel yang belum dimodifikasi. Suhu udara di dalam greenhouse tipe sere lebih rendah 0.5 – 3.5oC dibandingkan suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi.
Laju ventilasi udara berbanding lurus dengan kecepatan angin. Kecepatan angin yang besar akan menghasilkan laju ventilasi udara yang besar, dan kecepatan angin yang rendah akan menghasilkan laju ventilasi udara yang rendah pula. laju ventilasi udara maksimum yang melewati bukaan terjadi di sebelah Timur sebesar 10 kg/s pada kecepatan angin 0.86 m/s, dan minimum sebesar 0 kg/s pada kecepatan angin 0 m/s. Laju ventilasi udara maksimum yang melewati bukaan sebelah Barat sebesar 5 kg/s pada kecepatan angin 0.45 m/s, dan minimum sebesar 0 kg/s pada kecepatan angin 0 m/s.
Tinggi bangunan greenhouse yang diteliti adalah 3.7 m, jarak antar bangunan yang bersampingan ± 0.6 - 1 m, dan jarak antar bangunan yang berhadapan ± 3 m. Berdasarkan teori, sebaiknya jarak antar bangunan 1.5 m dari tinggi bangunan, maka jarak antar bangunan di lokasi penelitian sebaiknya minimal 5.5 m karena jarak antar bangunan yang terlalu berdekatan akan menghalangi pergerakan angin.
Agar budidaya tanaman krisan di dalam greenhousei tipe tunnel yang telah dimodifikasi dapat optimal sesuai dengan syarat pertumbuhan tanaman, maka dibutuhkan kondisi lingkungan dalam bangunan yang baik pula. Pada
greenhouse yang diteliti terlihat bahwa lingkungan dalam bangunan greenhouse
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Anne Noor Inayah, dilahirkan di Bandung pada tanggal 08 Juli 1986. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak M. Natsir Noor, BE dan Ibu Maryamah.
Pada tahun 1997, penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Padasuka II Bandung. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 16 Bandung dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMU PGII 1 Bandung dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 2003, penulis diterima pada program S1 Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor) di Departemen Teknik Pertanian Laboratorium Lingkungan dan Bangunan Pertanian (LBP), Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama studi penulis aktif pada beberapa organisasi, antara lain Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) sebagai staf departemen profesi periode 2004-2005, serta 2005-2006. Aktif di Paguyuban Mahasiswa Bandung (PAMAUNG) periode 2003-2005. Penulis telah melakukan Praktek Lapangan di Rohmat Farm Cisarua, Kab. Bandung dengan judul “Mempelajari Aspek Keteknikan Pertanian pada Budidaya Bunga Hebras di Greenhouse
i KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisa Iklim Mikro pada Greenhouse Tipe Tunnel yang Dimodifikasi”. Isi skripsi ini ditekankan pada pengaruh iklim mikro seperti suhu udara, kelembaban relatif udara, kecepatan angin, serta intensitas cahaya juga pengaruh perbedaan suhu pada tipe greenhouse yang berbeda.
Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini telah banyak pihak yang membantu penulis sehingga dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Meiske Widyarti, M.Eng selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
2. Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr, dan Chusnul Arif, S.TP selaku dosen penguji.
3. Kedua orang tuaku tercinta (M. Natsir Noor, BE dan Maryamah) atas segala limpahan kasih sayang dan bantuan secara moril maupun materiil. 4. Kakak dan adik-adikku tersayang (Yelli & A’Dede, Ridha, Intan, Dilla)
yang telah memberikan semangat dan motivasi pada penulis.
5. PT. Alam Indah Bunga Nusantara yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6. Pak Ahmad, dan Mas Firman yang telah banyak membantu dalam kelancaran penelitian ini.
7. Sahabat-sahabatku: Manda, Dela, Erly, Dias, Leny, Rany, Dyanti, dan Dyah.
8. Eka Utami selaku teman seperjuangan dalam melaksanakan penelitian. 9. Rekan-rekan LBP: Ali Parjito, A. Suhaeli, Eka, Dewi. N, Fuad, Iin,
Irawan, Kindi, Murni, Sari, Shinta, Tari, Ukik, Yanu, Yulis, dan Yuni. 10.Teman-teman yang telah membantu selama penelitian (Khafid, Gia, Supri,
ii 11.Badudu Crew (Belinda, Winda, Ikqi, Lili, M’Ari, Bunga, Yeni, Mieke,
Opie, Rahma, Nurul, Ima, Bintang, dan Karin) yang tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis.
12.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, 2007
iii
A. KONDISI LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI ... 19
B. LAJU VENTILASI UDARA AKIBAT FAKTOR ANGIN PADA GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI .. 27
iv D. PENGARUH LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE
TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI PADA BUDIDAYA
BUNGA KRISAN ... 33
E. EVALUASI TERHADAP DESAIN BANGUNAN ... 37
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
A. KESIMPULAN ... 39
B. SARAN ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
v DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Suhu udara maksimum dan minimum di dalam greenhouse tipe tunnel
yang telah dimodifikasi selama pengamatan ... 23 Tabel 2. Laju ventilasi udara karena faktor angin pada greenhouse tipe tunnel
yang telah dimodifikasi ... 27 Tabel 3. Perbedaan suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah
dimodifikasi dengan greenhouse tipe tunnel sebelum dimodifikasi dan tipe sere ... 31 Tabel 4. Perbedaan suhu udara di luar greenhouse dengan suhu udara di dalam
greenhouse tipe tunnel sebelum dan sesudah dimodifikasi dan
vi
Gambar 5. Berbagai tipe bentuk greenhouse yang digunakan di Negara Amerika dan Eropa ... 8
Gambar 6. Titik-titik pengukuran pada greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi ... 16
Gambar 7. Grafik suhu udara rata-rata di dalam dan di luar greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan ... 20
Gambar 8. Grafik suhu udara rata-rata dan intensitas cahaya di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan ... 21
Gambar 9. Grafik suhu udara rata-rata di dalam dan di atap greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan ... 22
Gambar 10. Grafik kelembaban relatif udara rata-rata di dalam dan di luar greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan 24 Gambar 11. Grafik kecepatan angin rata-rata di dalam dan di luar greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan... 26
Gambar 12. Grafik suhu udara di dalam dan di luar greenhouse pada hari ke-1 pengamatan ... 29
Gambar 13. Grafik suhu udara di dalam dan di luar greenhouse pada hari ke-2 pengamatan ... 30
Gambar 14. Grafik suhu udara dan intensitas cahaya rata-rata di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama Pengamatan ... 34
Gambar 15. Grafik kelembaban relatif udara rata-rata dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan ... 35
vii DAFTAR LAMPIRAN
1
I.PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap jenis tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan kondisi
lingkungan yang spesifik, khususnya tanaman krisan. Lingkungan yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman akan membuat tanaman dapat berkembang dengan
optimal. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
diantaranya adalah suhu udara, intensitas cahaya, kelembaban, kecepatan
angin, serta kandungan CO2. Faktor-faktor lingkungan tersebut mempengaruhi
proses fotosintesis pada tanaman.
Salah satu cara pengendalian untuk pertumbuhan tanaman adalah
dengan penggunaan greenhouse. Di dalam greenhouse akan dapat
dikondisikan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Greenhouse
dapat melindungi tanaman dari siraman hujan secara langsung, kecepatan
angin yang merusak, juga faktor-faktor eksternal lainnya seperti hama dan
intensitas cahaya matahari yang berlebihan.
Berbagai jenis bentuk greenhouse telah digunakan di Indonesia, salah
satunya yaitu greenhouse tipe tunnel (setengah lingkaran) (Gambar 1).
Bangunan rumah tanaman ini biasanya digunakan di negara yang beriklim
subtropis karena merupakan pengumpul panas yang baik. Agar greenhouse ini
dapat digunakan di iklim tropis, seperti di Indonesia perlu adanya beberapa
modifikasi pada konstruksi bangunannya. Modifikasi yang sudah dilakukan
yaitu dengan membuat bukaan pada atap bangunan yang berfungsi sebagai
ventilasi bangunan. Bagian atap hasil modifikasi terbuat dari besi pipa dengan
panjang 60 m, lebar 1.2 m, dan tinggi 0.7 m. Bagian samping ventilasi atap di
tutup dengan screen mesh. Tujuan dilakukannya modifikasi yaitu agar suhu
udara di dalam greenhouse bisa menurun, kelembaban meningkat, dan angin
dapat masuk ke dalam greenhouse sehingga dapat terjadi pertukaran udara dan
diharapakan kondisi lingkungan di dalam greenhouse bisa sesuai dengan
syarat pertumbuhan optimal tanaman Krisan, karena kondisi lingkungan dalam
bangunan greenhouse tipe tunnel sebelum dimodifikasi belum sesuai dengan
2 Untuk mengetahui kesesuaian bangunan greenhouse tipe tunnel yang
telah dimodifikasi (Gambar 2) dengan kondisi iklim tropis lembab di
Indonesia dalam budidaya tanaman Krisan, khususnya di lokasi penelitian
perlu adanya pengkajian mengenai kondisi lingkungan di dalam bangunan
greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi. Selain itu perlu dilakukan pula
perbandingan jenis konstruksi greenhouse yang telah dimodifikasi dengan
konstruksi greenhouse yang sering digunakan di iklim tropis, yaitu dengan
bangunan greenhouse tipe sere (Gambar 3). Dengan perbandingan tersebut,
maka dapat diketahui jenis dan tipe bangunan greenhouse yang lebih cocok
digunakan di lokasi penelitian.
Gambar 1. Greenhouse tipe Tunnel Gambar 2. Greenhouse tipe Tunnel sebelum dimodifikasi sesudah dimodifikasi
Gambar 3. Greenhouse tipe Sere
3 B. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Melakukan pengukuran dan analisa parameter lingkungan dalam bangunan
greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi.
2. Menganalisa laju ventilasi udara akibat faktor angin di dalam greenhouse
tipe tunnel yang telah dimodifikasi.
3. Membandingkan suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel sebelum dan
sesudah modifikasi dengan greenhouse tipe sere.
4. Mengetahui kesesuaian lingkungan bangunan greenhouse tipe tunnel yang
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. BUDIDAYA BUNGA KRISAN
Budidaya tanaman dalam greenhouse merupakan terobosan baru bagi
dunia pertanian dewasa ini. Teknik budidaya ini dalam penerapannya
memerlukan pemikiran dan perhitungan yang cermat, terutama pada desain
rumah tanaman. Menurut Soeseno (1985), dengan menggunakan rumah
tanaman, suhu, kelembaban, cahaya dan keperluan lain dari tanaman dapat
diatur, sehingga tanaman dapat tetap menghasilkan di luar musimnya.
Tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam desain greenhouse yaitu
kebutuhan CO2, suhu, dan kelembaban. Ketiga faktor tersebut ditentukan oleh
jenis dan struktur bangunan dan ventilasi udara. Hal ini sesuai dengan
pernyataan bahwa suhu didalam rumah kaca dipengaruhi oleh besar kecilnya
penerimaan panas dari cahaya matahari, hilangnya panas melalui ventilasi,
atap, dan dinding (Mastalerz, 1977).
Suhu dan kelembaban di dalam rumah tanaman merupakan dua faktor
utama yang harus dikendalikan selama proses budidaya. Hal ini disebabkan
karena terdapat perbedaan suhu dan kelembaban di dalam dan di luar
bangunan. Mastalerz (1977) menyatakan bahwa suhu di dalam greenhouse
lebih tinggi dibanding di luar greenhouse.
Tanaman krisan yang berasal dari daerah subtropis dapat tumbuh pada
kisaran suhu harian antara 17 – 300C. Pada fase vegetatif, kisaran suhu harian
22 – 28oC pada siang hari dan tidak melebihi 26oC pada malam hari
dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal krisan (Khattak dan Pearson, 1997
dalam Budiarto, et. al, 2006). Suhu harian ideal pada fase generatif adalah 16
– 18oC (Wilkins et. al., 1990 dalam Budiarto, et. al, 2006). Menurut
Maaswinkel dan Sulyo (2004) pada suhu diatas 25oC, proses inisiasi bunga
akan terhambat dan menyebabkan pembentukan bakal bunga juga terlambat.
Suhu yang terlalu tinggi juga mengakibatkan bunga yang dihasilkan
cenderung berwarna kusam, pucat, dan memudar.
Langton (1987) dalam Budiarto, et. al (2006) mengemukakan bahwa
5 terhadap fisiologi pembungaan krisan sering kali berinteraksi dengan suhu
harian. Pada kondisi hari panjang dengan suhu siang hari sekitar 22oC dan
16oC pada malam hari, penambahan tinggi tanaman dan daun berjalan
optimal. Induksi ke fase generatif akan terjadi bila suhu pada siang hari turun
kurang dari 18oC (Lint dan Hejj, 1987 dalam Budiarto, et. al, 2006) dan suhu
malam hari naik hingga lebih dari 25oC (Wilkins et. al., 1990 dalam Budiarto,
et. al, 2006). Namun keadaan ini sangat jarang ditemukan pada dataran
medium hingga tinggi di Indonesia.
Kelembaban udara juga berpengaruh terhadap pertumbuhan bunga
krisan. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban 90 – 95% pada awal
pertumbuhan untuk pembentukan akar. Sedangkan pada tanaman dewasa,
pertumbuhan optimal dicapai pada kelembaban udara sekitar 70 – 85%
(Mortensen, 2000 dalam Budiarto, et. al, 2006).
B. GREENHOUSE
Greenhouse merupakan suatu bangunan tempat tanaman tumbuh dan
berkembang dengan kondisi lingkungan dalam bangunan yang dapat diatur
agar mendekati kondisi yang optimum. Khususnya di Indonesia, fungsi
greenhouse lebih mengarah pada perlindungan tanaman dari pengaruh buruk
iklim dan mengurangi intensitas matahari yang berlebihan.
Menurut Nelson (1981), istilah greenhouse digunakan untuk
menyatakan sebuah bangunan yang memiliki struktur atap dan dinding yang
bersifat tembus cahaya, sehingga tanaman tetap memperoleh cahaya matahari
dan terhindar dari kondisi iklim yang tidak menguntungkan. Kondisi iklim
yang tidak menguntungkan antara lain: curah hujan yang deras, tiupan angin
yang kencang atau keadaan suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi yang
dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Budiarti (1994) dalam Megasari (2006), menyatakan bahwa
greenhouse yang terbuat dari kaca atau plastik merupakan bahan tembus
cahaya yang dapat berpengaruh pada: (1) peningkatan suhu udara di dalam
6 melindungi dari berbagai hama serta berbagai pengaruh perubahan intensitas
cahaya matahari yang mengenai tanaman.
Menurut Bot (1983) dalam Romdhonah (2002) didefinisikan bahwa
penggunaan greenhouse sebagai rumah tanaman akan berpengaruh terhadap
iklim mikro yang berbeda sama sekali dengan lingkungan luar. Hal ini
disebabkan oleh:
1. Udara di dalam greenhouse tetap, sehingga pertukaran udara dengan
lingkungan luar sangat kurang dibandingkan dengan udara tanpa penutup.
Pergerakan udara di dalam greenhouse sangat kecil. Hal ini berpengaruh
langsung terhadap keseimbangan massa dan energi dalam greenhouse dan
menyebabkan kenaikan suhu.
2. Radiasi panjang gelombang pendek dirubah menjadi radiasi gelombang
panjang oleh penutup greenhouse (atap). Perubahan panjang gelombang
ini menyebabkan pantulan sinar oleh permukaan lantai atau yang lainnya
di dalam greenhouse naik.
Menurut Walls (1993), pemilihan bentuk greenhouse yang digunakan
pada suatu lahan pertanian tergantung pada keadaan lingkungan dan jenis
tanaman yang dibudidayakan.
Bentuk-bentuk greenhouse yang telah umum digunakan antara lain
bentuk yang menempel pada bangunan yang sudah ada, berdiri sendiri (
single-span greenhouse) dengan kemiringan atap yang sama, atau dengan kemiringan
atap yang berbeda yang disesuaikan dengan kemiringan lahan, dan ada yang
terdiri dari dua atau lebih greenhouse (multi-span greenhouse) yang
berhubungan satu dengan yang lainnya (Nelson, 1981). Berbagai tipe bentuk
greenhouse dapat dilihat pada Gambar 4.
Bentuk greenhouse yang digunakan di negara Amerika adalah venlo
house, vinery house, mansard. Sedangkan bentuk greenhouse yang digunakan
di negara Eropa adalah bentuk arch, standard peak, quonset, dan cold frame
(Hanan et al.,1978). Berbagai tipe bentuk greenhouse yang digunakan di
7
Lean-to Even-span
Uneven-span Ridge-and-furrow
Gambar 4. Berbagai tipe bentuk greenhouse (Nelson, 1981).
Bentuk greenhouse yang umum digunakan adalah bentuk venlo
(rumah), bentuk tunnel, serta bentuk lainnya. Di Indonesia lebih banyak
ditemukan greenhouse dengan bukaan pada bagian atap. Bentuk seperti ini
lebih cocok untuk penggunaan di negara-negara tropis, dengan pertimbangan
bahwa di daerah tropis penerimaan sinar matahari relatif banyak sehingga
bentuk ruang harus memungkinkan sirkulasi udara berlangsung lebih lancar
(Megasari, 2006).
Selain venlo, telah dikembangkan juga konstruksi rangka greenhouse
bentuk tunnel. Tunnel memiliki bentuk rangka semi sirkular atau parabolic
arch (lengkungan parabolik). Jenis rangka seperti ini jarang digunakan untuk
iklim tropis seperti Indonesia, karena bentuk tunnel merupakan pengumpul
panas yang baik. Dengan iklim tropisnya, Indonesia merupakan negara yang
memiliki radiasi matahari yang melimpah sepanjang tahun. Untuk menambah
laju ventilasi pada bangunan biasanya bukaan pada atap bangunan yang
8
Venlo house Arch
Vinery house Standard peak
Mansard Quonset
Cold frame
Gambar 5. Berbagai tipe bentuk greenhouse yang digunakan di Negara Amerika dan Eropa.
C. SUHU UDARA
Suhu merupakan ukuran panas dan dingin dari suatu benda. Suhu
udara sangat berpengaruh pada proses-proses yang terjadi pada tanaman
seperti proses fotosintesis, transpirasi, dan respirasi. Suhu udara yang
optimum sangat diperlukan bagi tanaman agar dapat tumbuh dengan baik.
Tanaman memerlukan suhu udara optimum yang berbeda-beda (Tiwari and
Goyal, 1998).
Hanan et al. (1978) menyatakan bahwa garis lintang merupakan faktor
utama yang mempengaruhi suhu greenhouse. Faktor lain adalah ketinggian
matahari, kondisi topografi yang mempengaruhi pergerakan angin dan panjang
hari. Suhu lingkungan berpengaruh terhadap proses fisik dan kimiawi tanaman
dan selanjutnya mengendalikan proses biologi dalam tanaman seperti
transpirasi.
Harjadi (1984) menyatakan bahwa suhu optimum tanaman
berbeda-beda tergantung pada spesies dan varietasnya, serta sesuai dengan tahap
fisiologis pekembangannya. Suhu rendah menguntungkan bagi proses
9 batang dan perkembangan buah, sedangkan suhu tinggi menguntungkan bagi
proses pembungaan.
Suhu yang ekstrim dapat merusak tanaman. Suhu yang terlalu dingin
membekukan, dan suhu terlalu tinggi dapat mematikan tanaman sebagai akibat
dari koagulasi protein. Terhentinya pertumbuhan pada suhu tinggi merupakan
suatu gambaran dari suatu keseimbangan metabolik yang terganggu (Harjadi,
1984). Faktor yang mempengaruhi besarnya suhu dalam greenhouse adalah
tingkat intensitas panas dari radiasi matahari, besar kecilnya panas yang hilang
melalui atap atau dinding, besar kecilnya rambatan panas yang diserap
tanaman untuk proses fotosintesis dan besar kecilnya panas yang hilang
melalui ventilasi serta bahan konstruksi (Walker, 1965). Suhu lingkungan
selain mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tanaman dan metabolisme, juga
berperan di dalam pengendalian tanaman spesies tertentu.
D. KELEMBABAN RELATIF UDARA
Menurut Esmay dan Dixon (1986), jumlah atau massa air yang
bercampur dengan satu unit massa udara kering, dalam gram, dari air yang
menguap per kilogram udara kering disebut kelembaban relatif.
Kelembaban relatif merupakan perbandingan antara kelembaban aktual
dengan kapasitas udara untuk menampung uap air (Handoko, 1995).
Kelembaban udara erat kaitannya dengan unsur-unsur iklim lain yaitu
suhu udara, lama penyinaran, curah hujan, dan angin yang secara integral
mempengaruhi laju transpirasi suatu tanaman. Selain itu kelembaban udara di
dalam rumah tanaman dipengaruhi oleh suhu udara dan jumlah air yang
dievapotranspirasikan oleh tanah dan tanaman. Kelembaban udara di dalam
rumah tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
terutama terhadap laju fotosintesis, yang secara tidak langsung mempengaruhi
laju transpirasi, penyerapan hara dan air, penyerbukan dan perkembangan
hama dan penyakit (Silvana, 1991 dalam Megasari, 2006 ).
Udara panas mengandung lebih banyak uap air daripada udara sejuk
dan jika uap air konstan, maka kelembaban relatif (Relatif Humidity) akan
10 suhu rendah. Kisaran spesifik untuk tanaman dalam ruangan cukup sulit untuk
ditentukan, tetapi sebagian besar tanaman tumbuh dengan baik jika
kelembaban relatifnya lebih besar dari 50.5%, akan tetapi RH di bawah 25%
masih cukup baik untuk sebagian besar tumbuhan, khususnya tumbuhan pakis
dan familinya. Sebagian besar tanaman dalam ruangan akan terinfeksi hama
perusak jika kelembaban relatifnya dibawah 25%, walaupun tanaman tersebut
tidak nampak seperti terluka (Briggs dan Calvin, 1987).
E. KECEPATAN ANGIN DAN VENTILASI BANGUNAN
Angin merupakan suatu vektor yang memiliki besaran dan arah.
Besaran yang dimaksud adalah kecepatan sedangkan arahnya adalah darimana
datangnya angin. Secara mikro, angin penting artinya dalam proses pertukaran
udara khusunya oksigen dan karbondioksida dari dan ke lingkungan
(Handoko, 1995).
Dalam bentuk yang sangat sederhana, angin dapat dibatasi sebagai
gerakan horizontal udara relatif terhadap permukaan bumi. Batasan ini
berasumsi bahwa seluruh gerakan udara secara vertikal kecepatannya dapat
diabaikan karena relatif rendah (<1 m/s) akibat diredam oleh gaya gravitasi
bumi (Handoko, 1995). Sedangkan arah angin dibatasi sebagai arah asal angin
itu bertiup (merupakan lawan arah gerak udara). Walaupun aliran udara ke
atas penting dalam pembentukan awan dan hujan, kecepatan pergerakan
horizontal jauh lebih besar dan mempengaruhi proses-proses cuaca.
Menurut Esmay dan Dixon (1986), pada umumnya kecepatan angin
sebesar 0.1 - 0.25 m/s yang mengenai permukaan daun akan memudahkan
daun menangkap CO2. Untuk kecepatan angin sebesar 0.5 m/s, CO2 yang
ditangkap akan berkurang. Untuk kecepatan angin sebesar 1.0 m/s akan
menghambat pertumbuhan dan kecepatan angin diatas 4.5 m/s akan terjadi
kerusakan proses fisik tanaman.
Pengendalian iklim mikro dalam bangunan agar sesuai bagi tanaman
diperlukan ventilasi. Ventilasi merupakan faktor penting dalam sistem
pengendalian lingkungan pada bangunan pertanian seperti perkandangan dan
11 Ventilasi adalah proses pertukaran antara udara yang ada di dalam dan
di luar bangunan untuk memindahkan panas yang disebabkan radiasi matahari,
mengisi oksigen dan membantu mengontrol tingkat kelembaban udara. Laju
ventilasi diukur dengan satuan jumlah massa udara yang dipertukarkan per
satuan unit waktu seperti jam, menit, detik (Mastalerz, 1977). Dengan adanya
ventilasi maka dimaksudkan agar: 1) suhu udara di dalam bangunan
mendekati suhu udara luar, 2) menghilangkan udara lembab di dalam
bangunan dengan asumsi udara luar lebih kering, dan 3) mengembalikan
konsentrasi O2 di dalam bangunan. (Takakura, 1991).
Menurut Randall dan Boon (1997), ventilasi adalah pergerakan udara
melewati bangunan. Ventilasi terjadi jika terdapat perbedaan tekanan udara
melewati bukaan bangunan. Pada sistem ventilasi alami, perbedaan tekanan
melalui bukaan timbul dari dua sumber yaitu: panas yang dihasilkan dalam
bangunan dan angin. Panas yang dihasilkan di dalam bangunan meningkatkan
suhu udara di dalam bangunan, dan menurunkan kerapatan udara di dalam
bangunan sehingga terjadi perbedaan kerapatan udara antara dalam dan luar
bangunan. Udara masuk melewati bagian yang lebih rendah dari bukaan dan
keluar melewati bagian yang lebih tinggi dari bukaan (Barrington et all, 1994).
Sistem ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan
melalui bukaan yang timbul akibat faktor angin dan termal. Efek angin dan
termal, bergerak sendiri maupun bersama-sama, dapat dimanfaatkan untuk
menggerakkan udara yang akan menentukan besarnya laju ventilasi alam yang
melewati bangunan. Pada ventilasi alam, besarnya laju pertukaran udara
dipengaruhi oleh total luas bukaan, arah bukaan, kecepatan angin, dan
perbedaan antara suhu di luar dan di dalam greenhouse (Mastalerz, 1977).
Kemampuan sistem ventilasi alami dalam menurunkan suhu ruangan
tanpa didukung fasilitas lain sangat terbatas. Penurunan suhu yang dapat
dicapai maksimal mendekati atau sama dengan tingkat suhu udara lingkungan
luar.
Penggunaan ventilasi alami sangat berpotensi dalam mengurangi biaya
operasi. Menurut Brockett dan Albright (1987) dalam Apriliani (2006), sistem
12 dengan sistem ventilasi mekanis, disamping itu lebih tenang karena sistem
ventilasi mekanis digerakkan oleh kipas listrik yang mengeluarkan suara
berisik bila sedang berfungsi.
F. INTENSITAS CAHAYA
Energi cahaya yang diserap tanaman dirubah menjadi energi kimia
dengan proses fotosintesis yang digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan
dan produksi tanaman. Bagian spektrum PAR (Photosynthetically Active
Radiation) yang paling potensial dalam fotosintesis adalah spektrum biru
(0.41 nm – 0.51 nm). Penurunan intensitas cahaya, khususnya spektrum biru
menyebabkan penurunan kadar ATP dan NADPH2, sehingga laju fotosintesis
akan berkurang. Peningkatan intensitas cahaya dapat meningkatkan kecepatan
fotosintesis. Salah satu komponen yang terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman adalah titik kompensasi cahaya. Pada saat tanaman
ditempatkan pada lingkungan yang mempunyai intensitas cahaya sebanding
atau lebih rendah daripada titik kompensasi cahaya, pertumbuhan akan
terhenti dan tanaman akan mati dalam periode waktu yang pendek (Briggs and
Calvin, 1987).
Secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh langsung dan pengaruh
tidak langsung. Pengaruh pada metabolisme secara langsung melalui
fotosintesis sedangkan secara tidak langsung melalui pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Harjadi, 1984). Fotosintesis yang terjadi dalam
13
III. METODE PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian ini dilakukan di tiga greenhouse milik PT. Alam Indah
Bunga Nusantara, Cipanas, Cianjur pada bulan Mei - Juni 2007.
B. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan yang digunakan adalah:
• Greenhouse
Greenhouse yang digunakan dalam penelitian ini bertipe tunnel yang
telah dimodifikasi sebanyak satu buah. Konstruksi utama greenhouse
menggunakan bahan pipa galvanis berukuran 2 inch dan penutup
transparan poliethylene (PE) dengan UV stabilizer setebal 0.0027 m.
Greenhouse ini mempunyai panjang 60 m, lebar 8.5 m, dan tinggi di
tengah hingga atap 3.70 m. Bagian atap hasil modifikasi terbuat dari besi
pipa dengan panjang 60 m, lebar 1.2 m, dan tinggi 0.7 m. Ventilasi atap
ditutupi dengan screen mesh. Bagian depan dan belakang greenhouse
ditutupi dengan paranet hitam. Di dalam greenhouse ditanami tanaman
krisan yang berumur 4 minggu. Gambar teknik greenhouse tipe tunnel
yang dimodifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1.
Sebagai pembanding, digunakan juga greenhouse tipe tunnel sebelum
dimodifikasi dan greenhouse tipe sere. Greenhouse tipe tunnel sebelum
dimodifikasi mempunyai panjang 60 m, lebar 8.5 m, dan tinggi di tengah 3
m. Di dalam greenhouse ditanami tanaman krisan yang berumur 2 minggu.
Gambar teknik greenhouse tipe tunnel sebelum dimodifikasi dapat dilihat
pada Lampiran 2. Sedangkan greenhouse tipe sere merupakan multispan
greenhouse dengan lima span. Konstruksi greenhouse menggunakan kayu.
Panjang greenhouse 58 m, dengan lebar 32 m. tinggi greenhouse 3 m
dipinggir dan 4.5 m di tengah. Atap dan dinding setinggi 2 m ditutupi
plastik UV. Dinding greenhouse dari ketinggian 2 – 3 m serta lubang pada
bagian atap selebar 0.40 m ditutupi kawat kasa dengan diameter anyaman
14 2. Alat yang digunakan adalah:
• Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur dimensi greenhouse.
• Termometer bola basah dan bola kering
Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu di dalam greenhouse
tipe tunnel sebelum dan setelah modifikasi, serta greenhouse tipe sere.
• Termokopel dan Hybrid recorder
Termokopel digunakan untuk mengukur suhu udara di dalam
greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi. Termokopel tersebut
dihubungkan dengan hybrid recorder dengan tujuan agar data
pengukuran terekam dan dapat langsung dicetak sesuai dengan set
waktu yang telah ditentukan. Hybrid recorder yang digunakan yaitu
hybrid recorder Merk Yokogawa, di set dalam satuan oC.
• Luxmeter
Luxmeter yang digunakan adalah luxmeter Merk Extech, dengan
menggunakan satuan foot-candle (fc) Luxmeter digunakan untuk
mengukur intensitas cahaya di dalam greenhouse.
• Anemometer digital
Anemometer yang digunakan adalah anemometer digital Merk Smart
Sensor. Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan angin di dalam
greenhouse dan diset pada satuan m/s.
• Psychrometric Chart
Psychrometric Chrat digunakan untuk mendapatkan data kelembaban
relatif udara
• Stasiun Cuaca (Weather Station)
Weather Station adalah stasiun cuaca mini model 26700 RM Young
yang terdiri dari sensor kecepatan dan arah angin (anemometer), sensor
suhu dan kelembaban, sensor tekanan udara (barometer), dan sensor
radiasi matahari (pyranometer). Sensor ini dihubungkan pada translator
dan nilai hasil dari pengukuran dapat ditampilkan lewat layar display.
Setiap sensor melakukan pengukuran setiap detik. Satuan pengukuran
15 diset dalam satuan oC, kecepatan angin dalam satuan m/s, arah angin
dalam satuan derajat, tekanan udara dalam milibar, dan kelembaban
udara dalam persen.
• PC (Personal Computer)
PC dihubungkan dengan display yang berfungsi untuk menyimpan
data hasil pengukuran dari weather station.
C. TAHAPAN PENELITIAN
1. Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder yang
didapatkan dari pengamatan langsung, dan studi literatur.
a. Data primer meliputi:
•Suhu udara di dalam dan di luar greenhouse
Pengukuran suhu udara di dalam greenhouse dilakukan dengan
menggunakan termokopel yang dihubungkan dengan hybrid
recorder, serta termometer bola basah dan bola kering. Termokopel
yang diperlukan sebanyak 5 buah yang diletakkan di 5 titik
pengukuran pada greenhouse tipe tunnel yang dimodifikasi.
Titik-titik pengukuran dapat dilihat pada Gambar 6. Sedangkan,
termometer bola basah dan bola kering yang diperlukan sebanyak 3
buah yang diletakkan di tengah-tengah bangunan pada greenhouse
tipe tunnel sebelum dan setelah modifikasi, dan greenhouse tipe sere.
Suhu udara di luar greenhouse diukur menggunakan sensor suhu
yang terdapat pada weather station. Pengukuran dilakukan setiap
setengah jam sekali dari pukul 07.30 sampai 17.30.
•Kecepatan angin
Kecepatan angin di dalam greenhouse diukur dengan menggunakan
anemometer digital. Pengukuran dilakukan pada 3 titik, yaitu di
bagian atap sebelah kanan dan kiri serta di depan/belakang
bangunan. Titik-titik pengukuran dapat dilihat pada Gambar 6. Di
luar greenhouse, kecepatan angin diukur menggunakan sensor
16 data dilakukan setiap setengah jam sekali dari pukul 07.30 – 17.30
WIB.
•Intensitas cahaya
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan luxmeter sebanyak 2
buah. Alat ini diletakkan tepat diatas tanaman, sehingga dapat
diketahui besarnya intensitas cahaya yang diterima di dalam
greenhouse. Titik-titik pengukuran dapat dilihat pada Gambar 6.
Pengukuran dilakukan dari pukul 07.30 – 17.30 WIB dengan interval
setiap setengah jam.
2 = Termokopel di tengah greenhouse 7 = Anemometer di Utara
3 = Termokopel di Timur 8 = Anemometer dalam greenhouse 4 = Termokopel di Selatan 9 = Luxmeter di tengah greenhouse 5 = termokopel di Utara 10 = Luxmeter di Timur
17
•Dimensi greenhouse
Data yang dikumpulkan meliputi panjang, lebar, tinggi greenhouse,
tinggi ventilasi atap, serta jarak antar bangunan.
b. Data sekunder meliputi data kelembaban relatif udara, dan tipe
greenhouse.
2. Pengolahan dan Analisa Data
a. Pengolahan Data
•Data-data hasil pengukuran suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya, dan kecepatan angin yang diperoleh diolah dengan
menggunakan program komputer Microsoft Excel untuk memperoleh
grafik hubungan antara lingkungan mikro dan waktu.
Dari hasil pengukuran suhu dapat diperoleh suhu udara harian di
dalam greenhouse dengan persamaan sebagai berikut:
T = (2T07.30 + T13.30 + T17.30)/4 ……….. (1)
dimana: T = Suhu udara harian (Handoko, 1995)
•Besarnya laju ventilasi udara yang melewati bukaan G (kg/s) dihitung dengan persamaan:
G = Q. ρout ……… (2)
dimana: Q = laju aliran udara volumetrik (m3/s)
ρout = kerapatan udara luar greenhouse (kg/m3)
Nilai Q (m3/s) yang merupakan laju aliran udara volumetrik dihitung
dengan menggunakan persamaan:
Q = Cd
∫
AdA
U. ……….. (3)
dimana: Cd = koefisien discharge (tanpa dimensi)
U = kecepatan aliran udara yang melewati bukaan (m/s)
A = luas bukaan ventilasi (m2)
Koefisien discharge Cd menyatakan nilai perbandingan antara luasan
efektif yang merupakan bidang normal tegak lurus aliran dengan
luasan lubang itu sendiri. Cd yang digunakan dalam perhitungan ini
adalah 0.44 untuk ventilasi dinding dan 0.29 untuk ventilasi atap
18
•Data-data hasil pengukuran dimensi greenhouse akan diolah dengan menggunakan program komputer AUTOCAD 2005.
b. Analisa Data
Analisa data yang akan dilakukan meliputi hubungan lingkungan
dalam bangunan terhadap greenhouse tipe tunnel yang telah
dimodifikasi pada budidaya bunga Krisan. Selain itu dilakukan juga
analisa pengaruh suhu udara di dalam greenhouse terhadap konstruksi
greenhouse, baik pada greenhouse tipe tunnel sebelum dan sesudah
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KONDISI LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI
1. Suhu Udara dan Intensitas Cahaya
Suhu udara merupakan salah satu faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam suatu bangunan pertanian. Terutama bangunan
greenhouse yang sering dipakai untuk membudidayakan berbagai jenis
tanaman. Pada umumnya suhu di dalam greenhouse lebih tinggi daripada di
luar greenhouse. Hal ini merupakan salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi keberhasilan budidaya tanaman.
Begitu juga dengan intensitas cahaya. Faktor ini berperan besar
terhadap lingkungan greenhouse. Besarnya intensitas cahaya yang diterima
oleh tanaman di dalam greenhouse berbeda-beda, salah satunya tergantung
dari jenis bahan penutup atap atau naungan. Bahan penutup atap yang
digunakan dapat terbuat dari kaca, dan plastik. Penutup plastik dapat
menggunakan plastik standard (UV), dan plastik kaku (FRP, polyethylene,
plexiglass, dan PVC) (Widyarti, 2005).
Pengambilan data untuk mendapatkan suhu udara dan intensitas
cahaya di dalam greenhouse dimulai sejak pukul 07.30 hingga pukul 17.30
WIB dengan interval setiap ½ jam. Pengambilan data dilakukan selama 3
hari berturut-turut dengan kondisi cuaca cerah. Pengukuran suhu udara di
dalam greenhouse dilakukan di 3 titik yaitu di arah barat (titik 1), di
tengah-tengah greenhouse (titik 2), dan di arah timur (titik 3) (lihat Gambar 6.)
Berikut merupakan grafik suhu udara rata-rata di dalam dan di luar
greenhouse selama pengamatan berlangsung.
Seperti yang terlihat pada Gambar 7, suhu udara rata-rata di dalam dan
di luar greenhouse nilainya berfluktuasi. Terjadinya fluktuasi suhu udara
disebabkan oleh adanya keseimbangan antara panas yang diperoleh dari
radiasi surya dengan panas yang hilang dari permukaan bumi. Mulai dari
matahari terbit hingga pukul 10.00 WIB panas yang diterima oleh
20 ini dikarenakan posisi matahari berada di arah timur yang menyebabkan
suhu udara di titik 3 lebih tinggi 1 - 4oC dibandingkan di titik 1 dan 2. Mulai
pukul 10.00 – 14.30 WIB suhu udara di titik 2 lebih tinggi daripada suhu
udara di titik 1 dan titik 3. Hal ini menunjukkan bahwa aliran udara panas di
dalam bangunan tidak seragam. Pada titik 1 dan titik 3 sirkulasi udara lebih
tinggi daripada di titik 2.
0.0
7.30 8.30 9.30 10.30 11.30 12.30 13.30 14.30 15.30 16.30 17.30
Waktu (Jam)
Suhu Luar Suhu Dalam Titik 1 Suhu Dalam Titik 2 Suhu Dalam Titik 3 Rad. Matahari
Gambar 7. Grafik suhu udara rata-rata di dalam dan di luar greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan.
Setelah melewati pukul 12.00 WIB, bayangan mulai muncul kembali
hingga sore hari. Setelah bayangan mulai muncul, suhu udara di ketiga titik
mulai menurun hingga mencapai minimum dan mendekati suhu udara luar.
Tetapi tidak semua suhu udara di ketiga titik mengalami penurunan. Di titik
3 terlihat bahwa suhu udara ada yang tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan
oleh faktor-faktor lain seperti sering dibuka tutupnya pintu greenhouse,
adanya penghuni dan peralatan yang dapat memacu pergerakan udara dari
luar ke dalam greenhouse sehingga suhunya meningkat.
Secara keseluruhan, suhu udara di luar greenhouse lebih rendah
dibandingkan dengan suhu udara di dalam greenhouse. Hal ini terjadi karena
adanya penghalang berupa bahan penutup atap yang akan berpengaruh
terhadap suhu udara di dalam greenhouse. Perbedaan suhu udara di dalam
dan di luar greenhouse sekitar 2.2oC. Suhu udara harian di luar greenhouse
21 sebesar 25.3oC. sedangkan di dalam greenhouse sebesar 25.8oC pada titik 1,
26.6oC pada titik 2, dan 27.1oC pada titik 3.
Pada pengamatan di dalam greenhouse dilakukan pengukuran
intensitas cahaya di 2 titik yaitu di tengah-tengah greenhouse (titik 2), dan di
arah Timur (titik 3). Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui pengaruh
intensitas cahaya terhadap suhu udara di dalam greenhouse. pengaruh
tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.
0.0
Suhu Dalam Titik 2 Suhu Dalam Titik 3 Int.Cahaya Titik 2 Int.Cahaya Titik 3
Gambar 8. Grafik suhu udara rata-rata dan intensitas cahaya di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa intensitas cahaya mempengaruhi
besarnya suhu udara di dalam greenhouse. Suhu udara akan naik dengan
meningkatnya nilai intensitas cahaya, dan suhu udara akan turun jika
intensitas cahaya berkurang. Namun, pada waktu-waktu tertentu perubahan
suhu udara tidak sebanding dengan perubahan intensitas cahaya. Walaupun
intensitas cahaya meningkat/menurun cukup drastis, tetapi perubahan suhu
udara tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan suhu udara tidak dapat berubah
cepat seperti intensitas cahaya, karena ada pengaruh dari pergerakan udara.
Terlihat pada titik 3 dari pukul 08.30 WIB ke pukul 09.00 WIB, intensitas
cahaya meningkat tajam sebesar 1391 fc, tetapi suhu udaranya hanya naik
0.1oC. Intensitas cahaya maksimum terjadi pada titik 3 pukul 10.30 WIB
22 sebesar 4973 fc dengan suhu udara 34oC, dan minimum terjadi pada titik 2
pukul 17.30 WIB sebesar 27 fc dengan suhu udara 24.4oC.
Pada pengamatan di dalam greenhouse dilakukan pula pengukuran
terhadap suhu udara di tiga titik yaitu pada suhu atap yang menghadap Utara
(kiri), suhu atap yang menghadap Selatan (kanan), serta suhu ruang (titik 2).
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui besarnya suhu udara yang
terjadi di tengah-tengah greenhouse pada ke tiga titik tersebut. Besarnya
suhu udara yang tercatat pada ketiga titik pengukuran dapat dilihat pada
Gambar 9.
Titik 2 Atap Kanan Atap Kiri
Gambar 9. Grafik suhu udara rata-rata di dalam dan di atap greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan.
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa suhu yang paling tinggi
terjadi di bagian atap kiri, kemudian atap kanan, dan suhu yang paling
rendah terjadi pada titik 2. Suhu atap kiri bernilai lebih tinggi karena titik
pengukurannya berada di dekat titik tengah atap greenhouse, sehingga panas
yang diserap lebih tinggi bila dibandingkan dengan titik yang lain. Suhu atap
kanan bernilai lebih rendah dari suhu atap kiri, karena titik pengukuran
berada lebih jauh dari titik tengah atap greenhouse. Berdasarkan pengamatan
di lapangan dapat diketahui bahwa semakin jauh dari titik tengah atap
greenhouse, suhu udaranya semakin rendah. Lokasi titik pengukuran pada
23 greenhouse dapat dilihat pada Gambar 6. Sedangkan suhu di titik 2 bernilai
lebih rendah dibandingkan dengan suhu atap, karena suhu yang masuk
terhalangi oleh penutup atap sehingga radiasi matahari yang diteruskan ke
dalam ruang nilainya lebih rendah dari radiasi yang diterima oleh atap
greenhouse.
Selama pengamatan berlangsung, dilakukan pula pencatatan suhu
maksimum dan minimum yang terjadi pada ketiga titik tersebut. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Suhu udara maksimum dan minimum di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan.
Titik Pengukuran Titik 2 Atap Kanan Atap Kiri Tmax (oC)
Dari Tabel 1. terlihat bahwa suhu udara maksimum terjadi pada siang
hari antara pukul 11.00 – 11.30 WIB dan suhu minimum terjadi pada pagi
atau sore hari. Suhu udara maksimum yang tercatat sebesar 44.9oC pada atap
kiri, dan suhu minimum sebesar 23.7oC pada titik 2.
2. Kelembaban Relatif Udara
Kelembaban relatif udara merupakan perbandingan (rasio) antara
tekanan uap aktual yang ada di udara dengan tekanan uap jenuh yang dapat
dikandung udara pada suhu tertentu. Semakin tinggi suhu udara maka
kelembaban relatif udara akan semakin rendah dan begitu juga sebaliknya.
Kelembaban relatif udara merupakan fungsi dari suhu, jika suhu udara
bervariasi lebar maka kelembaban relatif juga bervariasi lebar (Handoko,
1995).
Nilai kelembaban relatif udara diperoleh berdasarkan data suhu bola
kering (Tbk) dan suhu bola basah (Tbb) dengan menggunakan
Psychrometric Chart. Titik pengukuran yang dapat diperoleh data
kelembabannya yaitu titik 2 (tengah-tengah bangunan). Titik 1 dan titik 3
24 pada titik-titik tersebut pengukuran dilakukan dengan menggunakan
termokopel. Sedangkan pada titik 2 selain menggunakan termokopel, suhu
udara diukur juga dengan menggunakan termometer. Gambar 10.
menunjukkan grafik hubungan antara kelembaban relatif udara rata-rata di
dalam dan di luar greenhouse selama pengamatan.
0
RH Ruang RH Luar Radiasi Matahari
Gambar 10. Grafik kelembaban relatif udara rata-rata di dalam dan di luar greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10. bahwa kelembaban relatif
udara di dalam greenhouse bernilai lebih rendah dibandingkan dengan
kelembaban relatif udara di luar greenhouse. Besarnya nilai kelembaban
relatif udara dipengaruhi oleh suhu udara dan radiasi matahari. Nilai
kelembaban relatif udara berbanding terbalik dengan suhu udara dan radiasi
matahari. Semakin tinggi suhu udara dan radiasi matahari, maka kelembaban
akan semakin rendah. Semakin rendah suhu udara dan radiasi matahari,
maka kelembaban akan semakin tinggi. Sama halnya dengan suhu udara,
kenaikan atau penurunan kelembaban tidak setara dengan kenaikan atau
penurunan radiasi matahari. Jika radiasi matahari kenaikannya besar, maka
kelembaban hanya turun sedikit saja begitupun sebaliknya.
Perbedaan kelembaban relatif udara di dalam dan di luar greenhouse
sekitar 3.3%. Pengamatan kelembaban relatif udara dalam greenhouse
25 dilakukan mulai dari pukul 07.30 – 17.30 WIB. Kelembaban relatif udara
maksimum di dalam greenhouse sebesar 90.6% dan di luar greenhouse
sebesar 94.3% terjadi pada pukul 07.30 WIB dengan radiasi matahari
sebesar 268.26 W/m2. Sedangkan kelembaban relatif udara minimum di
dalam greenhouse sebesar 46.8% dan di luar greenhouse sebesar 50.7%
terjadi pada pukul 11.30 dengan radiasi matahari 1041.2 W/m2.
3. Kecepatan Angin
Angin merupakan suatu vektor yang memiliki besaran dan arah.
Besaran yang dimaksud adalah kecepatan sedangkan arahnya adalah
darimana datangnya angin. Pergerakan angin penting dalam proses
pertukaran udara khususnya oksigen dan karbondioksida dari dan ke dalam
bangunan (Handoko, 1995). Kecepatan angin merupakan salah satu faktor
penentu dari kondisi lingkungan dalam bangunan yang terdapat di dalam
greenhouse.
Pengukuran kecepatan angin di dalam dan di luar greenhouse
dilakukan setiap ½ jam sekali. Kecepatan angin di dalam greenhouse diukur
dengan menggunakan anemometer digital, sedangkan kecepatan angin di
luar greenhouse menggunakan sensor kecepatan angin yang terdapat pada
Weather Station. Sebenarnya, data kecepatan angin di luar dan di dalam
greenhouse tidak dapat dibandingkan karena angin terus bergerak secara
kontinyu sehingga dapat berubah setiap saat. Tetapi, untuk mengetahui
pengaruh besarnya kecepatan angin di luar greenhouse terhadap kecepatan
angin di dalam greenhouse, maka di asumsikan bahwa proses pengambilan
data diambil pada waktu yang bersamaan.
Untuk data kecepatan angin di dalam greenhouse selama pengamatan
dapat dilihat pada Lampiran 6. Di bawah ini merupakan gambar yang
menunjukkan kecepatan angin rata-rata di dalam dan di luar greenhouse
26
Barat Timur Selatan Utara Luar
Gambar 11. Grafik kecepatan angin rata-rata di dalam dan di luar greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan.
Berdasarkan grafik pada Gambar 11.terlihat bahwa kecepatan angin di
luar greenhouse berpengaruh terhadap kecepatan angin di dalam
greenhouse, namun besarnya harus disesuaikan dengan arah datangnya
angin. Kecepatan angin di dalam greenhouse bernilai lebih rendah
dibandingkan dengan kecepatan angin di luar greenhouse dan rentang
perbedaannya sangat jauh. Jika kecepatan angin di luar greenhouse tinggi,
kecepatan angin di dalam greenhouse dapat sangat kecil sesuai arah
datangnya angin. Jika angin sedang berhembus dari arah Timur menuju
Barat atau sebaliknya, kecepatan anginnya lebih rendah daripada kecepatan
angin yang sedang berhembus dari arah Utara menuju Selatan atau
sebaliknya. Hal ini dikarenakan angin yang berhembus dari arah timur
menuju barat atau sebaliknya tidak dapat masuk ke dalam greenhouse secara
maksimal karena terhalang oleh bangunan di sekitar dan bukaan ventilasi
yang kecil.
Kecepatan angin di dalam greenhouse maksimum sebesar 0.4 m/s pada
pukul 13.30 WIB di utara. Pada saat tersebut, kecepatan angin di Selatan
sebesar 0.2 m/s. Pada pukul 14.00 WIB kecepatan angin maksimum di
dalam greenhouse sebelah Selatan sebesar 0.3 m/s, sedangkan di Utara
27 dalam greenhouse sebelah Timur maksimum sebesar 0.29 m/s, sedangkan di
Barat 0 m/s. Pada pukul 11.30 WIB kecepatan angin maksimum di dalam
greenhouse sebelah Barat sebesar 0.15 m/s, sedangkan di Timur 0 m/s.
Dari data di atas dapat diketahui jika angin datang dari Selatan, maka
bukaan ventilasi Selatan berfungsi sebagai inlet dan bukaan ventilasi Utara
sebagai outlet, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan pengamatan di lapangan,
angin lebih banyak bertiup dari arah Timur bukaan bangunan menuju Barat.
B. LAJU VENTILASI UDARA AKIBAT FAKTOR ANGIN PADA
GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI
Laju ventilasi udara di dalam greenhouse dipengaruhi oleh faktor
angin dan termal. Untuk mengetahui besarnya laju ventilasi udara akibat
faktor angin dilakukan perhitungan pada berbagai kecepatan angin. Nilai laju
ventilasi udara berdasarkan nilai kecepatan angin yang terbaca pada
anemometer digital yang diamati selama 3 hari dapat dilihat pada Tabel 4.
Laju ventilasi udara hasil pengukuran di lapangan yang dihitung hanya pada
kecepatan angin yang melewati bukaan dinding greenhouse saja.
28 Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa laju ventilasi udara maksimum yang
melewati bukaan sebelah Timur sebesar 9.977 kg/s pada kecepatan angin 0.86
m/s, dan minimum sebesar 0 kg/s pada kecepatan angin 0 m/s. Laju ventilasi
udara maksimum yang melewati bukaan sebelah Barat sebesar 5.183 kg/s pada
kecepatan angin 0.45 m/s, dan minimum sebesar 0 kg/s pada kecepatan angin
0 m/s. Laju ventilasi udara berbanding lurus dengan kecepatan angin.
Kecepatan angin yang besar akan menghasilkan laju ventilasi udara yang
besar, dan kecepatan angin yang rendah akan menghasilkan laju ventilasi
udara yang rendah pula.
Angin yang berhembus dari arah Barat atau Timur tidak sampai ke
tengah-tengah bangunan karena kecepatan angin yang sampai ke titik
pengukuran sangat kecil. Titik pengukuran berjarak 5 m dari bukaan
bangunan, sedangkan titik tengah berjarak 30 m dari bukaan bangunan (linat
Gambar 6.). Semakin jauh dari bukaan bangunan, kecepatan angin semakin
berkurang sehingga sebelum sampai ke tengah-tengah bangunan sudah tidak
ada angin lagi.
Luas dan penempatan bukaan ventilasi bangunan sangat berpengaruh
terhadap besarnya kecepatan angin yang masuk ke dalam bangunan. Bukaan
ventilasi yang besar akan memudahkan angin masuk ke dalam bangunan,
sehingga kebutuhan tanaman akan angin terpenuhi. Jika luas bukaan ventilasi
terlalu kecil, maka angin yang masuk akan terhambat sehingga kebutuhan
tanaman akan angin tidak terpenuhi. Besarnya bukaan ventilasi dan
penempatannya harus disesuaikan dengan luas bangunan yang ada dan
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
C. PERBANDINGAN SUHU UDARA DI DALAM GREENHOUSE TIPE
TUNNEL SEBELUM DAN SESUDAH MODIFIKASI DANTIPE SERE
Berbagai jenis dan tipe greenhouse telah banyak digunakan di
Indonesia. Bentuk greenhouse yang paling banyak ditemukan di Indonesia
yaitu bentuk greenhouse dengan bukaan pada bagian atap. Bentuk seperti ini
lebih cocok untuk penggunaan di negara-negara tropis, dengan pertimbangan
29 sehingga bentuk ruang harus memungkinkan terjadinya sirkulasi udara
berlangsung dengan tanpa hambatan.
Di lokasi penelitian terdapat beberapa jenis dan tipe greenhouse yang
digunakan, diantaranya yaitu greenhouse tipe tunnel, tipe sere, dan tipe arc.
Greenhouse yang diamati berjumlah 3 buah dengan tipe yang berbeda,
diantaranya greenhouse tipe tunnel sebelum (A9) dan sesudah modifikasi
(A8), serta greenhouse tipe sere (MS). Untuk mengetahui perbedaan dari
ketiga greenhouse tersebut perlu dilakukan pengukuran menurut suhu udara di
dalam dan di luar greenhouse. Pada kondisi suhu udara luar yang sama, suhu
udara di dalam greenhouse berbeda. Grafik suhu udara di dalam dan di luar
greenhouse terhadap waktu selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 12.
dan Gambar 13.
Data untuk perbandingan ketiga tipe greenhouse tersebut dilakukan
pengukuran selama 2 hari dari pukul 9.30 WIB sampai pukul 14.30 WIB.
Pengambilan data dilakukan pada waktu yang berlainan dari pengambilan data
sebelumnya. Hal ini bertujuan agar proses pengambilan data berjalan
maksimal.
9.30 10.30 11.30 12.30 13.30 14.30
Waktu (Jam)