• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan prestasi belajar IPS pada materi tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia melalui pembelajaran Kooperatif model Think-Pair-Share pada siswa kelas V SDN 001 Balikpapan Selatan tahun pelajaran 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meningkatkan prestasi belajar IPS pada materi tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia melalui pembelajaran Kooperatif model Think-Pair-Share pada siswa kelas V SDN 001 Balikpapan Selatan tahun pelajaran 2012/2013"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

(BORNEO, Vol. IX, No. 2, Desember 2014) 109 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS PADA

MATERITOKOH-TOKOH SEJARAH PADA MASA HINDU, BUDHA, DANISLAM DI INDONESIA MELALUI

PEMBELAJARANKOOPERATIF MODEL THINK-PAIR-SHARE PADA SISWAKELAS V SDN 001 BALIKPAPAN SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Endang Herliani

Guru Kelas V SD Negeri Balikpapan Selatan

ABSTRAK

The aim of this study were: (a) To reveal the effect of cooperative learning model Think-Pair-Share the learning outcomes of social science materials historical figures during the Hindu, Buddhist, and Islam in Indonesia (b) Want to know how much understanding and mastery Social Sciences subjects after the implementation of cooperative learning model Think-Pair-Share this study used action research (action research) three rounds. Each round consists of four phases: design, activity and observation, reflection, and refisi. The target of this research is the students of class V. The data obtained in the form of a formative test results, observation sheet teaching and learning activities. The results obtained analysts that student achievement increased from the first cycle to cycle III ie, the first cycle (60.71%), Cycle II (75.00%), the third cycle (89.29%). The conclusions of this study is a cooperative model Think-Pair-Share can be a positive influence on learning motivation grade students of SDN 001 South Aberdeen, and this model can be used as an alternative social science.

Keywords: Social Learning, Cooperative Model Think-Pair-Share

(2)

(BORNEO, Vol. IX, No. 2, DESEMBER 2014) 110

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah : (a) Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan social materi tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu, budha, dan islam di indonesia (b) Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model Think-Pair-SharePenelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas V. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (60,71%), siklus II (75,00%), siklus III (89,29%).Simpulan dari penelitian ini adalah metode kooperatif model Think-Pair-Share dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa kelas V SDN 001 Balikpapan Selatan, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative ilmu pengetahuan sosial.

Kata Kunci : Pembelajaran IPS, Kooperatif Model Think-Pair-Share

Pendahuluan

Perlu menelaah kembali praktik-praktik pembelajaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan akan didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat di abad ini akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.

Tampaknya, perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanyalah kegiatan belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi dengan

(3)

(BORNEO, Vol. IX, No. 2, Desember 2014) 111 muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator.

Ada beberapa alasan penting mengapa sistem pengajaran ini perlu dipakai lebih sering di sekolah-sekolah. Seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi transformasi sosial, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat.

Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelmpok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkanalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsru pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Rumusan Masalah

Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dirumuskan Apakah pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share berpengaruh terhadap hasil belajar IPS materi tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu, budha, dan islam di indonesia siswa Kelas V SDN 001 Balikpapan Selatan tahun pelajaran 2012/2013? Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi materi tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu, budha, dan islam di indonesia dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share pada siswa Kelas V SDN 001 Balikpapan Selatan tahun pelajaran 2012/2013?

(4)

(BORNEO, Vol. IX, No. 2, DESEMBER 2014) 112

Tujuan Penelitian

Berdasar atas rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share terhadap hasil belajar IPS materi tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu, budha, dan islam di indonesia pada siswa Kelas V SDN 001 Balikpapan Selatan tahun pelajaran 2012/2013. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan materi tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu, budha, dan islam di indonesia setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share pada siswa kelas V SDN 001 Balikpapan Selatan tahun 2012/2013

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu unsur hasil dan unsur belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai pebelajar dalam kegiatan belajarnya (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya), sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1995 : 787). Dari pengertian ini, maka hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lajimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pelajar.

Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly (1977 : 904), yang memberikan penjelasan tentang hasil belajar sebagai berikut, “Hasil yang dicapai oleh tenaga atau daya kerja seseorang dalam waktu tertentu”, sedangkan Marimba (1978 : 143) mengatakan bahwa “hasil adalah kemampuan seseorang atau kelompok yang secara langsung dapat diukur”.

Menurut Nawawi (1981 : 127), berdasarkan tujuannya, hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 1). Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat. 2). Hasil belajar yang berupa kemampuan

(5)

(BORNEO, Vol. IX, No. 2, Desember 2014) 113 penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang dikerjakan. 3). Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. faktor eksternal yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.

Selain beberapa faktor internal dan eksternal di atas, faktor yang mempengaruhi hasil belajar juga berupa minat, kecerdasan, bakat, motivasi.

Pengajaran Kooperatif

Pengajaran kooperatif (Cooperatif Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec, 2013).

Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro (200 : 78) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.

Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukan sebagai berikut Merumuskan tujuan pembelajaran. Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar. Jumlah anggota dalam tiap kelompok belajar tidak boleh terlalu besar, biasanya 2 hingga 6 siswa.

Model Thik-Pair-Share

Metode ini dikembankan oleh Spencer dan kawan-kawannya dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsis bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Model Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian

(6)

(BORNEO, Vol. IX, No. 2, DESEMBER 2014) 114

pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya, guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Guru tersebut lebih memilih model Think-Pair-Share daripada metode tanya jawab. Untuk kelompok secara keseluruhan. (whole-group question and answer). Lyman dan kawan-kawannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut Langkah 1 – Berpikir (Thinking). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut. Langkah 2 – Berpasangan (Pairing). Selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama prsiode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentitifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Langkah 3 – Berbagai (Sharing). Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke padangan yang lain, sehingga seperempat atau separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

METODE

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas V SDN 001 Balikpapan Selatan pokok bahasan Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan

(7)

(BORNEO, Vol. IX, No. 2, Desember 2014) 115 dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997 : 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa, Tes formatif (Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Ilmu Pengetahuan Sosial pada pokok bahasan perkembangan teknologi untuk produksi, komunikasi dan transportasi).

Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan belajar aktif, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.

Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan :

N X X

Dengan : X = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa

sedangkan untuk ketuntasan belajar, ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat

(8)

(BORNEO, Vol. IX, No. 2, DESEMBER 2014) 116

85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut : % 100 . . . x Siswa belajar tuntas yang Siswa P

Hasil dan Pembahasan Hasil

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.

Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru. Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share.

Analisis Item Butir Soal

Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrument penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan meliputi : Validitas, Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa

Soal Valid Soal Tidak Valid

1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45

5, 6, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 31, 32, 33, 34, 35, 40, 46

Reliabilitas, Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11

(9)

(BORNEO, Vol. IX, No. 2, Desember 2014) 117 sebesar 0, 554. Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 28) dengan r (95%) = 0,374. Dengan demikian soal- soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas. Taraf Kesukaran (P), Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat : 20 soal mudah, 15 soal sedang, 11 soal sukar. Daya Pembeda, analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkteriteria jelek sebanyak 16 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkriteria baik 10 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Analisis Data Penelitian Persiklus

Siklus I

Tahap Perencanaan, Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan, Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 7 September 2013 di Kelas V dengan jumlah siswa 28 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 67,14 dan ketuntasan belajar mencapai 60,71% atau ada 17 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 60,71% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih baru dan asing terhadap metode baru yang diterapkan dalam proses belajar mengajar. Refleksi, Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu, Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran

(10)

(BORNEO, Vol. IX, No. 2, DESEMBER 2014) 118

berlangsung. Refisi, Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

Siklus II

Tahap perencanaan, Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Tahap kegiatan dan pelaksanaan, Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 September 2013 di Kelas V dengan jumlah siswa 28 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalah atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 71,79 dan ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 21 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena siswa mambantu siswa yang kurang mampu dalam mata pelajaran yang mereka pelajari. Disamping itu adanya kemampuan guru yang mulai meningkat dalam prose belajar mengajar. Refleksi, Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan Memotivasi siswa, Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, Pengelolaan waktu. Revisi Rancangan, Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Guru sebaiknya

(11)

(BORNEO, Vol. IX, No. 2, Desember 2014) 119 menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.

Siklus III

Tahap Perencanaan, Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Tahap kegiatan dan pengamatan, Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 21 September 2013 di Kelas V .dengan jumlah siswa 28 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah nilai rata-rata tes formatif sebesar 77,14 dan dari 28 siswa yang telah tuntas sebanyak 25 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 89,29% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang telah diterapkan selama ini serta ada tanggung jawab kelompok dari siswa yang lebih mampu untuk mengajari temannya kurang mampu. Refleksi, Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share.

Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai

(12)

(BORNEO, Vol. IX, No. 2, DESEMBER 2014) 120

ketuntasan. Revisi Pelaksanaan, Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.

Pembahasan

Ketuntasan Hasil belajar Siswa, Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 60,71%, 75,00%, dan 89,29%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran, Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dan penguasaan materi pelajaran yang telah diterima selama ini, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran, Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPS dengan pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share yang paling dominan adalah, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif.

Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa materi tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu, budha, dan islam di indonesia yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (60,71%), siklus II (75,00%), siklus III (89,29%).

Penerapan pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar

(13)

(BORNEO, Vol. IX, No. 2, Desember 2014) 121 siswa dalam belajar materi tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu, budha, dan islam di indonesia, hal ini ditunjukan dengan antusias siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share memiliki dampak positif terhadap kerjasama antara siswa, hal ini ditunjukkan adanya tanggung jawab dalam kelompok dimana siswa yang lebih mampu mengajari temannya yang kurang mampu.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineksa Cipta.

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.

Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineksa Cipta.

Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineksa Cipta.

Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru.

Hamalik, Oemar. 1999. Kurikuum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah PanitianPelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

(14)

(BORNEO, Vol. IX, No. 2, DESEMBER 2014) 122

Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung : Jemmars.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nur, Moh. 2013. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.

Poerwodarminto. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Bina Ilmu.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta

: Bina Aksara.

Slameto, 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta : PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta : Andi Offset.

Suryosubroto, b. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT. Rineksa Cipta.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Usman, Moh. Uzer. 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung : Jemmars.

Referensi

Dokumen terkait

maju dan negara-negara berkembang. Hal ini menjadi aspek esensial karena sifat korupsi yang semakin kompleks. dan canggih serta melibatkan aktor lintas negara. Misalnya

Dalam menganalisa biaya penggunaan kontruksi kayu penulis menggunakan SNI-3434-2008 tentang tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk kontruksi

Pada hubungan balok kolom,dengan lebar balok lebih besar daripada lebar kolom, tulangan transversal yang ditentukan pada 23.4(4) harus dipasang pada hubungan tersebut

Kognitif adalah kebolehan individu untuk berfikir, memberi pendapat, memahami, mengingati perkara-perkara yang berlaku di persekitaran masing-masing.Oleh itu,aktiviti yang dilakukan

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Departemen Pendidikan Kimia.

Pada reaktor dengan durasi pengolahan aerobik selama 31,5 jam- anoksik 31,5 jam dapat dilihat bahwa nilai pH selalu mengalami kenaikan pada fase aerobik dan nilai DO

[r]

Perubahan-perubahan penting dalam bidang produksi dan ekonomi di Eropa Barat pada abad ke 19 M telah mendorong seluruh dunia berada di bawah pengaruh industri mekanis