• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam terbitan (KDT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam terbitan (KDT)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Penulis : Ahmad Sarwat, Lc.,MA 30 hlm

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Judul Buku

Sejarah Fiqih Era Kenabian dan Shahahat

Penulis

Ahmad Sarwat, Lc. MA

Editor

Fatih

Setting & Lay Out

Fayyad & Fawwaz

Desain Cover

Faqih

Penerbit

Rumah Fiqih Publishing Jalan Karet Pedurenan no. 53 Kuningan

(4)
(5)

Daftar Isi

Daftar Isi ... 5

Mukaddimah ... 7

Bab 1 : Fiqih di Era Kenabian ... 9

A. Istilah Fiqih ... 9

B. Fiqih Dalam Sebutan Ijtihad... 10

1. Ijtihad Nabi SAW ... 11

2. Ijtihad Para Shahabat di Masa Kenabian ... 11

C. Fiqih Dalam Sebutan Ijma’ ... 13

D. Fiqih Dalam Sebutan Qiyas ... 14

1. Perintah Qiyas ... 14

2. Contoh Qiyas ... 16

Bab 2 : Fiqih di Masa Shahabat ... 17

A. Tentang Shahabat ... 17

1. Bertemu Langsung ... 17

2. Dalam Keadaan Muslim ... 18

3. Mati Dalam Keadaan Muslim ... 19

B. Kemuliaan Para Shahabat ... 19

1. Mendapat Keridhaan Allah ... 19

2. Sebagian Dari Shahabat Telah Dipastikan Masuk Surga ... 20

3. Shahabat Adalah Generasi Terbaik ... 21

4. Perintah Nabi Untuk Berpegang Teguh Kepada Shahabat ... 22

C. Tidak Semua Shahabat Ahli Fiqih ... 22

(6)

2. Shahabat Yang Mujtahid ... 23

D. Ijtihad Shahabat ... 24

1. Masa Abu Bakar ... 25

2. Masa Umar ... 27 3. Pemakaian Rasam Utsmani di Masa Utsman . 28

(7)

Mukaddimah

Fiqih dalam makna ijtihad dan pola aliran metodologi istimbath hukum, sebenarnya sudah ada sejak awal mula diturunkan Al-Quran, yaitu di masa Rasulullah SAW masih hidup.

Dalam hal ini sesungguhnya Rasulullah SAW sendiri yang berupaya memberi contoh sekaligus mendidik, melatih, mengajari dan membina para shahabat dengan teliti dan rinci, untuk nantinya menjadi lahir menjadi mujtahid yang dapat mengawal keberlangsungannya risalah Islam, sampai bagian akhir dari kehidupan.

Berbeda dengan para nabi sebelumnya, misi Rasulullah SAW tidak akan dibantu dengan adanya nabi-nabi berikutnya. Keberadaan beliau sebagai utusan Allah merupakan orang yang terakhir. Beliau sendiri tidak lain adalah penutup risalah para nabi dan rasul.

Meski pun demikian, nampaknya Allah SWT belum lagi berkehendak untuk menutup panggung kehidupan dunia dengan kiamat. Manusia dibiarkan terus hidup beratus-ratus tahun, bahkan beribu tahun sepeninggal Rasulullah SAW, tanpa adanya bimbingan dari langsung dari langit, berupa wahyu atau pun turunnya seorang nabi.

(8)

Meski demikian jauh jarak antara masa Rasulullah SAW dan generasi saat ini, namun ada semacam jaminan dari Allah SWT bahwa agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW tidak akan punah, sampai hari kiamat.

Dalam bentuk nyata, jaminan itu adalah keberadaan para ulama dan mujtahid dari umat Rasulullah SAW, yang di atas pundak mereka dibebankan amanat dan ilmu untuk selalu mengawal agama ini sampai hari akhir tiba. Mereka tidak lain adalah para fuqaha, ahli ilmu dan mujtahid.

(9)

Bab 1 : Fiqih di Era Kenabian

A. Istilah Fiqih

Fiqih di masa Rasulullah belum lagi menggunakan istilah fiqih seperti yang kita kenal sekarang ini. Namun masih menggunakan istilah-istilah tertentu yang berdekatan, seperti ijtihad atau qiyas.

Namun bukan berarti kata fiqih belum ada di masa itu. Kata fiqih sudah ada dan seringkali kita temukan dalam Al-Quran atau Hadits nabawi, namun masih

dalam makna bahasa. Misalnya lafadz nafqahu dalam

ayat (لوُقَت اَّمِم ا ًريِثَك ُهَقفَن َما ُبيَعُش اَي اوُلاَق) dalam surat QS. Hud: 91.

Akar katanya dari fiqih, namun yang dimaksud bukan ilmu fiqih melainkan : memahami.

Di dalam Surat An-Nisa’ ayat 78 juga ada

disebutkan lafadz yafqahu yang berakar dari fiqih ( ِلاَمَف

ِءلاُؤَه لا ِموَق لا َنوُداَكَي َنوُهَقفَي

اًثيِدَح ), namun maknanya bukan ilmu

fiqih melainkan memahami.

Begitu juga di dalam hadits, kita banyak menemukan istilah fiqih, namun maknanya bukan sebagai nama cabang ilmu yang kita kenal hari ini.

َّ نِإ

َّ رلاَِّةلاَصََّلوُط

َِّرَصِقَوَِّلُج

َّ

َّنِمٌَّة نِئَمَِّهِتَبطُخ

َِّهِهقِف

َّ

Panjangnya shalat seseorang dan singkatnya khutbahnya adalah bagian dari fiqihnya (HR. Muslim)

(10)

ََّمن

ََُّّيَِّر

َِّدَّ

َُّّللا

َََِّّّب

َِّهَّ

ََّخ

َّريَّاَّ

َُّ يََّفَِّّق

َُّهه

َّ

َِّف

َّ

َِّّدلا

َِّني

Siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka akan difahamkan ilmu agama. (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedangkan penggunaan istilah fiqih dalam definisi

yang kita kenal sekarang belum ada di masa itu.1 Dan

kalau ada sebutan ahli fiqih di masa kenabian, maksudnya ahli ilmu agama secara keseluruhan.

Seorang faqih (هيِقَف) adalah orang memiliki ilmu yang

mendalam dalam agamanya dari teks-teks agama yang ada dan ia mampu menyimpulkan menjadi hukum-hukum, pelajaran-pelajaran, faidah yang terkandung dalam teks agama tersebut.

Jadi makna fiqih di masa pertama Islam mencakup seluruh masalah dalam agama Islam, baik yang mencakup masalah akidah, ibadah, muamalat dan lain-lain. Bahkan di masa Al-Imam Abu Hanifah sekalipun, Beliau masih menamai tema akidah

dengan sebutan : Al-Fiquh Al-Akbar (ربكلأا هقفلا).

B. Fiqih Dalam Sebutan Ijtihad

Lalu kalau istilah fiqih di masa kenabian ternyata tidak berkonotasi kepada ilmu fiqih yang kita kenal, lantas apakah tidak ada sama sekali aktifitas ber-fiqih di masa itu?

1 Para ulama mendefinisikan istilah fiqih menjadi ; ِماَكحلأاِب ُملِعلا ِةَّيِعرَّشلا ِةَّيِلَمَعلا ُبَسَتكُملا ن ِم اَهِتَّلِدَأ

ِةَّيِلي ِصفَّتلا artinya : ”Ilmu yang membahas hukum-hukum syariat bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari dalil-dalil secara rinci,” (Lihat : Adz-Dzarkasyi, Al-Bahrul Muhith, jilid 1 hal 21)

(11)

pada dasarnya yang jadi inti dalam ber-fiqih memang ijtihad dan qiyas.

1. Ijtihad Nabi SAW

Para ulama ahli ushul fiqih menyebutkan bahwa Rasulullah SAW sendiri adalah guru besar dalam urusan ijtihad. Dalam banyak momen, Beliau SAW jelas-jelas melakukan ijtihad. Misalnya terkait dengan tawanan perang Badar.

نوُكيَّنأٍَِّّّبنِلَّناكَّام

َُّتَِّضرلأاَّ ِفَّنِخثُيَّ ّتّحَّىرسأَُّهل

ََّّنوُديِر

اينُّدلاَّضرع

ٌَّميِكحٌَّزيِزعَُّّللاوَّةرِخلآاَُّديِرُيَُّّللاو

Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki akhirat. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Anfal : 67)

2. Ijtihad Para Shahabat di Masa Kenabian

Sejak Nabi SAW masih bersama para shahabat, banyak para shahabat yang menjalankan ijtihad. Misalnya ketika Muadz bin Jabal dikirim ke Yaman, Rasulullah SAW sempat melakukan tes kepadanya.

ََّّاللهَّ ِلوُسرَِّةّنُسَِّفَّدِتجَّلمَّنِإف

ََّّ

ََّّ:َّلاقَّ؟َّاللهَّ ِباِتكَّ ِفَّلاو

َّولآَّلاوَِّيأرَُّدِهتجأ

َّ

(12)

Jika tidak engkau dapatkan dalam sunnah Rasulullah dan tidak pula dalam Kitab Allah? Muaz menjawab, saya akan berijtihad dengan pemikiran saya dan saya tidak akan berlebih-lebihan (HR Abu Daud)

Selain itu juga ada Amr bin Al-Ash

radhiyallahuanhu yang telah melakukan ijtihad dalam hal-hal yang membolehkan seseorang bertayammum sebagai ganti dari wudhu', yaitu karena faktor cuaca yang amat dingin.

َِّا

ََّ تح

ََّل

َُّتم

ََّّ

َِّف

ََََّّّل

ََّليٍَّّة

ََََّّّب

َِّرََّدٍَّّة

ََّّ

ََّش

َِّد

ََّدي

َِّةََّّ

ََّبلا

ََّفَّد

ََّأ

ََّفش

َُّتق

َََِّّّإ

َِّن

ََّّ

ََّتغا

ََّس

َُّتل

ََّّ

ََّأ

ََّأَّن

ََّله

ََّ فَّك

ََّ تََّيَّ م

َُّتم

ََّّ

َّ ُثََّّ

ََّصَّ ل

َُّتي

ََِّب

ََّحص

َِّبا

ََّّ

ََّص

ََّلاََّة

ََّّ

َُّّصلا

َِّحب

ََََّّّ فَّ

َلَّ م

ََّّا

ََّقَِّد

ََّنم

ََّعَّا

ََّىل

ََََّّّر

َُّس

َِّاللهَّلو

ََّّ

ََََّّّذ

ََّكَُّر

ََّذَّاو

َِّل

ََّك

ََََّّّل

َُّهََّّ

ََّ فََّق

ََّلا

ََّّ

ََّيَّ:

ََّع

َُّرم

و

ََّصَّ ل

ََّتي

ََّّ

ََِّب

ََّحص

َِّبا

ََّك

ََََّّّوََّأ

ََّتن

ََّّ

َُّجَُّن

ب

؟ََّّ

ََّ فَُّق

َُّتل

ََّّ

ََّذَّ:

ََّك

َُّتر

ََََّّّق

ََّلو

ََّّالله

ََّ تََّع

ََّلا

(ََّو

ََّلاََّّ

ََّتَُّ تق

َُّل

ََّأَّاو

َُّفن

ََّس

َُّك

َِّإَّم

َّ نََّّ

َُّاللهَّ

َََّّك

ََّنا

َََِّّّب

َُّك

ََّرَّم

َِّح

َّرميا

)

ََّ فََّ تََّي

َّ م

َُّتم

ََّّ

َّ ُثََّّ

ََّصَّ ل

َُّتي

َََّّّ

ََّف

ََّض

َِّح

ََّك

ََََّّّر

َُّس

َُّلو

ََّّ

َِّالله

ََّّ

َّّلص

ََّوَّملسوَّهيلعَّاللهَّى

ََّلم

ََّ يََُّّق

ََّّل

ََّش

َّرئيا

َّ

Dari Amru bin Al-’Ash radhiyallahuanhu bahwa ketika beliau diutus pada perang Dzatus Salasil berkata"Aku mimpi basah pada malam yang sangat dingin. Aku yakin sekali bila mandi pastilah celaka. Maka aku bertayammum dan shalat shubuh mengimami teman-temanku. Ketika kami tiba kepada Rasulullah SAW mereka menanyakan hal itu kepada beliau. Lalu beliau bertanya"Wahai Amr Apakah kamu mengimami shalat dalam keadaan junub ?". Aku

(13)

Maha Pengasih kepadamu] maka aku tayammum dan shalat". (Mendengar itu) Rasulullah SAW tertawa dan tidak berkata apa-apa. (HR. Ahmad Al-hakim Ibnu Hibban dan Ad-Daruquthuny).

C. Fiqih Dalam Sebutan Ijma’

Ali bin Abi Thalib radhiyallahunahu pernah

bertanya kepada Rasulullah SAW,”Bagaimana nanti

kita menentukan hukum sepeninggal Anda, padahal tidak akan ada lagi ayat yang turun dari langit dan

Anda sudah tidak lagi bersama kami?”. Maka

Rasulullah SAW pun menjawab :

َِّا

ََّْج

َُّعاو

ََََّّّلَُّه

ََّّ

ََّعلا

َِّبا

َِّد

ََّنيََّّ

َِّم

َّْنَََّّّ

ُأَّ م

َِّت

ََََّّّو

َّْجا

ََّعَُّل

َُّهوََّّ

َُّش

ََّرو

َّى

ََََّّّ بَّْ ي

ََّنَُّك

َّْمََََّّّ

وَّ

َلاَّ

َََّّ تَّْق

َُّض

َُّهوَّ

َِّبََّرَّْأ

ٍَّّي

َََّّو

َِّحا

ٍَّّدَّ

Kumpulkan para ahli ibadah dari umatku dan jalankan musyawarah di antara kalian dan jangan memutuskan masalah hanya lewat satu pendapat.

Az-Zarkasyi dalam Al-Bahrul Muhtih fi Ushulil Fiqhi

menegaskan :

عاجإ

ََّّ

َّةباحصلا

ََّّ

َّةجح

ََّّ

َّلاب

ََّّ

َّفلاخ

ََّّ

ينب

ََّّ

ينلئاقلا

ََّّ

َّةيجبح

ََّّ

،عاجلإا

َّ

مهو

َّ

قحأ

ََّّ

سانلا

َّ

َّكلذب

Ijma’ para shahabat adalah hujjah tanpa khilaf di tengah para ulama terkait kehujjahan ijma’, karena

(14)

untuk berijma’.1

Di antara hal-hal yang telah menjadi ijma’ para

shahabat misalnya :

▪ Kewarisan nenek ketika tidak ada ibu.

▪ Kewajiban ada khalifah pengganti Nabi SAW

▪ Pembangkan zakat diperangi

▪ Keharusan membayarkan hutang mayit

sebelum pembagian waris.

▪ Haramnya lemak babi sebagaimana haramnya

dagingnya.

D. Fiqih Dalam Sebutan Qiyas

Salah satu bentuk kerja fiqih adalah melakukan qiyas atas suatu masalah yang sudah ada ketentuan hukumnya baik di dalam Al-Quran atau pun di dalam Hadits, dengan masalah lain yang belum ada ketentuannya hukumnya, melewati benang merah

yang disebut dengan ‘illat.

1. Perintah Qiyas

a. Dalam Al-Quran

Perintah untuk menggunakan qiyas sendiri secara implisit banyak disebutkan di dalam Al-Quran. Misalnya ayat-ayat berikut :

َِّرْمَْلأاَّ ِلِوُأَوََّلوُس رلاَّاوُعيِطَأَوََّّللاَّاوُعيِطَأَّاوُنَمآََّنيِذ لاَّاَهُّ يَأََّي

ََّّ

(15)

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul. (QS. An-Nisa : 59)

Al-Fakhru Ar-Razi (w. 606 H) dalam tafsirnya

Mafatih Al-Ghaib menafsirkan bahwa yang dimaksud mengembalikan urusan kepada Allah dan Rasul di ayat ini adalah perintah untuk menggunakan qiyas.

َُّهَلَ تَ قَّْنَمَو

َّ

َِّمَع نلاََّنِمََّلَتَ قَّاَمَُّلْثِمٌَّءاَزَجَفَّاردِّمَعَ تُمَّْمُكْنِم

Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak setara dengan buruan yang dibunuhnya. (QS. Al-Maidah : 95)

Meski ayat ini bicara tentang larangan membunuh hewan bagi yang sedang ihram, namun Al-Imam

Asy-syafi’i di dalam kitab Al-Umm menegaskan bahwa

ada kandungan pelajaran dalam ayat ini untuk mengganti dengan yang setara dengan hewan yang dibunuhnya. Maka ini juga merupakan isyarat atas diberlakukannya qiyas dalam hukum.

b. Umar

Surat Umar kepada Abu Musa Al-Asy’ari dalam hal

(16)

َِّفِرْعا

َّ

ََّهاَبشلأا

َّ

َّ،لاثملأاو

َّ

َِّسِقو

َّ

روملأا

Pahami masalah kesamaan dan perumpamaan dan gunakan qiyas dalam penetapan hukum.

2. Contoh Qiyas

a. Qiyas Mencium Istri

Rasulullah SAW mengqiyas tidak batalnya puasa karena mencium istri dengan kumur.

b. Qiyas Hutang Haji

Rasulullah SAW mengqiyas kewajiban bayar hutang nadzar haji dengan kewajiban bayar hutang harta kepada manusia.

d. Qiyas Potong Tangan

Para shahabat menqiyas memotong tangan semua pencuri ketika mereka mencuri berjamaah dengan wajib dibunuhnya semua pembunuh bila berjamaah.

e. Qiyas Khalifah

Para shahabat ketika memilih Abu Bakar menjadi khalifah mengqiyaskan penunjukan Nabi SAW kepada Abu Bakar untuk menjadi penganti imam shalat dengan jabatan khalifah.

f. Qiyas Masalah Kakek dengan Saudara

Para shahabat mengqiyas masalah waris terkait kakek dengan adanya saudara.

(17)

Bab 2 : Fiqih di Masa Shahabat

A. Tentang Shahabat

Tidak semua orang yang pernah bertemu dengan Nabi SAW berhak disebut shahabat. Hanya mereka yang memenuhi ketentuan saja yang disebut shahabat, yaitu :

نَم

َّ

ََّيِقَل

َّ

َّ ِب نلا

َّ

ى لَص

َّ

َُّ للا

َّ

َِّهيَلَع

َّ

ََّم لَسَو

َّ

ارنِمؤُم

َّ

َِّهِب

َّ

ََّتاَمَو

َّ

ىَلَع

َّ

َِّمَلاسلإا

Orang yang bertemu dengan Nabi SAW dalam keadaan mukmin dan meninggalkan dalam keadaan mukmin.

1. Bertemu Langsung

Pertemuan dengan Nabi SAW yang dimaksud adalah pertemuan langsung, wajah dengan wajah, dan bukan dalam wujud cahaya (nur), ruh, qarin, bayangan apalagi mimpi.

Maka mereka yang mengaku pernah bermimpi bertemu dengan nur, ruh, atau qarin dari Rasulullah SAW, atau bertemu dengan beliau dalam tidur (bermimpi), tidak boleh disebut sebagai shahabat Nabi.

Raja An-Najasyi yang berkuasa di negeri Habasyah disebut-sebut masuk Islam, ketika masa Nabi SAW masih hidup. Bahkan sejarah shalat jenazah pertama kali secara ghaib dilakukan oleh Nabi SAW adalah

(18)

menshalatkan jenazah An-Najasyi.

Di dalam Al-Quran disebutkan orang yang berlinang air mata ketika mendengarkan dibacakan ayat-ayat Al-Quran tidak lain adalah An-Najasyi itu.

اَذِإَو

ََّّ

اوُعَِسَ

ََّّ

اَمََّّ

ََّلِزْنُأ

ََّّ

ََّلِإ

ََّّ

َِّلوُس رلا

ََّّ

َّ ىَرَ ت

ََّّ

َّْمُهَ نُ يْعَأ

ََّّ

َُّضيِفَت

ََّّ

ََّنِم

ََّّ

َِّعْم دلا

ََّّ

ا ِمِ

َّ

اوُفَرَع

َّ

ََّنِم

ََّّ

َِّّقَْلْا

ََّّۖ

ََّنوُلوُقَ ي

َّ

اَن بَر

َّ

ا نَمآ

َّ

اَنْ بُ تْكاَف

َّ

ََّعَم

َّ

ََّنيِدِها شلا

Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.). (QS. Al-Maidah : 83)

Namun meski demikian, sepanjang hidupnya An-Najasyi yang sudah masuk Islam itu malah belum pernah sekalipun bertemu dengan Nabi Muhammad SAW secara fisik. Padahal keduanya saling berkirim surat atau berkorespondensi. Maka nama An-Najasyi tidak pernah kita temukan dalam deratan nama para shahabat nabi.

2. Dalam Keadaan Muslim

Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Thalib , ‘Uthbah dan

banyak lagi yang lainnya, adalah orang-orang yang berkali-kali bertemu langsung dengan sosok Nabi Muhammad SAW.

(19)

bahkan juga terlibat dalam berbagai perjanjian dan peperangan bersama dengan Rasulullah SAW.

Namun mereka tidak termasuk shahabat Nabi, karena mereka bukan muslim dan tidak bersyahadat, bahkan sampai mereka mati tidak pernah memeluk agama Islam.

Ada sebagian orang kafir yang pernah bertemu dengan Rasulullah SAW, lalu kemudian mereka memeluk Islam sepeninggal Rasulullah SAW. Mereka ini juga tidak terhitung sebagai shahabat Nabi SAW, karena detik-detik ketika mereka bertemu langsung dengan beliau, agama mereka bukan Islam.

3. Mati Dalam Keadaan Muslim

Ada sebagian orang yang pernah bertemu dengan Nabi SAW dalam keadaan muslim, namun sayangnya ketika meninggal dunia, mati dalam keadaan kafir dan murtad. Mereka ini juga bukan termasuk para shahabat, karena mati bukan dalam keadaan muslim.

B. Kemuliaan Para Shahabat

Tentang kemuliaan dan tingginya kedudukan para shahabat dalam syariat Islam, ada beberapa hal yang patut diperhatikan.

1. Mendapat Keridhaan Allah

Al-Quran menegaskan bahwa para shahabat ridhwanullahi alaihim adalah orang-orang yang mendapatkan ridha dari Allah SWT.

(20)

ََّنوُقِبا سلاَو

ََّّ

ََّنوُل وَلأا

ََّّ

ََّنِم

ََّّ

اَهُلما

ََّنيِرِج

ََّّ

َِّراَصنَلأاَو

ََّّ

ََّنيِذ لاَو

ََّّ

َّمُهوُعَ ب تا

ََّّ

ٍَّّناَسحِِبِ

ََّّ

ََّيِض ر

ََّّ

َُّّللا

ََّّ

َّمُهنَع

ََّّ

اوُضَرَو

ََّّ

َُّهنَع

ََّّ

َّ دَعَأَو

ََّّ

مَُلَ

ََّّ

ٍَّّتا نَج

ََّّ

يِر َتج

َّ

اَهَ ت َتَ

َّ

َُّراَنهَلأا

َّ

ََّنيِدِلاَخ

َّ

اَهيِف

َّ

اردَبَأ

َّ

ََّكِلَذ

ََّّ

َُّزوَفلا

َّ

َُّميِظَعلا

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah : 100)

دَقَل

ََّّ

ََّيِضَر

ََّّ

َُّ للا

ََّّ

َِّنَع

ََّّ

ََّينِنِمؤُلما

ََّّ

ذِإ

ََّّ

ََّكَنوُعِياَبُ ي

ََّّ

ََّت َتَ

ََّّ

َِّةَرَج شلا

ََّّ

ََّمِلَعَ ف

ََّّ

اَمَّ

َِّف

َّ

مِِبِوُلُ ق

َّ

ََّلَزنَأَف

ََّّ

ََّةَنيِك سلا

َّ

مِهيَلَع

َّ

مَُبَِثََأَو

َّ

ارحتَف

َّ

اربيِرَق

Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (QS. Al-Fath : 18)

2. Sebagian Dari Shahabat Telah Dipastikan Masuk Surga

Jaminan pasti masuk surga diantaranya diberikan kepada 10 orang shahabat, sebagaimana tercantum

(21)

ٌَّةَرشع

ََّّ

َِّف

ََّّ

َّة نَلجا

ََّّ

ََّّ:

وُبَأ

ََّّ

َّركَب

ََّّ

َِّف

ََّّ

َِّة نَلجا

ََّّ

َّرَمُعَو

ََّّ

َِّف

ََّّ

َِّة نَلجا

ََّّ

َّناَمثُعَو

ََّّ

َِّف

ََّّ

َِّة نَلجا

ََََّّّّ

َّ يِلَعَو

ََّّ

َِّف

ََّّ

َِّة نَلجا

ََّّ

َّةَحلَطَو

ََّّ

َِّف

ََّّ

َِّة نَلجا

َََّّ

يَبُّزلاو

ََّّ

َِّف

ََّّ

َِّة نَلجا

ََّّ

َُّدبَعَو

ََّّ

نَحم رلا

ََّّ

َِّنب

ََّّ

ٍَّّفوَع

ََّّ

َِّف

ََّّ

َِّة نَلجا

ََّّ

َُّديِعَسَو

ََّّ

َُّنب

ََّّ

ٍَّّكِلاَم

ََّّ

َِّف

ََّّ

َِّة نَلجا

ََّّ

َّوُبَأَو

ََّّ

ةَديَبُع

ََّّ

َُّنب

ََّّ

َِّحا رَلجا

ََّّ

َِّف

ََّّ

َِّة نَلجا

َََّّّ

-ََّّ

ََّتَكَسَو

ََّّ

َِّنَع

ََّّ

َِّر ِشاَعلا

ََّّ،

ََّّ

اوُلاَق

ََّّ

َّ:

نَمَو

َّ

ََّوُه

َّ

رِشاَعلا

َّ؟

َّ

ََّلاَقَ ف

ََّّ

َّ"َّ:

َُّديِعَس

َّ

َُّنبَّ

ٍَّّديَز

َّ

ََّّ"

َّ

نيعي

َّ

هسفن

Dari Said bin Zaid bahwa Rasulullah SAW

bersabda,”Ada sepuluh orang di dalam surga : Abu

Bakar di dalam surga, Umar di dalam surga, Utsman di dalam surga, Ali di dalam surga, Thalhah di dalam surga, Az-Zubair di dalam surga, Abdurrahman bin Auf di dalam surga, Said bin Malik di dalam surga, Abu Ubaidah Ibnul Jarrah di dalam surga, kemudian Said terdiam. Orang-orang bertanya,”Siapa yang

kesepuluh?”. Said menjawab,”Said bin Zaid”- yaitu

dirinya sendiri. (HR. Ahmad dan Abu Daud) 3. Shahabat Adalah Generasi Terbaik

Rasulullah SAW telah menegaskan dalam hadits beliau bahwa generasi terbaik di dunia ini adalah generasi dimana belau hidup bersama mereka. Generasi itu tidak adalah generasi para shahabat, sebagaimana sabda beliau SAW.

َُّيَخ

َّ

َِّسا نلا

َّ

َِّنرَق

ََّّ

ُثَّ

َّ لا

ََّنيِذ

َّ

مَُنهوُلَ ي

ََّّ

ُثَّ

ََّنيِذ لا

َّ

َّمَُنهوُلَ ي

(22)

masa sesudahnya, kemudian masa sesudahnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Perintah Nabi Untuk Berpegang Teguh Kepada Shahabat

Rasulullah SAW dalam salah satu hadits telah memerintahkan seluruh umatnya untuk berpegang teguh kepada sunnah beliau dan juga sunnah para shahabat beliau.

مُكيَلَعَ ف

ََّّ

َِّت نُسِب

ََّّ

َِّة نُسَو

ََّّ

َِّءاَفَلُلخا

ََّّ

ََّينِّيِدهَ لما

ََّّ

ََّنيِدِشاَرلا

ََّّ

اوُك سََتَ

ََّّ

َّاَِبَِّ

اوُّضَعَو

َّ

اَهيَلَع

َّ

َِّذ ِجاَو نلِب

Wajiblah atas kalian untuk berpegang pada sunnahku dan sunnah para penggantiku yang lurus. Pegang erat sunnah itu dan gigitlah dengan geraham. (HR. Ahmad)

C. Tidak Semua Shahabat Ahli Fiqih 1. Jumlah Shahabat

Jumlah shahabat itu sangat banyak, tidak ada yang menyebutkan jumlahnya secara pasti, kecuali

perkiraan kasar saja. Ka’ab bin Malik menyebutkan

dalam hadits shahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim :

لماَوَُّ

َِّ للاَّ ِلوُسَرََّعَمََّنوُمِلس

ٌَّظِفاَحٌَّباَتِكَّمُهُعَم َيََّلاَوٌَّيِثَك

Dan jumlah umat Islam yang hidup bersama Rasulullah SAW (shahabat) jumlahnya sangat banyak, tidak bisa dihimpun dalam satu kitab. (HR.

(23)

Sedangkan perkiraan kasar terkait jumlah shahabat kita temukan pendapat beberapa ulama, salah satunya Al-Imam As-Suyuthi (w. 911 H) dalam

kitab Al-Khashaish Al-Kubra menyebutkan bahwa

jumlah total para shahabat tidak kurang dari 124.000

orang. Sedangkan Al-Hafidz Abu Zar’ah Ar-Razi, salah

seorang guru Imam Muslim, menyebutkan bahwa

jumlah para shahabat mencapai 114.000 orang. 1

2. Shahabat Yang Mujtahid

Namun lepas dari berapa jumlah pasti para shahabat yang hidup sebagai muslim dan bertemu langsung dengan beliau SAW, yang pasti tidak semua dari mereka berkapasitas sebagai mutjahid.

Sebab untuk menjadi mujtahid tidak cukup sekedar bertemu dengan beliau SAW sekali atau dua kali. Untuk menjadi mujthaid diperlukan waktu yang panjang serta intensitas pertemuan dengan Rasulullah SAW yang berkualitas. Selain itu juga ada faktor kecerdasan dan kapasitas yang umumnya di atas rata-rata.

Oleh karena itu wajar bila Ibnu Al-Qayyim dalam

kitabnya, I’lam Al-Muwaqqi’in, menyebutkan bahwa

jumlah para shahabat yang berkapasitas sebagai mutjahid hanya sekitar 130-an orang saja. Ada yang laki-laki dan ada yang perempuan, bahkan ada juga yang anak-anak.

(24)

Dari 130-an shahabat Nabi yang mujtahid, masih bisa kita bagi lagi berdasarkan level mereka dan juga produk ijtihad yang mereka hasilnya. Ada yang jumlah ijtihadnya banyak, sedang dan sedikit.

a. Al-Mukatstsirin

Di antara mereka yang paling banyak hasil ijtihadnya ada tujuh orang, yaitu Umar bin Al-Khattab, Ali bin Abi Thalib, Aisyah Ummum

Mukminin, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Al

-Abbas, Abdullah bin Umar dan Zaid bin Tsabit

ridhwanullahi ’alaihim ajma’in.

b. Al-Mutawassithin

Di antara mujtahid level menengah adalah Abu Bakar, Utsman bin Al-Affan, Ummu Salamah istri Nabi, Abu Said Al-Khudri, Muadz bin Jabal, Abu Musa Al-Asy’ari, Jabir bin Abdullah, Abdullah bin Amr bin

Al-Ash dan Abdullah bin Az-Zubair ridhwanullahi

’alaihim ajma’in.

c. Al-Muqallilin

Level ini disebut muqallilin karena jumlah hasil ijtihad mereka tidak terlalu banyak dibandingkan dua level di atasnya. Para shahabat yang termasuk dalam

level ini antara lain Abu Ad-Darda’, Abu Ubaidah

Ibnul Jarrah, An-Nu’man bin Basyir, Ubay bin Ka’ab,

Abu Thalhah, Abu Dzar, Shafiyah, Hafsyah, Ummu

Habibah dan lainnya ridhwanullahi ’alaihim ajma’in.

D. Ijtihad Shahabat

Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ridhwanullahi

(25)

begitu banyak hasil ijtihad, yang belum kita temukan di masa Rasulullah SAW.

1. Masa Abu Bakar

Ada banyak sekali fatwa dan ijtihad pribadi Abu Bakar di masa kepemimpinan Beliau, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan Mushaf

Ali bin Abi Thalib radhiyallahuanhu menyebutkan

tentang jasa Abu Bakar dalam pengumpulan mushaf, sebagaimana disebutkan dalam kitab Mushannaf Ibnu Abi Syaibah.

ََّّسانلاَّمظعأ

ََّّبأَّىلعَّاللهَّةحمرَّركبَّوبأَّفحاصلماَّفَّرارجأ

َّينحوللاَّينبَّعجَّنمَّلوأَّوهَّركب

Orang yang paling besar pahalanya dalam masalah mushaf adalah Abu Bakar. Semoga Allah merahmatinya, beliaulah yang pertama kali menghimpun Al-Quran dalam dua covernya.1

b. Pengurusan Jenazah Nabi SAW

Ketika Nabi SAW wafat, para shahabat bingung bagaimana teknik mengurus jenazahnya. Maka saat itu keluar fatwa Abu Bakar untuk menguburkannya di tempat wafatnya. :

(26)

ََّّيلصتوَّةفئاطَّلكَّلخدتوَّهيفَّضبقَّيذلاَّللمحاَّفَّنفدي

جرتخو

c. Harta Waris Peninggalan Nabi SAW

Wafatnya Nabi SAW menyisakan masalah bagaimaan cara membagi harta warisannya. Fatimah sebagai putri minta bagian warisan, begitu juga Ibnu Abbas sebagai keponakan. Namun saat itu keluar fatwa Abu Bakar bahwa harta milik Beliau SAW tidak perlu dibagi waris dengan mengutip sabda Nabi SAW sendiri :

َّةقدصَّهانكرتَّامَّثرونَّلاَّءايبنلأاَّرشاعمَّننح

Kami para nabi tidak mewariskan apa yang kami tinggalkan dari sedekah

d. Pemimpin Harus Quraisy

Ketika Nabi SAW wafat para shahabat bersilang pendapat tentang siapa yang berhak menjadi pengganti Beliau. Lalu keluarlah fatwa Abu Bakar bahwa yang menjadi khalifah harus keturunan Quraisy. Dan seluruhnya setuju bahkan malah menjadikan Abu Bakar sebagai khalifah.

e. Meneruskan Kepanglimaan Usamah

f. Memerangi Pembangkang Zakat

(27)

khalifah setelahnya. Fatwa Abu Bakar ini disepakati secara aklamasi oleh seluruh umat Islam.

2. Masa Umar

a. Shalat Tarawih Berjamaah di Masa Umar

Dihidupkannya kembali shalat tarawih berjamaah di masjid adalah hasil ijtihad Umar, setelah sebelumnya shalat itu tidak pernah diadakan sejak bertahun-tahun sejak Rasulullah SAW pertama kali melakukannya yang hanya tiga malam saja.

ََّص

َّ ىل

ََّّ

َّ نلا

َُِّّبََّّ

ََّّ

َِّف

َََّّّلما

ََّ

َِّجس

َِّدََّّ

ََّذ

ََّتا

ََََّّّل

ََّليٍَّّة

ََََّّّف

ََّص

َّ ىل

َََِّّّب

ََّص

ََّلاَِّت

َِّهََّّ

ََّن

َُّس

َََّّّ

ُثََّّ

ََّص

َّ ىل

َََِّّّم

ََّنََّّ

ََّقلا

َِّباََّل

َِّةَََّّّ

َوََّك

َُّ ثََّرََّّ

َّ نلا

َُّسا

َََّّّ

ُثََّّ

ََّتجا

ََّمَُّع

اوََّّ

َِّم

ََّنََّّ

َّ للا

ََّليَِّة

ََّّ

َّ ثلا

َِّلاََّث

َِّةََّّ

ََّأَِّو

ََّّ

َّ رلا

َِّباََّع

َِّةََّّ

ََّ فََّل

مََّّ

ََّيَُّر

ج

َََِّّّإََّل

َِّهي

مََّّ

ََّرَُّس

َُّلو

ََّّ

الله

ََّّ

ََّّ.

ََّ فََّل

َّ ما

ََََّّّأ

ََّبص

ََّحََّّ

ََّق

ََّلا

ََّّ:

ََََّّّق

َّدَّ

ََّرََّأ

َُّتي

ََّّ

َّ لا

َِّذ

َّي

ََّّ

ََّصََّن

َُّتع

م

ََََّّّ ف

ََّلَّم

ََّّ

ََّيََّن

َِّنيع

َََِّّّم

ََّنََّّ

َُّلخا

َُّر

َِّجو

َََِّّّإ

ََّل

َُّكي

م

َََِّّّإ

َّ لا

ََََّّّأ

َِّّنََّّ

ََّخ

َِّش

َُّتي

َََّّأ

نَّ

َُّت

َََّتف

ََّض

َََّّعَّ

َل

َُّكي

مَّ

َّ

لاق

َّ:

ََّوََّذَِّل

ََّك

ََّّ

َِّف

َََّّرََّم

ََّض

َّنا

َّ

Dari Aisyah radhiyallahuanha bahwa Rasulullah SAW pada suatu malam pernah melaksanakan shalat, kemudian orang-orang shalat mengikuti beliau. Kemudian Beliau SAW shalat lagi pada malam selanjutnya dan orang-orang yang mengikutinya tambah banyak. Kemudian mereka berkumpul pada malam ke tiga atau keempat, namun Rasulullah SAW tidak keluar untuk shalat bersama mereka. Dan di pagi harinya, Rasulullah SAW berkata, “Aku telah

(28)

yang menghalangiku untuk keluar (shalat) bersama kalian kecuali lantaran Akau khawatir shalat itu diwajibkan.” Perawi hadits berkata, "Hal tersebut

terjadi di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan

Muslim)

Para shahabat yang lahir setelah peristiwa itu tidak mengalami adanya shalat tarawih berjamaah di masjid. Keadaan itu terus berlangsung sampai beliau SAW wafat menemui Allah SWT. Dua tahun selama

masa pemerintahan Abu Bakar radhiyallahuanhu

juga tidak ada yang menjalankan shalat tarawih berjamaah di masjid.

Hingga datang masa kekhalifahan Umar bin

Khattab radhiyallahuanhu yang menghidupkan lagi

sunnah tersebut seraya mengomentari,”Ini adalah

sebaik-baik bid'ah”.Maksudnya bid‘ah secara bahasa

yaitu sesuatu yang tadinya tidak ada lalu diadakan kembali. Semenjak itu, umat Islam hingga hari ini melakukan shalat yang dikenal dengan sebutan shalat tarawih secara berjamaah di masjid pada malam Ramadhan.

3. Pemakaian Rasam Utsmani di Masa Utsman

Ijtihad di masa Utsman adalah

distandarisasikannya tulisan atau rasam mushaf Al-Quran dan disebut secara resmi dengan istilah rasam Utsmani. Dengan catatan apabila ada perbedaan qiraat yang bersumber asli dari Rasulllah SAW, yang mana berarti itu memang juga bersumber dari Allah SWT, maka tetap diadaptasi tulisannya sesuai dengan qiraatnya yang berbeda-beda.

(29)

qiraat yang berbeda tersebut. Masing-masingnya kemudian dikirim ke berbagai negeri yang disesuaikan dengan ragam qiraat yang diajarkan oleh para aguru qiraat masing-masing.

Di masa kepemimpinan Sayyidina Ali bin Abi Thalib

radhiyallahuanhu kita juga menemukan banyak sekali ijtihad yang mereka lakukan. Semua membuktikan bahwa baik di masa Rasulullah SAW maupun di masa para shahabat, fiqih sudah dipakai dan dijalankan. Ini menegaskan bahwa fiqih bukan sesuatu yang baru datang kemudian.

(30)

Referensi

Dokumen terkait

Jika Anda memerlukan bantuan, layanan, bantuan teknis, atau sekedar menginginkan informasi lebih lanjut tentang produk Lenovo, ada sejumlah sumber dari Lenovo yang dapat digunakan

Desain periklanan yang dilakukan oleh PT Indonesia Villajaya secara keseluruhan adalah lebih menguta- makan produk yang mereka jual dan setiap kata dan kalimat

Dalam rangka mendukung pemerintahan yang good governance maka Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat membuat suatu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

Menurut Harahap (2006:297), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan

Ciri utama dari sebuah topik adalah cakupan masalah yang bersifat umum dan tidak diuraikan secara lebih detail (Keraf, 1980:108). Topik yang ada dalam lagu anak di antaranya adalah

Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja diantaranya yakni penelitian yang dilakukan oleh (Masydzulhak et al.,

Bagaimana cara merancang continuous stired tank reactor pada pabrik n-butil metakrilat dengan proses esterifikasi asam metakrilat dan butanol menggunkan katalis asam

“ Kemudian sesion tambahan jawaban dari audience, tambahan pertama dari Awwal Zaqi Abdillah, menambahkan mengenai otonomi daerah seperti kita tahu mengenai tragedi