DINAMIKA EKSISTENSI LESBIAN
Proses Penerimaan Diri, Pemenuhan HAM, dan
Eksistensi Diri
Dian Novita Kristiyani
SatyaWacana University Press
r
',,ffi
PERNYATAAN
TIDAK
PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
N ama
NIM
Fa ku lta 5 Judul Tesis
Pembimbing
DIAN NOVITA KRISTIYANI
092012001
Program Pascasarjana
Email: dian_nk25@yahoo.com
Program Studi: Magister Studi Pembangunan
DINAMIKA EKSISTENSI LEsBIAN
(Proses Penerimaan Diri, Pemenuhan HAM, dan Eksistensi Diri)
Dr. lr. Arianti lna Restiani Hunga, M.5i.
Dengan ini menyatakan bahwa:
1.
Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah dia.lukan untuk mendapatkan gelar magister baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun di institusi pendidikan lainnya.2.
Hasil karya sayaini
bukan sadu ranlterjema han melainkan merupakan gagasan. rumujan, dan hasilpelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri,
tanpa baniuan pihak
Iain,
kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber penelitian.3.
Hasil karya sayaini
merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan, yangtelah
diketahui dandise tuiui oleh pembimbing.
4.
Dalam karya sayaini
tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikanorang
lain,
kecualiyang
digunakan sebagai acuandalam
naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.Pernyataan
ini
saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari terbukti ada penyimpangandan
ketidakbenaran dalam pernyataanini
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya sayaini,
serta sanksilain
yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Krisien Satya Wacana.Salatiga.
l8
September 2014 A4.ETERAITEMPEI.
Dian Novita Kristivani
TandatanSan dan Nama Terang Mahati5wa
r
'*ffi
Saya yang N ama NIM Fa ku lta s Judul Tesis Email: dian_nk25@yahoo.comProgram Studi: Magister Siudi Pembangunan
LESB IAN
Pemenuhan HAM, dan Eksistensi Diri)
PERNYATAAN
PERSETUJUAN AKSES
bertanda tangan di bawah ini:
DIAN NOVITA KRISTIYANI
092012001
Program Pascasa rjana
DINAMII(A EKSISTENSI
(Proses Penerimaan Diri,
Dengan
ini
saya menyerahkan hak non-ekslusif" kepada Perpustakaan Universitai-
Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan. mengatur akses serta melakukan pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada keteniuan akses tugas akhrr elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak yangsesuai):-a. Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori Perpustakaan Universitas, dan,/atau Portal CARUDA.
]
lb.
Sayatidak
mengijinkan karya tersebut diunggahke
dalam aplikasi Repositori PerpustakaanUniversitas. dan/atau portal
64RUDA.
,.* Hak yang tidak terbatar henya bagl tatu pihak t4a. Pengajar, penellti, den mahatit:wa yang menyerahkan hak non-ektk/utif kepada Repotitori
Perputtakaan Univet3itat taat mengumpu/kan hatl/ karya mereka matlh memiliki hak copyr&ht atat karya tertebut.
't" Hanya akan menampi/kan halaman Judul dan abntak. Pi/ihan ini harut dilamplti dengan penjelatan/a/atan tertullr dati pembimbing Teiii (Jan
diketahui oleIt pimpinan fakuhat (dekan/kaprogdr.
Demikian pernyaiaan ini saya buat dengan sebenarnya.
Salatiga. 1B September 2014
a
NamaNIM
Progdi TesisLEMBAR PENGESAHAN
DIAN NOVITA
KRISTIYANI092012001
Magister Studi Pembangunan DINAMIKA EKSISTENSI LESBIAN
(Proses Penerimaan Diri, Pemenuhan HAM'
dan Eksistensi Diri)
r
Program PascasarJana UKSWISBN
© Dian Novita Kristiyani
All rights reserved. Save Exception stated by the law, no part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system of any nature, or transmitted in any form or by any means electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, included a complete or partial transcription, without the prior written permission of the author, application for which should be addressed to author.
Diterbitkan oleh:
Satya Wacana University Press
Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711
Universitas Kristen Satya Wacana
DINAMIKA EKSISTENSI LESBIAN
Proses Penerimaan Diri, Pemenuhan HAM, dan
Eksistensi Diri
TESIS
Diajukan untuk memperoleh gelar magister
di Universitas Kristen Satya Wacana.
Tesis ini telah dipertahankan dalam ujian
Program Pascasarjana Magister Studi Pembanguna
Universitas Kristen Satya Wacana,
Pada hari Kamis tanggal 18 September 2014, pukul 12.00
di Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga.
Oleh :
Dian Novita Kristiyani
Pembimbing :
Dr. Ir. Arianti Ina Restiani Hunga, M.Si
Penguji :
Dr. Pamerdi Giri Wiloso., Ph.D Ira D. Mangililo, S.Th., MBAL., Ph.D
DAFTAR ISI Lembar Persetujuan Kata Pengantar ... i Abstrak ... v Daftar Isi ... vi BAB Satu Pendahuluan ... 1
Proses Perjalanan Penelitian ... 18
BAB Dua SEJARAH SINGKAT HOMOSEKSUAL (Hatib Abdul Kadir, Tangan Kuasa Dalam Kelamin, Telaah Homoseks) Homoseksualitas : Ada, Dilarang dan Resisten ... 25
Disapora Pecinta Sejenis ... 25
Cinta Sejenis dan Lahirnya Wacana Homoseksualitas ... 26
“Penyimpangan” Kaum Homoseksual ... 28
Homoseksuaitas dalam Budaya Nusantara... 29
Sejarah Diskursus Homoseksualitas di Indonesia ... 30
Homoseksualitas dalam Agama Dominan di Indonesia ... 31
Homoseks Pada Masa Kolonial ... 32
Homoseks dalam Pandangan Klinis ... 34
Homoseksualitas dalam Film-Film Indonesia ... 36
Posisi Homoseksual dalam Pembentukan Kenegaraan dan Munculnya Resistensi ... 37
Homoseksualitas Sebagai Solusi ... 39
BAB Tiga COMING INI (PENERIMAAN DIRI ) DAN EKSISTENSI DIRI SEORANG LESBIAN Pengantar ... 43
Eksistensi Diri “Aku adalah Aku” ... 45
Mengungkap ke-Aku-an ... 47
Deskripsi Modal Pengetahuan Seorang Lesbian dan
Heteroseksual ... 65
Deskripsi Modal Pengetahuan Praksis Seorang Lesbian dan Heteroseksual ... 67
Sejarah Penerimaan Diri Seorang Lesbian dan Heteroseksual... 70
BAB Empat DINAMIKA EKSISTENSI DIRI DI DALAM KOMUNITAS Pengantar ... 85
Eksistensi Diri di Komunitas dalam Literatur... 87
Mengugkap Eksistensi Diri di Komunitas ... 89
Menggenal Effort... 91
Deskripsi Lembaga Effort ... 91
Gambaran Kegiatan Effort Bersama Dengan Kelompok ... 95
Dinamika Eksistensi Diri didalam Komunitas ... 97
Pengembangan Diri Melalui Lembaga ... 101
BAB Lima EKSISTENSI LESBIAN DI MASYARAKAT Pengantar ... 105
Mempertanyakan ke-Aku-an dalam Masyarakat ... 106
Menerapkan ke-Aku-an ... 108
5.1 Eksistensi Diri di Ruang Publik ... 109
BAB Enam Refleksi, Dinamika dan Pergerakan ... 115
Implikasi teori ... 119
Implikasi metodologi ... 136
Implikasi gerakan ... 138
KATA PENGANTAR
Berbagai isu dan kegiataan melatar belakangi seluruh tim Effort, yang nota bena beraktivitas di lembaga nirlaba yang bergerak bagi penegakan Hak Asasi Manusia. Isu Hak Asasi Perempuan, Buruh, Lingkungan Hidup dan Kedaulatan Pangan adalah isu-isu yang digeluti oleh tim Effort. Sejarah gerakan sosial yang menjadi milik masing-masing tim, mengkristalkan visi-visi kemanusiaan yang kemudian diterjemahkan dalam isu penegakan Hak Asasi Manusia khususnya di komunitas buruh industri di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Bicara tentang penegakan Hak Asasi Manusia, artinya juga berbicara tentang berbagai hal secara lebih luas dan holistik. Hak Asasi Manusia bukanlah sesuatu yang terpisah dari seluruh rangkaian kehidupan manusia. Hak Asasi Manusia adalah sesuatu yang melekat sejak manusia dilahirkan di muka bumi ini. Sayangnya, hak ini tidak secara serta merta bisa didapatkan meski sebenarnya telah melekat sejak setiap umat manusia hadir dalam kehidupannya.
Upaya untuk menegakkan Hak Asasi Manusia di berbagai ranah dan lapisan masyarakat, seringkali berbenturan dengan nilai-nilai budaya, agama yang dipamahami secara sempit. Pemahaman sempit ini juga terjadi di jajaran pemerintah yang sebenarnya adalah bagian dari representasi negara. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada 10 Desember 1948 dan di indonesia tertuang dalam Undang Undang N0 39 Th 1999 tentang HAM. Tentunya UU ini adalah instrumen mutlak bagi perlindungan seluruh warga negara Indonesia tanpa terkecuali.
“ Membebaskan manusia dari dehumanisasi “ merupakan landasan penting bagi seluruh proses belajar bersama tim Effort dan seluruh komunitas. Prinsip dari sebuah proses belajar adalah membebaskan manusia dari berbagai hal yang mendehumanisasi manusia itu sendiri. Landasan pemikiran dari seorang tokoh pendidikan kritis yaitu, Paulo Freire inilah yang terus diimplementasikan dalam seluruh proses belajar bersama komunitas buruh di Ungaran, Kabupaten Semarang.
Berbagai persoalan yang melingkupi kehidupan buruh khususnya buruh perempuan dan buruh lesbian sangatlah berlapis. Lapisan persoalan tersebut berada dalam konteks sebagai buruh dengan berbagai masalahnya dan juga sebagai perempuan dan lesbian dalam ranah sosial masyarakat. Oleh karena itulah, perjuangan bagi kaum perempuan di semua sektor masih terus diperjuangkan oleh berbagai kalangan. Gerakan perempuan berlanjut pada perjuangan penegakan Hak Asasi Manusia di kaum homoseksual ( lesbian ).
Sebagai kaum minoritas yang dianggap tidak normal, homoseksual ( lesbian ) menerima berbagai diskriminasi bahkan kekerasan hampir di seluruh lapisan masyarakat. Penolakan kaum lesbian, umumnya didasari oleh keyakinan agama. Oleh karenanya, stigma sebagai pendosa begitu melekat pada mereka yang memiliki orientasi seksual berbeda ( bukan heteroseksual ) dan dianggap sebagai ngolongan minoritas. Dalam konteks HAM yang semestinya menjadi payung bagi setiap warga negara dalam menjalankan kehidupannya, tidak ada alasan apapun untuk tidak menerima keberadaan manusia berorientasi seksual pada sesama jenis.
Sejarah, fakta dan kebenaran menjadi sangat mudah untuk diputar-balikkan sesuai kepentingan segolongan kelompok yang umumnya menjadi kelompok mayoritas. Demikian juga dengan keberadaan LGBTIQ ( Lesbian, Gay, Biseksual, Trans Gender, Interseks dan Queer ). Heteronormativitas ( hubungan laki-laki dan perempuan ) menjadi kelompok mayoritas dan menempatkan kelompok homseksual sebagai kelompok minoritas bahkan banyak dipahami sangat penting untuk dilenyapkan. Tentu ini bukan cerita fiksi tetapi sebuah fakta. Inilah yang terjadi ketika golongan agama khususnya yang beraliran fundamentalis “menghabisi” sekelompok kaum homoseksual di beberapa daerah di Indonesia.
Membuka ruang dialog, analisis dan refleksi kritis dalam seluruh rangkaian proses belajar bersama dengan komunitas -- dengan beragam perbedaan latar belakang pendidikan , perbedaan orientasi seksual -- seperti merajut nilai-nilai kemanusiaan yang sudah koyak di tengah hingar-bingarnya kehidupan yang kian sarat dengan diskriminasi, arogansi, kekerasan dan ketidakadilan. Warna kehidupan yang jauh dari rasa santun inilah yang membuat rasa percaya di
masyarakat hilang. Berdialog dengan senantiasa menghadirkan kesetaraan, analisis dan refleksi menjadi bagian penting dari saat ke saat karena dari sinilah akar dehumanisasi terbongkar, disadari, dipahami dan melakukan perbaikan secara bersama-sama.
Trust-in dan kesadaran untuk terus belajar dalam sepanjang sejarah kehidupan adalah 2 konsekuensi yang lahir dari metode pendidikan kritis dengan mengedepankan proses dialog, analisis dan refleksi. Dalam ruang inilah komunitas buruh lesbian dan komunitas heteroseksual di Ungaran, kabupaten Semarang berproses bersama membangun diri dan saling menguatkan satu sama lain. Disadari bersama bahwa kelompok dominan dan kelompok marginal dan minoritas yang dalam konteks ini heteroseksual dan lesbian menjadi korban dari sitem yang tidak adil yang tentunya tak lepas dari pergumulan budaya dan agama.
Pemikiran lain yang dilahirkan oleh tokoh pendidikan kritis, Paulo Freire yaitu, pendidikan pada dasarnya merupakan proses memanusiakan manusia, menjadi dasar dalam seluruh aktivitas belajar secara formal maupun informal di komunitas. Dengan begitu, pembebasan yang menjadi dasar pendidikan kritis adalah sebuah proses kesadaran kritis manusia ( kaum tertindas ) terhadap sistem dan struktur sosial yang menindas. Pembebasan bagi kaum tertindas artinya bukan hanya terbebas dari kesulitan aspek ekonomi material saja, tetapi juga adanya ruang pembebasan dari aspek spiritual, ideology maupun kultural ( Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis , INSIST PRESS, 2004 ).
Mendekontruksi ulang berbagai hal termasuk yang terkait dengan budaya, ideologi dan keyakinan agama adalah warna yang begitu kuat mewarnai setiap proses belajar bersama di komuntias. Dari proses-proses inilah, masing-masing individu menjadi terbebas dari berbagai hegemoni yang seringkali tidak disadari tetapi cukup mengakar dengan sangat kuat. Begitulah proses belajar yang membebaskan berlangsung tanpa mengesampingkan hal-hal yang bersifat kebaruan dan kekinian. Tentang isu LGBTI misalnya, tentu dibutuhkan waktu dan kesabaran untuk membongkar tentang isu orientasi seksual baik di ranah agama, budaya dan science . Menghadirkan berbagai tinjauan kritis dalam mengupas berbagai isu
termasuk isu LGBTI, menghantarkan pemahaman mendalam bagi seluruh individu di komunitas baik yang heteroseksual ataupun yang berorientasi seksual pada sesama jenis ( homoseksual ).
Dari seluruh rangkaian proses belajar yang membedah materi dari berbagai perspektif inilah, capacity buiding setiap individu bergerak dan terus berkembang tanpa meninggalkan cerita masa lalu yang dianggap melukai. Masa lalu dipahami sebagai proses pendewasaan dan tidak untuk dihilangkan tetapi diterima, disadari sebagai sebuah cara untuk mendaur ulang secara organik apapun yang menjadi bagian dari hidup itu sendiri, termasuk soal eksistensi diri. Maka, selesailah persoalan internal psikologis di masing-masing komunitas dengan indikator bahwa setiap orang sudah berdamai dengan segala kehidupannya dan mampu mengelola apapun fakta yang akan terjadi.
Proses panjang dan penuh kesedian untuk saling belajar dan memahami banyak hal, memahami proses kehidupan dari masing-masing individu dan membawanya dalam tataran yang lebih luas untuk memahami sebuah sistem yang dijalankan oleh negara yaitu sebuah sistem yang dibangun di atas pemberangusan Hak Asasi Manusia. Kesadaran inilah yang terus menggerakkan komunitas untuk melakukan transformsi sosial ke arah yang lebih baik, humanis demi menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Dalam penulisan tesis ini, banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian penelitian dan penulisan tesis. Oleh karena itu, penulis menghaturkan penghargaan yang begitu besar terhadap Dr. Arianti Ina Restiani Ina Hunga, M.Si. sebagai pembimbing yang memberikan bimbingan serta motivasi hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Apresiasi dan rasa hormat setinggi-tingginya juga ingin penulis sampaikan kepada Dr. Pamerdi Giri Wiloso, M.Si. dan Ibu Ira Desiawanti Mangililo, S.Th.,MBAL.,Ph.D. karena telah bersedia menjadi penguji dalam tesis ini. Penulis juga menghaturkan terimakasih kepada Bapak Marthen L. Ndoen, SE., MA., Ph.D. selaku Direktur Program Pasca Sarjana-UKSW dan seluruh dosen yang memberikan pengetahuan bagi penulis di PPS-MSP-UKSW. Serta
ucapan terimakasih untuk staf Mbak Ayu dan Mbak Raras atas setiap bantuan selama penulis melanjutkan Studi.
Penulis mempersembahkan tesis ini kepada keluarga atas dukungan, doa dan kepercayaan hingga penulis dapat menyelesaikan studi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya bagi lembaga Effort dan pengurus, tempat penulis belajar, memahami dan menghargai banyak hal dalam kehidupan ini. Terimakasih untuk dukungan dan bantuan dalam proses penyelesaian penulisan ini. Yang tidak akan terlupakan adalah ucapan terimakasih untuk narasumber, serta kawan-kawan di Effort atas dukungan bantuan, dan berbagi pengalaman untuk proses belajar bersama. Kepada teman-teman di MSP, terimakasih untuk kebersamaan, dukungan, diskusi, dan berbagi selama penulis melakukan studi.
Kepada setiap bagian yang tak sempat penulis sebutkan satu persatu yang selama ini telah membantu dan memberikan dukungan untuk penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Salatiga, 2014
ABSTRACT
Indonesia is a rich country and diverse in ethnics, religions, cultures, racial and languages. Those diversity always looks beautiful. But if most people faced with diferent sexual orientation, all of which referred to diversity recognized as inconsistent. Some of their sexual orientation perceived as deviant sexual orientation. Sexual orientation is understood as a single. The only orientation is heterosexual (men or women who love the opposite sex or it could be interpreted as sexual relations between men and women).
Every human being has their own process, through life to reach their existence. Achieve what humans call themselves as the meaning of life. Seeing the reality of lesbians, the author very keen to write how lesbian through their life processes to achieve the meaning and value of themselve as human being. This reality is used by the author as a value and learning together process to know more about social science research which conceptually always aims to raise the existence of homosexuality itself, and explained that the diversity of sexual orientation is part of pluralism. This research is expected able to eliminate discrimination, violence and promoting humanity values in all aspect of society life and more in the context of state , enforcement of human rights.
The observation unit of this research are lesbian, the member of lesbian and heterosexual community, and lesbian surround society (lesbian environment). The unit of analysis in this research includes lesbian interaction with herself, more on inner spirituality of a lesbian. It is to see self existence which also includes self-acceptance. Then the individual interactions and relationships with the community (fellow members of lesbian and heterosexual) and other lesbian community. Self-existence of a lesbian in the community sometimes can’t be obtained in other community, because community environtment truly affects in how a person see him/herself and member of community development. Even more complex is how the existence of lesbian in society, by the acceptance or rejection experienced by lesbian. Individual intelligence and flexibility in decision-making about the interaction and socialization with the society is important.
This research aims to answer how a lesbian personally build self-existence, in the community, and in the society. From these results it is concluded that the existence of which achieved each person is different, of course different in the process and conflicts. Lesbian’s social reality is not always associated with sexual activity, but many fundamental things are poorly understood by the public. Overall this research concluded that, it is our
own self who conscious and able to overcome the problems of life, and with it we are able to demonstrate the existence of ourselves.