• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERAIRAN STUDI KASUS SUNGAI PESANGGRAHAN DAN SUNGAI GROGOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERAIRAN STUDI KASUS SUNGAI PESANGGRAHAN DAN SUNGAI GROGOL"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

PERAIRAN

STUDI KASUS SUNGAI PESANGGRAHAN DAN SUNGAI GROGOL

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh:

Rahajeng Hasna Safira

104216016

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

UNIVERSITAS PERTAMINA

2020

(2)
(3)

Pembimbing I

Nama : Dr. Eng. Mega Mutiara Sari, S.T, M.Si.

NIP : 116102

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir

: Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Perairan

Studi Kasus Sungai Pesanggrahan dan Sungai

Grogol

Nama Mahasiswa

: Rahajeng Hasna Safira

Nomor Induk Mahasiswa

: 104216016

Program Studi

: Teknik Lingkungan

Fakultas

: Perencanaan Infrastruktur

Tanggal Lulus Sidang Tugas Akhir

: Rabu, 1 Juli 2020

Jakarta, 10 Juli 2020

MENGESAHKAN

MENGETAHUI,

Ketua Program Studi

Dr. Eng. Ari Rahman, S.T, M.Eng.

NIP. 116043

(4)

Universitas Pertamina - iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul Perencanaan Sistem Pengelolaan

Sampah Perairan Studi Kasus Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol ini adalah

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak mengandung materi yang ditulis oleh

orang lain kecuali telah dikutip sebagai referensi yang sumbernya telah dituliskan secara

jelas sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam karya ini, saya bersedia

menerima sanksi dari Universitas Pertamina sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Pertamina hak bebas royalti noneksklusif (

non-exclusive royalty-free right

) atas

Tugas Akhir ini beserta perangkat yang ada. Dengan hak bebas royalti noneksklusif ini

Universitas Pertamina berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam

bentuk pangkatan data (

database

), merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Jakarta, 9 Juli 2020

Yang membuat pernyataan,

(5)

Universitas Pertamina - iv

ABSTRAK

Rahajeng Hasna Safira. 104216016.

Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Perairan,

Studi Kasus Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol.

Perancangan ini adalah tentang bagaimana teknik operasional pengelolaan sampah perairan

dan pemanfaatan sampah perairan di wilayah DKI Jakarta khususnya Sungai Pesanggrahan

dan Sungai Grogol. Tujuannya adalah untuk mengetahui komposisi dan timbulan sampah

yang ada di Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol, merencanakan teknik operasional

pengelolaan sampah perairan, mengetahui potensi pemanfaatan sampah perairan, dan

mengetahui upaya pengurangan dan penanganan sampah perairan. Kedua sungai memiliki

rata-rata timbulan sampah sebesar 50,77 kg/hari pada Sungai Pesanggrahan dan 47,15

kg/hari pada Sungai Grogol. Hasil pengukuran komposisi sampah menunjukkan kategori

sampah tertinggi pada kedua sungai adalah sampah organik (43,90%) dan sampah plastik

(43,54%). Pada perencanaan ini terdapat berbagai alternatif yang dapat diterapkan. Metode

yang digunakan dalam pengambilan keputusan dari berbagai alternatif adalah dengan

menggunakan teori utilitas dan

compromise programing

. Hasilnya menunjukkan teknik

operasional pengelolaan sampah yang direkomendasikan adalah pewadahan menggunakan

kontainer baja 10 m

3

, pengumpulan menggunakan excavator amphibi, perahu HDPE, dan

secara manual, serta pemindahan dan pengangkutan menggunakan pola

Stationary

Container System

(SCS) menuju ke Emplasemen Saringan Kembangan (Pesing)

menggunakan armada

dump truck

12 m

3

. Pemanfaatan sampah perairan yang dapat

diterapkan berdasarkan komposisi sampah terbanyak adalah pengomposan secara

open

windrow

dan pencacahan plastik. Dengan melakukan teknik operasional pengelolaan

sampah dan pemanfaatan sampah tersebut maka dapat memenuhi target Peraturan Presiden

No. 97 Tahun 2017 mengenai Kebijakan dan Strategi Nasional Pegelolaan Sampah Rumah

Tangga dan Sejenis Sampah Rumah Tangga, dalam pengurangan sampah disumber sebesar

30% dan penanganan sampah sebesar 70%.

(6)

Universitas Pertamina - v

ABSTRACT

Rahajeng Hasna Safira. 104216016.

River Waste Management System Planning, Case

Study of thePesanggrahan River and Grogol River.

This design is about the operational techniques of river waste management and the utilization

of river waste in the DKI Jakarta area, especially Pesanggrahan River and Grogol River. The

aim is to find out the composition and generation of solid waste in the Pesanggrahan River

and Grogol River, planning operational techniques for managing river waste, determine the

potential use of river waste, and determine the action to minimize and handle the river waste.

Both rivers have an average solid waste generation of 50.77 kg / day, on the Pesanggrahan

River and 47.15 kg / day on the Grogol River. The results of measurements of the

composition of waste show that the highest category of waste in both rivers is organic waste

(43.90%) and plastik waste (43.54%). In this plan there are various alternatives that can be

applied. The method used in decision making from various alternatives is to use utility theory

and compromise programming. The results show that the recommended river waste

management operational techniques are storage using 10 m

3

steel containers, collection

using amphibious excavators, HDPE boats, and manually, as well as transportation and

transportation using the Stationary Container System (SCS) pattern to the Kembangan

Sanding Emplacement (Pesing) using 12 m

3

dump truck. Utilization of river waste that can

be applied based on the composition of most waste is open windrow composting and plastik

crushing. By making river waste operational techniques and use of the waste, it can meet the

targets of Presidential Regulation No. 97 of 2017 concerning National Policies and Strategies

for the Management of Household Waste and Similar Household Waste, in reducing waste

sourced by 30% and handling of waste by 70%.

(7)

Universitas Pertamina - vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat

kesehatan jasmani dan rohani sehingga tugas akhir yang berjudul “Perencanaan Sistem

Pengelolaan Sampah Perairan, Studi Kasus Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol” ini

dapat diselesaikan dengan baik.

Tak lupa rasa syukur dan terima kasih diucapkan kepada berbagai pihak yang selama

ini telah memberikan dukungan baik secara moril maupun material. Ucapan terima kasih

secara khusus diberikan kepada:

1.

Kedua orangtua yang selalu memberikan dukungan moril dan bantuan finansial.

2.

Dr. Eng. Mega Mutiara Sari selaku dosen pembimbing yang selalu membimbing dan

memberikan arahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

3.

Professor Takanobu Inoue beserta tim, Toyohashi University of Technology, Jepang

melalui penelitian JSPS-DG/RSTHE 2019-2022 yang telah memberikan masukan

dan pengalaman dalam proyek persampahan yang juga berkaitan dengan penulisan

tugas akhir ini.

4.

Tim Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air DKI Jakarta dan para pekerja

lapangan di lokasi studi yang sudah membantu dalam pengambilan sampel.

5.

Para sahabat Ajie, Syifa, Shania, Adelaine, Sarah, Reita, Cila, Cindy, Dhira, Dandy,

Luki, Agha, Shafira, Nissrina, dan Mutiara yang selalu memberikan dukungan dalam

pengerjaan tugas akhir ini.

6.

Teman-teman sepermbimbingan Stacia, Rina, Kevin, Ahmad, Amir, Aang, Faruq,

Argi yang sudah berjuang bersama dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

7.

Sahabat-sahabat, teman-teman dan pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan namanya

satu persatu di sini dukungan dan semangat yang telah diberikan.

Penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata diucapkan terima kasih dan semoga tugas

akhir ini bermanfaat.

Jakarta, 17 Juni 2020

(8)

Universitas Pertamina - vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR ISTILAH ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1

Latar Belakang ... 1

1.2

Rumusan Masalah ... 2

1.3

Batasan Masalah ... 2

1.4

Tujuan Perancangan ... 2

1.5

Manfaat Perancangan ... 3

1.6

Lokasi Penelitian ... 3

1.7

Waktu Pelaksanaan Perancangan ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1

Sampah Perairan dan Permasalahannya... 6

2.2

Timbulan Sampah ... 6

2.3

Komposisi Sampah ... 7

2.4

Pengelolaan Sampah ... 8

2.4.1

Teknik Operasional Pengelolaan Sampah ... 8

2.5

Pemanfaatan dan Pengolahan Sampah Perairan ... 12

2.5.1

Daur Ulang Sampah ... 13

2.5.2

Pengomposan ... 14

2.5.3

Konversi Sampah Menjadi Energi ... 14

2.6

Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah ... 14

2.7

Pengambilan Keputusan Multi Objektif ... 15

2.7.1

Utility Theory

... 15

(9)

Universitas Pertamina - viii

BAB III. KONSEP PERANCANGAN ... 16

3.1

Diagram Alir Perancangan ... 16

3.2

Pertimbangan Perancangan ... 18

3.3

Analisis Teknis ... 18

3.4

Peralatan dan Bahan ... 19

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1

Timbulan Sampah ... 20

4.2

Komposisi Sampah ... 22

4.3

Pengelolaan Sampah ... 24

4.3.1

Kondisi Eksisting Sistem Pengelolaan Sampah Perairan ... 24

4.3.2

Perencanaan Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perairan ... 25

4.4

Pemanfaatan Sampah ... 42

4.5

Alternatif Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah Perairan ... 45

4.5.1

Pengomposan ... 45

4.5.2

Daur Ulang Plastik ... 49

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1

Kesimpulan ... 54

5.2

Saran ... 54

(10)

Universitas Pertamina - ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Waktu pelaksanaan perancangan ... 5

Tabel 2.1. Tipikal komposisi sampah berdasarkan tingkat pendapatan masyarakat ... 7

Tabel 2.2.

Karakteristik wadah sampah

... 10

Tabel 2.3. Contoh wadah dan penggunaannya ... 10

Tabel 2.4. Penanganan dan pengolahan sampah berdasarkan komposisi... 13

Tabel 2.5 Nilai ekonomi berbagai jenis sampah ... 13

Tabel 4.1. Berat spesifik sampah pada lokasi studi ... 21

Tabel 4.2. Persentase rata-rata komposisi sampah perairan ... 23

Tabel 4.3. Karakteristik pewadahan untuk alternatif 1. ... 26

Tabel 4.4. Karakteristik pewadahan untuk alternatif 2. ... 27

Tabel 4.5. Preferensi dan penilaian alternatif teknik pewadahan sampah perairan ... 28

Tabel 4.6. Konversi nilai verbal dalam skala 1-3 ... 28

Tabel 4.7. Penilaian angka dan penentuan nilai terbaik dan terburuk ... 28

Tabel 4.8. Konversi penilaian dalam skala 0-1 dan penilaian teori utilitas ... 28

Tabel 4.9. Penilaian menggunakan teori

compromise programming

... 29

Tabel 4.10. Preferensi dan penilaian alternatif pengumpulan sampah perairan ... 34

Tabel 4.11. Konversi nilai verbal dalam skala 1-3 ... 34

Tabel 4.12. Penilaian angka dan penentuan nilai terbaik dan terburuk ... 34

Tabel 4.13. Konversi penilaian dalam skala 0-1 dan penilaian teori utilitas ... 34

Tabel 4.14. Penilaian menggunakan teori

compromise programming

... 34

Tabel 4.15. Preferensi dan penilaian alternatif pemindahan dan pengangkutan sampah

perairan ... 38

Tabel 4.16. Konversi nilai verbal dalam skala 1-3 ... 38

Tabel 4.17. Penilaian angka dan penentuan nilai terbaik dan terburuk ... 38

Tabel 4.18. Konversi penilaian dalam skala 0-1 dan penilaian teori utilitas ... 38

Tabel 4.19. Penilaian menggunakan teori

compromise programming

... 39

Tabel 4.20. Rancangan Anggaran Biaya (RAB) pelaksanaan teknik operasional pengelolaan

sampah perairan ... 41

Tabel 4.21. Perbandingan pengomposan secara aerob dan anaerob... 44

Tabel 4.22. Spesifikasi kompos ... 47

(11)

Universitas Pertamina - x

Tabel 4.24. Transformasi penilaian verbal menjadi angka serta penentuan nilai terbaik dan

terburuk dari tiap preferensi ... 48

Tabel 4.25. Konversi penilaian dalam skala 0-1 dan penilaian teori utilitas ... 48

Tabel 4.26. Penilaian menggunakan teori

compromise programming

... 48

Tabel 4.27. Preferensi dan penilaian pengolahan sampah plastik perairan ... 50

Tabel 4.28. Konversi nilai verbal dalam skala 1-3 ... 51

Tabel 4.29. Penilaian angka dan penentuan nilai terbaik dan terburuk ... 51

Tabel 4.30. Konversi penilaian dalam skala 0-1 dan penilaian teori utilitas ... 51

(12)

Universitas Pertamina - xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Titik Pengambilan Sampel Sampah Perairan Sungai Grogol ... 4

Gambar 1.2. Titik Pengambilan Sampel Sampah Perairan Sungai Pesanggrahan ... 4

Gambar 2.1. Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan ... 9

Gambar 3.1. Diagram Alir Perancangan ... 17

Gambar 4.1. Timbulan Sampah pada Lokasi Studi dalam Kg/Hari ... 21

Gambar 4.2. Permukiman di Bantaran Sungai Pesanggrahan Lokasi Studi ... 21

Gambar 4.3. Timbulan Sampah pada Lokasi Studi dalam m

3

/Hari ... 22

Gambar 4.4. Komposisi Sampah pada Lokasi Studi dalam Kg/Hari ... 23

Gambar 4.5. Persentase Komposisi Sampah pada Lokasi Studi ... 23

Gambar 4.6. Tampak Depan Pewadahan Sampah Perairan Tingkat-3... 30

Gambar 4.7. Tampak Samping Pewadahan Sampah Perairan Tingkat-3 ... 30

Gambar 4.8. Tampak Depan Pewadahan Tingkat-2 Kategori B3 ... 31

Gambar 4.9. Tampak Samping Pewadahan Tingkat-2 Kategori B3 ... 31

Gambar 4.10. Metode Pengunpulan Sampah Perairan ... 35

Gambar 4.11. Emplasemen Sairngan Kembangan (Pesing) ... 37

Gambar 4.12. Pengangkutan dengan Pola SCS Manual ... 39

Gambar 4.13. Kendaraan

Dump Truck

Pengangkut Sampah dengan Penyekat ... 40

Gambar 4.14. Tampak Belakang Bak Kendaraan Pengangkut dengan Penyekat ... 40

Gambar 4.15. Tampak Atas Bak Kendaraan Pengangkut dengan Penyekat ... 40

Gambar 4.16. Alat Angkut dari Emplasemen ke TPA Bantar Gebang ... 41

Gambar 4.17. Neraca Massa Sampah Perairan dari Sumber ke Emplasemen ... 43

(13)

Universitas Pertamina - xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Pengambilan dan Pengukuran Sampah Perairan di Lapangan . 64

Lampiran 2. Timbulan sampah dalam satuan volume selama 8 hari... 65

Lampiran 3. Timbulan sampah dan satuan berat selama 8 hari... 65

Lampiran 4. Komposisi sampah pada setiap lokasi studi dalam satuan berat ... 65

Lampiran 5. Persentase komposisi sampah untuk setiap lokasi studi ... 66

Lampiran 6. Komposisi sampah selama 8 hari dalam satuan berat ... 66

Lampiran 7. Pembobotan

utility theory

dan

compromise

programming ... 66

Lampiran 8. Penentuan skala

utility theory

pada pemilihan alternatif metode pengomposan

... 67

Lampiran 9. Perhitungan pola pengangkutan

Hauled Container System

(HCS) ... 67

Lampiran 10. Perhitungan pola pengangkutan

Stationary Container System

(SCS) ... 69

Lampiran 11. Perhitungan kebutuhan lahan pengomposan boks bata ... 71

Lampiran 12. Perhitungan kebutuhan lahan pengomposan aerator bambu ... 71

Lampiran 13. Perhitungan kebutuhan lahan pengomposan takakura ... 72

Lampiran 14. Perhitungan kebutuhan lahan pengomposan drum komposter ... 73

Lampiran 15. Perhitungan RAB boks bata ... 73

Lampiran 16. Perhitungan RAB aerator bambu ... 74

Lampiran 17. Perhitungan RAB Takakura ... 75

Lampiran 18. Perhitungan RAB Takakura ... 76

Lampiran 19. Perhitungan RAB Pencacah Plastik ... 77

Lampiran 20. Perhitungan RAB Mesin Peleleh dan Pembentuk Biji Plastik ... 77

Lampiran 21. Perhitungan penjualan kompos ... 78

(14)

Universitas Pertamina - xiii

DAFTAR ISTILAH

1. UPK :Unit Pelaksana Kebersihan 2. DLH :Dinas Lingkungan Hidup 3. Permen :Peraturan Menteri 4. Perpres :Peraturan Presiden 5. UU :Undang-undang

6. SNI :Standar Nasional Indonesia 7. PU :Pekerjaan Umum

8. PET :Polyethylene Therepthalate 9. HDPE :High Density Polyethylene 10. LDPE :Low Density Polyethylene 11. TPS :Tempat Pembuangan Sampah 12. TPA :Tempat Pembuangan Akhir 13. SB :Standar Pembobotan 14. 3R :Reduce, reuse, recycle 15. SNI :Standar Nasional Indonesia

(15)
(16)

Universitas Pertamina - 1

BAB I. PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan dibahas secara lebih detail mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan perancangan, dan manfaat perancangan yang akan dilakukan.

1.1

Latar Belakang

Semakin meningkatnya populasi manusia maka jumlah sampah yang dihasilkan juga semakin meningkat. Kepadatan penduduk di bantaran sungai secara tidak langsung akan meningkatkan timbulan sampah yang dibuang ke sungai sehingga dapat meningkatkan beban pencemar sungai (Arsyandi, 2019). Banyak masyarakat memiliki pemahaman bahwa membuang sampah ke sungai dapat menyelesaikan permasalahan sampah mereka dikarenakan air sungai yang mengalir akan membawa sampah mereka pergi (Yusfi & Damanhuri, 2012). Terbukti dari data timbulan sampah sungai per hari nya yaitu sekitar 150-250 kg/hari untuk satu aliran sungai pada kondisi normal (UPK Badan Air, 2019). Sedangkan Jakarta sendiri dilewati oleh kurang lebih 19 sungai besar, yaitu Sungai Ciliwung, Sungai Cipinang, Sungai Kali Angke, Sungai Mookervart, Sungai Grogol, Sungai Sunter, Sungai Krukut, Sungai Kalibaru Timur, Sungai Kalibaru Barat, Sungai Buaran, Sungai Cakung, Sungai Pesanggrahan, Sungai Cideng, Sungai Cengkareng Drain, Sungai Ancol, Banjir Kanal Barat, Banjir Kanal Timur, dan Jati Kramat (DLH DKI Jakarta, 2015).

Hampir seluruh sampah sungai tersebut dibuang ke TPA Bantar Gebang bersamaan dengan sampah darat. Sampah perairan menyumbang 1232,02 m3 (UPK Badan Air, 2019) dari total 7702,07 ton sampah yang masuk ke TPA Bantar Gebang setiap harinya (DLH DKI Jakarta, 2020). Akibatnya sampah-sampah dari sungai tersebut akan menambah jumlah timbulan sampah di TPA Bantar Gebang. Apabila sampah yang ada di sungai dibiarkan tanpa adanya pengelolaan yang baik, sampah tersebut akan mengalir hingga ke muara dan dapat terbawa hingga ke laut. Hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan baru yang sedang menjadi sorotan dunia yaitu pencemaran laut oleh sampah. Pemerintah Indonesia sendiri tengah menangani tantangan sampah lautnya secara langsung (World Bank Group, 2018). Selain itu, pembuangan sampah di sepanjang badan air dapat menyebabkan aliran sungai tidak mengalir dengan lancar sehingga dapat mengakibatkan banjir (Karuniastuti, 2014). Hal ini dikarenakan sampah yang mengalir bersama dengan aliran sungai dapat tersangkut dan menyumbat saluran-saluran yang ada.

Penanganan sampah perairan yang selama ini dilakukan oleh Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air DKI Jakarta hanya pembersihan dan pengangkutan. Padahal UU No. 18 Tahun 2008 mengenai pengelolaan sampah mengamanatkan bahwa pengelolaan sampah harus mengutamakan minimasi sampah sejak dari sumber, pemanfaatan sampah yang masih bernilai guna, dan minimasi sampah yang masuk TPA. Untuk mengatasi banyaknya sampah dari sungai yang masuk ke TPA Bantar Gebang maka perlu dilakukan suatu upaya pemanfaatan sampah-sampah sungai di Jakarta tersebut agar sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2013 tentang pengelolaan sampah. Sebagai tahap awal, perlu diketahui apakah potensi pemanfaatan sampah sungai sama dengan sampah darat serta alur sampah dari sungai hingga dapat menjadi sesuatu yang bernilai. Oleh karena itu, pengelolaan sampah di bantaran sungai atau perairan sebaiknya mulai mengacu pada prinsip minimasi (Yusfi & Damanhuri, 2012). Hal ini yang mendorong perlu adanya pengelolaan sampah lebih lanjut mengenai timbulan sampah yang dihasilkan di daerah bantaran Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol dari berbagai macam kegiatan sepanjang aliran sungai. Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol merupakan sungai yang melewati daerah Jakarta Barat. Jakarta Barat sendiri merupakan daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi di Provinsi DKI Jakarta

(17)

Universitas Pertamina - 2 dengan jumlah 18.996 jiwa/km2 di tahun 2015 dan memliki proyeksi penduduk untuk tahun 2019 sebesar 2.482.800 jiwa (BPS, 2015). Salah satu penyebab tingginya pencemaran di Sungai Pesanggrahan adalah hasil dari dekomposisi sampah yang masuk ke sungai tersebut (Noerfitriyani, 2018). Selain itu, Sungai Grogol merupakan salah satu sungai yang menjadi perhatian World Bank Group dalam kajiannya dikarenakan Sungai Grogol merupakan salah satu sungai yang menyumbang sampah yang cukup banyak ke laut (World Bank Group, 2018). Pada bulan November 2019, volume sampah perairan di wilayah Jakarta Barat mencapai 370,34 m3/hari (UPK Badan Air, 2019). Jumlah tersebut merupakan yang paling besar dibandingkan dengan wilayah Jakarta lainnya.

Dalam menjalankan skema pemanfaatan sampah sungai, dibutuhkan sarana prasarana serta teknik operasional pengelolaan sampah perairan yang dapat menunjang proses pemanfaatan dengan baik. Salah satu sarana prasarana yang penting dalam operasional pengelolaan sampah adalah wadah penampung sampah. Belum adanya pewadahan yang terpisah atau bersekat sesuai kategori akan menyulitkan upaya pengolahan sampah di akhir. Selain itu, hal tersebut juga merupakan salah satu penyebab masyarakat masih enggan untuk memilah sampah. Perencanaan ini memiliki target pelayanan sampah berdasarkan Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yang terdiri dari 30% pengurangan dan 70% penanganan sampah. Dari upaya perencanaan ini diharapkan dapat mengurangi sampah yang masuk ke TPA Bantar Gebang serta mengurangi dampak negatif yang dapat ditimbulkan dengan melakukan penanganan sampah dari sumbernya dengan berbasis masyarakat sekitar sungai.

1.2

Rumusan Masalah

Rumusan masalah perancangan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana komposisi dan timbulan sampah yang ada di Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol?

2. Bagaimana perencanaan teknik operasional pengelolaan sampah perairan? 3. Bagaimana potensi pemanfaatan sampah perairan?

4. Bagaimana upaya pengurangan dan penanganan sampah perairan?

1.3

Batasan Masalah

Batasan masalah perancangan ini adalah sebagai berikut:

1. Sampah yang diambil merupakan sampah yang ada terbawa aliran sungai dan tersangkut pada kubus apung di Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol.

2. Sampel sampah perairan diambil secara komposit dan merupakan data primer.

3. Pengambilan sampel sampah perairan diambil sebelum pengangkutan ke emplasemen. 4. Komposisi sampah perairan mengikuti acuan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah

Nasional (SIPSN) oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. 5. Perancangan mencakup aspek teknik operasional pengelolaan sampah perairan.

(18)

Universitas Pertamina - 3 Tujuan perancangan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui komposisi dan timbulan sampah yang ada di Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol.

2. Merencanakan teknik operasional pengelolaan sampah perairan. 3. Mengetahui potensi pemanfaatan sampah perairan.

4. Mengetahui upaya pengurangan dan penanganan sampah perairan.

1.5

Manfaat Perancangan

Manfaat perancangan ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai dasar pengadaan fasilitas pengelolaan sampah perairan.

2. Sebagai dasar perancangan untuk sistem pengelolaan sampah perairan beserta dengan teknologinya.

3. Menjadi bahan pertimbangan instansi terkait dalam memperbaiki pengelolaan sampah perairan di Jakarta.

4. Membuka peluang bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan perekonomiannya melalui pemanfaatan kembali sampah perairan.

5. Pengembangan ilmu di masyarakat tentang peluang pemanfaatan sampah perairan. 6. Dapat mengurangi sampah yang masuk ke TPA Bantar Gebang.

7. Salah satu upaya mencegah kebocoran sampah ke laut.

1.6

Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel sampah perairan dilakukan di kubus apung yang berada di Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol pada beberapa titik sebagai berikut.

(19)

Universitas Pertamina - 4 Gambar 1.1. Titik Pengambilan Sampel Sampah Perairan Sungai Grogol

(20)

Universitas Pertamina - 5

1.7

Waktu Pelaksanaan Perancangan

Waktu pelaksanaan perancangan dapat diperkirakan pada tabel berikut. Tabel 1.1. Waktu pelaksanaan perancangan

No Uraian Kegiatan

Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 1 Studi literatur

2 Penentuan lokasi sampling

3 Pengambilan sampel sampah perairan 4 Pengumpulan data sekunder

5 Perancangan teknik operasional pengelolaan sampah perairan 6 Analisis dan Diskusi

(21)
(22)

Universitas Pertamina - 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan dibahas mengenai teori pendukung yang digunakan sebagai dasar perencanaan dan peancangan pengelolaan sampah perairan.

2.1

Sampah Perairan dan Permasalahannya

Sampah menurut UU No. 18 Tahun 2008 merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia yang jumlahnya berbanding lurus dengan jumlah penduduk. Sampah juga dapat dikatakan sebagai suatu bahan yang terbuang atau tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses karena tidak memiliki nilai ekonomi. Keberadaan sampah di lingkungan dapat menimbulkan permasalahan lingkungan seperti higienitas, kualitas lingkungan, dan berbagai permasalahan sosial (Hartono, 2008). Sedangkan sampah laut atau sampah perairan merupakan bahan padat yang sulit terurai, hasil pabrikan, atau olahan yang dicampakkan, dibuang, atau dibiarkan di lingkungan laut dan pesisir. Sampah laut/ perairan terdiri dari barang-barang yang dibuat atau digunakan oleh manusia dan secara sengaja dibuang ke laut atau sungai, atau dibiarkan tergeletak di pantai atau pesisir; terhanyutkan secara tak langsung ke laut melalui sungai, saluran pembuangan air, air limpasan, atau angin; atau secara tak sengaja hilang, termasuk barang-barang yang hilang di laut (World Bank Group, 2018). Manusia setiap harinya pasti akan menghasilkan sampah. Sampah berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008 adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat dan sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Pengelolaan sampah belum maksimal akan mengakibatkan banyak sampah yang tidak tertangani dan masuk ke media yang tidak seharusnya yang salah satunya adalah perairan. Sampah yang masuk ke perairan bila tidak ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan pencemaran pada badan air dan laut. Menurut Perpres No. 83 Tahun 2008 tentang Penanganan Sampah Laut, sampah laut merupakan sampah berasal dari daratan, badan air, pesisir yang mengalir ke laut atau sampah yang berasal dari kegiatan di laut.

Hasil penelitian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan volume sampah di perairan wilayah Indonesia setiap tahunnya mencapai 0,27-0,59 juta ton dan sebagian besar merupakan sampah plastik. Perairan yang paling banyak menyumbang sampah ke lautan berasal dari perairan Jakarta, Tangerang dan Bekasi (Wardah, 2019). Sedangkan data dari Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) mencatat, setiap tahun sedikitnya sebanyak 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara di lautan. Dari jumlah tersebut, plastik mengapung di setiap kilometer persegi setiap tahunnya diperkirakan mencapai 13.000. Jumlah tersebut yang kemudian menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar nomor dua di dunia (Ambari, 2018).

Sampah plastik hingga kini masih menjadi persoalan serius berbagai negara di dunia dan tidak terkecuali Indonesia. Sampah plastik di Indonesia tidak hanya dijumpai di darat saja, tapi juga sudah menyebar hingga ke wilayah laut. Indonesia sendiri diketahui memiliki lautan yang luasnya mencapai dua pertiga luas totalnya. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018, pemerintah menargetkan untuk mengurangi sampah lautnya hingga 70% dengan batas waktu tahun 2025. Seluruh pihak formal dan informal dihimbau untuk terus terlibat dalam penanganan sampah khususnya sampah plastik yang ada di lautan.

(23)

Universitas Pertamina - 7 Timbulan sampah merupakan banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan berat maupun volume per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau perpanjangan jalan (SNI 19-2454-2002). Berdasarkan SNI 04-1993-03, angka timbulan sampah berdasarkan jenis kotanya adalah sebagai berikut:

a. Kota besar: 3,0 – 4,5 L/orang/hari, atau 0,4 – 0,6 kg/orang/hari b. Kota sedang/kecil: 1,5 – 3,0 L/orang/hari, atau 0,2 – 0,4 kg/orang/hari

Data timbulan sampah yang masuk ke perairan merupakan data sekunder melalui hasil pencatatan volume sampah yang diangkut ke TPS/TPA oleh tim UPK Badan Air di lapangan.

2.3

Komposisi Sampah

Komposisi sampah dalah pengelompokan sampah berdasarkan komposisinya. Satuan yang biasa digunakan adalah dalam % berat basah. Data komposisi sampah diperlukan sebagai acuan untuk menentukan penyediaan dan pengoperasian sarana dan prasarana serta untuk memperkirakan kelayakan fasilitas penanganan sampah. Berdasarkan SNI 19-3964-1995 dan SIPSN, komposisi sampah dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Sampah makanan; 2. Kayu dan sampah taman; 3. Kertas dan karton;

4. Tekstil dan produk tekstil; 5. Karet dan kulit;

6. Plastik; 7. Logam;

8. Gelas dan kaca;

9. Lain-lain: bahan inert, debu, dan lain-lain.

Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi sampah antara lain cuaca, frekuensi pengumpulan, musim, tingkat sosial dan ekonomi, serta kemasan produk. Tipikal komposisi sampah berdasarkan tingkat pendapatan dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1. Tipikal komposisi sampah berdasarkan tingkat pendapatan masyarakat Komposisi % berat basah Pemukiman Pendapatan Rendah Pemukiman Pendapatan Menengah Pemukiman Pendapatan Tinggi Kertas 1-10 15-40 15-40

Gelas dan kaca 1-10 1-10 4-10

(24)

Universitas Pertamina - 8

Plastik 1-5 2-6 2-10

Kulit dan karet 1-5 - -

Kayu 1-5 - - Tekstil 1-5 2-10 2-10 Sisa makanan 40-85 20-65 20-50 Lain-lain 1-40 1-30 1-20 Sumber: (Cointreau, 1982)

2.4

Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Beberapa hal yang mendasari perlunya pengelolaan sampah adalah untuk menangani beberapa masalah seperti estetika, berkembangnya vector penyakit, bau dan debu, pencemaran air, bahaya kebakaran, serta tersumbatnya saluran air (Damanhuri & Padmi, 2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah berdasarkan SNI 19-2454-2002 adalah:

1. Kepadatan dan penyebaran penduduk;

2. Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi; 3. Timbulan dan karakteristik sampah;

4. Budaya sikap dan perilaku masyarakat;

5. Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir; 6. Rencana tata ruang dan pengembangan kota;

7. Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir sampah; 8. Biaya yang tersedia;

9. Peraturan daerah setempat.

2.4.1

Teknik Operasional Pengelolaan Sampah

Teknik operasional pengelolaan sampah terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir harus bersifat terpadu dan dimulai dari pemilahan sejak dari sumber. Berikut adalah diagram pengelolaan sampah berdasarkan SNI 19-2454-2002.

(25)

Universitas Pertamina - 9 Gambar 2.1. Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan

Berdasarkan Permen PU No. 3 Tahun 2013, penanganan sampah di Indonesia terdiri dari pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.

2.4.1.1

Pemilahan

Pemilahan sampah dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling sedikit lima jenis sampah yaitu:

a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun seperti kemasan obat serangga, kemasan oli, kemasan obat-obatan, obat-obatan kadaluarsa, peralatan listrik, dan peralatan elektronik rumah tangga.

b. Sampah mudah terurai seperti sampah makanan dan serasah, sampah yang berasal dari hewan, tumbuhan, dan/atau bagian-bagiannya yang dapat terurai oleh makhluk hidup lainnya dan/atau mikroorganisme.

c. Sampah yang dapat digunakan kembali seperti sampah yang dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses pengolahan antara lain kertas, kardus, botol minuman, dan kaleng. d. Sampah yang dapat didaur ulang, merupakan sampah yang dapat dimanfaatkan kembali

setelah melalui proses pengolahan seperti sisa kain, plastik, kertas, dan kaca. e. Sampah lainnya yang merupakan residu.

2.4.1.2

Pewadahan

Pewadahan sampah adalah aktivitas menampung sampah sementara dalam suatu wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah (BSN, 2002). Kegiatan pewadahan biasanya disesuaikan dengan jenis pemilahan sampah yang dilakukan. Beberapa jenis pembagian pewadahan berdasarkan jenis sampah yang telah terpilah, yaitu:

a. Sampah organik seperti daun, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan dengan wadah warna Timbulan Sampah

Pemilahan, pewadahan, dan pengolahan di sumber

Pengumpulan

Pemindahan Pemilahan dan pengolahan

Pengangkutan

(26)

Universitas Pertamina - 10 gelap.

b. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dan lainnya, dengan wadah warna terang. c. Sampah bahan berbahaya beracun rumah tangga (jenis sampah B3) dengan wadah warna

merah.

Kegiatan pewadahan dapat dilakukan secara individual ataupun komunal. Pewadahan secara individual maupun komunal harus selalu didahului dengan kegiatan pemilahan sampah.

Secara umum, persyaratan bahan wadah sampah menurut SNI 19-2454-2002 adalah sebagai berikut: 1. Tidak mudah rusak dan kedap air;

2. Ekonomis dan mudah diperoleh; 3. Mudah dikosongkan.

Terdapat beberapa karakteristik pewadahan sampah untuk tipe individual dan komunal, yaitu: Tabel 2.2. Karakteristik wadah sampah

No Individual Komunal

1 Bentuk Kotak, silinder, kontainer, bin (tong), semua tertutup, dan kantong plastik

Kotak, siliner, kontainer, bin (tong), semua tertutup

2 Sifat Ringan, mudah dipindahkan dan mudah dikosongkan

Ringan, mudah dipindahkan dan mudah dikosongkan

3 Jenis Logam, plastik, fiberglas (GRP), kayu, bambu, rotan

Logam, plastik, fiberglas (GRP), kayu, bambu, rotan

4 Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola Instansi

Sumber: (BSN, 2002)

Pemilihan wadah sampah dapat ditentukan berdasarkan penggunaan dan kapasitas volume sampah, yaitu:

Tabel 2.3. Contoh wadah dan penggunaannya

No Wadah Kapasitas Pelayanan Umur

Wadah Keterangan

1 Kantong

Plastik 10-40 L 1 KK 2-3 hari Individual

2 Tong 40 L 1 KK 2-3 tahun Maksimal pengambilan 3 hari 1 kali

(27)

Universitas Pertamina - 11

3 Tong 120 L 2-3 KK 2-3 tahun Toko

4 Tong 140 L 4-6 KK 2-3 tahun -

5 Kontainer 1000 L 80 KK 2-3 tahun Komunal

6 Kontainer 500 L 40 KK 2-3 tahun Komunal

7 Tong 30-40 L Pejalan kaki,

taman 2-3 tahun -

Sumber: (BSN, 2002)

Sarana pewadahan yang dan pemilahan yang digunakan harus dilengkapi beberapa komponen berikut:

1. Diberi label atau tanda;

2. Dibedakan bahan, bentuk dan/atau warna wadah; 3. Menggunakan wadah yang tertutup.

Untuk menentukan besar ukuran wadah sampah yang dibutuhkan, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Jumlah penghuni tiap rumah 2. Timbulan sampah

3. Frekuensi pengambilan sampah 4. Cara pemindahan sampah 5. Sistem pelayanan

2.4.1.3

Pengumpulan

Pengumpulan adalah proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkan dari setiap sumber sampah untuk diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS), tempat pengolahan sampah skala Kawasan, atau langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) melalui proses pemindahan (Damanhuri & Padmi, 2016). Pengumpulan sampah merupakan tahapan lanjutan setelah pewadahan sampah. Pada proses ini sampah tidak boleh dicampur kembali apabila sebelumnya sudah dilakukan pemilahan. Untuk sampah yang sudah terpilah diperlukan pengaturan jadwal pengumpulan sesuai dengan jenis sampah yang terpilah. Proses pengumpulan sampah dapat dilakukan oleh pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas lainnya, dan pemerintah kabupaten/kota. Pihak pengelola kawasan dan pemerintah kabupaten/kota wajib menyediakan fasilitas untuk pengumpulan sampah seperti TPS, TPS 3R, dan/atau alat pengumpul untuk sampah terpilah. Berdasarkan SNI 19-2454-2002, pola pengumpulan sampah dapat meliputi:

(28)

Universitas Pertamina - 12 2. Individual tidak langsung;

3. Komunal langsung; 4. Komunal tidak langsung; 5. Penyapuan jalan.

Beberapa sarana pengumpulan sampah yang dapat digunakan adalah motor sampah, gerobak sampah, dan/atau sepeda sampah.

2.4.1.4

Pemindahan dan Pengangkutan

Sama halnya dengan pengumpulan sampah, pengangkutan sampah dari TPS dan/atau TPS 3R ke TPA atau TPST tidak boleh dicampur kembali setelah dilakukan pemilahan dan pewadahan sesuai dengan Permen PU No. 3 Tahun 2013. Aktivitas pengangkutan sampah butuh mempertimbangkan beberapa hal seperti pola pengangkutan, sarana pengangkutan, dan rute pengangkutan. Perlu diketahui timbulan sampah suatu wilayah untuk menentukan apakah pengangkutan akan langsung dari sumber ke TPA atau dengan pemindahan ke TPS dan/atau TPS 3R. Beberapa jenis sarana pengangkutan sampah yang biasa digunakan adalah berupa dump truck/tipper truck, arm roll truck, compactor truck, street sweeper vehicle, dan trailer. Persyaratan yang harus dimiliki sarana pengangkutan sampah berdasarkan SNI 19-2454-2002 adalah sebagai berikut:

1. Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan jaring; 2. Tinggi bak maksimum 1,6 m;

3. Sebaiknya ada alat ungkit;

4. Kapasitas disesuaikan dengan kelas jalan yang akan dilalui;

5. Bak truk/dasar container sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah/lindi.

2.4.1.5

Pengolahan

Pengolahan sampah dapat dilakukan di sumber, Tempat Pembuangan Sementara (TPS), atau di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Berdasarkan Permen PU No. 3 Tahun 2013, pengolahan sampah meliputi kegiatan seperti pemadatan, pengomposan, daur ulang materi, atau mengubah sampah menjadi sumber energi. Dalam melakukan upaya pengolahan sampah terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, seperti karakteristik sampah, teknologi yang ramah lingkungan, keselamatan kerja, dan kondisi sosial masyarakat.

2.4.1.6

Pemrosesan Akhir Sampah

Pemrosesan akhir sampah merupakan tahapan akhir dari pengelolaan sampah yang dilakukan di TPA dalam bentuk pengembalian sampah/residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman (Damanhuri & Padmi, 2016). Jenis sampah yang diperbolehkan masuk ke TPA adalah sampah rumah tangga, sampah sejenis rumah tangga, dan residu. Metode yang digunakan dapat berupa lahan urug terkendali, lahan urug saniter, atau teknologi ramah lingkungan. Kegiatan pemrosesan akhir sampah tersebut meliputi penimbunan/pemadatan, penutupan tanah, pengolahan lindi, dan penanganan gas.

(29)

Universitas Pertamina - 13 Bila dikaitkan dengan komposisi sampah, penanganan dan pengolahan sampah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4. Penanganan dan pengolahan sampah berdasarkan komposisi

No Komposisi Penanganan dan Pengolahan

1 Sampah sisa makanan Mudah membusuk, organik, mudah terurai secara biologis, mudah terbakar

2 Kayu, daun, sampah taman Organik, mudah terurai secara biologis, mudah terbakar

3 Kertas dan karton Mudah terurai secara biologis, mudah terbakar, bisa didaur ulang

4 Tekstil dan produk tekstil Mudah terurai secara biologis, mudah terbakar, bisa didaur ulang

5 Karet dan kulit Mudah terurai secara biologis, mudah terbakar, bisa didaur ulang

6 Plastik Mudah terbakar, bisa didaur ulang 7 Besi dan logam Bisa didaur ulang

8 Gelas Bisa didaur ulang

9 Sampah berbahaya Harus segera ditangani 10 Lainnya (inert) Lahan pengurukan

Sumber: (Damanhuri & Padmi, 2016)

Berdasarkan sifat sampah diatas, beberapa kegiatan pengolahan sampah yang dapat dilakukan yaitu:

2.5.1

Daur Ulang Sampah

Daur ulang sampah merupakan kegiatan pemrosesan ulang sampah agar dapat digunakan sebagai bahan baku kegiatan dalam proses produksi (Damanhuri & Padmi, 2016). Kegiatan daur ulang sampah perlu dilakukan mulai dari sumber hingga ke TPA. Sehingga diharapkan jumlah sampah pada setiap tingkat pengelolaannya akan berkurang. Jenis sampah yang identik dengan kegiatan daur ulang adalah sampah kering. Namun, tidak semua sampah dapat didaur ulang. Beberapa jenis sampah yang masih memiliki nilai ekonomis untuk didaur ulang adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5 Nilai ekonomi berbagai jenis sampah

Jenis Sampah Harga Jual ke Pengepul (Rp/kg)

(30)

Universitas Pertamina - 14

Plastik HDPE 2800

Plastik LDPE 600

Besi 1000-1500

Kardus 500-800

Kertas (tergantung kondisi) 500-1000

Sumber: (Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) & Akhmad, 2019)

2.5.2

Pengomposan

Pengomposan merupakan dekomposisi atau penguraian materi padat yang berbahan organik secara biologis oleh mikroorganisme yang menghasilkan materi organik menyerupai humus. Jenis sampah yang dapat dijadikan kompos merupakan sampah organiknya saja. Komposisi sampah perkotaan memiliki peluang yang besar untuk dijadikan kompos. Hal tersebut dikarenakan komposisi sampah organik perkotaan berkisar 60-80% dari sampah total (Sahwan, 2010). Teknologi pengomposan sekarang ini sudah berkembang. Namun, berdasarkan hasil kajian dari BPPT mengatakan bahwa teknologi pengomposan yang paling cocok dengan kondisi Indonesia dari segi iklim, ekonomi, social, dan budaya adalah teknologi open windrow dan modifikasinya (Sahwan, 2010).

2.5.3

Konversi Sampah Menjadi Energi

Komposisi sampah yang beragam dapat juga dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Pemanfaatan energi dari sampah atau limbah biasa disebut waste to energy. Teknologi untuk mengubah sampah menjadi energi yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut (Damanhuri & Padmi, 2016):

1. Konversi biomas menjadi kompos;

2. Konversi biomas menjadi gas metan dalam reaktor anaerob;

3. Pengeringan sampah menjadi bahan bakar briket, yang biasa dikenal dengan refuse derived fuel (RDF), atau refuse, paper and plastik fuel (RPF);

4. Pemanfaatan uap panas hasil proses pembakaran (insinerasi) secara langsung atau sebagai penggerak turbin listrik;

5. Pemanfaatan gas bakar (syngas) yang dihasilkan dari reaktor pirolisis atau gasifikasi; 6. Recovery gas metan dari ukuran sampah di sebuah lahan uruk saniter.

2.6

Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah yang baik perlu mempertimbangkan berbagai aspek seperti aspek peraturan, politis dan kebijakan publik, kelembagaan/organisasi, operasional pengelolaan sampah, finansial dan pembiayaan, sosial-budaya dan peran serta masyarakat, dan aspek kesehatan masyarakat dan lingkungan (Damanhuri & Padmi, 2016).

Peran serta masyarakat diperlukan untuk menentukan lokasi sarana dan prasarana pengelolaan sampah serta teknologi pengolahan sampah yang akan digunakan. Selain itu, bentuk partisipasi yang dibutuhkan untuk menunjang pengelolaan sampah yang baik adalah kemauan masyarakat dalam

(31)

Universitas Pertamina - 15 melakukan pemilahan dini dan mengurangi produksi sampah. Apabila sampah dapat dikumpulkan dengan baik dari level rumah tangga maka tidak aka nada sampah yang masuk ke saluran air atau sungai (Damanhuri & Padmi, 2016).

2.7

Pengambilan Keputusan Multi Objektif

Pengambilan keputusan yang digunakan dalam memilih alternatif solusi terbaik adalah menggunakan metode pengambilan keputusan secara multi objektif. Jenis metode yang digunakan merupakan teori utilitas (utility theory) dan compromise programing.

2.7.1

Utility Theory

Metode ini digunakan untuk evaluasi alternatif yang dimiliki berdasarkan fungsi tujuan yang sudah ditetapkan. Perhitungan fungsi tujuan dapat diberikan untuk fungsi numerikal maupun verbal. Penilaian verbal pada metode ini perlu dilakukan transformasi nilai fungsi obyektif menjadi derajat kinerja tujuan non-dimensional dalam skala (mis., 0-1). Penentuan bobot pada metode ini dibuat sesuai dengan kepentingan relatif dari tujuan. Setelah dilakukan non-dimensional, langkah berikutnya adalah menghitung nilai total utilitas. Nilai utilitas tertinggi merupakan hasil yang terbaik. Berikut adalah perhitungan nilai total utilitas:

𝑁𝑖 = ∑𝐽𝑗=1𝑎𝑗 𝑥 𝑛𝑖𝑗 (2.1)

𝑎𝑗 = 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 0 − 1

𝑛𝑖𝑗 = 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡𝑎𝑛

Ecuidian Distamce (di) 𝑑𝑖 = [∑2𝑗=1(1 − 𝑛𝑖𝑗)2]

1

2 (2.2)

2.7.2

Compromise Programing

Dasar dalam metode compromise programing adalah untuk mengidentifikasi solusi ideal dari suatu permasalahan. Diantara banyak teknik, compromise programing merupakan salah satu metode pengambilan keputusan dengan cara yang realistis tanpa harus bergantung pada asumsi yang dipertanyakan dari teori utilitas tradisional (Fishburn, 1970).

𝑑𝑐𝑖 = [∑𝐽𝑗=1𝑎𝑖. (1 − 𝑛𝑖𝑗)𝑝]

1

𝑝 (2.3)

p = faktor kompensasi

• Faktor kompensasi (p> 1) bertanggung jawab atas semakin rendahnya tingkat kriteria kompensasi. • Semakin tinggi nilai p semakin rendah peringkat alternatif (biasanya p = 2)

Nilai indikator (Utility value) 𝐼𝑖𝑗 = 1 − [∑𝐽𝑗=1𝑎𝑖. (1 − 𝑛𝑖𝑗)𝑝]

1

(32)
(33)

Universitas Pertamina - 16

BAB III. KONSEP PERANCANGAN

Pada bagian ini akan dijelaskan secara lebih detail mengenai diagram alir perancangan, pertimbangan perancangan, analisis teknis, serta alat dan bahan yang dibutuhkan dalam perancangan ini.

3.1

Diagram Alir Perancangan

Berikut adalah tahapan perancangan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan perancangan yang telah ditetapkan.

Identifikasi Masalah: Belum ada teknik operasional pengelolaan sampah dan pemanfaatan sampah

perairan

Studi literatur & diskusi ide

Menentukan alat & bahan yang dibutuhkan

Data Primer

•Lokasi pengambilan sampel

•Timbulan dan komposisi sampah

Data Sekunder

•Profil sungai

•Sistem pengelolaan sampah eksisting

•Pencatatan timbulan sampah rutin oleh instansi

Pengukuran timbulan dan komposisi sampah

Analisis timbulan dan komposisi sampah

Pengumpulan data

(34)

Universitas Pertamina - 17 Gambar 3.1. Diagram Alir Perancangan

Sumber: (Arsyandi, 2019)

Tahapan dalam pelaksanaan tugas akhir ini meliputi identifikasi masalah, studi literatur, pengambilan data, analisis data, dan perencanaan teknik operasional pengelolaan sampah perairan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari hasil pengukuran langsung timbulan dan komposisi sampah perairan di lapangan. Pengambilan sampel sampah dilakukan di penghalang atau kubus apung yang ada di aliran sungai utama yang menuju ke teluk Jakarta. Kubus apung merupakan salah satu prasarana inovasi yang dimiliki oleh UPK Badan Air dalam penanganan sampah perairan yang bertujuan untuk mengumpulkan sampah yang terbawa aliran sungai.

Pengambilan data primer berupa timbulan sampah dan komposisi sampah dilakukan pada bulan November 2019 di Sungai Pesanggrahan dan bulan Desember 2019 di Sungai Grogol. Selama pengambilan sampel di lapangan nantinya akan bekerja sama dengan tim UPK Badan Air selaku pihak yang bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah perairan di DKI Jakarta. Sampel sampah yang diambil merupakan sampah yang terkumpul di kubus apung selama 24 jam dan diambil pada pagi hari dalam rentang 08.00-10.00 WIB sebelum sampah diangkut ke TPS khusus sampah perairan. Pengambilan sampel sampah perairan dilakukan satu kali untuk setiap lokasi kubus apung dengan mengacu pada penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya pada tahun 2018 oleh World

Menentukan alternatif solusi teknik operasional pengelolaan sampah dan

pemanfaatan sampah perairan

Menentukan alternatif solusi terbaik berdasarkan analisis Uitility Theory

dan Compromise Programing A Apakah solusi terpilih sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku? Tidak Ya

Menyampaikan hasil akhir solusi teknik operasional pengelolaan sampah dan pemanfaatan sampah

(35)

Universitas Pertamina - 18 Bank Group mengenai kajian Hot Spot Sampah Laut Indonesia.

Besarnya timbulan sampah ini diperoleh dari pengukuran langsung langsung di lapangan terhadap sampah yang terkumpul pada beberapa kubus apung di Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol. Metode yang digunakan dalam pengukuran timbulan dan densitas sampah adalah dengan pengukuran secara langsung yang mengacu pada SNI 19-3694-1994 serta dilengkapi dengan load count analysis. Pengukuran timbulan menggunakan metode load count analysis adalah dengan mengukur jumlah (berat atau volume) sampah yang masuk ke TPS (Damanhuri & Padmi, 2016). Pengukuran timbulan menggunakan dua metode yaitu metode volume dan metode berat dan begitu pula untuk pengukuran komposisi. Metode pengukuran timbulan sampah, yaitu sampah terkumpul diukur volume dengan wadah berskala dan ditimbang beratnya kemudian dipisahkan berdasarkan komponen komposisi sampah sesuai dengan SIPSN dan SNI 19-2454-2002 kemudian diukur volume dan beratnya. Setelah seluruh data terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis terhadap data yang dimiliki. Hasil analisis data menjadi dasar dalam perencanaan alternatif teknik operasional pengelolaan sampah perairan yang dapat diterapkan dengan berpedoman pada SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Metode yang digunakan dalam pemilihan alternatif terbaik dan keberhasilan desain adalah dengan menggunakan analisis utility theory dan compromise programing dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, lingkungan, serta peraturan terakit pengelolaan sampah.

3.2

Pertimbangan Perancangan

Hal-hal yang menjadi pertimbangan dan batasan dalam proses perancangan ini adalah sebagai berikut:

1. Jumlah timbulan sampah dan komposisi sampah perairan. 2. Teknologi dan sumberdaya setempat.

3. Keterjangkauan pengoperasian dan pemeliharaan. 4. Kondisi fisik setempat.

5. Pemilahan sampah harus lebih dekat dengan sumber sampah sesuai dengan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan.

6. Bertambahnya sampah di Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol dapat berpotensi menyebabkan banjir.

3.3

Analisis Teknis

Analisis perancangan agar dapat dikatakan layak secara teknis mencakup beberapa hal berikut: 1. Konsep perencanaan teknik operasional pengelolaan sampah sesuai dengan SNI

19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan.

2. Penyediaan sarana dan prasarana yang sesuai dengan SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan dan Permen PU No. 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

(36)

Universitas Pertamina - 19 3. Konsep perencanaan pengelolaan sampah perairan mempertimbangkan timbulan sampah

dan analisis pengelolalan sampah eksisting.

4. Tercapainya target pelayanan sampah berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dengan 30% pengurangan dan 70% penanganan sampah.

5. Memberikan gambaran umum pengoperasian dan pemeliharaan. 6. Dapat mengurangi sampah yang dibuang ke TPA Bantar Gebang.

3.4

Peralatan dan Bahan

Peralatan, bahan, fasilitas, dan perangkat lunak yang diperlukan selama perancangan adalah sebagai berikut:

1. Alat dan bahan

Peralatan dan bahan yang dibutuhkan selama pengambilan sampel serta pengukuran timbulan dan komposisi adalah sarung tangan, kantong sampah ukuran besar, meteran, terpal, keranjang, timbangan, jaring, kabel pengikat, label. Adapun bahan yang dibutuhkan adalah sampah perairan.

2. Fasilitas

Fasilitas yang dibutuhkan adalah berupa lahan kosong sebagai tempat untuk mengukur timbulan dan komposisi sampah, serta alat transportasi berupa truk dengan bak terbuka untuk mengangkut sampah dari lokasi pengambilan sampel ke lokasi pengukuran timbulan dan komposisi sampah.

3. Perangkat lunak

Perangkat lunak yang digunakan dalam melakukan perancangan ini adalah Microsoft Office, AutoCad, dan/atau SketchUp.

(37)
(38)

Universitas Pertamina - 20

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dijelaskan secara lebih detail mengenai proses perancangan dan hasil dari perancangan. Selain itu, akan dibahas juga alternatif solusi dari masalah yang ditemui dan cara menentukan alternatif terbaik.

4.1

Timbulan Sampah

Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol merupakan 2 dari 19 sungai besar yang ada di DKI Jakarta. Kedua sungai ini terpisah berdasarkan lokasi namun memiliki hilir yang sama di Cengkareng Drain. Terdapat 5 lokasi studi pada Sungai Pesanggrahan dari hulu ke hilir yaitu lokasi Sepolwan, Deplu, Blok Khusus (Veteran), Makam Utama Tanah Kusir, dan Cidodol sedangkan untuk Sungai Grogol memiliki 1 lokasi studi yaitu di kawasan perumahan Anggrek Neli. Pengambilan dan pengukuran sampel di lokasi studi dilakukan pada 11 November 2019 – 18 November 2019.

Data timbulan sampah merupakan salah satu data yang digunakan sebagai dasar penentuan alternatif sistem pengelolaan sampah pada suatu daerah. Pada studi ini, digunakan data timbulan sampah primer dan sekunder. Pengambilan data timbulan sampah perairan diambil pada lima lokasi studi di Sungai Pesanggrahan dan satu lokasi studi pasa Sungai Grogol. Pembagian lokasi tersebut berdasarkan pada lokasi kubus penyekat atau kubus apung yang selama ini digunakan oleh UPK Badan Air untuk menyaring sampah yang ada di sungai. Hasil dari pengukuran timbulan sampah pada kedua sungai ditunjukkan dalam satuan berat dan volume. Rata-rata timbulan sampah pada lokasi studi di Sungai Pesanggrahan adalah 50,77 kg/hari dengan timbulan sampah maksimum dapat mencapai 271,40 kg/hari, sedangkan rata-rata timbulan sampah pada lokasi studi di Sungai Grogol adalah 34,64 kg/hari dengan timbulan maksimum dapat mencapai 188,82 kg/hari.

Perhitungan timbulan sampah dalam satuan berat dilakukan dengan mengukur berat sampah untuk setiap 1 m3 sampah sehingga didapatkan nilai densitas sampah dari setiap lokasi studi. Densitas sampah tersebut kemudian dikalikan dengan volume sampah total setiap harinya yang diukur secara langsung di lapangan. Data timbulan sampah dalam satuan berat perlokasi dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 menunjukkan data timbulan sampah maksimum, rata-rata, dan minimum yang terdapat pada Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol pada bulan November 2019. Berat timbulan sampah paling besar berada pada Sungai Pesanggrahan lokasi studi makam utama Tanah Kusir. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi timbulan sampah pada suatu daerah, beberapa diantaranya adalah jumlah penduduk dan faktor ekonomi (Damanhuri & Padmi, 2016). Semakin tinggi jumlah penduduk suatu wilayah maka jumlah sampah yang dihasilkan akan semakin tinggi. Masyarakat dengan tingkat ekonomi yang tinggi cenderung lebih konsumtif sehingga akan menghasilkan sampah yang lebih banyak. Bila menyusuri sepanjang aliran sungai pada lokasi studi Sungai Pesanggrahan akan banyak ditemui perumahan padat penduduk dan beberapa wilayah dengan aktivitas perekonomian tinggi seperti ruko dan warung. Banyak juga ditemukan warga yang rumahnya berjarak 50 m dari badan Sungai Pesanggrahan. Rumah penduduk yang berada di bantaran sungai secara tidak langsung akan meningkatkan timbulan sampah yang dibuang ke sungai (Arsyandi, 2019). Dari enam lokasi studi, timbulan sampah terendah biasa terjadi pada Sungai Grogol. Hal tersebut dikarenakan pada di sepanjang Sungai Grogol banyak lokasi permukiman penduduk dengan tingkat perekomomian menengah kebawah, dimana semakin rendah tingkat ekonomi masyarakat maka sampah yang dihasilkan akan lebih sedikit dan cenderung homogen (Arsyandi, 2019).

(39)

Universitas Pertamina - 21 Tabel 4.1. Berat spesifik sampah pada lokasi studi

Lokasi Berat Spesifik (kg/m3)

Deplu 67.85 Makam utama 34.05 Blok Khusus 11.1 Cidodol 14 Sepolwan 24.35 Grogol 44.15 Rata-rata 32.58

Gambar 4.1. Timbulan Sampah pada Lokasi Studi dalam Kg/Hari

Gambar 4.2. Permukiman di Bantaran Sungai Pesanggrahan Lokasi Studi Sumber: (Google Earth, 2020)

Perhitungan timbulan sampah perairan dalam satuan volume didapat dari hasil mengukur secara langsung volume sampah yang terkumpul pada setiap kubus apung pada lokasi studi setiap harinya. Data timbulan sampah dalam satuan volume perlokasi dapat dilihat pada Gambar 4.3. Berbeda dengan data timbulan sampah berdasarkan satuan berat, lokasi yang memiliki volume paling besar

70.70 112.54 43.84 66.61 28.18 34.64 42.10 20.36 11.10 10.22 8.40 4.42 121.75 271.40 139.85 229.81 63.08 188.82 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00

Sepolwan Deplu Blok Khusus Makam utama Cidodol Grogol

Kg

/h

ar

i

(40)

Universitas Pertamina - 22 terjadi pada Sungai Pesanggrahan lokasi studi makam veteran sebesar 12 m3/hari. Sedangkan untuk volume paling kecil terjadi pada Sungai Grogol sebesar 0,1 m3/hari. Kedua sungai tersebut memiliki rata-rata volume timbulan sebesar 2,45 m3/hari. Peningkatan volume sampah pada sungai dapat disebabkan oleh meningkatnya muka air sungai akibat hujan atau banjir. Selain itu tingginya volume sampah dapat disebabkan terdapatnya sampah dengan ukuran yang sangat besar sehingga membuat ukuran volume sampah akan besar.

Gambar 4.3. Timbulan Sampah pada Lokasi Studi dalam m3/Hari

Dari hasil pengukuran timbulan sampah dan analisis data sekunder timbulan sampah selama satu bulan, timbulan sampah paling tinggi selalu terjadi pada hari Sabtu dan Minggu sedangkan untuk timbulan sampah paling rendah terjadi pada hari Rabu. Hal tersebut dikarenakan banyak masyarakat yang menghabiskan waktunya dirumah sehingga aktivitas di dalam rumah akan meningkat begitu juga dengan jumlah sampah yang dihasilkan.

4.2

Komposisi Sampah

Pada studi ini, data komposisi sampah digunakan untuk memperkirakan cara pengoperasian fasilitas pengelolaan sampah perairan yang diperlukan dan menentukan alternatif pengolahan sampah yang dapat diterapkan. Satuan yang digunakan untuk komposisi sampah adalah sebagai % berat-basah dan % volume-basah. Kategori komposisi yang digunakan terbagi menjadi sembilan jenis berdasarkan SNI 19-2454-2002 dan Satuan Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN). Kategori terbagi menjadi sampah makanan, kayu, ranting, dan sampah taman, kertas dan karton, tekstil, karet dan kulit, plastik, logam, kaca, dan lain-lain atau inert. Pengukuran komposisi sampah dilakukan dengan memilah sampah yang diambil dari lokasi studi di Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol berdasarkan Sembilan kategori yang sudah ditentukan. Masing-masing kategori sampah dikumpulkan pada wadah yang dapat dengan mudah dihitung volumenya dan kemudian ditimbang beratnya. Hasil dari pengukuran komposisi sampah perairan berupa berat, volume, dan persentase untuk setiap kategori sampah. Pada SNI 19-2454-2002 dijelaskan bahwa inert yang dimaksud berupa pasir, abu, dan debu. Hal tersebut tidak terdapat pada sampah perairan dikarenakan material tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil dan densitas yang lebih besar dari air, sehingga ketika material tersebut berada pada air maka akan langsung tenggelam ke dasar sungai atau lolos dari saringan kubus apung. 2.94 2.36 3.88 2.11 2.08 1.38 2.00 0.30 1.00 0.30 0.60 0.10 5.00 9.00 12.00 8.00 5.00 9.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00

Sepolwan Deplu Blok Khusus Makam utama Cidodol Grogol

m

3/h

ar

i

(41)

Universitas Pertamina - 23 Gambar 4.4 menggambarkan berat maksimum, rata-rata, dan minimum dari komposisi sampah pada Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol.

Gambar 4.4. Komposisi Sampah pada Lokasi Studi dalam Kg/Hari

Gambar 4.5. Persentase Komposisi Sampah pada Lokasi Studi Tabel 4.2. Persentase rata-rata komposisi sampah perairan

Kategori Sampah Persentase (%)

Plastik 43.535

Sisa makanan 1.001

Kayu, ranting, daun 43.904

Kertas 1.450 Plastik Sisa makanan Kayu, ranting, daun

Kertas Logam Kain

tekstil

Karet dan

kulit Kaca Inert

LOW 11.95 0.27 12.05 0.40 0.33 0.80 0.80 0.35 0.50 HIGH 67.86 2.29 62.23 2.10 1.54 5.20 4.14 1.01 2.34 Close 25.87 0.59 26.09 0.86 0.70 1.73 1.74 0.76 1.08 67.86 2.29 62.23 2.10 1.54 5.20 4.14 1.01 2.34 25.87 0.59 26.09 0.86 0.70 1.73 1.74 0.76 1.08 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 Kg /h ar i 3 8 .7 3 2 8 .6 1 4 1 .6 5 4 3 .9 6 3 0 .4 2 7 7 .8 3 4 3 .5 4 0 .0 0 6.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 1 .0 0 4 0 .6 1 5 4 .6 3 4 8 .9 1 3 7 .9 4 6 1 .8 3 1 9 .4 9 4 3 .9 0 2 .2 7 0 .2 4 1 .2 9 2 .2 6 0 .7 0 1 .9 4 1 .4 5 0 .3 4 1 .2 2 3 .4 3 0 .0 0 1 .9 9 0 .1 3 1 .1 9 2 .8 4 2 .6 2 0 .0 0 9 .4 0 1 .9 8 0 .6 0 2 .9 1 6 .6 5 2 .2 6 1 .2 9 6.2 6 1 .1 1 0 .0 0 2 .9 3 6 .1 8 1 .5 0 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 1 .2 8 2 .3 8 2 .8 9 3 .4 3 0 .1 7 1 .9 8 0 .0 0 1 .8 1 S e p o l w a n D e p l u B l o k K h u s u s M a k a m U t a m a C i d o d o l G r o g o l R a t a - r a t a P erse n tas e (% ) Lokasi

(42)

Universitas Pertamina - 24

Logam 1.186

Kain tekstil 2.907

Karet dan kulit 2.928

Kaca 1.280

Inert 1.810

Total 100

Berdasarkan data pada Gambar 4.4 diatas, kategori sampah dengan persentase terbanyak di Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol adalah plastik dan sampah kayu atau ranting. Hal tersebut dikarenakan masih banyak masyarakat yang masih menggunakan plastik sekali pakai sebagai pembungkus sampahnya sendiri. Selain itu bila menyusuri sepanjang aliran Sungai Pesanggrahan dan Sungai Grogol akan selalu ditemukan permukiman warga yang membangun rumahnya kurang dari 50 meter dari badan sungai. Banyaknya sampah plastik yang ditemukan di sungai membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara dengan pemakaian plastik tertinggi kedua di dunia (Jambeck, 2015). Plastik yang banyak dijumpai dikategorikan kedalam berbagai jenis yaitu kantong plastik, botol PET, sedotan, plastik kemasan produk, dan berbagai jenis plastik lainnya. Komposisi sampah tertinggi kedua yaitu kayu dan sampah taman. Bantaran sungai di Jakarta masih banyak yang belum berpondasi sehingga badan air langsung bersinggungan dengan tanah yang ada di sepanjang aliran sungai. Hal tersebut memudahkan banyaknya tanaman yang ada di bantaran sungai tumbang dan akhirnya terbawa oleh arus sungai hingga tersangkut di kubus apung. Kategori sampah lain yang ditemukan adalah kertas yang banyak ditemukan dalam bentuk kertas pembungkus makanan, kardus pembungkus makanan, kertas HVS, dan kardus atau karton. Sampah kategori logam yang paling banyak ditemui adalah dalam bentuk kaleng, kawat, dan material sisa bangunan yang sudah rusak. Kategori kain dan tekstil yang paling banyak ditemukan berupa pakaian bekas. Sampah kategori karet dan kulit yang paling banyak ditemukan berupa alas kaki, tas, dan berbagai potongan material sisa berbahan karet dan kulit. Untuk kategori kaca paling banyak ditemukan dalam bentuk botol kemasan. Sampah kategori inert sesuai dengan SNI 19-2454-2002 tidak ditemukan selama pengukuran sampah. Namun, pada studi ini sampah jenis styrofoam dan juga popok bayi digolongkan dalam kategori inert. Hal tersebut dikarenakan banyak ditemukan sampah styrofoam dan popok bayi pada lokasi studi. Untuk sampah kategori B3 yang ditemukan pada lokasi studi berupa lampu bekas dan kabel yang perbandingan dengan kategori sampah lainnya sangat kecil.

Tingginya kategori sampah kayu dan ranting atau sampah mudah terurai sebesar 43,90 % dapat menjadi potensi untuk pengolahan sampah melalui kegiatan pengomposan skala rumah tangga. Pengeloalaan lain yang dapat dilakukan berdasarkan kategori sampah dominan yaitu plastik sebesar 43,54% adalah dengan mendaur ulang atau memanfaatkan kembali sampah dengan konsep 3R seperti bank sampah. Dengan adanya pengelolaan dan pengolahan sampah di lingkungan masyarakat diharapkan dapat mengurangi jumlah timbulan sampah yang masuk ke sungai serta sampah yang dihasilkan masyarakat itu sendiri. Selain itu pengelolaan dan pengolahan sampah di lingkungan masyarakat dapat pula meningkatkan penghasilan masyarakat di sekitar lokasi studi.

4.3

Pengelolaan Sampah

4.3.1

Kondisi Eksisting Sistem Pengelolaan Sampah Perairan

Penanganan sampah perairan yang termasuk diantaranya sungai, waduk, dan danau yang ada di DKI Jakarta dilakukan oleh Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air dibawah Dinas Lingkungan

Gambar

Gambar 1.2. Titik Pengambilan Sampel Sampah Perairan Sungai Pesanggrahan
Tabel 2.1. Tipikal komposisi sampah berdasarkan tingkat pendapatan masyarakat  Komposisi %  berat basah  Pemukiman  Pendapatan Rendah  Pemukiman Pendapatan Menengah  Pemukiman  Pendapatan Tinggi  Kertas  1-10  15-40  15-40
Tabel 2.3. Contoh wadah dan penggunaannya
Tabel 2.4. Penanganan dan pengolahan sampah berdasarkan komposisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga disebutkan definisi sampah terbagi dua yaitu, sampah rumah tangga adalah sampah

Perencanaan aspek pengelolaan sampah dimulai dari pewadahan sampah logam, kaca, plastik, kertas, dan sampah tidak layak jual terpilah dengan menggunakan kantong plastik

Pengelolaan sampah meliputi kegiatan pewadahan sampah logam- kaca, plastik, kertas, dan sampah tidak layak jual terpilah yang menggunakan kresek atau karung dan

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah wilayah perencanaan ini meliputi : 1. Melakukan pemilahan sampah menjadi sampah bahan kompos, sampah kaca, sampah

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukabumi (2016) sistem pengelolaan sampah di Kelurahan Palabuhanratu

Strategi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Lok Bahu Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda disimpulkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga sudah cukup

Peran serta masyarakat yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah adalah kemauan untuk melaksanakan 3R, melakukan pemilahan sampah, membayar iuran sampah setiap bulan, dan memberikan