JURNALILMUHUKUM
Amanna
Gappa
Fakultas
Hukum
Universitas Hasanuddin
ISSN:
0853-1609
Penanggungjawab Ketua Pengarah
Wakil Ketua Pengarah Penyunting Pelaksana Sekretaris Penyunting Dewan Penyunting
Penyunting Penyelia
(Ahli)
Mitra
BestariBidang Pengembangan Dan Informasi
Tata Usaha dan Distribusi
TataLetaVlay
Out Alamat RedaksiProf. Dr. Aswanto S.H.M.S.DFM.
Dekan Fakultas Hukum Unhas
Prof. Dr. Faisal
Abdullah
S.H.M.Si. Prof. Dr.Musakkir
S.H.MH.Prof. Dr.M.
Arfin
Hamid S.H.M.H. Winner SitorusS.H.M.H.LL.M.
Prof. Dr.
M.
Guntur HamzahS.H.M.H. Prof. Dr. Muh.Ashri
S.H.M.H.Prof" Dr. S.M. Noor. S.H.M.H.
Dr. Anshory Ilyas S.H.M.H. Prof. Dr.Achmad
Ali
S.H.M.H. Prof. Dr.M.
LaicaMarzuki
S.H.Prof. Dr.
Abdul
Razak SH.MH. Dr. Sudirman Saad S.H.M.H.Prof. Dr. Hikmahanto Juwana S.H.
LL.M
(UI
Jakarta Prof.Dr.Syafri Nugraha,S.H.LL.M.
p.hD(UI
Jakarta) Dr. JazimHamidi
S.H.M.H. (Unibraw Malang)Prof. Dr. Farida Patitringi S.H.M.H. Dr. Hamzah
Halim
S.H.M.H. MaskunS.H.LL.M.
Muhammad Hasrul S.H.M.H. Marwah S.H.M.H.
Syamsul
Zulkamain.
Kantor Fakultas Hukum Tamalanrea
Jl. Perintis Kemerdekaan
KM.
10, Tamalanrea, Makassar, 90245Telp/Fax:
04ll
-5872t9;
08t3426 1 1 688adm i n @j urn a I amanna gaopa. com
j urn alamanna gappa. c om
Hak Cipta
Dilindungi
Undang-UndangDilarang keras mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
Izin
tertulis dari penerbitAll
rights reservedConfidential information
-
Not
to be without written permission from publisherANALISIS YURIDIS
MALPRAKTIK
DOKTER
DI
RUMAH SAKIT
Oleh:
Amir
Ilyas
Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
Abstract:
On
his
way,not
all
of
the alleged malpractice
isproven
in
court.
Even someaf
the alleged malpractice allegationsto
the doctorjust
a
camoufiagein
order
to
obtaincompensation performed by the patient's
family,
Facing such conditions, today has become a necessityfor
doctorsto
better understand the legal aspects of their profession,including
rte criminal
law. The offenses addressed to physicians as a resulto|mitpiactice
octions arefune,
setforth
in the Book of Criminal LawAct
(hereinafter abbreviated and thepenal
Code)wd
in the penal provisions contained in other legislation.Kqwvords : Malpractice, D octor,
Hospital
Abstrak: Dalam perialanannya,
tidak
semua dugaanmalpraktik terbukti
di
pengadilan.fuhkan
tidak sedikit dugaan malpraktek yang dituduhkan kepada dokter hanya merupakank'onuflase dengan
tuiuan
rnemperolehganti rugi yang
dilakukan oleh
keiuarga pasien. lfrenghadapi kondisi demikian, dewasaini
sudah menjodi kebutuhan bagi dokter untuk lebihwmahami
ospek-ospek hukumdalam
menjalankanprofesinya,
termasuk hukum pidana.Tindak
pidana
yang
dituiukan
kepadadokter
sebagaiakibat
tindakan
malpraktekyang
&,lakukannya,diatur
dalamKitab
(Jndang-undang HulatmPidana
(dan untuk selanjutnya'ffisingkat
KUHP)
maupundi
dalam
ketentuanpidono yang
terdapat
dalomperaturan
peran d an g - u n dan g an I a inny a.Kota
Kunci: Malpraktik,
Dokter, RumahSakit
'UI{DAHULUAN
Pada hakekatnya, Rumah Sakit adalah suatu
urganisasi
yang sifatnya memang
sudah honrpleks,kini
dengan perkemban ganzamanfu
teknologi makin lama makin bertambahhmpleks
pula bertambah padat modal, padatffiga,
padatteknologi,
dan padatpersoalan dnlam berbagaibidang
antaraLain:
hukum, c&onomi,etik,
HAM,
teknologi,
dan
lain-MiaJika
dahulu dalam
manajemen Rumahffiekit yang dipentingkan
adalah terutamadffitrblin kedokteran,
kini
ditambah
pulafugan
disiplin
hukum, ekonomi, sosial danmmnnajsrnsn. Karena masing-masing
disiplin
m'rmmnpunyai prinsip dan sudut pandang yang
berlainan, maka seringkali berbenturan satu sama
lain.
Spencer pernah mengutip ucapansalah
seorangmanajer
dari
St
Thomas,s Hospital, I yang meng atakanbahwa:"Running a
big
business ls apiece
of
cake compared
with
running
a
hospital.A
hospital
is
about
the
most
comlexinstitution there
is"
Perkembangan
ilmu
pengetahuandan teknologi
di
bidang
kedokteran yangpenerapannya
dilalarkan
di
Rumah
Sakit membuat bertambahkompleks
manajemenRumah
Sakit.
Masyarakat
bertambah1
J.A.Spencey Managemen in Hospital, Fqver and Faber,24 Russel Square London, 1969, dikutip dari J. Guwand| Hospital Law,Balaipenerbit FK-UI, Jakarta, 2005, hlm. 4.Profesi
dokter
merupakanprofesi
yang begitu mulia, karena dokter merupakan salahsatu tempat bagi
pasien
menggantungkanharapan
untuk
dapat sembuh
daripenyakit yang dideitanya. Harapan
yang digantungkanoleh
seorang pasienmeliputi
pula
kepercayaan sepenuhnya bahwa dokterakan
mengusahakan
yang terbaik
untukkesembuhannya.
Suatu tugas
yang
cukup
berat dan
sekaligus
mulia
yang
diembandokter
menuntut
kehati-hatian
dalammenj alankan profesi tersebut.
Berbagai kepustakaan hukum kedokteran
menyebutkan
bahwa dalam
menjalankanprofesinya,
seorangdokter tidaklah
dapat
menjamin
kesembuhan
pasien.
Seperti
diketahui,
tubuh
manusia penuh
dengan
berbagai
kemungkinan
dan
kekhasan.Keberadaan
dokter
adalah
berkewajibanmengusahakan
penyembuhan
pasiennya,yang
disebut
juga
kontrak
terapeutik.Dalam hal
ini,
tidaklah berarti
dokter harusmenjamin hasilnya.
Apabila muncul
hasildari
tindakanmedis yang
tidak
diharapkanssperti kematian, sepenuhnya menjadi resiko pasien yang bersangkutan.2
Kendatipun
mengemban
tugas
mulia,seonmg
dokter
tetaplah manusia,
yang
mmgkin
salah dankhilaf
dalam menjalankanprofesinya. Walaupun pada dasarnya seorang
dokter
berrnaksud
unfuk
memberikanpertolongan
kepada
pasiennya,
tidakmenutup kemungkinan
terjadi
kesalahan30
I
Jurnal ILnuHukumAMANNAGAppA I Vol. t9 Nomor t,Maret2|ttkritis
terhadap pelayanan pengob atan yangdiberikan. Maka perlu dipersiapkan langkah_
langkah terhadap dampak
hukum
yarry mungkintimbul
terhadap manajemen Rumah Sakit akibat tuntutan dari pasienbaik
secara Perdata maupun pidana.dalam memberikan
tindakan medik
yang dapat mengakibatkan kerugianpada pasien. Kesalahan dokter dalam menjalankan profesi
medis yang
tidak
sesuai dengan
standar
profesi medis dalam menjalankan profesinya,
dikenal
denganistilah mal
praktek.3Akibat
Malpraktek, tidak sedikit pula yang akhirnya berakhir
di
persidangan rlan terhadap dokter tersebut,dijatuhi
sanksi pidana berdasarkanhukum yang berlaku.
Di
sisi lain,
masyarakat pengguna jasamedis
pun
menjadi
lebih
sadarakan
hak_haknya.
Masyarakat
menjadi
lebih
kritis
terhadap
setiap
tindakan
dokter
dalam
merawat pasiennya.
Hal
ini
menuntut pulakehati-hati an yang lebih dari seorang dokter.
Dalam
perjalanannya,
tidak
semua dugaanmalpraktik terbukti
di
pengadilan.Bahkan tidak sedikit dugaan malpraktek yang dituduhkan kepada dokter hanya merupakan kamuflase dengan tujuan memperoleh
ganti
rugi
yang
dilakukan
oleh
keluarga pasien.Menghadapi
kondisi
demikian,
dewasaini
sudah menjadi kebutuhan
bagi
dokter untuklebih
memahami aspek-aspekhukum
dalammenjalankan profesinya, termasuk
hukumpidana.
Tindak pidana yang ditujukan
kepadadokter
sebagai akibat.tindakan
malpraktekyang
dilakukannya,
diatur
dalam
Kitab
Undang-undangHukum pidana
(dan untuk
selanjutnya
disingkat
KUHP)
maupun
di
dalam ketentuan pidana yang terdapat
dalamperaturan perundang_undangan lainnya. Mengacu pada
KtIHp,
Jenis tindak pidanayang
dapat didakwakan kepada dokter yang melakukanmal
praktek dalam menjalankanprofesinya,
diantaranya
adalah
tindakpidana kelalaian yang
mengakibatkan luka2
J. Guwandi,Dalder dan Hukum:19g6, hlm. l5_lgAMANNAGAPPA
Jurnal Ilmu Hukum AMAI\NA GAppA I Vol. 19 Nomor l, Maret
20ll
I
,,
atauluka
berat (Pasal 360KUHP)
ataupunmengakibatkan kematian (pasal 359
KUHP),
yang dikualifikasikan
dengan
pemberatanancaman
pidananya
bila
dilakukan
dalamrangka
melakukan pekerjaannya
(pasal361 KUHP).
Sedangkanpidana
lain
yangbukan kelalaian yang
mungkin
didakwakandiantaranya adalah
pembuatan keteranganpalsu (Pasal 267-268
KUHP),
aborsiillegal
(Pasal
349 KUHP
jo
Pasal
347
dan
348KUHP),
Penipuan
(Pasal 382
bis),
serta Euthanasia (Pasal 344 KUHP).Melihat
ada kemungkinan
terjadinya malpraktek secara sengaja, namun sebagian besar malpraktektefadi
diluar
adanyaulsur
kesengajaan.Dalam
hal
ini,
telah
tedadikelalaian medis yang dilakukan dokter dalam menjalankan profesinya. Dalam
kondisi ini,
bukan berarti bahwa dokter tersebut
dapat terbebas dari pertanggungjawaban hukum.PEMBAHASAN
DAN
ANALISIS
Pengertian
Rumah Sakit dan
Pelayanan KesehatanRumah
sakit
berasal bahasa Belanda, dariterjemahan Zeikenhuis. Walaupun
bahasa Belanda mengenal kata hospital,Ziekberarti
sakit,
zieken
berarti banyak orang
sakit, sehingga diterjemahkan menjadi rumah paraorang sakit dan dipersingkat menjadi rumah sakit.
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia menyebutkan bahwa rumah sakit adalah :"Gedung tempat merawat orang sakit
atau
gedung tempat
menyediakan danmemberikan pelayanan kesehatan yang
meliputi
berbagai masalah kesehatan." Selain itu, Ensiklopedi Nasional Indonesiamemberikan defenisi bahwa Rumah
Sakitadalah:
"Sarana yang menyediakan pelayanan kesehatan
rawat
jalan dan rawat
inap. Rawatj alan berupaklinik
yang bergantungpada
besarnyarumah sakit yang
daptbersifat tunggal atau
terdiri
dari
banyakbagian
sesuai pelayanan
spesialistik.Sedangkan
yang
adapada
rawat
inapadalah melayani pasien
yang
diperludirawat, yang
biasanya
terbagi
dalambagian-bagian
sesuai
jenis
penyakit, kelompok umur dan jeniskelamin."
Sedangkan
menurut rumusan
WorldHealth
Organization
(WHO),
rumahsakit
adalah: "Usaha
yang
menyediakanpemondokan
yang
memberikan
jasa pelayanan medik jangka pendek dan jangkapanjang yang
terdiri
atas tindakan observasi,diagnotik, terapeutik, dan
rehabilitatif
untuk orang-orangyang
menderita
sakit,
terlukadan untuk mereka yang melahirkan.,'
Departemen Kesehatan
memberikan pengertian rumah sakit sebagai berikut:"Rumah sakit
adalah
sarana upayakesehatan
yang
menyeleng garukanpelayanan
kesehatan
serta
dapatdimanfaatkan
untuk
pendidikan
tenaga kesehatan danpenelitian. Upayape lay anankesehatan
yang
diselenggarakan olehrumah sakit meliputi
pelayanan rawatinap,
rawat
jalan,
pelayanan
gawat darurat, pelayananmedik
dan pelayanan penunjang medik dan nonmedik."
Rumah
sakit
sebagai salahsatu
saranakesehatan,
dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:4L.
Berdasarkan
pada penyelenggarapemilik
dan Rumah sakit dapat dibedakan menjadirumah sakit
pemerintah danrumah
sakit swasta. Rumah sakit pemerintahdimiliki
dan
diselenggarakanoleh
Departemen4
Sri Paptianingsih, Kedudukan Hukum perawatdalam Upaya Pelayanan Kesehatan
di
Rumah Sakit, Jakarta: Rajagarafndo Persada, 2006, h. 93-94.,,
ll
Jurnal Ilmu Hukum AMANNA GAppA I Vot. 19 Nomor t, Maret 201 IKesehatan,
Pemerintah Daerah,
ABRI
Pelayanan kesehatan dapat
dibedakan (sekarangTNI
danPOLRI),
danBUMN.
dalam dua golongan yakni:5Rumah
sakit
swasta
dimiliki dan
L. Pelayanan kesehatanprimer
Qtrimarydiselenggarakan oleh yayasan yang
sudah
health care),atau pelayanan kesehatandisahkan sebagai badan hukum dan
badan
masyarakat
adalah
pelayananlain yang bersifat sosial.
2.
Berdasarkan
padajenis
pelayananBerdasarkan
bentuk
pelayanannyarumah
sakit
dapat
dibedakan
menjadirumah
sakit
umum (RSU) dan
rumahsakit
khusus.Rumah sakit umum
adalahrumah
sakit
yang memberikan pelayanankesehatan
untuk
semua
jenis
penyakitdari yang
bersifat
dasar sampai dengansubspesialistik.
Rumah
sakit
khusus adalah rumah sakit yang meyelenggarakanpelayanan kesehatan
berdasarkanjenis
penyakit tertentu atau
disiplin
ilmu. Misalnya Rumah Sakit Paru-paru, Rumah Sakit Jantung, dan sebagainya.3.
Berdasarkan
klasifikasi
Berdasarkan
pada
kemampuan pelayanan, ketenagaan,fisik,
dan peralatanyang
dapat tersedia,rumah
sakit
umumpemerintah
dan
daerah
diklasifikasikan sebagai berikut :1.1.
RSU
kelas
A
mempunyai
fasilitasdan
kemampuan pelayanan
medisspesialistik
luas dan
subspesialistik luas.1.2.
RSU
kelas
B
mempunyaidan
kemampuan
pelayananfasilitas medis sebelas sekurang-kurangnya
spesialistik
dan subspesialistik terbatas.1.3.
RSU
kelas
C
mempunyai
fasilitas dan kemampuanpelayanan
medisspesialistik dasar.
1.4. RSU kelas
D
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar.kesehatan
yang paling
depan,
yangpertama
kali
diperlukan
masyarakat pada saat mereka mengalami gangguankesehatan atau kecelakaan.
2.
Pelayanan kesehatan
sekunder
dantersier (secondary
and
tertiary
healthcare),
adalah
rumah
sakit
tempatmasyarakat
mendapatkan perawatanlebih lanjut.
Pelayanan
kesehatan masyarakat padaprinsipnya
mengutamakan
pelayanan kesehatanpromotif
dan prefentiv. pelayananpromotif
adalah
upaya
peningkatankesehatan
masyarakat
kearah
yang
lebihbaik lagi
dan prefentiv untuk mencegah agar masyarakat terhindar dari penyakit. Sebabitu
pelayanan kesehatan tidak hanya tertuju pada pengobatanindividu
yang sedang sakit saja.Dalam
rangka menunjang
terwujudnyapelayanan kesehatan yang
baik
dan optimal, pemerintah menetapkan berlakunya standarpelayanan medis
di
rumah sakit dan standarpelayanan
rumah sakit.
Standar pelayananmedis tersebut merupakan sendi utama dalam
upaya
peningkatanmutu
pelayanan medisdi
Indonesia. Standar polayanan meedisini
merupakan hukum yang mengikat para pihak
yang berprofesi
di
bidang
kesehatan, yaituunfuk
mengatur
pelayanan kesehatan danuntuk
mencegahterjadinya kelalaian
staf
medis dalam melakukan tindakan medis.6
5
J"^1t^J"*rAsuransi
Kesehatan dalam Bench-marking Rumah Sakit dalam Menghadapi Krisis Ekonomi,Univ. Sumatera Utara:ppS, 2002, h. 2.6
Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan per-tanggungjawaban Dokter, Jakarta: Rineka Cipta,2005,h.43.
Jurnal Ilmu Hukum AMANNA GAppA I Vol. 19 Nomor l, Maret
201I
I
,,
r
I
I
t Dt
t
Standar pelayanan medis
terdiri
dari duabagian.
Pertama,memuat tentang
standarpenyakit dengan dua belas spesialisasi kasus-kasus penting, yaitu:7
1.
Bagian bedah;2.
Bagian bedah ortopedi;3.
Bagianjiwa;
4.
Bagian kardiologi;5.
Bagiankulit
dan kelamin;6.
Bagian obstetri dan ginekologi;7.
Bagian paru;8.
Bagian penyakit dalam;9.
Bagian penyakit anak; 10. Bagian saraf;11. Bagian mata;
12.
Bagian telinga,
hidung
dan tenggorokan.Sedangkan
bagian standar
pelayanan medis yang kedua meliputi:1. Bagian anestesi;
2.
Bagianpatologi,
anatomi, forensik,klinik;
3.
Bagian radiologi.Rumah
sakit
adalah tempat
untukmenyelenggarakan
salah
satu
upayakesehatan
yaitu
upaya pelayanan kesehatanftealth
services). Dalam Pasal58 dinyatakanpula
bahwa
sarana kesehatan
tertentuharus berbentuk badan
hukum
antaralain
rumahsakit.
Ini
berarti
bahwarumah
sakittidak
dapat
diselenggarakanoleh
orangperorangan
(individu, natuurlijk
persoon),Etapi
harus
diselenggarakanoleh
suatubadan
hukum
(rechtspersoon)
yang
dapat berupa perkumpul an, yayasafi atau perseroan Erbatas.8Pelayanan kesehatan merupakan usaha
5i,mg
dilakukan oleh
pemerintah
bersamamasyarakat
dalam rangka
meningkatkan,1
lbid.,h.44.t
lbid.,memelihara,
dan
memulihkan
kesehatan penduduk yang meliputi pelayanan preventif, promosi, kuartif, dan rehabilitatif. Dalam artisempit,
vpayaitu
dilakukan oleh
lembaga-lembaga
yang
memberikan
pengobatan kepada seseorangyang
sakit, dalamhal ini
adalahrumah sakit.e
Hubungan
PasienoDokter dan
Rumah
Sakit
Transaksi
terapeutik
merupakan perjanjianantwa pasien dengan
dokter
dan/atau rumahsakit, transaksi
ini
berupa hubungan hukumyang
melahirkan
hak dan
kewajiban
bagi kedua belah pihak. Berbeda dengan transaksiyang
biasa
dilakukan
oleh
masyarakat,transaksi terapeutik
memiliki
sifat
atauciri
khusus
yang
membedakannya denganperjanjian
pada umumnya. Kekhususannyaterletak pada atau
mengenai
objek
yangdiperjanjikan.
Objek
yang
diperjanjikanini
adalah berupaupaya
atauterapi
untuk penyembuhanpasien.
Jadi
perjanjian
atautransaksi
terapeutik
adalah transaksi untuk menenfukan atau upaya mencari terapi yangpaling tepat bagi pasien yang dilakukan oleh dokter. Jadi menurut hukum, objekperjanjian
ini
bukan
kesembuhanpasien,
melainkanmencari upaya yang tepat untuk kesembuhan pasien.ro
Sebagaimana umumnya suatu perikatan, dalam transaksi terapeutik juga terdapat para
pihak yang
mengikatkandiri
dalam
suatuperikatan atau perjanjian. Yaitu rumah sakit/ dokter sebagai pihak yang memberikan atau melaksanakan pelayanan
medis dan
pasiensebagai
pihak yang
menerima
pelayanan9
Sri Praptianingsih, Kedudukan Hukum perawatDalam Upaya Pelayanan Kesehatan
Di
RumahSakit, Jakarta: Rajagrafindo persada, 2006, h.19. 10 Bahder Johan Nasuti on, Op.Cit., hal. I 1.
t
I
]
,O
ll
Jumal Ilmu Hukum AMANNA GAPPA lVol. 19 Nomor l, Maret 2011Hubungan
hukum
ini
bersumberpada
Selanjutnya apabila dilihat dari hubungan kepercayaanpasien terhadap dokter,sehingga
hukum yangtimbul
antara pasien dan rumahpasien bersedia memberikan persetujuan
sakit
dapat
dibedakan
pada
dua
macamtindakan
medik
(informed consent),
yaitu
perjanjian, yaitu:medis. Jadi
secaraumum,
apa yang diaturdalam perjanjian menurut
Buku
III
Kitab
Undang-undang
Hukum
Perdata,
berlakupula
dalam perjanjian terapeutik.
Hanyasaja
dalam
perjanjian terapeutik,
adakekhususan
tertentu,
yaitu
tentang
ikrar
atan
caramereka
mengadakan perjanjian. Sebab dalam perjanjian terapeutik dijelaskanbahwa
dengan kedatangan pasien kerumahsakit tempat dokter
bekerja, dengan tujuanuntuk
memeriksakan kesehatannya
atauuntuk
berobat, telah dianggap adanya suatu perj anj ian terapeutik. I tsuatu
persOtujuanpasien
untuk
menerlmaupaya
medis
yang
akan
dilakukan terhadapnya.Hal
ini
dilakukaflnya
setelah mendapatinformasi dari dokter
mengenaiupaya
medis yang
dapat dilakukan
untukmenolong
dirinya,
termasuk
memperolehinfomasi
mengenai segala
resiko
yangmungkin terjadi.t2
Namun
ada
kondisi
lain
Yangmemungkinkan
adanyahubungan
hukumantaru
dokter
dan
pasien adalah
karena keadaan pasien yang sangat mendesak untuk segera mendapatkan pertolongan dari dokter.Misalnya dalam
kecelakaan
lalu
lintas, terjadi bencana alam maupun karena adarryasituasi
lain
yang
menyebabkan
keadaanpasien sudah
gawat,
sehingga menyulitkanbagi
dokteruntuk
mengetahui dengan pasti kehendak pasien. Dalam keadaan sepertiini
dokter langsung melakukan apa y ang disebutdengan
zaahuaarneming
sebagaimanadiatrr
dalam Pasal1354 KUHPerdata, yaitutt
rbid. hd. 1212 lbid. hal.28
suatu bentuk hubungan hukum yang
timbul
bukan karena adanya "persetujuan tindakan
medik" terlebih
dahulu, melainkan
karena adanyakeadaan yang memaksa atau keadaan darurat.r3Dalam hal pasien lkeluarganya menyqtujui
advis dokter untuk
menjalani perawatandi
rumah sakit dan rumah sakit bersedia untuk
memberikan pelayanan kesehatan
yangdiperlukan pasien, maka hak dan kewajiban pasien dan
dokter
serta rumahsakit timbul
sejak
pasien masuk kerumah
sakit
untukmendapatkan pelayanan kesehatan.
a) Perjanjian perawatan, dimana terdapat
kesepakatan antara
rumah sakit
danpasien bahwa
pihak
rumah
snkitmenyediakan
kamar
perawatan
dm
di
mana tenaga perawatanmelakukm
tindakan perawatan.b) Perjanjian pelayanan medis,
di
mrna
terdapat
kesepakatan
antata
rum*
sakit
dan pasien bahwa tenaga medio pada rumah sakit akanberupayasecar
maksimal
untukpasien
melalui
tindakanInspannings Verbintenis .
Hubungan
hukum yang
terjadipasien
dan rumah sakit
termasukperjanjian pada umumnya yang dalam
1234
BW
ditentukan
bahwaperikatan adalah untuk memberikan untukberbuat sesuatu, atau
untuktidak
sesuatu".
Dalam perjanjian
ini
rumah sakit adalah untuk melakukan sehingga pasien mendaPatkanAMAIINAGAPPA
Jumal Ilmu Hukum AMANNAGAPPA I Vol. 19 Nomor l,
'il
Maret20ll
ll,t
Tindakan utamanya memberikan pelayanan
kesehatan
yang antar
lain
dilakukan
olehdokter dan perawat.ra
Sebagai suatu perjanjian, maka hubungan
antara
pasien
dengan
rumah
sakit
harusmemenuhi syarat sahnya suatu
perjanjianyang ditentukan dalam Pasal 1320
BW
yaitu:t5
L)
kesepakatan
para pihak
yang mengikatkan dirinya;2)
kecakap an paru pihak untuk membuat perikatan/melakukan kesepakatan;3)
suatu hal tertentu;dan4)
suatu sebab yang halal.Dengan
adanya ketentuandi
atas makaproses terhadap kepastian
perlindungan hukumbagi
pasien dan rumahsakit
terjadi denganlahirnya kata
sepakatyang
disertaidengan kecakapan
untuk
bertindak
dalamperjanjian,
diantarapasien
dengan dokter/tenagakesehatan danrumah sakit. Pasien dapat
mengajukan gugatan
pertanggungjawaban berdasarkanpada
wanprestasi (contractualliability)
sebagaimanadiatur dalam
pasal1239
KUHPerdata,
juga
berdasarkanpada
perbuatan melanggar
hukum(onrechtmatigedaad) sesuai dengan ketentuan
psal
1365 KUHPerdata.Dari
hubungan
hukum
yang
terjadimtara
pasien,dokter dan rumah sakit lalu
nelahirkan
hak
dankewajiban
bagi
paraFlak.
Sebagaimana yangdiatur
dalamUU
W{o.2912004
tentang
Praktek
Kedokteranksal
52
yang
menentukanpasien
dalammerima
pelayanan pada praktik kedokileran, mempunyai hak:a.
mendapatkan
penjelasan
secaralengkap tentang tindakan
medisSri Praptianin gsih, Op.cit., Hal.ll2.
Ibid. Hal.30
c.
d.
e.
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal45
ayat (3);meminta pendapat dokter atau dokter
gigi
lain;mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
menolak tindakan medis; mendapatkan isi rekam medis.
Selain
hak
pasien
yang diatur
dalamUU
Praktek
Kedokteran,
hak-hak
pasien sebagai konsumen jasa pelayanan kesehatanjuga terdapat
dalamUU
No.8/1999 tentangperlindungan konsumen Pasal 4, y aitu:16
a.
hak atas kenyamanan, keamanan, dankeselamatan
dalam
mengonsumsi barang dan/atau jasa;b, hak untuk
memilih
dan mendapatkanbarang
dan/ataujasa
sesuai
dengannilai
tukar
dankondisi
sertajaminan
yang dijanjikan;c.
hak atas infomasi yang benar, jelas danjujur
mengenaikondisi
danjaminan
barang danlatau jasa;
d.
hak
untuk
didengar
pendapat
dankeluhannya atbs barang danlatau jasa yang digunakan;
e.
hak
untuk
mendapatkan
advokasi,perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa
perlindungan
konsumen secara patut;f.
hak untuk
mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;g.
hak untuk
diperlakukan atau dilayani secarabenar dan
jujur
serta
tidak
diskriminatif;
h.
hak
untuk
mendapatkan kompensasi, ganti rugi dar/atau penggantian, apabilabarang
dan/ataujasa yang
diterima 16 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentangPer-lindungan Konsumen, Pasal 4.
b.
m
n$
,U
ll
Jumal IImu Hukum AMANNA GAppA I Vol. 19 Nomor t, Maret 20l ltidak
sesuai dengan
perjanjianatautidak sebag aimana mestinya;
i.
hak-hakyang diatur
dalam ketentuanperundang-undangan lainnya.
Disamping hak, pasien juga mendapatkan kewajiban yang
lahir
dari hubungan hukumyang dilakukanny a, yaitu :
a.
Memberikan infomasi yang lengkapb.
Melaksanakan
nasihat
dokter
atau tenaga kesehatanc.
Berterus terang apabllatimbul masalahdalam
hubungannya
dengan
dokteratau rumah sakit
d.
Memberikan imbalan jasae.
Memberikan
ganti
rugi
apabilatindakannya
merugikan dokter
atau rumah sakit.rTBerdasarkan
pada perjanjian
terapeutik yang menimbulkan hak dan kewajiban bagipara pihak, dokter
juga
mempunyai
hakdan kewajiban
sebagai pengemban profesi.Hak-hak dokter
sebagai pengemban profesiadalah:r8
a.
Hak
memperoleh
informasi
yangselengkap-lengkapnya
dan
sejujur-jujurnya
dari
pasien
yang
akandigunakannya
bagi
kepentingandiagnosis maupun terapeutik.
b.
Hak atas imbalan jasa atau honorariumterhadap pelayanan yang diberikannya
kepada pasien.
c.
Hak
atasitikad baik
dari
pasien ataukeluarganya
dalam
melaksanakantransaksi terapeutik.
d. Hak
membeladiri
terhadap tuntutanatau
gugatan pasien atas
pelayanan kesehatan yang diberikannya.keluarganya.
Di
samping itu,juga
dokter mempunyaikewajiban
yang
harus
dilaksanakan, kewajiban tersebut meliputi:a.
Kewajiban umumb.
Kewajiban terhadap penderitac.
Kewajiban terhadap teman sejawatnyad.
Kewajiban terhadapdiri
sendiri.Dalam hal rumah sakit pemerintah, maka dokter dan perawatyangbekerja pada rumah
sakit
tersebut
tidak
menjalankanhak
dankewajibannya sebagai aparut melainkan hak
dan kewajiban rumah
sakit
sebagai badan hukumpublik.
Sebab itu tanggungjawab darisemua tindakan yang bersumber dari hak dan
kewajiban menjadi
tanggungjawab rumahsakit.re
Dalam
hubungan
antara
rumah
sakitdengan pasien,
rumah
sakit
menawarkanupaya
pelayanan kesehatan
denganmeyediakan sarana, prasarana,
dan
sumber daya kesehatan. Rumah sakit memikul beban tanggung gugat apabila pelayanan kesehatanyang
diberikan
tidak
memenuhi
standarpelayanan
rumah
sakit
dan
standar profesitenaga kesehatan.
Rumah
sakit
merupakan
organ
yangmempunyai kemandirian
untuk
melakukanperbuatan
hukum.
Oleh
karena
itu,
rumahsakit yang dipandang sebagai ,,recht
person,
juga
dibebani
hak
dan
kewajiban.
Secaraumum hak rumah sakit
dalam
pelayanan kesehatan antat a lain :20
1)
Membuat peraturan rumah sakit;2)
Mensyaratkan pasienunfuk
mentaatisegala peraturan rumah sakit; 19 lbid.hal.206.
20 Indar, Tanggungjawab Hukum Rumqh Sakit Dalam
Pelayanan Kesehatan : Suaru persfektif Hukumke_
sehatan Di Indonesia,Jurnal Ilmu HukumAmana_ gappaVol. 12, Juni, 2004,hal.204.
l7
l8
e.
Hak
untuk
memperoleh
persetujuantindakan
medik
dari
pasien
atauBahder Johan Nasuti on, Op. Cit., hal.34. Ibid. hal. 31.
lt
Jumal Ilmu Hukum AMANNA GAppA I Vol. 19 Nomor I , Maret
2011
ll
,,
3) Mensyaratkan
pasien
untuk
tundukdan taat terhadap segala instruksi yang
diberikan oleh dokter kepadanya;
4)
Memilih
dan meyeleksi tenaga dokleryang
akan
dipekerjakanpada
rumah sakit yang bersangkutan;5)
Menuntut
pihak-pihak
yang
telahmelakukan wanprestasi kepada rumah
sakit
Sedangkan kewajiban rumah sakit selain diatur dalam hukum dan peraturan perundang-undangan, juga dirumuskan dalam Kode
Etik
Rumah Sakit yang meliputi:2r
1)Kewajiban
umum
rumah
sakit
yang meliputi:a. mengawasi
serta
bertanggung jawabterhadap semua kejadian di rumah sakit (corporate
liability);
b. memberikan pelayanan yangbaik
(duty
ofdue
care);c. memberikan pertolongan
emergency tanpa mengharuskan pembayaran uang muka lebih dahulu;d. memelih ara peralatan dengan
balk
agarselalu dalam keadaan siap pakai;
e.
merujuk
kerumahsakit lain
jika
tidaktersedianya
peralatan
atau
tenaga spesialis yang dibutuhkan oleh pasien. 2)Kewajiban
rumah sakit
terhadapmasyarakat
yakni
harus berlakujujur
dan peka terhadap saran dankritik
masyarakatdan
berusahaterjangkau
pasien
diluar
dinding rumah sakit;
3)
Kewajiban rumah
sakit
terhadap pasien,yakni:
a.
mengindahkan hak-hak asasi pasien;b.
memberikan penjelasan
apa
yangdiderita pasien dan
tindakan
apa yangharus
dilakukan serta
resiko
yang
gil lbid.hal.26.mungkin
timbul;
c.
meminta
persefujuan consent);(informed
d.
menjaga rahasia pasien.4)Kewajiban rumah sakit
terhadap tenaga staf, yakni:a. Mengadakan seleks
i
tenaga dokter; b. Mengadakan kordinasi yangbaik
antarseluruh tenaga dirumah sakit;
c.
Mengawasi
agat
segala
sesuatudilakukan berdasarkan standar profesi;
d. Berlaku adil.
Karena dipandang sebagai badan hukum
yang memiliki hak
dan kewajiban,
rumahsakit
dapat dimintai
pertanggungiawabanapabila
terjadi
suatu
perbuatan
melawanhukum. Rumah
sakit
secara institusionalbertanggungjawab
terhadap
segala konsekuensi yangtimbul
berkenaan denganpelanggaran terhadap
kewajibannya
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.22Sehubungan
dengan
tanggungjawab rumah sakit yang berkaitan dengan personaliadikenal tiga
doktrin
yaitu231)
Wcarious
Liability atau
RespondentSupuerior
Prinsip utama
doktrin
ini
adalah atasanlahyang
bertanggung
jawab atas
semuakerugian yang
ditimbulkan
oleh bawahan. Rumah sakit bertindak sebagai atasan daristaf rumah sakit yang bertindak
sebagai bawahan.2)
Hospital
Liability
Menurut
doktrin
ini
rumah
sakit bertanggungjawab
atas semua kejadianatau peristiwa
di
dalam rumah
sakit. Dalam hal kesalahan seorang dokter, makatanggungjawab
akan diambil
alih
oleh22 lbid. ha1.205.
23 lbid.hal.207-201.
,t
I
Jurnal Ilmu Hukum AMANNAGAPPA lVol. 19 Nomor l, Maret 20llrumah sakit. Pihak rumah sakit kemudian akan menggunakan
hak
regresnya untukmeminta ganti rugi kembali kepada dokter
yang melakukan kesalahan tersebut. 3l
strict
Liabilw
Dalam doktrin
ini
dianut bahwa
rumahsakit
bertanggung
jawab
atas
semuakejadian terlepas
dari
kesalahan rumahsakit
tersebut.Disini
berlaku asas
"Res IpsaLaquitor"
yaitu fakta yang berbicara.Pengertian
danUnsur-unsur
Malpraktik
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga
menyebutkan
istilah
malpraktik
denganmalapraktik yang diartikan dengan:
Praktik
kedokteranyang
salah,tidak
tepat, menyalahi
undang-undang atau kode etik.Sementara
itu
kamus
Inggris-Indonesiacetakan
ke
dua
belas
mengartikan'malpractice' atau malpraktik sebagai:24
L.
Salah
mengobati,
cara
mengobati pasien yang salah;2.
Tindakan yang salahBlack's
Law
Dictionary
menYebutkan bahwa:"Malpraktik
adalah
setiap
sikap/tindak
yang salah, kurang keterampilandalam ukuran yang
tidak
wajar.
Istilahini
umumnya
digunakan terhadap sikaptindak dari
para
dokter, pengacara, danakuntan. Kegagalan
untuk
memberikan pelayanan profesional dan melakukannyapada
ukuran tingkat
keterampilan
dankepandaian
yang
wajar oleh
teman sejawat rata-rata dari profesinyadi
dalammasyarakat, sehingga
mengakibatkanluka,
kehilangan, atau kerugian
Padapenerima layanan
yang
mempercayaimereka, termasuk didalamnya
adalahsikap-tindak
profesi yang
salah, kurang keterampilan yang tidak wajar menyalahi24
Kamus Inggris Indonesia, John M, Echols danHasan Shadilym Cetakan Ke dua belas.
kewajiban
profesi
atau hukum, praktik
yang
sangatburuk, illegal, atau
sikaptindak-amoral."
Veronika dalam bukunya
Hukum
Etika dalamPraktik Dokter
memberikan defenisi mengenai malpraktik sebagai berikut:2s"Istilah
malpraktik
berasal
dari malpractice yarLgpada hakikatnya adalahkesalahan
dalam
menjalankan
profesiyarLg
timbul
sebagai
akibat
adanbyakewajiban-kewajiban
yang
harusdilakukan dokter."
Sementara
itu
malpraktik medik menurutSafitri
Hariyani mengutip
dari
pendapatVortsman
dan Hector Treub
danjuga
atasRumusan
Komisi
Annsprakelijkheid
dariKNMG
(IDInya
Belanda) adalah:26"seorang
dokter
melakukan kesalahan profesijika
ia tidak melalcukanpemeriksaan,
tidak
mendiagnosis, tidakmelakukan sesuatu, atau tidakmembiarkan
sesuatu yang oleh dokter yang baik pada
umumnya
dan
dengan
situasi
kondisiyang sama, akan melakukan pemeriksaan
dan
diagnosis serta melakukan
atau membiarkan sesuafu tersebut."Contoh-contoh
malpraktik
adalah ketikaseorang dokter atau tenaga kesehatan:
a,
meninggalkan
kain
kasa
di
dalam rahim pasien;b.
melupakan
keteter
di
dalam
Perutpasien;
c. menunda persalinan
sehinggajanin
meninggal
di
dalam
kandungan ibunya;d.
menjahit
luka
operasi dengan
asal-asalan sehingga pasien terkena infeksi berat;e.
tidak mengikuti
standarprofesi
dan standar prosedur oPerasional.Adapun pemikiran tentang malpraktik
itu
sendiri antaralain dikemukakan oleh KartonoVeronika Komalawati. Op.Cit. hal. 87.
Safitri Hariyani, Op.Cit. hal. 63. 25
26
Mohamad (Mantan ketua
IDI),
bahwa: "Paradokter jangan
sok
kuasadan
menganggappasien cuma
perlu
dicecoki obat.
Pasienjangan
lagi
mau diam,
seharusnya pasien mempertanyakan resep, dosis dan jenis terapikepada
dokter
dengankritis.
Cari
pendapatkedua
dari
dokterlain
sebagai pembanding.Ini
memang
agak
susahkarena
sebagianmasyarakat
masih
menilai posisi
dokter begitutinggi."
Untuk menguji
apakahyang
dilakukandokter dalam
menjalankan
profesinya
itu
merupakan suatu
malpraktiki atau
bukan,Leenen menyebutkan
lima kriteria,
seperti yangdikutip
oleh FredAmeln,
yaitu:21l-.
Berbuat secara
teliti/seksama(zorgvulding hendelen)
dikaitkandengan kel alaiar, (culp a).
Bila
seorangdokter bertindak
onvoorzihteg, tidakteliti,
tidak
berhati-hati
maka
iamemenuhi unsur-unsur
kesalahan;bila
ia
sangattidak
berhati-hati,
iamemenuhi unsur Culpa
Lata;
2.
Yang dilakukan dokter sesuai ukuranilmu
medik
(Volgensde
medischestandoard);
3.
Kemampuan
rata-rata
(average)dibanding kategori keahlian
medisyang
sama (gemiddelde bewaamheid van gelijke medische categorie);4.
Dalam situasi dan konsdisi yang sama(ge I ij ke o m s t an d i n gh e d en) ;
5. Sarana
upaya
(middelen)
Yangsebanding/prop orsional (asas
proporsionalitas)
dengan
tujuankongkret
tindakan/Perbuatanmedis tersebut
(
tot
het
concreat handelingsdoel).27 FredAmeln, 1991. Kapita Selekta Hukum Kedok-teran. Grafrkatamalaya. Jakarta. hal. 87.
Jumal Ilmu Hukum AMANNA GAPPA I Vol. 19 Nornor l, Maret 201
I
ll
,,
Sungguh
tidak
mudah
menentukantindakan
dokter
itu
suatu
malpraktik
atau bukan. Dalam halini
sesuai dengan pendapatleenen,
menurut Guwandi,
ada pertanyaan yang harus dijawab:281. Apakah dokter
lain
yang
setingkatdengannya
tidak
akan
melakukan demikian?2.
Apakahtindakan dokter itu sedemikianrupa sehingga sebenarnya
tidak
akandilakukan
oleh
teman
sejawatnya uang lain;3.
Apakahtidak
ada unsur kesengajaan (opzet intentional);?4.
Apakah tindakan
itu
tidak
dilarang oleh undang-undang?5.
Apakahtindakan itu dapatdigolongkanpada suatu medical error?
6.
Apakah
terdapat
unsur
kelalaian(negligence)?
7.
Apakah
akibat
yang
timbul
itu
berkaitan langsung dengan kelalaiandari pihak dokter?
8.
Apakah akibat
itu tidak
bisadihindarkan
ata.u
dibayangkan(foreseability) ?
9.
Apakah akibatitu
bukan suaturisiko
yang melekat (inherent
risk)
pada tindakan medik tersebut?10.
Apakah
dokter
sudah
mengambiltindakan antisipasinya, misalnya
jika
timbul
reaksi
negatif karena
obat-obatan tertentu?Berkenaan dengan
hal
tersebut,Adami
chazawi
menyebutkan
bahwa
malpraktik medik terjadijika
dokter atau orang yang adadi
bawah perintahnya dengan sengaja atau 28 J. Guwandi. 2006. Dugaan Malpraktik Medik danDraft WP: perjanjian Terapuetik antara Dolder
dan Pasien. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta. hal. 14.
j
tl
/
OU
ll
Jurnal Ilmu HukumAMANNAGAppA I Vol. t9 Nomor l, Maret 201Ikarena kelalaian melakukan perbuatan
(aktif
atau
pasif)
dalam
praktik medik
terhadappasiennya
dalam
segala
tingkatan
yang
melanggar standar profesi, standar prosedur, atau prinsip-prinsip kedokteran, ata:u dengan melanggar hukum tanpa wewenang, denganmenimbulkan
akibat
kerugian
bagi
tubuh,kesehatan
fisik,
maupun
mental dan
atau nyawa pasien dan oleh sebabitu
membentuk pertanggungjawaban hukum bagi dokter.2eMenurut munir Fuady, agar suatu tindakan
dokter
dapatdigolongkan
sebagai tindakanmalpraktik
haruslah memenuhi
elemen-elemenyuridis
sebagai berikut:3oL.
Adanya tindakan dalamarti
,,berbuat,, atau"tidak
Berbuat" (pengabaian);2. Tindakan tersebut
dilakukan
olehdokter
atau
oleh
orang
di
bawah pengawasannya (seperti oleh perawat),bahkan
juga
oleh penyelia
fasilitaskesehatan, seperti rumah sakit,
klinik,
apotek,
dll;
3. Tindakan tersebut berupa
tindakanmedik, baik
berupa
tindakan diagnostik, terapi atau juga manajemen kesehatan;4.
Tindakan tersebut dilakukan terhadap pasiennya;5.
Tindakan tersebut dilakukan secara :a.
Melanggar hukum dan atau;b.
Melanggar kepatutan,
dan atau;c.
Melanggar kesusilaan, dan ataud.
Melanggar
prinsip-prinsipprofesionalitas.
5.
Dilakukan dengan
kesengajaanatau ketidak hati-hatian
(kelalaian/kecerobohan);
7.
Tindakan tersebut
mengakibatkan pasiennya mengalami:a.
Salah tindak, dan atau;b.
Rasa sakit, dan atau;c.
Luka, dan atau;d.
Cacat, dan atau;e.
Kematian, dan atau;f.
Kerusakan
pada tubuh dan
ataujiwanya,
dan atau;g.
Kerugian laiwrya terhadap pasien;PENUTUP
Demikianlah
penjelasan
mengenaiMalpraktik yang
dilakukan
oleh dokter
diRumah
Sakit.
Berdasarkanuraian
di
atas,maka
dapat disimpulkan
bahwa
Unsur-unsur malpraktek, yaitu:l.
Adanya unsur
kesalahan/kelalaian yangdilakukan oleh tenaga
kesehatan
dalam menj alankan profesinya;2.
Adanya
perbuatan
yang
tidak
sesuai dengan standar prosedur operasional;3.
Adanya
luka
berat atau
mati,
yangmengakibatkan
pasien
cacat
atau meninggal dunia;4.
Adanya
hubungan kausal,dimana
lukaberat
yang dialami
pasien
merupakanakibat dari
perbuatan dokteryang
tidaksesuai dengan standar pelayanan medis.
DAFTAR PUSTAKA
Guwandi,
J., Dokter,
Pasien,dan
Hukum,FKUI,
Jakarta,1996.,
Hospital
Law
(Emergingdoctrines
&
Jurisprudence)
FKUI,
Jakarta,2005. 29 Adami Chazawi, Malpraktik Kedokteran Tinjauan
Norma dan Dolcrtrin Hukum. Bayu Media publish-ing. Malang, 2007 . hal 5.
30 Munir Fuadi, 2005. Sumpah Hippocrates (Aspek
Hukum Malpraktik Doher). pT. CitraAditya
Bak-ti. Jakarta.hal.Z.
Jurnal llmu Hukum AMANNA GAPPA lVol. 19 Nomor 1, Maret
2011
ll Ot
Nasution, Bahder Johan, Hukum Kesehatan
P ert anggungj aw ab an D okt
er
Rineka Cipta, Jakarta,2005.Praptianingsih,
Sri,
Kedududkan
HukumPerawat
Dalam
Upaya
PelayananKesehatan
di
Rumah
Sakit,Raj agrafndo Persada, I akarta, 2006.
Veronica Komalawati, Peranan
Informed
Consent
Dalam
TransaltsiTerapeutik,
Citra Aditya
Bakti,
bandung,2002