• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN HAYATI (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN HAYATI (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012)"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Anggi Lianasari

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

(Studi Kuasi Eksperimen pada siswa Kelas X SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

ANGGI LIANASARI

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi keanekaragaman hayati pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar dengan menggunakan model Group Investigation. Penelitian ini menggunakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian adalah pretes-postes tak equivalen. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X.4 dan X.9 yang dipilih secara acak dengan teknik cluster random sampling. Data penelitian diperoleh dari rata-rata tes awal dan rata-rata tes akhir, kemudian dihitung selisihnya dan

diperoleh N-gain, serta lembar observasi aktivitas siswa. Analisis data menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan 5% dengan program SPSS 17.

(2)

Anggi Lianasari

iii

Indikator kemampuan berpikir kritis dengan kriteria tinggi sekali yang dicapai siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI yakni indikator penjelasan, interpretasi, dan inferensi. Aktivitas belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI juga mengalami peningkatan dari pertemuan I ke pertemuan II, dengan rata-rata peningkatan 11,59% lebih tinggi daripada yang menggunakan metode diskusi yaitu 7,29%, aspek kemampuan berdiskusi/

bekerjasama merupakan aktivitas dengan kriteria tinggi sekali yang dicapai siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe GI berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis dan meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok keanekaragaman hayati.

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Natar T.P 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

ANGGI LIANASARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

iv

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Natar T.P 2011/2012)

Oleh

ANGGI LIANASARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

v

Judul Skripsi : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI

PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN HAYATI (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Anggi Lianasari

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024007

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. Arwin Achmad, M.Si. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. NIP 19570803 198603 1 004 NIP 19770715 200801 2 020

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si

(6)

vi

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Arwin Achmad, M.Si. ____________

Sekretaris : Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 196003151985031003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Agustus1989 sebagai

anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Abdullah

Asrul Sani dan Ibu Sariyana.

Penulis memasuki pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak (TK) Seraphine

Bakhti Utama Jakarta pada tahun 1993, terselesaikan dan dilanjutkan masuk

jenjang Sekolah Dasar (SD) Seraphine Bakhti Utama Jakarta pada tahun 1995,

Tahun 2001 penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP

N 45 Jakarta Barat, namun karena pekerjaan dari orang tua, penulis harus pindah

sekolah dan melanjutkannya ke SMP Al-Kautsar Bandar Lampung yang akhirnya

terselesaikan pada tahun 2004. Kemudian penulis pun melanjutkan pendidikan

Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA N 1 Natar yang terselesaikan di tahun

2007. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi

Pendidikan Biologi Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa, penulis memiliki pengalaman berorganisasi yaitu

sebagai anggota Brigda BEM (Brigadir Muda Badan Eksekutif Mahasiswa).

Dan pada tahun 2011, penulis melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di

(8)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala

kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau berikan selama ini.

Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hatiku,

kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang paling ku sayangi

yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Ayahanda Abdullah.A.Sani dan ibunda Sariyana

Sosok mulia yang telah membesarkanku, mendidik serta mendoakanku dengan

penuh cinta dan kasih sayang yang tercurah tanpa batas, Orang tua yang selalu

berjuang untuk membesarkanku, dan mencukupkan segala kebutuhanku dalam

menyelesaikan pendidikanku. Takkan mungkin ananda dapat membalasnya

walau sampai akhir hayat, hanya Allah yang bisa membalas semua pengorbanan

papa dan mama. Mudah-mudahan kelak ananda dapat membahagiakan dan

membuat kalian bangga telah memiliki putri sepertiku.

I Love U

Iyang (Qyay Ronal), Dini, dan Indah

Terimakasih atas bantuan, doa, semangat dan motivasi untuk tetap terus maju

dan bertahan sampai akhirnya terselesaikan persembahan sederhana ini

Keluarga besarku, atas doa dan kasih sayangnya

Para pendidik dan dosen yang terhormat

Sahabat-sahabatku yang selalu ada baik dalam keadaan suka maupun duka.

(9)

MOTTO

“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah

penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa,

sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu”

(QS. An-Nissa : 86)

“Sukses adalah keberhasilan yang kamu capai di dalam menggunakan

talenta-talenta yang telah Allah berikan kepada kamu”

(Rick Devos)

“ Jangan pernah berkata tidak bisa maupun tidak sanggup, sebelum kaki ini

mencobanya sendiri, berusahalah karena dibalik usahamu terdapat rahasia

yang indah dari-Nya

(Penulis)

“ I can if I believe I can

Saya bisa jika saya yakin saya bisa”

(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pembelajaran Keanekaragaman Hayati (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Natar T.P 2011/2012)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila beserta para Pembantu

Dekan yang telah memberi izin penelitian.

2. Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3. Neni Hasnunidah, S. Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi.

4. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran-saran berharga.

5. Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku Pembimbing I yang dengan sabar membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Rini Rita T. Marpaung, S. Pd, M. Pd., selaku Pembimbing II atas kesabaran, arahan, masukan, dan bimbingannya.

7. Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed., selaku pembahas yang telah memberikan saran-saran berharga.

(11)

9. Drs. Suwarlan, M. MPd., selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Natar , yang telah memberi izin atas kepentingan penelitian.

10. Dra. Siti Subekti selaku guru mitra yang telah memberi masukan dan arahan selama penelitian.

11. Siswa-siswi kelas X. 4 dan X.9 SMA N 1 Natar atas kerjasama, keceriaan, kesungguhan dan perhatiannya selama penelitian, serta terima kasih pada semua pihak yang ada di SMA Negeri 1 Natar.

12. Kembali ucapan terimakasih teristimewa untuk keluargaku, papa,mama, kakak dan adik-adikku.

13. Kakak tingkatku angkatan 2005, 2006 dan adik tingkatku angkatan 2008, 2009, 2010, dan 2011 untuk motivasinya.

14. Teman-teman senasib dan seperjuangan, Dwi Anita, Martha Eka Putri, Deki Priasih, Rini Khoriyah, dan Yulita Sari, terimakasih untuk kebersamaannya selama ini.

15. Sahabat-sahabatku Eka Marma Azizah, Theodora Agatha A.A, Fitria Sandi, Nesia Premurdia, Weni Arisma, dan Tri Wahyuni, terimakasih atas

persahabatan yang indah ini, semoga persahabatan kita tetap terjalin hingga akhir hayat, jangan saling melupakan 

16. Teman-teman seperjuanganku Biologi 2007, khususnya bio 2007 NR terimakasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini. Persaudaraan kita sungguh indah.

17. Semua pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati yang tidak dapat di tuliskan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis

(12)

xiii

C. Pembelajaran konvensional ... 20

D. Kemampuan Berpikir Kritis………. 22

E.

Aktivitas siswa ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

(13)

xiv V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN 1. Perangkat Pembelajaran ... 63

2. Data Hasil Penelitian ... 103

3. Analisis data………. 125

4. Foto Penelitian ... 145

(14)

vii

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Anggi Lianasari

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024007

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri,

dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau

ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan

penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang menyatakan

(15)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 11

2. Desain pretes postes tak ekuivalen ... 28

3. Grafik rata-rata tes awal, tes akhir dan N-gain kemampuan berpikir kritis siswa ... ... 48

4. Perbandingan aktivitas belajar siswa selama pembelajaran pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol ... 52

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif ... 15

2. Indikator kemampuan berpikir kritis ... 23

3. Hubungan antara variabel, instrumen, jenis data, dan analisis data .. 36

4. Persentase kemampuan berpikir kritis (KBK) ... 37

5. Klasifikasi indeks aktivitas siswa ... 38

6. Lembar observasi aktivitas siswa... ... 38

7. Rata-rata KBK dan simpangan baku test awal, test akhir, dan

N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol... 42

8. Hasil uji normalitas dan homogenitas N-gain KBK siswapada

kelas eksperimen dan kelas kontrol... 43

9. Hasil uji t N-gain KBK siswa pada kelas kontrol maupun kelas

eksperimen ... 43

10. Hasil pencapaian per indikator KBK siswa pada kelas eksperimen

maupun kelas kontrol... 44

11. Hasil persentase setiap aspek aktivitas siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol berdasarkan hasil observasi... 45

12. Data nilai test awal, test akkhir, dan N-gain kelas eksperimen... 102

13. Data nilai test awal, test akkhir, dan N-gain kelas kontrol... ... 103

14. Daftar nilai test awal KBK siswa per indikator kelas eksperimen .... 105

(17)

xvi

16. Daftar nilai test awal KBK siswa per indikator kelas kontrol ... 109

17. Daftar nilai test akhir KBK siswa per indikator kelas kontrol ... 111

18. Daftar nilai test awal, test akhir, dan N-gain per indikator KBK

kelas eksperimen ... 113

19. Daftar nilai test awal, test akhir, dan N-gain per indikator KBK

kelas kontrol... 115

20. Data hasil observasi aktivitas siswa kelas eksperimen pada

pertemuan 1 ... 117

21. Data hasil observasi aktivitas siswa kelas eksperimen pada

pertemuan 2 ... 119

22. Data hasil observasi aktivitas siswa kelas kontrol pada pertemuan 1

... 121

23. Data hasil observasi aktivitas siswa kelas kontrol pada pertemuan 2

... 123

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku siswa agar menjadi manusia

dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan

alam sekitar individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup perkembangan

intelektual saja, akan tetapi lebih untuk mencapai tujuan akhir yaitu sumber daya manusia

yang berkualitas. Keberhasilan suatu pendidikan terkait dengan masalah untuk mencapai

keberhasilan dalam proses belajar mengajar (Purwanto, 2008:16).

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 (dalam Sanjaya, 2008:79) memaparkan tentang

sistem pendidikan nasional, berimplikasi pada kebijakan penyelenggaraan perubahan

sistem pengelolaan pendidikan dari yang bersifat sentralistis ke desentralistik. Bila

sebelumnya pendidikan merupakan wewenang pusat, maka dengan berlakunya UU

tersebut kewenangan pengelolaan pendidikan berada pada pemerintah daerah

kota/kabupaten.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan upaya untuk mempersiapkan

siswa agar memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial yang

bermutu tinggi. Kompetensi dasar yang ditetapkan merupakan standar yang ditetapkan

secara nasional, yang berisi tentang kerangka apa yang harus diketahui, dilakukan dan

dimahirkan oleh siswa pada setiap tingkatan. Standar ini ditandai pula dengan

(19)

berkepribadian dan beretos kerja, berpartsipasi aktif, demokratis, dan berwawasan

kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di setiap daerah

memiliki kemampuan dan karakteristik yang sangat beragam, atas dasar tersebut maka

kurikulum memberikan keleluasaan pada guru untuk berimprovisasi sesuai dengan

karakteristik siswa dan kondisi serta kebutuhan daerah setempat(Sanjaya, 2008:80-81).

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan

dalam dunia pendidikan. Schafersman (dalam Sadia, 2008:222) memaparkan berpikir kritis

merupakan topik yang penting dan vital dalam era pendidikan yang modern. Pendidikan

saat ini hendaknya tidak semata-mata hanya diarahkan pada penguasaan dan pemahaman

konsep ilmiah tetapi juga pada peningkatan kemampian berpikir, khususnya kemampuan

berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir kritis, agar dapat meningkatkan daya saing

bangsa untuk berkompetisi dalam persaingan global.

Tujuan khusus pembelajaran berpikir kritis dalam pendidikan sainsmaupun disiplin ilmu

lain adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir mereka sekaligus menyiapkan agar

mereka sukses menjalani kehidupannya, karena dengan dimilkinya kemampuan berpikir

kritis yang tinggi oleh siswa SMP dan SMA maka mereka akan dapat mencapai standar

kompetensi yang telah ditetapkan kurikulum, serta mereka akan mampu mengarungi

kehidupannya

di masa mendatang yang penuh tantangan, persaingan, dan ketidakpastian (Sadia,

2008:222).

Biologi merupakan mata pelajaran sains yang menuntut siswa harus dapat menggunakan

metode-metode ilmiah yaitu menggali pengetahuan melalui penyelidikan,

mengkomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain,menggunakan keterampilan

(20)

manfaat pembelajaran biologi tersebut bagi dirinya serta masyarakat (Depdiknas,

2004:7). Kemampuan berpikir kritis akan dapat menekankan pembentukan keterampilan

untuk memperoleh pengetahuan dan memberikan alternatif penyelesaian terhadap

masalah biologi yang sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam dunia pendidikan, berbanding terbalik dari

kenyataan yang ada. Hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi

SMA N 1 Natar,diketahui bahwa proses pembelajaran biologi di kelas X SMA N 1

Natarmasih didominasi oleh guru. Guru biasanya lebih banyak memberikanpenjelasan

materi, kemudian memberikan soal latihan, mengulas soal dan ditutup dengan pemberian

tugas atau pekerjaan rumah (PR). Pada soal latihan yang diberikan guru kurang menggali

kemampuan berpikir kritis siswa, soal yang diberikan hanya mencakup indikator

interpretasi, penjelasan dan pengetahuan/ingatan, sehingga siswa kurang dilatih dalam

indikator berikut: mengidentifikasi maksud dan inferensi hubungan data (analisis),

memutuskan kredibilitas informasi (evaluasi), dan mengambil kesimpulan dari bukti yang

wajar (inferensi).

Dalam proses pembelajaran, pada sub materi keanekaragaman hayati Indonesia, upaya

pelestarian dan pemanfaatan sumber daya alam, siswa dituntut untuk dapat

mengkomunikasikan hasil belajarnya seperti yang tercantum pada tuntutan Kompetensi

Dasar. Namun pada kenyataan pembelajaran dikelas, gurulah sebagai satu-satunya sumber

belajar sehingga keterlibatan siswa kurang optimal, yang menyebabkan kurang

berkembangnya kemampuan yang dimilki siswa, termasuk kemampuan berpikir kritis.

Kurangnya pemberdayaan kemampuan berpikir kritis siswa berdampak pula pada

(21)

Hal tersebut diduga berdampakpada nilai rata-rata tes formatif pada materi pokok

keanekaragaman hayati yang terdapat sub materi upaya pelestarian dan pemanfaatan

sumber daya alamdidalamnya, menjadi masih rendah yaitu 55, 60% nilai siswa masih

dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sedangkan KKM yang ditetapkan oleh

SMA Negeri 1 Natar yaitu 70 dengan ketuntasan 100%. Berdasarkan hal tersebut

diperlukan alternatif model pembelajaran yang membuat siswa aktif, siswa

menemukansendiri pengetahuannya,siswa terlibat langsung sehingga pembelajaran

menjadi menyenangkan dan menjadikan pengalaman yang berkesan bagi siswa.

Peneliti menetapkan sebuah teknik pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan

psikologi siswa remaja yaitu pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).

Salah satu penelitian yang menguji efektivitas model pembelajaran GI adalah penelitian

Oktaviyani (2008:39) pada materi pokok sistem pencernaan makanan. Dari hasil

penelitian tersebut diketahui bahwa model pembelajaran GI dapat meningkatkan hasil

belajar siswa,

dan penelitian Sari (2010:57) menyatakan bahwa penerapan model GI terhadap aktivitas

dan hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotor) mengalami peningkatan pada materi

Suhu dan Kalor.

Rusman (2010:202-204) memaparkan pandangan Piaget dan Vigotsky adanya hakikat

sosial dari sebuah proses belajar dan penggunaan kelompok-kelompok belajar

(Cooperative Learning) dengan kemampuan anggotanya yang beragam, dapat memicu

terjadinya perubahan konseptual. Melalui model GI,siswa terlibat dalam perencanaan,

topik yang dipelajari hingga jalannya penyelidikandan menemukan sendiri

informasiuntuk memecahan masalah kelompok.Model pembelajaran ini banyak

(22)

yaitu berpikir kritis.Melibatkan kemampuan berpikir kritis sebagai bagian yang menyatu

dengan pembelajarandikelas merupakan hal yang sangat penting sehingga siswa dapat

memaknai fakta dan memproses informasi, serta mengaitkan aplikasi konsep dengan

kehidupan sehari-hari.

Berdasar uraian tersebut, peneliti mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif TipeGITerhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA N 1 Natar

Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Sub Materi Keanekaragaman Hayati Indonesia, Upaya

Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, makarumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

GI terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X

SMA N 1 Natar pada sub materipokok keanekaragaman hayati Indonesia, upaya

pelestarian dan pemanfaatan sumber daya alam?

2. Apakah rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa di kelas yang menggunakan model

GI lebih tinggi daripada kelas yang menggunakan metode diskusi?

3. Bagaimanakah penerapanmodel GIdapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada

sub materi pokok keanekaragaman hayati Indonesia, upaya pelestarian dan

pemanfaatan sumber daya alam?

(23)

Tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe GI terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA N 1 Natar

pada sub materipokok keanekaragaman hayati Indonesia, upaya pelestarian dan

pemanfaatan sumber daya alam.

2. Mengetahui rata-ratakemampuan berpikir kritis siswayang menggunakan model

GIlebih tinggi daripada kelas yang menggunakan metode diskusi.

3. Mengetahui peningkatan aktivitasbelajar siswapada sub materi pokok

keanekaragaman hayati Indonesia, upaya pelestarian dan pemanfaatan sumber daya

alam dengan menggunakan model kooperatif tipe GI.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

1. Bagi guru

a. Dapat memberikan alternatif dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran

yang tepat untuk menggali kemampuan berpikir kritis siswa

b. Memberi wawasan yang lebih banyak untuk mengenal lebih jauh penerapan

model GI dalam pembelajaran biologi.

2. Bagi siswa

Mendapat pengalaman berbeda dalam proses belajar dan melatih kemampuan berpikir

kritis mereka.

3. Bagi Peneliti.

a. menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran biologi dengan

(24)

b. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (PMIPA) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

4. Bagi sekolah

Dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan mutu proses belajar dalam mata

pelajaran biologi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas maka

diberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Subjek penelitian

Dalam penelitian ini subjeknya adalah siswa kelas X.4 dan X.9 SMA Negeri 1 Natar

Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Model GI adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dimana guru dan siswa

bekerja sama membangun pembelajaran, dengan langkah-langkah pembelajarannya

yaitu: 1) Memilihtopik,2) Perencanaan kooperatif,3)Implementasi, 4) Analisis dan

sintesis,5) Persentasi hasil,dan 6)Evaluasi.

3. Kemampuan berpikir kritis adalahcara berpikir reflektif yang masuk akal atau

berdasarkan nalar untuk menentukan apa yang akan dikerjakan dan diyakini dengan

indikator sebagai berikut:1) interpretasi, 2) analisis, 3) inferensi, 4) evaluasi, dan 5)

(25)

4. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah keanekaragaman hayati Indonesia,

upaya pelestarian dan pemanfaatan sumber daya alam.

5. Aktivitas

Aktivitas siswa yang diamati meliputi: kemampuan mengemukakan pendapat/

ide/jawaban, kemampuan berdiskusi/kerjasama, kemampuan bertanya, dan

membuat kesimpulan.

F. Kerangka Pikir

Pelajaran biologi merupakan bagian dari ilmu sains yaitu ilmu yang bermula timbul dari

rasa ingin tahu manusia, dan rasa keingintahuan tersebut membuat manusia selalu

mengamati gejala-gejala alam yang ada dan mencoba memahami hasil.Pelajaran IPA

biologi termasuk salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit oleh siswa SMA.

Di SMA N 1 Natar rata-rata nilai IPA biologi pada materi pokok keanekaragaman hayati

masih rendah.Selama ini pelajaran biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang

masih dianggap cukup sulit oleh siswa SMA N 1 Natar karena merekamenganggap bahwa

pelajaran biologi banyak materi dengan nama ilmiah dan istilah-istilah asing yang sulit

dihafal.

Proses pembelajaran biologi di SMA N 1 Natar masih didominasi oleh guru melalui

pembelajaran konvensional. Siswa lebih banyak memperoleh informasi dari guru

sehingga siswa masih sulit untuk menemukan konsep sendiri pada materi

(26)

tersebut dapat menyebabkan siswa kurang menggali kemampuan yang dimiliki, termasuk

kemampuan berpikir kritis.Dalam upaya menggali kemampuan berpikir kritis siswa pada

pelajaran biologi, dilakukan dengan penerapan model GI yang dirancang untuk mengajak

siswa menerima pelajaran dengan cara yang menyenangkan.

Model GIini menekankan pada interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan

saling membantu dalam menguasai materi pelajaran biologi guna mencapai hasil belajar

yang optimal. Dalam pembelajaran ini, terjadi pertukaran informasi berupa gagasan,

fakta, dan opini diantara siswa, sehingga materi yang dipelajari dapat lebih mudah

dipahami oleh siswa.

Dengan demikian, diharapkan melalui penggunaan model GI ini siswa dapat berperan

aktif dalam penyelidikan dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang

dimilikinya.

Kemampuan berpikir kritis pada pembelajaranmenekankan pembentukan keterampilan

untuk memperoleh pengetahuan dan memberikan alternatif penyelesaian terhadap

masalah biologi yang sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Aspek Kemampuan

berpikir kritis pada penelitian ini meliputi aspek:1) interpretasi, 2) analisis, 3) inferensi, 4)

evaluasi, dan 5) penjelasan.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan menggunakan dua kelas

yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y.

Variabel Xadalah variabel bebas yaitu penggunaan model GI, variabel Y adalah variabel

(27)

Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut:

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. H1 = Ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe GIterhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada sub materi

keanekaragaman hayati Indonesia, upaya pelestarian dan pemanfaatan

sumber daya alam.

2. H1 = Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa di kelas yang menggunakan model

GIlebih tinggi daripada kelas yang menggunakan metode diskusi.

X Y

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa,

memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan

dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar

bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif

siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.

Menurut Ibrahim,dkk (dalam Trianto, 2009:59) tujuan-tujuan pembelajaran kooperatif

mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap

keragaman, dan pengembangan keterampilansosial.

Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas

terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial, kemampuan, dan

ketidakmampuan.

Menurut Karlina (2008:2), ada empat karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu: (1)

siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis, (2)

anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang,

dan tinggi, (3) jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda

suku, budaya, dan jenis kelamin, dan (4) sistem penghargaan yang berorientasi kepada

(29)

Menurut Lie (2002:38-39), ada lima unsur yang membedakan antara kerja kelompok

gotong royong dengan kerja kelompok biasa. Dan untuk mencapai hasil yang maksimal,

lima unsur tersebut harus diterapkan dalam pembelajaran, yaitu:

a. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap anggotanya.

b. Tanggung jawab perseorangan

Setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik.

c. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan bertemu muka dan berdiskusi.

d. Komunikasi antar anggota

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya

untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat

mereka.

e. Evaluasi proses kelompok.

Menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk evaluasi agar kerjasama

selanjutnya lebih efektif.

Menurut Slavin(dalam Trianto, 2009:61), model pembelajaran kooperatif juga

mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya.

Konsep utama dari belajar kooperatif, antara lain:

1. Penghargaan kelompok, diberikan jika kelompok mencapai kriteriayang ditentukan.

2. Tanggu jawab individual, terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan

memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan

(30)

3. Kesempatan yang sama untuk sukses, hal ini memastikan bahwa siswa

berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sma tertantang untuk melakukan

yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

Berdasarkan hasil penelititan yang dilakukan oleh Slavin (dalam Rusman, 2010:205)

menyatakan bahwa: (1) penggunaan kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar

sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan

menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan

siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan

dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut diharapkan mampu meningkatkan kualitas

pembelajaran.

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah laku guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi

siswa belajar. Fase 2

Menyajikan informasi siswa dengan jalan demonstrasi atau Guru menyajikan informasi kepada lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien. Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka. Fase 5

(31)

mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6

Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun hasil Guru mencari cara-cara untuk belajar individu dan kelompok. Sumber: Ibrahim,dkk. (dalam Trianto, 2009:66)

Trianto (2009:67) memaparkan walaupun prinsip dasarpembelajaran kooperatif tidak

berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Setidak terdapat empat

pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam

menerapkan model pembelajaran kooperatif, antara lain: STAD, jigsaw, GI,TGT (Teams

Games Tournaments), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS)

dan Numbered Head Together (NHT).

B. Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Dalam Trianto (2009:79), implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas

menjadi kelompok-kelompok dengan anggota kelompok

5- 6 siswa yang heterogen, dengan kriteria akademik siswa: 1 orang berkemampuan

akademik tinggi, 3 orang berkemampuan akademik sedang, dan 1 orang berkemampuan

akademik rendah. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan

penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Serta menyiapkan dan

mempersentasikan laporannya ke depan kelas.

Menurut Slavin (dalam Rusman, 2010:221), strategi belajar GI sangatlah ideal diterapkan

dalam pembelajaran IPA-Biologi, dengan topik materi IPA yang begitu luas dan desain

tugas atau sub-sub topik yang mengarah kepada kegiatan metode ilmiah, diharapkan

(32)

sehari-hari. Dalam tahapan pelaksanaan investigasi para siswa mencari informasi dari

berbagai sumber, baik di dalam maupun di luar kelas/sekolah. Kemudian siswa

melakukan evaluasi dan sintesis terhadap informasi yang yang telah didapat dalam upaya

membuat laporan ilmiah sebagai hasil kelompok.

Menurut Joyce, Weil dan Calhoun (dalam Pramudya, 2010:10) dalam model GI ini guru

hanya berperan sebagai konselor, konsultan dan pemberi kritik yang bersahabat. Di dalam

modelini seyogyanya guru membimbing dan mencerminkan kerja kelompok melalui tiga

tahap: (1) tahap pemecahan masalah, (2) tahap pengelolaan kelas, (3) tahap pemaknaan

secara perorangan.

Menurut Flenor (dalam Krismanto, 2003:7), model investigasi membagi kegiatan guru

menjadi lima tahap: (1) Apersepsi, (2) Investigasi, (3) diskusi, (4) penerapan, dan (5)

pengayaan. Height (1989) menyatakan pula bahwa investigasi berkaitan dengan kegiatan

observasi secara sistematis. Proses penyelidikan dilakukan untuk dikomunikasikan dan

dibandingkan dengan hasil orang lain, karena dalam investigasi akan diperoleh lebih dari

satu hasil, yang akibatnya jawaban siswa tidak selalu tepat bahkan salah. Namun dari

kesalahan mereka akan belajar mencari tahu untuk menyelesaikan permasalahan yang

ada, membuat siswa lebih aktif berpikir, mencetuskan gagasan/ide sehingga

mengembangkan daya pikir mereka.

Sharan, dkk. (dalam Trianto, 2009:80) membagi langkah-langkah pelaksanaan model

investigasi kelompok meliputi enam (6) fase berikut:

a. Memilih topik

Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya

(33)

anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas.

Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnik.

b. Perencanaan kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang

konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.

c. Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan.Dalam tahap kedua,

kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang

luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis sumber belajar yang berbeda

baik dalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok

dan menawarkan bantuan bila di perlukan.

d. Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperlukan pada tahap ketiga dan

merencanakan bagaimana infomasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang

menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kapada seluruh kelas.

e. Presentasi hasil

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasi penyelidikannya dengan cara

yang menarik kepada seluruh kelas dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat

satu sama lain dalam pekerjaan mereka.

f. Evaluasi

Kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan

(34)

keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau

kelompok.

Strategi belajar kooperatif GI dalam pembelajaran, secara umum dibagi menjadi enam

langkah seperti yang tercantum dalam Rusman (2010:220) yaitu: (1) mengidentifikasi

topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok, para siswa menelaah

sumber-sumber infomasi, memilih topik, dan para siswa bergabung ke dalam kelompok belajar

dengan pilihan topik yang sama. Komposisi kelompok heterogen, guru membantu atau

memfasilitasi dalam memperoleh informasi, (2) merencanakan tugas-tugas belajarnya,

meliputi apa yang kita selidiki, bagaimana kita melakukan siapa sebagai apa-pembagian

kerja, untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi, (3) melaksanakan investigasi yakni siswa

mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Para siswa bertukar

pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi dan mensintesis ide-ide, (4) menyiapkan laporan

akhir, anggota kelompok menentukan pesan apa yang akan dilaporkan bagaimana

membuat presentasinya, (5) mempresentasikan laporan pendengar mengevaluasi

kejelasan presentasi menurut kriteria yang telah ditentukan keseluruhan kelas, dan (6)

evaluasi, yakni guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran

pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis.

Setyawan (2008:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran GI, jika dilihat

secara pribadi yaitu dalam proses belajarnya siswa dapat bekerja secara bebas, memberi

semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif, rasa percaya diri dapat lebih meningkat,

dapat belajar untuk memecahkan suatu masalah, dapat menangani suatu masalah,

(35)

C.

Pembelajaran Konvensional

Wallace (dalam Sunarto, 2009:1) memandang pendekatan konvensional merupakan proses

pembelajaran yang dilakukan sebagai mana umumnya guru mengajarkan materi kepada

siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih

banyak sebagai penerima. Ujang Sukandi juga mendeskripsikan bahwa pendekatan

konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang

konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu

untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak

mendengarkan.

Hal serupa diungkapkan Brooks dan Brooks (dalam Warpala, 2009:1), penyelenggaraan

pembelajaran konvensional lebih menekankan pada tujuan pembelajaran berupa

penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa

dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui

kuis atau tes terstandar.

Menurut Mursell (dalam Handayani, 2008:2), cara mengajar konvensional adalah cara

mengajar masih tradisional yang suatu ketika menjadi universal dalam garis besarnya

dilakukan menurut pola baku tugas resitasi, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik

hanya untuk melakuka D4 yaitu, datang-duduk-diam-dengar.

Menurut Sanjaya (2011:1), model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran

(36)

umumnya memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan kepada para siswa

tanpa memperhatikan prakonsepsi (prior knowledge) siswa atau gagasan-gagasan yang

telah ada dalam diri siswa. Kegiatan mengajar dalam pembelajaran konvensional

cenderung diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa, dengan penggunaan

metode ceramah yang dominan. Widiana (dalam Sanjaya, 2011:1) memaparkan

implikasi langsung dari proses pembelajaran konvensional di kelas yaitu situasi kelas

akan menjadi pasif karena interaksi hanya berlangsung satu arah serta guru kurang

memperhatikan dan memanfaatkan dan potensi-potensi siswa serta gagasan mereka

sebagai daya nalar.

Burrowes (dalam Warpala, 2009:1) menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional

menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa

untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan

pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan

nyata.Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri,

yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive learning, (3) interaksi di

antara siswa kurang, (4) penilaian bersifat sporadis.

D. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir adalah daya jiwa yang dapat meletakkan hubungan hubungan antara

pengetahuan kita. Dalam berpikir kita memerlukan alat yaitu akal (ratio) dan hasil

berpikir itu diwujudkan dengan bahasa. Berikut proses yang dilewati saat berpikir: proses

(37)

pembentukan kesimpulan. Dalam pengambilan kesimpulan, ada 3 macam kesimpulan

yaitu kesimpulan induksi (kesimpulan yang ditarik dari keputusan khusus untuk

mendapat yang umum), deduksi (kesimpulan yang ditarik dari keputusan umum untuk

mendapat yang khusus), dan analogi ialah kesimpulan yang ditarik dengan cara

membandingkan situasi yang satu dengan yang lain , namun biasanya kesimpulan ini

kurang benar (Ahmadi dan Widodo, 1991:30).

Reason (dalam Sanjaya, 2006:228) mengemukakan bahwa berpikir (thinking) adalah

proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan

memahami (comprehending). “Mengingat” pada dasarnya hanya melibatkan usaha

penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas

permintaan, sedangkan “memahami” memerlukan perolehan apa yang didengar dan

dibaca serta melihat keterkaitan antaraspek dalam memori. Kemampuan berpikir

seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di luar informasi yang

didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru

dari suatu persoalan yang dihadapi.

Hal serupa dinyatakan oleh Diestler (dalam Muhfahroyin, 2009:1)bahwa dengan berpikir

kritis, orang menjadi memahami argumentasi berdasarkan perbedaan nilai, memahami

adanya inferensi dan mampu menginterpretasi, mampu mengenali kesalahan, mampu

menggunakan bahasa dalam berargumen, menyadari dan mengendalikan egosentris dan

emosi, dan responsif terhadap pandangan yang berbeda, sehingga ditemukan solusi dari

suatu persoalan.

Collete dan Chiappetta (dalam Pujianto dan Maryanto, 2009:7) menyatakan bahwa sains

pada hakikatnya merupakan kumpulan pengetahuan (a body of knowledge), cara atau

(38)

investigating).Jalan berpikir terdiri dari berpikir kreatif dan kritis, cara atau jalan berpikir

kritis meliputi: 1) membandingkan dan membedakan, 2) Mengumpulkan dan

mengelompokkan, 3) mencirikan,

4) membuat urutan, 5) menganalisis, 6) menilai, dan 7) membuat kesimpulan. Menurut

Facione dalam Delhi Report (1990:7), ada lima indikator kemampuan berpikir kritis,

seperti pada tabel berikut:

Tabel.2 Indikator kemampuan berpikir kritis

No. Indikator Sub Indikator

1. Interpretasi:

2 Memvalidasi data

3 Mengenal persoalan dan

masalah

2. Analisis:

Identifikasi maksud dan inferensi hubungan data

1 Menafsirkan bukti

2 Mempertimbangkan

anggapan/asumsi

3 Mengidentifikasi

informasi

3. Evaluasi:

Memutuskan kredibilitas informasi 1. Mendeteksi bias 2. Mempertimbangkan hukum/standar etik 3. Menggunakan refleksi

kecurigaan

4. Menguji alternatif

5. Memutuskan sesuai bukti

4. Inferensi:

Mengambil keputusan yang wajar dari bukti

1. Memprediksi

konsekuensi

2. Melakukan penalaran

deduktif/induktif

3. Mendukung kesimpulan

dengan bukti

4. Menetapkan prioritas

5. Rencana pendekatan

6. Memodifikasi individual

7. Melakukan penelitian

dalam praktek

5. Penjelasan:

Menyamakan hasil kegiatan penalaran berdasar argument yang meyakinkan.

1. Memutuskan hasil

2. Merevisi rencana

3. Mengidentifikasi

(39)

Schafersman (dalam Redhana dan Liliasari, 2008:103) menyatakan bahwa keterampilan

berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir bagi seseorang dalam membuat

keputusan yang dapat dipercaya dan dapat bertanggung jawab yang mempengaruhi hidup

seseorang. Keterampilan ini juga merupakan inkuiri kritis sehingga seseorang yang

berpikir kritis akan menyelesaikan masalah, mengajukan pertanyaan, menemukan

informasi baru dan menentang dogma dan dokrin. Hal ini didukung oleh Lipman yang

mengungkapkan bahwa keterampilan berpikir kritis sangat penting dimiliki agar

terhindar dari penipuan, indokrinasi, dan pencucian otak.

E.Aktivitas Belajar

Menurut Sanjaya (2008:179-180), keaktifan siswa itu ada yang secara langsung dapat

diamati, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, mengumpulkan data dan lain sebagainya.

Akan tetapi juga ada yang tidak bisa diamati, seperti kegiatan mendengarkan atau

menyimak. Oleh sebab itu, sebetulnya aktif–tidak aktifnya siswa dalam belajar hanya

siswa tersebut yang mengetahuinya secara pasti. Kita tidak dapat memastikan bahwa

siswa yang diam mendengarkan penjelasan berarti tidak beraktivitas aktif, sebaliknya

belum tentu siswa yang secara fisik aktif memiliki kadar aktivitas mental yang tinggi

pula. Kriteria yang menggambarkan sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembelajaran

ialah baik dalam perencanaan pembelajaran,proses, maupun mengevaluasi hasil

pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut maka kadar aktivitas

(40)

Pada Bab IV Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,inspiratif,

menyenangkan, serta memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif sesuia dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, hal ini menunjukkan

pengalaman belajar harus berorientasi pada aktivitas siswa.

Sardiman (2007:99) memaparkan aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan

rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya

hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang

dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Melalui aktivitas, siswa dapat

mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat

untuk mengubah sesuatudan tidak ada pembelajaran jika tidak ada aktivitas.

Menurut Ahmadi dan Widodo (1991:125), aktivitas belajar juga tergolong dalam

beberapa situasi, yaitu: (1) mendengarkan, (2) memandang, (3) meraba, membau, dan

mencecap, (4) menulis atau mencatat, (5) membaca, (6) membuat ikhtisar/ringkasan dan

menggaris bawahi, (7) mengamati tabel, diagram, ataupun bagan, (8) menyusun paper

atau kertas kerja, (9) mengingat, (10) berpikir, dan (11) latihan atau praktek.

Hanafiah dan Suhana (2009:24), mengemukakan bahwa aktivitas dalam belajar dapat

memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik berupa hal-hal berikut: (1)

peserta didik memiliki kesadaran untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal

untuk belajar sejati, (2) peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami

sendiri yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral, (3)

peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya, (4)

menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan

(41)

(5) pembelajaran dilaksanakan secara kongkret sehingga dapat menumbuhkembangkan

pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme, dan (6)

menumbuhkembangkan sikap kooperatif di kalangan peserta didik sehingga sekolah

(42)

1

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMANegeri 1 Natarpada semester genap bulan

Januari 2012.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester

genapSMAN 1 Natartahun pelajaran 2011/2012. Sedangkan sampel penelitian

ini adalah siswa kelas X.4dengan jumlah siswa 40 orang sebagai kelas

eksperimen dan kelas X.9 dengan jumlah siswa 41 orang sebagai kelas

kontrol, dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah cluster

random sampling.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan mengunakan

desain pretes-postes tak ekuivalen.Kelas eksperimen (X.4) diberi perlakuan

dengan model kooperatif GI sedangkan kelas kontrol (X.9) menggunakan

metode diskusi. Hasil pretes dan postes pada kedua kelompok subyek,

kemudian dibandingkan.

Struktur desainnya adalah sebagai berikut :

Kelompok tes awal perlakuan tes akhir

I O1 X O2

(43)

2

Keterangan: I = kelompok eksperimen II = kelompok kontrol O1 = pretest O2 = postest

X = model GI C = metode diskusi (modifikasi dari Hadjar, 1999:335).

Gambar 2. desainpretes-postes tak ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian.Langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian sebagai berikut:

a. Membuat surat izin penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakanya penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan

diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan

kelaskontrol.

d. Menyusun rencana pembelajarandengan modelGIdengan

mengelompokkan siswa secara heterogen berdasarkan kemampuan

akademiknya, masing-masing kelompok berjumlah 5 orang yang

terdiri-dari 1 orang yang tinggi prestasi belajarnya, 3 orang yang

sedang prestasi belajarnya, dan 1 orang yang rendah prestasi

belajarnya. Masing-masing kelompok memiliki satu ketua

(44)

3

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok

(LKK) untuk setiap pertemuan.

f. Membuat instrument penelitian yaitu lembar observasi aktivitas

siswadan perangkat evaluasi, yaitu soal tes awal/tes akhir disertai

jawaban untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model GI

untuk kelas eksperimen dan menggunakan pembelajaran konvensional

yang biasanya digunakan oleh guru biologi di SMA Negeri 1 Natar untuk

kelas kontrol.Penelitian ini direncanakan sebanyak dua kali, pertemuan I

akan membahas keanekaragaman hayati Indonesia dan pemanfaatan

SDA, pertemuan II akan membahas pengaruh kegiatan manusia terhadap

KH dan upaya pelestariannya, dengan langkah-langkah pembelajaran

sebagai berikut:

A. Kelas Eksperimen

a. Pendahuluan

1. Guru memberikan tes awal sebagai penilaian kemampuan awal

siswa

2. Guru membacakan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi

Dasar (KD) dan indikator pembelajaran.

3. Guru menjelaskan tentang model GI yang akan

dikombinasikan dengan kemampuan berpikir kritis.

(45)

4

Pertemuan I: Bedakan keanekaragaman gen, spesies, dan

ekosistem? Berikan contohnya! Kemudian coba kalian

bayangkan apa yang akan terjadi bila dibumi ini hanya ada

jenis manusia saja?Bisakah manusia bertahan hidup hidup

lebih lama hingga berkembangbiak?

Pertemuan II: keanekargaman hayati yang terdapat di

Indonesia memiliki wilayah persebaran masing-masing, yang

memiliki manfaat dan nilai tersendiri bagi tiap wilayahnya, apa

saja contoh manfaat keanekaragaman hayati yang dapat kalian

rasakan?

Menurutmu, dengan bertambahnya populasi manusia, apa yang

akan terjadi dengan keadaan alam kita?

5. Guru memberikan motivasi :

Pertemuan I :dengan mempelajari tentang keanekaragaman

hayati ini kita dapat mengetahui banyaknya manfaat dan nilai

yang terkandung dalam SDA bagi kelangsungan hidup

manusia.Pertemuan II : dengan mempelajari mengenai

keanekaragaman hayati kita dapat mengetahui adanya

pengaruh dari kegiatan yang kita lakukan sehari-hari terhadap

kelestarian alam. Menurunnya SDA di lingkungan kita, akan

diikuti dengan berkurangnya kesejahteraan manusia maka

hendaknya kita mulai mengurangi kegiatan yang berdampak

(46)

5

6. Guru membagi siswa secara heterogen berdasarkan

kemampuan akademiknya, masing-masing kelompok

berjumlah 5 orang yang terdiri-dari 1 orang yang tinggi

prestasi belajarnya, 3 orang yang sedang prestasi belajarnya,

dan 1 orang yang rendah prestasi belajarnya. Masing-masing

kelompok memiliki satu ketua kelompok.

b. Kegiatan inti

1. Guru meminta siswa duduk dalam kelompoknya

masing-masing. Guru menyediakan sub topik yang akan di investigasi,

meliputi: keanekaragaman hayati Indonesia, manfaat dan nilai

keanekaragaman hayati, peranan keanekaragaman hayati

terhadap kestabilan lingkungan, pengaruh kegiatan manusia

terhadap keanekaragaman hayati, dan usaha perlindungan

alam.Dan guru mengarahkan siswa untuk memilih topik yang

menarik bagi mereka untuk selanjutnya diinvestigasi.

2. Guru membagikan LKKuntuk kegiatan investigasi dalam

kelompok, dansetiap kelompokmulai merencanakan investigasi

yang akan dilakukan.

3. Siswa melakukan investigasi dalam kelompoknya

masing-masing, dan guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap

kelompok dan menawarkan bantuan bila di perlukan.

4. Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh

dari kerja kelompok, tiap-tiap kelompok menyiapkan laporan

(47)

6

5. Setiap kelompok di dalam kelas mempresentasikan laporan

hasil akhirnya.

6. Kelompok lain dapat aktif mengevaluasi laporan tiap

kelompok dengan berbagai tanya jawab, kritik maupun saran.

c. Penutup

1. Guru bersama-sama siswa, menarik kesimpulan dari

pembelajaran yang telah dilakukan.

2. Guru meminta siswa mempelajari topik selanjutnya dan

membawa artikel maupun gambar-gambar yang berhubungan

dengan topik tersebut sebagai literatur tambahan untuk

mengerjakan LKK di pertemuan berikutnya.

3. Guru mengadakan tes akhir (postes) pada pertemuan kedua.

B.Kelas Kontrol

a. Pendahuluan

1. Guru memberikan tes awal sebagai penilaian kemampuan

awal siswa.

2. Guru membacakan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi

Dasar (KD) dan indikator pembelajaran.

3. Guru menggali pengetahuan awal siswa:

Pertemuan I: Bedakan apa yang dimaksud keanekaragaman

(48)

7

coba kalian bayangkan apa yang akan terjadi bila dibumi ini

hanya ada jenis manusia saja?Bisakah manusia bertahan

hidup hidup lebih lama hingga berkembangbiak?

Pertemuan II: Berikan contoh manfaat yang terkandung

dalam keanekaragaman hayati bagi manusia! Menurutmu,

dengan bertambahnya populasi manusia, apa yang akan

terjadi dengan keadaan alam kita?

4. Guru memberikan motivasi :

Pertemuan I : keanekaragaman hayati penting untuk

diketahui, karena banyak nilai manfaat yang terkandung bagi

kelangsungan hidup manusia.

Pertemuan II : dengan mempelajari mengenai

keanekaragaman hayati kita dapat mengetahui adanya

pengaruh dari kegiatan yang kita lakukan sehari-hari, maka

hendaknya kita mulai mengurangi kegiatan yang berdampak

buruk bagi lingkungan dan mulai melestarikannya.

5. Guru membagi siswa ke dalam kelompok secara acak tanpa

memperhatikan kemampuan akademiknya, 1 kelompok

terdiri dari 5-6 orang.

b. Kegiatan Inti

1. Guru memberikan penjelasan awal tentang materi yang

(49)

8

2. Guru menyajikan informasi tahap demi tahap mengenai

materi yang ada dibuku panduan belajar, meliputi:

keanekaragaman hayati Indonesia,manfaat dan nilai

keanekaragaman hayati, pengaruh kegiatan manusia

terhadap keanekaragaman hayati, dan usaha perlindungan

alam.

3. Guru memberikan siswa pelatihan bimbingan dengan

mengerjakan LKK yang dikerjakan secara kelompok.

4. Guru mengontrol siswa selama mengerjakanLKK.

5. Guru meminta perwakilan siswa dari tiap kelompok untuk

mempersentasikan LKK yang telah dikerjakan.

c. Penutup

1. Guru mengarahkan siswa untuk menyimpulkan kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan.

2. Guru meminta siswa mempelajari topik selanjutnya.

3. Guru mengadakan tes akhir (postes) pada pertemuan kedua.

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini ialah:

(50)

9

Data penelitian berupa data kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data kuantitatif adalah kemampuan berpikir kritis siswa yang

diperoleh dari nilai pretes dan postes. Kemampuan berpikir kritis

ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi

(N-gain), antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

kemudian nilai gain dirata-rata.

b. Data kualitatif berupa aktivitas belajar siswa dengan mengunakan

lembar observasi aktivitas belajar.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Tes awal dan tes akhir

Data kemampuan berpikir kritisberupa nilai tes awal diambil pada

Pertemuan pertama. Nilai tes awal diambil sebelum pembelajaran pada

setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai tes akhir

diambil setelah pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas baik

eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa

soal essay dengan jumlah 8 butir soal, dengan point bertingkat sesuai

dengan poin kriteria penilaian yang telah ditentukan. Soal disusun

sedemikian rupa sehingga tiap poin soalnya dapat melatih dan

mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Teknik penskoran

nilai tes awal dan tes akhir yaitu:

S= R x 100

N

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

(51)

10

(dikutip dari Purwanto, 2007 : 112)

b) Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang

diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point

kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar

observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.Rubrik variabel,

sub variabel, indikator, jenis data dan alat ukur data secara rinci dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Hubungan antara variabel, instrumen, jenis data dan analisis data

F. Teknik Analisis Data

a) Data kuantitatif

Data penelitian ini yang berupa nilai pretes, postes, dan N-gain baik pada

kelas eksperimen maupun kelas kontrol di analisis dengan uji t

menggunakan software SPSS versi 17.

1. N-gain

Untuk mendapatkan N-gain menggunakan formula Hake (dalam Loranz, 2008:3) sebagai berikut:

No Variabel Instrumen Jenis data dan

Alat ukur Analisis Data

2 Aktivitas siswa selama proses pembelajaran

Lembar observasi

aktivitas siswa Interval dan lembar observasi

(52)

11

2 Kemampuan berpikir kritis

Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritissiswa dalam

pembelajaran Biologi adalah sebagai berikut:

1) Menjumlahkan skor seluruh siswa

2) Menentukan persentase tiap indikator Kemampuan berpikir kritis

dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:

P= N

f 100%

Keterangan : P = angka Persentase, f = frekuensi keterampilan proses/Jumlah point kemampuan berpikir kritissiswa yang diperoleh, N = Jumlah total point kemampuan berpikir kritistiap indikator (Sudijono, 2004: 40)

3)Menghitung skor rata-rata tiap item

4)Setelah data diolah dan diperoleh, maka kecakapan berpikir kritis siswa

tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :

Setelah data diolah dan diperoleh persentase, maka kemampuan

berpikir kritissiswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut :

Tabel 4. Persentase Kemampuan berpikir kritis

(53)

12

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan

data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan

menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan

yaitu menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:

%

Tabel 5. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa

Interval (%) Kategori

0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Dimodifikasi dari Hake (dalamCarolina, 2010: 31)

Aspek yang diamati

Keterangan  = Rata-rata skor aktivitas siswa, ∑xi = Jumlah skor yang

(54)

13

K

Keterangan :

A.Kemampuan mengemukakan pendapat/ ide/jawaban

1. Tidak mengemukakan pendapat /ide

2. Mengemukakan pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan pembahasan 3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan

B.Kemampuan Bertanya:

1. Tidak mengemukakan pertanyaan

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan 3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan

permasalahan

C.Melakukan kegiatan diskusi/kerjasama

1. Diam saja, tidak melakukan diskusi/tidak bekerjasama dalam kelompok 2. Melakukan diskusi/kerjasama hanya dengan satu atau dua orang teman saja 3. Melakukan diskusi/bekerjasama baik dengan semua anggota kelompok

D.Membuat Kesimpulan:

1. Tidak membuat kesimpulan

2. Membuat kesimpulan tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan hasil investigasi.

3. Membuat kesimpulan lengkap dan sesuai dengan hasil investigasi

c) Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan

menggunakan software SPSS versi 17.

A B C D Tabel 6. Lembar Observasi Aktivitas

(55)

14

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05 tolak Ho, untuk

harga yang lainnya (Sudjana, 2002:466).

d) Uji Homogenitas Data

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan

dengan uji homogenitas data yang dihitung melalui uji Bartlett dengan

menggunakan program SPSS 17.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama.

H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda.

b. Kriteria Uji

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan 2 rata-rata dan ujiperbedaan

2 rata-rata yang dihitung dengan menggunakan Software SPSS versi 17.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis

Ho : rata-rata nilai kedua sampel sama.

(56)

15

2) Kriteria Uji

Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka Ho diterima

Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka Ho ditolak

(Pratisto, 2009:18).

b. Uji Perbedaan Dua rata-rata

1) Hipotesis

H0: rata-rata nilaipada kelompok eksperimen sama

dengan kelompok kontrol.

H1: rata-rata nilai pada kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol.

2) Kriteria Uji :

Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka Ho diterima.

Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel, maka Ho ditolak.

(57)

56

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe GIterhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X di

SMA N 1 Natar pada materi pokok keanekaragaman hayati.

2. Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa di kelas yang menggunakan

model GIlebih tinggi daripada kelas yang menggunakan metode diskusi.

3. Aktivitas siswa dengan model GI lebih tinggi daripada aktivitas siswa

dengan metode diskusi.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Guru maupun peneliti lain yang akan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe GI, hendaknya terlebih dahulu mengajar materi lain dengan

model GI sehingga siswa terlatih dan terbiasa dengan model yang

digunakan.

2. Dalam penerapan model GI,sebaiknya guru maupun peneliti lebih

(58)

57

tugas kelompoknya masing-masing, agar hasil investigasi yang didapat tidak

meluas dari sub topik materi yang telah ditentukan, sehingga waktu yang

tersedia akan lebih efektif.

3. Dalam pembelajaran menggunakan model GI, guru maupun peneliti

sebaiknya turut mempersiapkan bahan investigasi untuk kelompok siswa

agar dapat mengantisipasi kelompok siswa yang tidak membawa bahan

investigasi dari sumber lain, sehingga siswa memiliki berbagai literatur

untuk dapat menginvestigasi tugas kelompoknya.

4. Adanya pemberian hadiah bagi kelompok terbaik, kemungkinan akan

membuat siswa lebih bersemangat dalam menginvestigasi tugas

Gambar

Tabel
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
Tabel.2  Indikator kemampuan berpikir kritis
Tabel 3. Hubungan antara variabel, instrumen, jenis data dan analisis data
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai contoh, jika suatu perusahaan pelayaran memiliki 3.000 TEUs untuk salah satu rutenya, maka dapat dilihat yang paling efisien pada rute tersebut dengan jumlah

Karakteristik pasien pada saat kontrol, seperti umur pada saat mulai terapi, severity, tingkat ekonomi dan pendidikan orangtua atau caregiver, kemudahan akses ke

Kulit kering atau xerosis adalah kelainan kulit terjadi akibat modifikasi lipid dan hidrasi yang terganggu pada sawar stratum korneum.. Perubahan struktur lipid pada

Database adalah sebuah objek yang kompleks untuk menyimpan informasi yang terstruktur, yang di organisir dan disimpan dalam suatu cara yang mengizinkan pemakainya

sedangkan pada JS tidak terlalu terlihat pengaruh dari parameter tersebut. Pada strategi kategori suportive move , hampir pada semua jenis

Di samping itu ditunjukkan juga dalam simulasi ini pengaruh perubahan parameter serat optis dan sistem komunikasi optis terhadap besarnya daya sinyal FWM yang dibangkitkan..

Dari data nilai viskositas instrinsik pada minggu ke-0 dari empat komposisi film poliblen PCL dengan PGA, komposisi 50%:50% merupakan poliblen PCL dengan PGA dengan bobot

[r]