• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lama Penyimpanan Pelet Calf Starter dengan Penambahan Kunyit (Curcuma domestica) terhadap Total Jamur, Bakteri Gram Negatif dan Aspergillus Flavus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Lama Penyimpanan Pelet Calf Starter dengan Penambahan Kunyit (Curcuma domestica) terhadap Total Jamur, Bakteri Gram Negatif dan Aspergillus Flavus"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis UNS Ke 43 Tahun 2019

“Sumber Daya Pertanian Berkelanjutan dalam Mendukung Ketahanan dan Keamanan Pangan Indonesia pada Era Revolusi Industri 4.0”

Pengaruh Lama Penyimpanan Pellet Calf Starter dengan Penambahan Kunyit

(Curcuma domestica) terhadap Total Jamur, Bakteri Gram Negatif dan Aspergillus

Flavus

Nadliroh, M. A., S. Mukodiningsih dan C. S. Utama Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang

Jalan drh. Soejono Koesoemo Wardjojo, Tembalang, Semarang - 50275 E-mail : mutiaainunnadliroh@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbedaan lama penyimpanan pellet calf starter dengan penambahan tepung kunyit (Curcuma domestica) dengan level yang berbeda terhadap total jamur, bakteri gram negatif dan Aspergillus flavus. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 3×3. Faktor pertama adalah penambahan tepung kunyit pada pellet calf starter dengan taraf yang berbeda yakni ((T0: 100% calf starter + 0% tepung kunyit (w/w); T1: 100% calf starter + 0,6% tepung kunyit (w/w); T2: 100% calf starter + 1,2% tepung kunyit (w/w)). Faktor kedua adalah lama penyimpanan yaitu M0 (0 hari), M1 (28 hari) dan M2 (56 hari). Calf starter dibuat dengan protein kasar 19,61% dan TDN 79,10% dengan penambahan tepung kunyit secara (w/w). Materi yang digunakan adalah tepung kunyit, jagung giling, bekatul, bungkil kedelai, molases dan mineral mix, NaCl 0,85%, medium nutrient agar (NA) dan larutan kristal violet, lugol, alkohol 96%, safranin. Parameter yang diamati yaitu total jamur, keberadaan bakteri gram negatif dan Aspergillus flavus. Data total jamur yang diperoleh dianalisis menggunakan (analysis of variance/ ANOVA), jika terdapat pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan Uji Duncan sedangkan bakteri gram negatif dan Aspergillus flavus dianalisis secara diskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara taraf penambahan tepung kunyit dan lama penyimpanan pada pellet calf starter berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap total jamur. Analisis kualitatif menunjukan bahwa bakteri gram negatif dan Aspergillus flavus pada tiap perlakuan diperoleh hasil yang relatif sama. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh interaksi antara taraf penambahan tepung kunyit dan lama penyimpanan pada pellet calf starter yang dapat menekan total jamur namun, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap keberadaan bakteri gram negatif dan Aspergillus flavus.

Kata Kunci : Pellet calf starter, curcuma domestica, total jamur, bakteri gram, Aspergillus flavus.

Pendahuluan

Usaha peternakan sapi memerlukan perhatian dan ketelitiaan yang tinggi terutama saat pemeliharaan pedet, karena pedet merupakan salah satu penentu keberhasilan produksi dari usaha peternakan sapi perah. Pemberian pakan pada pedet perlu diperhatikan untuk merangsang

(2)

perkembangan rumen. Pedet yang baru lahir memliki rumen yang belum berkembang dan belum berfungsi dengan baik sehingga perlu dirangsang dengan pemberian pakan padat (Cunningham, 1995). Pakan padat terdiri atas calf starter dan sumber serat, calf starter merupakan konsentrat khusus untuk pedet yang memiliki palatabilitas dan kecernaan yang tinggi yang bertujuan mempercepat proses penyapihan serta untuk merangsang pertumbuhan rumen pada pedet. Pakan utama pedet adalah susu, namun harga susu yang cukup mahal dapat meningkatkan biaya pemeliharaan. Sehingga pemberian calf starter diharapkan mampu mengurangi biaya pemeliharaan. Pemberian pakan pada pedet perlu diperhatikan karena, jika berlebihan menyababkan diare. Peternak biasanya menggunakan antibiotik sebagai alternatif obat diare, padahal penggunaan antibiotik dapat menimbulkan residu yang membahayakan manusia jika diberikan dengan dosis yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan bahan pengganti antibiotik dengan memanfaatkan tepung kunyit (Curcuma domestica). Berdasarkan hasil penelitian Sinurat et al. (2009) pemanfaatan kunyit dan temulawak sebagai imbuhan pakan pengganti antibiotik untuk ayam broiler dapat meningkatkan produktifitas ternak dan efisiensi penggunaan pakan karena kunyit mengandung zat aktif kurkumin yang berfungsi sebagai antibakteri dan menghambat pertumbuhan jamur.

Usaha peternakan harus tetap menjaga ketersediaan bahan pakan dan produk pakan sehingga perlu dilakukan penyimpanan. Selama penyimpanan harus memperhatiakan agar mutu bahan tetap terjaga sesuai dengan mutu bahan saat panen maupun mutu bahan saat diproduksi (Mukodinigsih et al., 2010). Penyimpanan pakan yang terlalu lama dengan cara penyimpanan yang kurang tepat dapat menyebabkan kerusakan mikrobiologis dengan tumbuhnya jamur dan mikrobia.

Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk memanfaatkan probiotik yang berasal dari tepung kunyit sebagai upaya untuk mengurangi penggunaan antibiotik sebagai obat alternatif oleh peternak ketika terdapat pedet yang mengalami diare. Penggunaan antibiotik dalam dosis tinggi dapat menimbulkan residu yang membahayakan manusia.

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mengkaji total jamur, bakteri gram negatif dan Aspergillus flavus pada pellet calf starter yang ditambah tepung kunyit setelah mengalami proses penyimpanan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pengaruh lama penyimpanan terhadap total jamur bakteri gram negatif dan Aspergillus flavus pada pellet calf starter yang ditambah tepung kunyit.

Metodologi

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2018–Januari 2019. Tahapan pembuatan pellet calf starter dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, sedangkan tahapan analisis mikrobiologi di SMK Theresiana Analis Kesehatan, Semarang.

(3)

Materi

Materi yang digunakan dalam penelitian adalah calf starter bentuk pellet terbuat dari jagung giling, bekatul, bungkil kedelai, molases, mieral mix, dicampur dengan tepung kunyit dengan taraf yang berbeda NaCl 0,85%, medium nutrient agar (NA) dan larutan kristal violet, lugol, alkohol 96%, safranin. Alat yang digunakan antara lain adalah peralatan pelleting seperti grinder, pelleter, kompor, termometer, panci, nampan, gelas ukur, timbangan analitik, sealer, plastik, label, buku dan alat tulis, tabung reaksi, bunsen, sarung tangan lateks, cawan petri, mikropipet dan mikroskop. Metode

Pembuatan pellet calf starter diawali dengan tahap persiapan kemudian yang penyediaan tepung kunyit sebanyak 1 kg yang diperoleh dari petani kunyit di Kota Semarang. Pembuatan tepung kunyit dilakukan dengan cara kunyit dicuci bersih dengan air mengalir, kemudian dipotong-potong tipis melintang tanpa dikupas kulitnya. Potongan kunyit selanjutnya dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3 hari. Potongan kunyit yang telah dikeringkan kemudian diblender atau digrinder sampai teksturnya berubah menjadi tepung. Tepung kunyit kemudian dianalisis proksimat. Proses pembuatan pellet dilakukan berdasarkan (Mukodiningsih et al., 2010), kemudian dilanjutkan dengan proses pengeringan, pengemasan, penyimpanan dan analisis sampel. Formulasi calf starter disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Formulasi Calf starter

Bahan Pakan Kadar (%)

Jagung giling 43

Bekatul 25,5

Bungkil Kedelai 26

Molases 5

Mineral mix 0,5

Kandungan zat gizi

-Protein Kasar 19,61

-TDN 79,10

Sumber : Mukodiningsih et al. (2010)

Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 3. Faktor pertama adalah penambahan tepung kunyit dengan taraf yang berbeda yaitu ((T0: 100% calf starter + 0% tepung kunyit (w/w); T1: 100% calf starter + 0,6% tepung kunyit (w/w); T2: 100% calf starter + 1,2% tepung kunyit (w/w)). Faktor kedua adalah lama penyimpanan yaitu P0 (0 hari), P1 (28 hari) dan P2 (56 hari) dengan 3 ulangan pada masing – masing perlakuan. Kombinasi perlakuan yang diberikan meliputi T0P1 = 100% calf starter + 0% tepung kunyit (w/w), disimpan selama 0 hari , T0P2 = 100% calf starter + 0% tepung kunyit (w/w), disimpan selama 28 hari, T0P3 = : 100% calf starter + 0% tepung kunyit (w/w), disimpan selama 56 hari, T1P1 = 100%

(4)

calf starter + 0,6% tepung kunyit (w/w), disimpan selama 0 hari, T1P2 = 100% calf starter + 0,6% tepung kunyit (w/w), disimpan selama 28 hari, T1P3 = 100% calf starter + 0,6% tepung kunyit (w/w), disimpan selama 56 hari, T2P1 = 100% calf starter + 1,2% tepung kunyit (w/w), disimpan selama 0 hari, T2P2 = 100% calf starter + 1,2% tepung kunyit (w/w), disimpan selama 28 hari, T2P3 = 100% calf starter + 1,2% tepung kunyit (w/w), disimpan selama 56 hari.

Parameter yang diamati adalah total jamur, keberadaan bakteri gram negatif dan Aspergillus flavus. Semua data yang diperoleh dari parameter yang diukur kemudian diolah dan dianalisis menggunakan Uji ANOVA, jika diperoleh hasil yang signifikan maka dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan.

Tahap analisis

Analisis total jamur dilakukan berdasarkan (Fardiaz, 1993) menggunakan metode tuang (pour plate). Pellet calf starter dihaluskan dan ditimbang sebanyak 1 g lalu dimasukkan dalam tabung 10-1 dan dihomogenkan. Pengenceran dilakukan sampai dengan tabung 10-4 (pengenceran 10.000x) kemudian diambil 1 ml dari tabung sebelumnya dan ditambahkan pada tabung selanjutnya lalu dihomogenkan. Disiapkan 5 buah cawan petri dan diberi tanda label blanko dan pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, kemudian dimasukkan 1 cc NaCl 0,85% pada blanko dan 1 cc dari pengenceran bahan pada cawan petri sesuai dengan tanda masing-masing. Ditambahkan media NA (Nutrient Agar) cair yang bersuhu 40-420C dan dituangkan pada masing-masing cawan petri sebanyak ± 25 cc. kemudian dihomogenisasi pada alas datar dan ditunggu sampai agar membeku. Diinkubasi pada inkubator pada suhu 37℃selama 3–5 hari. Dihitung total jamur yang tumbuh pada masing-masing cawan petri.

Pengujian pewarnaan Gram dilakukan berdasarkan (Cappucino dan Sherman, 1983) dengan beberapa langkah yaitu : preparasi sempel, kemudian pembuatan sediaan dan yang terakhir adalah interprestasi hasil yaitu jika bakteri gram positif akan berwarna ungu sedangkan jika bakteri gram negatif akan berwarna merah.

Identifikasi Aspergillus flavus dilakukan dengan metode deskriptif yaitu pellet calf starter dihaluskan lalu ditimbang sebanyak 1 g dimasukkan dalam tabung 10-1 dan dihomogenkan. Pengenceran dilakukan sampai dengan tabung 10-4 (pengenceran 10.000x) kemudian diambil 1 ml dari tabung sebelumnya dan ditambahkan pada tabung selanjutnya lalu dihomogenkan. Disiapkan 5 buah cawan petri dan diberi tanda label blanko dan pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, kemudian dimasukkan 1 cc NaCl 0,85% pada blanko dan 1 cc dari pengenceran bahan pada cawan petri sesuai dengan tanda masing-masing. Ditambahkan media NA (Nutrient Agar) cair yang bersuhu 40-420C dan dituangkan pada masing-masing cawan petri sebanyak ± 25 cc. kemudian dihomogenisasi pada alas datar dan ditunggu sampai agar membeku. Diinkubasi pada inkubator pada suhu 37℃ selama 3–5 hari. Dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis.

(5)

Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis total jamur, bakteri gram negatif dan Aspergillus flavus pada pellet calf starter dengan penambahan tepung kunyit dengan taraf yang berbeda dan lama penyimpanan yang berbeda adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Analisis Total Jamur pada Pellet Calf Starter Penyimpanan

Pellet

Penambahan Tepung Kunyit

Rataan T0 (0%) T1 (0,6%) T2 (1,2%) P0 (0 hari) 8,21 × 103 c 24,50 × 103 a 16,80 × 103 b 16,50 × 103 P1 (28 hari) 16,50 × 103 b 20,10 × 103 ab 6,31 × 103 c 14,30 × 103 P2 (56 hari) 5,00 × 103 c 12,00 × 103 bc 14,80 × 103 b 10,60 × 103 Rataan 9,90 × 103 18,87 × 103 12,64 × 103 13,80 × 103

Superskrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukan perbedaan yang sangat nyata (p<0,05)

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 2 menunjukan bahwa pellet calf starter yang ditambah tepung kunyit pada berbagai lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap total jamur. Hasil uji berganda Duncan menunjukan bahwa perlakuan P0T1 tidak berbeda nyata dengan P1T1 tetapi berbeda dengan interaksi lainnya, P1T1 tidak berbeda nyata dengan P0T1, P0T2, P1T0, P2T2 dan P2T1 tetapi berbeda dengan interaksi lainnya, P2T1 tidak berbeda nyata dengan P1T1, P0T2, P1T0, P2T2, P0T0, P1T2 dan P2T0 tetapi berbeda dengan P0T1. Pertumbuhan jamur tertinggi terjadi pada P0T1 yaitu 24,50 × 103CFU/g sedangkan pertumbuhan jamur terendah terjadi pada P2T0 yaitu 5,00 × 103CFU/g hal ini kemungkinan terjadi karena pada saat proses pembuatan pellet calf starter sudah tercemar. Penyimpanan pakan dan bahan baku pakan pada suhu ruang membuat bakteri patogen yang bersifat aerob lebih dominan dalam memanfaatkan nutrien yang terkandung. Menurut Resniati et al. (2017) semakin lama penyimpanan pakan dan bahan baku pakan maka dapat menurunkan kualitas mikroorganismenya. Kandungan utama kunyit adalah minyak atsiri dan kurkuminoid. Kurkuminoid memiliki senyawa turunan berupa kurkumin, ternyata kurkumin kurang dapat menghambat pertumbuhan jamur. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhayati et al. (2008) yang menyatakan jamur Alternaria solani yang diberi kurkumin, pertumbuhannya tidak terhambat.

Tabel 3. Hasil Identifikasi Bakteri Gram Negatif pada Pellet Calf Starter

Penyimpanan Pellet Penambahan Tepung Kunyit Rataan

T0 (0%) T1 (0,6%) T2 (1,2%)

P0 (0 Hari) Tidak ada Ada (batang) Ada (batang) Ada (batang) P1 (28 Hari) Ada (batang) Ada (batang) Ada (batang) Ada (batang) P2 (56 Hari) Ada (batang) Ada (batang) Ada (batang) Ada (batang) Rataan Ada (batang) Ada (batang) Ada (batang) Ada (batang) Berdasarkan hasil analisis kualitatif pada Tabel 3 menunjukan bahwa dari seluruh perlakuan terdapat bakteri gram negatif dalam bentuk batang pada pellet calf starter. Hal ini kemungkinan

(6)

terjadi karena bakteri gram negatif lebih tahan terhadap anti bakteri dan anti hepatoksik yang terkandung dalam kunyit. Menurut Harti (2015) bakteri gram negatif memiliki dinding sel yang kompleks yang terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan lipopolisakarida dan lapisan peptidoglikan sehingga lebih rentan terhadap kerusakan secara mekanik dan kimiawi. Berdasarkan bentuk morfologinya bakteri memiliki bentuk yaitu batang, buat, koma dan spiral. Hal ini sesuai dengan pendapat SNI (2009) yang menyatakan bahwa bakteri merupakan mikroba bersel tunggal yang memiliki dinding sel dan mempunyai bentuk utama batang, bulat, koma dan spiral.

Tabel 4. Hasil Identifikasi Aspergillus flavus pada Pellet Calf Starter

Penyimpanan Pellet Penambahan Tepung Kunyit Rataan

T0 (0%) T1 (0,6%) T2 (1,2%)

P0 (0 Hari) Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada

P1 (28 Hari) Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

P2 (56 Hari) Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Rataan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Berdasarkan hasil analisis kualitatif pada Tabel 4 menunjukan bahwa dari seluruh perlakuan ternyata tidak terdapat Aspergillus flavus pada pellet calf starter. Hal ini menunjukan bahwa pellet calf starter aman untuk diberikan kepada ternak karena tidak terdapat Aspergillus flavus karena biasanya kontaminasi jamur pada pakan ternak di daerah tropis paling banyak ditemukan adalah Aspergillus. Menurut Ahmad (2009) Aspergillus flavus adalah pencemar utama pada pakan dan bahan penyusun pakan dibandingkan dengan cendawan lainnya. Jamur Aspergillus flavus menghasilkan koloni berwarna kuning hijau hingga kehitaman. Amalia (2013) menyatakan bahwa Aspergillus flavus menghasilkan alfatoksin untuk mencemari biji-bijian seperti kacang-kacangan dan jagung.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pellet calf starter yang ditambah tepung kunyit dengan lavel 0%, 0,6% dan 1,2% dan disimpan selama 0, 28 dan 56 hari berpengaruh terhadap total jamur namun tidak berpengaruh terhadap keberadaan bakteri gram negatif dan Aspergillus flavus.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan taraf penambahan tepung kunyit yang lebih tinggi pada pellet calf starter pada setiap perlakuannya.

(7)

Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada SMK Theresiana Semarang atas izinnya dalam pelaksanaan analisis mikrobiologi, Laboratorium Teknologi Pakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro atas fasilitas yang diberikan.

Daftar Pustaka

Ahmad, R. Z. 2009. Cemaran kapang pada pakan dan pengendaliannya. J. Litbang Pertanian. 28 (1) : 15–22.

Amalia, N. 2013. Identifikasi jamur Aspergillus flavus pada kacang tanah (Arachis hypogaea L) yang dijual di Pasar Kodim. J. Analis Kesehatan Klinikal Sains. 1 (1) : 1 -10.

Cappucino JG, Sherman N. 1983. Microbiology: A Laboratory Manual. New York : Addison -Wesley Publ Comp.

Cunningham, J. G. 2002. Textbook of Veterinary Phisiology. Saunders Company, USA. Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Harti, A.S. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. ANDI, Yogyakarta.

Mukodiningsih, S., S. P. S. Budhi, A. Agus, Haryadi dan S. J. Ohh. 2010. Effect of molasses addition level to the mixture of calf starter and corn fodder on pellet quality, rumen development and performance of Frisien Holstein calves in Indonesia. J. Animal Science and Technology 52 (3) : 229–236.

Nurhayati, I., Syulasmi A., dan Hamdiaty Y. 2008. Aktivitas antifungi ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan jamur Alternaria porri Ellis secara In Vitro. UPI FMIPA.

Resniati., S. Mukodiningsih dan R. I. Pujaningsih. 2017. Total bakteri asam laktat serta keberadaan bakteri gram negatif pada pelet calf starter yang ditambah limbah kubis fermentasi. Prosiding Seminar Nasional 2017. Hal : 709–716.

Sinurat, A. P., T. Purwadarja., I. A. K. Bintang., P. P. Ketern., N. Bermawie., M. Raharjo dan M. Rizal. 2009. Pemanfaatan kunyit dan temulawak sebagai imbuhan pakan untuk ayam broiler. JITV. 14 (2) : 90–96.

Standar Nasional Indonesia. 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. No. 7388-1996. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Formulasi Calf starter
Tabel 2. Hasil Analisis Total Jamur pada Pellet Calf Starter Penyimpanan
Tabel 4. Hasil Identifikasi Aspergillus flavus pada Pellet Calf Starter

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, Jaksa Penuntut Umum menyatakan terdakwa Jo bin We telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana pencurian dalam keadaan memberatkan yang sebagaimana diatur dan

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran kecemasan yang dialami oleh ibu hamil dalam menghadapi kecemasan pra persalinan, mengetahui

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada studi pustaka dan studi lapangan di Kampung Petamburan.Hasil analisis menyimpulkan bahwa karakteristik

masjid yang sudah ada saat ini sangat sederhana, belum terencana dengan baik, dan sejalan perkembangan lingkungan, bentuk masjid sudah kurang

Dari Hasil uji beda nyata jujur BNJ 1% dari nilai rata-rata kadar kolesterol total serum darah tikus, maka di dapatkan notasi BNJ seperti pada table 4.1.1b dibawah ini : Tabel 4.1.1b

Hasil penelitian didapatkan dari 16 pasang kembar dengan 320 pola pada jari tangan, pola sidik jari yang terbanyak yaitu pola whorl 173 jari tangan (54,06%), dengan

Untuk melihat kinerja algoritma koloni lebah buatan pada sistem dalam menghasilkan nilai optimal kadar asupan energi harian dengan carbing untuk penderita DM,

Pada dasarnya dakwah merupakan ajaran agama yang ditujukan sebagai rahmat untuk semua, yang membawa nilai-nilai positif, namun substansi dari dakwah itu sendiri