• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI BESAR DAN PERSEBARANNYA DI KOTA SALATIGA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI BESAR DAN PERSEBARANNYA DI KOTA SALATIGA."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI BESAR

DAN PERSEBARANNYA DI KOTA SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1

Fakultas Geografi

Oleh : W A L U Y O

Nirm : 05.6.106.09010.50077

Kepada

FAKULTAS GEOGRAFI

▸ Baca selengkapnya: pengelompokkan kawasan industri di daerah bekasi merupakan kajian dari konsep geografi yaitu

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Sektor industri pada umumnya pertumbuhannya jauh lebih pesat dari sektor pertanian. Oleh karena itu juga tidak mengherankan bahwa peranan sektor industri dalam perekonomian dalam suatu negara lambat laun menjadi semakin penting. Hal ini tercermin pada sumbangan sektor industri pada Produk Nasional Bruto yang semakin meningkat. Pembangunan dan pengembangan industri di Indonesia tidak hanya cukup menanamkan modal yang besar begitu saja. Hal ini disebabkan latar belakang budaya dan kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia yang masih tergantung pada sektor pertanian. Agar tidak terjadi masalah antara proses industrialisasi dan pembangunan pertanian, maka kedua sektor tersebut diusahakan agar tumbuh secara seimbang. Untuk pengembangan suatu kawasan industri diperlukan perencanaan yang tepat dan matang sebagai penentuan lokasi industri, dengan demikian untuk menentukan suatu lokasi yang cocok bagi kawasan industri, diperlukan identifikasi lokasi yang sesuai agar dapat dijadikan sebagai kawasan industri dengan memperhatikan variabel-variabel penentuan lokasi relatif industri. (dalam Tono Junaedi dan Harry Nugroho, 1996)

(3)

Adapun keberadaan kawasan industri di Kota Salatiga pada waktu itu bermula dari adanya beberapa industri yang ada di Kota Salatiga. Keberadaan industri pada waktu itu didasarkan atas posisi strategis Kota Salatiga yang sekaligus menempatkan Kota Salatiga menjadi salah satu pusat Sub Wilayah Pengembangan (SWP) I dan dalam perjalannya sektor industri di Kota Salatiga berkembang dengan baik. Melihat kenyataan ini, kebijakan pemerintah provinsi Jawa Tengah menjadikan Kota salatiga ditetapkan menjadi salah satu daerah kawasan industri.

Berdasarkan perencanaan provinsi Jawa Tengah yang tertuang dalam Rencana Umum Tata Ruang (RUTRK) Jawa Tengah, dijelaskan bahwa untuk mengatasi kesimpangsiuran penggunaan tata ruang kawasan industri, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menetapkan 8 (delapan) kawasan industri pada daerah-daerah kabupaten (SK Gubernur No. 530.05/48/09). Daerah Kota Salatiga merupakan salah satu dari delapan daerah yang termasuk dalam ketetapan tersebut. Sedang kawasan industri yang dimaksud disini sesuai dengan Keppres No. 59 tahun 1989 adalah tempat pemusatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan fasilitas penunjang lainnya yang disediakan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri. Pembangunan kawasan industri dimaksudkan sebagai upaya pemerintah untuk menciptakan suatu iklim yang lebih baik melalui penyediaan lokasi industri yang didukung oleh fasilitas dan prasarana yang lengkap dan berorientasi pula kepada kemudahan untuk mengatasi masalah pengelolaan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah industri. (Diperindagkop Kota Salatiga, 2007)

Sedangkan menurut Keppres No. 59 Tahun 1989 tentang penempatan lokasi kawasan industri pengolahan dilengkapi dengan prasarana, sarana dan fasilitas penunjang lainnya yang disediakan dan dikelola oleh kawasan industri. Kriteria untuk penggolongan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja (BPS, 1990) sebagai berikut :

(4)

Penetapan Kota Salatiga sebagai salah satu dari delapan daerah yang termasuk dalam kawasan industri cukup beralasan karena, dalam merencanakan suatu kawasan industri suatu wilayah harus didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai seperti upah tenaga kerja yang ada masih relatif murah, maupun faktor wilayah pada daerah (Diperindagkop, 2007). Selain itu faktor strategis lainnya seperti, berada pada posisi jalur jalan besar antara Solo – Boyolali – Salatiga – Semarang dan merupakan Sub Wilayah Pembangunan (SWP) I Jawa Tengah dengan pusatnya di Semarang yang secara strategis letaknya dekat dengan Kota Salatiga. Kota Salatiga dengan luas wilayah 5.678,11 Ha terbagi kedalam empat kecamatan yaitu Kecamatan Argomulyo, Tingkir, Sidomukti dan Sidorejo. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam merencanakan suatu kawasan industri haruslah mempertimbangkan faktor-faktor sebagaimana tersebut diatas. Selain itu Kota Salatiga juga merupakan pusat kegiatan mulai dari industri, perdagangan maupun sektor jasa dan pemerintahan (Bappeda Kota Salatiga, 2007)

(5)

Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Di Kota Salatiga Tahun 2005 – 2007.

N

1 Pertanian 62.547,34 5,66 65.380,02 5,28 76.343,79 5,57

2 Pertambangan dan Pengggalian 712,06 0,06 806,35 0,07 863,62 0,06 3 Industri Pengolahan 216.927,88 19,6

5

229.572,93 18,5 5

251.617,36 18,36 4 Listrik, Gas dan air Minum 68.653,68 6,22 78.008,68 6,30 83.037,30 6,06

5 Bangunan 57.604,25 5,22 66.557,10 5,38 74.677,07 5,45

6 Perdagangan, Restoran & Hotel 193.552,56 17,5 3

216.153,56 17,4 6

242.100,14 17,67 7 Pengangkutan Dan Komunikasi 135.210,33 12,2

5

146.925,75 11,8 7

157.078,57 11,46 8 Bank dan Lembaga Keuangan 115.351,36 10,4

5 Sumber : PDRB Kota Salatiga tahun 2007

Tabel di atas dapat menginformasikan pada kita bahwa sumbangan sektor industri memberikan kontribusi terbesar nomer dua setelah sector jasa terhadap Pendapatan Domentik Regional Bruto di Kota Salatiga dibandingkan dengan sektor yang berpotensi lainnya seperti, sektor pertanian, pertambangan dan penggalian yang juga mengalami peningkatan selama tahun 2005 sampai tahun 2007. sedangkan secara absolut kenaikan angka nominal sektor industri menunjukan adanya peningkatan dari tahun ketahun, yaitu secara berturut-turut dari Rp 216.927,88 menjadi Rp 229.572,93 pada tahun 2006 dan meningkat menjadi Rp 251.617,36 pada tahun 2007.

(6)

merupakan leading sector sumbangannya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Salatiga maupun sebagai pemicu bangkitnya sektor lain.

Namun demikian, Keberadaan sektor industri tersebut salah satunya dalam penempatan lokasi industri pada suatu wilayah atau kawasan tertentu yang belum tentu sesuai dengan aturan atau kaidah yang telah ditetapkan, terutama untuk industri besar. Hal ini mengingat bahwa peletakan suatu lokasi industri yang tidak tepat akan menyebabkan banyak gangguan maupun tantangan yang akan dihadapi nantinya. Baik itu menyalahi aturan penataan tata ruang yang telah ditentukan, ketersedian listrik, air, sarana telekomunikasi, sarana dan prasarana serta daya dukung lingkungan. Hal ini mengingat pula bahwa secara umum wilayah Kota Salatiga berada pada daerah yang mempunyai topografi relatif bergelombang. Tentunya hal ini akan membawa konsekuensi terhadap letak dari suatu kawasan industri di Kota Salatiga.

Oleh karena itu, kiranya diperlukan adanya suatu kajian ataupun penelitian untuk lokasi kawasan industri besar yang ada sekarang ini sudah sesuai dengan ketentuan atau aturan yang ada atau belum. Karena kalau dilihat di lapangan pada kawasan industri besar tersebut juga menunjukan adanya perkembangan fasilitas sosial ekonomi lainnya seperti pasar, toko-toko maupun swalayan maupun untuk daerah permukiman penduduk, sehingga apakah kawasan tersebut benar-benar merupakan kawasan industri besar atau hanya sebagai akibat dari perkembangan central bussiness distric. Selain itu, berada diwilayah atau lokasi mana saja industri besar tersebut dan berapa luas wilayahnya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui dan bermaksud mengadakan penelitian mengenai : “Kajian Lokasi Kawasan Industri Besar dan Persebarannya di Kota Salatiga “.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan perencanaan dalam RUTRK Provinsi JawaTengah mengenai kawasan lokasi industri di Kota Salatiga maka, penelitian ini berusaha melakukan kajian lokasi terhadap kawasan industri besar serta persebarannya di Kota Salatiga. Sehingga dalam penelitian ini dapat dirumuskan perumusan masalah sebagai berikut :

(7)

saja ?

2. Apakah bagian dari wilayah industri besar di Salatiga ada yang cocok untuk kawasan industri ?

3. Apakah distribusi industri besar yang sudah ada saat ini sudah sesuai dengan persyaratan lokasi industri ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui luas dan persebaran kawasan industri besar di Kota Salatiga.

2. Mengetahui wilayah-wilayah di Kota Salatiga yang cocok sebagai kawasan industri besar.

3. Kajian terhadap lokasi kawasan industri besar di Kota Salatiga.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Menjadi masukan sekaligus pertimbangan-pertimbangan dalam mengkaji lokasi kawasan industri.

2. Untuk perkembangan ilmu geografi, khususnya kajian geografi untuk identifikasi kawasan lokasi potensi industri.

1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya 1.5.1. Telaah Pustaka

Menurut Nursid (1981), bahwa industri sebagai suatu sistem yang merupakan perpaduan subsistem manusia dan subsistem fisis. Tersedianya lahan, bahan mentah atau bahan baku dan sumber daya energi sebagai subsistem fisis yang sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan suatu industri.

(8)

yang terbaik secara ekonomis. Menurut lokasi industri optimal Losch (Economic of location) yang berdasarkan demand (permintaan), sehingga disitu diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri adalah dimana yang bersangkutan dapat menguasai wilayah pasaran yang terluas sehingga dapat menghasilkan paling banyak keuntungan. Menurut teori Robinson (economic geography) yaitu faktor lokasi yang dipakai dalam geograpi perindustrian berkaitan dengan gejala yanag berpengaruh atas penempatan pabrik. Faktor - Faktor yang berpengaruh terhadap lokasi adalah wilayah sumber daya bahan mentah, pasaran, sumber suplai tenaga kerja, wilayah bahan bakar dan tenaga, jalur transportsi, medan wilayah, pajak, dan peraturan penjaluran kota.

Kartono (1983) berpendapat bahwa faktor - faktor umum yang ditetapkan dalam penentuan/pemilihan lokasi industri adalah :

1. Faktor input, meliputi bahan baku, tenaga kerja, energi, air, iklim dan lahan. 2. Faktor output, mencakup pasar atau konsumen dan fasilitas pembuangan. 3. Faktor penunjang tidak langsung terdiri atas pengangkutan dan fasilitas

komu-nikasi.

4. Faktor penunjang tidak langsung misalnya dorongan lokal.

(9)

yang penting dalam praktek dan merupakan parameter-parameter dasar bagi setiap keputusan lokasi. Tetapi praktek menunjukkan adanya faktor-faktor tingkah laku dan institusional yang sukar dikwantitaskan dalam suatu model sederhana, yang juga dapat mempengaruhi keputusan-keputusan lokasi di dalam kerangka yang dibentuk oleh faktor-faktor lainnya.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa, lokasi dari industri sudah pasti ditentukan sehubungan dengan sumber input dan pasar bagi output. Faktor-faktor produksi yang beraneka ragam, lahan, tenaga kerja, modal dan faktor pasar adalah penentu primer dari lokasi. Faklor-faktor ini dapat diperinci menjadi lebih spesifik seperti kwantitas dan kwalitas tenaga kerja. Lokasi geografik dari tempat dan ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan. Penentu lainnya seperti kebijaksanaan pemerintah dan faktor-faktor lingkungan. Suatu wilayah yang memiliki kondisi yang baik dan faktor-faktor tersebut, merupakan lokasi yang relatif lebih baik untuk mendukung timbulnya suatu lokasi wilayah industri.

Menurut Dickinson dalam Glasson (1977) pentingnya pemetaan suatu data kaitannya dengan aspek keruangan dan penggunaannya secara praktis dengan alasan :

1. Untuk menimbulkan daya tarik yang lebih besar pada subyek yang ditampilkan,

2. Dapat memperjelas, menyederhanakan dan menerangkan sesuatu aspek yang lebih penting,

3. Untuk menonjolkan pokok bahasan atau tulisan,

4. Dapat bertindak sebagai sumber data statistik bagi pemakai lainnya.

(10)

1.5.2. Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.2. berikut ini :

Tabel 1.2. Hasil Penelitian Kawasan Industri

Peneliti Tujuan Metode Hasil

 Lokasi kawasan industri di Kabupa-ten Kendal meliputi keadaan fisik, lingkungan binaan, Aksessibilitas, kemudahan memperoleh sarana, dan aspek sumber daya manusia.

(11)

Setyawan ketinggian tempat, ketersediaan lahan kering, bencana alam yang tejadi, melakukan penelitian di Kota Salatiga guna mendapatkan lokasi strategis kawasan industri besar dan persebarannya. Sedangkan perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terlatak pada hasil yaitu lokasi persebaran industri di Kota Salatiga dan menitik beratkan pada hasil persebaran lokasi kawasan industri besar, sedangkan penelitian sebelumnya hanya menghasilkan bahan rujukan untuk industri pada lokasi penelitian masing-masing.

1.6.KerangkaPemikiran

Dalam rangka meningkatkan pembangunan perekonomian di suatu daerah maka salah satu usaha yang sangat berperan adalah menciptakan suatu kawasan industri yang memadai. Kawasan industri ini dikelola oleh pemerintah daerah Kabupaten dengan lokasi basis ditetapkan ditingkat kecamatan. Penentuan kawasan industri ditunjang oleh kebijaksanaan–kebijaksanaan pemerintah yaitu dengan memperhitungkan Rencana Umum Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah maupun Rencana Umum Tata Ruang Kota Salatiga, sehingga akan terbentuk suatu kawasan industri yang terencana dan koordinatif.

(12)
(13)

Gambar 1.1. Diagram Alir Pemikiran Sumber : penulis, tahun 2007

Tata Ruang Wilayah

Kebijakan Pemerintah KawasanIndustri

Industri Besar

Variabel yang dievaluasi Kelerengan Ketinggian Penggunaan lahan Ketersediaan air Daerah rawan erosi Penduduk angkatan kerja

Prasarana Jalan Fasilitas kesehatan Fasilitas telpon Distribusi industri yang

telah ada

Luas, persebaran kawasan industri besar dan lokasi kawasan industri besar di kota Salatiga Faktor geografis

setempat : fisik

non fisik

(14)

1.7. MetodePenelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa data sekunder dan observasi lapangan yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1.7.1.DaerahPenelitian

Lokasi pemilihan daerah penelitian meliputi seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kota Salatiga, yang dipilih secara purposive sampling (Bintarto, 1982) yaitu penentuan pemilihan daerah penelitian berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah : Kota Salatiga merupakan salah satu dari 8 kawasan industri di Provinsi Jawa Tengah, adanya peningkatan kontribusi sektor industri terhadap PDRB di Kota Salatiga serta temuan dilapangan menunjukan adanya konsentrasi kegiatan industri terdapat pada kawasan atau wilayah tertentu yang belum tentu cocok.

1.7.2.PengumpulanData

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari instansi-inslansi terkait seperti:

1. Data mengenai jumlah dan jenis industri (Kanwil Perindustrian dan Kandep Perindustrian),

3. Rencana Umum Tata Ruang Kota dan Peta (BAPPEDA, DPU), 4. Data Kota Salatiga Dalam Angka (Biro Pusat Statistik),

5. Monografi Kecamatan (Kantor Kecamatan), dan 6. Data dari instansi lain yang terkait dengan penelitian.

1.7.3.VariabelPenelitian

Variabel penelitian yang digunakaan dalam penentuan lokasi industri meliputi:

1. Kelerengan Lereng

(15)

Ketinggian tempat juga berpengaruh penting terhadap kelancaran proses kegiatan industri. Semakin tinggi lokasi yang akan digunakan semakin menghambat aktivitas industri. Ketinggian tempat menggunakan kriteria yaitu wilayah tersebut mempunyai ketinggian di bawah 100 meter.(sumber Van Zuidam 1979)

3.PenggunaanLahan(LahanKering Tegalan)

Penggunaan lahan digunakan untuk melihat daya dukung lahan yaitu untuk mengetahui sejauh mana kemampuan sumber daya lahan untuk suatu penggunaan tertentu, seperti lokasi industri. Penggunaan tanah yang cocok untuk kawasan industri adalah lahan kering, yaitu lahan yang bukan untuk pertanian dan permukiman. Lahan yang dimaksud adalah lahan kering tegalan. (sumber Van Zuidam 1979)

4.KctcrsediaanAir

Wilayah yang mempunyai ketersediaan air tinggi memberikan kemudahan dalam penyediaan air untuk industri, karena air sangat diperlukan untuk proses rangkaian kegiatan industri. Ketersediaan air ini dapat berupa air tanah, air sungai, atau air PAM. Kriteria yang digunakan adalah ketersediaan air dari besarnya debit air tanah pada tiap wilayah kecamatan (debit air tanah didapatkan pada data sekunder).

5.Daerah Rawan Erosi

Daerah yang mempunyai kecenderungan terkena bencana alam kurang menguntungkan untuk dijadikan tempat industri. Kriteria daerah rawan erosi ini berupa lokasi kawasan rawan erosi yang ada di Kota Salatiga.

6.PendudukAngkatanKerja

(16)

7.PrasaranaJalan

Semakin baik kondisi jalan maka semakin tinggi mobilitas. Perhitungan untuk prasarana jalan dilihat dari kepadatan jalan yaitu hasil dari panjang jalan (keseluruhan panjang jalan dibagi luas wilayah dari masing-masing kecamatan). Jalan dalam penelitian ini dibedakan menurut status, yaitu jalan negara, jalan provinsi, jalan kabupaten yang diaspal dan jalan kabupaten yang diperkeras.

8.FasilitasKesehatan

Dengan adanya sarana dan prasarana kesehatan sangat menunjang kegiatan industri. Prasarana dan sarana kesehatan berupa rumah sakit, Puskesmas pembantu, dokter, dan paramedis. Masing-masing dari sub variabel ini diklasifikasikan.(jumlah fasilitas kesehatan yang ada)

9.PrasaranaTelepon

Fasilitas telepon mendukung dalam kecepatan arus komunikasi. Kriteria dari prasarana telepon ini dilihat dari keberadaan masing-masing kecamatan. (ada atau belum untuk jangkauan telepon).

1.7.4.TeknikAnalisa

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa deskriptif yaitu menguraikan dan menjelaskan kondisi daerah penelitian baik potensi maupun permasalahannya.

(17)

nilai potensi yang tercermin dari variabel-variabel terpilih serta asumsi yang digunakan. Skor akhir yang diperoleh dapat menggambarkan potensi suatu daerah dan memberi kejelasan asumsi yang dipakai dalam pemberian skor. Sebelum melakukan skoring terhadap masing-masing variabel tersebut perlu melihat hubungan antara keduanya sesuai dengan tujuan. Hubungan yang mencerminkan nilai positif mempunyai nilai tinggi. Klasifikasi akhir adalah akhir dari klasifikasi dan skoring. Klasifikasi akhir dimaksudkan untuk mengetahui kecamatan yang termasuk dalam kategori tinggi, sedang dan rendah. Untuk variabel dalam pembobotan dengan bobot sama. alasannya bila tidak ada satu sangat berpengaruh terhadap lainnya. Jadi kesembilan variabel mempunyai penilaian dan bobot yang sama.

Tabel 1.3.

Klasifikasi Variabel Lokasi Relatif Wilayah Industri

No. Variabel Asumsi Kriteria Klasifikasi Skor

1. Kelerengan 0 – 8%

(18)

6. Penduduk

7. Prasarana Jalan Panjang jalan dibagi luas wilayah

(19)

1.8. Batasan Operasional

Kajian adalah identifikasi terhadap suatu objek dengan sifat-sifat khusus yang ada pada lokasi tersebut (dalam Tono Junaedi, 1997).

Wilayah adalah daerah dengan batasan administratif dan digunakan sebagai satuan untuk perencanaan seperti provinsi, kabupaten, kecamatan atau desa (dalam Tono Junaedi, 1997).

Klasifikasi Penggolongan atau pembagian kelas-kelas kedalam kelompok yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan ( dalam Herry Nugroho, 1996).

Lokasi potensi adalah suatu lokasi atau tempat yang mempunyai kondisi lebih baik bagi suatu peruntukan dibandingkan dengan lokasi atau tempat tinggal lainnya (dalam Herry Nugroho, 1996).

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai akses dalam mencapai suatu maksud dan tujuan (dalam Tono Junaedi, 1997).

Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (dalam Tono Junaedi, 1997).

Kawasan industri adalah tempat pemusatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang lainnya yang disediakan dan dikelola oleh perusahaan (dalam Tono Junaedi, 1997).

Zona industri adalah satuan geografis sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri yang direncanakan dijadikan dan dikelola sendiri tanpa adanay ikatan dalam suatu menejemen (dalam Tono Junaedi, 1997). Aksessibilitas adalah kemampuan bergerak dari suatu tempat ketempat yang lain

(dalam Tono Junaedi, 1997).

(20)

Gambar

Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Tabel 1.2. Hasil Penelitian Kawasan Industri
Gambar 1.1. Diagram Alir Pemikiran
Tabel 1.3.Klasifikasi Variabel Lokasi Relatif Wilayah Industri

Referensi

Dokumen terkait

Bagian Barat Kecamatan Kota yaitu Kecamatan Gebog dan Kecamatan Kaliwungu sebagai sektor pemukiman dan industri, juga terdapat 5 lokasi industri besar di Kecamatan Gebog dan 12

Sebelum dikembangkannya Kawasan Sentra Industri Keripik oleh pemerintah daerah Kota Bandar Lampung, pengusaha keripik pisang Suseno telah terlebih dahulu memulai usaha di

Bobot variabel penentu lokasi pengembangan sentra industri kecil hasil pengolahan perikanan tangkap di kawasan pesisir Kota Pasuruan yaitu dengan tingkat

Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga dalam Rancangan Renstra 2011-2017 telah merencanakan pembangunan gedung perpustakaan yang representatif sehingga

Penetapan Kecamatan Genuk Bagian wilayah Kota (BWK) IV menjadi kawasan industri yang dipersiapkan untuk Zona Industri mengakibatkan para investor mendirikan

Kawasan Mesjid Raya dan Kawasan Istana Maimoon selain sebagai salah satu Kawasan bersejarah di Kota Medan menjadi salah satu segmen penting dalam perkembangan Kota Medan,

Kawasan Mesjid Raya dan Kawasan Istana Maimoon selain sebagai salah satu Kawasan bersejarah di Kota Medan menjadi salah satu segmen penting dalam perkembangan Kota Medan,

Kota salatiga merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang memiliki potensi yang cukup besar sebagai wisata unggulan di Jawa Tengah.Pengabdoan Masyarakat STIEPARI berupa untuk