• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekstrak Kulit Salak (salacca zalacca) Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Mencit Swiss Webster (Mus musculus) Jantan Dengan Tes Toleransi Glukosa Oral.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ekstrak Kulit Salak (salacca zalacca) Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Mencit Swiss Webster (Mus musculus) Jantan Dengan Tes Toleransi Glukosa Oral."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK KULIT SALAK (Salacca zalacca) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN

DENGAN TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL

I Putu Gede Darma Eka Putra, 2014, Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt.,

Pembimbing II : Pinandojo D.S., dr, Drs., AIF.,

Selama ini salak dianggap sebagai buah-buahan yang hanya dapat dinikmati buahnya saja. Tetapi masyarakat belum menyadari bahwa sesungguhnya selain buah, kulitnya pun dapat dikonsumsi dalam bentuk ekstrak karena memiliki khasiat untuk menurunkan glukosa darah. Ekstrak kulit salak diketahui dapat menurunkan glukosa darah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak kulit salak terhadap penurunan glukosa darah mencit.

Metode peneltitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, diukur menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Data yang diukur adalah kadar glukosa darah pada waktu yang telah ditentukan. Populasi mencit Swiss Webster jantan dengan berat 25-30 gram dan dilakukan uji hiperglikemik dengan cara Tes Toleransi Glukosa Oral, dilanjutkan analisa statistik dengan oneway ANOVA, kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey LSD dengan α = 0,05 dengan, nilai kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan kadar glukosa darah setelah pemberian ekstrak kulit salak menunjukkan perbedaan bermakna pada kelompok I dengan dosis 227,5 mg.

Simpulan penelitian kulit salak menurunkan glukosa darah mencit Swiss Webster jantan.

(2)

v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

THE EFFECT OF SALACCA (Salacca zalacca) RIND EXTRACT ON BLOOD SUGAR LEVEL OF WHITE SWISS WEBSTER MALE MICE (Mus musculus)

WITH ORAL GLUCOSE TOLERANCE TEST

I Putu Gede Darma Eka Putra, 2014, 1stTutor : Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt.,

2nd Tutor : Pinandojo D.S., dr, Drs., AIF.,

Salak is regarded as fruits that only be consumed by its fruit. Most people have not realized that salak has its own benefit, the rind can be consumed in the form of an extract as it has an efficacy to decrease blood sugar level.

This research aims to understand the effect of salacca rind extract to decrease blood sugar in mice.

The methods used in this research were laboratory experimental, use Completely Randomized Design, comparative. The data was measured by the average of increase in blood sugar during the day. the average weight of swiss webster male mouses was 25-30 gram and conducted hyperglikemia test oral glucose tolerance test, with the data was evaluated using oneway anava , then proceeded with turkey LSD α = 0.05

The results of this study showed that the salacca rind decreases blood sugar levels significantly with a dose of 227,5 mg.

The conclusion of this study finds that salacca rind extract decrease blood sugar in white swiss webster male mice.

(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3

1.5.2 Hipotesis ... 5

1.6 Metodologi Penelitian……….5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pankreas……….6

2.2 Karbohidrat………7

(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

2.3.1 Metabolisme Energi………...9

2.3.2 Adenosin Trifosfat………...10

2.3.3 Transport Glukosa………...12

2.3.4 Glikogenesis………...13

2.3.5 Glikogenolisis………...14

2.3.6 Metabolisme Energi Glukosa………..15

2.3.7 Glikolisis………...16

2.3.8 Reglukosasi Metabolisme Energi …...………18

2.3.9 Metabolisme Anaerob……….19

2.3.10. Glukoneogenesis………...21

2.4 Glukosa Darah ... 21

2.5 Carboxy Methyl Cellulosse (CMC)………....……...…23

2.6 Reglukosasi Glukosa Darah ... 23

2.6.1 Glukagon……….23

2.7 Diabetes Melitus………24

2.8 Obat Antidiabetik Oral………..25

2.9 Salacca zalacca ... 26

2.9.1. Taksonomi Salak ... 26

2.9.2 Arkeologi Salak ... 26

2.9.3. Pemanfaatan Salak………..27

2.9.4 Botani Salak……….28

2.9.5 Zat Aktif Dalam Salak……….30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan ... 31

3.1.1 Alat ... 31

3.1.2 Bahan ... 31

3.1.3 Subjek Penelitian………,,31

(5)

x Universitas Kristen Maranatha

3.2 Metode Penelitian ... 32

3.2.1 Metode Sampling……….32

3.2.1 Desain Penelitian………..32

3.2.3 Variabel Penelitian………...33

3.3 Prosedur Kerja………...34

3.3.1 Persiapan Hewan Coba……….34

3.3.2 Prosedur Pembuatan Ekstrak Kulit Salak……….35

3.3.3 Prosedur Pembuatan Glibenklamid………...…...35

3.3.4 Prosedur Kerja………..36

3.5 Metode Analisis ... 36

3.5.1Sesudah Pemberian Glukosa Oral ... 36

3.5.2 Sesudah Perlakuan ... 37

3.6 Aspek Etik Penelitian ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 38

4.1.1. Karakteristik Data ... 38

4.1.2. Uji Normalitas Data ... 39

4.1.3. Uji ANAVA Satu Arah untuk Post-test ... 40

4.2 Pembahasan ... 41

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 42

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 46

(6)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Rerata Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan. ... 37

Tabel 4.2. Uji normalitas data pre-test ... 38

Tabel 4.3. Uji normalitas data post-test ... 38

Tabel 4.4. Uji homogenitas varians... 38

Tabel 4.5. Uji ANAVA satu arah ... 39

Tabel 4.6. Hasil multiple comparisons untuk Tukey’s LSD ... 39

(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.2.1 Struktur ATP ... 8

Gambar 2.2.2.2 Interkonversi antara ATP, ADP, dan AMP ... 9

Gambar 2.2.4.1. Proses Glikogenesis... 12

Gambar 2.2.7.1. Proses glikolisis ... 14

Gambar 2.2.9.1. Pembentukan asam laktat ... 18

Gambar 2.8.2. Buah Salak... 25

Gambar 2.8.3. Tanaman Salacca zalacca / Salacca edulis ... 27

(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Konversi Dosis ... 46 Lampiran 2 Perhitungan dosis……….47 Lampiran 3 Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Mencit ... 48 Lampiran 4 Hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit Kelompok 4 dengan

pemberian 4 Dosis Mencit ... 49 Lampiran 5 Perhitungan Statistik ANOVA dan Uji Tukey LSD Kadar Glukosa Darah

(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) atau lebih dikenal dengan sebutan kencing manis

merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karateristik hiperglikemia. DM terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Purnamasari, 2010).

Diabetes mellitus dibagi menjadi 2 kategori utama berdasarkan sekresi insulin endogen, yaitu Diabetes Melitus tipe I (insulin dependent diabetes mellitus, IDDM), dan Diabetes Melitus tipe II (non-insulin dependent diabetes mellitus, NIDDM). Hormon insulin merupakan hormon yang dapat menstabilkan kadar gula dalam darah yang dihasilkan sel beta pankreas (The American Diabetes Association, 2010).

Saat ini, terapi diabetes mellitus didasarkan pada perubahan gaya hidup (therapeutic life changes), terapi insulin, serta regimen obat antidiabetik (Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson, & Loscalzo, 2011). Akan tetapi, terapi diabetes membutuhkan biaya tinggi dalam jangka waktu panjang sehingga tidak seluruh lapisan masyarakat dapat menerima terapi yang adekuat. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa biaya rerata per pasien untuk terapi diabetes mellitus mencapai 7,900 dolar AS per tahun (The American Diabetic Association,

2013).

Sebagai alternatif dari terapi konvensional, masyarakat dapat

menggunakan tanaman herbal untuk membantu menetralkan kadar gula darah. Tanaman herbal yang sering digunakan antara lain daun salam, kulit salak dan kayu manis (Sahputra, 2008).

Selama ini salak dianggap sebagai buah yang hanya dapat dikonsumsi

sebagai makanan. Masyarakat belum menyadari bahwa kulit salak yang bertekstur

(10)

2 Universitas Kristen Maranatha (Salacca zalacca) merupakan tumbuhan yang tumbuh di hutan primer basah dan di rawa-rawa. Kulit buah salak hanya menjadi limbah dan tidak dimanfaatkan

Kulit salak mengandung senyawa pterostilbene, yang merupakan zat antidiabetes yang berperan langsung dalam penurunan kadar gula darah. (Lim, 2012)

Hasil uji fitokimia di IPB (Institut Pertanian Bogor) menunjukkan kulit buah salak mengandung senyawa flavonoid dan tannin, serta sedikit alkaloid.

Senyawa saponin, steroid serta triterpenoid tidak terdeteksi pada kulit buah salak (Sahputra, 2008). Dengan adanya penelitian tersebut maka penulis bermaksud

meneliti untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit salak terhadap gula darah pada mencit dengan TTGO (Tes Tetes Glukosa Oral) dengan dosis yang berbeda.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, didapatkan pertanyaan penelitian:

1. Apakah ekstrak kulit salak (Salacca zalacca) menurunkan kadar gula darah pada mencit Swiss Webster jantan.

2. Apakah potensi penurunan gula darah ekstrak kulit salak sebanding dengan glibenklamid.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit salak terhadap penurunan kadar gula darah.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

(11)

3 Universitas Kristen Maranatha

1.4.2 Manfaat Praktis

Bila pengaruh kulit salak untuk menurunkan kadar glukosa darah dapat dibuktikan, maka masyarakat dapat menggunakan kulit salak sebagai salah satu obat alternatif untuk mengobati diabetes melitus.

1.5Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Hiperglikemia adalah kadar gula darah yang tinggi atau glukosa darah tinggi. Glukosa berasal dari makanan dan minuman. Insulin adalah hormon yang menggerakkan glukosa ke dalam sel di tubuh untuk memberi energi. Hiperglikemia terjadi ketika tubuh tidak membuat insulin yang cukup atau tidak dapat menggunakannya dengan cara yang benar. (PERKENI, 2006).

Radikal bebas adalah molekul yang tidak mempunyai pasangan elektron sehingga tidak stabil dan berusaha mencari pasangan elektronnya (Mc.Murry, 2008). Produksi radikal bebas pada keadaan hiperglikemi ini dapat terjadi melalui 3 jalur yakni aktivasi jalur poliol, nonenzimatic glication dan autooksidasi glukosa. Pada jalur poliol terjadi pembentukan advanced glycosylation end products (AGE) dari fruktosa-3 phosphate dan 3-deoksiglucosone. jika AGE

tersebut berikatan dengan reseptor AGE akan terbentuk radikal bebas. Keberadaan radikal bebas dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan dari sel-sel tubuh. Untuk mengatasi keadaan ini maka dibutuhkan antioksidan yang berfungsi untuk

melawan efek radikal bebas. (Sidartawan Soegondo,1999).

Kulit salak mengandung zat aktif utama flavonoid berupa quercetin yang dapat berfungsi sebagai antioksidan (Badan POM RI, 2004). Flavonoid quercetin

dapat menghambat kerja enzim alfa glukosidase sehingga menyebabkan penurunan kadar gula darah serta mengurangi pembentukan radikal bebas.

Quercetin tergolong dalam antioksidan jenis secondary antioxidant trap radicals

(12)

4 Universitas Kristen Maranatha patologis pada keadaan hiperglikemi. Mekanisme kerja quercetin dalam melindungi tubuh terhadap efek radikal bebas adalah dengan mengurai oksigen radikal, melindungi sel dari peroksidasi lipid, memutuskan rantai reaksi radikal, mengikat ion logam dari kompleks inert sehingga ion logam tersebut tidak dapat berperan dalam proses konversi superoksida radikal dan hidrogen peroksida menjadi radikal hidroksil.( Andi Wijaya, 1999 ).

(13)

5 Universitas Kristen Maranatha

1.5.2 Hipotesis Penelitian

1. Ekstrak kulit salak menurunkan kadar gula dalam darah pada mencit

Swiss Webster jantan.

2. Ekstrak kulit salak menurunkan kadar gula dalam darah pada mencit

Swiss Webster jantan sebanding dengan Glibenklamid.

1.6 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Data yang dihitung adalah rerata penurunan gula darah selama percobaan. Populasi mencit Swiss Webster jantan sebanyak 25 ekor dengan berat 25-30 gram.

Setelah dilakukan pengujian dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO), dengan jumlah sampel yang ditentukan, maka dilakukan analisa statistik dengan

(14)

44 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

 Ekstrak kulit salak menurunkan kadar glukosa darah pada tikus dengan Tes

Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

 Efek penurunan kadar glukosa darah oleh ekstrak kulit salak sebanding

dengan glibenklamid

5.2 Saran

1. Menggunakan sediaan yang lain seperti infusa, dekokta, teh, atau sirup.

2. Melakukan penelitian dengan perbandingan menggunakan bahan induksi lain seperti sukrosa atau aloksan.

(15)

PENGARUH EKSTRAK KULIT SALAK (Salacca zalacca) TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA MENCIT SWISS WEBSTER (Mus musculus) JANTAN DENGAN TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL

(TTGO)

THE EFFECT OF SALACCA (Salacca zalacca) RIND EXTRACT ON BLOOD SUGAR LEVEL OF WHITE SWISS WEBSTER MALE MICE (Mus

musculus) WITH ORAL GLUCOSE TOLERANCE TEST

Endang Evacuasiany 1, Pinandojo Djojosoewarno2, I Putu Gede Darma Eka Putra 3

1Bagian Ilmu Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,

Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

3Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Selama ini salak dianggap sebagai buah-buahan yang hanya dapat dinikmati buahnya saja. Tetapi masyarakat belum menyadari bahwa sesungguhnya selain buah, kulitnya pun dapat dikonsumsi dalam bentuk ekstrak karena memiliki khasiat untuk menurunkan glukosa darah. Ekstrak kulit salak diketahui dapat menurunkan gula darah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak kulit salak terhadap penurunan gula darah mencit.

Metode peneltitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, diukur menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Data yang diukur adalah kadar gula darah pada waktu yang telah ditentukan. Populasi mencit Swiss Webster jantan dengan berat 25-30 gram dan dilakukan uji hiperglikemik dengan cara Tes Toleransi Glukosa Oral, dilanjutkan analisa statistik dengan oneway ANOVA, kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey LSD dengan α = 0,05 dengan, nilai kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan kadar glukosa darah setelah pemberian ekstrak kulit salak menunjukkan perbedaan bermakna pada kelompok I dengan dosis 227,5 mg.

Simpulan penelitian kulit salak menurunkan glukosa darah mencit Swiss Webster jantan.

Kata kunci: kulit salak, gula darah, hiperglikemia dan Tes Toleransi Glukosa Oral

ABSTRACT

These times salak is regarded as fruits that can only be enjoyed its fruit form. But most people have not realized that actually has it own benefit besides for eating, its skin can too be consumed in the form of an extract as it has an efficacy. Salacca rind extracts is known to lower blood sugar.

This research aims to understand the effect of salacca rind extract to a lower blood sugar in mice.

The methods used in this research are laboratory experimental, use Completely Randomized Design, comparative. The data is measured by the average of increase in blood sugar during the day. the average weight of swiss webster male mouses is 25-30 gram and were conducted hiperglikemia test oral glucose tolerance test, with the data is evaluated using anova oneway , then were proceeded with turkey LSD α = 0.05

(16)

The conclusion of this study finds that salacca rind extract decrease blood sugar in white swiss webster male mice.

Keywords: Salacca zalacca, salacca rind extract, blood glucose and hyperglicemia

PENDAHULUAN

Gula darah adalah gula yang terlarut dalam darah. Kadar gula darah normal adalah 4-8 mmol/l atau 60-140 mg/dl. Setiap orang memiliki kadar gula darah yang berbeda, yang dipengaruhi pola makan, intensitas aktivitas, dan latihan fisik. Kadar gula darah di atas batas normal disebut hiperglikemia, yang paling banyak diakibatkan penyakit diabetes mellitus.

Diabetes mellitus dibagi menjadi 2 kategori utama berdasarkan sekresi insulin endogen, yaitu diabetes mellitus tergantung insulin (insulin dependent diabetes mellitus, IDDM) atau DM tipe I, dan diabetes mellitus tidak tergantung insulin (non-insulin dependent diabetes mellitus, NIDDM) atau DM tipe II (degeneratif). Hormon insulin merupakan hormon yang dapat menstabilkan kadar gula dalam darah yang dihasilkan sel beta pankreas (1).

Saat ini, terapi diabetes mellitus didasarkan pada perubahan gaya hidup (therapeutic life changes), terapi insulin, serta regimen obat antidiabetik (2). Akan tetapi, terapi diabetes membutuhkan biaya tinggi dalam jangka waktu panjang sehingga tidak seluruh lapisan masyarakat dapat menerima terapi yang adekuat. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa biaya rerata per pasien untuk terapi diabetes mellitus mencapai 7,900 dolar AS per tahun (3).

Sebagai alternatif bagi terapi konvensional, masyarakat dapat menggunakan tanaman herbal untuk membantu menetralkan kadar gula darah. Tanaman herbal yang sering digunakan antara lain daun salam, kulit salak dan kayu manis (4).

Salak (Salacca zalacca) merupakan tumbuhan yang tumbuh di hutan primer basah dan di rawa-rawa. Kulit salak memiliki tekstur yang bersisik gepeng. Kulit salak mengandung senyawa pterostilbene, yang

merupakan zat antidiabetes yang berperan langsung dalam penurunan kadar gula darah.

Selama ini salak dianggap sebagai buah yang hanya dapat dikonsumsi sebagai makanan. Masyarakat belum menyadari bahwa kulit salak yang bertekstur kasar, berwarna coklat dan bersisik dapat dimanfaatkan sebagai obat. Selama ini kulit buah salak hanya menjadi limbah dan tidak dimanfaatkan.

Hasil uji fitokimia di IPB (Institut Pertanian Bogor) menunjukkan kulit buah salak mengandung senyawa flavonoid dan tannin, serta sedikit alkaloid. Senyawa saponin, steroid serta triterpenoid tidak terdeteksi pada kulit buah salak (Sahputra, 2008). Dengan adanya penelitian tersebut maka penulis bermaksud meneliti untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit salak terhadap gula darah pada mencit dengan TTGO (Tes Tetes Glukosa Oral) dengan dosis yang berbeda.

METODOLOGI

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Data yang dihitung adalah rerata penurunan gula darah dalam hari selama percobaan. Populasi mencit jantan galur jantan dengan berat 25-30 gram dan jumlah 25 ekor. Lalu mencit dikelompokan menjadi 5 kelompok secara acak, setiap kelompok masing masing terdiri dari 5 ekor mencit.

Ekstrak didapat dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung dengan cara dilarutkan pada carboxy methyl cellulose (CMC) 0,5%. Dosis Glibenklamid pada manusia dewasa adalah 5 mg, maka dosis Glibenklamid untuk mencit adalah 1,3 mg/KgBB yang sebelumnya dibuat dengan menambahkan 200 ml akuades.

(17)

kelompok kontrol negatif yang diberi aquades atau 0,5 cc air suling peroral setelah dipuasakan 20-24 jam. Kelompok II adalah kelompok kontrol positif, diberi 0,5 cc larutan Glibenklamid dosis 1,3 mg/kg BB per oral setelah dipuasakan 20-24 jam. Kelompok III diberi 0,5 cc larutan ekstrak kulit salak 1 DMct (227,5 mg/kgBB) per oral. Kelompok IV diberi 0,5 cc larutan ekstrak kulit salak 2 DMct (455 mg/kgBB) per oral. Kelompok V diberi 0,5 cc larutan ekstrak kulit salak 3 DMct (910 mg/kgBB) per oral.

Sebelum penelitian, mencit dipuasakan selama 20-24 jam, lalu diberikan glukosa per oral setengah jam sesudah pemberian sediaan obat yang diuji. Pada awal percobaan sebelum pemberian obat, dilakukan pengambilan cuplikan darah vena dari ekor mencit. Pengambilan darah diulang setelah perlakuan pada menit ke 30, 60, 90, dan 120.

Setelah dilakukan uji diabetes dengan cara TTGO, dengan jumlah sampel yang ditentukan, maka dilanjutkan evaluasi secara statistik dengan oneway ANOVA, kemudian dilanjutkan dengan uji LSD dengan α = 0,05 menggunakan program komputer dengan, nilai kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji ANAVA satu arah menunjukkan nilai F hitung sebesar 3.046, lebih besar dibandingkan F tabel 0.05 sebesar 2.87, sehingga hasil tes signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara setidaknya dua kelompok perlakuan yang diuji. Untuk menentukan kelompok-kelompok yang berbeda, uji ANAVA dilanjutkan dengan post-hoc test LSD. Tabel 1 menunjukkan hasil statistika ANAVA satu arah.

Tabel 1. Hasil uji ANAVA untuk rerata glukosa darah

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 5031.760 4 1257.940 3.046 .041 Within Groups 8258.400 20 412.920

Total 13290.160 24

Hasil post-hoc test LSD menunjukkan bahwa hanya terdapat perbedaan yang signifikan antara gula darah kelompok kontrol negatif dengan gula darah kelompok dosis kulit salak 1. Hasil post-hoc test dijabarkan dalam tabel 2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang paling efektif dalam menurunkan gula darah adalah pemberian kulit salak dengan dosis 227,5mg. Ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit Salak memiliki efek dalam penurunan kadar glukosa darah mencit. Kandungan flavonoid dalam kulit buah salak memiliki peranan penting dalam menurunkan kadar gula darah mencit. Penelitian Suarsana (2009), menyebutkan senyawa flavonoid

jenis quercetin dapat menurunkan kadar gula darah mencit dengan cara merangsang sel β -pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak.

(18)

Tabel 2. Hasil multiple comparisons menggunakan Least Significant Difference (LSD).

(I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan Mean Difference (I-J) Sig.

LSD Kontrol Negatif Kontrol Positif 24.200 .074

Dosis 1 31.000* .026

Dosis 2 -1.200 .927

Dosis 3 -1.800 .890

Kontrol Positif Kontrol Negatif -24.200 .289

Dosis 1 6.800 1.000

Dosis 2 -25.400 .062

Dosis 3 -26.000 .057

Dosis I Kontrol Negatif -31.000* .074

Kontrol Positif -6.800 .603

Dosis 2 -32.200 .021

Dosis 3 -32.800 .019

Dosis II Kontrol Negatif 1.200 .927

Kontrol Positif 25.400 .062

Dosis I 32.200 .021

Dosis 3 -.600 .963

Dosis III Kontrol Negatif 1.800 .890

Kontrol Positif 26.000 .057

Dosis I 32.800* .019

Dosis 2 -.600 .963

KESIMPULAN

Ekstrak kulit salak menurunkan kadar glukosa darah pada tikus dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Efek penurunan kadar glukosa darah oleh ekstrak kulit salak sebanding dengan glibenklamid.

DAFTAR PUSTAKA

1. The American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care. 2010 January; 33(Supplement 1): p. 562-569.

2. Longo D, Fauci A, Kasper D, Hauser S, Jameson J, Loscalzo J. Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th ed. New York, NY: McGraw-Hill; 2011. 3. The American Diabetic Association.

Economic Costs of Diabetes in the U.S. in 2012. Diabetes Care. 2013 March 6; 36(4): p. 1033-1046.

(19)

42 Universitas Kristen Maranatha

Daftar Pustaka

Sahputra, F. M. (2008). Potensi Ekstrak Kulit dan Daging Buah Salak sebagai Antidiabetes . Bogor: FMIPA Institut Pertanian Bogor.

Andi Wijaya. 1999. Free radicals and antioxidant status. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hlm. 10-3.

Longo, D., Fauci, A., Kasper, D., Hauser, S., Jameson, J., & Loscalzo, J. (2011).

Harrison's Principles of Internal Medicine (18th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

The American Diabetic Association. (2013). Economic Costs of Diabetes in the U.S. in 2012. Diabetes Care, 36 (4), 1033-1046.

Rowland, N. E., & Bellush, L. L. (1989). Diabetes mellitus: stress,

neurochemistry, and behavior. Neuroscience and Biobehavioral Reviews, 13 (4), 199-206.

Kahn, C. R., Weir, G. C., King, G. L., Jacobson, A. M., Moses, A. C., & Smith, R. J. (2004). Joslin's Diabetes Mellitus (14th ed.). Philadelphia, PA: Lippincott Williams and Wilkins.

Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia, dari Sel ke Sistem. Ed. Ke-2. Jakarta: EGC, 2001:674-5.

Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2006.

Jakarta: PB PERKENI.

Sidartawan Soegondo. 1999. Mekanisme komplikasi diabetes melitus, aspek- ilmu-ilmu dasar pada keadaan klinik. Dalam: Naskah lengkap penyakit dalam PIT 99. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI. h. 87-97.

The American Diabetes Association. (2010). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 33 (Supplement 1), 562-569.

(20)

43 Universitas Kristen Maranatha Sherwood, L. (2007). Human Physiology: From Cells to Systems (6th ed.).

Belmont: Thomson Brooks/Cole.

Murray, Bender, Botham, Kennelly, Rodwell, & Weil. (2009). Harper's Illustrated Biochemistry (28th ed.). New York: McGraw-Hill.

Lim, T. K. (2012). Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants (Vol. 1). Springer Science+Business Meda.

Pari, L., & Satheesh, M. A. (2006). Effect of pterostilbene on hepatic key enzymes of glucose metabolism in streptozotocin- and nicotinamide- induced diabetic rats. Life Science, 79 (7), 641-645.

Vessal, M., Hemmati, M., & Vasei, M. (2003). Antidiabetic effects of quercetin in streptozocin-induced diabetic rats. Comparative Biochemistry and Physiology Part C: Toxicology and Pharmacology, 135C (3), 357-364.

Abdelmoaty, M. A., Ibrahim, M. A., S., A. N., & Abdelaziz, M. A. (2010). Confirmatory Studies on the Antioxidant and Antidiabetic Effect of Quercetin in Rats. Indian Journal of Clinical Biochemistry, 25 (2), 188-192.

Katzung, B., Masters, S., & Trevor, A. (2012). Basic and Clinical Pharmacology

(12th ed.). New York: McGraw-Hill.

Vasudevan, A. R., & Balasubramanyam, A. (2004). Thiazolidinediones: A Review of Their Mechanisms of Insulin Sensitization, Therapeutic Potential, Clinical Efficacy, and Tolerability. Diabetes Technology and Therapeutics, 5 (5), 850-863.

Thornberry, N. A., & Gallwitz, B. (2009). Mechanism of action of inhibitors of dipeptidyl-peptidase-4 (DPP-4). Best Practice & Research Clinical

Endocrinology & Metabolism, 23 (4), 479-486.

McCance, K. L., & Huether, S. E. (2009). Pathophysiology: The Biologic Basis for Disease in Adults and Children. Philadelphia: Mosby-Elsevier.

Krantz, A., & Bailey, C. (2005). Oral Antidiabetic Agents: Current Role in Type 2 Diabetes Mellitus. Drugs, 65 (3), 385-411.

Cao, H., Polansky, M. M., & Anderson, R. A. (2007). Cinnamon extract and polyphenols affect the expression of tristetraprolin, insulin receptor, and glucose transporter 4 in mouse 3T3-L1 adipocytes. Archives of Biochemistry and

Gambar

Gambar 1.1 Skema hubungan antara DM, radikal bebas, dan antioksidan
Tabel 2. Hasil multiple comparisons menggunakan Least Significant Difference (LSD).

Referensi

Dokumen terkait

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan saya bersedia dituntut di depan pengadilan serta bersedia menerima segala tindakan yang diambil oleh pemerintah,

PERTUNJUKAN GAMELAN MONGGANG PUSAKA KEPANGERANAN GEBANG KINATAR DALAM UPACARA SEREN TAUN DI CIGUGUR KUNINGAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

siklus hidup untuk pengembangan sistem informasi, juga dikenal sebagai model. siklus hidup

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Penerapan Sistem Informasi Geografis Terhadap Pemetaan Kantor Dinas Se-Kaupaten Pati ini berdasarkan hasil

• Operation adalah implementasi dari sebuah service yang dapat direques dari object class untuk menghasilkan behaviour..

Kemudian seorang jenius lain adalah Yaqut Al- Musta‟shimi yang disebutkan dalam sejarah sebagai yang memberikan keindahan tiada tara semasanya pada bidang kaligrafi,

Pengaruh AdopsiInternational Financial Reporting Standards Good Corporate Governance, Dan Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Dan

“ analisis formalis dari karya seni mempertimbangkan efek estetika yang diciptakan oleh bagian-bagian komponen dari desain, bagian-bagian ini disebut elemen formal,