• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Turunnya Penjualan dan Keuntungan Warung Tradisional Akibat Munculnya Minimarket di Kelurahan Gendongan Salatiga T1 162009068 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Turunnya Penjualan dan Keuntungan Warung Tradisional Akibat Munculnya Minimarket di Kelurahan Gendongan Salatiga T1 162009068 BAB IV"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Warung Tradisional

Jenis usaha yang dilakukan oleh pedagang kecil di kota Salatiga beraneka

ragam. Dari hasil observasi ditemukan bermacam usaha yang dilakukan, yaitu

pedagang makanan dan minuman, pedagang pakaian/kain, pedagang

buah-buahan, pedagang alat-alat rumah tangga, pedagang perlengkapan upacara,

pedagang sembako, pedagang hasil bumi, pedagang mainan anak-anak, pedagang

cendera mata. Analisis dalam penelitian ini jenis usaha yang diteliti adalah

pedagang warung tradisonal yang melakukan usaha dagangnya dengan membuka

warung/toko tradisional yang menjual barang dan kebanyakan sama jenisnya

dengan minimarket. Hasil observasi diketahui bahwa kebanyakan pedagang

kelontong menjual item barang lebih sedikit, yang terdiri atas barang kebutuhan

sehari-hari, tidak hanya menjual barang-barang camilan, minuman, tetapi juga

ditemukan toko yang menjual sembako, minyak tanah, dan berbagai sayuran.

Ada kesan bahwa pedagang kecil kumuh dan tidak menjaga kebersihan.

Pengaturan barang belum tertata dengan rapi. Penyebab hal ini adalah tempat

berusaha rata-rata kecil sehingga barang-barang bertumpuk atau kurang rapi.

Kondisi ini membuat konsumen kesulitan mencari barang yang akan dibeli,

seperti tampak pada gambar di bawah ini. Adanya tampilan pedagang tradisional

(kecil) seperti di atas berakibat pada sikap dan perilaku konsumen beraralih ke

(2)

Pedagang warung tradisional yang termasuk dalam usaha mikro

mengalami berbagai permasalahan, yaitu masalah kelemahan aspek manajerial,

kendala keuangan (modal), dan pemasaran produk. Kelemahan manajerial yang

paling tampak adalah kemampuan untuk mengelola karena tidak memiliki

catatan-catatan yang mendetail mengenai jumlah barang, stok barang, termasuk tidak

mengadakan pembukuan secara baik, yang biasanya terwujud dalam bentuk

laporan rugi/laba. Kelemahan manajerial ini berimbas pada masalah permodalan

karena laporan keuangan merupakan salah satu syarat yang penting di dalam

pengajuan kredit. Di bidang pemasaran pedagang kecil tidak agresif. Pedagang

kecil bersifat menunggu konsumen. Hal ini diakui oleh pedagang bahwa mereka

tidak melakukan promosi/iklan.

4.2 Gambaran Umum Minimarket

Sebuah minimarket sebenarnya adalah semacam toko kelontong atau yang

menjual segala macam barang dan makanan, perbedaan nya disini biasa nya

minimarket menerapkan sebuah sistem mesin kasir point of sale untuk

penjualannya, namun tidak selengkap dan sebesar sebuah supermarket. Berbeda

dengan toko kelontong, minimarket menerapkan sistem swalayan, dimana

pembeli mengambil sendiri barang yang ia butuhkan dari rak-rak minimarket dan

membayarnya di meja mesin kasir. Sistem ini juga membantu agar pembeli tidak

(3)

Minimarket yang ada di Indonesia adalah Alfamart, Indomart, Ceriamart,

Starmart, Circle K, dan banyak minimarket yang dikelola individu perorangan

lainnya.

4.3 Penyajian Data

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis turunnya penjualan dan

keuntungan warung tradisional akibat munculnya minimarket di kelurahan

Gendongan Salatiga. Berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, maka dalam

penelitian ini dibutuhkan tiga macam data, yaitu:

a. Harga

b. Kenyamanan

c. Ketersediaan Barang

4.3.1 Harga

Berdasarkan penelitian pada harga dengan warung yang lain dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Harga dengan warung yang lain

Kriteria jawaban Frekuensi Presentase

Lebih Tinggi 2 7,41%

Sama 23 85,18%

Lebih Rendah 2 7,41%

(4)

Grafik 4.1

Harga dengan warung lain

Tabel diatas menunjukan 7,41% harga lebih tinggi dari warung lain,

85,18% harga sama dengan warung lain, 7,41% harga lebih rendah dari warung

lain, ini menunjukan bahwa sebagian besar warung tradisional menjual barang

dagangannya sama dengan warung yang lain.

4.3.2 Kenyamanan

Menurut Christina Whidya Utami (2010: 272), kenyamanan meliputi

keleluasaan bergerak di dalam toko, kemudahan menemukan barang-barang

yang diinginkan, memungkinkan untuk melakukan pembelanjaan secara

menyeluruh, dan penyediaan lahan parkir. Berdasarkan penelitian pada

kenyamanan warung tradisional dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Kenyamanan warung tradisional

Kriteria jawaban Frekuensi Presentase

Sangat nyaman sekali 0 0%

Sangat nyaman 2 7,41%

Nyaman 6 22,22%

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

(5)

Kurang nyaman 19 70,37%

Sangat tidak nyaman 0 0%

Jumlah 27 100%

Grafik 4.2

Kenyamanan warung tradisional

Tabel diatas menunjukan 0% warung tradisional sangat nyaman sekali,

7,41% sangat nyaman, 22,22% nyaman, 70,37% kurang nyaman, 0% sangat

tidak nyaman, ini menunjukan bahwa sebagian besar warung tradisional

merasa kurang nyaman dengan keadaan warung tersebut.

4.3.3 Ketersediaan Barang

Berdasarkan penelitian pada ketersediaan barang warung tradisional dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Ketersediaan barang warung tradisional

Kriteria jawaban Frekuensi Presentase

Sangat cukup sekali 2 7,41%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Sangat nyaman

sekali

Sangat nyaman

Nyaman Kurang nyaman

(6)

Sangat cukup 4 14,81%

Cukup 20 74,08%

Kurang cukup 1 3,70%

Sangat tidak cukup 0 0%

Jumlah 27 100%

Grafik 4.3

Ketersediaan barang warung tradisional

Tabel diatas menunjukan 7,41% ketersediaan barang warung tradisional

sangat cukup sekali, 14,81% sangat cukup, 74,08% cukup, 3,70% kurang

cukup, 0% sangat tidak cukup, ini menunjukan bahwa sebagian besar warung

tradisional merasa cukup ketersediaan barang yang akan dijual.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Pendapatan Warung Tradisional Sebelum Munculnya Minimarket Warung tradisional memiliki pendapatan yang lebih baik sebelum

munculnya minimarket, meskipun tiap warung kelontong memiliki

pendapatan yang berbeda-beda setiap bulannya. Hal ini disebabkan 0.00%

10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00%

Sangat cukup sekali

Sangat cukup

Cukup Kurang cukup

(7)

masyarakat belum memiliki alternative berbelanja selain di warung

tradisional. Pendapatan warung tradisional sebelum munculnya minimarket

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4

Pendapatan Warung Tradisional per Bulan Sebelum Munculnya Minimarket

Nama Warung Pendapatan Sebelum Munculnya Minimarket

Warung A 5.000.000

Warung B 4.000.000

Warung C 6.500.000

Warung D 6.000.000

Warung E 8.000.000

Warung F 5.000.000

Warung G 4.000.000

Warung H 4.500.000

Warung I 6.000.000

Warung J 7.500.000

Warung K 3.000.000

Warung L 2.000.000

Warung M 3.000.000

Warung N 4.000.000

Warung O 4.500.000

Warung P 5.500.000

Warung Q 5.000.000

Warung R 6.500.000

Warung S 7.600.000

Warung T 8.000.000

Warung U 3.500.000

Warung V 3.500.000

Warung W 4.000.000

Warung X 4.500.000

Warung Y 5.000.000

Warung Z 2.000.000

Warung AA 3.000.000

Rata-rata 4.855.556

(8)

4.4.2 Pendapatan Warung Tradisional sesudah Munculnya Minimarket

Munculnya minimarket di Kecamatan Tingkir, Salatiga sekitar tahun 2011

telah merubah pilihan belanja sebagian besar konsumen dari warung

tradisional ke minimarket. Akibatnya, hampir seluruh warung tradisional

mengalami penurunan pendapatan. Pendapatan warung tradisional sebelum

munculnya minimarket dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5

Pendapatan Warung Tradisional per Bulan Sesudah Munculnya Minimarket

Nama Warung Pendapatan Sesudah Munculnya Minimarket

Warung A 3.000.000

Warung B 2.000.000

Warung C 4.500.000

Warung D 4.000.000

Warung E 5.000.000

Warung F 3.000.000

Warung G 2.000.000

Warung H 2.500.000

Warung I 4.500.000

Warung J 5.000.000

Warung K 1.000.000

Warung L -

Warung M 800.000

Warung N 2.000.000

Warung O 2.500.000

Warung P 3.500.000

Warung Q 3.000.000

Warung R 4.500.000

Warung S 5.500.000

Warung T 6.000.000

Warung U 1.500.000

Warung V 1.500.000

Warung W 2.000.000

(9)

Warung Y 3.000.000

Warung Z -

Warung AA 1.000.000

Rata-rata 2.807.407

Sumber : Data Primer, diolah

Tabel diatas menunjukkan bahwa warung tradisional mengalami

perubahan pendapatan sesudah munculnya minimarket, bahkan terdapat 2

(dua) warung yang mengalami kebangkrutan.

4.4.3 Perubahan Pendapatan Sebelum dan Sesudah Munculnya Minimarket

Perbandingan kondisi pendapatan sebelum dan sesudah munculnya

minimarket, akan terlihat bagaimana perubahan pendapatan warung

tradisional. Pendapatan rata-rata warung tradisional mencapai Rp

4.855.556,00 perbulan sebelum munculnya minimarket dan sesudah

munculnya minimarket, pendapatan warung tradisional mengalami penurunan

hingga mencapai Rp 2.807.407,00 perbulan.

Tabel 4.6

Pendapatan Warung Tradisional per Bulan Sebelum dan Sesudah Munculnya Minimarket

Nama

Warung Sebelum Sesudah

Presentase Penurunan Pendapatan

Warung A 5.000.000 3.000.000 40%

Warung B 4.000.000 2.000.000 50%

Warung C 6.500.000 4.500.000 30,77%

Warung D 6.000.000 4.000.000 33,33%

Warung E 8.000.000 5.000.000 37,50%

Warung F 5.000.000 3.000.000 40%

(10)

Warung H 4.500.000 2.500.000 44,44%

Warung I 6.000.000 4.500.000 25%

Warung J 7.500.000 5.000.000 33,33%

Warung K 3.000.000 1.000.000 66,67%

Warung L 2.000.000 - 100%

Warung M 3.000.000 800.000 73,33%

Warung N 4.000.000 2.000.000 50%

Warung O 4.500.000 2.500.000 44,44%

Warung P 5.500.000 3.500.000 36,36%

Warung Q 5.000.000 3.000.000 40%

Warung R 6.500.000 4.500.000 30,77%

Warung S 7.600.000 5.500.000 27,63%

Warung T 8.000.000 6.000.000 25%

Warung U 3.500.000 1.500.000 57,14%

Warung V 3.500.000 1.500.000 57,14%

Warung W 4.000.000 2.000.000 50%

Warung X 4.500.000 2.500.000 44,44%

Warung Y 5.000.000 3.000.000 40%

Warung Z 2.000.000 - 100%

Warung AA 3.000.000 1.000.000 66,67%

Rata-rata 4.855.556 2.807.407 42,18%

(11)

Grafik 4.3

Pendapatan Warung Tradisional per Bulan Sebelum dan Sesudah Munculnya Minimarket

Munculnya minimarket membawa pengaruh yang menyebabkan

menurunnya pendapatan warung tradisional yang ditunjukkan pada tabel

diatas, bahkan ada dua toko yang bangkrut atau tutup dalam kurun waktu

tersebut dan menjadikan keberadaan minimarket sebagai alasan penyebab

menurunnya pendapatan mereka.

Penurunan pendapatan dan kebangkrutan yang menimpa usaha warung

tradisional salah satunya karena akibat tidak kuat menahan arus persaingan

dengan banyaknya minimarket yang dibangun di dalam lingkungan

perumahan dan pinggiran jalan. Keberadaan minimarket yang saling

berhadapan atau berdampingan, menjadikan konsentrasi masyarakat untuk

berbelanja terpecah dan lebih banyak memilih berbelanja di minimarket 0

1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 8000000 9000000

A C E G I K M O Q S U W Y AA

Sebelum

(12)

karena kenyamanan yang ada di minimarket, bahkan kebutuhan

berbelanjapun dapat terpenuhi.

Munculnya minimarket tentunya tidak dapat di klaim sebagai akibat

menurunnya pendapatan warung tradisional, akan tetapi sebaiknya warung

tradisional dapat berusaha mengimbangi dengan keberadaan minimarket

sebagai pemacu semangat mereka dalam mengembangkan usaha mereka

dengan berbagai macam inovasinya. Lamanya usia usaha mereka yang lebih

dahulu dari minimarket, seharusnya hubungan yang terjalin dengan konsumen

bisa lebih erat lagi melalui peningkatan kenyamanan konsumen saat

berbelanja.

4.4.4 Keuntungan Warung Tradisional

Menurut Arifin Sitio (2001: 78), keuntungan yang tinggi merupakan

insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan outputnya dalam jangka

panjang. Sebaliknya, laba yang rendah atau rugi adalah pertanda bahwa

konsumen menginginkan kurang dari produk/komoditi yang ditangani dan

metode produksinya tidak efisien. Munculnya minimarket menyebabkan

minat beli konsumen terhadap warung tradisional mulai menurun. Perubahan

tersebut bisa kita lihat dari penurunan pendapatan warung tradisional hingga

mencapai Rp 2.807.407,00 perbulan, sehingga secara otomatis keuntungan

warung tradisional pun juga ikut menurun.

Hal ini dapat dilihat dari kenyamanan di minimarket yang lebih baik

(13)

lengkap dan berkualitas, berbeda dengan warung tradisional yang hanya

menyediakan barang dagangan dengan stok yang terbatas dan tidak lengkap.

Dengan demikian, konsumen lebih tertarik untuk berbelanja di minimarket.

4.4.5 Pengembangan Warung Tradisional

Semakin berkembangnya dunia ritel membuat warung tradisional berusaha

mengembangkan usahanya, salah satunya memilih untuk meningkatkan

pelayanan agar konsumen tetap berbelanja di warung mereka dengan

beberapa upaya, antara lain :

1. Mengantar barang yang ingin dibeli.

2. Membeli barang melalui telepon.

3. Membayar secara kredit atau berhutang bagi pelanggan setia.

4. Pelayanan yang lebih ramah.

Penataan barang di warung tradisional juga harus lebih diperhatikan

karena konsumen akan lebih nyaman berbelanja dalam suasana toko yang

lebih nyaman. Penataan barang warung tradisional kebanyakan masih kurang

rapi, hanya terkesan barang yang akan dijual terlihat oleh konsumen dan

barang yang dijual tidak dikelompokkan menurut jenisnya sehingga

konsumen sulit untuk menemukan barang yang akan dibeli, bahkan

bergerakpun juga sulit. Berbeda dengan warung tradisional, barang yang

dijual di minimarket ditata dan diatur dengan rapi dan dikelompokkan

menurut jenisnya sehingga konsumen dapat lebih mudah menemukan barang

(14)

konsumen bertambah nyaman, ditambah lagi dengan air conditioner (AC)

Gambar

Tabel 4.1 Harga dengan warung yang lain
Grafik 4.1 Harga dengan warung lain
Grafik 4.2 Kenyamanan warung tradisional
Grafik 4.3 Ketersediaan barang warung tradisional
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa indikator tersebut yang disepakati untuk digunakan sebagai acuan dalam mengukur kemajuan pembangunan manusia adalah Angka Harapan Hidup saat dilahirkan

Serta Bank Perkreditan Rakyat juga merupakan bank penunjang yang memilik keterbatasan wilayah operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan yang terbatas pula seperti

Penelitian mengenai transaksi jual beli tanah dan PPAT sudah pernah di laksanakan. Penelitian yang dilakukan oleh Anindhita Pramenwasri pada tahun 2013 dengan judul “ Tinjauan

Mengingat pentingnya acara ini diminta kepada saudara hadir tepat waktu dan membawa berkas kelengkapan kualifikasi yang terdiri dari :..  Jaminan Penawaran dan Dukungan

Dari beberapa aspek tersebut, muncul sebuah rumusan masalah mengenai hal tersebut yakni: Bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi tenaga kerja Indonesia yang terpidana

Tuladhanipun saking tembung man wonten ing basa Inggris gadhah teges „tiyang‟ dene tembung man ing basa Korea gadhah teges „tiyang‟. Ananging, antawisipun

Ungkapan larangan masyarakat Minangkabau di Kanagarian Inderapura Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan adalah suatu usaha penutur (masyarakat Minangkabau di

pendekatan nilai tambah syariah Berdasarkan tabel 4 hasil pengujian yang dilakukan untuk hipotesis kedua yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada