ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH SEBAGAI
POTENSI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Prasyarat dalam Memproleh Gelar Magister Sains
Program Studi Ilmu Ekonomi
Oleh:
RUSMAYANI TAMBUN
NIM : 082188630083
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH SEBAGAI
POTENSI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Prasyarat dalam Memproleh Gelar Magister Sains
Program Studi Ilmu Ekonomi
Oleh:
RUSMAYANI TAMBUN
NIM : 082188630083
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
ABSTRAKSI
RUSMAYANI TAMBUN, Analisis Pengaruh Pajak Daerah Sebagai Potensi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Sumatera Utara. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2013.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu indikator yang menentukan derajat kemandirian suatu daerah. Salah satu sumber PAD adalah pajak daerah yang memiliki kontribusi yang sangat penting dalam membiayai pemerintahan dan pembangunan daerah. Sumber pembiayaan lainnya adalah transfer pemerintah pusat, jumlah pajak kendaraan bermotor roda 4 atau lebih, jumlah pajak kendaraan bermotor roda 2, dan investasi daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara Transfer pemerintah pusat, jumlah pajak kendaraan bermotor roda 4 atau lebih, jumlah pajak kendaraan bermotor roda 2, dan investasi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk kurun waktu dari tahun 2003 s/d 2010. Data dianalisis menggunakan metode regresi linier. Berdasarkan hasil estimasi diperoleh bahwa variabel pajak kendaraan roda empat atau lebih berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah,dengan nilai probabiliti sebesar 0.0243, variabel pajak kendaraan roda dua berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah, dengan nilai probabilitasnya sebesar 0.0052 lebih kecil dari α 10%, dengan koefesien sebesar 2.896444, dan variabel investasi pemerintah pada BUMD berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah, dengan nilai probabilitasnya sebesar 0.0006. Sementara itu variabel transfer pemerintah pusat berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah, yang ditunjukkan oleh nilai probabilitasnya sebesar 0.0033 lebih kecil dari α 10%. Berdasarkan uji F bahwa variabel bebas untuk pendapatan asli daerah yaitu transfer pemerintah pusat, jumlah penerimaan pajak kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua, daan investasi secara simultan dan signifikan bersama-sama mempengaruhi variabel pendapatan asli daerah pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 90%, sedangkan uji koefisien determinasi (R2) memperlihatkan bahwa sebesar 98,38% variabel pendapatan asli daerah dapat dijelaskan oleh variabel transfer pemerintah pusat, jumlah penerimaan pajak kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua, sedangkan sisanya sebesar 1,62% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
ABSTRACT
RUSMAYANI fat, Regional Tax Effects Analysis For Potential Increased Revenue in North Sumatra. Medan: Medan State University Graduate Program 2013.
Revenue (PAD) is one indicator that determines the degree of independence of a region. One source of tax revenue is an area that has a very important contribution in financing the government and regional development. The other sources is central government transfers, the amount of tax-wheeled motor vehicle 4 or more, the amount of tax-wheeled motor vehicle 2 and investment. This study aimed to determine the effect of central government transfers, the amount of tax-wheeled motor vehicle 4 or more, the amount of tax-wheeled motor vehicle 2, and investment areas for Revenue North Sumatra Province. This study uses secondary data in the form of the period from 2003 s / d 2010. Data were analyzed using linear regression methods. Based on the results obtained estimates that the tax variable four-wheel vehicle or has a positive and significant impact on local revenues, with a value of 0.0243 probabiliti, two-wheeled vehicle tax variable has a positive and significant impact on local revenues, with a probability value of 0.0052 is smaller of α 10%, with a coefficient of 2.896444, and government investment in public enterprises variable has a positive and significant impact on local revenues, with a probability value of 0.0006. Meanwhile, the central government transfers variable is negative and significant impact on local revenues, as demonstrated by the probability value of 0.0033 is less than α 10%. Based on the F test that the independent variable for the revenue of the central government transfers, the amount of tax revenue four-wheeled vehicles and two-wheelers, investment daan simultaneously and jointly significantly affect revenue variable degree of confidence level of 90%, while the test coefficient of determination (R2) shows that 98.38% of revenue variables can be explained by the variables of central government transfers, the amount of tax revenue four-wheeled vehicles and two-wheelers, while the remaining 1.62% is explained by other variables outside the model.
KATA PENGANTAR
Puji dan ucapan syukur senantiasa Penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan, kesempatan dan petunjuk kepada penyusun setiap waktu sehingga dapat menyusun tesis yang berjudul “ANALISIS
PENGARUH PAJAK DAERAH SEBAGAI POTENSI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SUMATERA UTARA".
Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa tulisan ini masih sangat sederhana dan jauh dari sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis menerima masukan, maupun kritik dari berbagai pihak untuk menyempurnakan tesis ini.
Dengan kerendahan hati dan rasa hormat Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. DR. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan; 2. Bapak Prof. DR. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program memberikan masukan dan saran yang bermanfaat dalam penulisan tesis ini; 5. Bapak DR. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si selaku Pembimbing Kedua yang telah
banyak memberikan masukan dan saran yang bermanfaat dalam penulisan tesis ini;
6. Bapak DR. Jonni Manurung dan Bapak DR. Rahmanta, M.Si selaku Penguji dalam sidang seminar dan sidang ujian tesis atas saran dan masukannya;
8. Teristimewa buat orangtuaku J. Tambun dan L. Aritonang dan keluarga mertuaku S. Pasaribu dan T. Munthe serta keluarga besarku yang telah
memberikan restu dan do’a selama perkuliahan sampai tesis ini selesai.
9. Teristimewa buat suamiku tercinta Hendry Pasaribu dan anakku tersayang Enriquest Gonzales Pasaribu yang memberikan dorongan dan semangat serta pengornan yang tulus ikhlas;
10. Kepada rekan-rekan mahasiswa Prodi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberikan motivasi dan dorongan moril untuk menyelesaikan tesis ini;
11. Kepada reken-rekan sejawat SMP Negeri 4 Dolok Panribuan Simalungun Sumatera Utara yang telah memberikan motivasi dan dorongan moril kepada penulis untuk segera menyelesaikan studi di Universitas Negeri Medan.
Akhir kata penulis mengharap tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca tesis ini dan kita semua. Trimakasih.
Pematangsiantar, 20 Maret 2013 Penulis
DAFTAR ISI
2.1.3 Manfaat dalam Perpajakan ... 11
2.1.4 Pengaruh Pajak Terhadap Perekonomian ... 12
2.1.5 Pergeseran Beban Pajak ... 12
2.1.6 Model Leviathan ... 12
2.1.7 Pendapatan Asli Daerah ... 13
2.1.8 Pajak Daerah ... 13
2.1.9 Otonomi Daerah... 17
2.1.10 Otonomi Daerah dan Sistem Desentralisasi ... 23
2.1.11 Sumber Penerimaan Daerah ... 27
2.1.12 Pajak ... 29
2.1.14 Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
3.4.2 Analisis Kuantitatif ... 45
3.4.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 45
3.4.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 47
3.4.5 Pengujian Hipotesis... 48
3.5 Defenisi Operasional ... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Variabel Yang Diteliti ... 51
4.1.1 Keadaan APBD Provinsi Sumatera Utara ... 51
4.1.2 Perkembangan APBD Sumatera Utara ... 52
4.1.3 Kontribusi PAD Terhadap APBD ... 53
4.1.4 Kontribusi Transfer Terhadap APBD ... 54
4.1.5 Kontribusi PKB Terhadap PAD dan APBD ... 55
4.1.6 Kontribusi Hasil Penyertaan Modal Terhadap PAD .. 56
4.1.7 PDRB Sumatera Utara ... 57
4.2 Hasil Uji Prasyarat Analisis... 58
4.2.1 Hasil Uji Normalitas ... 60
4.2.2 Pengujian Masalah Autokorelasi ... 60
4.2.3 Uji Multikolinieritas ... 61
4.3 Hasil Uji Model ... 62
4.3.2 Uji F Statistik (Uji Serempak) ... 64
4.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 66
5.2 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
LAMPIRAN ... 72
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Daerah Tahun 2006-2010 ... 6
Tabel 4.1 Pertumbuhan APBD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2010 ... 52
Tabel 4.2 Kontribusi PAD Terhadap APBD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2010 ... 53
Tabel 4.3 Kontribusi Transfer Pemerintah Pusat Terhadap APBD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2010 ... 54
Tabel 4.4 Kontribusi PKB Terhadap PAD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2010 ... 56
Tabel 4.5 Kontribusi Hasil Penyertaan Modal (Devinden) Terhadap PAD Tahun 2003-2010 ... 56
Tabel 4.6 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1998 Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2009 ... 57
Tabel 4.7 Estimasi Pendapatan Asli Daerah ... 59
Tabel 4.8 Nilai Matriks Korelasi Variabel-variabel Bebas ... 69
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 43
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Estimasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 72
2. Hasil Uji Normalitas pada Model Peneltian Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 73
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1999 telah menyebabkan
perubahan yang mendasar mengenai pengaturan hubungan Pusat dan Daerah,
khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan maupun dalam hubungan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang dikenal sebagai era otonomi
daerah. Dalam era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan
yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Tujuannya antara lain adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah
kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol
penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), juga untuk menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan
mendorong timbulnya inovasi.
Sejalan dengan kewenangan tersebut, Pemerintah Daerah diharapkan lebih
mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi
kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tuntutan peningkatan PAD semakin besar seiring
dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada
daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi
2
yang merupakan transfer keuangan oleh pusat kepada daerah dalam rangka
mendukung pelaksanaan otonomi daerah, meskipun jumlahnya relatif memadai
yakni sekurang-kurangnya sebesar 25% dari Penerimaan Dalam Negeri dalam
APBN, namun, daerah harus lebih kreatif dalam meningkatkan PADnya untuk
meningkatkan akuntabilitas dan keleluasaan dalam pembelanjaan APBD-nya.
Sumber-sumber penerimaan daerah yang potensial harus digali secara maksimal,
namun tentu saja di dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku,
termasuk diantaranya adalah pajak daerah dan retribusi daerah yang memang telah
sejak lama menjadi unsur PAD yang utama.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat
melaksanakan otonomi, Pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan
daerah, diantaranya dengan menetapkan Undang-Undang Republik Indonesia
No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia
No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemberian
kewenangan dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah diharapkan dapat lebih
mendorong Pemerintah Daerah terus berupaya untuk mengoptimalkan PAD,
khususnya yang berasal dari pajak daerah. Dalam upaya mendukung pelaksanaan
pembangunan nasional, pemerintah memberikan kesempatan untuk
menyelenggarakan otonomi daerah dengan mengeluarkan Undang-Undang
Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka dikenal pula istilah
3
tanggung jawab fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dengan
diberlakukannya kebijakan desentralisasi fiskal, maka daerah diberikan kebebasan
untuk mengatur sistem pembiayaan dan pembangunan daerahnya sesuai dengan
potensi dan kapasitasnya masing-masing.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
mengisyaratkan bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal, pemerintah daerah diberi keleluasaan untuk mengelola dan
memanfaatkan sumber penerimaan daerah yang dimilikinya sesuai dengan
aspirasi masyarakat daerah. Untuk melaksanakan dan menyelenggarakan otonomi
daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab diperlukan kewenangan dan
kemampuan daerah untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri yang
didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Dengan demikian, pemerintah daerah harus mampu menggali
sumber-sumber keuangan sendiri agar dapat melaksanakan fungsinya secara efektif dan
efisien, yakni dalam bidang pemerintahan dan pelayanan umum kepada
masyarakat.
Dalam rangka menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, pemerintah
daerah memerlukan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu, pemerintah daerah
harus mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan daerah dalam era otonomi
daerah dan desentralisasi fiskal. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
4
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD);
b. Dana perimbangan; dan
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu indikator yang
menentukan derajat kemandirian suatu daerah. Semakin besar penerimaan PAD
suatu daerah maka semakin rendah tingkat ketergantungan pemerintah daerah
tersebut terhadap pemerintah pusat. Sebaliknya, semakin rendah penerimaan PAD
suatu daerah maka semakin tinggi tingkat ketergantungan pemerintah daerah
tersebut terhadap pemerintah pusat. Hal ini dikarenakan PAD merupakan sumber
penerimaan daerah yang berasal dari dalam daerah itu sendiri.
Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pajak daerah yang
memiliki kontribusi yang sangat penting dalam membiayai pemerintahan dan
pembangunan daerah karena pajak daerah bermanfaat dalam meningkatkan
kemampuan penerimaan PAD dan juga mendorong laju pertumbuhan ekonomi
daerah. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara, tanpa pajak, sebagian
besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Begitupun dengan daerah,
seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka daerah juga memiliki
tanggung jawab sendiri untuk mengelola perpajakannya. Penggunaan uang pajak
meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek
pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah,
rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang
berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka
memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara
5
pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari
pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu daerah
menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan
pembiayaan pembangunan.
Oleh karena itu, pajak juga penting didalam pengelolaan keuangan daerah.
Dalam TAP MPR No.IV/MPR/2000 ditegaskan bahwa: “Kebijakan desentralisasi
daerah diarahkan untuk mencapai peningkatan pelayanan publik dan
pengembangan kreativitas pemerintah daerah, keselarasan hubungan antara pusat
dan daerah serta antar daerah itu sendiri dalam kewenangan dan keuangan untuk
menjamin peningkatan rasa kebangsaan, demokrasi dan kesejahteraan serta
penciptaan ruang yang lebih luas bagi kemandirian daerah”.
Sebagai konsekuensi dari pemberian otonomi yang luas, maka
sumber-sumber keuangan telah banyak yang bergeser ke daerah. Hal ini sejalan dengan
makna desentralisasi fiskal yang mengandung pengertian bahwa kepada daerah
diberikan:
1. Kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri yang dilakukan
dalam wadah PAD yang sumber utamanya adalah pajak daerah dan retribusi
daerah dengan tetap mendasarkan batas kewajaran;
2. Didukung dengan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
Otonomi fiskal daerah merupakan salah satu aspek penting dari otonomi
daerah secara keseluruhan, karena otonomi fiskal daerah menggambarkan
kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan PAD seperti pajak, retribusi
dan lain- lain. Namun harus diakui bahwa derajat otonomi fiskal daerah di
6
rutinnya. Oleh karena itu otonomi daerah bisa diwujudkan hanya apabila disertai
keuangan yang efektif. Pemerintah daerah secara finansial harus bersifat
independen terhadap pemerintah pusat dengan jalan sebanyak mungkin menggali
sumber-sumber PAD (Radianto, 1997:42; A. Halim, 2001:348).
Realitas hubungan fiskal antara daerah dan pusat ditandai dengan tingginya
kontrol pusat terhadap proses pembangunan daerah. Ini terlihat jelas dari
rendahnya PAD terhadap total pendapatan dibandingkan dengan total subsidi
yang dialokasikan dari pusat. Selama ini sumber dana PAD di Sumatera Utara
mencerminkan ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat masih sangat
dominan. Tabel berikut ini adalah struktur penerimaan pemerintah daerah.
Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Daerah Tahun 2006-2010 (dalam jutaan rupiah)
2006 318,566.66 518,595.80 886,311.32 3,748,404.05
35.94% 58.51% 100.00%
2007 474,210.35 521,123.56 1,081,631.45 6,008,260.13
43.84% 48.18% 100%
2008 830,974.16 875,304.12 1,934,153.34 7,275,007.13
42.96% 45.26% 100.00%
2009 1,241,644.89 719,025.09 2,389,761.79 7,787,181.57
51.96% 30.09% 100.00%
2010 1,467,004.57 985,407.97 2,900,227.11 7,252,242.91
50.58% 33.98% 100.00%
Sumber : Laporan Keuangan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara; BPS Provinsi Jawa Barat (diakses secara online)
Keterangan : * : sebagai perbandingan.
Melihat Tabel 1.1, dapat disimpulkan penerimaan PAD Provinsi Sumatera
Utara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimana tahun 2006 jumlah
PAD sebesar Rp.318.566,66 juta (35,94% dari total penerimaan); tahun 2007
7
juta (42,96% dari total penerimaan); tahun 2009 Rp.1.231.644,89 juta (51,96%
dari total penerimaan). Namun jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di
Indonesia (sebagai contoh Provinsi Jawa Barat), dapat dilihat bahwa jumlah
penerimaan Provinsi Sumatera Utara sangat rendah, bahkan tidak mencapai 50%
dari penerimaan Provinsi Jawa Barat.
Keleluasaan dalam usaha menggali sumber-sumber penerimaan tersebut,
banyak daerah yang memikirkan bagaimana meningkatkan tarif pajak dan
retribusi daerah serta obyek-obyek pajak dan retribusi yang baru. Hal ini
menimbulkan keresahan di daerah, karena rakyat khawatir akan membayar pajak
lebih banyak dibanding sebelum adanya otonomi daerah. Dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 34 tahun 2000 pasal 2 ayat (4) disebutkan bahwa dengan
Peraturan Daerah dapat ditetapkan jenis pajak kabupaten/kota selain yang
ditetapkan dalam ayat (2), sedangkan dalam ayat (2) dinyatakan jenis-jenis pajak
yaitu pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, pengambilan
bahan galian golongan C dan pajak parkir. Kenyataan ini berpotensi untuk
mendorong pemerintah daerah saling berlomba dalam menerbitkan Peraturan
Daerah (Perda) dengan mengesampingkan kriteria maupun prinsip perpajakan.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1999 dan Undang-Undang
Republik Indonesia No. 25 tahun 1999 yang sebenarnya dimaksudkan untuk
mengurangi ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat, justru berimplikasi
menciptakan horizontal imbalance, disamping mengurangi vertical imbalance
(Sugiyanto, 2000:4).
Mengingat besarnya peran pajak daerah sebagai salah satu sumber utama
8
bagian yang sangat vital. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
seberapa besar potensi pajak daerah dan pengaruhnya terhadap PAD di Provinsi
Sumatera Utara dan bermaksud menuangkannya dalam penelitian yang berjudul
“Analisis Pengaruh Pajak Daerah Sebagai Potensi Peningkatan Pendapatan
Asli Daerah Sumatera Utara”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini yaitu :
“Apakah ada pengaruh transfer pemerintah pusat, jumlah pajak kendaraan
bermotor roda 4 atau lebih, jumlah pajak kendaraan bermotor roda 2, dan investasi
daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara”.
1.3 Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui pengaruh
transfer pemerintah pusat, jumlah pajak kendaraan bermotor roda 4 atau lebih,
jumlah pajak kendaraan bermotor roda 2, dan investasi daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
a) Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang memerlukan, terutama
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terkait dengan pemanfaatan dan
peningkatan potensi penerimaan PAD;
b) Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan guna peningkatan PAD;
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa variabel jumlah pajak kendaraan
roda 2 (JK2), jumlah pajak kendaraan roda 4 (JK4) dan penyertaan modal
pemerintah/investasi (PMP) berpengaruh positif dan signifikan pada α = 10
persen terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Sumatera Utara, sedangkan
variabel transfer pemerintah pusat (TPP) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Sumatera Utara pada α = 10 persen;
2. Berdasarkan uji F atau uji serempak menunjukkan bahwa variabel bebas untuk
pendapatan asli daerah yaitu transfer pemerintah pusat, jumlah penerimaan
pajak kenderaaan roda empat dan kendaraan roda dua, dan investasi secara
simultan dan signifikan bersama-sama mempengaruhi variabel pendapatan asli
daerah pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 90%;
3. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi (R2) hasil estimasi untuk
pendapatan asli daerah diperoleh nilai R2 sebesar 0.983797. Hal ini
memberikan makna bahwa sebesar 98,38% variabel pendapatan asli daerah
dapat dijelaskan oleh variabel transfer pemerintah pusat, jumlah penerimaan
pajak kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua, sedangkan sisanya
67
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dengan mengacu hasil analisis,
penulis mengemukakan sejumlah saran untuk meningkatkan PAD, yaitu : .
1. Membantu masyarakat dalam pengurusan dokumen kendaraan bermotor
khususnya kendaraan bekas, sehingga degan meningkatnya pemilik kendaraan
bermotor akan berpengaruh pada peningkatan penerimaan pajak kendaraan
bermotor, dan dengan demikian PAD juga akan meningkat;
2. Perlu ditingkatkannya sarana dan prasarana pelayanan pembayaran pajak
kendaraan bermotor atau menambah jumlah outlet pembayaran pajak
kendaraan bermotor dan memanfaatkan jasa perbankan dalam pembayaran
pajak kendaraan bermotor. Dengan banyaknya outlet pembayaran pajak
kendaraan bermotor akan mempermudah wajib pajak dalam memenuhi
kewajibannya, sehingga penerimaan dari sektor pajak kendaraan bermotor
dapat secara efektif dapat diterima oleh kas daerah;
3. Melaksanakan investasi pada usaha-usaha yang mempunyai nilai ekonomis
yang tinggi dan berpartisipasi pada mega proyek yang ada didaerah sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, 2001. “Anggaran Daerah dan Fiscal Stress : Sebuah studi kasus pada Anggaran Daerah Provinsi di Indonesia”
Adi, 2006. Perpajakan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
Alfian Lains, 1985. “Pendapatan Daerah Dalam Ekonomi Orde Baru”, PRISMA,
Badan Pusat Statistik, Pendapatan Regional. Provinsi Sumatera Utara 2003 s/d 2010, Kerjasama Bappeda dan BPS Provinsi Sumatera Utara.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, “Provinsi Sumatera Utara Dalam Angka, Tahun 2003 s/d 2010. Kerjasama Bappeda dan BPS Provinsi Sumatera Utara.
Booth, Anne, 1988. “Pendanaan Pemerintah Pusat Dalam Pengeluaran
Pembangunan Pemerintah Daerah”.
Boediono, 1982. “Teori Ekonomi Moneter” LPPE UGM, Yogyakarta.
Davey K.J, 1988, Pembiayaan Pemerintah Daerah : Praktek-Praktek Internasional
dan Relevansinya bagi Dunia Ketiga”, Penerbit UI Press.
Depertemen Dalam Negeri, 1991, “Pengukuran Kemampuan Daerah Dalam
Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah Yang Nyata dan Bertanggungjawab, Litbang Depdagri, Jakarta.
Devas, Nick, dkk 1989, “Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia”, Penerbit
UI-Press.
Diah Lutfi Wijayanti, 2001 “Sekto-Sektor Ekonomi Potensial dan Pembiayaan Pembangunan Dalam Rangka Otonomi Daerah
Dumairy, 1991, “Matematika Terpan untuk Bisnis dan Ekonomi, BPFE Yogyakarta
Esther Sri Astuti dan Joko Tri Haryanto. 2006. Kemandirian Daerah : Sebuah Perspektif Dengan Metode Path Analysis. Usahawan No. 03 TH XXXV. Maret 2006.
Elmi, Bachrul, 2002. Kebijaksanaan Desentralisasi Fiskal Kaitannya Dengan Hutang Luar Negeri Pemerintah Otonomi Daerah, Jurnal Ekonomi dan Keuangan.
69
Guritno, M, 1990, “Pembangunan Ekonomi Indonesia dalam 25 Tahun
Mendatang” Makalah ISEI Bandung.
Heller PS, 1980, Impak of Inflation on Fiscal Policy in Developing Countries”
IMF Staf Paper XXVII No. Washington.
JENTRO, 2003. Japaness-Affiliated manufacturers in Asia. Survey . March Kaloh, J. 2002. Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Keneeth Davey, 1986. Pembiayaan Pemerintah Daerah Praktek-Praktek Internasional dan Relevansinya Bagi Dunia Ketiga (Terjemahan, Amanullah Dkk) Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Khusaini, Mohammad ,2006. Ekonomi Publik : Desentralisasi Fiskal dan Pembangunan Daerah. BPFE Unibraw, Malang. KPPOD. (2002,2003). Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Jakarta: KPPOD
Kristiadi, JB, 1985. Naskah Sekitar Peningkatan Pendapatn Daerah, Majalah Prisma, No.12 Tahun XIV. LPEM FEUI, 2000, Kajian Analisis Penerimaan Daerah Dalam Rangka Desentralisasi Fiskal, Laporan Pendahuluan, Jakarta. (Tidak dipublikasikan).
Lincolyn Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah (1st ed). Yogyakarta : BPFE
Mardiasmo, 1999. Pengelolaan Keuangan Daerah yang Berorientasi Pada Kepentingan Publik, PAU Studi Ekonomi UGM, Yogyakarta.
Mahi, Raksaka et al. 2001 Fiscal Decentalizations : Its Impact on Cities Growth. Jakarta : Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia
Mahi, Raksaka, 2005. Manajemen Keuangan di Era Otonomi. Usahawan No. 12 TH XXXIV Desember 2005
Mudrajad Kuncoro, 1997. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP AMD YKPN, Yogyakarta.
Mudrajad Kuncoro, 2004. Otonomi Daerah dan Pembangunan Daerah : Reformasi, Perencanaan, Strategis dan Peluang. Erlangga, Jakarta.
Mudrajad Kuncoro dan Anggi Rahajeng, 2005. Peta dan Prospek Iklim Investasi/Bisnis di Indonesia.Kompak No.13 Januari-April.
Munawar Ismail, 2001, Pendapatan Asli Daerah dalam Otonomi Daerah, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.
Meier, Gerald M. (1995). ” Leading Issues in Economic Development” Edisi Ke-6.
70
Nawang Astaning Widiastuti, 2000. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatn Asli Daerah Jawa Timur Tahun 1987 -1988, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Surabaya.
Ray, D. 2002. “ Notes on Domestic Trade and Decentralization. Unpublished Paper.
Desember
Republik Indonesia , (2004-a), Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Republik Indonesia , (2004-b), Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Rubenstein, Ross, 2002. Budgeting and Fiscal Management. International Training Program, GSU, Atlanta.
Reksoprayitno, Soediyono, 1990. Ekonomi Makro : Pengantar Analisis Pendapatan Nasional. Liberty . Yogyakarta.
Sritua, Arif, 1998, Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan, PT. Pustaka CIDESINDO, Jakarta
Sriyana, Jaka, 1999. Hubungan Keuangan Pusat – Daerah, Reformasi Perpajakan dan Kemandirian Pembiayaan Pembangunan Daerah. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan.
Sidik, Machfud , 2001. Studi Empiris Desentralisasi Fiskal : Prinsip, Pelaksanaan di Berbagai Negara, serta Evaluasi Pelaksanaan Penyerahan Personil, Peralatan, Pembiayaan dan Dokumentasi Sebagai Konsekuensi Kebijakan Pemerintah. Batam : Sidang Pleno X ISEI
Sidik, Machfud , 2002. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Sebagai Pelaksanaaan Desentralisasi Fiskal. Makalah Seminar Setahun Implementasi Kebijaksanaaan Otonomi Daerah di Indonesia, Yogyakarta, 13 Maret 2002.
Sadono Sukirno, 2000. Makroekonomi Modern – Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga Keynesian Baru, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suparmoko 2002. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Edisi Pertama. Andi, Yogyakarta.
Sodik, Jamzani dan Didi Nuryadi, 2005. Investasi dan Pertumbuhan Regional (Studi Kasus Pada 26 Propinsi di Indonesia Pra dan Pasca Otonomi.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 10, Agustus. Sutrisno, 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak.
71
Susilo, Gideon Tribudi dan Priyo Hadi Adi, 2007. Analisis Kinerja Keuangan APBD Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah (Studi Empiris di Propinsi Jawa Tengah). Konferensi Penelitian Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik Pertama. Surabaya.
Simanjuntak, Thamrin, 2001. Analisis Potensi Pendapatan Asli Daerah , Bunga Rampai Manajemen Keuangan daerah. UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Tambunan, TH. Tulus, 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia, Teori dan Penemuan Empiris, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Udjianto, Didi. Welly, 2005. Kemampuan Keuangan Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi .
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undangundang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah.
World Bank . 2003, Kota – Kota dalam Transisi : Tinjauan Sektor Perkotaan pada Era Desentralisasi di Indonesia. Working Paper No. 7.123