• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MASA PAPARAN DEBU KAYU DAN UAP THINNER TERHADAP VO Pengaruh Masa Paparan Debu Kayu Dan Uap Thinner Terhadap VO2MAX Pada Tenaga Kerja Industri Mebel Di Jepara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MASA PAPARAN DEBU KAYU DAN UAP THINNER TERHADAP VO Pengaruh Masa Paparan Debu Kayu Dan Uap Thinner Terhadap VO2MAX Pada Tenaga Kerja Industri Mebel Di Jepara."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MASA PAPARAN DEBU KAYU DAN

UAP THINNER TERHADAP VO2MAX PADA TENAGA KERJA

INDUSTRI MEBEL DI JEPARA

NASKAH PUBLIKASI

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI

Disusun Oleh :

LUQMANUL HAKIM

J120100011

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

Naskah Publikasi Ilmiah Dengan Judul Pengaruh Masa Paparan Debu Kayu dan Uap Thinner terhadap VO2Max pada Tenaga Kerja Industri Mebel

di Jepara

Naskah Publikasi Ilmiah Ini Telah Disetujui Oleh Pembimbing Skripsi Untuk

Dipublikasikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan oleh :

LUQMANUL HAKIM

J120100011

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing I

Isnaini Herawati, S.FT, M.Sc.

Pembimbing II

Umi Budi Rahayu, S.FT, M.Kes.

Mengetahui,

Ka.Progdi Fisioterapi FIK UMS

(3)

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Luqmanul hakim

NIM : J120100011

Fakultas : Ilmu Kesehatan

Program Studi : S1 Fisioterapi

Jenis : Skripsi

Judul Skripsi : Pengaruh Masa Paparan Debu Kayu dan

Uap Thinner terhadap VO2Max pada Tenaga Kerja

Industri Mebel di Jepara

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :

1. Memberikan hak bebas royalty kepada perpustakaan UMS atas penulisan

karya ilmiah saya, demi mengembangkan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan / pengalih formatkan,

mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya

serta menampilkan dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis

kepada perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta izin dari saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta.

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa

melibatkan pihak perpustakaan UMS, dari segala bentuk tuntutan hukum

yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 22 Juli 2014

Yang menyatakan

(4)

PENGARUH MASA PAPARAN DEBU KAYU DAN UAP

THINNER TERHADAP VO2MAX PADA TENAGA KERJA

INDUSTRI MEBEL DI JEPARA

Luqmanul Hakim

Program studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Surakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Proses penghalusan produk mebel cenderung menghasilkan

polusi berupa debu kayu. Proses finishing produk mebel menghasilkan polusi berupa uap thinner. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja pada proses penghalusan dan finishing adalah terpapar debu kayu dan uap thinner selama bekerja. Akumulasi debu dan uap thinner dalam paru dapat menurunkan elastisitas paru yang menyebabkan kapasitas vital paru menurun. Penurunan kapasitas vital paru dapat mengakibatkan berkurangnya suplai konsumsi oksigen atau VO2Max

ke dalam jaringan tubuh. Berkurangnya VO2Max juga dapat mempengaruhi dalam

proses pemakaian energi untuk melakukan pekerjaan. Sehingga kemampuan kerja fisik tenaga kerja mebel dapat menurun dan berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh masa paparan debu kayu dan uap thinner

terhadap VO2Max pada tenaga kerja industri mebel di Jepara.

Metode: penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional menggunakan metode comparative design.

Hasil dan Kesimpulan : Analisa penelitian ini menggunakan uji Fisher pada kelompok yang terpapar debu kayu dan uap thinner. Kelompok yang terpapar debu kayu memperoleh nilai p = 0,019 dimana (p < 0,05), yang artinya ada pengaruh antara masa paparan debu kayu dengan nilai VO2Max pada tenaga kerja

industri mebel Muji Jati di Jepara. Sedangkan kelompok yang terpapar uap thinner memperoleh nilai p = 0,013 dimana (p < 0,05), yang artinya ada pengaruh antara masa paparan uap thinner dengan nilai VO2Max pada tenaga kerja industri mebel

Muji Jati di Jepara. Pada uji beda pengaruh menggunakan Independent-Sample T Test diperoleh nilai p = 0,633 dimana (p > 0,05) dan perbedaan rata-rata 0,045, yang artinya tidak ada beda pengaruh antara masa paparan debu kayu dan uap thinner terhadap VO2Max pada tenaga kerja industri mebel Muji Jati di Jepara dan

tenaga kerja yang terpapar uap thinner memiliki rata-rata nilai VO2Max 0,647 kali lebih rendah dari pada tenaga kerja yang terpapar debu kayu.

(5)

Pendahuluan

Jepara sebagai sentra industri mebel kayu di Indonesia mempunyai

peranan yang sangat penting di dalam perekonomian nasional (Sari, 2010). Pada

tahun 2010 terdapat 11.981 unit industri mebel di Jepara, yang memperkerjakan

lebih dari 100.000 orang (Irawati dkk, 2012). Salah satu unit industri mebel di

Jepara adalah Industri Muji Jati, merupakan industri yang bergerak dalam proses

finishing produk mebel (Purnama, 2009). Proses finising produk mebel terdiri dari

proses penghalusan, proses finishing, dan pengepakan.

Proses penghalusan produk mebel cenderung menghasilkan polusi berupa

debu kayu. Sekitar 10-13% kayu yang digerenda dan dihaluskan akan

menghasilkan debu kayu yang berterbangan diudara (Khumaidah, 2009). Paparan

debu kayu dalam waktu lama, paling sedikit berkisar lima tahun dicurigai dapat

menyebabkan gangguan fungsi paru (Soeripto, 2008).

Proses finishing produk mebel di bantu dengan mesin semprot atau spray

gun. Penyemprotan pada produk mebel menghasilkan polusi berupa uap thinner

dari bahan finishing (Purnama, 2009). Thinner yang seluruhnya menguap menjadi

uap thinner akan mencemari udara dan lingkungan. Tenaga kerja yang terpapar

uap thinner dalam waktu lama menunjukkan tanda-tanda iritasi pada saluran

pernapasan. Iritasi ini selanjutnya menyebabkan terjadinya fibrosis paru sehingga

saluran pernapasan menjadi kaku dan menyebabkan gangguan fungsi paru

(Budiono, 2007).

Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja pada proses penghalusan dan

finishing adalah terpapar debu kayu dan uap thinner selama bekerja. Paparan debu

kayu dan uap thinner mengakibatkan pengurangan kenyamanan kerja dan

gangguan pernapasan sehingga beresiko terjadi gangguan fungsi paru

(Kumendong, 2012). Akumulasi debu dan uap thinner dalam paru dapat

menurunkan elastisitas paru yang menyebabkan kapasitas vital paru menurun.

Penurunan kapasitas vital paru dapat mengakibatkan berkurangnya suplai

konsumsi oksigen ke dalam jaringan tubuh. Akibatnya, dapat menghambat kerja

organ-organ penting, seperti otak, jantung, dan bagian-bagian tubuh lainnya

(6)

dalam proses pemakaian energi untuk melakukan pekerjaan (Suma’mur, 2009).

Sehingga kemampuan kerja fisik tenaga kerja mebel dapat menurun dan

berpengaruh terhadap produktivitas kerja (Putri, 2008). Salah satu parameter yang

digunakan untuk menilai kemampuan kerja fisik maksimal atau submaksimal dari

tenaga kerja mebel dapat diukur dengan cara melihat nilai VO2Max (Doewes dkk,

2011).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh masa paparan debu kayu terhadap VO2Max

pada tenaga kerja industri mebel di Jepara.

Untuk mengetahui pengaruh masa paparan uap thinner terhadap VO2Max

pada tenaga kerja industri mebel di Jepara.

Untuk mengetahui beda pengaruh masa paparan debu kayu dan uap thinner

terhadap VO2Max pada tenaga kerja industri mebel di Jepara.

Landasan Teori

Debu kayu adalah partikel-partikel zat padat dari kayu yang dihasilkan

melalui proses mekanik seperti pada pengolahan, penghancuran, pelembutan,

pengepakan yang cepat, penggergajian, penyerutan, penghalusan, dan lain-lain

(Yunus, 2006); (Triatmo, 2006). Debu kayu yang dihasilkan akibat proses

penggergajian, penyerutan, dan penghalusan dapat menyebabkan pencemaran

udara di tempat kerja dan berbahaya bagi kesehatan tenaga kerja (Triatmo, 2006).

Uap thinner adalah uap dari bahan thinner atau pengencer dari

bahan-bahan finishing (Purnama, 2009). Menurut Wisno, “Thinner adalah bahan untuk

mengencerkan bahan-bahan finishing.” Bahan finishing yang murni baik itu

pigmen atau campuran resin biasanya berupa bahan padat atau pasta yang sangat

kental dan sangat sulit untuk diaplikasikan. Sehingga bahan finishing perlu

ditambahkan thinner untuk menghasilkan campuran yang lebih encer agar dapat

diaplikasikan dengan baik. Dalam proses finishing produk mebel, thinner yang

seluruhnya menguap menjadi uap thinner akan mencemari udara dan lingkungan

(7)

VO2Max atau konsumsi oksigen maksimal adalah nilai maksimal tubuh

dapat menggunakan oksigen selama aktivitas fisik (Sukawati, 2010). VO2Max

merupakan indikator terbaik dari menilai kapasitas fungsional kardiorespirasi

(Doewes dkk, 2011). Orang dengan tingkat kebugaran yang baik memiliki nilai

VO2Max lebih tinggi dan dapat melakukan aktivitas lebih kuat daripada orang

yang memiliki nilai VO2Max rendah (Sukawati, 2010). Kebugaran yang baik

merupakan kualitas seseorang untuk melakukan aktivitas sesuai pekerjaannya

secara optimal tanpa menimbulkan problem kesehatan dan kelelahan secara

berlebihan (Suharjana, 2006). Kelelahan pada tenaga kerja ditandai dengan sering

lemas dan menurunkan kesiagaan yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja

(Putri, 2008).

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan

pendekatan cross sectional menggunakan metode comparative design.

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Mei 2014 dengan mengambil

responden tenaga kerja Mebel Muji Jati di Langon RT. 04 RW. 02 Kecamatan

Tahunan Kabupaten Jepara. Jumlah responden yang didapatkan pada penelitian

ini sebanyak 38 tenaga kerja, yaitu terdiri atas 20 tenaga kerja di bagian

penghalusan dan 18 tenaga kerja di bagian finishing.

Karakteristik Responden

Tabel 1.1 Distribusi tenaga kerja Mebel Muji Jati pada bulan April 2014 berdasarkan Umur

(8)

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas menunjukan bahwa dari 38 tenaga kerja

mebel Muji Jati, pada tenaga kerja bagian penghalusan memiliki responden

terbanyak pada usia 36-41 tahun sebanyak 10 responden dari 20 (50,0%) dan yang

terkecil pada usia 18-23 dan 48-53 tahun sebanyak 2 responden dari 20 (10,0%).

Sedangkan pada tenaga kerja bagian finishing memiliki responden terbanyak pada

usia 30-35 tahun sebanyak 9 responden dari 18 (50,0%), dan yang terkecil pada

usia 42-47 tahun sebanyak 0 responden dari 18 (0%).

Tabel 1.2 Distribusi tenaga kerja Mebel Muji Jati pada bulan April 2014 berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tenaga Kerja Bagian

Penghalusan Tenaga Kerja Bagian Finishing Jumlah (orang) (%) Jumlah (orang) (%)

Perempuan 10 50,0 6 33,3

Laki-laki 10 50,0 12 66,7

Jumlah 20 100 18 100

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas menunjukan bahwa dari 38 tenaga kerja

mebel Muji Jati, jenis kelamin perempuan pada tenaga kerja bagian penghalusan

sebanyak 10 responden dari 20 (50,0%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 10

responden dari 20 (50,0%). Sedangkan jenis kelamin perempuan pada tenaga

kerja bagian finishing sebanyak 6 responden dari 18 (33,33%) dan jenis kelamin

laki-laki sebanyak 12 responden dari 18 (66,7%).

Tabel 1.3 Distribusi tenaga kerja Mebel Muji Jati

pada bulan April 2014 berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT)

(9)

tenaga kerja bagian finishing yang mengalami kegemukan sebanyak 4 responden

dari 18 (22,2%).

Tabel 1.4 Distribusi tenaga kerja Mebel Muji Jati

pada bulan April 2014 berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja Tenaga Kerja Bagian Penghalusan Tenaga Kerja Bagian Finishing Jumlah (orang) (%) Jumlah (orang) (%)

finishing yang bekerja > 5 tahun sebanyak 11 responden dari 18 (61,1%).

Tabel 1.5 Distribusi tenaga kerja Mebel Muji Jati pada bulan April 2014 berdasarkan Derajat Merokok

Derajat Merokok Tenaga Kerja Bagian Penghalusan Tenaga Kerja Bagian Finishing Jumlah (orang) (%) Jumlah (orang) (%)

finishing yang tidak merokok sebanyak 7 responden dari 18 (38,9%).

Tabel 1.6 Distribusi tenaga kerja Mebel Muji Jati pada bulan April 2014 berdasarkan Kebiasaan Olahraga

Kebiasaan Olahraga Tenaga Kerja Bagian Penghalusan Tenaga Kerja Bagian Finishing Jumlah (orang) (%) Jumlah (orang) (%)

Ya 3 15,0 3 16,7

Tidak 17 85,0 15 83,3

(10)

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas menunjukan bahwa dari 38 tenaga kerja

mebel Muji Jati, tenaga kerja yang tidak olahraga pada bagian penghalusan

sebanyak 17 responden dari 20 (85,0%). Sedangkan pada tenaga kerja bagian

finishing yang tidak olahraga sebanyak 15 responden dari 18 (83,3%).

Tabel 1.7 Distribusi tenaga kerja Mebel Muji Jati

pada bulan April 2014 berdasarkan Penggunaan APD Masker Penggunaan APD

Masker

Tenaga Kerja Bagian Penghalusan Tenaga Kerja Bagian Finishing Jumlah (orang) (%) Jumlah (orang) (%)

tenaga kerja bagian finishing yang tidak megunakan masker secara benar

sebanyak 6 responden dari 18 (33,3%).

Tabel 1.8 Distribusi tenaga kerja Mebel Muji Jati pada bulan April 2014 berdasarkan Hasil Pemeriksaan Nilai VO2Max Hasil Pemeriksaan

Nilai VO2Max

Tenaga Kerja Bagian Penghalusan Tenaga Kerja Bagian Finishing Jumlah (orang) (%) Jumlah (orang) (%)

Sedangkan pada tenaga kerja bagian finishing yang memperoleh hasil pemerksaan

(11)

Uji Statistik

Tabel 1.10 Pengaruh Masa Paparan Debu Kayu

terhadap VO2Max pada Tenaga Kerja Industri Mebel di Jepara

Masa Paparan

Berdasarkan Tabel 1.10 di atas bahwa dari 20 tenaga kerja mebel Muji Jati

yang bekerja pada bidang penghalusan menunjukan sebanyak 6 responden dari 20

(30,0%) tenaga kerja yang masa paparan > 5 tahun memperoleh nilai VO2Max

rendah. Sedangkan diantara tenaga kerja yang masa paparan ≤ 5 tahun sebanyak 2

responden dari 20 (10,0%) yang memperoleh nilai VO2Max rendah. Hasil uji

statistik menggunakan uji Fisher, dikarenakan pada sel yang nilai expected-nya

kurang dari lima ada 75% dan tidak layak diuji menggunakan uji Chi-Square,

sehingga diperoleh nilai p = 0,019 dimana (p < 0,05) maka dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh signifikan antara masa paparan debu kayu dengan nilai

VO2Max pada tenaga kerja industri mebel Muji Jati di Jepara. Dari analisis

diperoleh pula nilai OR = 0,067 yang artinya, pekerja dengan masa paparan > 5

tahun memiliki peluang beresiko 0,067 kali lebih besar mendapatkan nilai

VO2Max rendah dari pada pekerja dengan masa paparan ≤ 5 tahun.

Tabel 1.11 Pengaruh Masa Paparan Uap Thinner

terhadap VO2Max pada Tenaga Kerja Industri Mebel di Jepara

Masa Paparan

Berdasarkan Tabel 1.11 di atas bahwa dari 18 tenaga kerja mebel Muji Jati

yang bekerja pada bidang finishing menunjukan sebanyak 9 responden dari 18

(12)

rendah. Sedangkan diantara tenaga kerja yang masa paparan ≤ 5 tahun sebanyak 1

responden dari 18 (5,6%) yang memperoleh nilai VO2Max rendah. Hasil uji

statistik menggunakan uji Fisher, dikarenakan sel yang nilai expected-nya kurang

dari lima ada 75%, tidak layak diuji menggunakan uji Chi-Square, sehingga

diperoleh nilai p = 0,013 dimana (p < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh signifikan antara masa paparan uap thinner dengan nilai VO2Max pada

tenaga kerja industri mebel Muji Jati di Jepara. Dari analisis diperoleh pula nilai

OR = 0,037 yang artinya, pekerja dengan masa paparan > 5 tahun memiliki

peluang beresiko 0,037 kali lebih besar mendapatkan nilai VO2Max rendah dari

pada pekerja dengan masa paparan ≤ 5 tahun.

Tabel 1.12 Beda Pengaruh Masa Paparan Debu Kayu dan Uap Thinner terhadap VO2Max pada Tenaga Kerja Industri Mebel di Jepara

Jenis Paparan

simpangan baku 4,9. Sedangkan nilai rata-rata VO2Max dari 18 responden tenaga

kerja mebel yang terpapar uap thinner adalah 21,1 dengan simpangan baku 2,8.

Dari hasil uji statistik menggunakan uji Independent-Sample T Test diperoleh nilai

p = 0,972 dimana (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada beda

pengaruh antara masa paparan debu kayu dan uap thinner terhadap VO2Max pada

tenaga kerja industri mebel Muji Jati di Jepara. Didapat juga perbedaan rata-rata

0,045 yang artinya, pekerja dengan paparan uap thinner memiliki rata-rata nilai

VO2Max 0,045 kali lebih rendah dari pada pekerja dengan paparan debu kayu.

Simpulan dan Saran

Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Ada pengaruh

antara masa paparan debu kayu dengan nilai VO2Max pada tenaga kerja industri

(13)

dengan nilai VO2Max pada tenaga kerja industri mebel Muji Jati di Jepara.

3. Tdak ada beda pengaruh antara masa paparan debu kayu dan uap thinner

terhadap VO2Max pada tenaga kerja industri mebel Muji Jati di Jepara.

Penelitian ini menyarankan peningkatan kesehatan tenaga kerja di

lingkungan industri mebel Jepara khususnya Muji Jati lebih diperhatikan. Paparan

debu kayu dan uap thinner perlu dicegah dengan menggunakan alat pelindung diri

(masker) yang sesuai dengan bidang kerja masing-masing. Perlu dilakukan

penyuluhan tentang kesehatan keselamatan kerja, faktor bahaya yang ada di

tempat kerja, dan bagaimanan cara melakukan pencegahan terhadap kecelakaan

kerja serta perilaku kerja yang baik. Tenaga kerja Mebel Muji Jati harus

menghentikan kebiasaan merokoknya, dikarenakan kebiasaan merkok dapat

menyebabkan gangguan kesehata terutama kesehatan paru. Tenaga kerja Mebel

Muji Jati perlu membiasakan dan meningkatkan kebiasaan olahraga untuk

meningkatkan kebugaran sehigga nilai VO2Max dapat meningkat. Perlu

penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh paparan debu kayu dan uap thinner

pada tenaga kerja industri mebel terhadap penurunan VO2Max dengan metode

pengukuran yang lain serta menggunakan responden yang lebih banyak.

Daftar Pustaka

Budiono, Irawan. 2007. Faktor Risiko Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Pengecatan

Mobil. Tesis. Semarang : Program Studi Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro.

Corwin, EJ. 2009. Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC.

Doewes, M. Kiyatno. dan Suradi. 2011. Kontribusi Sistem Respirasi terhadap VO2Maks.

Surakarta : J Respir IndoVol. 31. 1 Januari 2011.

Irawati, R.H. dan Purnomo, H. 2012. Pelangi di Tanah Kartini Kisah aktor mebel Jepara

bertahan dan melangkah ke depan. Bogor : Center for International Forestry

Research.

Khumaidah, 2009. Analisis Faktor-Faktor Ya ng Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi

(14)

Kumendong, D.J.W.M. Rattu, J.A.M, dan Kawatu, P.A.T. 2012. Hubungan antara lama paparan dengan kapasitas paru tenaga kerja Industri Mebel di CV. Sinar Mandiri Kota Bitung. Manado : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratukangi.

Purnama, Sigit. 2009. Teknik Finishing Mebel. Semarang : Daharaproze.

Putri, Duhita Pangesti. 2008. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Pekerja Terhadap

Kelelahan (Fatigue) Pada Operator Alat Besar PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya Periode Tahun 2008. Skripsi. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Sari, K. 2010. Pemasaran Mebel Kayu Jati Jepara. Tesis. Bogor : Sekolah Paska Sarjana

Institut Pertanian Bogor.

Soeripto, M. 2008. Higiene industri. Jakarta : FK Universitas Indonesia.

Suharjana, 2006. Profil Kebugaran Fisik Pelajar Sma Di Kabupaten Kulon Progo

Yogyakarta. Penelitian. Yogyakarta : Universitas Negri Yogyakarta.

Sukawati, Sadewa Yudha. 2010. Nilai Vo2max Mahasiswa Kobe Jepang Lebih Tinggi

Daripada Mahasiswa FK Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi. Surakarta : FK Universitas Sebelas Maret.

Suma’mur. 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta : Sagung Seto.

Triatmo, W. 2006. Paparan Debu Kayu Dan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja

Mebel (Studi di PT Alis Jaya Ciptatama). Semarang : Universitas Diponegoro.

Wisno. 2012. Thinner. www.wisnoe.com/index.php/en/woodworking-knowledge/

wood-finishing/10-pengencer. Diakses tanggal 20 November 2013.

Yunus, F. 2006. Dampak Debu Industri Pada Pekerja. Jakarta : FKUI Bagian

Gambar

Tabel 1.1 Distribusi tenaga kerja Mebel Muji Jati
Tabel 1.3 Distribusi tenaga kerja Mebel Muji Jati
Tabel 1.5 Distribusi tenaga kerja Mebel Muji Jati
Tabel 1.7 Distribusi tenaga kerja Mebel Muji Jati
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penulis juga ingin mengungkap lebih jauh tentang bagaimana proses pelaksanaan pemenuhan hak pekerja dalam mendapatkan DIKLAT, sampai kepada masalah- masalah apa saja yang

Puji syukur kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatku atas segala rahmat, hikmat dan berkatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Pelaksanaan

Tabel 4.6 Keterangan mengenai Proficiency Level untuk Competency 121 Tabel 4.7 Analisa Perbandingan Behavior Competencies antara Salesman dengan. Business Consultant

Pelaksanaan Pemajakan atas Transaksi Pemakaian Jasa Trucking Menggunakan Metode Gross Up Dalam Perhitungan PPh Pasal 23. Mensiasati kondisi yang telah diuraikan pada sub

a. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang APBN/APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian

Dalam hal penyempurnaan jenis barang yang jelas, kadarnya jealas, waktu penyerahannya jelas, mengetahui kadar modal yang dibutuhkan, dan menyebutkan tempat penyerahannya.

Nilai sig sebesar 0,610 &gt; 0,05 berarti variabel kepemilikan perusahaan oleh dewan komisaris tidak signifikan pada level 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel

Besarnya reaktansi induktif berbanding langsung dengan perubahan frekuensi dan nilai induktansi induktor, semakin besar frekuensi arus bolak-balik dan semakin besar nilai induktor,