• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

1

Jumlah penduduk di era globalisasi bertumbuh sangat pesat. Banyaknya aktivitas yang dimiliki oleh setiap penduduk, memaksa harus bergerak lebih cepat.

Media yang dapat mendukung aktivitas padat yang dimiliki penduduk adalah sarana transportasi. Transportasi yaitu media yang dapat digunakan untuk mobilisasi barang atau manusia dalam jumlah tertentu menuju suatu wilayah yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Transportasi darat yang sering di gunakan di Indonesia adalah mobil. Di Indonesia terdapat berbagai jenis mobi yang masuk salah satunya merupakan kendaraan serba guna (Multi purpose vehicle /MPV). Beberapa produk jenis MVP sudah beredar di Indonesia, diantaranya Nissan (Grand Livina), Daihatsu (Xenia), Toyota (Avanza), dan Suzuki (APV).

Mobil dengan konsep MPV banyak diminati oleh masyarakat Indonesia karena dapat multi fungsi dibandingkan dengan jenis lainnya, hal tersebut dapat tercermin dengan meningkatnya penjualan jenis MPV setiap tahunnya.

Berdasarkan minat masyarakat yang semakin meningkat akan jenis mobil MVP, maka perusahaan merk jenis MVP wajib memiliki inovasi dan kreatifitas yang lebih unggul dari produsen mobil serupa untuk mendapatkan minat konsumen. Pemasaran adalah salah satu aktivitas yang wajib dilaksanakan perusahaan sebagai alat guna pengenalan suatu produk pada konsumen sesuai waktu dan tempat yang telah dipersiapkan oleh perusahaan sebagai usaha terintegritas yang dimiliki.

(2)

Era globalisasi pada saat ini, semakin memperketat persaingan antar pemasar, perusahaan akan berlomba-lomba untuk merebut dan mengembangkan pasar yang sudah ada. Berbagai langkah harus diperhatikan perusahaan untuk daya dobrak penjualan diantaranya ialah tentang marketing mix (bauran pemasaran).

Dari marketing mix atau bauran pemasaran tadi di dalamnya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan perusahaan, salah satunya yaitu Nissan Motor Company Ltd

Nissan Motor Company Ltd adalah produsen otomotif multinasional yang berasal dari Jepang. Merek ini termasuk dalam divisi utama dari Grup Nissan.

Nissan menjalin kerja sama dengan perusahaan dari Prancis yaitu Renault S pada tahun 2008, dengan saham Nissan yang dipegang oleh Renault adalah 43,4% dan sebaliknya saham Renault sebesar 15% dipegang oleh Nissan. Pada tahun 2010, Nissan berhasil menyusul Ford, Hyundai, General Motors, Volkswagen AG, serta Toyota, dan menjadi produsen mobil terbesar keenam di dunia.

Indonesia merupakan salah satu negara yang dipercaya oleh PT Nissan sebagai negara yang potensial di Asia Tenggara. Atas dasar kepercayaan tersebut, PT Nissan Motor Indonesia memiliki komitmen untuk menjadi pusat riset dan pengembangan. Menurut Wakil Presiden Direktur National Sales & Promotion PT. Nissan Motor Indonesia, keputusan itu merupakan bentuk komitmen dari Nissan untuk membuat Indonesia menjadi salah satu tujuan utama di ASEAN.

Di segmen multi purpose vehicle (MPV), mobil Grand Livina keluaran Nissan Motor Indonesia (NMI) belum memiliki nasib yang jelas di masa depan.

Dalam data wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia

(3)

(Gaikindo) produk tersebut tercatat belum stabil di tengah ketatnya kompetisi indsutri mobil. Di Indonesia, segmen LMPV semakin ketat, apalagi setelah Wuling Confero dan Mitsubishi Xpander dipasarkan. Beberapa merek bahkan telah memperbaharui model, misalnya Xenia Custom yang diproduksi oleh Daihatsu.

Berdasarkan dari data wholesales yang diolah Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) selama tahun 2018, Toyota telah menjual sejumlah 82.167 unit Avanza. Penjualan dari toyota itu tak terkejar oleh rival dibawahnya, Mitsubishi Xpander. Mengacu data yang sama, penjualan Xpander selama periode itu sejumlah 75.075 unit. Hal ini membuat Mitsubishi Xpander dapat mengisi posisi kedua di segmen low MPV setelah Toyota Avanza. Sedangkan Nissan Grand Livina sendiri berada pada peringkat ketujuh dengan penjualan sejumlah 2.437 jauh dibawah Toyota Avanza maupun Mitsubishi Xpander. Berikut data penjualan LMPV selama tahun 2018:

Tabel 1.1 Data penjualan LMPV selama tahun 2018:

Sumber: https://gridoto.com/

Berdasarkan data dari wholesales Pada Oktober 2017 Nissan Grand Livina hanya menjual 110 unit, dibanding bulan sebelumnya, angka tersebut berarti penurunan sebesar 80,7%. Sedangkan apabila diperbandingakn dengan bulan yang sama tahun

No Merek Mobil Penjualan

1. Toyota Avanza 82.167

2. Mitsubishi Xpander 75.075

3. Suzuki Ertiga 32.529

4. Daihatsu Xenia 29.521

5. Honda Mobilio 23.778

6. Wuling Confero 11.062

7. Nissan Grand Livina 2.437

(4)

lalu, turun 67,55%. Selama tahun 2017, penjualan tersebut adalah penjualan yang paling kecil. Meskipun demikian, secara keseluruhan (Januari-Oktober 2017) angka tersebut naik menjadi menjadi 5.664 unit atau 16,64%. Akan tetapi, angka tersebut juga masih lebih rendah dari 2016 yaitu sebesar 7005 unit.

Whoslaes Grand Livina Januari-Oktober 2017

Gambar 1.1 Wholesales Grand Livina Januari-Oktober 2017 Sumber: Kompas.otomotif.com

Berdasar dari data penjualan yang penulis dapatkan dari Wahana Sun Motor Semarang, di tahun 2016 mendapatkan penjualan 72 unit, sedangkan pada tahun 2017 naik menjadi 182 unit, akan tetapi pada tahun 2018 mengalami penurunan penjualan yaitu 163 unit, lalu pada Tahun 2019 meningkat lagi sebanyak 190 unit.

Berikut data penjualan Nissan Livina pada 4 tahun (2016, 2017, 2018, dan 2019):

Tabel 1.2 Data penjualan Grand Livina 2016-2019 Wahana Sun Motor Banyumanik

Tahun Penjualan Perubahan

Penjualan

Persentase (%)

2016 72 - -

2017 182 110 152,77%

2018 163 -19 -10,44%

2019 190 27 16,56%

(5)

Sumber: Finance Accounting, Wahana Sun Motor, Banyumanik, Semarang (2016-2019).

Jika dilihat dari table penjualan Wahana Sun Motor pada tahun 2016-2019 mengalami fluktuasi. Hal tersebut menjadi masalah dikarenakan perusahaan belum dapat menjaga kestabilan peningkatan penjualan. Wahana sun motor harus dapat meningkatkan dan menjaga perusahaannya dari para pesaing dalam upaya meningkatkan volume penjualan.

Hal yang harus dilakukan perusahaan kedepannya adalah memperkenalkan produk atau mempertahankan perusahaannya dari pesaing, Menurut Kotler &

Armstrong (2008) dalam rangsangan-rangsangan perilaku konsumen, Keputusan pembelian dapat dipengaruhi oleh pilihan produk, pilihan merek, dan juga harga, oleh karena itu dalam upaya meningkatkan keputusan pembelian, perusahaan seharusnya dapat mengeluarkan produk dengan kualitas dan harga yang mumpuni agar mampu bersaing dengan perusahan lainnya, dan juga harus memperhatikan citra merek dari perusahaan itu sendiri.

Faktor yang turut menentukan keputusan pembelian produk ialah kualitas produk. Konsumen dapat menentukan kualitas produk yang dipilihnya dengan cara melakukan pemakaian produk tersebut, sehingga konsumen dapat menilai baik atau buruknya. Nilai tersebut akan memberi pengaruh pada konsumen guna dapat melakuan suatu keputusan, sehingga perusahaan dituntut untuk menciptakan sebuah produk yang tepat guna bagi calon konsumen. menurut Kotler & Keller (2009) apabila kualitas yang di hasilkan oleh suatu perusahaan dapat memenuhi kualifikasi konsumen maka perusahaan akan memperoleh profit yang lebih tinggi dari rata-rata industrinya. Calon konsumen senantiasa menginginkan produk yang

(6)

kualitasnya bersesuaian dengan ekspetasinya, untuk menjadikan konsumen loyal dan puas terhadap perusahaan. Kotler & Armstrong (2013) berpendapat “kualitas produk merupakan kemampuan atau kinerja suatu produk guna menjalankan fungsi yang dimilikinya, yaitu: keandalan, ketepatan, kemudahan operasi, daya tahan, dan perbaikan produk, dan fitur yang lainnya”. Didukung dengan penelitian sebelumnya yang dilaksanakan Weenas (2013) yang memperoleh hasil bahwasanya kualitas produk memberi pengaruh pada keputusan pembelian.

Faktor kedua adalah citra merek. Citra merek positif dapat dijadikan refrensi oleh konsumen dalam memilih produk. Produk yang memiliki citra merek positif cenderung dipilih oleh para calon konsumen. Berlandaskan penelitian yang dibuat oleh Fianto et. al. (2014) menjelaskan bahwasanya membentuk citra merek yang baik adalah sesuatu yang sangat krusial supaya konsumen tertari guna mengkonsumsi produk mereka. Penelitian lainnya yang dilaksanakan oleh Wu et.

Al (dalam Reven & Ferdinand, 2017) yang menghasilkan bahwasanya citra merek berpengaruh signifikan pada keputusan pembelian, yakni pembeli akan membeli suatu produk yang citra mereknya baik, lalu membandingkannya dengan merek lainnya. Temuan lain yang dilakukan oleh Oladepo & Abimbola (2014) menyebutkan bahwa sebuah produk yang memiliki citra merek positif dapat meyakinkan pembeli untuk melakukan keputusan pembelian produk, karena atribut yang menyertainya mampu memperlihatkan kelebihannya dalam memenuhi kebutuhan pembeli yang pada akhirnya menciptakan asosiasi positif terhadap merek tersebut.

Faktor ketiga adalah harga. Kotler & Armstrong (2013), mendefinisikan

(7)

harga sebagai sejumlah uang yang ditukar dengan barang ataupun jasa, jumlah seluruh nilai yang diberikan konsumen guna memiliki keuntungan dari mempunyai ataupun mengonsumsi produk atau jasa yang telah ditawarkan. Harga adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh sebuah produsen yang bisa ditukarkan dengan barang atau jasa dan hal lain yang diproduksi perusahan agar apa yang diinginkan konsumen dapat terpenuhi (Gerung et al., 2017). Dalam penelitian ini, harga juga menjandi pengaruh keputusan pembelian konsumen terkait mobil apa yang akan dibeli, dengan harga tertentu konsumen akan mendapatkan beberapa penawaran fitur dari mobil tersebut. Didukung dengan penelitian yang dilaksanakan Gerung et al., (2017) yang menunjukkan bahwasanya harga pengaruh yang signifikan pada keputusan pembelian.

1.2 Rumusan Masalah

Keputusan pembelian sebagai tindakan konsumen terkait pemilihan suatu produk berdasarkan faktor-faktor tertentu. Keputusan pembelian mendapat pengaruh dari banyak faktor, di antaranya: kualitas produk, citra merek, dan harga.

Pada kajian kali ini meneliti tentang keputusan pembelian yang dilakukan konsumen terhadap mobil MPV Grand Livina.

Berbagai perusahaan mobil yang ada di Indonesia bersaing secara ketat dibagian kualitas produk, berbagai kualitas dengan inovasi terbaru mulai bermunculan baik dari desain, fitur, mesin, dan lainnya menjadi salah satu alasan konsumen dalam memilih mobil tersebut untuk dibelinya, meskipun penjualan sempat mengalami peningkatan tetapi penjualan mobil MPV Grand Livina masih

(8)

di bawah para pesaingnya. Dalam hal ini Nissan harus lebih memikirkan strategi dalam pembuatan terobosan baru untuk meningkatkan penjualannya.

Pada belakangan ini penjualan mobil Grand Livina pada dari tahun ke tahunnya mengalami ketidakstabilan. Hal ini juga dapat berarti bahwa konsumen mempunyai ketertarikan pada pembelian merek lain selain mobil LMPV Grand Livina. Harga dari mobil Grand Livina ini sendiri bisa dibilang mampu bersaing dengan yang lain, akan tetapi, belakangan ini banyak perusahaan yang mengeluarkan mobil dengan harga yang sangat terjangkau, Hal ini juga yang dapat menyebabkan ketidak stabilan dari penjualan mobil Grand Livina. Maka dari itu, kualitas produk, citra merek, dan harga mobil Grand Livina dapat mampu memberi pengaruh pada keputusan pembelian konsumen. Berlandaskan uraian di atas, terlampir pertanyaan kajian, yaitu:

1. Apakah kualitas produk memengaruhi keputusan pembelian mobil MPV Grand Livina?

2. Apakah citra merek memengaruhi keputusan pembelian mobil MPV Grand Livina?

3. Apakah harga memengaruhi keputusan pembelian mobil MPV Grand Livina?

4. Apakah kualitas produk, citra merek, dan harga memengaruhi pembelian mobil MPV Grand Livina?

1.3 Tujuan Penelitian

Berlandaskan uraian pertanyaan kajian, maka terlampir tujuan dari pelaksanaan kajian ini, untuk:

(9)

1. Mengetahui kualitas produk memengaruhi keputusan pembelian mobil MPV Grand livina.

2. Mengetahui citra merek memengaruhi keputusan pembelian mobil MPV Grand livina.

3. Mengetahui harga yang memengaruhi keputusan pembelian mobil MPV Grand livina.

4. Mengetahui Kualitas produk, citra merek, dan harga yang memengaruhi keputusan pembelian mobil MPV Grand Livina.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat pada kajian ini terbagi dua, yang meliputi manfaat teoretis maupun praktis. Hasil yang telah dibuat semoga mampu memberikan manfaat bagi pihak yang terlibat dan berkepentingan dengan objek penelitian, dan manfaat riset ini diantaranyat:

1) Manfaat teoristis

Untuk penulis, hasil dari penelitian ini sarana untuk menambah pengalaman serta wawasan agar lebih memahami dan mengerti teori-teori yang telah dipelajari selama perkuliahan, terutama yang berkaitan dengan mata kuliah manajemen pemasaran

2) Manfaat praktis a. Untuk konsumen

Kajian ini memberi hasil yang bisa menjadi masukan yang membuat sebuah pertimbangan ataupun referensi dalam penyelesaian masalah terkait keputusan pembelian.

(10)

b. Untuk Perusahaan

Kajian ini memperoleh hasil berupa informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan juga pemecahan masalah penjualan, sehingga dapat mengerti apa yang diharapkan oleh konsumen.

1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan sebuah prilaku pembelian oleh pembeli perorangan yang telah melakukan pembelian barang tersebut guna dikonsumsi secara peribadi (Kotler & Armstrong, 2008) Para konsumen dapat dapat menyatakan keinginan dan kebutuhan mereka tetapi dapat berbanding terbalik, yaitu konsumen tersebut kemungkinan kurang memahami apa dorongan pembeliannya yang mendasarinya. Kemungkinan mereka menanggapi pengaruh untuk mengubah pikiran mereka pada detik-detik akhir sebelum pembelian, rangsangan-rangsangan yang diperlihatkan oleh konsumen ini adalah Titik tolak untuk memahami perilaku konsumen. Pengertian lainnya mengenai perilaku konsumen itu sendiri yakni bagaimana individu memanfaatkan sumbe daya yang ada untuk bahan pertimbangan dari pengambilan keputusan (uang, waktu dan usaha) untuk memesan barang yang berkaitan dengan konsumsi (Schiffman &

Kanuk, 2008). Perilaku konsumen merupakan kajian yang berkorelasi dengan individu, kelompok, dan organisasi dalam menentukan, mempergunakan, memesan, dan bagaimana barang, ide, jasa, maupun pengalaman sebagai sarana pemuasan dari keinginan dan kebutuhannya (Kotler & Keller 2009). Sedangkan

(11)

menurut Peter & Olson (2013) mengemukakan perilaku konsumen merupakan perasaan dan pemikiran yang mendalam mengenai hal dilakukan konsumen ketika melakukan proses konsumsi.

Kemudian, pengertian perilaku konsumen juga meliputi apa yang telah dibeli, mengapa sudah membeli, kapan ingin membeli, di mana membeli, intensitas membeli, dan seberapa sering barang akan digunakannya. Selain mempelajari tentang pemakaian oleh konsumen juga evaluasi perilaku pasca pembelian produk yang telah dibeli, juga mengetahui bagaimana langkah individu membuang produk atau tidak menggunakannya lagi produk yang pernah dipakainya/baru (Schiffman

& Kanuk, 2008). Sedangkan Mowen & Minor (2002) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses membeli barang atau jasa dari pembelian konsumen akhir, individual, dan rumah tangga untuk konsumsi secara pribadi. Biasanya, kumpulan dari konsumen akhir ini akan menjadikan terbentuknya pasar konsumen sendiri.

dalam perilaku konsumen, unsur mendasarnya adalah melakukan sebuah pertukaran. Pertukaran ini terjadi ketika konsumen dengan perusahaan ketika melakukan transaksi, pertukaran juga terjadi disaat perusahaan melakukan pembelian industrial, kemudian pada hubungan antar konsumen ke konsumen pertukaran juga dapat terjadi. Sistem pertukaran melibatkan beberapa tahapan yang diawali dengan tahap akuisisi, konsumsi, dan disposisi.

Penjelasan lebih lanjut mengenai tahapan tersebut sebagai berikut (Mowen &

Minor, 2002):

1. Tahap perolehan atau aquisisi (acquisition phase)

(12)

Merinci tentang elemen apa saja yang memiliki pengaruh pada keputusan mengenai produk dan jasa. Mayoritas riset pada perilaku konsumen terpusat pada tahapan ini. Diantaranya meliputi elemen yang berhubungan dengan proses mencari dan seleksi barang ataupun jasa yang menjadi simbol dari produk, yakni konsumen yang biasanya berkeinginan guna menemukan suatu produk yang dapat dijadikan sebahai perantara untuk mengaktualisasikan dirinya

2. Tahap konsumsi (consumption phase)

Tahap ini merinci tentang tanggapan konsumen mengenai penggunaan produk atau jasa, serta pengalaman selama penggunaan oleh pembeli.

3. Tahap disposisi (disposition phase).

Menganalisis tentang segala sesuatu yang konsumen lakukan setelah menggunakan produk, biasanya hal ini akan menunjukkan kepuasan dari konsumen setelah membeli sebuah barang.

1.5.2 Model Perilaku Konsumen

Setiap calon pembeli menciptakan beberapa keputusan untuk melakukan sebuah pembelian dalam sehari-harinya. Sebagian besar perusahaan meneliti mengenai keputusan pembelian yang dilakukan oleh customer secara mendalam untuk mencari jawaban dari pertanyaan tentang produk mana yang bakal dibeli, tempat yang cocok untuk melakukan pembelian, bagaimana dan berapa jumlah yang akan mereka beli, kapan waktu yang pas untuk membeli, dan alasannya dalam membeli produk. Pihak marketing bisa mendalami alasan transaksi konsumen yang

(13)

sesungguhnya guna mencari apa yang ingin dibeli, tempat produk dapat dibeli, dan berapa jumlah yang konsumen akan beli (Kotler & Armstrong, 2008).

Prilaku konsumen akan keputusan pembelian terpengaruh oleh berbagai faktor seperti dalam tabel berikut ini:

Gambar 1.2 Rangsangan-Rangsangan perilaku konsumen Sumber: Kotler & Armstrong (2008)

Dapat dilihat dari gambar diatas menunjukan apabila pemasaran dan pemicu lain mengarah ke black box konsumen yang pada akhirnya dapat menciptakan tanggapan tertentu. Pemasar wajib mencari dan memperoleh apa saja yang terdapat pada black box pembeli (Kotler & Armstrong, 2008).

Pemicu dari pemasaran meliputi product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi). Pemicu yang lain dapat terdiri atas kekuatan maupun elemen utama di lingkungan sekitar konsumen: ekonomi, technology, kultur, dan politik. Hasil dari tanggapan yang didapatkan ini termasuk dalam black box pembeli, dimana hasil yang diperoleh diolah menjadi kumpulan tanggapan dari

Pemasaran6 Rasangan lain

Produk Ekonomi Harga Teknologi Tempat Politik Promosi Budaya

Pemasaran dan rangsangan lain

Karakter Pembeli Produr keputusan pembelian

Kotak hitam pembeli

Pilihan Produk Pilihan Merek Pilihan Penyalur Waktu Pembelian

Jumlah pembelian Respons Pembeli

(14)

para pembeli yang akan diteliti lebih lanjut: pilihan mengenai produk, preferensi penyalur, preferensi merek, waktu membeli, dan kuantitas yang.

Dalam hal ini pemasar bermaksud untuk mengetahui bagaimana rangsangan tersebut dapat dirubah menjadi tanggapan didalam black box konsumen, dimana black box ini terdapat dua bagian. Pertama, karakter dari konsumen yang memiliki pengaruh pada cara penerimaan dan reaksi pembeli kepada pemicu. Lalu, perilaku pembeli akan dipengaruhi bagaimana keputusan pembelian yang diambil konsumen. Hal ini dapat terjadi jika karakteristik pembeli memiliki pengaruh pada perilaku pembeli dan akan melakukan diskusi tentang proses keputusan pembeli (Kotler & Armstrong, 2008).

1.5.3 Keputusan Pembelian

Dalam setiap waktu konsumen memutuskan untuk membuat berbagai keputusan mengenai setiap pilihan dalam aspek kehidupannya. Namun, terkadang pengambilan keputusan ini terjadi tanpa memikirkan sebelumnya mengenai pertimbangan pengambilan keputusan tersebut dan siapa yang terlibat pada proses pengambilan keputusan. Alternatif pilihan lain wajib disiapkan bagi konsumen diwaktu akan mengambil keputusan (Schiffman & Kanuk, 2008).

Didalam pembahasan ini, Ditemukan dua faktor yang terdapart dalam intensi pembelian dan keputusan pembelian, yakni faktor situasi dan faktor sikap yang tak dapat diprediksikan (Kotler, 2005).

Seberapa jauh sikap kerabat dari orang disekitarnya, dapat meminimalisasi pilihan referensi yang digemari konsumen, hal ini didarkan pada dua bahasan, pertama, yaitu mengenai intensitas negatif pihak lain kepada alternatif yang

(15)

digemari oleh pembeli, yang kedua, dorongan pembeli dalam mengabulkan pilihan pihak atau orang lain, maka akan semakin bertambahnya sikap negative yang diberikan orang lain tersebut terhadap pilihan awal pembeli, maka calon pembeli akan semakin merubah minat beli pada awalnya. Kondisi sebaliknya ini juga berlaku preferensi bagi pembeli kepada merek tertentu yang bakal lebih tertarik apabila orang yang dekat tersebut juga sangat tertarik merek yang seragam. Impresi dari orang lain ini dapat menjadi sulit apabila orang yang dirasa dekat dengan calon pembeli mempunyai selera yang berbeda dan pembeli terpengaruh serta ingin menuruti orang lain tersebut (Kotler, 2005).

Keputusan dari pembeli dalam merubah, menghindari atau menunda keputusan pembelian akan amat berpengaruh pada risiko yang difikirkan. Besaran risiko yang difikirkan dalam benak konsumen tersebut beragam yaitu bedasarkan besarnya nominal yang dikonsumsi, besarnya kepastian mengenai atribut, dan tingginya kepercayaan diri dari pembeli. Para pembeli biasanya akan menyusun strategi atau analisis tertentu agar dapat mengurangi risiko, seperti menghindari keputusan, pengambilan referensi dari kerabat, dan juga pilihan lain atas merek lokal serta bergaransi. Pihak marketing harus dapat mendalami elemen-elemen yang memunculkan perasaan pada diri pembeli mengenai keberadaan risiko dan menginformasikan secara lengkap, lalu memberi motivasi untuk meminimalisir risiko yang telah difikirkan tersebut (Kotler, 2005). Menurut sutisna (2003) dalam Pardede & Haryadi (2017) indikator dalam keputusan pembelian yaitu:

1. Prioritas dalam pembelian

Prioritas ini berhubungan dengan tingkat kepentingan dan kebutuhan,

(16)

karena dengan adanya prioritas menunjukan suatu barang atau jasa tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi dan pada akhirnya menimbulkan motivasi atau dorongan untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Frekwensi pembelian

Saat konsumen membeli sebuah produk, dan dirinya merasakan kepuasan dari produk yang telah dia beli, dan sewaktu-waktu konsumen akan terpikirkan untuk melakukan pembelian ulang, karena kepuasan yang telah dia dapat.

3. Keputusan pembelian

Dalam melakukan keputusan pembelian, didalamnya terdapat proses pemilihan dari beberapa referensi yang telah ditentukan, dan konsumen akanmenjatuhkan pilihan terhadap produk mana yang dia beli.

4. Perilaku setelah pembelian

Perilaku setelah pembelian berupa pendapat dari pembeli kepada pihak lain mengenai produk dari perusahaan yang menggambarkan tentang kepuasan yang dia rasakan setelah memakai produk yang telah dibeli.

Keputusan pembelian memiliki pengertian yang lain, yaitu keputusan melalukan sebuah pembelian terhadap merk yang akan dikonsumsi (Kotler &

Armstrong, 2008). Pembeli dapat memutuskan itikad untuk membeli merek yang digemari. Terdapat 5 proses penentuan Keputusan yakni mengenali kebutuhan, mencari informasi, pengevaluasian alternatif, keputusan pembelian, serta perilaku pascapembelian.

PeriIaku pasca pembelian Keputusan

Pembelian EvaIuasi

Alternatif Pencarian

Informasi PengenaIan

Kebutuhan

(17)

Gambar 1.3 Proses Pengambilan Keputusan Sumber: Kotler & Armstrong (2008)

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses keputusan diawalii dengan pengenalan kebutuhan, tahap ini terjadi disaat calon pembeli sadar akan adanya sebuah kebutuhan atau masalah. Kebutuhan biasanya muncul oleh pemicu internal disaat salah satu kebutuhan pada diri seseorang muncul ditahapan yang tinggi yang akhirnya menjadi motivasi untuk melakukan pembelian.

2. Pencarian informasi

Tahapan ini, Calon pembeli akan menelusuri informasi sebanyak- banyaknya dan lengkap. Seberapa besar tingkat pencarian informasi yang dilakukan oleh calon konsumen dilihat dari keinginan dan kekuatan dorongan internalnya, mudahnya mengumpulkan lebih banyak informasi, value yang konsumen posisikan pada tambahan informasi, dan beberapa sumber informasi yang memberikan kepuasaan dan keinginan mengenai produk

3. Evaluasi Alternatif

Tahapan ketika konsumen mengevaluasi alternative merk dari kumpulan pilihan lainnya setelah mendapatkan informasi. Akan tetapi, konsumen tidak memakai proses evaluasi tunggal dan sederhana dalam pembelian tersebut. Proses evaluasi yang dipakai oleh konsumen nantinya akan mengambil sikap menyiapkan pilihan merk yang lain

(18)

dalam prosedur tahapan evaluasi sebagai gantinya.

4. Keputusan Pembelian

Pada proses ini adalah tahap ketika konsumen akan menentukan pilihan produk yang dibeli. Aspek-aspek yang terdapat dalam intensi pembelian dan keputusan pembelian. yakni sikap kerabat yang mempengaruhi, selanjutnya karena faktor situasional. Konsumen kemungkinan besar menyiapkan niat pembelian didasarkah oleh faktor- faktor yaitu kemampuan beli, manfaat produk, dan harga impian.

Tetapi, kasus tak terduga juga dapat merubah niat beli awal.

5. Perilaku pasca pembelian

Sehabis melaksanakan pembelian produk, Pembeli lalu dapat merasa sebuah kepuasan atau ketidakpuasan, hal ini masuk termasuk dalam perilaku pasca pembelian, jawabannya ada di keterkaitan dengan kinerja perspektif produk, bila barang tidak sepadan dengan ekpetasi dari konsumen akan merasakan kecewa; jika barang dapat sesuai dengan ekspetasi, konsumen merasa puas.

1.5.4 Kualitas Produk

Kualitas produk termasuk faktor krusial yang dipertimbangkan konsumen terkiat pemilihan produk. Suatu produk dikategorikan berkualitas jika produk terkait mampu melebihi apa yang diinginkan konsumen sehingga konsumen akan bersedia membayarkan sejumlah uang guna produk yang dianggapnya berkualitas.

Kotler & Keller(2009), menyatakan “kualitas produk adalah kesungguhan fitur yang diberikan serta karakter dari produk atau jasa yang didasari pada

(19)

kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen; baik tersurat maupun yang tersirat”.

Kualitas produk yang berbentuk barang maupun jasa akan dilihat dari berbagai dimensi di dalamnya. Menurut Tjiptono (2009) dalam Weenas (2013) dimensi-dimensi pembentuk kualitas produk antara lain:

a. Kinerja (Performance), yang berkorelasi dengan fungsi-fungsi serta karakteristik operasinal yang mendasar dari produk tersebut.

b. Daya tahan (Durability), yang berkorelasi dengan umur produk yang digunakan untuk bertahan, sebelum produk itu mengalami pergantian. Makin sering dipakai oleh konsumen maka makin besar juga daya tahan dari produk.

c. Relevansi spesifikasi (conformance to specifications), meliputi seberapa jauh ketepatan spesifikasi dengan karakteristik operasionl mendasar dari suatu produk terpenuhi. Dapat juga dengan tidak adanya kecacatan atau kegagalan dari produk terkait.

d. Fitur (features), merupakan kriteria dari sebuah produk yang ditambahkan agar menyempurnakan fungsi produk dasar, agar dapat menambah nilai lebih terhadap produk tersebut.

e. Reliabilitas (reliability), kemungkinan sebuah produk yang menciptakan kepuasan atau ketidakpuasan dalam jangkau waktu tertentu, dengan semakin sedikit terjadinya kerusakan dalam pemakaian maka juga dapat diandalkannya produk tersebut.

f. Estetika (Aesthetics), berkaitan mengenai penampilan fisik dari sebuah produk.

(20)

g. Kemampuan layanan (Serviceabilty), melibatkan kompetensi, kenyamanan, kecepatan, kemudahan untuk reparasi, serta penangan keluhan secara memuaskan.

h. Kualitas yang terpersepsikan (Perceived quality), yakni reputasi serta citra dari sebuah produk, dan tanggung jawab dari perusahaan pada konsumen.

1.5.5 Citra Merek

Dalam prosus pemasaran produk, perusahaan wajib mempunyai merek yang memiliki pembeda dengan pesaingnya atau dengan kata lain memiiliki ciri khas sendiri akan mereknya, karena dengan adanya citra merek maka akan tertanam di benak pelanggan. Karena dari kebanyakan proses pembelian, citra dari sebuah merek adalah salah satu yang diperhatikan diawal bagi pelanggan sebelum dia melakukan pemilihan produk atau pembelian. Menurut Kotler & Keller (2009)

“Citra merek menjelaskan sifat ekstrinsik sebuah produk atau jasa yang meliputi bagaimana merk tersebut akan membuat kebutuhan sosial dan psikologis dari konsumen terpenuhi”.

Citra merek merupakan interpretasi konsumen tentang merk baik secara utuh atau keseluruhan. Meliputi kepercayaan pelanggan kepada merk perusahaan tertentu dan cara konsumen melihat suatu merk. Sebuah citra merek positif maka berdampak dan membuat konsumen menggemari sebuah produk dengan merek yang tersebut, dan bagi perusahaan apabila berhasil menciptakan citra merek yang positif atau yang baik maka hal itu akan menghabat atau menjadi ancaman untuk kegiatan promosi dan pemasaran dari competitor. Kotler & Armstrong (2013) mengemukakan definisi citra merek merupakan kumpulan kepercayaan dari

(21)

konsumen kepada merek dapat disebut juga citra merek. Kotler dan Keller (2012) memberi pengertian dari citra merek sebagai kumpulan kepercayaan dan persepsi yang terdapat dalam benak konsumen kepada suatu brand yang diteruskan dalam asosiasi-asosiasi pada ingatan konsumen.

Disaat suatu citra merek sudah siap guna menciptakan karakteristik produk dan memberi nilai tambah pada produk, selanjutnya memperlihatkan karakter dari produk itu terhadap pelanggannya secara khas, yang berarti merek tersebut telah memberi sebuah kekuatan emosional secara mendalam dari kemampuan dasar yang dimiliki sebelumnya oleh produk itu. Dengan hal ini maka dapat menjadikan hal positif dalam pikiran mereka ketika membayangankan brand itu sendiri. Menurut Wu et. al (dalam Gerung et al.,2017) “secara lebih rinci, citra merek merupakan citra merek label pribadi. Citra merek label pribadi bersumber dari persepsi pembeli terhadap merk, label pribadi untuk membedakan produk tersebut dari produk pesaingnnya”. Perusahaan wajib membuat identitas yang unik dan beda dari para pesaingnya.

Citra merek dari sebuah produk berkaitan dengan sikap yang berwujud keyakinan konsumen kepada suatu produk. Oladepo & Abimbola (2014) mengemukakan “citra merek yang baik akan memberi keyakinan terhadap konsumen guna membuat keputusan pembelian produk karena atribut didalam produk seperti kualitas, daya tarik produk, dan desain mampu memperlihatkan kemampuannya memenuhi kebutuhan dari pelanggan yang pada akhirnya membuat asosiasi yang positif kepada merek”. (Keller, 2012), menjelaskan faktor-faktor terbentuknya citra merek berdasarkan berikut ini:

(22)

1. Keunggulan atau kelebihan yang dimiliki dalam suatu produk adalah salah satu faktor terciptanya citra merek, dengan adanya keunggulan maka prooduk tersebut dapat lebih unggul pula dalam persaingan yang ada. Keunggulan meliputi segala aspek yang terdapat didalam produk yang nantinya akan menjadi ciri khas produk tersebut dan menciptakan daya tarik lebih.

Favorability of brand association merupakan asosiasi merek yang mana konsumen akan lebih percaya ketika atribut dan manfaat yang diterima dapat memuaskan serta memenuhi keinginan dari konsumen. Yang nantinya akan berbentuk sikap posifit kepada merk.

2. Kekuatan asosiasi merek adalah fungsi yang berasal dari hasil penjumlahan pengolahan informasi yang terdapat dalam proses encoding. Pada waktu konsumen mengutarakan pendapatnya mengenai informasi produk secara aktif, yang pada akhirnya akan terciptanya asosiasi yang kuat dalam benak konsumen. Konsumen akan mempertimbangkan hal ini berdasarkan pentingnya asosiasi merek.

3. Keunikan merek merupakan sebuah ciri khas yang diciptakan oleh perusahaan guna yang secara tidak langsung menyampaikan identitas akan merk tersebut, yang menjadi daya unggul untuk bersaing dan dapat menjadi alasan oleh konsumen dalam pemilihan produk. Pembeda yang diciptakan perusahaan harus ditonjolkan dengan memberikan kualitas, pelayanan, penyaluran yang lebih sehingga dapat meningkatkan minat beli terhadap produk.

(23)

Gerung et al.(2017) mengutarakan citra merek yang baik secara tidak langsung menunjukan alasan dari pembeli dalam pembelian sebuah produk dengan tanpa pertimbangan karena dengan adanya kepercayaan dan kepopuleran yang dipunyai merek tersebut. Menurut Fianto et al. (2014) indikator yang dipakai dalam citra merek ialah merek yang terpercaya, merek yang terkenal, dan memiliki reputasi yang baik.

1.5.6 Harga

Keputusan pembelian oleh konsumen juga mendapat pengaruh yang besar dari harga. sesorang akan memutuskan guna melakukan pembelian suatu barang yang bersesuaian dengan kemampuan daya belinya masing–masing.

Menurut Kurniawan (2018) “harga adalah sebuah nilai tukar yang diberi oleh konsumen dalam upaya mendapatkan barang atau jasa yang memiliki nilai yang juga meliputi pelayanannya”. Menurut Wijayanti (2018) “harga sangat berhubungan dengan kualitas produk”. Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya harga ialah nilai yang wajib konsumen keluarkan guna sebuah barang ataupun jasa yang bersesuaian dengan kualitas produk ataupun jasa yang ditawarkan.

Harga merupakan sejumlah uang yang ditetapkan penjual sebagai upah dari barang atau jasa yang diperjualbelikan guna memberi kepuasan akan keinginan konsumen. Dimensi Harga menurut Kotler & Armstrong(2008):

1. Harga terjangkau

2. Kesesuaian harga terhadap kualitas produk mobil Nissan Grand Livina 3. Kesesuaian harga dengan manfaat produk mobil Nissan Grand Livina

(24)

4. Daya saing harga dibanding dengan produk lain

1.5.6.1 Metode Penetapan Harga

Harga dapat ditetapkan melalui sejumlah metode sebagaimana yang disampaikan oleh Kotler & Armstrong, (2013), yakni:

1. Penentuan Harga Berdasar Nilai (Value-Based Pricing)

Dengan perantara persepsi nilai dari konsumen, harga ini tidak berasal dari biaya-biaya penjual sebagai dasar guna menetapkan harga. Harga ditetapkan berlandaskan nilai, artinya pemasar tidak mampu menetapkan harga yang didasari dari merancang suatu produk ataupun program pemasaran. Tetapi harga diperkirakan bersamaan dengan bauran pemasaran yang lain sebelum ditetapkannya perancangan pemasaran.

2. PEnentuan Harga Berdasar Biaya (Cost-Based Pricing)

Mencakup biaya-biaya yang ada seperti biaya dari memproduksi, menyalurkan, dan menjual produk serta tingkat pengembalian yang lazim bagi risikp dan usaha. Harga yang lebih ringan dapat ditetapkan oleh perusahaan apabila biaya yang telah dikeluarkan juga rendah, yang menciptakan penjualan dan profit yang lebih tinggi. `

3. Penentuan Harga Berdasar Pesaing (Competition-Based Pricing) Meliputi strategi, biaya dan juga produk kompetitor. Pada dasarnya konsumen akan melihat nilai dalam produk tersebut dan akan membandingkannya dengan competitor, serta nilai biaya dari produk yang seragam. Disini perusahaan harus dapat memposisikan produknya

(25)

apakah akan mengambil ketetapan lebih mahal atau lebih murah dari competitor melalui petimbangan-petimbangan lebih di dalamnya.

1.6 Penelitian Terdahulu

Dari penelitian terdahulu yang telah dikumpulkan, banyak yang berhubungan dengan keputusan pembelian, disini peneliti mengambil penelitian terdahulu yang sesuai dengan variable yang peneliti ambil, akan tetapi lokasi dan variable independennya berbeda.

Tabel 1.3 Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti

Judul Metode

Penelitian

Hasil Weenas

J.R.S (2014)

Kualitas Produk, Harga, Promosi, dan Kualitas Pelayanan Pengaruhnya terhadap Keputusan Pembelian Spring Bed Comforta

Variabel:

Kualitas produk, kualitas

pelayanan, dan keputusan pembelian Sampel: 100

kualitas produk, harga, promosi memengaruhi keputusan pembelian

Christy Jacklin Gerung, Jantje Sepang (2017)

Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Promosi terhada p Keputusan

Pembelian Mobil Nissan X-trail pada PT. Wahana

Wirawan Manado

Variabel:

Kualitas produk, harga, promosi, dan Keputusan Pembelian Sampel: 55 orang

Kualitas produk, harga, dan promosi memengaruhi keputusan pembelian Reven,

D., dan Ferdinan , A. T.

(2017)

Analisis Pengaruh Desain Produk, Kualitas Produk, Harga Kompetitif, dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian

Variabel: Desain Produk, Kualitas Produk, Harga kompetitif, citra merek, dan Keputusan Pembelian Sampel: 100 Orang

Ditemukan pengaruh dari desain produk, kualitas produk, harga

kompetitif, dan citra merek pada keputusan pembelian

(26)

Pada penulisan kajian ini penulis ingin membuktikan apakah kualitas produk, harga dan citra merek memberi pengaruh pada keputusan pembelian seperti penelitian yang diambil oleh peneliti terdahulu, penelitian terdahulu menjadi acuan penulis untuk membuat penelitian ini. Perbedaan penelitian yang dilaksanakan ini dengan penelitian kajian berada di lokus, tahun kajian, maupun jumlah responden yang berbeda.

1.7 Hipotesis

Dalam proses pembelian, kebanyakan orang memikirkan dengan matang tentang produk apa yang dibelinya, yang meliputi manfaat dari sebuah produk, kualitas dari suari produk, harga yang pas, dan keunggulannya dari preferensi merk lain, yang pada akhirnya pelanggan mengambil kemantapan guna mengambil keputusan pembelian. Keputusan pembelian dapat memperoleh pengaruh dari sejumlah faktor, yaitu pembeli secara pribadi, tetapi dalam penelitian yang dibuat oleh penulis, pengukuran terhadap keputusan pembelian dilangsungkan dengan mempergunakan kualitas produk, citra merek, dan harga.

Kualitas sebagai sebuah persepsi nilai dari produk yang bakal dikonsumsi, produk yang dibeli apakah telah bersesuaian dengan ekspetasi oleh konsumen.

Apabila sebuah perusahaan berkeinginan untuk terus berkembang, dan juga meraih profit yang lebih, maka perusahaan wajib mengambil konsep kualitas. Hal ini memperlihatkan bahwa kualitas memiliki sebuah dampak yang besar kepada pelanggan. Pelanggan pastinya tidak mungkin membeli produk yang tidak dapat

(27)

memuaskan keinginannya. Apabila produk yang dibuat kualitasnya semakin baik, maka keputusan pelanggan guna melangsungkan pembelian akan semakin besar.

Harga didefinisikan sebagai sejumlah nominal uang yang dipergunakan untuk mendapatkan kombinasi antara pelayanan dan produk yang juga mengikutinya. Harga yang diharapkan pelanggan adalah harga yang terjangkau, kompetitif, serta bersesuaian dengan apa yang didapatkan.

Merek adalah atribut dari sebuah produk yang mempunyai perbedaan antara produk terkait dengan produk lainnya. Merk juga sebagai keunggulan dari suatu produk untuk dapat bersaing. Sebuah produk yang mempunyai citra merek yang positif dapat membantu perusahaan dalam mendapatkan konsumen, dan menjaga konsumen yang sudah ada sebelumnya. Citra merek yang baik juga dapat menjadi kekuatan dari perusahaan tersebut, dimana produknya lebih mudah diterima oleh para konsumen. Citra merek yang baik akan memengaruhi cukup tinggi bagi keputusan konsumen dalam mengambil keputusan pembelian.

Secara grafis korelasi antara kualitas produk, citra merek, harga, serta keputusan pembelian bisa digambarkan melalui bagan model hipotesis berikut:

H4 H1

H3 Kualitas Produk (X1)

Citra merek (X2)

Harga (X3)

Keputusan Pembelian (Y) H2

(28)

Gambar 1.4 Model Hipotesis

H1: Kualitas produk memengaruhi keputusan pembelian.

H2: Citra merek memengaruhi keputusan pembelian.

H3: Harga memengaruhi keputusan pembelian.

H4: Kualitas produk, citra merek, dan harga memengaruhi keputusan pembelian.

1.8 Definisi Konsep

Merupakan sekumpulan pengertian dari variabel-variabel yang lebih mengarah pada konsep.

1. Keputusan Pembelian (Y)

Kotler & Keller (2009) menyatakan “sebuah keputusan konsumen ketika ia menyeleksi pilihan dari beberapa alternativ pilihan lain yang sudah dia kumpulkan sebelumnya dan proses menggabungkan antara sikap pengetahuan berdasarkan informasi guna mengevaluasi dua atau lebih dari perilaku alternatif dan menunjuk salah satu diantara pilihan pilihan tersebut”.

2. Kualitas Produk (X1)

Menurut Tjiptono (dalam Weenas, 2013) “kualitas produk merupakan karakter dari suatu produk ataupun jasa yang berkorelasi dengan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang diimplikasikan atau dinyatakan”.

3. Citra merek (X2)

Menurut Setiadi (dalam Reven & Ferdinand 2017) “citra merek adalah skema memori pada suatu merek, yang didalamnya berisi interpretasi dari

(29)

konsumen atas atribut, situasi, penggunaan, kelebihan, para pengguna, dan karakteristik pemasar dan karakteristik yang melekat dari merek itu”.

4. Harga (X3)

Menurut Kotler & Armstrong (2008) “harga merupakan suatu nilai tukar yang dapat disamakan dengan mata uang atau barang lainnya untuk mencapai manfaat yang didapatkan dari suatu produk atau jasa bagi konsumen pada tempat tertentu dan waktu tertentu”.

1.9 Definisi Operasional 1. Kualitas Produk (X1)

Menurut Tjiptono 2009 (dalam Weenas 2013), terdapat 8 dimensi yang dapat dipakai dalam melakukan analisis kualitas produk, yaitu:

1. Kinerja (Performance) 2. Daya tahan (Durability)

3. Reevansi dengan spesifikasi (Conformance to specifications) 4. Fitur (Features)

5. Keandalan (Reliability) 6. Estetika (Aesthetics)

7. Kemampuan layanan (Serviceabilty)

8. Kualitas yang terpersepsikan (Perceived quality) 3. Citra merek (X2)

Menurut Fianto et al. (2014), citra merek bia terukur dengan beberapa indikator, yaitu:

1. Merek terpercaya

(30)

2. Merek terkenal

3. Reputasi merek yang baik 4. Harga (X3)

Menurut Kotler & Armstrong (2008), harga dapat diukur mealui 4 indikator, yaitu:

1. Keterjangkauan harga mobil Nissan Grand Livina

2. Kesesuaian harga terhadap kualitas produk mobil Nissan Grand Livina 3. Kesesuaian harga dengan manfaat mobil Nissan Grand Livina

4. Daya saing harga mobil Nissan Grand Livina dibanding dengan produk lain 5. Keputusan Pembelian (Y)

Keputusan pembelian memiliki 4 indikator menurut Pardede & Haryadi (2017) yaitu:

1. Prioritas dalam pembelian 2. Frekwensi pembelian 3. Keputusan pembelian 4. Perilaku setelah pembelian 1.10 Metode Penelitian

1.10.1 Tipe Penelitian

Kajian ini mempergunakan jenis eksplantori melalui pendekatan kuantitatif.

Sugiyono (2011) menyebutkan bahwa ekplantori merupakan jenis penelitian yang menjelaskan tentang hipotesis yang akan dipengaruhi oleh variabel-variabel.

Penelitian ini dapat berjalan dan berhasil apabila terdapat minimal dua variabel yang dipergunakan, yakni variabel independen dan dependen yang hasilnya dapat

(31)

digunakan untuk meramal, mengontrol, dan menjelaskan. Penelitian ini akan menjabarkan mengenai terdapat korelasi yang interaktif antara variabel penelitian dan seberapa jauh hubungan yang dimiliki. Jenis eksplantori dipilih agar penelitian ini dapat menguji hipotesis yang diberikan supaya dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Kualitas Produk, Citra merek dan Harga), dan variable dependen (Keputusan Pembelian) secara simultan maupun parsial yang terdapat pada hipotesis.

1.10.2 Populasi dan sampel 1.10.2.1 Populasi

Sugiyono (2008) memaparkan “populasi adalah obyek atau subyek yang digunakan pada penelitian dengan karakteristik dan kualitas tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang nantinya akan ditarik simpulannya dapat disebut dengan populasi”. Populasi penelitian ini merupakan masyarakat Kota Semarang yang melakukan pembelian mobil merek nissan Grand Livina di Wahana Sun Motor Banyumanik.

1.10.2.2 Sampel

Sampel merupakan anggota dari populasi yang bersesuaian dengan karakteristik (Sugiyono, 2011). Maka dari itu sampel didapatkan apabila bagian dari populasi tersebut dapat dianggap mewakili keseluruhan populasi yang dikaji.

Jumlah populasi penelitian ini merupakan seluruh konsumen mobil Nissan Grand livina di perusahaan Wahana Sun Motor Semarang yaitu sebanyak 607 konsumen. Jumlahnya pengambilan sampel diambil secara representative dengan

(32)

mempergunakan rumus, yaitu rumus Slovin. Berikut rumus Slovin yang dipergunakan dalam penentuan sampel, yakni:

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁(𝑒)2 . Keterangan:

n = Ukuran sampel/jumlah responden N = Ukuran populasi

E = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir; e= 0,1

PT.Wahana Sun Motor Semarang memiliki populasi konsumen Nissan Grand Livina sebanyak 607 orang,berdasarkan populasi yang ada peneliti dapat mengambil 10% untuk sampel dan dapat dibulatkan agar terdapat mencapai kesesuaian. Berikut ini adalah rumus untuk mengetahui sampel yang digunakan pada penelitian ini :

𝑛 = 607

1 + 607(10)2 𝑛 = 607

7,07 = 85,9 ; dibulatkan menjadi 86 responden.

Berdasarkan hasil dari rumus Slovin yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka didapat sampel yang berjumlah 86 repsonden.

1.10.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik guna mengambil sampel yang dipergunakan ialah Probability sampling, yakni teknik guna mengambil sampel dengan anggapan semua populasi sama rata dan berhak untuk menjadi responden tanpa memandang strata pada populasi tersebut. Hal ini dilakukan karena populasi dianggap homogen atau setara.

(33)

Jenis sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010) Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah pembeli mobil MPV merek Grand Livina. Pembeli mobil Nissan Grand Livina yang memiliki pertimbangan atau kriteria sampel diatas sebagai berikut:

a. Responden telah menjadi konsumen mobil merek Nissan Grand Livina di PT.

Wahana Sun Motor Setiabudi, Banyumanik, Semarang.

b. Bersedia untuk mengisi kuesioner untuk keperluan riset.

1.10.4 Jenis dan Sumber Data 1.10.4.1 Jenis Data

Dalam penelitian ini, data yang dipergunakan ialah data kuantitaif, yakni informasi yang didapat dan diterjemahkan menjadi angka ataupun numerik. Sumber data yang kuatitaif pada penelitian ini diperoleh dari jawaban responden melalui kuesioner.

1.10.4.2 Sumber Data a. Data Primer

Berasal dari sumber pertama melalui pembagian kuesioner atau wawancara.

b. Data Sekunder

Pada penelitian ini, data yang dipergunakan sudah diberikan oleh PT. Wahana Sun Motor Setiabudi.

1.10.5 Teknik Pengumpulan Data a. Kuesioner

(34)

Kuesioner dipilih pada penelitian ini untuk teknik dalam mengumpulkan data, kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang dapat dijawab oleh responden secara langsung. Responden merupakan populasi manusia yang sesuai dengan kriteria penelitian dan memberikan jawaban/tanggapan yang diberikan oleh peneliti (Sugiyono, 2011).

Langkah- langkah untuk mengumpulkan data melalui kuesioner dapat jibarkan sebagai berikut :

1. Responden diberi kuesioner

2. Responden mengisi dengan menyatakan jawaban sesuai daftar 3. Setelah data dari responden terkumpul, peneliti mengolah data dan

memberikan kesimpulan b. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan percakapan antara peneliti dengan narasumber, peneliti akan mendapatkan informasi melalui hasil tanya jawab informan yang di tuju. pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dengan memakai metode wawancara yang terstruktur sehingga wawancara yang dilakukan guna menghindari penyimpangan dari topik bahasan yang bakal dikaji (Sugiyono, 2011). Penelitian ini melakukan tahap wawancara dengan narasumber konsumen mobil merk Nissan Grand Livina di PT Wahana Sun Motor Setiabudi dan pihak PT Wahana Sun Motor Semarang.

1.10.6 Skala Pengukuran

Pada kajian ini, kuesioner diukur melalui skala Likert. Sugiyono (2011) menyatakan“skala likert dapat digunakan guna mengukur dengan skala angka

(35)

agar dapat melihat respon mengenai pendapat, sikap, persepsi secara individu maupun kelompok yang tujuannya agar mengetahui fenomena sosial”. Skala likert ini dapat diuraikan ke dalam indikator variabel, lalu diubah menjadi tolak ukur agar dapat menyusun pertanyaan.

Penelitian ini mempergunakan skala likert interval 1-5. Dengan penjelasan jawaban responden sangat setuju dapat memilih angka 5 ,sedangkan yang sangat tidak setuju diberi angka , angka lainnya dapat menyesuaikan.

Berikut pemberian bobot terhadap nilai variabel:

 Nilai 5 untuk jawaban sangat setuju

 Nilai 4 untuk jawaban setuju

 Nilai 3 untuk jawaban ragu-ragu atau netral

 Nilai 2 untuk jawaban tidak setuju

 Nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju 1.10.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Tujuan dari uji validitas ialah guna mengetahui kuesioner yang dipergunakan oleh peneliti merupakan kuesioner yang valid (Ghozali, 2011).

Kuesioner dapat dikatakan valid apabila peneliti dapat memberikan kuesioner pada responden secara jelas sesuai dengan indikator variabel yang ditentukan.

Kuesioner dapat dikategorikan valid apabila hasil uji validitas r hitung sig. ≤ 0,05 = valid dan r hitung sig. > 0,05 = tidak valid (Ghozali, 2011).

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilangsungkan guna mengetahui kuesioner yang berikan

(36)

dikategorikan valid dan reliabel, atau dapat dikatakan bahwa kuesioner yang di gunakan mudah dimengerti, sehingga jawaban dari responden dari waktu ke waktu tetap konsisten (Ghozali, 2011).

Evaluasi terkiat pengukuran terhadap suatu variabel dapat dilangsungkan melalui dua jenis parameter, yakni cronbach’s alpha dan internal consistency (Ghozali & Latan, 2015). Alat ukur Cronbach Alpha, dapat mengukur nilai tertinggi dan terendah. Jika hasil α > 0,60 = reliabel dan apabila hasil α < 0,60

= tidaklah reliabel (Ghozali, 2011).

1.10.8 Teknik Analisis

Penelitian ini mempergunakan teknik data kuantitatif, teknik ini bermanfaat guna menguji korelasi antar variabel dengan menggunakan alat statistik dengan data yang didapat dari responden melalui wawancara maupun data primer. Pengujian ini berguna untuk mengetahui kebenaran dari hipotesis yang dilakukan sebelumnya.

Pengolahan data dapat dilakukan apabila tanggapan kuesioner dengan data angka dari sampel responden yang dilakukan sudah memenuhi target.

Agar dapat lebih mudah data yang diperlukan bisa diurutkan ke dalam katagori- katergori tertentu, sehingga dapat mempermudah proses analisis menggunakan SPSS.

1.10.8.1 Koefisien Korelasi

Uji korelasi ini digunakan untuk mengintepretasikan seberapa kuat hubungan antara variabel uji independen terhadap variabel dependen. Korelasi dihitung dengan menggunakan SPSS.

(37)

Rumus koefisien korelasi:

𝑟 = 𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)

√{𝑛 ∑ 𝑥2 – (∑ 𝑥)2} {𝑛 ∑ 𝑦2− (∑ 𝑦)2} Keterangan:

r : koefisien korelasi yang dicari n : banyaknya sampel

x : variable bebas (Kualitas produk, citra merek, harga) y : variabel terikat (keputusan pembelian)

Menurut Sugiyono (2010) disebutkan bahwa untuk menentukan keeratan hubungan/koefisien korelasi antar variabel tersebut, diberikan patokan-patokan sebagai berikut:

Interpretasi Koefisien Korelasi

Sumber : Sugiyono, (2010)

Apabila nilai r mendekati 0 artinya pengaruh yang dihasilkan oleh variabel independen terhadap variabel dependen adalah lemah, sedangkan apabila nilai mendekati 1 artinya pengaruh yang dihasilkan oleh variabel independen terhadap variabel dependen adalah kuat.

1.10.8.2 Koefisien Determinasi Interval Koefisien

Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 - 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

sangat lemah lemah sedang

kuat sangat kuat

(38)

KD = (r)2 x 100%

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur persentase variabel dependen (Y) yang dijelaskan oleh variabel independen (X). untuk menghitung koefisien determinasi menggunakan rumus. Nilai koefisien adalah nol dan satu.

Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas sedangkan nilai yang mendekati satu menunjukkan bahwa variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).

Rumus yang digunakan adalah:

Dimana:

KD = Koefisien Determinasi r2 = Koefisien Korelasi

Dalam penggunaannya, koefisien determinasi ini menggunakan dalam persen (%).

Jadi hasilnya dikalikan 100%

1.10.8.3 Analisis Regresi Sederhana

Tujuan dari regresi sederhana ialah guna mengetahui sejauh mana variabel dependen mengalami perubahan, apabila variabel independen berubah-ubah selain itu analisis ini bertujuan guna mengetahui korelasi variabel terikat dan variabel bebas.

Y = α + β X + ε Keterangan:

(39)

Y= Keputusan pembelian

α = Konstanta, yaitu besarnya nilai Y ketika nilai X = 0 β = koefisien regresi

X = Variabel terikat 1.10.8.4 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi dipakai guna mengetahui kondisi variabel dependen (Keputusan Pembelian) jika dipengaruhi dua atau lebih variabel independen (Kualitas Produk, Citra Merek dan Harga) sebagai faktor prediktor yang diubah- ubah (nilainya dibuat naik turun). Model regresi yang dipergunakan untuk penelitian ini dijelaskan dalam rumus dibawah ini:

Y = a+b1X1+b2X2+b3X3

Di mana:

Y = Variabel dependen (Keputusan Pembelian) a = Konstanta (bilangan tetap)

X1 = Kualitas produk X2= Citra Merek X3 = Harga

b1 = Koefisien regresi X1 terhadap Y b2 = Koefisien regresi X2 terhadap Y b3 = Koefisien regresi X3 terhadap Y 1.10.8.5 Uji t (Parsial)

Ghozali (2011) menyatakan “uji beda t-test dipakai guna menguji seberapa besar pengaruh yang disebabkan oleh variabel independen secara parsial dpat

(40)

mempengaruhi variabel dependennya”. Pengambila keputusan pada uji parsial dapat dijabarkan yaitu :

1. Jika nilai probabilitas signifikansi > 0,05, maka h0 ditolak. Hipotesis ditolak berarti bila variabel bebas tanpa memengaruhi bermakna bagi variabel terikat.

2. Jika nilai probabilitas signifikansi > 0,05, maka ha diterima. Hipotesis tidak dapat ditolak mempunyai arti bahwa variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Uji t adalah uji yang dilaksanakan secara individual (Sudjana, 2002). Uji ini dipakai guna mengidentikasi apakah variabel independen dapat memberi pengaruh pada variabel dependen, agar dapat menjawab hipotesis yang telah diajukan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui rumus:

1 2

2 r n t r

Keterangan:

t = uji t atau nilai hitung r = koefisien korelasi n = jumlah ukuran data

Nilai t yang diperoleh dari hasil penghitungan kemudian dipakai dalam penentuan hasil melalui tahap-tahap berikut:

1. Penetapan hipotesis nol dan hipotesis alternatif

Ha : β = 0, artinya variabel independen yakni variabel (X1), (X2) dan (X3), tidak memberi pengaruh pada variabel dependen (Y).

(41)

Ha : β ≠ 0, berarti variabel independen (X1), (X2), (X3) memberi pengaruh pada variabel dependen (Y).

2. Penentuan taraf signifikansi interval dengan α = 0,05 atau sangat signifikan 5%.

3. Ho ditolak dan Ha diterima jika t hitung > t tabel, maka variabel (X1), variabel (X2) dan variabel (X3) memberi pengaruh pada variabel dependen (Y).

4. Ho diterima dan Ha ditolak jika t hitung < t tabel, maka variabel (X1), variabel (X2) dan variabel (X3) tidak memberi pengaruh pada variabel dependen (Y)

Gambar 1.5 Kurva hasil Uji t (two tail)

(42)

1.10.8.6 Uji F (Simultan)

Menurut Ghozali (2011) “uji F dipakai guna mengetahui apakah variabel independe pada penelitian memberi pengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen”. Uji kelayakan ini dapat dilangsungkan dengan kriteria-kriteria berikut :

a. F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya secara simultan variabel X tidak memberi pengaruh pada variabel Y.

b. F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya secara simultan variabel X memberi pengaruh pada variabel Y.

Apabila nilai signifikansi F hitung < taraf signifikansi 0.05, maka Ha diterima dan H0 ditolak.

) 1 /(

) 1

(

/

2 2

 

k n R

k F R

Keterangan :

R2 = koefisien determinasi k = jumlah variabel indepeden n = jumlah sampel

Uji F dapat dilakukan melalui prosedur:

1. Penentuan hipotesis nol dan hipotesis alternatif

Ho : β1 = 0, artinya variabel bebas tanpa memengaruhi variabel dependen.

Ha : β1 > 0 , artinya variabel bebas memengaruhi variabel dependen.

(43)

2. Penetapan taraf signifikansi interval dengan α = 0,05 atau sangat signifikan 5%.

3. Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel, berarti secara simultan variabel independen (X) tidak memberi pengaruh pada variabel dependen (Y).

4. Ho ditolak jika F hitung > F tabel, berarti secara simultan variabel independen (X) memberi pengaruh pada variabel dependen (Y).

Gambar 1.6 Kurva Uji F

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pemodelan Sistem transmisi disertakan pula model Flash untuk mengetahui timing flash line insulator. Pemodelan Sistem Transmisi dengan GSW modifikasi. pada pemodelan

Partisipasi pemerintah daerah di dalam penyiaran tidak hanya sebatas pada wilayah perizinan saja, akan tetapi pemerintah daerah juga berhak untuk mendirikan lembaga penyiaran

Berdasarkan hasil komparasi indikator desain sirkulasi dan jaringan jalan menunjukkan bahwa sebagian besar kawasan transit telah memiliki jarringan jalan yang

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 25/PMK.01/2014 tentang akuntan beregister negara pasal 3 ayat 3 menyatakan bahwa untuk mengikuti Pendidikan Profesi

Dalam situasi semacam ini doa ini memohon segala macam 'hasanah' dari karunia Tuhan, termasuk perbuatan kita supaya menjadi hal yang menyebabkan kita mendapatkan 'hasanah' di

Konsentrasi auksin dalam ekstrak taoge yang berinteraksi dengan sitokinin endogen sudah mampu memacu pembelahan sel-sel primordia daun.Auksin yang terkandung

Dari peristiwa sejarah itu, kita dapat mengambil satu kesimpulan yang merupakan pelajaran bahwa bai„at untuk seorang khalifah tidak akan terjadi kecuali dengan menempuh

pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan. Untuk menindaklanjuti pembahasan isu ini, Delegasi China menyampaikan proposal yang pada intinya mengusulkan agar pembahasan ke