• Tidak ada hasil yang ditemukan

social distancing dan physical distancing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "social distancing dan physical distancing"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

14

PENDAHULUAN

Wabah Corona virus disease 2019 atau penyakit corona virus 2019 (COVID-19) dinyatakan sebagai suatu pandemi global oleh World Health Organization (WHO) pada 30 Januari 2020 (Emanuel et al., 2020). Coronavirus baru atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV2) dilaporkan pertama kali terjadi di Wuhan, provinsi Hubei, China pada bulan Desember 2019. COVID-19 ini mempunyai daya virulensi atau penularan yang sangat cepat. Pada minggu-minggu berikutnya, infeksi menyebar ke seluruh Cina dan negara-negara lain di seluruh dunia (Zu et al., 2020).

Hingga pada tanggal 3 Agustus 2021 pasien terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia ialah sebesar 3.496.700 jiwa, dan di Provinsi Jawa Tengah jumlah pasien terkonfirmasi COVID-19 sebesar 393.670. Dampak dari pandemi ini bukan hanya menyerang fisik tetapi juga menyerang psikologis (World Health Organization, 2020).

Dampak psikologis yang paling sering terjadi adalah gangguan kecemasan.

Dalam situasi pandemi Virus Corona, biasanya kecemasan hadir dalam beragam bentuk diantaranya ketakutan terhadap kematian, hal ini terjadi karena melihat angka kematian akibat wabah corona yang dari hari ke hari semakin besar. Ketakutan terinfeksinya virus corona akan menginfeksi orang lain bahkan virus ini bisa saja menular kepada orang dewasa bahkan anak-anak sekalipun (Hayat, 2021). Banyak masyarakat yang takut akan tertular, mereka takut karena tidak tahu apakah orang-orang di sekitar mereka sehat atau tidak, dan takut dirinya akan menularkan ke orang lain sehingga mereka juga menghindari keramaian atau pertemuan yang mengundang banyak orang. Banyak yang merasa ketakutan dengan adanya berita palsu mengenai COVID-19 yang sering beredar sembarangan baik berita fakta maupun berita hoax. Selain itu dampak adanya pembatasan sosial atau social distancing dan physical distancing yang merupakan kebijakan pemerintah Indonesia membuat seluruh kegiatan dilakukan dirumah saja, baik itu sekolah dari rumah, kerja dari rumah sehingga timbul rasa kecemasan pada masyarakat Indonesia yang takut untuk keluar rumah (Ananda & Apsari, 2020).

Kecemasan ini perlu mendapat perhatian dan intervensi keperawatan karena keadaan emosional pasien akan berpengaruh kepada fungsi tubuh dimasa pandemi COVID-19

(2)

15

ini. Dampak kecemasan ini dapat memengaruhi fungsi fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan frekuensi napas, gemetar, ketakutan, gelisah, pusing, rasa panas dan dingin membuat anak men jadi terpapar penyakit akibat pandemi COVID 19 (Assari, 2021). Selama masa pandemi ini anak lebih banyak dirumah dan beristirahat saja dibanding dengan bermain. Sehingga, membuat anak kurang melatih keterampilan dan kemampuan mereka selama pandemic COVID-19 ini.

Permainan adalah sarana perkenalan serta arena pelatihan untuk berperilaku, berpikir secara simbolis dan pemecahan masalah. Di samping itu, permainan sangat penting untuk melatih otot-otot, keterampilan fisik, keseimbangan, bekerja sama denganorang lain, belajar bercakap-cakap, persahabatan, dan latihan tata krama.

Permainan juga akan memberikan kepuasan emosional yang diperoleh anak-anak dari kehidupanberkelompok, berprestasi, pengakuan dari orang lain, dan kebebasan. Dengan kata lain, permainan akan memberikan percepatan kepada anak-anak untuk melatih keterampilan-keterampilan fisik, keterampilan-keterampilan sosial, dan mendapat kepuasan emosional dan latihan intelektual. Terapi bermain adalah bentuk konseling atau psikoterapi dengan menggunakan permainan guna mengamati serta mengatasi berbagai masalah kesehatan mental dan gangguan perilaku. Terapi ini utamanya digunakan untuk anak-anak berusia 3-12 tahun, anak-anak pada usia tersebut cenderung tak dapat memproses emosinya sendiri maupun menyampaikan apa yang dirasakannya pada orang tua (Damelia,2021). Anak-anak belajar memahami dunia dan lingkungannya melalui permainan. Ketika bermain, anak dapat dengan bebas menunjukkan perasaan batin dan emosi terdalamnya. Dalam terapi bermain, seorang terapispun akan menggunakan waktu bermain untuk mengamati dan memahami masalah yang dialami anak (Rohayani, 2020).

(3)

16

Menurut organisasi Play Therapy International, hingga 71% anak-anak yang mendapat terapi bermain mengalami perubahan positif. Menurut Kemendikbud, anak usia dini masih kesulitan untuk mengendalikan emosinya. Hal ini membuat dunia bermain menjadi tempat yang ideal bagi anak untuk melampiaskan emosi, kecemasan, kemarahan, hingga stress (Yasmine,2020). Oleh karena itulah, terapi bermain diperlukan. Keamanan anak perlu diperhatikan dalam terapi bermain. Tempat, media, waktu, dan teman bermain anak merupakan aspek yang harus dijaga keamanannya.

Pemilihan permainan yang sesuai dengan usia anak dengan permainan yang aman sebagai orang tua bisa mengarahkan anak selama proses bermain yang dilakukan anak (Kurnia, 2021).

Kebutuhan anak selama masa pandemi ini perlu adanya media bermain anak yang bisa membuat anak masih bisa belajar dan berkembang. Hal ini membuat orang tua perlu memperhatikan terapi bermain yang cocok bagi anak untuk melatih kemampuan literasinya. Selain itu perlu adanya pertanyaan terbuka adalah cara yang bagus untuk mendorong anak memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi atau yang dikenal dengan HOTS (high older thinking skill). Pertanyaan-pertanyaan semacam ini memunculkan ide-ide baru dan membantu anak merumuskan tanggapan pribadi terhadap pertanyaan- pertanyaan yang diajukan tersebut (Priyadi dan immawati,2021). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi penerapan terapi bermain anak selama masa pandemi COVID 19.

(4)

17

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Literature Review atau tinjauan pustaka. Penelitian kepustakaan atau kajian literatur (literature review, literature research) merupakan penelitian yang mengkaji atau meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam tubuh literatur berorientasi akademik (academic-oriented literature), serta merumuskan kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu, Cooper (2010). Adapun sifat dari penelitian ini adalah analisis deskriptif, yakni penguraian secara teratur data yang telah diperoleh, kemudian diberikan pemahaman dan penjelasan agar dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.

Proses pencarian mendalam mengenai infomarsi terpublikasi dalam suatu topik proses pencarian menggunakan Data Base Googlescholar, Pubmed Dan Portal Garuda, Research Gate dengan menggunakan kata kunci berbahasa Indonesia seperti terapi bermain anak selama pandemi COVID 19, Terapi anak selama pandemi, dan Terapi bermain, dan menggunakan bahasa inggris antara lain child therapy, children's play during the pandemic, children's play therapy during the covid pandemic dengan hasil pencairan literature maka yang diperoleh sebanyak 25 artikel yang memenuhi kriteria.

Setelah artikel yang didapatkan sebanyak 25 artikel, ternyata ada sebenyak 15 artikel yang belum cocok untuk bisa digunakan dikarenakan tidak memenuhi kriteria dalam riview literature seperti terapi bermain anak namun bukan untuk anak sekolah melainkan anak yang sedang dirawat dirumah sakit agar anak tidak bosan selama perawatan akibat COVID-19. Selain itu identifikasi artikel sesuai kriteria inklusi yang paling cocok dan menjerumus pada topik sebanyak 10 artikel. Sebanyak 10 artikel ini dijadikan acuan sebagai literatur menulis. Pembuatan daftar pustaka menggunakan apilkasi mendeley dengan memasukan seluruh jurnal terkait kedalam aplikasi mendeley.

(5)

18 Kriteria inklusi dan eksekusi :

Pencarian menggunakan kata Kunci

Gambar 1. Alur Pencarian Literatur Pencarian menggunakan Data

Base Googlescholar, Pubmed Dan Portal Garuda, Research Gate

(N = 25)

Seleksi jurnal (N = 10)

Kriteria ( N = 25 ) Masalah

- Tidak sesuai topik ( N = 15) - Sesuai topik ( N = 10) Seleksi jurnal 5 tahun terakhir (

2017 2022) dengan

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

(N = 25)

Jurnal akhir yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian

dan topik penelitian (N = 10)

Kriteria ( N = 25 ) - Tujuan Yang Tidak

sesuai topik ( N = 15) - Tujuan Yang Sesuai

topik ( N = 10)

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

37

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil studi literature penelusuran didapatkan 10 jurnal yang dapat dijadikan acuan berhubungan dengan judul, selanjutnya jurnal tersebut dirangkum dalam bentuk analisis.

Hasil dari literature bisa diterapkan pada anak selama pandemi COVID 19, karena kebutuhan bermain pada anak sama halnya kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Ketika kondisi anak terkena penyakit atau sedang tidak sehat, orang tua dan perawat harus dapat memilih permainan apa yang dapat dilakukan ketika anak sedang dirawat, karena akan mempercepat proses penyembuhan, menurunkan kecemasan, dan memperbaiki pikiran anak. Jika kebutuhan bermain anak bisa tercukupi maka proses penyembuhan anak karena terpapar COVID-19 akan sembuh dengan cepat.

Terapi bermain merupakan solusi yang tepat membantu anak-anak yang merasa tertekan, penuh stres, atau memiliki masalah perilaku. Adapun kondisi anak-anak yang membutuhkan terapi ini, diantaranya (1) anak yang mengalami keterlambatan perkembangan atau ketidakmampuan belajar; (3) Adanya masalah perilaku di sekolah yang menunjukkan perilaku agresif atau kemarahan yang berlebihan; (4) anak yang memiliki masalah keluarga, seperti perceraian, perpisahan atau kematian anggota keluarga terdekat; (5) anak yang menderita kecemasan, depresi, dan kesedihan (Hani,dkk. 2021). Setelah dilakukan analisis pemberian terapi pada anak memberikan pengaruh yang positif dari tingkat kecemasan anak sedang-berat menjadi ringan-sedang. Penerapan bermain ini tidak hanya pada anak yang sedang sakit saja, namun pada anak yang sehat selama masa pandemi.

Pendemi COVID-19 memberikan dampak pada proses pembelajaran, efek yang timbul diantaranya adalah stres anak usia sekolah dikarenakan adanya beban akademik selama pembelajaran daring, perlu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, terapi dengan berbasis teknologi memberikan alternatif kegiatan bermain dimasa pandemic untuk mengurangi stres.

Ada pengaruh pemberian terapi bermain berbasis teknologi terhadap tingkat stres anak pada masa pandemic COVID-19. Terapi bermain yang dapat dimainkan secara bersama menjadi rekomendasi untuk memenuhi kebutuhan bermain usia sekolah. Terapi bermain yang dilakukan kurang lebih 30-60 menit sehari dapat mengurangi tingkat stres anak. Penerapan terapi bermain

(25)

38

ini sangat baik untuk anak dimasa pertumbuhannya dan memiliki dampak yang positif bagi anak selama masa pandemi COVID 19. Hal ini juga didukung dengan penelitian Farida rohayani (2020) hasil penelitian menunjukkan selama pandemi COVID-19, ada beberapa masalah yang tampak, seperti ada orang tua memakai media gadget sebagai sahabat anak ketika anak merasa bosan, kurangnya intervensi orang tua pada dunia anak, masalah orang tua dalam menghadapi anak dan juga kejenuhan orang tua dan anak selama masa pandemi ini. Anak yang sedang mengalami masa berkembang segala aspek perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya dengan pesat. Orang tua diharapkan mempunyai pengetahuan dan kesadaran untuk menstimulasi dengan baik segala aspek pertumbuhan dan perkembangan anak.

Banyak sekali orang tua yang kurang paham ketika anak merasa bosan dan tantrum, orang tua mencari cara aman dan mudah untuk mengatasi hal tersebut, misalnya memberikan gadget pada anak. Hal ini dapat memberikan efek kecanduan dan beberapa faktor kurang baik yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak. Apalagi selama pandemi COVID-19 anak hanya berada di dalam rumah bersama orang tua dan mengikuti pembelajaran secara daring serta melakukan semua kegiatan di dalam rumah pula. Untuk mengurangi kecanduan gadget pada anak, terutama selama pandemi COVID-19 ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua, yakni: 1) membatasi penggunaan; 2) beri jadwal; 3) pengawasan; 4) tetapkan wilayah bebas gadget; 5) ajarkan anak tentang menahan diri; dan 6) berikan contoh yang baik. Selain itu, jika anak diberikan gadget secara terus menerus membuat tubuh merespon yang tidak baik sehingga otak akan merespon agar selalu menggunakan gadget disegala situasi dan akan menimbulkan efek kecanduan. Sehingga bisa dilakukan terapi yang lain seperti mendongeng. Hal ini juga didukung dengan penelitian Erni Suprapti, Dan Rika Desiana Lydia Sari (2021) mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa terapi mendongeng dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah, kecemasan adalah emosi berupa kekhawatiran atau rasa takut yang tidak dapat dihindari dari hal - hal yang berbahaya dan menimbulkan gejala - gejala atau respon tubuh.

Sehingga dengan dilakukan terapi mendongeng ini yang dapat dilakukan selama 3 hari berturut turut selama 10 15 menit akan memberikan dampak yang positif bagi anak agar bisa menstabilkan emosional anak agar tidak cepat cemas dalam situasi yang genting sekalipun.

Tidak hanya terapi mendongen namun terapi lainnya seperti penerapan musik klasik juga bisa

(26)

39

menurunkan tingkat kecemasan yang ada pada diri anak. Ada juga penelitian Riska Hediya Putri; Feri Kameliawati; Surmiasih Dan Inggit Primadevi (2022) Permaianan edukatif sangat disenangi oleh anak, karena belajar lewat permaianan membuat anak tidak menyadari bahwa kegiatan tersebut adalah sedang belajar. Perbedaan pengetahuan anak sebelum dan sesudah kegiatan pendidikan kesehatan dengan media bermain ular tangga dan lebih berpengaruh dalam peningkatan pengetahuan dan sikap anak mengenai 3m, karena ular tangga lebih banyak memberikan rangsangan terhadap anak dan sesuai dengan keinginan anak yakni bermain.

Pandemi COVID-19 telah menyebabkan terjadinya perubahan terhadap aktivitas manusia, termasuk rutinitas yang dilakukan di lingkungan keluarga. Saat ini, tidak hanya orang tua dari anak yang harus bekerja dari rumah. Akan tetapi, anak-anak juga menjalankan aktivitas pembelajarannya dari rumah. Pada akhirnya, seluruh anggota keluarga kini banyak menghabiskan waktu di depan gadget, televisi, tablet, smartphone, laptop, komputer atau video games. Pengguna gadget ini bisa lebih lama dari biasanya, atau melebihi batas yang disarankan satu jam per harinya. Kondisi ini membuat orangtua resah dan hampir semua orang tua memiliki perasaan campur aduk saat membiarkan anak menghabiskan waktu lebih lama dengan gadget mengambil alih perhatian anak, tetapi perlu disadari juga bahwa pada masa kini, teknologi adalah hal yang sangat penting. Banyak orang tua merasakan khawatir jika membiarkan anaknya menghabiskan banyak waktu menggunakan gadget selama pandemi ini.

Namun tidak dapat dipungkiri dengan kemajuan teknologi yang begitu cepat dan pesat yang telah memberikan kemudahan bagi berbagai masyarakat dalam menjalankan akivitas sehari-hari, terutama dalam mengakses segala macam bentuk informasi. Hal ini juga memberi pengaruh yang signifikan terhadap tatanan kehidupan keluarga maupun masyarakat. Tentunya dengan kemajuan teknologi di era digital ini kita harus menyikapi secara bijak dan tepat agar dapat memberikan banyak manfaat bagi keluarga terutama dalam hal mendidik anak.

(27)

40

Namun tidak semua orang tua mengerti dan memahami kemajuan tekhnologi yang begitu cepat, sehingga perlu pendampingan dan peran serta orang tua dalam memberikan bimbingan terhadap anak-anak kita di era digital ini. Farida (2021) ada beberapa hal yang harus dilakukan peran orang tua di era digital ini adalah :

1) Memberikan arahan dalam hal penggunaan perangkat dan media digital, di zaman sekarang ini dengan keadaan pandemi COVID-19 dan dengan kondisi yang serba cepat, kita selaku orang tua harus dapat memberikan arahan terhadap anak-anak kita yang sudah terpapar dengan perangkat digital yang akan memberikan suatu dampak yang positif atau negatif terhadap tumbuh kembang anak di lingkungan keluarga. Alangkah lebih baik kita sebagai orang tua mengajak anak-anak kita membangun suatu komunikasi yang baik dan efektif unuk memutuskan berapa lama dan kapan mereka dapat menggunakannya. Seperti memberikan penjelasan kepada mereka kapan harus menggunakan dan kapan harus berhenti.

Hal ini perlu dibangun suatu komunikasi yang baik agar tidak terjadi miskomunikasi dengan anak.

2) Mengimbangi waktu penggunaan media digital, selaku orang tua harus dapat memberikan suatu gambaran terhadap pengaruh media digital dengan cara mengenalkan pengalaman di dunia nyata seperti segala macam bentuk kegiatan diluar ruangan yang ada seperti misalnya berbagai macam olah raga, kesenian atau musik serta permainan tradisionil. Namun hal ini tidak dimungkinkan dimasa pandemi ini, maka kita dapat mencari suatu solusi dengan berdikusi untuk membangun suatu komunikasi yang baik. Sebagai ganti untuk mengimbangi kegiatan dimasa pandemi COVID-19 ini kita coba libatkan anak dalam aktifitas tanpa layar seperti berkebun, menyiram tanaman,bemain permainan sederhana seperti monopoli atau ular tangga dan sebagainnya.

3) Wawasan ilmu pengetahuan orang tua, Untuk menerapkan suatu aturan terhadap anak-anak adalah suatu hal yang tidak mudah dan akan terasa sulit diterapkan apabila kita selaku orang tua tidak memiliki suatu wawasan dan pengetahuan terhadap digital. Kita harus mengenal

(28)

41

dan mengetahui tentang apa itu facebook, instragram, atau bentuk-bentuk aplikasi yang lain- lainnya. Kita harus meluangkan waktu untuk mengenal situs-situs yang pernah dikunjungi mereka melalui laman history web yang sudah dikunjungi anak. Mencoba mendiskusikan apa, yang dilihat dan memperkuat apa yang telah mereka pelajari dengan menjadikannya sesuai dengan kegiatan sehari- hari anak. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat mengawasi mereka secara bijak supaya kita tidak merasa kecolongan. Dengan adanya wawasan dan pengetahuan yang kita miliki, kita dapat menerapkan suatu aturan kepada mereka guna membangun suatu komuniksi yang baik.

4) Memberikan anak perangkat digital sesuai keperluan, dalam hal menunjang untuk kebutuhan belajar anak, diperlukan suatu perangkat untuk berinteraksi dengan apa yang mereka perlukan. Hal ini tentunya kita selaku orang tua harus bijak dalam meminjamkan atau memberi suatu perangkat yang memang diperlukan oleh anak untuk menunjang tugas atau kebutuhan belajar. Kita dapat membatasi perangkat-perangkat yang memang tidak diperlukan dan tidak menunjang kebutuhan mereka dalam belajar. Maka kita selaku orang tua dengan bijak untuk menjauhkan semua perangkat tersebut yang kiranya dapat mengganggu kegiatan mereka dalam belajar.

5) Memilihkan suatu program atau aplikasi yang positif, salah satu fungsi gadget selain hiburan adalah sebagai sarana pendidikan. Oleh karena itu, pastikan orang tua memilih dengan konten yang tepat sesuai usia anak. Program -program berkualitas tinggi lebih cenderung untuk menyesuaikan konten mereka dengan kebutuhan anak- anak. Biasanya video yang mereka sajikan memiliki alur cerita yang koheren dan bisa membantu perkembangan anak- anak.

Program pendidikan sering memberi label objek dan berbicara langsung kepada anak- anak, yang dapat membantu untuk mempelajari kata- kata dan suara baru.

(29)

42

Maka diperlukan suatu peran aktif selaku orang tua untuk mengetahui suatu program atau aplikasi yang bernilai ilmu pengetahuan dan pendidikan guna memberikan suatu manfaat baik bagi pertubuhan anak ataupun untuk menunjang kebutuhan belajar anak. Hal ini sangat diperlukan kita selaku orang tua untuk memberikan suatu pengertian kepada anak terhadap pengaruh yang akan ditimbulkan terhadap beberapa konten atau aplikasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak. Tidak hanya media teknologi untuk penyembuhan anak selama pandemi, ada beberapa terapi yang sangat cocok untuk anak di masa pandemi ini diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Galuh Permatasari, Dwi Ernawati, Sapto Dwi Anggoro (2021) Terapi bermain mewarnai yang dilakukan ini dapat menurunkan tingkat stress pada anak yang sedang menjalani physical distancing dengan melakukan terapi selama sepuluh hari dengan 1 hari 20-30 menit. Saran bagi orang tua yaitu, orang tua bisa melakukan terapi bermain mewarnai ini untuk membantu mengurangi kejenuhan sang anak sehingga anak tidak mengalami stres.

Kondisi pandemik seperti ini, diharapkan masyarakat mampu mempraktekkan dan membagi wawasan tentang pentingnya mencegah stress pada anak dengan masyarakat yang lain agar stres yang dialami anak-anak dapat dicegah. Selain itu penelitian yang dilakukan Agus Periyadi, Immawati (2021) diketahui bahwa kedua subyek mengalami kecemasan akibat hospitalisasi.

sebelum dilakukan terapi bermain plastisin (playdought) setelah dilakukan terapi bermain plastisin (playdought) terjadi penurunan skala kecemasan pada kedua subyek. Kedua subyek berada pada skala kecemasan normal. Dalam keadaan sakit, anak mungkin tidak menceritakan keadaan mereka karena takut, tetapi dengan bermain plastisin anak memiliki kebebasan untuk beraktivitas dan memberikan kesempatan anak untuk menceritakan tentang pengalamannya dan apa yang dirasakannya. Mengekpresikan perasaan dan pikiran pada anak yang diharapkan menimbulkan perasaan rileks, emosi menjadi baik, dan menyebabkan peningkatan respon adaptif

(30)

43

sehingga cemas akibat hospitalisasi pada anak akan menurun. Mengekspresikan rasa sedih, tertekan, stres, dan menghapuskan segala kesedihan dan menciptakan gambaran-gambaran yang membuat kita kembali merasa bahagia, membangkitkan masa-masa indah yang pernah kita alami bersama orang-orang yang kita cintai. Sesuai dengan hasil penelitian di atas, hasil penerapan terapi bermain plastisin (playdought) untuk menurunkan kecemasan anak usia yang mengalami hospitalisasi, terlihat dari menurunkan tingkat kecemasan anak.

Siska Iskandar, Indaryani (2020) berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa terapi bermain stik es cream efektif meningkatkan kemampuan berhitung pada anak taman kanak-kanak. Hal ini terlihat dari rata-rata kemampuan berhitung anak taman kanak-kanak sebelum dilakukan terapi bermain dan setelah dilakukan terapi bermain, pelaksanaan tindakan yang diberikan melalui permainan yang menyenangkan serta didukung dengan alat-alat peraga pembelajaran yang menarik terbukti efektif dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep penjumlahan dan pengurangan.

Pendemi COVID 19 memberikan dampak pada proses pembelajaran, efek yang timbul diantaranya adalah stres anak usia sekolah dikarenakan adanya beban akademik selama pembelajaran daring, perlu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, terapi dengan berbasis teknologi memberikan alternatif kegiatan bermain dimasa pandemi untuk mengurangi stres. Ada pengaruh pemberian terapi bermain berbasis teknologi terhadap tingkat stres anak pada masa pandemic COVID-19 menurut penelitian (Emilia puspitasari sugiyanto dan mulyono, 2021).

Terapi bermain yang dapat dimainkan secara bersama menjadi rekomendasi untuk memenuhi kebutuhan bermain usia sekolah. Terapi bermain yang dilakukan kurang lebih 30-60 menit sehari dapat mengurangi tingkat stres anak. Anak usia dini merupakan anak yang sedang berkembang dalam segala aspek perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya dengan sangat pesat. Peran orang tua diharapkan mempunyai pengetahuan dan kesadaran untuk bisa menstimulasi dengan baik segala aspek pertumbuhan dan perkembangan anak. Erni suprapti, dan rika desiana lydia sari (2021) kecemasan adalah emosi berupa kekhawatiran atau rasa takut yang tidak dapat dihindari dari hal - hal yang berbahaya dan menimbulkan gejala - gejala atau respon tubuh. Hasil pengukuran kecemasan sebelum penerapan terapi mendongeng dilaksanakan selama 3 hari

(31)

44

berturut turut selama 10 15 menit. bahwa terapi mendongeng dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah.

KESIMPULAN

Disimpulkan penerapan terapi bermain anak selama masa pandemi COVID 19 sangat memiliki dampak baik bagi anak, terapi bermain ini menjadi salah satu rekomendasi untuk memenuhi kebutuhan bermain anak yang dilakukan kurang lebih 30-60 menit sehari untuk mengurangi tingkat stres pada anak. Terapi bermain ini sebagai bentuk konseling atau psikoterapi dengan menggunakan permainan seperti menggunakan media alat music, pazzel, media ular tangga, pengurangan penggunaan gadget dan lain-lain. Hal ini dapat berguna untuk mengatasi berbagai masalah dan melatih keterampilan-keterampilan fisik, sosial, dan dapat melatih intelektual kepada anak.

SARAN

1. Bagi Orang tua, penelitian ini bisa dijadikan acuan orang tua lebih bisa m embuat anak merasa lebih nyaman dan membuat anak bisa melakukan komunikasi kepada orang tua melalui terapi bermain untuk anak ini dan jika anak melakukan kesalahan janganlah sesekali memarahi anak untuk tidak melakukan kesalahan biarkan anak memahami kesalahan yang dilakukan sehingga anak memiliki mental yang kuat.

2. bagi peneliti lain, bisa dijadikan acuran literatur untuk pengangkatan topik yang sama terapi bermain anak selama pandemic COVID-19.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penyajian hasil penelitian diuraikan tentang hasil pemberian protein (putih telur) dalam mencegah terjadinya preeklampsia pada ibu hamil anemia primigravida sesuai

Pengujian tan δ dilakukan pada kabel tegangan menengah untuk mengukur besarnya rugi-rugi dielektrik yang terdapat dalam kabel tenaga tersebut yang besarnya

Dari hasil analisis laporan pelaksanaan program kerja dan kegiatan Kecamatan Gondomanan tahun 2020 dan sesuai dengan Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan, maka

Dengan adanya permasalah telah dijelaskan maka solusi yang didapatkan agar masyarakat lebih mudah mengenal monumen bersejarah di kota jambi adalah dengan menggabungkan teknologi

Peserta yang telah mendaftar akan di masukan ke dalam grup WA Peserta Pidato Islami sebagai media jika ada informasi tambahan dan pertanyaan.. Peserta mengenakan seragam sekolah

Tabel 5.46 Volume Penumpang dan Pesawat Pada Jam Puncak di Bandar Udara Adi Soemarmo Tahun 2015 n<- Tabel 5.47 Luas Total Terminal Kargo Yang Harus Tersedia Pada Masa. Sekarang

• Terkait dengan perbaikan cepat pada suatu gejala, yang karena ketergesa-gesaan, tanpa disadari akan menimbulkan akibat lain (yang tidak disengaja, setelah penundaan waktu)

Penelitian ini menggambarkan masyarakat dalam mempersepsikan risiko terhadap adanya penyebaran virus Corona dan imbauan social distancing. Temuan pada penelitian