POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2022
LAPORAN TUGAS AKHIR
ADOPSI INOVASI AGENSI HAYATI (Trichoderma Sp) DALAM PENGENDALIAN CENDAWAN LAYU FUSARIUM
PADA TANAMAN TOMAT DI DESA SUMBERGONDO KECAMATAN BUMIAJAI KOTA BATU
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN YUNITHA AHDA LESTARI
04.01.18.156
LAPORAN TUGAS AKHIR
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2022
ADOPSI INOVASI AGENSI HAYATI (Trichoderma Sp) DALAM PENGENDALIAN CENDAWAN LAYU FUSARIUM
PADA TANAMAN TOMAT DI DESA SUMBERGONDO KECAMATAN BUMIAJAI KOTA BATU
Diajukan sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr)
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN YUNITHA AHDA LESTARI
04.01.18.156
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan kasih dan saying-Mu telah memberikanku kekuatan serta membekaliku ilmu. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sangat sederhana ini dan jauh dari kata sempurna dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Rasullah Muhammad SAW.
Aku persembahkan skripsi yang sangat sederhana ini kepad kedua orang tua ku yang sangat kukasihi dan kusayangi.
Ibunda dan Ayahanda Tercinta.
Sebagai tanda bukti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga. Aku persembahkan karya kecil ini kepada Ibunda Saparida Aslinda dan juga kepada Ayahanda Ahmad Syahari yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, hingga ridho serta cinta kasih yang tiada hentinya yang mungkin tiada dapat aku balas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata persembaha. Semoga ini menjadi Langkah awal ku untuk membahagiakan Ibu dan Ayah. Terima kasih Ibu. Terima kasih Ayah.
Nenek dan Orang Terdekatku
Sebagai tanda terima kasih, aku persembahkan karya kecil ini yang sangat sederhana kepada Nenekku Almh. Djamaliah Ramli dan juga untuk paman ku Yosrizal, terima kasih sudah memotivasi dan selalu ikhlas mendoakan aku. Pesan dan amanahmu akan selalu aku ingat. Terima Kasih Nenek dan Paman.
Sahabat dan Teman-teman
Untuk sahabat ku yang berada di Kepulauan Riau kepada Nurul Rifqi Taqiya, Devia Alfira, dan juga Elia Suwinda terima kasih selalu bersedia menjadi tempat untuk aku bercerita terutama tentang menyelesaikan skripsi. Tak lupa juga untuk sahabatku yang sangat cantik dan tidak sombong pada saat aku menempuh Pendidikan Perguruan Tinggi di Polbangtan Malang yaitu Ade Milda Sugiaksa, Sayakti Amanah, Uli Maulidani dan juga Zahro Indah Syah yang menjadi sahabat serta saudaraku, selalu membuat ceria dan semangat. Untuk teman-temanku Polbangtan Malang tahun 2018 terkhususnya kepada kelas Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan 8D selalu memberi motivasi, nasehat, dukungan moral serta materia. Semoga nanti kita bisa bertemu kembali dengan versi terbaik kita masing-masing. Terima kasih.
Dosen Pembimbing Tugas Akhir
Bapak Dosen Dr. Gunawan, SP. M. Si selaku dosen pertama, Bapak Dosen Dr. Acep Hariri, SST., M. Si selaku dosen pembimbing dua dan Bapak Dosen Drs. IG Nyoman Mudita, MSos selaku dosen penguji skripsi saya, terima kasih banyak sudah membantu saya selama ini, sudah ingin meluangkan waktunya untuk saya, sudah dinasehati, sudah diajari dengan sangat sabar, serta mengarahkan saya sampai skrispsi ini selesai.
RINGKASAN
Yunitha Ahda Lestari, NIRM. 04.01.18.156. Adopsi Inovasi Agensi Hayati (Trichoderma sp) Terhadap Pengendalian Cendawan Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat Di Desa Sumbergondo Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
Pembimbing : Dr. Gunawan, SP. M. Si dan Dr. Acep Hariri, SST., M. Si.
Tanaman Tomat merupakan komoditas yang berpotensi setelah tanaman apel dan sayur sayuran bagi mayoritas petani di Desa Sumbergondo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Tomat (Solamum lycopersicum L.) merupakan salah satu komoditas holtikultura yang berpotensi besar dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan juga potensi ekspor yang sangat besar. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan karakteristik petani tomat di Desa Sumbergondo. (2) Menganalisis tingkat adopsi petani tentang agensi hayati (Trichoderma sp) Terhadap Pengendalian Cendawan Layu Fusarium pada komoditas tanaman tomat. (3) Menyusun rancangan penyuluhan agensi hayati (Trichoderma sp) sebagai pengendalian cendawan layu fusarium tanaman tomat di Desa Sumbergondo. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode analisis menggunakan korelasi Rank Spearman. Hasil analisis korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia, pendidikan non formal, pengalaman berusaha tani, dan juga ketersediaan informasi teknologi dengan tingkat adopsi sedangkan terdapat tidak ada hubungan antara Pendidikan formal, ketersediaan sarana produksi, dan juga kelembagaan pertanian.
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun Laporan Tugas Akhir dengan judul
“Adopsi Inovasi Agensi Hayati (Trichoderma sp) Terhadap Pengendalian Cendawan Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat di Desa Sumbergondo Kecamatan Bumiaji Kota Batu”. Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung kelancaran penyusunan laporan tugas akhir, utamanya kepada :
1. Dr. Gunawan, SP, M. Si, selaku dosen Pembimbing 1 Tugas Akhir, 2. Dr. Acep Hariri, SST, M. Si, selaku dosen Pembimbing 2 Tugas Akhir, 3. Dr. Eny Wahyuning Purwanti, selaku Ketua Jurusan Pertanian
sekaligus Ketua Progam Studi Penyuluhan Pertanian,
4. Dr. Setya Budhi Udrayana, S. Pt, M. Si, selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang,
5. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan laporan tugas akhir.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa diharapkan demi kesempurnaan penulisan laporan ini.
Malang, Juli 2022
Penulis
ii DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan ... 6
1.4 Manfaat ... 6
1.5 Hipotesis ... 7
2.1 Penelitian Terdahulu ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.1 Adopsi Inovasi ... 10
2.2.4 Penyakit pada Tanaman Tomat ... 14
2.2.5 Penyakit Layu Fusarium... 15
2.3 Aspek Penyuluhan ... 16
2.3.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian ... 16
2.3.2 Fungsi dan Tujuan Penyuluhan Pertanian ... 16
2.3.3 Sasaran Penyuluhan Pertanian ... 17
2.3.4 Materi Penyuluhan ... 18
2.3.5 Media Penyuluhan ... 19
2.3.6 Metode Penyuluhan ... 19
2.3.7 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 21
2.3.8 Defenisi Operasional ... 22
2.3.9 Kerangka Konsep ... 23
2.3.11 Alur Pikir Tugas Akhir ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.2 Metode Penelitian ... 26
3.2.1 Populasi dan Sampel ... 27
3.2.2 Skala Pengukur ... 28
3.2.3 Jenis Data ... 28
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29
3.2.5 Variabel Penelitian ... 30
3.2.6 Defenisi Operasional ... 31
3.2.7 Teknik Pengujian Instrument ... 33
3.2.8 Teknik Analisis Data ... 34
3.3 Metode Perancangan... 35
3.3.1 Tujuan ... 36
3.3.2 Sasaran Perencanaan ... 36
3.3.3 Materi Penyuluhan... 36
3.3.4 Metode Penyuluhan... 37
3.3.5 Media Penyuluhan ... 37
3.4 Metode Implementasi... 37
3.4.1 Waktu dan Tempat ... 37
3.4.2 Pelaksanaan Penyuluhan ... 37
3.4.3 Evaluasi Uji Coba Rancangan ... 38
3.5 Metode Evaluasi Rancangan ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN KAJIAN ... 39
4.1 Identifikasi Potensi Wilayah ... 39
4.1.1 Kondisi Geografis... 39
4.2 Kondisi Penduduk ... 39
4.3 Kelembagaan Pertanian ... 42
4.4 Hasil Kajian Karakteristik Internal ... 42
iii
4.1 Usia Sasaran ... 42
4.2 Pendidikan Formal ... 43
4.3 Pendidikan Non Formal ... 44
4.4 Pengalaman Berusaha Tani ... 44
4.5 Hasil Kajian Faktor Eksternal ... 45
4.5.1 Ketersediaan Informasi Teknologi ... 45
4.5.2 Ketersediaan Sarana Produksi ... 46
4.5.3 Kelembagaan Pertanian ... 47
4.1 Hasil Kajian Tingkat Adopsi ... 47
4.2 Hasil Uji Validitas dan Uji Reablitas ... 48
4.3 Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman ... 48
4.8.1 Hubungan Usia Dengan Tingkat Adopsi ... 49
4.8.2 Hubungan Pendidikan Formal Dengan Tingkat Adopsi ... 50
4.8.3 Hubungan Pendidikan Non Formal Dengan Tingkat Adopsi ... 51
4.8.4 Hubungan Pengalaman Berusaha Tani Dengan Tingkat Adopsi ... 52
4.8.5 Hubungan Ketersediaan Informasi Teknologi Dengan Tingkat Adopsi ... 53
4.8.6 Hubungan Ketersediaan Sarana Produksi Dengan Tingkat Adopsi ... 54
4.8.7 Hubungan Kelembagaan Pertanian Dengan Tingkat Adopsi ... 55
BAB V PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ... 57
5.1 Rancangan Penyuluhan Pertanian ... 57
5.1.1 Sasaran Penyuluhan Pertanian ... 57
5.1.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian ... 57
5.1.3 Materi Penyuluhan Pertanian ... 58
5.1.4 Media Penyuluhan Pertanian ... 59
5.1.5 yanMetode Penyuluhan Pertanian ... 59
5.2 Karakteristik Sosial, Ekonomi, Budaya ... 60
5.2.1 Karakteristik Sosial ... 60
5.2.2 Karakteristik Ekonomi ... 60
5.2.3 Karakteristik Budaya ... 61
5.3 Implementasi ... 61
5.3.1 Lokasi dan Waktu ... 61
5.3.2 Persiapan Penyuluhan ... 61
5.3.3 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian ... 62
5.4 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 63
5.4.1 Jenis Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 63
5.4.2 Tujuan Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 63
5.4.3 Instrumen Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 64
5.4.4 Pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 64
5.4.5 Data Identitas Sasaran ... 64
5.4.6 Hasil Analisis Data Evaluasi ... 65
A. Pengetahuan ... 65
B. Sikap ... 69
C. Keterampilan... 71
BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI ... 74
6.1 Hasil Implementasi Penyuluhan ... 74
6.2 Evaluasi Penyuluhan ... 74
6.2.1 Pengetahuan ... 74
6.2.2 Sikap ... 75
6.2.3 Keterampilan ... 76
6.3 Rencana Tindak Lanjut ... 77
7.1 Kesimpulan ... 78
7.1 Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
LAMPIRAN ... 82
iv
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2. 1 Penelitian Terdahulu ... 8
4.1 Jumlah Penduduk Desa Sumbergondo ... 40
4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 40
4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 41
4.4 Distribusi Presentase Usia Sasaran ... 42
4.5 Distribusi Presentase Tingkat Pendidikan Formal Sasaran ... 43
4.6 Distribusi Presentase Pendidikan Non Formal ... 44
4.7 Disribusi Presentase Pengalaman Berusahatani ... 45
4.8 Distribusi Presentase Ketersediaan Informasi Teknologi ... 46
4.9 Distribusi Prensentase Ketersediaan Sarana Produksi ... 46
4.10 Distribusi Presentase Kelembagaan Pertanian ... 47
4.11 Tingkat Adopsi ... 48
4.12 Hubungan Usia Dengan Tingkat Adopsi ... 49
4.13 Hubungan Pendidikan Formal Dengan Tingkat Adopsi ... 50
4.14 Hubungan Pendidikan Non Formal Dengan Tingkat Adopsi ... 51
4.15 Hubungan Pengalaman Berusahatani Dengan Tingkat Adopsi ... 52
4.16 Hubungan Ketersediaan Informasi Teknologi Dengan Tingkat Adopsi ... 53
4.17 Hubungan Ketersediaan Sarana Produksi Dengan Tingkat Adopsi ... 54
4.18 Hubungan Kelembagaan Pertanian Dengan Tingkat Adopsi ... 54
5.1 Sasaran Berdasarkan Usia ... 61
5.2 Sasaran Berdasarkan Pendidikan ... 61
v
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2. 1 Kerangka Konsep ... 23 2. 2 Kerangka Pikir ... 24 2. 3 Alur Pikir Tugas Akhir ... 25
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Penelitian Terdahulu ... 76
2. Kerangka Sampling ... 78
3. Uji Validitas Kuesioner Kajian ... 79
4. Uji Reabilitas Kajian ... 81
5. Variabel, Sub Variabel, Skala Pengukuran, Indikator dan Poin ... 82
6. Kuesioner Penelitian ... 83
7. Kisi-kisi kuesioner Evaluasi Penyuluhan ... 88
8. Kuesioner Evaluasi Pengetahuan ... 89
9. Kisi-kisi Kuesioner Evaluasi Sikap dan Keterampilan ... 93
10. Kuesioner Evaluasi Sikap dan Keterampilan ... 94
11. Tabulasi Data Pre Test Evaluasi Aspek Pengetahuan ... 101
12. Tabulasi Data Post Test Evaluasi Aspek Pengetahuan ... 102
13. Tabulasi Data Evaluasi Aspek Sikap ... 104
14. Tabulasiata Evaluasi Keterampilan ... 106
15. Matriks Pengambilan Keputusan Materi Penyuluhan ... 108
16. Matriks Analisa Penetapan Metode Peyuluhan Pertanian ... 110
17. Matrika Analisa Penetapan Media Penyuluhan Pertanian ... 111
18. Lembar Persiapan Menyuluhan ... 112
19. Sinopsis Materi Penyuluhan ... 113
20. Media Penyuluhan Folder ... 116
21. Media Penyuluhan Video ... 117
22. Daftar Hadir ... 118
23. Kisi-kisi Instrumen Identifikasi Potensi Wilayah ... 121
24. Dokumentasi ... 122
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris sehingga sektor pertanian memperoleh perhatian yang sangat besar karena keadaan alam dan letak geografisnya. Potensi sumber daya lahan pertanian yang menyebar mulai dari daratan rendah hingga dataran tinggi menjadikan hampir sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencahararian bertani. Salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian di Indonesia adalah hortikultura. Jenis tanaman hortikultura yang di budidayakan adalah buah-buahan, sayuran,dan tanaman hias (Dotulong, 2019:92). Contoh komoditas sayuran tanaman hortikultura salah satunya yaitu tanaman tomat (Solamum lycopersicum L.) (Syamsul Rizal, 2019:25).
Tanaman tomat (Solamum lycopersicum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat berpotensi dikembangkan, yaitu menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019 Indonesia memproduksi tanaman tomat sebesar 1.020.333 ton. Pada tahun 2021 terdapat peningkatan dalam memproduksi tanaman tomat yaitu sebesar 1.114.399 ton. karena mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi dan potensi ekspor yang besar (Mugiastuti, 2009:26).
Tanaman tomat adalah salah satu komoditas sayuran yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di daratan rendah sampai dataran tinggi pada lahan bekas sawah dan lahan kering (Setiawati, et al.,2001:1). Kecamatan Bumiaji merupakan salah satu daerah yang potensial untuk mengembangkan tanaman tomat.
Kecamatan Bumiaji merupakan bagian dari kecamatan kota Batu yang wilayahnya paling luas dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya.
Letak geografis seluruh Desa berada di lereng dengan topografi seluruh Desa tergolong perbukitan. Kondisi kecamatan ini sangat berbeda dengan kecamatan- kecamatan lainnya.
2 Luas wilayah kecamatan Bumiaji adalah sekitar 127,798 atau sekitar 64,28% dari
total luas kota Batu. Masyarakat kecamatan Bumiaji mayoritas berprofesi sebagai petani (Bumiaji, 2021:2).
Petani yang berada di Kecamatan Bumiaji rata-rata telah memiliki ketrampilan bercocok tanam dengan baik, dari hasil produksi pertanian, selama ini dipasarkan melalui mekanisme tradisional, dan melibatkan tahapan panjang, sejak dari petani, dibeli oleh pengepul, selanjutnya diambil oleh pedagang didistribusikan kepada pedagang untuk diterima konsumen. Budaya usaha agribisnis bagi petani di Kecamatan Bumiaji, pada umumnya masih tradisional, karena mereka menjalaninya secara turun menurun. Namun demikian mereka memiliki karakter positif, seperti ketekunan dan keuletan mereka dalam menjalankan usaha agribisnis hal ini dltunjukan kepada oIeh aktivitas rnereka sehari-hari baik di areal pertanian maupun di pasar mulai pagi hingga sore hari (Bumiaji, 2019:12). Kendala yang menjadi faktor pembatas dalam meningkatkan produksi tanaman tomat diantaranya adalah serangan berbagai penyakit tanaman seperti cendawan Fusarium sp.
Pada saat ini upaya pengendalian terhadap penyakit cendawan Fusarium pada tanaman tomat masih mengandalkan penggunaan pestisida sintetik. Upaya pengendalian dengan menggunakan pestisida sintetik bukan merupakan alternatif yang terbaik untuk melindungi tanaman dari kerusakan penyakit tanaman. Menurut Ditlin (1992:34), Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah hama, penyakit, dan gula yang menjadi faktor dalam menghambat usaha untuk peningkatan produksi pertanian. Sedangkan Djojosumarto (2008:35), pengertian organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah semua jenis organisme yang menjadi penyebab atas penurunan hasil pertanian. Permintaan terhadap tomat semakin meningkat dan memiliki potensi untuk ekspor yang besar. Dibalik permintaan terhadap tomat yang meningkat, terdapat banyak kendala dalam budidaya tanaman tomat. Kendala yang dimaksud yaitu teknik
3 budidaya yang kurang tepat. sehingga mengakibatkan permasalahan yang timbul
yaitu masalah hama dan penyakit. Masalah yang dihadapi untuk meningkatkan produksi tanaman adalah gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Salah satu OPT yang sangat berpotensi menimbulkan kerugikan pada tanaman tomat adalah Fusarium oxysporum yang di sebabkan oleh jamur patogen (Syamsul Rizal, 2019:15).
Cara kerja jamur patogen pada tanaman tomat yaitu dengan cara menginfeksi jaringan pembuluh tanaman (Mugiastuti, 2009:25). Akibat dari infeksi tanaman tersebut mengakibatkan terjadinya hambatan dalam proses penyerapan air dan unsur hara. Pada gejala selanjutnya, daun-daun pada tanaman tomat bagian bawah akan berubah warna menjadi kuning dan tanaman tampak layu.
Jika batang di belah, maka tampak gejala seperti terjadinya nekrosis pada jaringan pembuluh yang disebut browning (Semangun, 2004:27). Keadaan saat ini salah satu pengendalian yang sering dilakukan oleh petani yaitu pengendalian dengan menggunakan pestisida kimia.
Penggunaan pestisida kimia berdampak pada tingginya biaya produksi pada budidaya tomat dan jika berlebihan dapat mengakibatkan beberapa kerugian. Salah satu kerugian tersebut yaitu pencemaran lingkungan mulai dari air,tanah dan juga udara (Bagheri et al., 2019:2). Organisme pengganggu tanaman yang sering menyerang tanaman tomat yaitu layu fusarium. Salah satu strategi untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman yaitu dengan menggunakan bahan yang ramah lingkungan seperti menggunakan agen hayati (Gerhana et al.,2017:254). Agensi hayati merupakan pilihan pengendalian organisme pengganggu tanaman yang menjanjikan. Alasannya karena dari segi biaya yang relatif murah, mudah didapatkan, dan yang terpenting ramah lingkungan. Agensi hayati yaitu setiap organisme tahap perkembangannya dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengangu tanaman (OPT) (Sopialena, 2018:33).
4 Salah satu agen hayati yang biasa digunakan dalam pemberantasan organisme penggangu tanaman adalah Trichoderma Sp. Trichoderma Sp telah banyak di beritakan mampu memacu pertumbahan tanaman tomat dan sebagai agen hayati. Secara umum, tanaman yang tumbuh sehat maka akan menyebabkan penyerapan unsur hara yang lebih efisen. Trichoderma Sp adalah jamur antagonis yang umum di jumpai keberadaannya di dalam tanah khusus tanah organik (Mugiastuti, 2009:25). Hubungan timbal balik antara Trichoderma sp dengan tanaman adalah bersifat mutualisme. Tanaman diuntungkan dalam hal pertumbuhan maupun pengendalian penyakit, sedangkan Trichoderma sp diuntungkan karena mendapatkan nutrisi yang dihasilkan oleh tanaman.
Penggunaan Trichoderma sp diharapkan dapat mengurangi ketergantungan dan mengatasi dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetik yang selama ini masih dipakai untuk mengendalikan penyakit pada tanaman (Hindersah et al., 2017:139). Pemanfaat Trichoderma sp juga mampu meningkatkan produksi tanaman, khususnya pertumbuhan tanaman dan pengendalian penyakit, sehingga didapatkan hasil produksi yang optimal (Syamsul Rizal et al., 1984).
Oleh karena itu perlu strategi pengendalian yang tepat dan efektif dan juga aman terhadap lingkungan dan kesehatan manusia dengan menggunakan agen hayati sehingga juga bisa meningkatkan kemajuan di bidang usaha pertanian.
Kemajuan usaha pertanian sebaiknya didukung dengan teknolgi yanng tepat sehingga membantu meningkatkan produksi pertanian terutama pada komoditas tomat. Dalam menghadapi tantangan pembangunan pertanian ke depan yang semakin sulit, maka kebutuhan akan inovasi teknologi menjadi penting dan mutlak. Adospi merupakan proses pengambilan keputusan dimana seseorang melewati sejumlah mental tahapan sebelum membuat keputusan akhir untuk mengadopsi suatu inovasi. Pengambilan keputusan adalah proses melalui mana seorang individu melewati pengetahuan tentang suatu inovasi,
5
untuk membentuk suatu sikap terhadap inovasi, keputusan untuk mengadopsi atau menolak, implementasi ide-ide baru, dan konfirmasi keputusan. Inovasi merupakan suatu ide atau gagasan.
Adopsi menurut Rogers (2003:52) adalah proses mental dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak ide baru. Adopsi juga didefenisikan sebagai proses mental seseorang dari mendengar, mengetahui inovasi sampai akhirnya mengadopsi. Rogers (2003:53) inovasi diartikan sebagai sebuah ide, karya, program maupun sebuah gagasan yang dianggap baru oleh masyarakat (an idea, practice, or object perceived as new by the individual or other unit of other unit of adoption). Adopsi inovasi adalah suatu upaya dalam meningkatkan produktivitas usaha, karena dalam menerapkan suatu aodpsi inovasi akan meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, dimana nantinya juga akan mempengaruhi pendapatan petani dan kemajuan usaha tani (Sirajuddin, 2021:23). Inovasi Agensi Hayati (Trichoderma sp) terhadap pengendalian cendawan layu fusarium pada tanaman tomat juga telah dilakukan penyuluhan kepada petani tomat di beberapa daerah di kota Batu. Penyuluhan Agensi Hayati (Trichoderma sp) terhadap pengendalian cendawan layu fusarium dilakukan karena produktivitas tanaman tomat yang menurun akibat serangan cendawan layu fusarium. Akan tetapi teknologi inovasi tersebut belum sepenuhnya diterapkan oleh petani secara berkelanjutan. Dengan keadaan tersebut perlu diketahui sejauh mana adopsi petani terhadap penerapan Agensi Hayati (Trichoderma sp) terhadap pengendalian cendawan layu fusarium di Desa Sumbergondo Kecamatan Bumiaji Kota Batu yang telah diberikan. Dari uraian permasalahan diatas penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Adopsi Inovasi Agensi Hayati (Trichoderma sp) Terhadap Pengendalian Cendawan Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat di Desa Sumbergondo Kecamatan Bumiaji Kota Batu”
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik petani tomat di Desa Sumbergondo?
2. Bagaimana hubungan petani tentang agensi hayati terhadap pengendalian cendawan layu fusarium pada komoditas tanaman tomat?
3. Bagaimana meyusun rancangan penyuluhan agensi hayati Trichoderma sp sebagai pengendalian cendawan layu fusarium tanaman tomat di Desa Sumbergondo?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan karakteristik petani tomat di Desa Sumbergondo.
2. Menganalisis tingkat adopsi petani tentang agensi hayati dalam pengendalian cendawan layu fusarium pada komoditas tanaman tomat.
3. Meyusun rancangan penyuluhan agensi hayati Trichoderma sp sebagai pengendalian cendawan layu fusarium tanaman tomat di Desa Sumbergondo.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi mahasiswa
a. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan permasalahan melalui hasil kajian.
b. Meningkatkan kemapuan mahasiswa dalam bidang penelitian sosial.
7
c. Mampu menyusun kegiatan penyuluhan yang dapat meningkatkan pengetahuan tentang pemanfaatan agensi hayati.
2. Bagi Politeknik Pembangunan Pertanian Malang :
a. Memperkenalkan politeknik Pembangunan Pertanian Malang sebagai insitusi penyelenggara pendidikan program Diploma IV Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan.
3. Bagi Petani
a. Menjadikan sarana peningkatan pengetahuan pengendalian organisme pengganggu tanaman.
b. Menjadikan sarana memotivasi petai untuk aktif dalam kelembagaan petani dan pengembangan usaha tani.
1.5 Hipotesis
H0 : Faktor internal dan faktor eksternal tidak berhubungan pada t ingkat adopsi petani tomat di Desa Sumbergondo.
H1 : Faktor internal dan faktor eksternal berhubungan pada tingkt adopsi petani tomat di Desa Sumbergondo.
8 2.1 Penelitian Terdahulu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian terdahulu yaitu salah satu cara yang di pilih oleh peneliti untuk mencari perbandingan dan selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru penelitian yang akan di lakukan. Selain itu penelitian terdahulu juga berfungsi bagi peneliti untuk menolong penelitian dalam memposisikan penelitian serta orsinalitas dari penelitian.
Pada bagian ini, peneliti mencantumkan beberap hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang akan di laksanakan. Daftar penelitian terdahulu tersaji pada tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No. Penelitian Hasil Perbedaan
1. Wangke et al., 2016
Adopsi Inovasi Petani Terhadap Inovasi Tanaman Padi Sawah Organik di Desa Molopar Kecamatan Tombatu Timur, Kabuptaen MinhasaTenggara
Tingkat adopsi padi sawah organik cukup tinggi dimana sebagian besar petani telah menerapkan atau mengadopsi padi sawah organik.
Berdasarkan kecepatan adopsi inovasi padi sawah organik golongan pengetrap dini dan pengetrap awal paling banyak kecepatan adopsi inovasi padi sawah organik, dan terdapat hubungan pada tingkat umur, pendidikan, luas lahan dan pendapatan.
Lokasi penelitian, metode yang digunakan, dan beberapa
variabel.
9
.2. Gerhana Putra et al., 2017 Tingkat Adopsi PetaniTerhadap Penerapan Padi Pandawangi Organik
Karakteristik sosial mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan SD, mempunyai luas lahan >
1Ha, berpendapatan perbulan > Rp. 1.420.624, memiliki harta benda > Rp.
30.000.000 dan tingkat adopsi petani terhadap
penerapan padi
Pandanwangi organik tergolong tinggi.
Lokasi penelitian, dan beberapa variabel.
3. Dries et al., 2019
Adopsi Petani Terhadap Inovasi Alat Pertanian Modern Padi Sawah di Kelurahan Woloan Dua Kecamatan Tomohon
Tingkat adopsi petani terhadap inovasi alat pertanian modern padi sawah di kelurahan Woloan Dua Kecamatan Tomohon Barat Kota Tomohon tergolong tinggi, dimana sebagaian besar petani telah menerapkan inovasi alat pertanian modern padi sawah.
Lokasi penelitian, dan beberapa variabel.
4. Nanda, Indriana et al., 2020 Tingkat Pengetahuan Sikap dan Tindakan Petani Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Subak Cepik Kabupaten Tabanan
Petani memiliki
pengetahuan yang baik, namun sikap dan tindakan penggunaan alat pelindung diri saat kontak langsung dengan pestisida masih kurang.
Lokasi penelitian, dan beberapa variabel.
5. Noviyanti Sinta et al., 2020 Adopsi Inovasi Penggunaan Varietas Unggul Baru Padi Sawah (Oryza Sativa L) di Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat
Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi penggunaan varietas unggul baru padi sawah di Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur yaitu sarana dan prasarana dengan nilai signifikan 0,002, tingkat pendidikan dengan nilai signifikan 0,004, peran
penyuluh dengan nilai signifikan 0,017, dan pertemuan kelompoktani dengan nilai
signifikan 0,034.
Lokasi penelitian, dan beberapa variabel.
6. Lukman Fauzi et al., 2021 Adopsi Inovasi Kawasan Rumah Pangan Lestari Oleh Kelompok Wanita Tani Pangan Sari diDesa Peguyangan Kangin, Denpasar Utama
Tingkat adopsi inovasi kawasan rumah pangan lestari oleh kelompok wanita tani pangan Sari tergolong sedang dengan skor 65,5% dari skor maksimal.
Lokasi penelitian, dan beberapa variabel.
10
7. Nonvide, 2021
Adoption of agricultural technologies among rice farmers in Benin
Variabel seperti pendidikan, akses ke penyuluhan, keanggotaan organisasi berbasis petani, dan penggunaan telepon seluler penting dalam proses peningkatan adopsi teknologi pertanian.
Lokasi penelitian, dan beberapa variabel.
Kesimpulan dari penelitian terdahulu yaitu untuk meningkatkan adopsi inovasi petani dengan cara melakukan penyuluhan untuk meningkatkan konfirmasi petani terhadap suatu inovasi. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tingkat adopsi petani yaitu pendapatan petani.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Adopsi Inovasi
Rogers (2003:12), menyatakan bahwa Adopsi merupakan proses penetapan keputusan dimana seseorang mengalami sejumlah tahapan mental dalam menetapkan keputusan akhir untuk menerima atau menolak suatu inovasi yang diberikan. Pengambilan keputusan meliputi tahapan seseorang mulai mengetahui suatu inovasi, yang kemudian membentuk sikap terhadap inovasi dan menetapkan menerima atau menolak sedangkan inovasi adalah ide, praktik, atau objek yang dikatakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau unit adopsi. Kebaruan yang dirasakan individu dari sebuah ide menentukan penerimaan atau penolakannya. Oleh sebab itu, jika sebuah ide tampak baru bagi individu, maka dapat disebut inovasi. Terdapat lima tahap yang dilalui seseorang dalam mengadopsi suatu inovasi :
1. Knowledge atau pengetahuan, yaitu tahapan ketika seseorang mengenal adanya inovasi dan memahami pengertian mengenai fungsi serta kegunaan dari inovasi tersebut .
2. Persuasion atau persuasi, yaitu tahapan dimana ketika seseorang mulai membentuk sikap penerimaan baik atau kurang baik terhadap inovasi.
11
3. Decision atau keputusan, yaitu tahapan seseorang mulai mengambil suatu tindakan mengarahkan kepada pilihan untuk menerima atau menolak inovasi.
4. Implementasion atau implementasi, yaitu tahapan seseorang telah menerapkan inovasi yang telah diputuskan untuk diharapkan atau tidak pada kegiatan yang dilakukan.
5. Confirmation atau konfirmasi yaitu ketika seseorang mulai mencari penguatan terhadap keputusan yang diambil untuk diadopsi atau menolak inovasi.
Rogers (2003:14) juga menyatakan bahwa karakteristik inovasi juga berpengaruh pada tingkat adopsi. Karakteristik inovasi yang dimaksud adalah : 1. Relative advantage atau keuntungan relatif adalah tingkat inovasi dianggap
lebih baik dari pada ide atau teknologi yang digantikan. Tingkat keuntungan dapat diukur pada segi ekonomi, keuntungan sosial, kenyamanan, dan kepuasan merupakan komponen penting didalamnya.
2. Compatibility atau kesesuaian adalah sejauh mana suatu inovasi dirasakan konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu,dan kebutuhan pengadopsi.
3. Complexicity atau kerumitan adalah sejauh mana inovasi dianggap sulit dimengerti dan digunakan.
4. Trialability atau kemungkinan diuji cobakan adalah tingkat dimana suatu inovasi dapat diuji cobakan secara teknis dalam skala kecil atau terbatas.
5. Observability atau kemungkinan untuk diamati adalah derajat sejauh mana hasil suatu inovasi dapat diamti dan dirasakan oleh setiap individu.
Semakin mudah bagi individu untuk melihat hasil sebuah inovasi, maka semakin besar kemungkinan mereka untuk mengadopsi.
12
Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999:61) Adopsi Inovasi adalah keputusan diterima atau ditolaknya suatu gagasan,metode atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak merupakan hasil dari penelitian yang mutakhir. Individu yang dikatakan mengadopsi suatu inovasi telah mengalami beberapa proses difusi yaitu :
1. Kesadaran, dimana seseorang pertama kali mendengar tentang inovasi 2. Minat, mencari informasi tentang inovasi secara lebih lanjut.
3. Evaluasi, menimbang manfaat dan kekurangan penggunaan inovasi.
4. Mencoba, menguji sendiri inovasi pada skala kecil.
5. Adopsi, seseorang tersebut menerapkan inovasi pada skala besar setelah membandingkannya dengan metode lama.
2.2.2 Agensi Hayati (Trichoderma sp)
Sejak kata “pengendalian hayati” buat pertama kali dipergunakan oleh Harry S. Smith ditahun 1919, banyak pengertian diberikan terhadap kata tersebut. Smith mula-mula memberikan pengertian kepada pengendalian hayati sebagai penggunaan musuh alami suatu organisme yang diintroduksi maupun yang dimanipulasi dari musuh alami setempat untuk menekan populasi serangga hama.
Dari sudut pandang yang mudah, pengendalian hayati bisa dibedakan menjadi dua :
1. Introduksi musuh alami yang tidak terdapat di wilayah yang terinfestasi penyakit.
2. Peningkatan secara buatan jumlah individu musuh alami yang sudah terdapat di wilayah ekslusif yang terinfestasi penyakit dengan menggunakan manipulasi sehingga musuh alami yang ada bisa menimbulkan mortalitas yang lebih tinggi terhadap hama yang akan dikendalikan.
13
Pada 1987, Komisi Ilmu Pengetahuan, Keteknikan, dan Kebijakan Publik (The Committee on Science, Enginceering and Public Policy, COSEPUP) asal Lembaga Ilmu Pengetahuan Amerika, Lembaga Keteknikan Amerika, dan Lembaga Kedokteran Amerika menganjurkan penggunaan defenisi yang luas buat pengendalian hayati sebagai penggunaan organisme alami atau akibat rekayasa, gen, atau hasil rekayasa gen agar mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh organisme hama serta dampak positif yang akan ditimbulkan oleh organisme yang bermanfaat seperti tanaman, pohon, ternak, serangga serta organisme-organisme berguna lainnya.
Didalam buku-buku teks berbahasa Indonesia tentang pengendalian hayati, kata biological control agent dibaha Indonesiakan menjadi “agensia pengendalian hayati”. Namun pengindonesiaan kata Inggris “agent” menjadi
“agensia” tidak sinkron dengan kaidah pembentukan istilah dalam bahasa Indonesia (misalnya “presidensia” di Indonesiakan menjadi “presiden” dan bukan
“presidansia”, “antagonist” menjadi “antagonis” dan bukan “antagonisia”).
Sedangakan kata “agensi” juga tidak tepat karena dalam bahasa Inggris kata
“agency” mempunyai arti berbeda dengan kata “agent” sebagaimana digunakan dalam istilah bilogical control agent. Oleh sebab itu, selanjutnya istilah yang akan digunakan untuk menyebut kepada musuh alami yang dipergunakan secara sengaja buat mengendalikan populasi hama pada arti luas merupakan agen pengendali hayati.
2.2.3 Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.)
Tomat merupakan tanaman sayuran yang penting dalam pemenuhan gizi setiap yang mengkonsumsi. Tomat merupakan tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tanaman tomat merupakan tanaman perdu yang tergolong tanaman semusim yang berumur pendek. Menurut Bernardinus (2002:32) Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut :
14
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Discotyledonae Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Lycopersicum
Tomat merupakan komoditas multiguna yang dapat digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan (kaya akan mineral), minuman, bahan pewarna makanan, bahkan dapat dijadikan sebagai bahan kosmetik dan obat-obatan. Secara umum tingkat adopsi tomat dimasyarakat yang memiliki warna kulit merah terang, kekerasan buah sedang, bentuk buah agak lonjong, ukuran buah agak besar, rasa buah manis, tidak masam, banyak mengandung air buah dan buahnya renyah.
2.2.4 Penyakit pada Tanaman Tomat
Tanaman mampu dikatakan terserang penyakit bila pertumbuhannya meyimpang dari keadaan normal. Penyebabnya yaitu terdiri dari beberapa macam, diantaranya jamur atau cendawan, bakteri, dan virus. Beberapa jenis penyakit terdapat pada tanaman tomat diantaranya penyakit bercak, busuk daun, dan layu fusarium.
a. Penyakit Bercak Daun
Penyakit bercak daun ini disebabkan oleh patogen cendawan Alternaria solani. Patogen ini dapat menyerang bibit dan tanaman muda. Pada bibi, bercak gelap terbentuk pada daun hipokotil, batang, dan daun. Pada tanaman yang dewasa, gejala serangannya berupa bercak cokelat dengan garis-garis yang melingkar berwarna lebih gelap. Bercak pada batang dan tangkai tanaman tampak lonjong memanjang dan membesar, yang dikenal dengan nama “busuk
15
leher”. Buah yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala permukaan buah menjadi sedikit kentot dan pecah-pecah serta ukurannya dapat bertambah besar.
b. Penyakit Busuk Daun
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytophthora Infestans. Patogen ini serang menyerang daun, batang, dan buah, sehingga sering menggagalkan panen. Gejalanya adalah bercak basaha berwarna abu-abu dengan bentuk yang tidak beraturan. Bercak berkembang cepat pada keadaan lembab, dan kapang putih nampak pada pinggiran bercak. Perkembangan penyakit dipacu oleh kondisi yang basah dan dingin dan biasanya terjadi di dataran tinggi. Tanaman inangnya yang lain adalah kentang.
c. Penyakit Layu
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pseudomonas (ralstonia) solanacearum, cendawan Fusarium sp atau Verticillium alboatrum. Gejala serangan ditandai dengan tanaman layu secara tiba-tiba pada sebagian daunnya yang berkelanjutan keseluruh daun, lalu mengering, dan akhirnya mati. Bila pangkal batang dibelah akan terlihat warna pembuluh yang menjadi kecoklat- coklatan karena terserang cendawan Fusarium sp. Patogen ini merupakan patogen tanah yang tanaman inangnya cukup banyak dari berbagai famili.
2.2.5 Penyakit Layu Fusarium
Salah satu kendala yang menjadi faktor pembatas dalam meningkatkan produksi tanaman tomat adalah penyakit Layu Fusarium. Layu Fusarium merupakan penyakit yang sangat penting dan secara ekonomi merugikan karena sampai saat ini belum ada pengendalian kimiawi yang efektif. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici. Jamur ini merupakan patogen tular tanah yang mampu bertahan dalam jangka waktu lama dalam bentuk klamidospora meskipun tidak tersedia tanaman inang (Mugiastuti, 2009:26).
16 2.3 Aspek Penyuluhan
2.3.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang dalam melakukan komunikasi informasi secara sadar yang bertujuan untuk membantu sesamanya komunikasi informasi secara sadar yang bertujuan untuk membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar.
Penyuluhan secara sistematis didefenisikan sebagai proses yang membantu seseorang memperoleh suatu pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara seseorang memperoleh suatu pengetahuan yang khusus berkaitan dengan pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga dapat menghasilkan berbagai alternatif tindakan (Van Den Ban dan Hawkins, 1999:3). Sedangkan menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (SPK3K) Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utam dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efesiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan.
2.3.2 Fungsi dan Tujuan Penyuluhan Pertanian
Setia (2005:3) menyatakan fungsi penyuluhan dasarnya adalah jembatan yang menghubungkan kesenjangan antara praktik yang diterapkan petani dalam usaha taninya menggunakan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang. Dengan begitu, proses penyuluhan dengan penyuluh merupakan penghubung yang bersifat dua arah antara pengetahuan yang dibutuhkan petani dengan pengalaman baru yang terjadi dipihak ahli serta kondisi nyata yang dialami petani.
17 Mardikanto (2009:163), tujuan penyuluhan pertanian artinya mengubah perilaku sasaran pada tingkat pengetahuan yang lebih luas dan mendalam untuk mencapai pembangunan. Pembangunan yang diusahakan dalam bentuk apapun selalu merujuk pada upaya perbaikan teknis Bertani (Better Farming), perbaikan usaha taninya (Better Bussines), dan perbaikan kehidupan petani dan masyarakat (Better Living) dalam upaya mencapai ketiga bentuk perbaikan tersebut diperlukan juga perbaikan-perbaikan yang menyangkut perbaikan kelembagaan petani (Better Organization), perbaikan kehidupan bermasyrakat (Better Community), perbaikan usaha dan lingkungan hidup (Better Environment).
Van Den dan Hawkins (1999:5), menyebutkan bahwa tujuan penyuluhan pertanian adalah untuk mengajarkan petani agar dapat menghasilkan (tanaman atau ternak) melalui proses yang sangat menguntungkan. Disamping itu petani secara tidak langsung mampu mengatur dirinya sendiri dalam koperasi dan organisasi lainnya.
2.3.3 Sasaran Penyuluhan Pertanian
Menurut Undang-undang No.16 Tahun 2006 tentang SP3K sasaran penyuluhan pertanian yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara. Sasaran utama yang dimaksudkan adalah pelaku utam dan pelaku usaha sementara itu pelaku antara penyuluhan yang dimaksudkan adalah pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok, atau lembaga pertanian, perikanan, kehutanan, serta generasi muda dan tokoh masyarakat.
Mardikanto dan Sri Sutami (2003:163) menyatakan bahwa sasaran penyuluhan pertanian terbagi menjadi dua yaitu : a) Sasaran utama yaitu sasaran penyuluhan pertanian yang secara langsung terlibat dalam pengelolaan dan kegiatan usaha tani. b) Sasaran penentuan yaitu sasaran yang secara
18
langsung maupun tidak langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penentuan kebijakan untuk pembangunan pertanian atau menyediakan segala kemudahan yang diperlukan pelaku utama dalam kegiatan usaha tani. Tapi bukan sebagai pelaksana dalam kegiatan berusaha tani. sasaran penentuan yang dimaksud adalah pimpinan wilayah, tokoh-tokoh informasi, peneliti, ilmuan, produsen input pertanian, perdagang,dan lembaga pemasaran lainnya.
2.3.4 Materi Penyuluhan
Menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K materi penyuluhan disusun berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaa yang mempertimbangkan kemanfaatan dan kelestarian sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Materi penyuluhan dimaksudkan berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta unsur ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, ekonomi, manajemen, hukum dan pelestarian lingkungan.
Materi penyuluhan pada hakikatnya merupakan segala pesan yang bertujuan untuk dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada sasaran penyuluhnya. Terdapat tiga macam materi penyuluhan yaitu : 1) Yang berisi pemecahan masalah, 2) Yang berisi petunjuk dan rekomendasi yang dilaksanakan 3) Materi penyuluhan yang bersifat instrumental (Mardikanto,2009:15). Materi penyuluhan yang baik ditujukan untuk mendorong peningkatan produksi yang juga menyesuaikan dengan isu global seperti mengatasi persoalan iklim dan menekankan pada teknis budidaya petani yang ramah lingkungan. Tujuan tersebut untuk meningkatkan keberhasilan suatu teknologi modern yang lebih mengarahkan pada kualitas, kuantitas, dan kontinyunitas produk serta berorientasi pada kebutuhan pasar dan profi (Nurjasmira, 2014:47).
19
2.3.5 Media Penyuluhan
Media penyuluhan adalah alat yang digunakan untuk penyajian yang bertujuan menghindari kesalahpahaman makna yang disampaikan oleh penyuluh, mengatur keterbatasan waktu yang dimiliki penyuluh dalam penyampaian pesan, mengatasi keterbatasan daya indera serta sikap pasif petani (Nurjasmira,2014:48).
Menurut Mardikanto (2009:41) media penyuluhan merupakan alat bantu yang digunakan oleh komunikator untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Media penyuluhan yan berupa media cetak diantaranya adalah surat kabar, majalah, brosur, pamflet, bulletin, dan juga folder. Alat peraga yang paling mudah diperoleh adalah berupa benda, untuk mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan penerima manfaat dalam tahap minat, menilai, dan mencoba. Terdapat beberapa benda diantaranya : 1) Sampel atau contoh, yaitu benda sesungguhnya yang dibawa penyuluh untuk menjelaskan kepada penerima manfaat penyuluhan (benih,pupuk atau yang lainnya), 2) Model tiruan, digunakan sebagai alat peraga jika benda asli sulit didapatkan, 3) Spesimen atau benda asli yang telah diawetkan karena benda asli sulit didapat.Media penyuluhan pertania bertujuan untuk memutuskan perhatian komunikasi, isi pembicaraan yang disampaikan secara ringkas, lebih banyak panca indera yang aktif sehingga memudahkan komunikan dalam menerima pesan yang disampaikan, meminimalisir kekeliruan terhadap pesan yang disusun secara dramatis (Van Ban dan Hawkins,1999:3).
2.3.6 Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan adalah suatu cara yang dilakukan untuk menyampaikan materi penyuluhan dalam rangka mempercepat dan mempermudah tujuan dari pelaksanaan penyuluhan pertanian agar lebih efektif dan efesien dalam mempercepat proses adopsi inovasi teknologi pertanian
20 (Permentan No. 52 Tahun 2009). Mengkomunikasikan inovasi dalam rangka mengubah prilaku masyarakat sebagai penerima manfaat agar tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya merupakan salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab penyuluh.
(Mardikanto,2009:10). Metode penyuluhan pertanian dikatakan efektif jika tujuan penyuluhan pertanian yang sudah ditetapkan bisa tercapai dengan maksimal serta tahap penerapan dalam proses adopsi inovasi telah tercapai dengan baik oleh petani (Alim,2010:4).
Terdapat beberapa jenis metode penyuluhan pertanian menurut Mardikanto (2009:15) adalah sebagai berikut :
a. Anjangsana (kunjungan) merupakan kegiatan penyuluhan pertanian yang pelaksanaannya dilakukan secara langsung kepada sasaran seperti kunjungan ke lahan usaha tani atau kerumah petani untuk mengarah pada pendekatan perorangan.
b. Demontrasi merupakan metode penyuluhan pertanian yang pelaksanaannya dilakukan dengan peragaan atau praktik langsung untuk memperlihatkan suatu inovasi baru kepada sasaran secara nyata atau konkret. Terdapat empat tingkat demontrasi yaitu demontrasi plot, demontrasi farming, demonstrasi area dan demontrasi unit.
c. Pertemuan petani adalah kegiatan perkumpulan petani dengan penyuluh atau stake holder dengan tujuan berdialog guna membahas atau menyampaikan informasi. Terdapat beberapa jenis pertemuan yaitu temu wicara, temu usaha, temu karya dan temu lapang.
d. Pameran lebih mengarah pada pendekatan massal. Metode penyuluhan pertanian dengan pameran sifat pengunjungnya heterogen, tidak terbatas hanya untuk petani, tetapi juga yang bukan petani.
21 e. Kursus tani adalah metode penyuluhan dengan penerapan sistem belajar dan mengajar bagi para petani dalam waktu tertentu dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani. Mimbar saresahan adalah salah satu contoh pelaksanaan kursus tani.
f. Ceramah dan diskusi. Ceramah merupakan metode penyuluhan yang bertujuan untuk menyampaikan pesan langsung didepan petani dengan maksud agar materi yang disampaikan dapat dihadapi oleh petani secara kelompok. Sedangkan diskusi merupakan metode penyuluhan yang saling berinteraksi dengan petani satu sama lain sehingga terjadi feedback yang diinginkan.
2.3.7 Evaluasi Penyuluhan Pertanian
Evaluasi penyuluhan pertanian menurut Thomat, S. dan Purwanto (2005:23) adalah kegiatan untuk menentukan seberapa jauh hal itu berharga, bermutu, dan bernilai. Sehingga dalam pelaksanaan evaluasi penyuluhan terdapat dua unsur yaitu enilai dan mengukur. Upaya penelian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator melalui pengumpulan dan penganalisisan informasi secara sistematik mengenai : perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan untuk relevansi, efektifitas, efesiensi pencapaian hasil kegiatan atau untuk perencanaan dan pengembangan selanjutnya dari suatu kegiatan merupakan kegiatan evaluasi.
Evaluasi pada dasarnya bukan merupakan konsep baru, tetapi sebenarnya merupakan segala sesuatu yang sering dilakukan, baik secara formal maupun non formal. Pelaksanaan evaluasi pada dasarnya telah melibatkan pilihan untuk membuat penelian dalam mengambil keputusan. Evaluasi sebagai penelian yang sistematis pada suatu program atau kebijakan dengan menggunakan perangkat- perangkat kebijakan (Suvendi, 2011:10).
22
2.3.8 Defenisi Operasional
Defenisi operasional variabel merupakan konsep-konsep yang berupa kerangka yang menjadi kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang diamati, dan dapat diuji kebenarannya. Menurut Sugiyono (2018:38), Pengertian defenisi operasional dalam variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
23
Gambar 2. 1 Kerangka Konsep
Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat
2.3.9 Kerangka Konsep
Faktor Faktor
Faktor Internal (X.1) Faktor Eksternal (X.2)
Tingkat Adopsi
Tahapan Kesadaran (Y.1) Tahapan Keinginan (Y.2)
Tahapan Evaluasi (Y.3) Tahapan KMencoba (Y.4) Tahapan Adopsi (Y.5)
Adopsi Inovasi Agensi Hayati (Trichodermas Sp) Terhadap Pengendalian Cendawan
24
Gambar 2. 2 Kerangka Pikir z
Kondisi yang diharapkan 1. Petani menerapkan penggunaan
Agensi Hayati untuk mengatasi penyakit yang disebabkan cendawan Layu Fusarium pada tanaman tomat.
2. Petani yakin terhadap inovasi agensi hayati dalam pengendalian cendawan layu fusarium.
Kondisi Saat Ini
1. Tanaman tomat di Desa Sumbergondo menjadi salah satu tanaman yang berpotensi .
2. Serangan penyakit yang disebabkan cendawan Layu Fusarium pada tanaman tomat meningkat.
3. Kurangnya kepercayaan petani terhadap inovasi agensi hayati dalam pengendalian cendawan layu fusarium.
Akar Masalah
1. Menurunnya produktifitas buah tomat di Desa Sumbergondo.
2. Belum mengetahui peningkatan adopsi inovasi petani terhadap agensi hayati (Trichoderma sp) terhadap pengendalian cemdawan layu fusarium.
3. Masih kurangnya penyuluhan tentang agensi hayati (Trichoderma sp) terhadap pengendalian cendawan layu fusarium.
Kajian
2.3.10 Kerangka Pikir
Judul :
Adopsi Inovasi Agensi Hayati (Trichoderma Sp) Terhadap Pengendalian Cendawan Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat di Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
Tujuan
1. Mengetahui karakteristik petani tomat di Desa Sumbergondo.
2. Mengetahui peningkatan adopsi inovasi petani tomat terhadap agensi hayati (Trichoderma sp) untuk pengendalian cendawan layu fusarium
3. Menyusun rancangan penyuluhan agensi hayati (Trichoderma sp) sebagai pengendalian cenawan layu fusarium.
Variabel X : X1 Faktor Internal
1. Usia
2. Pendidikan formal 3. Pendidikan non
formal 4. Pengalaman
berusaha tani X2 Faktor Eksternal
1. Ketersediaan informasi teknologi 2. Ketersediaan sarana
produksi 3. Kelembagaan
Pertanian
Variabel Y Y :Tingkat adopsi
1. Tahapan awareness (Kesadaran)
2. Tahap Interest (keinginan) 3. Tahap evaluation
(evaluasi)
4. Tahap Trial (mencoba) 5. Tahap Adopstion (adopsi)
Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Data Rank Sperman
Hipotesis H0 = Faktor internal dan faktor eksternal tidak berhubungan pada tingkat adopsi petani tomat di Desa Sumbergondo.
H1 = Faktor internal dan faktor eksternal berhubungan pada tingkat adopsi petani tomat di Desa Sumbergondo.
Output
Adopsi agensi hayati (Trichoderma sp) Terhadap Pengendalian Cendawan Layu Fusarium
25
Gambar 2. 3 Alur Pikir Tugas Akhir 2.3.11 Alur Pikir Tugas Akhir
Indentifikasi Potensi Wilayah
Keadaan Sekarang
1. Tanaman tomat di Desa Sumbergondo menjadi salah satu tanaman yang berpotensi.
2. Serangan penyakit yang disebabkan cendawan Layu Fusarium pada tanaman tomat meningkat.
3. Kurangnya kepercayaan petani terhadap inovasi agensi hayati dalam pengendalian cendawa Layu Fusarium
Perencanaan dan Implementasi Kajian- Adopsi agensi hayati (Trichoderma sp) Terhadap Pengendalian Cendawan Layu Fusarium
Rancangan Penyuluhan
Media Folder dan Video
Tutorial Materi
Pengendalian penyakit Layu Fusarium
Sasaran Petani tomat di Desa
Sumbergondo
Metode Ceramah dan
Diskusi
Pelaksanaan Penyuluhan Hasil Kajian adopsi agensi hayati (Trichoderma sp)
Rencana Tindak Lanjut Meningkatkan adopsi petani tomat untuk pengunaan agensi hayati (Trichoderma sp) terhadap pengendalian penyakit Layu Fusarium Evaluasi Penyuluhan
Peningkatan adopsi petani penggunaan agensi hayati (Trichoderma sp) terhadap pengendalian penyakit Layu Fusarium
Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik petani tomat di Desa Sumbergondo .
2. Bagaimana peningkatan adopsi petani tomat terhadap agensi hayati untuk pengendalian cendawan Layu Fusarium.
3. Bagaimana menyusun rancangan penyuluhan agensi hayati (Trichoderma sp) sebagai pengendalian cendawan layu fusarium tanaman tomat di Desa Sumberondo
Tujuan
1. Mengetahui karakteristik petani tomat di Desa Sumbergondo.
2. Mengetahui peningkatan adopsi inovasi petani tomat terhadap agensi hayati untuk pengendalian cendawan Layu Fusarium.
3. Menyusun rancangan penyuluhan agensi hayati (Trichoderma sp) sebagai pengendalian cendawan layu fsarium
Keadaan yang diharapkan 1. Petani menerapkan penggunaan
agensi hayati untuk mengatasi penyakit yang disebabkan cendawan Layu Fusarium 2. Petani percaya terhadap inovasi
agensi hayati dala pengendalian cendawan Layu Fusarium
3.1 Lokasi dan Waktu
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi dan waktu sudah dipilih sesuai dengan keadaan yang telah disetuju dan sesuai jadwal yang berlaku. Sehingga lokasi dalam penelitian tugas akhir ini yaitu di Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Pelaksanaan untuk penelitian ini mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan April 2022.
Penentuan lokasi penelitian dilaksanakan berdasarkan “purposive” dengan pertimbangan sebagai berikut : (1) Sebagian besar masyarakat Desa Sumbergondo bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. jumlah petani dan buruh tani 1978 jiwa (Programa Desa Sumbergondo, 2019:2). (2) Digalakannya program penerapan teknologi inovasi yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian yang ada di Kota Batu. (3) Penerapan inovasi teknologi yang lebih efesien dan efektif untuk mengatasi permasalahan pada Usaha Tani yang berdampak pada pendapatan petani. (4) Beberapa petani telah melakukan kegiatan usaha tani yang telah mengaplikasikan teknologi inovasi khususnya dalam pengendalian penyakit pada tanaman tomat. (5) Desa Sumbergondo salah satu desa di Kecamatan Bumiaji Kota Batu merupakan sentra pertanian yang berkembang pesat.
3.2 Metode Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik metode Kuantitatif Deskriptif. Penelitian Kuantitatif Deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,2018:56). Penelitian tersebut merupakan jenis penelitian yang memungkinkan dapat menggambarkan suatu keadaan mutlak pada lokasi penelitian tanpa adanya unsur kesengajaan.
26
27
3.2.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang merupakan gabungan anggota kelompok tani Desa Sumbergondo Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
Jumlah populasi gabungan kelompok tani ini adalah sebanyak 285 petani.
Populsi merupakan wilayah generalisasi yang terjadi diatas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2013:117).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling yaitu anggota sampel diambil secara acak dari populasi, tanpa memperhatikan tingkatan atau strata dalam populasi dan bersifat homogen. Jumlah sample dihitung menggunakan rumus Slovin dan tingkat ketidak akurasian sebesar 10% yaitu :
Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
e = Tingkat kesalahan (error tolerance) dalam memilih anggota sampel yang di tolelir sebesar 10% jadi :
= 74,025
Hasil dari penghitungan sampel menggunakan rumus slovin didapatkan jumlah responden dan dibulatkan menjadi 74 responden yang didistribusikan ke setiap kelompok tani dengan perhitungan sebagai berikut :
28 3.2.2 Skala Pengukur
Skala yang digunakan sebagai pengukur kajian adopsi adalah skala likert yaitu digunakan untuk mengukur sikap,pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,2018). Sehingga skala likert dapat digunakan untuk mengukur tingkat adopsi agensi hayati (Trichoderma sp). Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur dimana masing-masing variabel diukur dengan skala likert 1-5. Dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Sangat setuju 5
b. Setuju 4
c. Kurang Setuju 3 d. Tidak setuju 2 e. Sangat tidak setuju 1 3.2.3 Jenis Data
Jenis dumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan jenis data yang diperoleh dari sumber data secara langsung. Metode yang digunakan untuk menggali data informasi pada penelitian ini adalah dengan wawancara dan juga kuesioner tertutup. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data primer melalui beberapa cara yaitu metode anjangsana dan pertemuan kelompok, yang didukung dengan dokumentasi. Dokumentasi terwujud dalam bentukgambar dan rekaman suara. Teknik dokumentasi digunakan untuk mendukung hasil wawancara.
29
2. Data Sekunder
Untuk jenis data kedua adalah data sekunder. Data sekunder adalah sumber data pendukung dan pelengkap data penelitian,dimana data sekunder diperoleh dari faktor eksternal dari penelitian melalui orang lain atau lembaga pemerintah lainnya. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh seperti balai desa dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) selain itu didapatkan dari programa, RKTP, profil Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, dan sumber data sekunder yang dimaksud adalah buku-buku dan bahan-bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai pada kajian ini adalah : 1. Kuesioner/Angket
Kuesioner penelitian terdiri dari beberapa jenis yaitu kuesioner tertutup, kuesioner terbuka, dan campuran. Dalam penelitian ini jenis kuesioner yang akan saya gunakan adalah kuesioner tertutup. Penggunaan kuesioner tertutup diharapkan dapat memudahkan dalam pengolah data, tidak memerlukan waktu yang panjang untuk mengisinya dan memudahkan responden dalam menjawab karena telah disediakan pilihan jawaban.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini sasaran yang diwawancara adalah petani tomat di Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menggali permasalahan-permasalahan dalam adopsi agensi hayati (Trichoderma sp) secara langsung terhadap responden.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur yang tidak menggunakan pedoman secara sistematis dan lengkap(Syaqilla et al., 2020:36).
30
3.2.5 Variabel Penelitian
Variabel merupakan suatu sifat atau nilai dari seseorang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini ada 2 variabel, antara lain :
1. Variabel Independen
Variabel Independen merupakan sinonim dari variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (X1) Faktor Interl dan (X2) Faktor Eksternal. Pada variabel (X1) Faktor Internal yang digunakan adalah umur,pedidikan formal, pendidikan non formal, dan pengalaman berusaha tani.
Sedangkan pada variabel (X2) Faktor Eksternal yang digunakan yaitu ketersediaan informasi teknologi, ketersediaan sarana produksi, dan kelembagaan pertanian.
2. Variabel Dependen
Variabel Dependen merupakan sebuah variabel atau obyek yang perubahannya dipengaruhi oleh variabel Independen (bebas). Variabel Dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat adopsi petani tomat di Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Hubungan antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen tersaji pada Gambar 3.1.