• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN POLA SALURAN DAN EFISIENSI PEMASARAN AYAM SENTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN POLA SALURAN DAN EFISIENSI PEMASARAN AYAM SENTUL"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN POLA SALURAN DAN EFISIENSI PEMASARAN AYAM SENTUL

(Studi Kasus di Kelompok Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis)

THE STUDY OF MARKETING CHANNEL AND EFFICIENCY OF SENTUL CHICKEN

(A case study of farmers group in Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis)

Dina Siti Hajar*; Anita Fitriani**, Taslim**

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang KM 21 Sumedang 45363

* Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016

** Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail:

hajar.dinasiti@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan di Kelompok Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis mulai tanggal 6 Nopember 2015 sampai dengan 20 Nopember 2015. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola saluran pemasaran, menghitung besar margin yang diterima oleh para pelaku pemasaran Ayam Sentul di Kelompok Peternak Barokah Abadi Farm dan menetapkan saluran pemasaran yang paling efisien bagi peternak dan lembaga pemasaran. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Data yang diperoleh melalui teknik wawancara kepada para pelaku pemasaran (peternak, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer) dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola saluran pemasaran Ayam Sentul di Kelompok Peternak Barokah Abadi Farm terdiri dari pola saluran tingkat I yang terdiri dari saluran satu, dua, tiga dan pola saluran tingkat II berupa saluran empat. Besar persentase margin pemasaran pada setiap saluran berbeda-beda, Margin pemasaran Barokah pada saluran satu, dua, tiga, dan empat adalah Rp.2.000,00, Rp.5.000,00, Rp.10.000,00 dan Rp.-8.000,00 sedangkan untuk pedagang pengecer pada saluran empat adalah Rp.7.500,00. Saluran pemasaran yang memiliki tingkat efisiensi tertinggi bagi peternak dan pelaku pemasaran adalah saluran satu dengan persentase yang diterima peternak sebesar 93,33 persen untuk pemasaran ayam dengan bobot 0,9 kg dan 93,75 persen untuk pemasaran ayam dengan bobot 1 kg.

Kata kunci: ayam sentul, saluran pemasaran, margin pemasaran.

ABSTRACT

The research was carried out on a group of Farmer Barokah Abadi Farm Ciamis on 6 November 2015 until up 20

th

November 2015. The aim is to know the marketing channel, marketing margin earned by sentul chicken marketer of Barokah Abadi Farm Ciamis and the most efficient marketing channel for marketer and farmer. The method used in this research was a case study. Data obtained through interviews with each marketer (farmers, wholesale and retailers) analyzed using descriptive analysis. The results showed that Ayam Sentul marketing channel in Barokah Abadi Farm Ciamis consisted of four. The marketing margin percentage vary between channels, but the third one was the best on having the highest profit and without marketing cost. The first, second, third and fourth channels were Rp 2,000.00, Rp 5,000.00, Rp 10,000.00 dan Rp -8,000.00 whereas the fourth channel gave the retailers as much as Rp 7,500.00. Marketing chain that had the highest efficiency for farmer and marketing agencies was the first channel with 93.33 percent earned by farmers for 0.9 kg chicken weight and 93.75 percent for 1 kg of chicken weight.

Keywords : ayam sentul, marketing channel, marketing margin.

(2)

PENDAHULUAN

Ayam kampung yang biasa dikenal sebagai ayam buras (bukan ras), merupakan ayam lokal asli Indonesia yang cukup berpotensi untuk dikembangkan. Sebagai ternak yang dilindungi, ayam buras perlu dijaga kelestariannya guna menjaga kemurnian dari ayam khas Indonesia tersebut. Selain menjaga kelestariannya, potensi ayam buras juga perlu dikembangkan untuk kebutuhan pangan masyarakat. Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang sangat potensial untuk pengembangan usaha peternakan ayam buras. Permintaan pasar yang tinggi karena meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi serta rasa dari ayam buras yang lebih gurih menjadikan masyarakat banyak menggemari daging ayam buras. Selain itu masih rendahnya populasi ayam buras di Jawa Barat yaitu sebanyak 27.224.219 ekor atau hanya 9,92 persen dari populasi nasional juga membuka peluang pasar semakin besar (Statistik Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2013).

Ciamis merupakan salah satu daerah sentra peternakan ayam buras di Jawa Barat.

Peternakan ayam buras yang cukup banyak dikembangkan adalah jenis Ayam Sentul. Ayam Sentul merupakan ayam khas Ciamis yang memiliki ciri dominan warna batu, selain itu Ayam Sentul juga memiliki kelebihan dibanding ayam lokal lainnya seperti: daya tahan terhadap serangan penyakit yang lebih kuat, pertumbuhannya lebih cepat, bobotnya lebih unggul dibanding ayam lokal lainnya, serta rasa dagingnya yang lebih gurih (Puslitbangnak, 2011).

Pemasaran produk memegang peranan penting dalam proses pasca produksi karena menjadi kunci dalam pengembangan usaha. Ada beberapa aspek penting dalam pemasaran yang perlu diperhatikan, yaitu penentuan saluran pemasaran dan analisis efisiensi dari pemasaran tersebut. Penentuan saluran pemasaran memiliki fungsi penting dalam ketersediaan dan penyebaran produk di pasar. Saluran pemasaran yang panjang menyebabkan pemasaran cenderung tidak efisien dan berakibat pada kerugian bagi produsen maupun konsumen akhir.

Konsumen akhir harus membayar dengan harga tinggi dan bagian yang diterima produsen menjadi lebih kecil karena terbagi dengan para pelaku pemasaran lain yang terlibat dalam saluran pemasaran.

Analisis pemasaran dapat dilihat dari margin pemasaran dan harga terima peternak.

Margin pemasaran dan harga terima peternak mempunyai hubungan yang negatif, dimana

jika margin pemasaran tinggi maka bagian yang diterima oleh produsen menjadi semakin

kecil. Sebaliknya, jika margin pemasaran rendah maka bagian yang diterima produsen

menjadi semakin besar. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini dibahas

mengenai Kajian Pola Saluran dan Efisiensi Pemasaran Ayam Sentul di Kelompok Peternak

Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui

(3)

tingkat efisiensi pemasaran pada Ayam Sentul dan seluruh pelaku pemasaran memperoleh keuntungan yang adil.

OBJEK DAN METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah saluran pemasaran Ayam Sentul di Kelompok Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis. Adapun pelaku saluran pemasaran Ayam Sentul yang dijadikan sebagai informan adalah seluruh anggota Kelompok Peternak Ayam Sentul Barokah Abadi Farm sebagai produsen, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah studi kasus. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan dan wawancara yang dilakukan kepada semua anggota Kelompok dan para pelaku lembaga pemasaran lainnya.

3. Penentuan Lokasi Penelitian

Peternakan Ayam Sentul di Ciamis dipilih sebagai lokasi penelitian, karena tempat tersebut merupakan salah satu sentra perbibitan Ayam Sentul yang ada di Jawa Barat, selain itu daerah tersebut letaknya cukup strategis, dekat dengan pelaku saluran pemasaran, serta usahanya sudah cukup berkembang.

4. Penentuan Informan

Informan yang dipilih pada penelitian ini adalah seluruh anggota Kelompok Peternak Barokah (produsen) serta para pelaku pemasaran lain yang terlibat dalam saluran pemasaran ayam (pedagang pengumpul dan pengecer).

5. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder. Dimana data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari setiap pelaku pemasaran Ayam Sentul dengan menggunakan pedoman wawancara. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil studi literatur dari berbagai intansi terkait yang mendukung penelitian ini.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tediri dari teknik wawancara, observasi dan pencatatan.

7. Model Analisis

Adapun model analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis margin,

biaya pemasaran, keuntungan dan efisiensi. Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif,

ditabulasi, dan dianalisa secara kuantitatif dengan menghitung margin pemasaran, biaya

(4)

pemasaran, keuntungan dan efisiensi, dengan menggunakan rumus (Rasyaf, 1995) sebagai berikut:

Rumus Margin Pemasaran:

Keterangan :

MP = Margin Parsial M = Margin pemasaran He = Harga eceran

Hp = Harga pada produsen

Rumus Persentase Margin Parsial :

Rumus Persentase Biaya Pemasaran :

Rumus Keuntungan :

Keterangan:

M = Margin pemasaran

B = Biaya pemasaran/satuan barang

Rumus Persentase Keuntungan

Menurut Hamid (1972) perhitungan bagian harga yang diterima oleh produsen dapat dilakukan dengan rumus :

Rumus Harga Terima Peternak

M = He- Hp

Π = M - B

Lp=

MP= Harga Jual – Harga Beli

Persentase Biaya Parsial

=

Persentase Biaya Total =

Persentase KeuntunganTotal

=

Persentase Keuntungan Parsial

=

(5)

Keterangan :

Lp = Harga ditingkat peternak (%) Hp = Harga di tingkat peternak (Rp/kg) He = Harga di tingkat pengecer (Rp/kg)

Jika LP>50%, pemasaran dapat dikatakan efisien.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sejarah Kelompok Peternak Barokah Abadi Farm

Kelompok peternak Barokah Abadi Farm merupakan kelompok peternak yang mengembangkan usaha dibidang pemeliharaan ayam buras khususnya Ayam Sentul.

Kelompok tersebut berlokasi di Jln. R. Okkas Bratakusumah no 39, Lingkungan Karang Kelurahan Ciamis, Kabupaten Ciamis. Barokah Abadi Farm merupakan usaha keluarga yang dirintis oleh Almarhum Bapak Edi pada tanggal 26 Oktober 1999, awalnya kelompok ini mengembangkan jenis ayam arab dan pada tahun 2005 mulai mengembangkan ayam jenis Sentul. Ayam Sentul dipilih untuk dikembangkan oleh kelompok Barokah karena permintaan pasar, keunggulan dagingnya, serta sebagai Plasma Nutfah Ciamis. Pada tahun 2009 Barokah memiliki 20 orang anggota, namun dikarenakan jumlah anggota yang terlalu banyak membuat kelompok peternak ini harus melakukan pemekaran kelompok menjadi kelompok kecil.

Selanjutnya kelompok yang telah mekar tetap menginduk ke Barokah dan menjadi Mitra Barokah.

Ketua kelompok Barokah saat ini adalah Pak Fahni, yang tiada lain beliau adalah adik kandung dari Almarhum Bapak Edi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beliau, anggota kelompok Peternak Barokah yang bertahan sampai saat ini yaitu lima orang yang terdiri dari Hendriati, Andriana, Robi, Deni dan Samidin. Seluruh anggota kelompok merupakan pemuda dan warga sekitar yang sengaja diberdayakan. Seperti salah satu tujuan dari dibentuknya kelompok Barokah yaitu untuk memberdayakan Karang Taruna setempat, sehingga para pemuda Lingkungan Karang dapat bekerja dan memiliki penghasilan serta untuk menjaga kelestarian ternak khas Ciamis agar tidak punah.

2. Kondisi Usaha Peternak Barokah

Kelompok peternak Barokah Abadi Farm adalah kelompok peternak yang bergerak

dalam bidang budidaya Ayam Sentul. Saat ini kelompok peternak Barokah Abadi Farm

memiliki 5 orang anggota dengan jumlah populasi ayam sebanyak 3.500 ekor. Masing-

masing peternak memelihara ±720 ekor ayam yang dipelihara selama ± 3 bulan. Anggota

kelompok peternak merupakan warga yang tinggal disekitar Barokah dan sengaja

diberdayakan untuk memperbaiki perekonomian warga Lingkungan Karang. Para peternak

telah bergabung dengan kelompok Barokah sejak tahun 2005 dan hingga saat ini kurang lebih

(6)

sudah 10 tahun. Peternak mulai terjun dan bergabung dengan kelompok didasarkan pada rasa ketertarikan peternak terhadap usaha ayam serta kebutuhan peternak dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kelompok peternak Barokah mempunyai keuntungan dan beberapa kemudahan lebih dibanding peternak lainnya, hal ini dikarenakan sebagian besar faktor input (DOC, pakan dan obat-obatan) disuplai oleh Barokah dan peternak diberi pinjam oleh Barokah secara cuma-cuma (tanpa harus menyewa).

Kegiatan produksi yang dilakukan kelompok peternak berada dalam pengawasan bersama (ketua dan anggota). Sistem pemeliharaan ternak pada kelompok peternak Barokah adalah memelihara secara bersama dalam kandang yang sama dengan diberi sekat pada setiap kandang untuk memisahkan ternak milik anggota kelompok. Ternak yang dipelihara oleh anggota kelompok memiliki kisaran umur yang berbeda. Perbedaan umur ayam ini sesuai dengan tanggal masuk DOC (jarak umur satu minggu), sehingga dalam menghasilkan output (panen) juga tidak sama sehingga akhirnya berdampak pada proses pemasaran yang bertahap atau bergilir (dua minggu sekali untuk masing-masing peternak).

3. Pelaku Pemasaran

Pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran Ayam Sentul di Kelompok Peternak Barokah Abadi Farm adalah pedangang pengumpul dan pengecer. Pedagang Pengumpul yang terlibat dalam pemasaran Ayam Sentul adalah Pak Fahni. Barokah Abadi Farm dalam hal ini merangkap posisi sebagai kelompok yang mewadahi anggotanya dan juga sebagai pedagang pengumpul yang membeli ayam dari peternak dan kemudian menjualnya ke konsumen dan pelaku pemasaran lainnya. Sasaran pemasaran Barokah Abadi Farm sebagian besar ke RPA di Bandung, yaitu sebanyak 80 persen dari jumlah penjualan atau sekitar 300 ekor/minggu. Selain itu dipasarkan juga di daerah Ciamis, yaitu ke Warung Nasi Amih (5 persen), Konsumen Rumah Tangga (5 persen) dan Pedagang Pengecer (±10 persen). Setiap pelaku pemasaran diatas memiliki harga beli yang berbeda. Harga tersebut disesuaikan dengan intensitas pembelian dan jumlah pembelian ayam, seperti ke RPA harga jual ayam yaitu Rp 30.000,00 untuk bobot ayam 0,9 kg dan Rp 32.000,00 untuk bobot ayam 1 kg, Warung Nasi Amih Rp 35.000,00, konsumen Rumah Tangga Rp 40.000,00 dan Pedangang Pengecer Rp 20.000,00 per ekor. Semua pelaku pemasaran ini membeli ayam ke Barokah secara langsung dengan datang ke tempat, sehingga Barokah tidak memerlukan biaya transportasi untuk mengangkut dan memasarkan ayam disekitar wilayah Ciamis.

4. Pola Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran Ayam Sentul di Kelompok Peternak Barokah Abadi Farm

seluruhnya termasuk dalam pemasaran tidak langsung. Hal ini dikarenakan semua ayam yang

(7)

dipelihara oleh peternak dijual ke Barokah terlebih dahulu dan selanjutkan disalurkan kembali, baik kepada pelaku pemasaran lain maupun ke konsumen langsung. Pola Saluran pemasaran yang terbentuk dalam penelitian adalah pola saluran tingkat I dan tingkat II, dimana saluran tingkat I yaitu dari Peternak dijual ke Pedagang Pengecer kemudian dijual ke konsumen akhir. Sedangkan saluran tingkat II yaitu dari Peternak dijual ke Pedagang Besar kemudian dijual kembali ke pedagang pengecer lalu dijual ke konsumen akhir. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler dkk. (1995) bahwa saluran pemasaran dibagi menjadi empat saluran, yaitu: Saluran tingkat nol (Produsen - Konsumen), Saluran tingkat satu (Produsen - Pengecer - Konsumen), Saluran tingkat dua (Produsen - Pedagang Besar - Pengecer - Konsumen), dan Saluran tingkat tiga (Produsen - Pedagang Besar - Penyalur Pengecer - Konsumen).

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, diketahui bahwa saluran pemasaran Ayam Sentul yang ada pada kelompok peternak Barokah Abadi Farm dibagi menjadi empat bentuk

saluran, yaitu : 1). Produsen – Barokah Abadi Farm – Rumah Potong Ayam (RPA);

2). Produsen – Barokah Abadi Farm – Warung Nasi Amih; 3) Produsen – Barokah Abadi Farm – Konsumen Rumah Tangga; 4) Produsen – Barokah Abadi Farm – Pedagang Pengecer – Konsumen.

5. Persentase Margin,Biaya dan Keuntungan 5.1 Saluran Satu

Besar margin, biaya dan keuntungan yang diterima oleh para pelaku pemasaran pada saluran satu, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Besar persentase margin, biaya dan keuntungan para pelaku pemasaran saluran satu

No. Uraian Pengumpul

1. Harga Beli (Rp/ekor) a. Ayam bobot 0,9 kg b. Ayam bobot 1 kg Harga Jual RPA (Rp/ekor)

a. Ayam bobot 0,9 kg b. Ayam bobot 1 kg 2.

28.000 30.000 30.000 32.000

3. Margin (Rp/ekor) 2.000

4. Biaya (Rp/ekor) 1.833

5.

6.

7.

8.

Keuntungan (Rp/ekor) Persentase Margin (%) Persentase Biaya Total (%) Persentase KeuntunganTotal(%)

167

100

91,67

8,33

Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa harga beli ayam dari peternak

adalah Rp 28.000,00 per ekor untuk ayam bobot 0,9 kg dan Rp 30.000,00 per ekor untuk

ayam bobot 1 kg. Besar margin yang diperoleh dari pemasaran ayam pada saluran satu adalah

(8)

Rp 2.000,00 per ekor dengan biaya pemasaran sebesar Rp 1.833,00 per ekor dan keuntungan sebesar Rp 167,00 per ekor. Biaya pemasaran tersebut digunakan untuk pengangkutan dan transportasi ayam dari peternak di Ciamis sebagai produsen ke konsumen RPA di Bandung.

Biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan ayam ke RPA yaitu sebesar Rp 550. 000,00 per

satu kali pengiriman (300 ekor). Biaya tersebut terdiri dari biaya bensin sebesar Rp 250.000,00, uang tangkap Rp 50.000,00, uang panggul Rp 50.000,00, makan, minum dan

lain-lain Rp 200.000,00. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamid (1972) bahwa biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pemindahan barang dari produsen ke tangan konsumen. Besar kecilnya biaya pemasaran dipengaruhi oleh besar kecilnya kegiatan lembaga pemasaran dan jumlah fasilitas yang diperlukan dalam proses pemindahan barang tersebut.

Total keuntungan yang diperoleh pelaku pemasaran Barokah adalah sebesar Rp 50.000,00 per pengiriman yang dilakukan satu kali dalam seminggu. Apabila dilihat dari

jumlah keuntungan yang diperoleh oleh Barokah dalam memasarkan ayam dari peternak ke RPA di Bandung memang sangat kecil, hal tersebut dikarenakan Barokah merupakan kelompok peternak yang menaungi anggotanya sehingga selalu mengutamakan kesejahteraan anggotanya. Berdasarkan margin yang diperoleh pedagang Barokah diatas, maka dengan demikian margin pemasaran ayam pada bentuk saluran satu terdiri dari 91,67 persen biaya pemasaran dan 8,33 persen keuntungan.

5.2 Saluran Dua

Besar margin, biaya dan keuntungan yang diterima oleh para pelaku pemasaran pada saluran dua, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Besar persentase margin, biaya dan keuntungan para pelaku pemasaran saluran dua

No. Uraian Pengumpul

1 2.

Harga Beli (Rp) a. Ayam bobot 1 kg

Harga Warung Nasi Amih (Rp) a. Ayam bobot 1 kg

30.000 35.000

3. Margin (Rp/ekor) 5.000

4. Biaya (Rp/ekor) -

5.

6.

7.

8.

Keuntungan (Rp/ekor) Persentase Margin (%) Persentase Biaya Total(%) Persentase Keuntungan Total (%)

5.000 100

-

100

Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pelaku pemasaran yang terlibat

dalam pemasaran adalah satu pedagang perantara. Pelaku pemasaran pada bentuk saluran

(9)

dua, membeli ayam dari peternak dengan harga Rp 30.000,00 per ekor untuk ayam dengan bobot 1 kg dan harga jual sebesar Rp 35.000,00 per ekor. Sasaran pemasaran ayam pada bentuk saluran dua adalah ke Warung Nasi Amih yang berlokasi di Ciamis. Margin yang diperoleh pelaku pemasaran (Barokah) adalah sebesar Rp 5.000,00 per ekor, sedangkan untuk biaya dan keuntungan adalah sebesar Rp 0,00 dan Rp 95.000,00. Pemasaran ayam pada bentuk saluran dua tidak mengeluarkan biaya sama sekali, karena tidak ada biaya seperti yang disampaikan oleh Hamid (1972) bahwa biaya dalam proses pemasaran dibagi menjadi tiga yaitu: biaya pengumpulan, biaya pemindahan barang dari produsen ke konsumen, dan biaya penyebaran di daerah konsumen. Besar keuntungan yang diperoleh pelaku pemasaran pada bentuk saluran dua adalah sebesar Rp 95.000,00 yang terdiri dari keuntungan per ekor ayam Rp 5.000,00 dikali 19 ekor ayam per penjualan. Berdasarkan besar margin diatas, maka margin pemasaran terdiri dari 100 persen keuntungan.

5.3 Saluran Tiga

Besar margin, biaya dan keuntungan yang diterima oleh para pelaku pemasaran pada saluran tiga, dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Besar persentase margin, biaya dan keuntungan para pelaku pemasaran saluran tiga

No. Uraian Pengumpul

1.

2.

Harga Beli (Rp) a. Ayam bobot 1 kg Harga Jual (Rp)

a. Ayam bobot 1 kg

30.000 40.000

3. Margin (Rp/ekor) 10.000

4. Biaya (Rp/ekor) -

5.

6.

7.

8.

Keuntungan (Rp/ekor) Persentase Margin (%) Persentase Biaya Total (%) Persentase Keuntungan Total (%)

10.000

100

-

100

Bentuk saluran pemasaran tiga berdasarkan hasil penelitian di lapangan, diketahui

bahwa harga beli ayam dari peternak adalah sebesar Rp 30.000,00 per ekor (bobot 1 kg) dan

dijual kepada konsumen rumah tangga disekitar Ciamis dengan harga Rp 40.000,00 per ekor,

sehingga diperoleh margin sebesar Rp 10.000,00. Nominal ini terbilang cukup besar,

ditambah tidak adanya biaya yang dikeluarkan oleh Barokah, karena konsumen datang

langsung ketempat untuk membeli ayam sehingga tidak ada biaya pengangkutan, transportasi,

penggudangan dan lain-lain. Keuntungan yang diperoleh pelaku pemasaran pada bentuk

saluran tiga adalah yang terbesar, dimana keuntungan sama dengan besarnya margin. Ayam

yang dijual kepada konsumen rumah tangga adalah 5 persen dari jumlah populasi setiap kali

panen yaitu sekitar 19 ekor, sehingga diperoleh keuntungan total dalam satu kali panen (per

(10)

minggu) yaitu Rp 190.000,00. Berdasarkan besar margin diatas, maka margin pemasaran terdiri dari 100 persen keuntungan.

5.4 Saluran IV

Bentuk saluran empat, yaitu terdiri dari dua pelaku pemasaran, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Besar margin, biaya dan keuntungan yang diterima oleh para pelaku pemasaran pada bentuk saluran empat, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.Besar persentase margin, biaya dan keuntungan para pelaku pemasaran saluran empat

No. Uraian Pengumpul Pengecer Jumlah

1. Harga Beli (Rp)

a. Ayam bobot 0,9 kg 28.000 20.000

2. Harga Jual (Rp)

a. Ayam bobot 0,9 kg 20.000 27.500

3. Margin (Rp/ekor)

a. Ayam bobot 0,9 kg -8.000 7.500

4.

5.

6.

7.

8.

Biaya (Rp/ekor

Keuntungan (Rp/ekor) Persentase Margin (%) Persentase Biaya (%) Persentase Keuntungan(%)

- -8.000 1.600 - 800

500 7.000 -1.500 100 -700 9.

10.

11.

12.

13.

Margin total Biaya total Keuntungan total

Persentase biaya total (%) Persentase keuntungan total

-500 500 -1.000 -100 200 Saluran empat merupakan saluran pelengkap dalam sistem pemasaran Ayam Sentul yang sesungguhnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan yang tidak logis atau tidak sesuai dengan hukum ekonomi yang berlaku, dimana pelaku pemasaran melakukan kegiatan pemasaran jika kegiatan tersebut menguntungkan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, margin, biaya dan keuntungan pada bentuk saluran empat berbeda dengan saluran pemasaran lainnya. Hal ini dikarenakan ayam yang dijual pada saluran empat adalah ayam dengan bobot kecil (tidak standar).

Margin yang diperoleh pada saluran empat ada dua, yaitu margin Barokah dan margin

pedagang pengecer. Margin barokah yaitu sebesar Rp -8.000,00 sedangkan margin pada

pedangang pengecer sebesar Rp 7.500,00. Harga yang tidak normal pada saluran empat ini,

menjadikan nilai margin pada pedagang Barokah negatif. Nilai margin tersebut diperoleh

berdasarkan harga beli ayam dari peternak sebesar Rp 28.000,00 per ekor yang kemudian

dijual kembali oleh Barokah kepada pedagang pengecer dengan harga yang lebih rendah yaitu

(11)

Rp 20.000,00 per ekor, dan pedagang pengecer menjual ayam kepada konsumen dengan harga rata-rata Rp 27.500,00 per ekor.

Biaya pemasaran pada bentuk saluran empat dibagi atas biaya ditingkat pedagang pengumpul (Barokah) dan biaya ditingkat pedagang pengecer. Biaya ditingkat pedagang pengumpul adalah sebesar Rp 0,00 dan biaya pada pedagang pengecer adalah sebesar Rp 15.000,00 dengan biaya per ekor sebesar Rp 500,00. Biaya pada saluran ini seluruhnya dikeluarkan oleh pedagang pengecer karena pengecer membawa sendiri ayamnya ke Barokah, sehingga tidak ada biaya pemasaran untuk Barokah. Biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 15.000,00 merupakan biaya untuk pembelian bahan bakar bensin untuk mengangkut ayam ke Barokah dan memasarkannya ke konsumen rumah tangga.

Keuntungan yang diperoleh pelaku pemasaran pada bentuk saluran empat, juga dibagi menjadi dua, yaitu keuntungan ditingkat Barokah dan ditingkat pedagang pengecer.

Berdasarkan harga diatas (harga jual yang lebih rendah dari harga beli), mengakibatkan Barokah tidak memperoleh keuntungan pada saluran empat ini, bahkan Barokah mengalami kerugian hingga Rp 240.000,00 dalam satu kali pemasaran atau kerugian per ekornya Rp -8.000,00 pada saat penelitian dilakukan. Namun begitu, ini menjadi konsekuensi dari Barokah sebagai pedagang pengumpul yang membeli ayam dari peternak dengan sistem kontrak harga. Berbeda dengan pedangang pengecer, ia memperoleh keuntungan rata-rata yang cukup besar yaitu Rp 210.000,00 dalam sekali pemasaran dengan besar keuntungan per ekor yang diterima yaitu sebesar Rp 7.000,00. Keuntungan tersebut merupakan keuntungan bersih setelah dikurangi biaya untuk transportasi berupa bensin sebesar Rp 500,00 per ekor.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diketahui bahwa nilai persentase margin parsial untuk Barokah dan pedagang pengecer adalah 1.600 persen dan -1.500 persen. Sedangkan persentase biaya dan keuntungan yang diperoleh pelaku pemasaran adalah 100 persen biaya pedagang pengecer dan 800 persen keuntungan Barokah serta -700 persen keuntungan pedagang pengecer. Nilai persentase keuntungan pada saluran empat dapat dikatakan tidak normal karena persentase yang diperoleh pelaku pemasaran melebihi dari nilai persentase maksimal yaitu 100 persen, hasil yang tidak normal tersebut dikarenakan nilai keuntungan total sebagai pembagi bernilai negatif, yaitu Rp -1.000,00 per ekor, sehingga mendapatkan hasil persentase keuntungan seperti diatas.

Hasil perhitungan persentase margin, biaya dan keuntungan pada saluran empat

menunjukan hasil yang tidak normal, hasil ini disebabkan oleh nilai margin yang negatif pada

salah satu pelaku pemasaran, sehingga menghasilkan nilai yang tidak normal pada

perhitungan selanjutnya. Nilai margin seharusnya bernilai positif karena dalam suatu

(12)

kegiatan pemasaran perlu ada keuntungan yang diperoleh para pelaku pemasaran sebagai imbalan dari kegiatan pemasaran itu sendiri. Hal ini sesuai pendapat Kotler dan Amstrong (2008) bahwa pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau oganisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Pemasaran merupakan proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Kondisi seperti ini jarang ditemukan dilapangan, karena pada umumnya nilai margin bernilai positif dan pelaku pemasaran memperoleh keuntungan baik kecil maupun besar. Namun pada kasus ini, karena ayam yang dipasarkan merupakan ayam dengan bobot tidak standar sehingga Barokah menjual ayam dengan harga yang lebih rendah dari harga beli, sehingga mengakibatkan nilai margin yang diperoleh Barokah bernilai negatif.

Total keuntungan pada saluran empat memiliki nilai negatif karena keuntungan Barokah yang bernilai Rp -8.000,00 dan keuntungan pedagang pengecer Rp 7.000,00 sehingga menghasilkan keuntungan total sebesar Rp -1.000,00. Dari perhitungan diatas yang tidak normal, maka nilai persentase biaya dan keuntungan total yang diperoleh pelaku pemasaran pada saluran empat juga menjadi tidak normal, hal ini terbukti dari persentase biaya dan keuntungan total yang diperoleh yaitu, sebesar -100 persen dan 200 persen.

6. Efisiensi Pemasaran

Pemasaran merupakan kegiatan penyampaian barang dari tingkat produsen ke tingkat konsumen dengan usaha untuk memperoleh barang yang diperlukan. Syarat lain suatu sistem pemasaran dapat dikatakan efisien yaitu mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir (Rasyaf, 1994).

Bagian harga yang diterima oleh peternak Ayam Sentul di Kelompok Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis pada setiap saluran, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.Persentase bagian harga yang diterima peternak pada berbagai saluran pemasaran

Saluran

Harga (Rp/ekor)

Margin (Rp/ekor)

Bagian harga terima peternak

(%) Produsen Pedagang

pengecer

0,9 kg 1 kg 0,9 kg 1 kg 0,9 kg 1 kg 0,9 kg 1 kg 1. 28.000 30.000 30.000 32.000 2.000 2.000 93,33 93,75

2. - 30.000 - 35.000 - 5.000 - 85,71

3. - 30.000 - 40.000 - 10.000 - 75,00

4. 28.000 - 27.500 - -500 - 101,82 -

(13)

Berdasarkan data pada Tabel 5 diketahui bahwa persentase harga yang diterima peternak pada masing-masing bentuk saluran adalah sebagai berikut:

a. Bentuk Saluran I

Berdasarkan bentuk saluran pemasaran satu, peternak memperoleh persentase harga sebesar 93,33 persen untuk ayam dengan bobot 0,9 kg dan 93,75 persen untuk ayam dengan bobot 1 kg. Nilai persentase diatas diperoleh dari perbandingan harga ditingkat produsen dengan harga ditingkat pedagang pengecer. Harga ditingkat peternak pada bentuk saluran satu adalah sebesar Rp 28.000,00 per ekor untuk ayam dengan bobot 0,9 kg dan Rp 30.000,00 per ekor untuk ayam dengan bobot 1 kg, dan harga ditingkat pedagang pengecer adalah sebesar Rp 30.000,00 per ekor untuk ayam dengan bobot 0,9 kg dan Rp 32.000,00 per ekor untuk ayam dengan bobot 1 kg, sehingga diperoleh persentase diatas. Menurut Mubyarto (1986) pemasaran dapat dikatakan efisiensi apabila mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang itu. Berdasarkan nilai persentase yang diperoleh dapat dikatakan bahwa pemasaran pada saluran satu ini efisien, karena lebih besar dari 50 persen, sesuai dengan pendapat Hamid (1997) bahwa jika harga yang diterima oleh peternak >50 persen, maka pemasaran tersebut dapat dikatakan efisien.

b. Bentuk Saluran Dua

Persentase harga yang diterima oleh anggota kelompok peternak Barokah pada bentuk saluran dua adalah sebesar 85,71 persen. Persentase tersebut diperoleh dari perbandingan harga ditingkat peternak sebesar Rp 30.000,00 per ekor untuk ayam dengan bobot 1 kg dengan harga ditingkat pedagang pengecer sebesar Rp 35.000,00 per ekor dikali seratus persen, sehingga diperoleh hasil persentase bagian harga yang diterima peternak pada saluran dua yaitu sebesar 85,71 persen, dengan kata lain saluran dua ini dapat dikatakan efisien karena nilainya lebih besar dari 50 persen. Sesuai dengan pendapat Hamid (1997) bahwa jika harga yang diterima oleh peternak >50 persen, maka pemasaran tersebut dapat dikatakan efisien.

c. Bentuk Saluran Tiga

Persentase harga yang diterima oleh anggota kelompok peternak Barokah pada bentuk

saluran tiga adalah sebesar 75 persen. Perhitungan persentase harga terima peternak pada

bentuk saluran tiga sama dengan perhitungan pada bentuk saluran dua, namun yang menjadi

pembeda adalah harga ditingkat pedagang yang lebih tinggi yaitu sebesar Rp 40.000,00 per

ekor. Perbandingan harga ditingkat peternak dengan harga ditingkat pedagang pengecer yang

(14)

semakin besar, mengakibatkan persentase bagian harga yang diterima peternak menjadi lebih kecil yaitu sebesar 75 persen. Meski demikian, pemasaran ayam pada bentuk saluran tiga dikatakan efisien, karena persentase bagian harga yang diterima peternak masih diatas 50 persen, hal ini sesuai dengan pendapat Hamid (1997) bahwa jika harga yang diterima oleh peternak >50 persen, maka pemasaran tersebut dapat dikatakan efisien.

d. Bentuk Saluran Empat

Perlu diketahui sebelumnya, bahwa ayam yang dipasarkan pada bentuk saluran empat tidak sama dengan ayam yang dipasarkan pada saluran sebelumnya. Ayam yang dipasarkan pada saluran ini merupakan ayam dengan bobot tidak normal (tidak standar) yaitu bobot ayam dibawah 0,9 kg atau bobot rata-ratanya 0,7 kg. Persentase bagian harga yang diterima oleh peternak Barokah pada bentuk saluran empat adalah 101,82 persen. Hasil persentase yang diperoleh peternak pada saluran empat menunjukan hasil yang tidak normal, karena persentase yang diperoleh lebih besar dari 100 persen.

Nilai persentase harga yang diterima peternak, diperoleh dari perbandingan harga ditingkat produsen dengan harga ditingkat pedagang pengecer. Persentase harga yang diterima peternak pada bentuk saluran empat dapat dikatakan efisien karena peternak memperoleh harga yang tinggi, namun kondisi ini tidak efisien bagi pelaku pemasaran pertama karena menjual ayam dengan harga yang lebih rendah dari harga beli. Barokah sebagai pelaku pemasaran pertama yang membeli ayam dari peternak dengan harga normal yaitu Rp 28.000,00 per ekor dan menjual ayam ke pedagang pengecer dengan harga lebih rendah yaitu Rp 20.000,00 per ekor, sedangkan pedagang pengecer menjual dengan harga rata-rata Rp 27.500,00 per ekor. Hal ini yang menyebabkan persentase bagian harga terima peternak mencapai angka lebih dari 100 persen (101,82 persen). Meski demikian, jika ditinjau dari efisiensi pemasaran bagi peternak, pemasaran pada bentuk saluran empat dapat dikatakan efisien, karena persentase harga yang diterima oleh peternak >50 persen.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, persentase bagian harga yang diterima peternak untuk ayam tidak standar pada bentuk saluran empat yaitu sebesar 101,82 persen.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kajian Pola Saluran dan Efisiensi Pemasaran

Ayam Sentul pada Kelompok Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan:

(15)

1. Pola saluran pemasaran Ayam Sentul pada Kelompok Peternak Barokah Abadi Farm adalah pola saluran tingkat I yang terdiri dari bentuk saluran satu, dua, tiga; dan pola saluran tingkat II berupa saluran empat.

2. Margin pemasaran Barokah pada saluran satu, dua, tiga, dan empat adalah Rp 2000,00, Rp 5.000,00, Rp 10.000,00, dan Rp -8.000,00, sedangkan untuk pedagang pengecer pada saluran empat yaitu Rp 7.500,00.

3. Saluran pemasaran paling efisien bagi peternak dan lembaga pemasaran adalah saluran satu karena memiliki persentase bagian harga terima peternak paling tinggi yaitu sebesar 93,33 persen untuk penjualan ayam dengan bobot 0,9 kg dan 93,75 persen untuk penjualan ayam dengan bobot 1 kg.

Saran

Saran penulis untuk kelompok peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis adalah peternak dapat memperbesar skala pemeliharaan Ayam Sentul dan mengoptimalkan bobot ayam sesuai dengan bobot standar pasar, melakukan evaluasi atas pemberian pakan sehingga tidak menghasilkan ayam dengan bobot kecil (< 0,9 kg) sehingga peternak dapat memperoleh keuntungan lebih besar. Sedangkan untuk pelaku pemasaran Ayam Sentul (Barokah Abadi Farm) disarankan untuk menggunakan saluran pemasaran tiga, memperbesar skala pemasaran ayam disekitar Ciamis dan membedakan harga beli ayam yang kecil (tidak standar) agar Barokah dapat memperoleh keuntungan yang wajar (bukan menjadi rugi).

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A. K. 1972. Tataniaga Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kotler, P dan Gary Armstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi ke 12. Penerbit:

Erlangga. Jakarta.

______. 1995. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid kesatu. Edisi kedua belas. Alih Bahasa: Bob Sabran. Penerbit: Erlangga. Jakarta.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 2011. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

(Tersedia :http://peternakan.litbang.pertanian.go.id. Diakses: tanggal 28 Mei 2015 pukul : 06.34 WIB).

Rasyaf, M. 1995. Memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.

________. 1994. Manajemen Peternakan Ayam Kampung. Kanisius. Yogyakarta.

Stasistik Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2013. Perkembangan Produksi Daging Ayam Kampung di Jawa Barat. Bandung. (Tersedia : http://disnak. jabarprov.go.id. Diakses:

tanggal 28 Mei 2015 pukul : 06.34 WIB).

Referensi

Dokumen terkait

Dari. 'Gambar 8 terlihat nilai impedansi berubah dengan penambahan arang tetapi perubahannya tidak terlalu berarti karena perubahannya kecil sekali Penambahan arang

Kartini Teh Nasional (CV. Freshbrew Mels Beverages dan PT. Kartini Teh Nasional adalah dua perusahaan dengan pemilik yang sama namun berbeda manajemen). Produk Mary Teh yang

Sedangkan perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mengetahui perbedaan perkembangan antara kecerdasan interpersonal anak yang belajar

Hal ini juga menunjukkan pergeseran bersih bernilai positif sehingga sektor tersebut tergolong ke dalam sektor progresif (maju).Sektor yang berada pada kuadran I

Perubahan dimensi temu putih selama proses pengeringan meliputi panjang, lebar dan tebal untuk bentuk persegi beruhungan dengan waktupengeringan dan kadar air basis

Bahwa awalnya saksi SUSAN TJIEN bercerita kepada anaknya yaitu saksi LIANAWATI LIONG bahwa terdakwa suka merongrong meminta uang kepada saksi SUSAN TJIEN sehingga

 Bangunan gedung fungsi hunian meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret,rumah susun, dan rumah tinggal sementara.  Bangunan gedung fungsi

Setiap bangsa di dunia senantiasa memiliki suatu cita- cita serta pandangan hidup yang merupakan suatu basis nilai dalam setiap pemecahan masalah yang dihadapi oleh bangsa