GAMBARAN STRES DAN STRATEGI KOPING IBU BEKERJA YANG MEMILIKI ANAK DIASUH ASISTEN RUMAH TANGGA
Rachel Satyawati Yusuf
1, Novy Helena Catharina Daulima
21.
Program Studi Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia2.
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail : rachelsatyawati@gmail.comAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran stres dan strategi koping pada ibu bekerja yang memiliki anak diasuh oleh asisten rumah tangga. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana.
Sampel yang diteliti adalah ibu bekerja yang mempunyai anak diasuh asisten rumah tangga di Kelurahan Pondok Cina. Jumlah sampel yang diteliti adalah 88 ibu dan dipilih dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak diasuh asisten rumah tangga berada pada tingkat stres sedang. Dari hasil penelitian sumber stres menunjukkan, bahwa sumber stres tekanan internal lebih besar dibandingkan sumber stres tekanan eksternal. Untuk hasil strategi koping, problem focused coping lebih banyak digunakan dibandingkan dengan emotion focused coping.
Kata kunci : stres, strategi koping, ibu bekerja
Abstract
The aim of the study was to look at the picture of stress and coping strategies on working mothers who have children cared for by household assistant. The study design used is simple descriptive. The samples studied were working mothers who have children taken care of by an assistant housekeeping in the Kelurahan Pondok Cina. The number of samples studied were 88 mothers and selected by purposive sampling technique . Results showed that mothers of children cared for household assistants are at moderate stress levels. From the results of the study indicate a source of stress, sources of stress that the internal pressure is greater than external pressure source of stress. For the coping strategies, problem focused coping is more widely used than emotion focused coping.
Keywords: stress, coping strategies, working mother
Pendahuluan
Bekerja merupakan suatu aktivitas yang menjadi sarana bagi manusia untuk menciptakan eksistensi dirinya menjadi lebih berarti. Pada era modern ini, jumlah perempuan yang berada dalam dunia kerja baik yang bekerja secara aktif maupun yang masih mencari pekerjaan semakin banyak. Di negara maju dan negara industri seperti Inggris dan Amerika Serikat (AS) 2/3 dari jumlah ibu adalah pekerja. Menurut data statistik Office for National Statistics (ONS, 2011), di Inggris terdapat 71 % wanita yang merupakan pekerja
dan merupakan wanita yang sudah menikah dan sudah memiliki anak.
Peningkatan jumlah perempuan yang bekerja di
luar rumah tidak hanya terjadi di luar negeri
seperti Inggris dan Amerika Serikat. Peningkatan
ibu yang bekerja di luar rumah juga terjadi di
Indonesia. Peningkatan angka perempuan yang
bekerja di Indonesia dapat dilihat dari data
Badan Pusat Statistik. Prosentase tertinggi
pekerja perempuan di daerah perkotaan yang
bekerja sebagai buruh atau pegawai yaitu
sebesar 52.98 %, lebih tinggi dibanding
prosentase pekerja laki-laki pada jenispekerjaan
yang sama yaitu 50.14 % (BPS, 2010).
Penduduk Jakarta yang berumur 15 tahun keatas dan berdasarkan kegiatan serta jenis kelamin, mengalami peningkatan jumlah prosentase perempuan yang bekerja dari 37.03
% tahun 2005 menjadi 44.86 % tahun 2010;
sedangkan prosentase perempuan yang tinggal dan mengurus rumah tangga menurun yaitu dari 43.32 % tahun 2005 menjadi 38.77 % tahun 2010 (Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi DKI Jakarta, 2011).
Ibu yang tinggal di kota besar lebih banyak memilih bekerja karena faktor kepribadian dan untuk menunjukkan eksistensi dirinya melalui karir profesional. Tren meningkatnya jumlah ibu bekerja saat ini menimbulkan resiko baru terutama dalam hal pengasuhan anak. Ibu yang bekerja akan menghadapi dilema dalam hal pengasuhan anak, dimana ibu akan memilih menggunakan jasa babby sitter dengan biaya yang cukup mahal atau ibu akan memilih memberikan pengasuhan anak kepada asisten rumah tangga meskipun sangat berisiko bagi tumbuh kembang dan keamanan anak.
Pengasuhan anak oleh asisten rumah tangga selama ibu bekerja dapat mengakibatkan ibu mengalami stres. Organisasi Wahdah Islamiyah mengungkapkan bahwa sumber stres pada ibu bekerja yang mempunyai anak diasuh oleh asisten rumah tangga yaitu: (1) ibu merasa sangat dituntut untuk memberikan perhatian kepada anaknya sepulang bekerja meskipun ibu dalam kondisi yang sangat lelah; (2) masalah pengasuhan terhadap anak, biasanya dialami oleh para ibu yang memiliki anak kecil/balita/batita (semakin kecil usia anak, maka semakin besar tingkat stres yang dirasakan oleh ibu); (3) rasa bersalah karena meninggalkan anak untuk seharian bekerja apalagi jika asisten rumah tangga yang mengasuh tidak dapat diandalkan/dipercaya, sementara tidak ada famili yang mengasuh anak (Handayani, 2008).
Ibu yang bekerja diluar rumah membutuhkan koping yang tepat ketika mengalami stres saat memberikan pengasuhan anaknya kepada asisten rumah tangga dan menyesuaikan diri terhadap keputusannya untuk tetap menjadi wanita karir setelah memiliki anak (Rini, 2002).
Koping yang dapat dilakukan ketika ibu merasa stres adalah dengan berfokus pada masalah atau dengan menggunakan emosi. Penggunaan koping secara tepat dan benar akan dapat
menyelesaikan masalah yang dialami dan dihadapi.
Fenomena terkait stres yang muncul pada ibu bekerja yang memiliki anak diasuh asisten rumah tangga ini, sangat menarik untuk diteliti.
Oleh karena itu, peneliti tertarik mengidentifikasi stres (sumber stres dan tingkat stres) ibu serta strategi koping yang digunakan oleh ibu bekerja yang mempunyai anak diasuh oleh asisten rumah tangga untuk mengatasi stres yang dialami.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif sederhana yang bertujuan untuk mengetahui gambaran stres dan strategi koping pada ibu bekerja yang memiliki anak diasuh oleh asisten rumah tangga. Populasi penelitian ini adalah ibu bekerja yang memiliki anak diasuh asisten rumah tangga di Kelurahan Pondok Cina.
Sampel penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling. Kriteria inklusi yang dimiliki sampel dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang berusia 25-50 tahun, anak yang diasuh asisten rumah tangga berada dalam rentang 6 bulan-12 tahun, dan bersedia untuk menjadi responden.
Instrumen penelitian berisikan 20 pernyataan terkait stres dan 10 pernyataan terkait strategi koping yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan menggunakan “Skala Likert”. Hasil uji validitas kuesioener stres dari 30 responden diketahui nilai r > 0,346 dan uji reliabilitas memiliki nilai cronbach alpha yaitu 0, 925. Hasil uji validitas kuesioner strategi koping dari 30 responden diketahui nilai r > 0,361 dan uji reliabilitas memiliki nilai cronbach alpha yaitu 0, 822.
Penelitian ini melibatkan 88 ibu bekerja yang memiliki anak diasuh asisten rumah tangga dan dilakukan di Kelurahan Pondok Cina secara door to door. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pondok Cina karena di kelurahan ini memiliki cukup banyak komunitas ibu bekerja yang memiliki anak diasuh asisten rumah tangga.
Oleh karena itu, peneliti tertarik mengambil
responden di Kelurahan Pondok Cina untuk
melihat gambaran stres dan strategi koping
pada ibu bekerja yang memiliki anak diasuh
asisten rumah tangga.
Hasil
Tabel 1. Karakteristik Usia Ibu Bekerja Yang Memiliki Anak Diasuh Asisten Rumah Tangga di Kelurahan Pondok Cina (n=88)
Variabel Mean Median Modus Sd Minimal Maksimal
Usia Ibu 34,28 34,00 34 6,229 25 50
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata ibu bekerja yang memiliki anak diasuh oleh asisten rumah tangga berdasarkan kelompok usia adalah 34,28 dan di dominasi oleh ibu yang berusia 34 tahun
Tabel 2. Karakteristik Pekerjaan Ibu dan Usia Anak Yang Diasuh Asisten Rumah Tangga di Kelurahan Pondok Cina (n=88)
Variabel Frekuensi (n) Persentase (%) Pekerjaan Ibu
Pegawai 65 73,9 %
Non-pegawai 23 26,1 %
Usia Anak Yang Diasuh Oleh Asisten Rumah
Tangga
Bayi 26 29,5 %
Toodler 21 23,9 %
Pra Sekolah 15 17,0 %
Sekolah 26 29,5 %
Tabel 2 menunjukkan bahwa subjek penelitian didominasi oleh ibu yang bekerja sebagai pegawai yaitu sebanyak 65 orang (73,9%) dan sisanya adalah ibu yang bekerja sebagai non-pegawai berjumlah 23 orang (26,1 %). Berdasarkan distribusi usia anak yang diasuh oleh asisten rumah tangga, terdapat usia anak bayi dan sekolah yang paling banyak diasuh asisten rumah tangga.
Tabel 3. Tingkat Stres Yang Dirasakan Ibu Berdasarkan Pekerjaan Ibu (n=88)
Pekerjaan
Responden Tingkat Stres Responden Total Ringan
n (%) Sedang
n (%) Tinggi n (%)
Pegawai 29
(33,0 %) 36
(40,9%) 0
(0,0%) 65 (73,9%) Non pegawai 10
(11,4 %) 12
(13,6 %) 1
(1,1 %) 23 (26,1 %)
Total 39
(44,3 %) 48
( 54,5 %) 1
(1,1 %) 88 (100,0 %)
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden paling banyak merasakan stres dalam tingkat sedang.
Responden yang bekerja sebagai pegawai lebih banyak mengalami stres tingkat sedang dibandingkan dengan responden yang bekerja sebagai non pegawai.
Tabel 4. Tingkat Stres Yang Dirasakan Ibu Berdasarkan Usia Anak Yang Di Asuh Asisten Rumah Tangga (n=88)
Usia Anak Tingkat Stres Responden Total Ringan
n (%) Sedang
n (%) Tinggi n (%)
Bayi 11
(12,5 %)
14 (15,9%)
1 (1,1%)
26 (29,5%) Toodler
Prasekolah Sekolah
12 (13,6 %)
7 (8,0 %)
9 (10,2 %)
9 (10,2 %)
8 (9,1 %)
17 (19,3 %)
0 (0 %)
0 (0 %)
0 (0 %)
21 (23,9 %)
15 (17,0 %)
26 (29,5 %)
Total 39
(44,3 %)
48 ( 54,5 %)
1 (1,1 %)
88 (100,0 %)
Tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki anak dengan usia bayi dan sekolah lebih banyak merasakan tingkat stres sedang.
Tabel 5. Sumber Stres Tekanan Internal Yang Dirasakan Ibu Berdasarkan Pekerjaan Ibu (n=88)
Pekerjaan
Ibu Sumber Stres Tekanan Internal Total Sedikit
n (%) Cukup
n (%) Banyak n (%)
Pegawai 29
(33,0 %) 36
(40,9%) 0
(0,0%) 65
(73,9%) Non pegawai 9
(10, 2%) 12
(13,6 %) 2
(2,3 %) 23 (26,1 %)
Total 38
(43, 2%)
48 ( 54,5 %)
2 (2,3 %)
88 (100,0 %)
Tabel 5 menunjukkan bahwa ibu yang bekerja
sebagai pegawai dan non pegawai cukup banyak
merasakan sumber stres dari tekanan internal.
Tabel 6. Sumber Stres Tekanan Internal Yang Dirasakan Ibu Berdasarkan Usia Anak Yang Diasuh Asisten Rumah Tangga (n=88)
Usia Anak Sumber Stres Tekanan Internal Total Sedikit
n (%) Cukup
n (%) Banyak n (%)
Bayi 9 (10,2 %) 15 (17,0%) 2 (2,3 %) 26 (29,5%) Toodler
Pra Sekolah Sekolah
14 (15,9 %) 8 (9,1 %) 7 (8,0 %)
7 (8,0 %) 7 (8,0 %) 19 (21,6 %)
0 (0,0 %) 0 (0,0 %) 0 (0,0 %)
21 (23,9 %) 15 (17,0 %) 26 (29,5 %) Total 38 (43, 2%) 48( 54,5%) 2 (2,3 %) 88 (100,0%)
Tabel 6 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak berusia bayi dan sekolah lebih banyak merasakan sumber stres tekanan internal dalam rentang cukup.
Tabel 7. Sumber Stres Tekanan Eksternal Yang Dirasakan Ibu Berdasarkan Pekerjaan Ibu (n=88)
Pekerjaan
Ibu Sumber Stres Tekanan Eksternal Total Sedikit
n (%)
Cukup n (%)
Banyak n (%)
Pegawai 29
(33,0%)
32 (36,4%)
4 (4,5 %)
65 (73,9%) Non
pegawai
14 (15, 9%)
7 (8,0 %)
2 (2,3 %)
23 (26,1 %)
Total 43
(48,9%)
39 ( 44,3 %)
6 (6,8 %)
88 (100,0 %)
Tabel 7 menunjukkan bahwa ibu yang bekerja sebagai pegawai lebih banyak merasakan sumber stres tekanan eksternal dalam rentang cukup.
Sedangkan ibu yang bekerja sebagai non pegawai lebih banyak merasakan sumber stres tekanan eksternal dalam rentang sedikit.
Tabel 8. Sumber Stres Tekanan Eksternal Yang Dirasakan Ibu Berdasarkan Usia Anak Yang Diasuh Asisten Rumah Tangga (n=88)
Usia Anak
Sumber Stres Tekanan Eksternal Total Sedikit
n (%)
Cukup n (%)
Banyak n (%)
Bayi 15 (17,0%) 9 (10,2 %) 2 (2,3 %) 26 (29,5%) Toodler
Pra Sekolah Sekolah
9 (10,2 %) 5 (5,7 %) 14 (15,9 %)
10 (11,4 %) 9 (10,2%) 11 (12,5 %)
2 (2,3 %) 1 (1,1 %) 1(1,1 %)
21 (23,9%) 15 (17,0 %) 26 (29,5 %) Total 43 (48,9%) 39 (44,3%) 6(6,8 %) 88 (100,0%)
Tabel 8 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak usia bayi, toodler, pra sekolah, dan sekolah lebih banyak merasakan sumber stres tekanan eksternal dalam rentang sedikit.
Dilihat dari nilai skor total masing-masing pernyataan sumber stres, sumber stres tekanan internal lebih besar dirasakan oleh ibu dibandingkan dengan sumber stres tekanan eksternal. Skor total tekanan internal adalah 2225
sedangkan skor total tekanan eksternal adalah 1441.
Tabel 9. Strategi Koping Problem Focused Coping Berdasarkan Pekerjaan Ibu (n=88)
Pekerjaan
Ibu Strategi Koping
Problem Focused Coping Total Sedikit
n (%)
Cukup n (%)
Banyak n (%) Pegawai 4
(4,5 %) 40
(45,5%) 21
(23,9%) 65
(73,9%) Non
pegawai
2 (2,3 %)
17 (19,3 %)
4 (4,5 %)
23 (26,1 %)
Total 6
(6,8%)
57 ( 64,8%)
25 (28,4 %)
88 (100,0 %)
Tabel 9 menunjukkan bahwa ibu yang bekerja sebagai pegawai dan non pegawai cukup banyak yang menggunakan problem focused coping.
Tabel 10. Strategi Koping Problem Focused Coping Berdasarkan Usia Anak Yang Diasuh (n=88)
Usia
Anak Strategi Koping
Problem Focused Coping Total Sedikit
n (%) Cukup
n (%) Banyak n (%)
Bayi 1 (1,1 %) 15 (17,0%) 10 (11,4 %) 26 (29,5%) Toodler
Pra Sekolah Sekolah
4 (4,5 %) 0 (0,0%) 1 (1,1 %)
12 (13,6 %) 11 (12,5 %) 19 (21,6 %)
5 (5,7 %) 4 (4,5 %) 6 (6,8 %)
21 (23,9%) 15 (17,0 %) 26 (29,5 %) Total 6 (6,8 %) 57 (64,8 %) 25 (28,4 %) 88 (100,0%)
Tabel 10 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak berusia bayi, toodler, pra sekolah, dan sekolah cukup banyak yang menggunakan strategi koping problem focused coping.
Tabel 11. Strategi Koping Emotion Focused Coping Berdasarkan Pekerjaan Ibu (n=88)
Pekerjaan Ibu
Strategi Koping Emotion Focused Coping
Total Sedikit
n (%)
Cukup n (%)
Banyak n (%)
Pegawai 10 (11,4%) 46 (52,3%) 9 (10,2 %) 65 (73,9%) Non pegawai 7 (8,0 %) 14 (15,9 %) 2 (2,3 %) 23 (26,1%) Total 17 (19,3%) 60( 68,2%) 11 (12,5 %) 88 (100,0%)
Tabel 11 menunjukkan bahwa ibu yang bekerja sebagai pegawai dan non pegawai cukup banyak yang menggunakan emotion focused coping.
Tabel 12. Strategi Koping Emotion Focused Coping Berdasarkan Usia Anak Yang Diasuh (n=88)
Usia Anak Strategi Koping
Emotion Focused Coping Total Sedikit
n (%)
Cukup n (%)
Banyak n (%)
Bayi 6 (6,8 %) 17 (19,3%) 3 (3,4 %) 26 (29,5%) Toodler
Pra Sekolah Sekolah
6 (6,8 %) 1 (1,1 %) 4 (4,5 %)
14 (15,9 %) 12 (13,6 %) 17 (19,3 %)
1(1,1 %) 2 (2,3 %) 5 (5,7 %)
21 (23,9 %) 15 (17,0 %) 26 (29,5 %) Total 17 (19,3 %) 60 (68,2 %) 11 (12,5 %) 88 (100,0%)