• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V PENUTUP

Penelitian “Pertarungan Tanda dalam Desain Kemasan Usaha Kecil dan Menengah”

ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Praktik dan Modal

Usaha Kecil Menengah (UKM) sebagai aktor dalam produksi kemasan tidak dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh UKM maka mereka memiliki kekuatan yang besar atas penguasaan terhadap praktik.

Ada 4 (empat) bentuk modal dalam arena produksi kultural yakni : modal ekonomi, modal sosial, modal simbolis dan modal kultural .

a. Praktik dan Modal Ekonomi

Praktik ekonomi dalam proses produksi kemasan yang dilakukan oleh UKM tidak hanya bisa dilihat sebagai sebuah wujud penghasil pendapatan semata bagi UKM itu sendiri sebagai sebuah praktik ekonomi. Dalam praktik ekonomi ini bisa dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok UKM yakni kelompok pertama yang membidik konsumen kelas bawah. Kelompok kedua dengan konsumen kelas menengahnya memiliki perencanaan produksi secara baik dengan target pasar dikelas ekonomi menengah. Kelompok ketiga menyasar kelompok konsumen kelas atas. kelompok UKM yang memiliki proses produksi secara sangat baik, memikirkan kualitas isi, hingga nilai kemasan yang sangat baik pula.

(2)

b. Praktik dan Modal Sosial

Penerapan hubungan-hubungan dan jaringan hubungan yang merupakan sumber daya yang berguna dalam penentuan dan reproduksi kedudukan sosial.

Hasil penelitian ini menunjukkan praktik dan modal sosial dibedakan atas : Kelompok pertama (kelas bawah), dalam praktik dan modal sosial kelompok ini pada umumnya bersifat tradisional yang memiliki budaya kerjasama yang baik namun pada tingkatan kepercayaan terhadap produk masih sangat kurang.

Kelompok kedua, tertuju pada konsumen kelas menengah ini memiliki kerjasama secara sosial sudah baik sehingga kepercayaan yang diperoleh juga baik. Kelompok ketiga, menyasar pada kelas atas ini memiliki jejaring (networking) dengan kelas yang sama maupun kelas dibawahnya sudah sangat baik bertujuan menguasai dan menciptakan ketergantungan terhadap kelas ini.

c. Praktik dan Modal Budaya

Modal ini membentuk kekayaan simbolik yang mengacu pada pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh lalu menjadi disposisi. Modal budaya dalam praktik yang dilakukan UKM bisa dipraktikkan oleh semua kelas.

Membedakan dari modal budaya adalah praktik dalam produksi kemasan.

Kelompok yang tradisional (kelas bawah) tidak memiliki kemampuan dan pemahaman memproduksi kemasan secara baik, hal ini berpengaruh pada pemilihan material, proses produksi, hingga visualisasi kemasan. Sedangkan modal budaya yang dimiliki kelompok kedua justru lebih fleksibel, kelompok ini mampu mentransformasi kemampuan dirinya dalam memproduksi kemasan sudah

(3)

dipengaruhi oleh kelompok kelas atas namun masih bersifat meniru atau dengan istilah atm (amati, tiru, modifikasi). Tanpa disadari, kelompok ini memiliki pola kerja sangat fleksibel. Kelompok ketiga dalam modal budaya memang sangat menguasai melalui kemampuan yang sudah terintegrasi terutama melalui proses pembuatan kemasan, membidik segmentasi pasar kelas menengah dan atas.

d. Praktik dan Modal Simbolik

Modal simbolik tidak lepas dari kekuasaan simbolik, yaitu kekuasaan yang memungkinkan untuk mendapatkan setara dengan apa yang diperoleh melalui kekuasaan fisik dan ekonomi. Modal simbolik yang dimiliki oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat kental dipraktikkan terutama dalam upaya melahirkan kepemilikan atau peningkatan modal ekonomi. UKM skala menengah misalnya, selain kepemilikan atas toko oleh-oleh sendiri, mereka berusaha membesarkan nama serta merk sendiri agar mudah dikenal khususnya konsumen yang melewati di depan toko oleh-oleh tersebut. Sedangkan yang dilakukan UKM kelas atas seperti PBG Malang melalui kepemilikan toko sendiri yang penataannya lebih baik serta menempati kawasan yang mahal atau elite. Sehingga bagi konsumen yang datang mengunjung showroom UKM ini akan merasakan ketertarikan, mudah mengingat produk, serta merasa bukan berada dalam area usaha yang dimiliki UKM. Penerapan sistem pembayaran yang lebih modern juga dilakukan oleh UKM ini misalnya melalui pembayaran kartu kredit atau debit, produk yang dibranding dengan merk sendiri juga menjadi andalan.

(4)

5.1.2. Struktur Modal Yang Terbentuk

Sebagai bagian dari praktik yang tidak terlepas dari struktur, maka secara tidak langsung akan membentuk struktur dari sistem praktik dan modal yang dilakukan oleh UKM. Strategi yang diterapkan para pelaku sangat tergantung pada besarnya modal yang dimiliki dan juga struktur modal dalam posisinya di lingkup sosial. Pelaku yang berada dalam posisi dominan cenderung memilih strategi mempertahankan. Pelaku demi keuntungan perjuangan berusaha mengubah aturan main, bisa dengan mendiskriditkan bentuk-bentuk modal yang menjadi tumpuan kekuatan lawan atau subversi, strategi ini terutama dipakai oleh mereka yang di dominasi. Sudah umum dipahami bahwa, tidak ada individu yang tidak ingin berada pada posisi dan kelas atas dalam masyarakat. Meski begitu, kenyataan yang terjadi bahwa piramida kelas yang ada di masyarakat tersusun dalam posisi segitiga, di mana semakin ke atas hanya akan tersedia sedikit orang atau komunitas saja dan menyisakan jumlah yang paling banyak dikelas paling bawah.

5.1.3. Kemasan Sebagai Arena Perjuangan

Sebagai produk yang diperdagangkan di pasar, kemasan adalah bagian dari komodifikasi atas produk. Bentuk-bentuk komodifikasi yang muncul dalam kemasan makanan terlihat secara wujud visual dan perubahan material. Hal ini dilakukan untuk membentuk identitas atas UKM serta produk yang diproduksinya. Yang dilakukan oleh UKM memperlihatkan bagiamana konstruksi identitas UKM tidak hanya dibentuk oleh persaingan usaha namun juga berupaya

(5)

memproduksi identitas melalui cara-cara negosiasi dalam upaya memenangkan persaingan. Seperti halnya identitas berkaitan dengan aturan-aturan (regulasi) dan selera, yang semua dilakukan untuk memenangkan pertarungan dalam arena konstelasi yakni pasar.

Arena adalah tempat persaingan dan perjuangan dimana pelaku harus menguasai kode dan aturan permainan. Dalam praktik kemasan, para produsen sebagai pelaku menciptakan strategi-strategi demi memenangkan perjuangan.

Startegi dalam arena perjuangan yakni : Strategi ekonomi, strategi ini menggerakkan semua arena dalam praktik kemasan yang dilakukan oleh UKM, sehingga struktur arena yang terbentuk menciptkan barang bernilai komoditi lalu menguasai pasar. Strategi-strategi ekonomi baru-pun terbentuk dari aktivitas ini seperti : pameran, festival, pasar raya, expo, dan segala bentuk istilah baru dimunculkan. Arena-arena baru dengan serta merta diikuti dan diramaikan oleh UKM.

Strategi sosial sebagai bentuk perjuangan merupakan arena bagi perjuangan sumber daya. Dalam praktik sosial di lapangan, faktor kerjasama (networking), ide mengakulasi atas kegiatan tertentu sehingga menguatkan posisi UKM hingga modifikasi atas bentuk kerjasama menjadi potensi baru yang bisa di lihat dalam arena perjuangan sosial. Semua bentuk jejaring hubungan dan koneksi yang dilakukan adalah sumber daya bagi UKM untuk menentukan kedudukan sosial. Diantaranya adalah kerjasama dengan Pemerintah dan jejaring media sosial. Strategi ketiga yakni strategi budaya, melalui strategi budaya yang terjadi pada dasarnya berhubungan dengan stretegi perjuangan yang lain. Misalnya

(6)

mealui peningkatan kemampuan dalam kegiatan pelatihan maupun membuat pelatihan menjadi hal baru agar mendapat pengakuan sosial. UKM yang menjadi peserta pelatihan dipandang sebagai UKM yang memiliki kemampuan lebih rendah dibanding dengan UKM yang menjadi trainer. Strategi pelatihan sangat jelas terlihat yang kuasa dan yang dikuasai, namun mereka sama-sama menikmati peran yang saling menguntungkan dan diuntungkan ini. Pola ini juga dimanfaatkan oleh Pemerintah sebagai pemilik otoritas kekuasaan sosial lain, dimana apparatus negara memiliki posisi legalitas formal bahwa pelatihan kemasan yang diselenggarakan dan digagas oleh negara adalah pelatihan yang benar dan sesuai prosedur. Strategi perjuangan budaya melalui bentuk pelatihan merupakan media dalam mengkonstruksi pengetahuan dan ideologi baru bagi masyarakat, dimana keberhasilan dalam mengkosntruksi wacana ini juga melibatkan agen yang terus memasukkan instrumen pengetahuan-pengetahuan baru yang dianggap memiliki nilai kebaruan, canggih, dan modern.

Keempat adalah strategi bersifat simbolik, sebagai sebuah bentuk pengakuan sosial diperoleh UKM dengan strategi-strategi yang terus dikembangkan melalui penyesuaian baik sosial, kultural, maupun ekonomi.

Strategi simbolik yang diperdagangkan dari alamiah menjadi visual virtual, dimana strategi branding yang dilakukan UKM benar-benar startegi bermodal simbolik. Permainan tanda dalam proses produksi kemasan menjadi sebuah pertarungan yang lebih modern, canggih, penuh pertarungan makna dan bebas interpretasi. Arena simbolik yang dipertarungkan menjadi medan virtual dengan praktek-praketek simbolik. Maka virtualitas visual menjadi area kuasa simbolik

(7)

ketika dinikmati oleh konsumen, visual menjadi area publik yang menggeser arena alamiah dan bersifat tradisional. Dunia virtual menjadi arena perjuangan simbol baru agar UKM memperoleh kuasa atas UKM yang lain. Strategi-strategi baru juga dibuat agar memenangkan arena pertarungan virtual semakin kuat yakni membuat wacana yang diintegrasikan ke dalam sistem pengetahuan yang diperoleh UKM dalam website. Melalui kekuatatan wacana yang dikonstruksi dalam website menumbuhkan beberapa makna perjuangan melalu pasar virtual, diantaranya : pertama, melalui perjuangan virtual menjadi lebih berkembang dengan simbol-simbol yang terus diproduksi, sehingga aktor yang terlibat di dalamnya tanpa henti dan batas membuat hal-hal baru guna mendapat perhatian dan pengakuan sosial. Kedua, melalui website akan lebih mudah dan efektif dalam menyampaikan pesan termasuk upaya pembentukan opini dan wacana.

Ketiga, mengubah segmentasi dan gaya hidup serta mudah dalam memperoleh

pengikut. Aktor dalam arena ini menempati posisi sosial yang ditentukan oleh besarnya pola dan struktur yang mereka buat dalam memenangkan arena simbolik.

Kemasan adalah arena pertarungan melalui simbol-simbol visual yang mampu mengkonstruksi identitas, sehingga upaya memodifikasi kemasan dalam proses produksi adalah strategi negosiasi maupun strategi bertahan (survive) pelakunya dalam memenangkan arena. Strategi baru yang terbentuk dalam perkembangan aspek visual dan perkembangan dunia Informasi Teknologi (IT) adalah arena virtual. Melalui pola strategi virtual ini justru menempatkan UKM sebagai sebuah kekuatan baru yang tidak dimiliki oleh pabrikasi: pertama,

(8)

struktur berubah yakni dari struktur yang bersifat alamiah dan fisikal menjadi struktur yang lebih bersifat imajiner-virtual, yakni melalui proses jual beli langsung berubah menjadi online tanpa harus bertemu langsung. Kedua, cara kerja produsen juga berubah. Perubahan struktur startegi virtual menuntut UKM menyesuaikan cara kerja virtual. Yakni pola-pola produksi yang bersifat instan, berubah dengan cepat, dan bersifat temporer. Ketiga, perkembangan dunia virtual membentuk struktur jejaring baru yakni virtual networking. Jejaring melalui virtual menjadi kekuatan baru yang sangat memungkinkan diraih, dikuasai, dan

direbut oleh UKM dibandingkan dengan pabrikasi. Khususnya melalui media sosial media, UKM bisa mendapatkan keuntungan tidak hanya secara ekonomi namun juga perluasan modal lainya khususnya pengembangan dari modal dan arena sosial.

5.1.4. Produksi Tanda dalam Kemasan

Desain kemasan merupakan wujud yang bersifat individual tetapi juga bisa dinilai sebagai wilayah publik, maka disana akan ditemui tanda-tanda yang merupakan ekspresi bagi pelaku maupun penerima tanda yang bermuatan pesan dan bermakna untuk dikomunikasikan. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam memproduksi kemasan tidak hanya menghasilkan kemasan sekedar pembungkus makanan semata, tetapi juga telah memikirkan beberapa hal diantaranya material, dimensi, bentuk, visual, berat, teknologi, dan lain sebagainya. Sehingga kesadaran memproduksi kemasan menjadi lebih bagus selalu menjadi tuntutan sebagai

(9)

upaya memperebutkan konsumen ketika kemasan berada di pasar saat diperjual- belikan.

Beberapa hal yang dilakukan dalam proses produksi kemasan itu diantaranya: pertama, mencontoh secara langsung (menduplikasi) contoh kemasan yang sudah ada. Kedua, mencontoh dari sumber tidak langsung, ketiga, melalui proses modifikasi dan keempat, melalui proses kontradiktif atau UKM melakukan perubahan besar terhadap produksi kemasan yang hasilnya adalah bentuk-bentuk baru khas UKM. Tentu saja hal ini tidak terlepas dengan peran aktor di dalamnya, dimana dalam proses produksi aktor inilah yang berperan dalam proses produksi kemasan dan produksi tanda di dalamnya. Proses produksi yang dilakukan oleh UKM menghasilkan kemasan dan tanda dalam kemasan yang mengikutinya. Hasil dari proses memproduksi tanda (sign production) yang dilakukan oleh UKM melalui cara-cara produksi tanda (sign production process) serta pelaku pembuat tanda (sign resources) bisa dibedakan berdasar atas : a.

Visualisasi, yakni meliputi image, teks, warna. b. Material, yakni jenis bahan yang digunakan. c. Dimensi, yakni berdasar atas ukuran kemasan, dan d. Bentuk, yaitu berdasar struktur fisik dan bentuk termasuk di dalamnya layout.

Objek desain yang diangkat dalam penelitian ini juga bisa dimaknai dengan dideskripsikan makna semiotika berkaitan dengan produk (desain produk). Dimana produk dimaknai sebuah sistem tanda (signification system) yang tidak hanya sebuah sistem komunikasi tetapi juga sebuah pemaknaan (meaning). Unsur struktural, efek, dan dampak fungsional, serta penampakan dan gestalt objek, semuanya berkaitan dengan proses. Pada prinsipnya, keseluruhan

(10)

bidang desain industri, serta kaitan struktural dan fungsional, juga hubungannya bisa dijadikan subjek penyelidikan semiotika. Selain itu, kemasan adalah bagian dari fenomena makna yang bersifat kultural seperti halnya bahasa dan objek yang langsung dipersepsikan oleh panca indera. Prinsip perbedaan menjadi hal utama dalam sistem ini, sehingga terus selalu diproduksi hal-hal baru agar perbedaan terjadi dan dipertukarkan serta dikonsumsi secara terus menerus. Desain kemasan bukan sekedar untuk memberikan identitas produk, tetapi juga sebagai medium untuk membangun kepercayaan publik terhadap produk yang ditawarkan baik secara fungsional maupun emosional.

5.1.5. Tanda Sebagai Arena Perjuangan

Produk membawa makna dan pemikiran yang berkaitan dengan tradisi, agama, situasi politik dan sosial, seni, alam, iklim, dan seterusnya. Desain dibangun dari perspektif multi logika secara bersama-sama, yaitu logika ekonomi, logika sosial, logika budaya, logika teknologi, dan lain sebagainya. Produksi dan pertukaran nilai, tanda-tanda kemasan makanan UKM dimaknai sebagai bentuk praktik tatktik dan strategi guna memenangkan pasar. Tanda diciptakan dalam banyak wujud baik visual, material, bentuk dan dimensi sebagai upaya praktik perjuangan UKM guna membentuk struktur perjuangan yang dapat dibedakan atas : pertama, tanda produk sebagai upaya mempertahankan diri (survive).

Tataran ini praktik tanda yang diproduksi lebih bersifat statis, tidak berubah, tetap. Kedua, tanda produk sebagai upaya negosiasi. Praktik tanda memiliki sifat yang dinamis, mudah menyesuaikan perkembangan, Ketiga, tanda produk bersifat

(11)

perspektif atau praktik tanda yang memiliki sifat mudah berubah, perubahan dan perkembangannya cepat mengikuti trend.

Tanda tidak ubahnya adalah arena konstelasi dan produk sebagai hasil dari proses struktur perjuangan dan pertarungan tanda itu sendiri. Akibatnya, terbentuk kekuasaan dalam perjuangan dan pertarungan ini yakni : pertama, tanda bersifat dominan, Kedua, tanda yang dikendalikan dan Ketiga, tanda yang bersifat memimpin (leader) yakni tanda-tanda potensial yang selalu memberikan hal-hal baru, fresh, mudah mendapat perhatian dan ketertarikan, unik, meskipun tidak menguasai pasar namun mudah diingat karena selalu ada kebaruan yang ditawarkan. Tanda adalah bentuk baru arena perjuangan bagi UKM sehingga selalu dituntut perubahan. Pada praktik produksi tanda sangat dipengaruhi perubahan jaman dan pengetahuan pelaku pemproduksi tanda. Bahkan beberapa UKM telah berhasil merubah tanda yang bersifat alamiah menjadi tanda yang bersifat virtual karena tuntutan perkembangan jaman dan strategi bisnis.

(12)

5.2. Temuan Penelitian

1. Kemasan yang diproduksi oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) sarat dengan kreativitas kelokalan dan multi praktik mampu memertahankan posisinya dalam hegemoni pabrikasi melalui proses mempertahankan diri (survive), negosiasi, dan perspektif (penerapan strategi dan taktik baru). Kemasan adalah bentuk praktik produksi tanda sebagai strategi perjuangan UKM.

2. Praktik produksi tanda melalui material, bentuk, dimensi, dan visual mampu dijadikan sebagai strategi menempatkan produk dan memenangkan arena pertarungan tanda ketika produk UKM berada di pasar sekaligus hal yang perlu diperhitungkan oleh pabrikasi. Produksi tanda dibuat tidak hanya dipengaruhi arena namun juga menyesuaikan arena.

3. Praktik produksi tanda adalah praktik semiotika yang di dalamnya merupakan bentuk proses kreatif memperoleh meaning (pemaknaan) yang hendak disampaikan dan kemudian diwujudkan dalam tampilan kemasan produk (product appearance).

4. Perkembangan dunia Teknologi Informasi (TI) mampu meningkatkan kreativitas dalam memproduksi tanda-tanda baru yang bersifat virtual dalam upaya menguasai bentuk-bentuk pertarungan baru, sehingga trend ini mampu menjadi kekuatan baru bagi UKM guna mereposisi kuasa baru yang tidak diambil oleh pabrikasi. Dimana arena berubah ketika zaman berubah, arena alamiah berubah menjadi arena virtual yang bisa dimanfaatkan sebagai strategi baru oleh UKM.

5. Penggunaan metode interdisipliner melalui Etno-semiotika sesuai dengan karakter desain yang dibangun oleh dimensi empirik dan interpretative, deduksi-induksi,

(13)

objektif-subjektif (aspek estetik), sehingga mampu memberikan alternatif baru bagi penelitian kajian budaya media dengan objek desain maupun sebaliknya serta mampu membongkar dinamika diferensiasi pada level material (bentuk fisik) dan non material yakni relasi antara diferensiasi produk dengan diferensiasi sosial.

Referensi

Dokumen terkait

Jika di tinjau dari dimensi pembentukan variabel perubahan organisasi, diketahui bahwa faktor Sistem informasi di bidang tata ruang yang paling dominan 4.0, selanjutnya di

Sekä päiväkerhojen lasten että Röllin lasten vanhempien mielipiteistä kävi ilmi, että kasvatus koetaan tänä päivänä vapaammaksi, mutta kuitenkin suurin osa arvoista

(T/F) Jika perusahaan asuransi dihadapkan dengan konsumen yang memiliki probabilitas kecelakaan berbeda, maka akan menguntungkan mereka jika mereka dapat menemukan

Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Permata dkk yang berjudul Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah terhadap Tingkat Profitabilitas (Return

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang bermakna antara daya antioksidan dari ekstrak etanol daun katuk yang didapat dari hasil ekstraksi dengan pelarut

Berdasarkan uraian dari berbagai teori dan hasil-hasil penelitian yang mendukung penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara model

Kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pensertifikatan tanah, belum terpasangnya

Kesimpulan Untuk membuat aplikasi program pengenalan pola angka pada sistem operasi android dengan menggunakan template matching seperti program ini, keberhasilan pengenalan