• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7’50”- 7º1’11” Lintang Selatan dan 105º1’11” - 106º7’12” Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah 9.683,48 Km2. Secara wilayah pemerintahan Provinsi Banten terdiri dari 3 Kota, 4 Kabupaten, meliputi Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Cilegon dan Kota Serang, 154 Kecamatan, 262 Kelurahan, dan 1.241 Desa.

Provinsi Banten mempunyai batas wilayah:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat Sebelah Selatan : Samudra Hindia

Sebelah Barat : Selat Sunda

Wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut potensial, Selat Sunda merupakan salah satu jalur yang dapat dilalui kapal besar yang menghubungkan Australia, Selandia Baru, dengan kawasan Asia Tenggara misalnya Thailand, Malaysia dan Singapura. Disamping itu Banten merupakan jalur perlintasan atau penghubung dua pulau besar di Indonesia, yaitu Jawa dan Sumatera. Bila dikaitkan posisi geografis dan pemerintahan maka wilayah Banten terutama Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang merupakan wilayah penyangga bagi Ibukota Negara. Secara ekonomi wilayah Banten mempunyai banyak industri. Wilayah Provinsi Banten juga memiliki beberapa pelabuhan laut yang dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas dari pelabuhan laut di Jakarta dan sangat mungkin menjadi pelabuhan alternatif dari Singapura.

Kota Serang merupakan pusat pemerintahan Provinsi Banten. Kota Serang berada tepat di sebelah Utara Provinsi Banten. Sebelah selatan, barat, dan timur dikelilingi oleh Kabupaten Serang, dan sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa di. Kota Serang terdiri atas 6 kecamatan, yang dibagi atas sejumlah kelurahan dengan jumlah penduduk 501.562 jiwa. Dahulu Serang merupakan

(2)

bagian dari wilayah Kabupaten Serang, kemudian ditetapkan sebagai kotamadya pada tanggal 2 November 2007.

Kecamatan Kasemen merupakan salah satu bagian dari enam kecamatan yang ada di Kota Serang, secara geografis terletak di bagian utara Pulau Jawa.

Luas Kecamatan Kasemen mencapai 39 km² yang diperuntukkan bagi lahan pertanian, tambak dan pemukiman. Adapun wilayah administrasi Kecamatan Kasemen adalah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Serang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Keramatwatu, Kabupaten Serang (Kecamatan Kasemen,2008).

Secara administrasi pelabuhan perikanan pantai (PPP) Karangantu terletak di Desa Banten, Kecamatan Kasemen Kota Serang. Terletak pada posisi kordinat 06º 02’ LS - 106º 09’ BT. Batas wilayah Desa Banten dengan sekitarnya adalah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kasunyatan, sebelah timur berbatasan dengan Desa Padak Gundul dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Margasuluyu (Laporan PPPK, 2008).

4.2 Sejarah Pembangunan PPP Karangantu

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karangantu sebagai pusat kegiatan perikanan memiliki sejarah perkembangan yang sangat panjang. Berdasarkan catatan sejarah Banten (abad XVII), Karangantu adalah suatu desa pantai yang secara tradisional berkembang dari suatu kelompok pemukiman yang mendiami areal lahan di muara Kali Cibanten. Pemukiman nelayan Karangantu semakin berkembang menjadi pelabuhan nelayan yang cukup besar.

Perkembangan pembangunan PPP Karangantu melalui proses sebagai berikut (Hutajalu,1995) :

i. Abad XVI : Pada masa kejayaan Islam, pelabuhan Banten merupakan pelabuhan niaga dimana aktivitas perdagangan dengan mancanegara dilakukan di pelabuhan ini

ii. Abad XVII : Masa penjajahan Belanda, kerajaan Islam menentang penjajahan sehingga mengakibatkan aktivitas pelabuhan menurun dan terlantar

(3)

Kelompok Jabatan Fungsional

iii. Tahun 1968 : Korem Maulana Yusuf merehabilitasi pelabuhan Karangantu.

Aktivitas pelabuhan didominasi oleh kapal nelayan

iv. Tahun 1971 : Perhubungan laut menetapkan pos kesyahbandaran kelas V di Karangantu, dengan tugas pengawasan keselamatan pelayaran v. Tahun 1975 : Direktorat Jenderal Perikanan membangun pelabuhan perikanan

Karangantu

vi. Tahun 1986 : Gubernur kepala daerah tingkat I Jawa Barat menetapkan areal 2,5 ha untuk pelabuhan perikanan

vii. Tahun 1988 :Menteri Perhubungan menetapkan Pelabuhan Karangantu menjadi Pelabuhan Niaga kelas IV, melalui SK.No.KM.20/1988 viii. Tahun 1990 : Menteri Perhubungan melalui SK. No.KP.61/AL.003/PHB/90,

memberikan izin kepada Direktorat Jenderal Perikanan untuk pembangunan dan pengoperasian dermaga khusus di PPP Karangantu

ix. Tahun 1993 : Menteri perhubungan menetapkan pelabuhan Karangantu menjadi kelas V, melalui SK.No.KM.35 tahun 1993.

4.3 Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan adalah unit pelaksana teknis di bidang pelabuhan perikanan yang bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.16/MEN/2006. Didalam struktur organisasi tersebut Pelabuhan Perikanan Pantai dipimpin oleh seorang kepala pelabuhan yang membawahi petugas tata usaha dan kelompok jabatan fungsional. Struktur organisasi Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu sebagai

berikut :

Gambar 1. Struktur Organisasi Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu Kepala pelabuhan

Petugas Tata Usaha

(4)

4.4 Kondisi Perikanan Tangkap di PPP Karangantu

Kondisi perikanan tangkap di PPP karangantu dapat terlihat dari unit penangkapan ikan (armada penangkapan, alat tangkap dan nelayan), produksi perikanan dan musim serta daerah penangkapan ikannya.

a. Unit Penangkapan Ikan

Unit penangkapan Ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam melakukan operasi penangkapan ikan yang terdiri dari kapal, alat tangkap, nelayan. Kapal- kapal yang dominan berada di PPP Karangantu berukuran kurang dari 10 GT.

Kapal- kapal yang melakukan penangkapan terdiri dari perahu motor tempel (PMT), motor tempel (MT) dan kapal motor (KM). Pengelompokkan jenis kapal motor berdasarkan perbedaan gross tonnase (GT) dimana kapal – kapal motor pada umumnya menggunakan bahan bakar solar. Perkembangan jumlah kapal ikan yang melakukan aktifitas di PPP Karangantu terlihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3 Perkembangan Jumlah Kapal Ikan di PPP Karangantu pada Tahun 2004-2008

Tahun Jumlah Kapal (GT)

Perahu MT KM (GT)

< 10 10-30 30 - 60 > 100

2004 25 510 120 35 0 0

2005 0 264 146 18 2 0

2006 0 256 154 15 1 0

2007 0 153 106 15 1 0

2008 0 153 116 15 1 0

Sumber : Laporan Tahunan Statistik PPP Karangantu,2007

Perkembangan jumlah kapal ikan di PPP Karangantu pada tahun 2006-2007 mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2004-2006. Apabila pada tahun 2006, jumlah motor tempel sebesar 256 unit, maka pada tahun 2007 menjadi 153.

Penurunan jumlah kapal ikan ini disebabkan karena kurangnya fasilitas operasional bagi nelayan, serta adanya perpindahan lokasi pendaratan ikan.

Alat tangkap yang terdapat di PPP Karangantu terdiri atas jaring angkat, jaring rajungan, jaring payang, jaring rampus, gillnet, pancing, dan jaring dogol.

(5)

Alat tangkap ini beroperasi antara 1 hingga 7 hari sehingga tidak terlalu banyak membawa perbekalan.

Perkembangan alat tangkap ikan yang beroperasi di PPP Karangantu pada tahun 2004 hingga 2008 mengalami peningkatan. Jumlah alat tangkap yang beroperasi di PPP Karangantu tertinggi pada tahun 2008 yaitu 396 unit dan terendah pada tahun 2005 yaitu 276. Perkembangan alat tangkap yang beroperasi di PPP Karangantu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4 Perkembangan Alat Tangkap di PPP Karangantu pada tahun 2004-2008

Jenis Alat Jumlah Alat Tangkap (unit)

2004 2005 2006 2007 2008

Jaring Angkat 82 33 33 77 93

Gillnet 22 27 27 23 97

Payang 40 45 45 41 38

Jaring Rampus 45 54 54 41 44

Jaring Rajungan 45 56 58 70 42

Jaring Dogol 47 37 37 37 51

Pancing 15 24 24 18 31

Jumlah 296 276 278 307 396

Sumber : Laporan Tahunan PPP Karangantu,2008

Secara umum jenis alat tangkap masih bersifat tradisional atau dengan skala kecil dimana operasi penangkapannya sebagian besar bersifat one day fishing.

Nelayan yang berada di wilayah PPP Karangantu adalah nelayan tradisional yang digolongkan menjadi nelayan pribumi maupun nelayan pendatang. Nelayan pribumi berasal dari Serang dan nelayan pendatang berasal dari suku Bugis, Indramayu, Cirebon dan Brebes.

(6)

Nelayan yang melakukan aktivitas perikanan di PPP Karangantu dalam kurun lima tahun dari tahun 2004 hingga 2008 mengalami fluktuasi.

Peningakatan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu 1.505 orang. Sedangkan jumlah terkecil yaitu pada tahun 2004 yaitu 942 orang. Perkembangan jumlah nelayan yang melakukan aktifitas di PPP Karangantu dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan Jumlah Nelayan di PPP Karangantu Periode 2004-2008

Tahun Jumlah Nelayan (orang)

2004 942

2005 945

2006 973

2007 1.195

2008 1.505

Sumber : Laporan Tahunan PPP Karangantu,2008

b. Produksi Hasil Tangkapan dan Nilai Produksi

Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPP Karangantu dalam kurun waktu 2004-2008 semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi karena aktifnya aktifitas pendaratan dan pembongkaran hasil tangkapan yang terjadi pada pukul 08.00 WIB dan pukul 16.00 WIB setiap harinya. Perkembangan produksi dan nilai produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Karangantu dapat terlihat pada tabel sebagai berikut

Tabel 6 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPP Karangantu Pada Tahun 2004-2008

Tahun Volume Produksi

(ton)

Nilai Produksi (Rupiah)

2004 979 8.410.530.000,00

2005 1.847 10.799.001.000,00

2006 1.984 10.005.884.000,00

2007 2.219 13.505.133.000,00

2008 2.354 17.379.734.000,00

Sumber : Laporan Tahunan PPP Karangantu,2008

(7)

Jenis ikan yang didaratkan di PPP Karangantu antara lain ikan peperek (Leiognathus sp.), tembang (Sardinella fimbriatus), kembung (Rastrelliger sp.), Layang (Decapterus ruselli), teri (Stolephorus sp.), cumi-cumi (Loligo sp.), udang (Penaeus sp.), rajungan (Scyla sp.) serta jenis ikan lainnya.

c. Musim dan Daerah Penangkapan

Nelayan di PPP Karangantu melakukan kegiatan penangkapan ikan di sepanjang tahun. Musim ikan ini terkadang mengalami pergeseran. Musim ikan disebut dengan musim puncak di Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu terjadi pada bulan April sampai Juni, karena pada bulan tersebut terjadi kenaikan produksi, nelayan banyak melakukan aktivitas melaut karena pada musim ini jarang hujan, ombak relatif kecil dan angin tidak kencang. Produksi ikan akan lebih banyak jika nelayan – nelayan dari luar daerah mendaratkan hasil tangkapannya di PPP Karangantu (Laporan Statistik PPPK, 2007).

Daerah penangkapan ikan bagi para nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu adalah Laut Jawa, Selat Sunda dan perairan di sekitar Teluk Jakarta.

Lamanya operasi penangkapan berkisar 1 hingga 7 hari di laut, sehingga tidak memerlukan perbekalan yang terlalu banyak (Laporan Statistik PPPK,2007).

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada Badan Pendapatan Daerah dalam pelayanan pembuatan NPWPD dan pembayaran pajak yang terbagi dalam dua jenis pelayanan yakni offline dan online sudah

Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan mampu bekerja di berbagai bidang yang bertujuan agar mahasiswa memiliki kompetensi dan dedikasi

Hasil menunjukkan bahwa dimensi strategi outsourcing IT mempunyai hubungan signifikan terhadap dimensi keberhasilan outsourcing IT yang ditunjukan dengan didukungnya hasil

Selain sentimen global, pergerakan IHSG pada pekan ini akan dipengaruhi pertemuan Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan..

3) Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat 4) Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana 3. Model yang dikemukan oleh Merilee S. Model

Orang bergantung pada n menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan), dan

Seperti yang dikemukakan Semi (1993): “berbicara atau bercakap memainkan peranan penting karena bahasa pada hakikatnya adalah bahasa lisan”. Dalam kehidupan sehari-hari

Untuk meningkatkan usaha golongan ekonomi kecil, pemerintah melakukan upaya dengan memberikan kredit sebagai modal kerja dengan jumlah yang berbeda sesuai dengan