• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN TURBIDITAS DAN TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS) PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR SETELAH MELALUI PROSES PENGOLAHAN DI PDAM TIRTANADI IPA MARTUBUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENENTUAN TURBIDITAS DAN TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS) PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR SETELAH MELALUI PROSES PENGOLAHAN DI PDAM TIRTANADI IPA MARTUBUNG"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN TURBIDITAS DAN TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS) PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR SETELAH

MELALUI PROSES PENGOLAHAN DI PDAM TIRTANADI IPA MARTUBUNG

TUGAS AKHIR

VIA ELVITA 152401031

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

PENENTUAN TURBIDITAS DAN TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS) PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR SETELAH

MELALUI PROSES PENGOLAHAN DI PDAM TIRTANADI IPA MARTUBUNG

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

VIA ELVITA 152401031

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(3)

PERNYATAAN

PENENTUAN TURBIDITAS DAN TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS) PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR SETELAH MELALUI PROSES

PENGOLAHAN DI PDAM TIRTANADI IPA MARTUBUNG

TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2018

Via Elvita 152401031

(4)
(5)

PENENTUAN TURBIDITAS DAN TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS) PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR SETELAH MELALUI PROSES

PENGOLAHAN DI PDAM TIRTANADI IPA MARTUBUNG

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan turbiditas dan Total Dissolved Solid (TDS) yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan suatu kualitas air pada air baku dan air reservoir pada Instalasi Pengolahan Air Minum PDAM Tirtanadi Martubung. Penentuan turbiditas dan Total Dissolved Solid (TDS) pada air baku dan air reservoir di nilai berdasarkan syarat-syarat Air Minum yang ada di PerMenkesRI No. 492/MENKES/Per/IV/2010.

Pada percobaan ini penentuan kualitas air dilakukan dengan menggunakan parameter turbiditas dan Total Dissolved Solid (TDS) pada air baku dan air reservoir di Instalasi Pengolahan Air Minum PDAM Tirtanadi Martubung. Dari hasil diperoleh Turbiditas pada air baku masing – masing sebesar 22,7 NTU; 23,0 NTU; 60,4 NTU; 25,3 NTU;

24,9 NTU; 20,5 NTU; 25,6 NTU; 23,5 NTU dan diperoleh Turbiditas pada air reservoir masing – masing sebesar 1,24 NTU; 1,13 NTU; 1,40 NTU; 1,32 NTU; 1,20 NTU;

1,26 NTU; 1,35 NTU; 1,30 NTU. Sedangkan untuk Total Dissolved Solid (TDS) pada air baku diperoleh hasil masing – masing sebesar 117 mg/L; 119 mg/L; 143 mg/L;

126 mg/L; 126 mg/L; 122 mg/L; 112 mg/L; 129 mg/L; 120 mg/L dan diperoleh Total Dissolved Solid (TDS) pada air reservoir masing – masing sebesar 103 mg/L; 96 mg/L;

112 mg/L; 108 mg/L; 98 mg/L; 94 mg/L; 106 mg/L; 114 mg/L. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa turbiditas dan Total Dissolved Solid (TDS) pada air baku dan air reservoir masih memenuhi persyaratan air minum dengan nilai turbiditas dibawah 5 NTU, sedangkan untuk nilai Total Dissolved Solid (TDS) dibawah 500 mg/L sesuai dengan PerMenkes RI No. 492/MENKES/Per/IV/2010.

Kata Kunci: Air Baku, Air Reservoir, Total Dissolved Solid (TDS), Turbiditas

(6)

DETERMINATION OF TURBIDITY AND TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS) ON RAW WATER AND RESERVOIR WATER AFTER THROUGH PROCESSING

PROCESS IN PDAM TIRTANADI IPA MARTUBUNG

ABSTRACT

The determination of turbidity and Total Dissolved Solid (TDS) has been conducted to determine the feasibility of water quality in raw water and reservoir water at PDAM Tirtanadi Martubung Water Treatment Plant. Determination of turbidity and Total Dissolved Solid (TDS) in raw water and reservoir water in value based on the requirements of Drinking Water in PerMenkes RI No. 492/MENKES/Per /IV /2010. In this experiment, water quality determination was done by using turbidity parameter and Total Dissolved Solid (TDS) in raw water and reservoir water at PDAM Tirtanadi Martubung Water Treatment Plant. From the results obtained Turbidity on raw water eachs 22.7 NTU; 23.0 NTU; 60.4 NTU; 25.3 NTU; 24.9 NTU; 20.5 NTU; 25.6 NTU;

23.5 NTU and Turbidity obtained at eachs reservoir water of 1.24 NTU; 1.13 NTU;

1.40 NTU; 1.32 NTU; 1.20 NTU; 1.26 NTU; 1.35 NTU; 1.30 NTU. As for Total Dissolved Solid (TDS) in raw water obtained the result respectively 117 mg/L;

119 mg/L; 143 mg/L; 126 mg/L; 126 mg/L; 122 mg/L; 112 mg/L; 129 mg/L; 120 mg/L and obtained Total Dissolved Solid (TDS) in reservoir water respectively of 103 mg/L;

96 mg/L; 112 mg/L; 108 mg/L; 98 mg/L; 94 mg/L; 106 mg/L; 114 mg/L. From the result it can be concluded that turbidity and Total Dissolved Solid (TDS) in raw water and reservoir water still meet drinking water requirement with turbidity value below 5 NTU, while for Total Dissolved Solid (TDS) below 500 mg/L in accordance with PerMenkes RI No . 492/MENKES /Per/IV/2010.

Keywords: Raw Water, Reservoir Water, Total Dissolved Solid (TDS), Turbidity

(7)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan judul “Penentuan Turbiditas Dan Total Dissolved Solid (TDS) Pada Air Baku Dan Air Reservoir Setelah Melalui Proses Pengolahan Di PDAM Tirtanadi IPA Martubung”.

Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil Prektek Kerja Lapangan pada tanggal 22 Januari 2018 sampai 22 Februari 2018 di PDAM Tirtanadi IPA Martubung. Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk kelulusan dalam meraih gelar Ahli Madya Kimia pada program Diploma 3 FMIPA USU.

Selama penyusunan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa material, spiritual, informasi maupun sesi administrasi, sampai terselesaikannya tugas akhir ini. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan banyak terima kasih atas arahan, bimbingan, Do’a dan dorongan semangat selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini terutama kepada :

1. Bapak Drs. Kerista Sebayang, M.S selaku Dekan Fakultas FMIPA USU

2. Ibu Dr.Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

3. Bapak Dr. Minto Supeno, M.S selaku Ketua Jurusan/Program Studi D3 Kimia FMIPA USU.

4. Ibu Dra. Nurhaida Pasaribu, M.Si selaku Sekretaris Jurusan/Program Studi D3 Kimia

5. Bapak Prof. Dr. Jamaran Kaban, M.Sc selaku dosen pembimbing 6. Seluruh staf pengajar dan pegawai kimia FMIPA USU

7. Teristimewa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada kedua Orang Tua tercinta, Ayah Endi Ryono dan Ibu Suwarni serta saudara/saudari Dian Nindia

(8)

Sari dan Khusnul Khoir yang selama ini banyak memberikan dukungan, doa, bantuan dan dorongan yang diberikan kepada penulis.

8. Pimpinan, Staf dan Karyawan PDAM Tirtanadi IPA Martubung yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan tempat untuk melaksanakan praktek kerja lapangan.

9. Seluruh dosen D3 Kimia FMIPA USU atas ilmu yang telah diberikan selama di bangku perkuliahan.

10. Seluruh teman-teman mahasiswa/mahasiswi D3 Kimia 2015 yang telah bersama- sama berjuang dalam menyelesaikan studi serta memberikan dukungan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

11. Seluruh adik-adik junior IMADIKA 2016 dan 2017 yang telah memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

12. Partner praktek kerja lapangan penulis tercinta, Diana Alfayeti Ardi, Devria Ginis Sihotang, Maya Rahmatika, Khairul Amri yang telah memberikan bantuan dan masukan kepada penulis selama melakukan penelitian dan menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan yang ada pada penulis. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya tugas akhir ini. Penulis berharap tugas akhir ini berguna bagi semua pihak yang memerlukannya khususnya bagi penulis.

Medan, Mei 2018

Via Elvita

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN TUGAS AKHIR i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

PENGHARGAAN iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

DAFTAR SINGKATAN x

BAB1 PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air 4

2.1.1 Air Sungai 5

2.1.2 Air Baku 5

2.1.3 Air Reservoir 6

2.2 Karakteristik Air 6

2.3 Jenis-jenis Air 7

2.4 Sumber Air Minum 8

2.4.1 Air Laut 8

2.4.2 Air Atmosfir, Air Meteriologik 9

2.4.3 Air Permukaan 9

2.4.4 Air Tanah 10

2.5 Syarat-syarat Air Minum 11

2.6 Standar Kualitas Air Minum 13

2.6.1 Standar Kualitas Fisik Air Minum 14 2.6.2 Standar Kualitas Kimiawi Air Minum 16 2.6.3 Standar Kualitas Biologis Air Minum 17

2.7 Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia 18

2.8 Penggolongan Air 18

2.8 Pengaruh Tingkat Kekeruhan Air Baku 17

2.9 Proses Pengolahan Air 20

(10)

2.9.1 Unit-unit Penglahan Air Minum 20

2.10 Turbiditas 22

2.10.1 Pengaruh Tingkat Kekeruhan Air Baku 23 2.10.2 Pengaruh Jumlah Garam-Garam Terlarut Dalam Air 24

2.11 Total Dissolved Solid (TDS) 24

BAB 3 METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan 25

3.1.1 Alat – alat 25

3.1.2 Bahan – bahan 25

3.2 Prosedur Percobaan 25

3.2.1 Pengukuran Turbiditas 25

3.2.2 Pengukuran Total Dissolved Solid (TDS) 26 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 27

4.1.1 Air Baku 27

4.1.2 Air Reservoir 28

4.2 Pembahasan 28

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 30

5.2 Saran 31

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

4.1 Data Hasil Turbiditas dan TDS Pada Air Baku 27 4.2 Data Hasil Turbiditas dan TDS Pada Air Reservoir 28

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Gambar

1. PERMENKES RI No. 492/MENKES/Per/IV/2010 33

2. Turbidimeter 1500 IR 37

3. TDS Testr 11+ 38

(13)

DAFTAR SINGKATAN

PDAM = Perusahaan Daerah Air Minum IPA = Instalasi Pengolahan Air TDS = Total Dissolved Solid

PERMENKES RI = Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia MENKES = Menteri Kesehatan

NTU = Nephelometric Turbidity Unit mg/L = Miligram per liter

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air (Effendi, 2003).

Semua makhluk hidup memerlukan air, karena air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Khususnya manusia, air diperlukan untuk berbagai keperluan, antara lain rumah tangga, industri, pertanian, dan sebagainya. Dalam memenuhi kebutuhan air, manusia selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas air. Namun demikian, pertambahan penduduk dan kegiatan manusia menyebabkan pencemaran sehingga kualitas air yang baik dan memenuhi persyaratan tertentu sulit diperoleh (Sutrisno, 1987).

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan industri yang semakin menurun. Kegiatanindustri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).

Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin. Penurunan penyakit perut ini didasarkan

(15)

atas pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai penularan penyakit perut.

Agar seseorang menjadi tetap sehat sangat dipengaruhi oleh adanya kontak manusia tersebut dengan makanan dan minuman.

Peningkatan kualitas air minum dengan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin banyak ragam zat pencemar akan semakin banyak pula teknik- teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut, agar bisa dimanfaatkan sebagai air minum. Oleh karena itu dalam praktek sehari-hari maka pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak.

Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat. Untuk keperluan minum maka dibutuhkan air rata-rata sebanyak 5 liter/hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan sebesar 60 liter/hari. Jadi untuk negar- negara yang sudah maju kebutuhan akan air pasti lebih besar dari kebutuhan untuk negara-negara yang sudah maju kebutuhan akan air pasti lebih besar dari kebutuhan untuk negara-negara yang sedang berkembang (Sutrisno, 1987).

Air yang mengandung kekeruhan yang tinggi akan mengalami kesulitan kalau diproses untuk sumber air bersih. Kesulitannya antara lain dalam proses penyaringan.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa air dengan kekeruhan tinggi akan sulit untuk didisinfeksi, yaitu proses pembubuhan terhadap kandungan mikroba yang tidak diharapkan.

Kekeruhan air yang banyak dijumpai pada air permukaan, seperti air sungai atau air saluran irigasi, ada yang dapat dihilangkan dengan cara pengendapan dan penyaringan secara langsung dan ada yang tidak dapat dihilangkan dengan kedua cara tersebut. Kekeruhan yang tidak dapat dihilangkan dengan kedua cara tersebut disebabkan oleh partikel-partikel koloid yang hanya dapat diendapkan dengan proses koagulasi kimiawi (Suriawiria, 2005).

(16)

Sehubungan dengan pentingnya mempelajari penentuan Turbiditas dan Total Dissolved Solid (TDS) dalam menentukan kualitas air yang dapat dikonsumsi masyarakat melalui proses pengolahan air, maka penulis tertarik untuk menentukan turbiditas dan Total Dissolved Solid (TDS) pada air baku dan air reservoir setelah melalui proses pengolahan di PDAM Tirtanadi IPA Martubung dan membandingkannya dengan Permenkes mengenai persyaratan kualitas air baku dan air reservoir.

1.2 Permasalahan

- Berapakah harga turbiditas dan TDS pada air baku dan air reservoir

- Apakah turbiditas dan TDS sudah memenuhi standart persyaratan pada kualitas air yang telah ditetapkan sesuai dengan standart pabrik dan PerMenkes RI No.

492/MENKES/Per/IV/2010

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penentuan turbiditas dan TDS ini adalah :

- Untuk mengetahui harga turbiditas dan TDS pada air baku dan air reservoir - Untuk mengetahui turbiditas dan TDS sudah memenuhi standart persyaratan

pada kualitas air yang telah ditetapkan sesuai dengan standart pabrik dan PerMenkes RI No. 492/MENKES/Per/IV/2010

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penentuan turbiditas dan Total Disolved Solid (TDS) ini adalah sebagai sumber informasi untuk mengetahui turbiditas dan Total Dissolve Solid (TDS) pada air baku dan air reservoir pada kualitas air dengan persyaratan sesuai dengan standart pabrik dan yang ditetapkan oleh mentri kesehatan untuk air baku dan air reservoir (air minum).

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Dalam kehidupan sehari-hari, air merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga. Banyak aktivitas yang dilakukan sehari-hari bergantung pada air. Air digunakan untuk membersihkan badan dari kotoran dan kuman, mencuci pakaian, piring dan memasak (Rahayu, 2007).

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia (Sutrisno, 1991).

Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik barupa minuman ataupun makanan tidak menyebabkan/merupakan pembawa bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan (Sutrisno, 1991).

Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak mebutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65-75 % dari berat badan manusia dewasa terdiri dari air. Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum sebanyak 2,5 – 3 liter setiap hari termasuk air yang berada dalam makanan. Manusia bisa bertahan hidup 2 – 3 minggu tanpa makan, tapi hanya 2 – 3 hari tanpa air minum (Suripin, 2002).

Air merupakan kebutuhan dasar dan bagian dari kehidupan, tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Sebagai kebutuhan dasar, air dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga, misalnya untuk mandi, mencuci, air minum, dan keperluan masak lainnya (Suparman, 2006).

(18)

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap daerah berbeda-beda, tergantung pada keadaan alam dan kegiatan manusia yang terdapat di daerah tersebut. Penduduk yang tinggal di daerah dataran rendah dan berawa seperti Sumatera dan Kalimantan menghadapi kesulitan memperoleh air bersih untuk keperluan rumah tangga, terutama air minum (Nainggolan, 2011).

2.1.1 Air Sungai

Sungai merupakan satu kesatuan antara wadah air dan air yang mengalir, karena itu kesatuan sungai dan lingkungan merupakan suatu persekutuan mendasar yang tidak terpisahkan. Dengan sendirinya, pengelolaan lingkungan sungai merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya perairan. Namun sayang sekali, asas tersebut sering diabaikan (baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan) sehingga orientasi kolektif terhadap pelestarian aspek lingkungan sungai sering kali amat rendah. Pemanfaatan lahan di sempadan sungai untuk keperluan permukiman, pertanian, dan usaha lain yang mengganggu kelancaran pengaliran air merupakan contoh khas dari diabaikannya aspek lingkungan sungai. Demikian pula dengan praktik-praktik membuang sampah ke perairan terbuka merupakan bukti dari sikap meremehkan kelestarian sumber daya air (Sunaryo, 2004).

2.1.2 Air Baku

Air baku adalah sarana dan prasarana pengambilan atau penyedia air baku, meliputi bangunan penampungan air, bangunan pengambilan / penyadap, alat pengukuran, dan peralatan pemantauan sistem pemompaan, dan bangunan sarana pemabwa serta perlengkapannya. Berdasarka Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 2005, bahwa yang dimaksud dengan “air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah, dan air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum” (Joko, 2010).

(19)

2.1.3 Air Reservoir

Air yang telah melalui filter sudah dapat dipakai untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologis dan ditampung pada bak reservoir (tandon) untuk diteruskan pada konsumen (Sutrisno, 1991).

2.2 Karakteristik Air

Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan yakni 0oC ( 32oF )- 100oC, air berwujud cair. Suhu 0oC merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100oC merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat di dalam jaringan tubuh makhluk hidup maupun air yang terdapat di laut, sungai, danau, dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas atau padatan, sehingga tidak akan terdapat terdapat kehidupan di muka bumi ini, karena sekitar 60% - 90% bagian sel makhluk hidup adalah air.

2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.

3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Pelepasan energi ini merupakan salah satu penyebab mengapa kita merasa sejuk pada saat berkeringat. Sifat ini juga merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyebaran panas secara baik di bumi.

(20)

4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter. Sifat ini memungkinkan unsur hara (nutrien) terlarut diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan toksik yang masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini juga memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar (polutan) yang masuk ke badan air.

5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik (higher wetting ability). Tegangan permukaan yang tinggi juga memungkinkan terjadinya sistem kapiler, yaitu kemampuan untuk bergerak dalam pipa kapiler (pipa dengan lubang kecil).

6. Air merupakan satu satunya senyawa yang merenggang ketika membeku.

Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki nilai densitas (massa/volume) yang lebih rendah dari pada air. Dengan demikian, es akan mengapung di air. Sifat ini mengakibatkan danau-danau di daerah yang beriklim dingin hanya membeku pada bagian permukaan (bagian di bawah permukaan masih berupa cairan) sehingga kehidupan organisme akuatik tetap berlangsung (Effendi,2003).

2.3 Jenis – Jenis Air

Jenis-jenis air dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : 1. Air Suling

Air suling merupakan air hasil sulingan dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Tidak mengandung cmpuran apapun atau tidak tercemar.

b. Jika dibekukan volumenya bertambah besar atau memuai.

(21)

c. Mempunyai titik didih 100oC dan titik beku 0oC, yang relatif tinggi dibanding air lain yang sudah bersenyawa.

d. Air berwarna bening dan tembus pandang.

e. Rasa netral dan bukan elektrolit penghantar arus listrik.

f. Tidak asam, tidak berbau, dan

g. Hanya memiliki ikatan dua buah atom hidrogen dengan satu atom oksigen.

2. Air Minum

Air minum adalah air yang telah diteliti kualitas kejernihannya dan memenuhi syarat kesehatan untuk dapat diminum. Kualitas air minum lebih tinggi daripada kualitas air bersih. Air minum tidak mengandung bakteri atau padatan mineral lainnya, tidak berbau, dan tidak berasa (Suparman, 2006).

2.4 Sumber Air Minum

Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan “Cyclus Hydrologie”. Dengan adanya penyinaran matahari, maka semua air yang ada di permukaan bumi akan menguap dan membentuk uap air. Karena adanya angin, maka uap air ini akan bersatu dan berada di tempat yang tinggi yang sering dikenal dengan nama awan. Olah karena itu, awan ini akan terbawa makin lama makin tinggi dimana temperatur di atas makin rendah, yang menyebabkan titik-titik air dan jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan ini sebagian mengalir ke dalam tanah. Tetapi banyak diantaranya yang mengalir ke laut kembali.

2.4.1 Air Laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut tak memenuhi syarat untuk air minum.

(22)

2.4.2 Air Atmosfir, Air Meteriologik

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, akrena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi ( karatan).

2.4.3 Air Permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota. Setelah mengalami suatu pengotoran, pada suatu saat air permukaan itu akan mengalami suatu proses pembersihan.

Udara yang mengandung oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama dalam perjalanan, O2 akan meresap ke dalam air permukaan.

Air permukaan ada 2 macam yakni : a. Air Sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

b. Air Rawa/Danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat.

(23)

2.4.4 Air Tanah

Air tanah adalah air yang berada dibawah permukaan tanah, baik yang berada di lapisan tanah maupun yang ada diantara pori-pori tanah. Air tanah dapat berasal dari hujan, salju, ataupun bentuk-bentuk curahan lainnya yang meresap ke dalam tanah. Air tanah berfungsi sebagai tandon air di alam karena jumlahnya cukup banyak dan dapat diambil untuk kebutuhan hidup kapan saja diinginkan (Suparman, 2006).

Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber air lain dimana air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau penjernihan. Air tanah juga memiliki beberapa kerugian yaitu mengandung zat-zat mineral seperti magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi (Chandra, 2005).

a. Air Tanah Dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Di samping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.

b. Air Tanah Dalam

Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan jika air tak dapat ke luar dengan sendirinya, maka digunakanlah pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini.

Kualitas dari air tanah dalam :

Pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri.

(24)

c. Mata Air

Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruhi oleh musim dan kualitas/kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam.

Berdasarkan keluarannya (munculnya permukaan tanah) terbagi atas : - Rembesan, dimana air keluar dari lereng-lereng

- Umbul, dimana air keluar ke permukaan pada suatu dataran (Sutrisno, 1991).

2.5 Syarat-Syarat Air Minum 1. Syarat Fisik

Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik sebagai berikut : a. Tidak berwarna

Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan

b. Temperatur normal

Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20- 260C). air yang mempunyai temperatur di atas atau di bawah, berarti mengandung zat-zat misalnya, fenol yang terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses seperti proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi yang mengeluarkan atau menyerap energi dari dalam air.

c. Rasanya tawar

Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukan bahwa kualitas air tidak baik. Rasa asin disebabkan oleh adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.

d. Tidak berbau

Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.

(25)

e. Jernih atau tidak keruh

Air yang keruh disebabkan adanya partikel-partikel koloid dari bahan tahan liat.

f. Tidak mengandung zat padatan

Air yang mengandung zat padatan yang terapung tidak baik digunakan sebagai air minum. Apabila air di didihkan, zat padat dapat larut sehingga menurunkan kualitas air minum (Kusnaedi, 2006).

Pada umumnya ditentukan pada beberapa standar (patokan) yang pada beberapa negara berbeda-beda menurut :

- Kondisi negara masing-masing - Perkembangan ilmu pengetahuan - Perkembangan teknologi

Syarat Fisik

 Air tak boleh berwarna

 Air tak boleh berasa

 Air tak boleh berbau

 Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk ± 25oC)

 Air harus jernih (Sutrisno, 1991).

2. Syarat Kimia

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan (Sutrisno, 1991).

Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut : a. pH netral

Apabila pH dibawah 7 berarti air bersifat asam dan apabila pH diatas 7 berarti air bersifat basa (rasa pahit).

(26)

b. Tidak mengandung bahan kimia beracun

Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida sulfida dan fenolik

c. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam Seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, D, dan Cr.

d. Kesadahan rendah

Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan Mg

e. Tidak mengandung bahan organik

Bahan-bahan organik itu seperti NHH2S, SO42-, dan NO3- (Kusnaedi, 2006).

3. Syarat Bakteriologik/Mikrobiologis

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100 ml air (Sutrisno, 1991).

Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air sebagai berikut :

a. tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli, Salmonella typhi, vibrio chlotera. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air

b. tidak mengandung bakteri non patogen, seperti actinomycetes, phytoplakton coliform, dadocera (Kusnaedi, 2006).

2.6 Standar Kualitas Air Minum

Standar persyaratan kualitas air minum perlu ditetapkan dengan tujuan :

1. Bahwa air minum yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat.

2. Bahwa perlu mencegah adanya penyediaan atau pembagian air minum untuk umum yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan (Sutrisno, 1991).

(27)

2.6.1 Standar Kualitas Fisik Air Minum

Dalam standar persyaratan fisik air minum tampak adanya empat unsur persyaratan yaitu :

1. Suhu

Temperatur dari air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan dapat mempengaruhi pula reaksi kimia dalam pengelolaan, terutama apabila temperatur tersebut sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah 500C – 600C atau 100C – 150C, tetapi iklim setempat, kedalaman pipa-pipa saluran air, dan jenis dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur ini.

Secara umum, kelarutan bahan-bahan padatdalam air akan meningkat.

Suhu dimasukkan sebagai salah satu unsur standar persyaratan kualitas air minum yakni :

1. Menjaga penerimaan masyarakat terhadap air minum yang dibutuhkannya 2. Menjaga derajat toksisitas dan kelarutan bahan-bahan pollutant yang

mungkin terdapat dalam air, serendah mungkin

3. Menjaga adanya temperatur air yang sedapat mungkin tidak menguntungkan bagi pertumbuhan mikroorganisme dan virus dalam air

2. Warna

Bahan-bahan yang menimbulkan warna tersebut dihasilkan dari kontak antara air dengan reruntuhan organis seperti daun, duri pohon jarum dan kayu, yang semuanya dalam berbagai tingkat-tingkat pembusukan. Bahan-bahan tersebut berisikan kentalan tumbuh-tumbuhan dalam variasi yang besar. Tannin, asam humus, dan bahan berasal dari humus, dan dekomposisi lignin, dianggap sebagai bahan yang memberi warna yang paling utama.

Air yang mengandung bahan-bahan pewarna alamiah yang berasal dari rawa dan hutan, dianggap tidak mempunyai sifat-sifat yang membahayakan atau toksis. Meskipun demikian, adanya bahan-bahan tersebut memberikan warna kuning-kecoklatan pada air, yang menjadikan air tersebut tidak disukai oleh sebagian dari konsumen air.

(28)

Unsur warna sebagai satu standar persyaratan kualitas air minum adalah bahwa : a. Air yang berwarna dalam tingkatan tertentu akan mengurangi segi estetika,

dan tidak diterima oleh masyarakat

b. Tidak diterimanya air minum yang berasal dari penyediaan air untuk minum, akan menimbulkan kekhawatiran bahwa masyarakat akan mencari sumber air lainnya yang mungkin kurang “safe”

c. Dengan ditetapkannya standar warna sebagai salah satu persyaratan kualitas, diharapkan bahwa semua air minum yang akan diberikan kepada masyarakat akan dapat langsungn diterima oleh masyarakat (Sutrisno, 1991).

Dalam proses pengolahan air, warna merupakan salah satu parameter fisika yang digunakan sebagai persyaratan kualitas air baik untuk air bersih maupun untuk air minum. Prinsip yang berlaku dalam penentuan parameter warna adalah memisahkan terlebih dahulu zat atau bahan-bahan yang terlarut yang menyebabkan kekeruhan (Effendi, 2003).

3. Bau dan Rasa

Air murni tidak berbau dan tidak berasa, tetapi air minum idealnya tidak berbau dan berasa. Rasa dalam air biasanya akibat adanya garam-garam terlarut. Bau dan rasa yang timbul di dalam air karena adanya mikroorganisme, bahan mineral, gas terlarut dan bahan-bahan organik (Suripin, 2002).

Standar persyaratan air minum yang menyangkut bau dan rasa ini baik yang ditetapkan oleh WHO maupun U.S Public Health Service menyatakan bahwa air minum tidak boleh terdapat bau dan rasa yang tidak diinginkan. Efek yang ditimbulkan oleh adanya bau dan rasa ini adalah :

- Masyarakat akan mencari sumber-sumber air lain yang kemungkinan besar tidak

“safe” jika air minum masih berbau dan berasa

- Ketidaksempurnaan usaha menghilangkan bau dan rasa pada cara pengolahan yang dilakukan, dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa air yang terolah secara tidak sempurna itu masih mengandung bahan-bahan kimia yang bersifat toksis (Sutrisno, 1991).

(29)

4. Kekeruhan

Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor.

Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi : tanah liat, lumpur, bahan- bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil yang tersuspensi lainnya. Kekeruhan tidak merupakan sidat dari air yang membahayakan, tetapi ia menjadi tidak disenangi karena rupanya. Standar yang ditetapkan oleh U.S Public Health Service mengenai kekeruhan ini adalah batas maksimal 10 ppm(Sutrisno, 1991).

Ada tiga (3) metode pengukuran kekeruhan :

a. Metode nefelometrik (unit kekeruhan nefelometrik FTU atau NTU) b. Metode Hellige Turbidity (unit kekeruhan silika)

c. Metode Visuil (unit kekeruhan Jackson)

Metode visuil adalah cara kuno dan lebih sesuai untuk nilai kekeruhan yang tinggi. Sedangkan metode nephelometrik lebih sensitive dan dapat dipergunakan untuk segala tingkat kekeruhan (Nainggolan, 2011).

Kekeruhan untuk air minum dibatasi tidak lebih dari 10 mg/l, lebih baik kalau tidak melebihi 5 mg/l (Suripin, 2002).

2.6.2 Standar Kualitas Kimiawi Air Minum

Tinjauan dari segi kimiawi dalam masalah ini sangatlah penting untuk dilakukan.

Karena terkadang terlarutnya zat-zat tertentu dalam air tidak dibarengi oleh adanya perubahan sifat fisik air tersebut. Sehingga dapat saja air yang sudah tidak layak untuk dikonsumsi masih saja jernih.

1. Kandungan Bahan Organik dan Anorganik

Bahan- bahan yang terlarut dalam air dapat dibedakan berdasarkan jenisnya menjadi bahan terlarut organik dan anorganik. Bahan-bahan organik antara lain lemak, minyak, karbonat, protein, Nitrat, dan Nitrit yang dapat berasal dari limbah-limbah rumah tangga maupun industri. Bahan anorganik seperti Perak yang dapat menyebabkan

(30)

iritasi kulit, mata dan pada percobaan tikus menunjukkan bahwa Perak dapat menyebabkan kerusakan ginjal

2. Derajat Keasaman Air

Air terkadang mempunyai sifat yang kurang netral ketika sudah bercampur dengan lingkungan. Sifat ketidaknetralan itu salah satunya dicirikan dengan nilai asam dan basa yang melebihi batas normal yang diistilahkan dengan derajat keasaman air.

derajat keasaman ini dapat dirasakan dengan menggunakan indera perasa yaitu lidah.

Jika air telah mengandung sifat asam yang berlebih, maka rasa air akan menjadi asam.

Sebaliknya, jika sifat basa yang mendominasi maka rasa pahit yang terasa seperti air yang telah bercampur dengan sabun atau deterjen (Abadi, 2007).

3. Alkalinitas

Kebanyakan air bersifat alkali karena garam-garam alkali sangat umum berada di tanah. Ketidak murnian air akibat adanya karbonat dan bikarbonat dari kalsium, sodium, dan magnesium.

4. Kesadahan

Kesadahan air merupakan hal yang sangat penting dalam penyediaan air bersih.

Air dengan kesadahan tinggi memerlukan sabunlebih banyak sebelum terbentuk busa.

Air sadah mengandung karbonat dan sulfat, atau clorida dan nitrat, dari kalsium dan magnesium, disamping besi dan aluminium (Suripin, 2002).

2.6.3 Standar Kualitas Biologis Air Minum

Air permukaan biasanya mengandung berbagai macam organisme hidup. Jenis- jenis organisme hidup yang mungkin terdapat dalam air meliputi makroskopik, mikroskopik, dan bakteri.

Spesies organisme makroskopik dapat dibedakan dengan mata telanjang, sedangkan organisme mikroskopik memerlupak alat bantu mikroskop untuk membedakan spesiesnya. Bakteri adalah oeganisme hidup yang sangat kecil dimana

(31)

spesiesnya tidak dapat menimbulkan penyakit disebut bakteri pathogen, sedangkan yang tidak membahayakan bagi kesehatan disebut non pathogen (Suripin, 2002).

Faktor biologis melibatkan unsur-unsur makhluk hidup yang menghuni suatu lingkungan air. Dalam air tidak perkenankan adanya organisme yang bersifat patogen yaitu organisme yang menyebabkan terjadinya penyakit. Penyakit-penyakit yang umumnya dipicu oleh rendahnya kualitas air antara lain penyakit kulit dan pencernaan makanan. Beberapa organisme yang menyebabkan terjadinya penyakit antara lain Entoniseba Histolica, Sighella, Dysentrie dan Laptospira (Abadi, 2007).

2.7 Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia

Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira-kira 60-70 % dari berat badannya.

Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang jumlahnya antara lain tergantung berat badan. Untuk orang dewasa kira-kira memerlukan air 2.200 gram setiap harinya.

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk: proses pencernaan, metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan. Apabila tubuh kehilangan banyak air, maka akan mengakibatkan kematian. Sebagai contoh: penderita penyakit kolera.

Keadaan yang membahayakan bagi penderita kolera dalah dehidrasi, artinya kehilangan banyak air. Maka pertolongan pertama dan yang utama bagi penderita kolera adalah pemberian cairan ke dalam tubuh penderita tersebut dengan menggunakan garam oralit.

Untuk menjaga kebersihan tubuh, diperlukan juga air. Mandi dua kali sehari dengan menggunakan air yang bersih, diharapkan orang akan bebas dari penyakit seperti yang disebabkan karena fungsi (Sutrisno, 1991).

2.8 Penggolongan Air

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, air menurut peruntukannya digolongkan menjadi empat

(32)

golongan, yakni A, B, C, dan D, golongan – golongan air tersebut dapat di uraikan sebagai berikut :

1. Golongan A

Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B

Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

3. Golongan C

Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

4. Golongan D

Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air(Effendi,2003).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Klassifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas. Berikut diuraikan kelas-kelas air tersebut :

1. Kelas Satu

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2. Kelas Dua

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas Tiga

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.

(33)

4. Kelas Empat

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut(Rahayu,2007).

2.9 Proses Pengolahan Air

Dalam proses pengolahan air dikenal dengan dua cara yakni :

1. Pengolahan lengkap atau complete treatment process, yaitu air akan mengalami pengolahan lengkap, baik fisika, kimiawi dan bakteriologik. Pengolahan lengkap ini dibagi dalam tiga tingkatan pengolahan yaitu :

a. Pengolahan fisika yaitu suatu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk mengurangi/menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam air yang akan diolah.

b. Pengolahan kimia yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat- zat kimia untuk membubuhkan proses pengolahan selanjutnya. Misalnya dengan pembubuhan kapur dalam proses pelunakan dan sebagainya.

c. Pengolahan bakteriologis yaitu suatu tingkat pengolahan untuk membunuh / memusnahkan bakteri-bakteri yang terkandung dalam air minum yakni dengan cara/jalan membubuhkan kaporit (zat desinfektan).

2.9.1 Unit-Unit Pengolahan Air minum 1. Bangunan Penangkap Air atau Intake

Bangunan penangkap air ini merupakan suatu bangunan untuk menangkap atau mengumpulkan sumber air baku. Sumber air baku adalah air permukaan sungai Deli yang masuk melalui saluran bercabang satu dilengkapi dengan saringan halus yang berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran yang terbawa arus sungai. Saluran dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air dan penggerak elektromotor.

(34)

Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk.

2. Bak Pengendapan I

Bak pengendapan I berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel padat dari air sungai dengan gaya gravitasi.

3. Bak koagulasi

Koagulasi adalah proses pencampuran air yang akan diolah dengan bahan kimia yang dapat memecahkan kestabilan partikel yang terkandung dalam air. Bahan kimia yang digunakan dikenal sebagai koagulan. Bak koagulasi dilengkapi dengan pengaduk mekanik (mixer) dengan putaran cepat. Sedangkan penambahan koagulan kedalam bak koagulasi dilakukan dengan pompa dosing.

4. Bak Flokulasi

Proses flokulasi adalah proses pembentukan partikel (flok) menjadi bentuk yang lebih besar sehingga lebih mudah diendapkan. Untuk mempercepat reaksi flokulasi ditambahkan pengaduk putaran lambat (slow mix).

5. Bak Pengendap II

Bangunan pengendap kedua berfungsi untuk padatan atau flok yang terbentuk dari proses flokulasi. Pengendapan ini dengan gaya berat flok sendiri (gravitasi). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses yang terjadi di bak pengendap ini adalah air yang berada pada bak pengendap dikondisikan tenang dan secara visual selalu diamati kondisi flok yang ada. Setelah terjadi pemisahan antara flok dengan air maka flok akan mengumpul didasar bak.

6. Filter (Saringan)

Dalam proses penjernihan air minum diketahui 2 macam filter yaitu saringan pasir cepat (rapid sand filter)dan saringan pasir lambat (slow sand filter). Fungsi saringan untuk menangkap flok yang tidak dapat dipisahkan pada bak pengendap kedua.

Flok yang masuk ke bak saringan pasir akan tertahan pada permukaan pasir sehingga

(35)

semakin lama kecepatan penyaringan akan semakin lambat. Jika terjadi kondisi ini maka filter harus di Back Wash (pencucian kembali) dengan air bertekanan dari bawah. Air untuk Back Wash diambil dari bak resevoir dengan menggunakan pompa khusus sedangkan buangannya dialirkan ke lagoon. Selanjutnya air yang tersaring masuk ke bak klorinasi dan netralisasi.

7. Bak Netralisasi dan Klorinasi

Bak netralisasi dan klorinasi berfungsi sebagai tempat pengaturan pH agar air hasil pengolahan mempunyai pH netral dan juga sebagai tempat penambahan khlor untuk membunuh bakteri pathogen (bakteri yang dapat menimbulkan bibit penyakit) didalam air yang akan didistribusikan.

8. Reservoir

Reservoir adalah bangunan yang berfungsi untuk menampung air bersih atau air yang telah melalui filter serta bak netralisasi dan klorinasi. Air bersih yang mengalir dari saringan filter ke reservoir dibubuhi kapur hingga pH netral dan pembubuhan khlorin untuk desinfeksi bakteri.

9. Pompa Transmisi

Pompa transmisi (pompa distribusi air bersih) berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari resevoir utama diinstalasi ke resevoir di cabang lalu ke masyarakat (Sutrisno, 1991).

2.10 Turbiditas

Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti lumpur, zat organik, plankton. Kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya. Kekeruhan dengan kadar semua jenis zat suspensi tidak dapat dihubungkan secara langsung,karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butiran (Nainggolan, 2011).

(36)

Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai ke dasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Kekeruhan dipengaruhi oleh :

1. Benda-benda halus yang disuspensikan, seperti lumpur 2. Adanya jasad-jasad renik (plankton)

3. Warna air (Ghufran, 2009).

PerMenkes RI No. 492/MENKES/Per/IV/2010 yang menetapkan standar kualitas air pada turbiditas yaitu 5 NTU sedangkan pada Total Dissolved Solid (TDS) yaitu 500 mg/L. Sedangkan pabrikmenetapkan standart kualitas air pada turbiditas yaitu 8000 NTU dan pada Total Dissolved Solid (TDS) yaitu 200 mg/L.

2.10.1 Pengaruh Tingkat Kekeruhan Air Baku

Pada tingkat kekeruhan yang rendah, proses destabilisasi akan sukar terjadi.

Sebaliknya pada tingkat kekeruhan yang tinggi proses destabilisasi akan dapat berlangsung dengan cepat, tetapi bila pada kondisi tersebut dipakai dosis koagulan yang rendah maka pembentukan flok kurang efektif. Hubungan dosis koagulan dan tingkat kekeruhan secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Umumnya dosis koagulan akan naik bersamaan dengan meningkatnya kekeruhan, akan tetapi kenaikan dosis koagulan ini tidak berbanding lurus dengan peningkatan kekeruhan

2. Apabila kekeruhan sangat tinggi akan diperlukan koagulan yang lebih sedikit karena besarnya tumbukan antar partikel-partikel koloid yang telah dikoagulasi.

Dan bila kekeruhan rendah kemungkinan terjadinya tumbukan tidak terlalu besar sehingga sulit terkoagulasi

3. Bervariasinya distribusi ukuran partikel lebih memudahkan terjadnya koagulasi, dibanding dengan suspensi yang hanya terdiri dari satu jenis ukuran partikel saja (Nainggolan, 2011).

(37)

2.10.2 Pengaruh Jumlah Garam-Garam Terlarut Dalam Air

Besarnya pengaruh garam-garam ini tergantung pada jenis dan konsentrasinya.

Secara garis besarnya pengaruh garam-garam terlarut adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh anion lebih besar dari pada kation, sehingga ion seperti Natrium, Kalsium dan Magnesium tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap proses koagulasi

2. Ion-ion monovalen seperti chlorida, nitrat tidak memberikan pengaruh yang berarti dibandingkan dengan pengaruh yang diberikan oleh ion sulfat, fosfat (Nainggolan, 2011).

2.11 Total Dissolved Solid (TDS)

TDS merupakan jumlah semua bahan yang larut di dalam air. Biasanya TDS dalam air dalam kisaran antara 25 hingga 5000 mg/L. Kandungan TDS untuk air baku air minum dibatasi hingga 500 mg/L. Konsentrasi TDS yang tinggi akan mempengaruhi rasa air. Konduktifitas listrik yang tinggi sebagai akibat tingginya total padatan terlarut cenderung mempercepat proses korosi. Pengurangan total padatan terlarut bisa dicapai dengan pengurangan masing-masing komponen dari padatan terlarut (Budiyono, 2013 ).

Total Dissolved Solid (TDS) atau sering disebut bahan padatan terlarut menyatakan jumlah total zat anorganik dan organik terlarut di dalam air. Dasar pengukuran TDS adalah konduktivitas larutan atau daya hantar larutan. Konduktivitas atau daya hantar merupakan ukuran kemampuan larutan mengalirkan arus listrik, menujukkan banyaknya ion terlarut atau garam terlarut. Daya hantar juga bersesuaian dengan suhu, biasanya untuk 25oC (Rahayu, 2007).

(38)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Penentuan turbiditas dan Total Dissolved Solid (TDS) pada air baku dan air reservoir Sungai Deli yang dilakukan pada tanggal 22 Januari 2018 – 22 Februari 2018 selama Praktek Kerja Lapangan di PDAM Tirtanadi IPA Martubung

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

- Turbidimeter Turbiquant 1500 IR

- Kuvet Turbidimeter Turbiquant

- Botol Aquadest -

- TDS Testr 11+ Multi Range

- Beaker Glass 1000 ml Pyrex

- Tissue Nice

3.1.2 Bahan-bahan

- Air Baku Sungai Deli(l)

- Air Reservoir Sungai Deli(l)

3.2 Prosedur Percobaan 3.2.1 Pengukuran Turbiditas Cara Kerja :

- Sediakan alat turbidimeter dan kuvet

- Kuvet dibilas dengan menggunakan aquadest

(39)

- Kemudian kuvet diisi dengan sampel hingga garis tanda dan kemudian tutup kuvet

- Permukaan kuvet bagian luar bersihkan dan dikeringkan dengan tissue - Lalu kuvet dimasukkan kedalam alat turbidimeter

- Kemudian alat turbidimeter dihidupkan

- Lalu dicatat hasil turbiditas yang ditunjukan pada layar

3.2.2 Pengukuran Total Dissolved Solid (TDS) Cara Kerja :

- Sediakan alat TDS

- Kemudian alat TDS dihidupkan

- Lalu dimasukkan alat kedalam beaker glass yang berisi air sampel dengan melalui keran air yang sudah disediakan pada masing-masing air sampel

- Kemudian tunggu beberapa saat sampai hasil TDS stabil - Kemudian catat hasil TDS yang ditunjukan pada layar

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melakukan pemeriksaan kadar Tembaga (Cu) yang terkandung dalam air baku dan air reservoir maka kita dapat mengetahui sejauh mana kualitas air tersebut layak untuk

yang diperiksa dalam penentuan kualitas air minum untuk mengetahui kesadahan.. total

Konsentrasi penggunaan Poly Aluminium Chloride (PAC) dan tawas (alum) yang dibandingkan dalam air baku yang memiliki pH 6,90 dan turbiditas awal 187 NTU adalah

Konsentrasi penggunaan Poly Aluminium Chloride dan tawas yang dibandingkan dalam air baku memiliki turbiditas awal 73,3 NTU dan kadar logam aluminium 0,048 mg/l

Telaah Kualitas Air bagi Pengolahan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.Cetakan kelima.. Yogyakarta:

Telah dilakukan percobaan penentuan kadar aluminium pada air baku dan air reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal secara kolorimetri.. Dari hasil

Alat Dan Bahan Yang Diperlukan Dalam Penentuan Kadar Ammonia.. Gambar

Total zat padat terlarut ( Total Dissolved Solid ) adalah ukuran zat terlarut (baik organik maupun anorganik, mis: garam, dll) yang terdapat pada air sungai, sedangkan total zat