• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEMIOTIKA KARIKATUR JOKOWI DI INILAH.COM DALAM SUB- KANAL BERITA KARIKATUR EDITORIAL SEBAGAI MEDIA KRITIK POLITIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SEMIOTIKA KARIKATUR JOKOWI DI INILAH.COM DALAM SUB- KANAL BERITA KARIKATUR EDITORIAL SEBAGAI MEDIA KRITIK POLITIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEMIOTIKA KARIKATUR JOKOWI DI INILAH.COM DALAM SUB- KANAL BERITA KARIKATUR EDITORIAL

SEBAGAI MEDIA KRITIK POLITIK

Giovanny Pattiasina

Universitas Bina Nusantara

Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530 Telp. (62-21) 535 0660

Email : giovannypattiasina@rocketmail.com Dosen Pembimbing: Gayes Mahestu S.S., M.I.Kom

Abstract

The purpose of this research is to find out the meaning of denotation, connotation of Jokowi's caricature in Inilah.com in the period of January 2015 - February 2015, and and myths that were in society of Jokowi's caricature in Inilah.com in the period of January 2015 - February 2015. The theoretical basis of this research using a Roland Barthes's semiotic. The approach of this research is qualitative, it's used to know and analyze what's unseen, or in the other words is to see the hidden communication message in those caricatures. The result of this research is there's a denotation meaning seen from some signs in the caricature like figures, face expression, body movement, words, lizard and crocodile, Jokowi's shadow, and a house with political party as a symbol. The connotation meaning seen from the message behind a sign that is seen from denotation meaning. And the myth in society strengthen the connotation meaning by seeing the articles in the others online news. The conclusion of this research is, that there meaning of denotation which always present character Jokowi, connotations of the presence of character Jokowi in each caricature is a criticism to government Jokowi, and the myth of the caricatures is a political criticism for Jokowi in the chaos between the KPK with the Polri that is true.

Keywords: semiotic, caricature, Jokowi, critic, politic, KPK, Polri, Inilah.com.

(2)

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dalam karikatur Jokowi di Inilah.com dalam Sub-kanal berita Karikatur Editorial bulan Januari 2015 – Februari 2015, dan mitos yang berada di dalam masyarakat terhadap karikatur Jokowi di Inilah.com bulan Januari 2015 – Februari 2015. Landasan teori penelitian ini menggunakan semiotika Roland Barthes. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif, dipakai untuk mengetahui dan menganalisis apa yang justru tidak terlihat, atau dengan kata lain ingin melihat isi komunikasi yang tersirat dalam karikatur-karikatur tersebut. Hasil penelitian terdapat makna denotasi yang dilihat dari beberapa tanda dalam karikatur seperti gambar tokoh-tokoh, ekspresi wajah, gerakan badan, kata-kata, gambar cicak dan buaya, bayangan tokoh Jokowi, dan rumah dengan simbol partai poltik. Makna konotasi dilihat dari makna dibalik dari sebuah tanda-tanda yang dilihat oleh makna denotasi. Dan mitos yang berada di dalam masyarakat menguatkan makna konotasi tersebut dengan melihat dari artikel-artikel portal berita online lainnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, terdapat makna denotasi yang selalu memunculkan tokoh Jokowi pada setiap karikatur, makna konotasi dari munculnya tokoh Jokowi di setiap karikatur adalah sebuah kritik untuk pemerintahan Jokowi, dan mitos dari setiap karikatur tersebut adalah sebuah kritik politik untuk Jokowi dalam kisruhnya antara KPK dengan Polri benar adanya.

Kata kunci: semiotika, karikatur, Jokowi, kritik, politik, KPK, Polri, Inilah.com.

PENDAHULUAN

Korupsi sendiri sudah menjadi budaya dalam Indonesia. Dikutip dari (Wijayanto, 2009: 4-5) di Indonesia, korupsi mulai terjadi sejak zaman kerajaan. Bahkan, VOC bangkrut pada awal abad ke-20 akibat korupsi yang merjalela ditubuhnya. Dengan itulah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi di bentuk pada Desember 2003 berdasarkan UU No.30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa KPK dibentuk karena lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana korupsi.

KPK pada 30 Juni 2009, secara terbuka dituduh melakukan penyadapan terhadap telepon seluler Susno Duadji dengan mengatakan bahwa ada lembaga yang telah secara sewenang-wenang menyadap telepon selulernya. Polri juga menetapkan dua pimpinan KPK sebagai tersangka, yaitu Chandra M.

Hamzah, dan Bibit Samad Rianto, bahkan sempat menahan mereka berdua. Dalam wawancara Tempo dengan Susno Duadji yang dimuat di Majalah Tempo edisi 6-12 Juli 2009, ia mengatakan “Cicak kok mau melawan buaya”. Susno menilai KPK (Cicak) bodoh karena berani dengan Polri (Buaya), khususnya dengan Kabareskrim yaitu dia sendiri. Dan dari sinilah muncul istilah “Cicak vs Buaya”, dan dikenal juga sebagai “Cicak vs Buaya Jilid I”.

Pada Juli 2012, kisruh antara KPK dengan Polri terdengar kembali, setelah KPK menetapkan mantan Kepala Korps Lalu Lintas Polri, yaitu Irjen Djoko Susilo sebagai tersangka kasus korupsi di proyek simulator ujian SIM, tiba-tiba Polri mengumumkan juga sebenarnya sedang menyelidiki kasus korupsi yang sama. Pada 5 Oktober 2012, sejumlah aparat kepolisian mengepung Gedung KPK untuk menangkap salah satu penyidik KPK yang juga berasal dari Polri, Komisaris (Pol) Novel Baswedan.

(3)

Kisruh yang seperti terulang lagi dari kedua institusi hukum itu dikenal sebagai “Cicak vs Buaya Jilid II”. Dari kedua kalinya kisruh tersebut selalu diselesaikan dan diredamkan oleh Presiden ke-6 Republik Indonesia yaitu Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono atau biasa dipanggil SBY.

Pada awal bulan Januari 2015 di masa pemerintahan Ir. H. Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi sebagai Presiden ke-7 Republik Indonesia. Terulang kembali kisruh “Cicak vs Buaya”

tersebut.

Gambar 1.1 Kronologi Kisruhnya KPK-Polri

Sumber: BBC Indonesia, 16 Februari 2015, “Kronologi kasus Budi Gunawan dan ketegangan KPK-Polri”

Ketegangan kisruh ini terdapat dan ramai dalam media massa. Dalam portal berita online banyak yang memuat artikel-artikel tentang kisruhnya antara KPK dengan Polri yang biasa disebut Cicak vs Buaya. Seperti dalam portal berita online Detik.com pada hari Sabtu, 24 Januari 2015 - 09:54 WIB yang berjudul “Penangkapan BW dan Siklus 3 Tahunan Ketegangan KPK dengan Polri”.

Berkembangnya kisruh “Cicak vs Buaya” pada masa pemerintahaan Jokowi seperti siklus 3 tahunan.

Berkembangnya kisruh tersebut menyoroti Jokowi juga, seperti dalam Okezone.com pada hari Minggu, 3 Mei 2015 - 08:07 WIB dengan judul artikel “Konflik KPK dan Polri Terjadi karena Jokowi Lemah”. Dalam artikel tersebut terlihat juga perbandingan Jokowi dengan SBY. Dilihat juga karena kisruh antara KPK dengan Polri pernah terjadi dua kali, perbandingan ini menyoroti sikap Jokowi sebagai presiden dalam menangani dan menyelesaikan kisruh kedua institusi hukum negara itu.

Yang menariknya bukan hanya portal berita online yang terdapat artikel dengan isi tulisan mengenai kisruhnya dan ketegangan antara KPK dengan Polri. Terdapat juga beberapa karikatur yang berisikan kisruh tersebut. Makna karikatur secara umum, sebenarnya adalah suatu “bentuk lucu”, janggal atau berlebihan (Suprana, 2009:14). Karikatur juga dapat dipakai untuk penyebaran kritikan dan opini atas suatu kejadian atau masalah-masalah. Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat. Kritik yang sehat maksudnya, pejabat pemerintah atau tokoh masyarakat yang menjadi objek komik-kartun dan karikatur pun tidak tersinggung, tetapi justru sebaliknya merasa senang karena dirinya diangkat kepermukaan oleh kartunis (Sobur, 2013:140).

Karikatur telah menjadi alat kontrol jika media lainnya dirasakan tidak dapat efektif. Dengan visualnya karikatur dapat masuk di benak lapisan masyarakat. Penggunaan kata-kata dalam karikatur pun menambah pemaknaan yang luas. Karikatur dalam rubrik berita, menjadi suatu ruang opini yang santai dan menarik perhatian khalayak. Media pers Indonesia menampilkan komik-kartun dan karikatur sebagai ungkapan kritis terhadap berbagai masalah yang berkembang secara tersamar, dan tersembunyi (Sobur, 2013:140).

Peneliti tertarik dalam meneliti karikatur pada portal berita Inilah.com yang mempunyai sub- kanal berita karikatur editorial yang memuat beberapa karikaturnya dalam portal berita online Inilah.com setiap ada pemberitaan atau informasi-informasi didalam masyarakat. Atau bisa dibilang sub-kanal berita karikatur editorial ini selalu update dalam menampilkan karikatur didalam portal berita online Inilah.com. Ada khas dari karikatur editorial Inilah.com, yaitu di dalam setiap karikaturnya terdapat gambar orang yang berkuping besar dan selalu mempunyai perkataan disetiap karikaturnya. Dilihat gambar orang yang berkuping besar ini seperti opini media yang berasal dari opini publik yang ada. Dalam hal ini membuat portal berita online Inilah.com dalam karikatur editorialnya dijadikan objek penelitian, karena karikatur terdapat tanda-tanda yang ingin disampaikan ke khalayak, isinya yang tidak hanya tulisan berita tetapi terdapat juga gambar atau karikatur yang

(4)

memrepresentasikan kritik politik dengan lebih sehat. Dikatakan kritik sehat karena penyampainnya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik (Sobur, 2013: 140). Karikatur ini peneliti melihat menjadi sebuah pesan komunikasi dari media yang merupakan kritikan dari politik Jokowi pada saat kisruhnya antara KPK dengan Polri.

Karena peneliti ingin melihat makna kritik politik dalam karikatur yang berasal dari tanda-tanda di dalamnya tersebut, maka dari itu peniliti menggunakan analisis semiotika. Analisis semiotika adalah penelitian yang dirasakan memiliki tanda-tanda, dan berupaya untuk menemukan makna dari tanda yang muncul tersebut. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda (Sobur, 2013:15). Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan ‘tanda’. (Sobur, 2012:87).

“Tanda” pada massa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjukan pada adanya hal lain.

Contohnya, asap menandai adanya api (Sobur, 2012:95).

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Paradigma ini melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna, yang menjadi titik perhatian bukan bagaimana seseorang mengirim pesan, tetapi bagaimana masing-masing pihak dalam lalu lintas komunikasi saling memproduksi dan mempertukarkan makna. Disini diandaikan tidak ada pesan dalam arti yang statis yang saling dipertukarkan dan disebarkan. Pesan itu sendiri dibentuk secara bersama-sama antara pengirim dan penerima atau pihak yang berkomunikasi dan dihubungkan dengan konteks sosial dimana mereka berada. Fokus pendekatan ini adalah bagaimana pesan politik dibuat dan diciptakan oleh komunikator dan bagaimana pesan secara aktif ditafsirkan oleh individu sebagai penerima (Eriyanto, 2011:46).

Penelitian ini mencoba menguak makna dibalik simbol-simbol dalam karikatur Jokowi di portal berita online Inilah.com. Dari karikatur itu peneliti melihat sebagai sebuah kritik politik tentang politik Jokowi dalam kisruhnya antara KPK dengan Polri. Dengan begitu penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Karena bukan hanya sebuah karikatur Jokowi saja Inilah.com tampilkan dalam sub-kanal berita karikatur editorial, melainkan terdapat sebuah makna yang terkandung dalam karikatur itu yang tergantung dari fakta dipahami dan dimaknai.

Menurut (Bungin, 2008:238) mengatakan paradigma konstruktivisme bersifat reflektif dan dialektikal. Antara peneliti dan subjek yang diteliti, perlu terciptanya empati dan interaksi dialektis agar mampu merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode kualitatif seperti observasi partisipasi.

Yang sudah dilihat dari paradigma, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian Kualitatif.

Moleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. (Herdiansyah, 2010:9).

Pada penelitian ini digunakan metode kualitatif deskriptif, karena metode kualitatif deskriptif dapat disimpulkan sebagai sebuah metode yang bertujuan untuk melukiskan atau menggambarkan keadaan di lapangan secara sistematis dengan fakta-fakta juga interpretasi yang tepat dan data yang saling berhubungan, serta bukan hanya untuk mencari kebenaran mutlak tetapi pada hakekatnya mencari pemahaman observasi. Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menggabungkan antara variabel satu dengan yang lain (Sugiyono, 2012: 35).

Karena itu pengungkapan makna dalam keenam karikatur Jokowi itu sendiri berhubungan dengan kisruhnya KPK dengan Polri yang sedang terjadi. Dan pengungkapan makna itu ingin melihat kritikan atas jalannya politik Jokowi.

HASIL DAN BAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan segnifikasi tahap pertama yaitu makna denotasi, dan signifikasi tahap kedua yaitu makna konotasi dan mitos. Dengan itu, peneliti menemukan pengungkapan makna dibalik tanda tanda dalam karikatur Joko Widodo sebagai media kritik politik dalam masa kisruhnya antara KPK dengan Polri di portal berita online Inilah.com.

Dalam makna denotasi dari keenam karikatur

Terdapat gambar tokoh Jokowi, Budi Gunawan, Abraham Samad, Prabowo, juga terdapat gambar wajah orang yang bertelinga besar disetiap karikatur, dan gambar cicak dan buaya. Baju yang dipakai

(5)

oleh tokoh-tokoh. Dan yang selalu ada yaitu gambar tokoh Jokowi, dalam berbagai ekspresi wajah, gerakan badan, maupun kata-kata. Terdapat pula bayangan dari tokoh Jokowi, dan gambar rumah dengan lambang partai politik.

Makna konotasi dari keenam karikatur

Dari makna denotasi tersebut, peneliti melihat makna-makna dibalik dari beberapa tanda yang ada didalam keenam karikatur. Makna yang diungkap berasal dari tokoh-tokoh dengan berbagai ekspresi wajah, gerakan badan, maupun kata-kata. Baju yang dipakai tokoh-tokoh, bayangan dari tokoh Jokowi, dan gambar rumah dengan lambang partai politik.

Mitos di dalam masyarakat dari keenam karikatur

• Karikatur pertama dengan Judul: “Budi Gunawan Tersangka KPK” Selasa, 13 Januari 2015 | 22:56 WIB. Kritik didalamnya perbedaan keputusan dari Presiden dan dari KPK atas status satu orang ini yaitu Budi Gunawan membuat rakyat tidak mengerti ada apa dengan Budi Gunawan ini. Keputusan Presiden yang dirasa kurang tepat, karena di sisi lain pengumuman Budi Gunawan sebagai tersangka korupsi. Dan dengan sikap Budi Gunawan yang tetap tenang bahkan seolah tidak terjadi apa-apa, padahal ia dinyatakan sebagai tersangka kasus korupsi oleh KPK.

• Karikatur kedua dengan judul “Beban Berat Pak Presiden”, Sabtu, 24 Januari 2015 | 20:44 WIB. Kritik didalamnya kisruh yang berkembang setelah KPK mengumumkan Budi Gunawan sebagai tersangka korupsi dan di lanjutkan dengan penangkapan beberapa anggota KPK oleh Polri ini menambah pekerjaan Presiden saja. Di dalam karikatur denotasinya Presiden seperti ingin mengangkat barbell yang berat, tetapi badannya bergetar tidak mampu.

Melihat menjadi kritikan untuk Presiden yang terkesan tidak mampu menyelesaikan kisurhnya kedua institusi hukum tersebut.

Dan sikap Joko Widodo yang tidak adil, karena tidak acuh dengan apa yang terjadi oleh KPK. KPK yang diserang Polri seperti menangkap para pemimpin KPK ini tidak di pedulikan oleh Joko Widodo

• Karikatur ketiga dengan judul “100 Hari Jokowi”, Kamis, 29 Januari 2015 | 02:11 WIB.

Kritik didalam karikatur tersebut melihat 100 hari kerja Joko Widodo sebagai Presiden ini.

Masih banyak permasalahan-permasalahan rakyat yang dimana rakyat tidak puas dengan kinerja Joko Widodo sebagai Presiden. Apalagi ditambah kisruhnya antara KPK dengan Polri membuat nilai jelek 100 hari kerja Presiden saja. Omong kosong yang biasa sebelum terpilih menjadi Presiden mempunyai rencana-rencana manis.

• Karikatur keempat dengan judul “Pertemuan Prabowo dan Jokowi”, Jumat, 30 Januari 2015 | 01:53 WIB. Kritikan Joko Widodo mengenai kisruhnya antara KPK dengan Polri yang ditujukan kepada koalisinya. Kritikan itu dilakukan pertemuan dengan Prabowo, pertemuan ini berkaitan pembicaraan tentang kisruhnya antara KPK dengan Polri. Itu dianggap sebagai sentilan terhadap koalisinya yang tidak mendukung keputusannya.

Cara Presiden seperti tidak punya kemampuan untuk menaklukan konflik dari kedua institusi ini. Seperti harus melapor kepada orang lain, yang orang lain itu adalah rivalnya sendiri dalam capres kemarin. Melihatkan Prabowo yang lebih mempunyai kekuatan karena Joko Widodo seperti meminta dukungan olehnya.

• Karikatur kelima dengan judul “Jokowi Cari Dukungan”, Minggu, 1 Februari 2015 | 01:05 WIB. Kritiknya tanpa ada dukungan dari Koalisi Indonesia Hebat, dan Prabowo beserta oposisinya Joko Widodo tidak punya kekuatan untuk mengurusi kisruh antara KPK denga Polri tersebut. Dengan kekuatan sendiri Joko Widodo sebagai Presiden tidak punya apa-apa dalam mengurusi konflik dalam negara ini. Joko Widodo yang menunjukan bahwa koalisi mempunyai kekuatan yang lebih kecil, dibandingkan kekuatan Prabowo dan oposisinya.

Dan juga menjadi sorotan jika Presiden tidak dapat melakukan keputusan keputusan dalam beberapa hal, kecuali mendapatkan kekuatan-kekuatan dari pihak lain.

• Karikatur keenam dengan judul “Akankah Jokowi Berpisah dengan PDIP?”, Kamis, 12 Februari 2015 | 22:09 WIB. Kritik didalamnya keputusan keputusan Presiden dirasa ada sebuah intervensi dari suatu partai politik yaitu PDI Perjuangan. Presiden seperti masih dikuasai oleh PDI Perjuangan tersebut. Dan seharusnya keputusan yang dibuat Presiden bukan karena ada suatu pihak yang masuk demi kepentingannya. Sikap Joko Widodo yang melekat dari intervensi PDI Perjuangan.

(6)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan teori-teori semiotika Roland Barthes, penulis menarik kesimpulan makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terkandung dalam keenam karikatur Jokowi dari bulan Januari 2015 sampai Februari 2015.

1. Makna denotasi dalam karikatur Jokowi di Inilah.com dalam Sub-kanal berita Karikatur Editorial bulan Januari 2015 sampai Februari 2015 adalah terdapat gambar tokoh dengan wajah Jokowi, Budi Gunawan, Abraham Samad, Prabowo, baju yang dipakai oleh tokoh- tokoh, juga terdapat gambar wajah orang yang bertelinga besar disetiap karikatur, dengan berbagai ekspresi wajah, gerakan badan, juga kata-kata yang bersinggungan dengan kisruhnya antara KPK dengan Polri. Terdapat pula gambar cicak dan buaya, rumah dengan lambang partai politik.

2. Makna konotasi dalam karikatur Jokowi di Inilah.com dalam Sub-kanal berita Karikatur Editorial bulan Januari 2015 sampai Februari 2015 adalah di setiap karikatur terdapat gambar tokoh Jokowi dengan suatu makna kritikan terhadap jalannya pemerintahan dalam era Jokowi dan pengambilan sikap Jokowi. Kritikan terhadap politik Jokowi tersebut berhubungan dalam kisruhnya antara KPK dengan Polri.

3. Mitos dalam karikatur Jokowi di Inilah.com dalam Sub-kanal berita Karikatur Editorial bulan Januari 2015 sampai Februari 2015 adalah kritikan terhadap politik Jokowi tersebut berhubungan dalam kisruhnya antara KPK dengan Polri benar adanya. Dilihat dalam opini- opini masyarakat dan para ahli yang diambil melalui beberapa artikel dalam portal berita online lainnya.

Saran

Karikatur editorial dalam portal berita online Inilah.com yang menyajikan berbagai makna dari teks dan gambarnya akan menghadirkan kritik-kritik mengenai beberapa kejadian penting dengan beragam dan secara subjektif oleh pembacanya. Diharapkan dari portal berita online atau medianya lebih mempertegas lagi penekanan pada tanda- tanda didalam karikatur tersebut. Hal ini dirasa akan terasa mudah dalam menelaah makna dalam karikatur ini.

Redaksi karikatur editorial portal berita online Inilah.com lebih sering lagi melihat dari sisi kualitas karikatur yang diangkat. Jangan hanya mempunyai karikatur yang update, tetapi tidak memiliki sisi informatifnya bagi pembaca.

Dari tim pembuat karikatur editorial portal berita online Inilah.com lebih sensitif lagi terhadap kritik politik didalam masyarakat. Dan karikatur harus mewakili dari tagline Inilah.com sendiri, yaitu Telinga, Mata, dan Hati Rakyat. Seperti suara-suara rakyat yang dikemukakan oleh portal berita online ini.

Peneliti merasa dari media perlu memberikan pemahaman kepada pembaca tentang karikatur editorial ini. Peneliti melihat kurangnya pemahaman masyarakat terhadap sub-kanal berita karikatur editorial ini karena merupakan suatu kartun opini, sehingga pembaca dapat mudah memahami kritik dari media dan ditunjukan kepada siapa kritikan itu sendiri.

REFERENSI

Buku

Astar Hadi, Nurudin. (2005). Matinya Dunia Cyberspace: Kritik Humanis Mark Slouka Terhadap Jagat Maya. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS).

Bungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Discourse Teknologi Komunikasi di Masyarakat) (cetakan ke-3). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Basuki, Sulistyo. (2010). Metode Penelitian. Jakarta : Penaku.

Cangara, Hafied. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

_____________. (2008). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Creswell, John W. (2010). Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(7)

Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah. (2012). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Edisi Revisi).Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Eriyanto. (2011). Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Firsan Nova. (2009). Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan. Jakarta:

Grasindo.

Fitryan G. Dennis. (2008). Bekerja Sebagai Wartawan. Jakarta: PT. Penerbit Erlangga Mahameru.

Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika .

Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana

Marc Gobe, Bayu Mahendra. (2005). Emotional Branding: Paradigma Baru Untuk Menghubungkan Merek Dengan Pelanggan.Jakarta: Erlangga.

Mcquail, Denis. (2011). Teori Komunikasi Massa (Edisi 6 Buku 1). Jakarta: Salemba Humanika.

Morissan. (2010). Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Prenada Media Group.

Sukmadinata, Nana Syaodih (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa.Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosisal (LKiS).

Semma, Mansyur. (2008). Negara dan Korupsi: Pemikiran Mochtar Lubis Atas Negara, Manusia Indonesia, dan Perilaku Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sobur, Alex. (2012). Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

_________. (2013). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Suprana, Jaya. (2009). Naskah-naskah Kompas.Jakarta : Elex Media Komputindo.

Surbakti, Ramlan. (2010). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

Sutrisno, Mudji. (2006). Oase Estetis: Estetika Dalam Kata dan Sketza. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Tinarbuko, Sumbo. (2008). Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra.

Wijayanto, Ridwan Zachrie. (2009). Korupsi Mengorupsi Indonesia : Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. (2011). Semiotika Komunikasi - Aplikasi praktis bagi penelitian dan skripsi komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Website

http://kartun.inilah.com/kanal/editorial

http://kartun.inilah.com/read/detail/2169924/budi-gunawan-tersangka-kpk http://kartun.inilah.com/read/detail/2172870/beban-berat-pak-presiden http://kartun.inilah.com/read/detail/2174004/100-hari-jokowi

http://kartun.inilah.com/read/detail/2174349/pertemuan-prabowo-dan-jokowi http://kartun.inilah.com/read/detail/2174806/jokowi-cari-dukungan

http://kartun.inilah.com/read/detail/2178549/akankah-jokowi-berpisah-dengan-pdip http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/02/150216_kronologi_bg_kpk http://www.kompasiana.com/opajappy/salah-pilih-kapolri-menyakiti-hati-

rakyat_54f373fc745513792b6c766b

http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/15/01/15/ni7fc66-kisruh-pencalonan-kapolri http://nasional.news.viva.co.id/news/read/578204-begini-raut-wajah-budi-gunawan-terpilih-jadi- kapolri

http://nasional.sindonews.com/read/955535/13/konflik-kpk-polri-bukti-jokowi-sulit-kendalikan- kekuasaannya-1422209174

http://www.kompasiana.com/mrasyidnur/demi-antikorupsi-mari-diketok-hati- jokowi_55485efb547b616c15252430

http://nasional.sindonews.com/read/956620/13/100-hari-pemerintah-jokowi-polemik-kpk-polri-jadi- ujian-1422386439

http://news.liputan6.com/read/2169235/apa-komentar-warga-soal-100-hari-kinerja-jokowi-jk http://www.tribunnews.com/nasional/2015/02/01/ketemu-prabowo-ini-sentilan-kekecewaan-jokowi- untuk-menteri-dan-partai-pendukungnya

http://news.liputan6.com/read/2168934/bertemu-prabowo-jokowi-dinilai-cari-dukungan-politik

(8)

http://www.solopos.com/2015/01/29/jokowi-prabowo-bertemu-netizen-bentuk-prabowo-or-jokowi- 572498

http://news.okezone.com/read/2015/05/03/337/1143746/konflik-kpk-dan-polri-terjadi-karena-jokowi- lemah

http://www.jpnn.com/read/2015/02/08/286223/Enam-Kekuatan-Ini-Kepung-Jokowi,-Berani-gak http://nasional.tempo.co/read/news/2015/01/19/078635857/dua-indikasi-presiden-jokowi-dipengaruhi- megawati

http://nasional.kompas.com/read/2015/01/13/14320401/Budi.Gunawan.Calon.Kapolri.Bambang.Soesa tyo.Yakin.Ada.Intervensi.Megawati.

Jurnal dan Skripsi

Alvian Lesmana. (2014). Analisa Semiotika Iklan Produk Rokok di Televisi (iklan dunhill mild versi 40 cuts). Skripsi program Sarjana pada London School Public Relation: Tidak diterbitkan.

Andi Caturisma J. (2011). Analisis Semiotika Karikatur Oom Pasikomdi Harian Kompas sebagai Media Kritik. Skripsi program Sarjana pada Universitas Hasanuddin: Tidak diterbitkan Iro Sani. (2012). Political Cartoons as a Vehicle of Setting Social Agenda: The Newspaper Example.

Skripsi program Sarjana pada Department of English, FBMK, UPM, Serdang, Malaysia:

Tidak diterbitkan.

Muhammad Akbar Sajid. (2014). Semiotic Representations of America in Pakistani Media: A Critical Discourse Analysis of the Pakistani Newspaper’s Semiotic Discourses. Bahauddin Zakariya University, Multan, Pakistan.

Sarah Annisa Faadilah Mamonto. (2012). Analisis Karakter Anti-Kekerasan pada Tokoh Jude dalam Film Across The Universe (Studi Semiotika Roland Barthes). Skripsi program Sarjana pada Binus University: Tidak diterbitkan.

RIWAYAT PENULIS

Giovanny Pattiasina lahir di kota Tangerang pada tanggal 28 Oktober 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ilmu Komunikasi Pemasaran pada tahun 2015.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

sedangkan skor Addition Test setelah minum air gula sebesar 338 lebih tinggi daripada skor Addition Test sebelum minum air gula sebesar 283 .Terdapat perbedaan

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan berkatNya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pungukuran arah kiblat untuk masjid-masjid di desa Padamara dengan menggunakan alat bantu GPS, qibla locator dan menggunakan alat ukur theodolit diketahui bahwa hasil

Error adalah pengaruh variabel lain diluar lingkungan sekolah dan pendidikan kepramukaan, variabel ini tidak termasuk ke dalam variabel penelitian seperti motivasi

2. Kampung Wisata Rajut Binong Jati di Kota Bandung membutuhkan lebih dari sekedar mengembangkan mesin yang baik, mengembangkan produk yang baik,

Sehubungan dengan hal tersebut penulis menerapkan judul dalam penelitian tindakan kelas ini yakni “ Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Mengembangkan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK DAN ELEMEN MESIN DI SMK.. NEGERI