Desas-desus
!"# $%&'() * '( +,-. /,,
012 $34 536 7
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (Al Hujurat : 6)
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar desas desus yang tak jelas asal usulnya, kadang dari suatu peristiwa kecil, tetapi dalam pemberitaannya menjadi sedemikian besar, atau sebaliknya. Terkadang menyangkut kehormatan seorang muslim. Bagaimanakah sikap kita terhadap berita yang bersumber dari orang yang belum kita ketahui kejujurannya???
Dalam ayat diatas Allah melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas desus. Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka. Tidak semua berita yang dicuplikan itu benar, tidak semua berita yang terucapkan sesuai dengan fakta. Oleh karena itu wajib atas kita untuk selalu waspada terhadap suatu desas desus.
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti,...”(Al Hujurat :6) maksudnya janganlah kalian menerima begitu saja berita dari orang fasiq sampai kalian mengadakan pemeriksaan, penelitian dan mendapatkan bukti kebenaran berita itu.
Dalam ayat ini Allah memberitahukan bahwa orang-orang fasiq itu pada dasarnya jika berbicara ia dusta, akan tetapi terkadang ia juga benar. Oleh karena itu berita yang dibawanya tidak boleh ditolak atau diterima begitu saja, kecuali setelah diteliti.
Kemudian Allah menyebutkan sebab perintah untuk meneliti berita tersebut, dalam lanjutan ayat diatas: “agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (Al Hujurat :6) Terutama jika berita tersebut bisa menyebabkan punggungmu dicambu.
M isalnya; jika masalah yang dibicarakan bisa mengakibatkan hukum had seperti menudu dan sejenisnya.
Sungguh betapa kaum muslimin memerlukan ayat ini, untuk mereka baca, mereka renungi, lalu beradab dengan adab yang ada padanya. Betapa banyak fitnah terjadi akibat berita bohong yang disebarkan oleh orang fasiq yang jahat. Betapa banyak rumah tangga yang hancur akibat berita bohong. Betapa banyak darah yang tertumpah, jiwa yang terbunuh, harta yang terampas, kehormatan yang terkoyak, akibat berita yang tidak benar!! Berita-berita tersebut sengaja dihembuskan oleh musuh-musuh ummat ini. M ereka hendak
menghancurkan persatuan ummat ini, mencabik-cabiknya, dan mengobarkan permussuhan dalam tubuh ummat ini.
Allah yang M aha Lembut dan M aha M engetahui telah meletakan satu kaidah bagi ummat ini untuk memelihara mereka dari perpecahan, membentengi mereka dari pertikaian, juga untuk memelihara mereka dari api fitnah.
Akan tetapi musuh-musuh ummat ini tidaklah tinggal diam. M aka wajib bagi kaum muslimin untuk selalu waspada dan mewaspadai mereka. Dan hendaklah kaum muslimin mengetahui bahwa para musuh mereka tidak pernah tidur membuat rencana dan tipu daya terhadap kaum muslimin.
Sesungguhnya keberadaan kaum munafiq ditengah-tengah kaum muslimin dapat menimbulkan bahaya yang sangat besar. Akan tetapi yang lebih berbahaya adalah keberadaan orang-orang mukmin yang berhati baik yang selalu menerima berita-berita yang dibawakan orang-orang munafiq. M ereka membuka telinga lebar-lebar mendengar semua ucapan orang munafiq, lalu mereka berkata dan bertindak sesuai berita itu. M ereka tidak perduli oleh akibat yang ditimbulkan terhadap kaum muslimin akibat mengekor kepada orang munafiq.
Al Qur’an telah mencatatkan untuk kita suatu bencana yang pernah menimpa kaum muslimin, akibat dari sebagian kaum muslimin yang mengekor orang- orang munafiq yang dengki, sehingga kita bisa mengambil pelajaran. Yaitu dalam surat An Nuur:11. M aka renungilah ayat-ayat yang penuh barakah yang Allah Firmankan tentang kebersihan ummul M ukminin ‘Aisyah dari tuduhan kaum munafiq. Kemudian sebagian kaum muslimin yang jujur ikut- ikutan menuduh tanpa meneliti buktinya. Allah berfirman:
$%8 !9: ; < $%8 =9> ?@7 $%8 A6 BC DE() +,-. .* !F-6 G $ ?9& 5. H-.D $IC + J@& $ KL9 M<%8
!$N6
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar” (An Nuur :11)
Dengan turunnya ayat ini, maka hilanglah mendung dan tersingkaplah kegelapan itu. Lenyap sudah gunung kepedihan yang bertengger dalam hati Ummul M ukminin ‘Aisyah , suaminya, yaitu Rasulullah J, dan bapaknya, yaitu Abu Bakar .Sebagaimana juga hilangnya kepedian sang penuduh, yaitu seorang shahabat yang jujur Shafwan bin M u’athil .
Kemudian dalam ayat selanjutnya mengajarkan kepada kaum mukminin, bagaimana menyikapi berita. Firman Allah :
!B* -; %D 9: $ O@%P2 QRSD RS +T ?S4S# U*
!0
“M engapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mu'minin dan mu'minat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."(An Nuur :12)
Wahai kaum muslimin, inilah langkah pertama yang harus engkau lakukan, jika ada berita buruk tentang saudaramu, yaitu berhusnudzhan (berprsangka baik) kepada dirimu. Jika engkau sudah berhusnudzan kepada dirimu maka selanjutnya kamu wajib berhusnudzan kepada saudaramu dan meyakini kebersihannya dari cela yang di sampaikan.
Inilah yang dilakukan oleh sebagian Shahabat , ketika datang berita kepada mereka tentang ummul M ukminin ‘Aisyah .. Diceritakan dari Abu Ayyub , bahwa istrinya berkata; “Wahai Abu Ayyub tidakah engkau dengar apa yang dikatakan banyak orang tentang ‘Aisyah?” Abu Ayyub menjawab; “Ya, itu berita bohong. Apakah engkau melakukan perbuatan itu (zina), Hai Ummu Ayyub?” Ummu Ayyub menjawab; “Tidak, Demi Allah saya tidak melakukan perbuatan itu”. Abu Ayyub berkata; “Demi Allah, ‘Aisyah itu lebih baik dibanding kamu” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir Juz 8, hal 365 )
Kemudian Allah berfirman:
$; G.3 V6 BWD% O(V /X , $ UC '(V > 4Y G36 DE()
U8
M engapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta.” (An Nuur : 13)
M aka inilah langkah kedua, jika ada suatu berita tentang saudaranya. Langkah pertama mencari dalil yang bersifat bathin, maksudnya dengan berhusnudzhan kepada saudaranya. Langkah kedua dengan mencari bukti yang nyata.
Sebagaimana firman Allah :
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti,...”(Al Hujurat :6)
M aksudnya mintalah bukti kebenaran dari pembawa berita. Jika ia bisa mendatangkan buktinya, maka terimalah. Jika ia tidak bisa membuktikan, maka tolaklah berita itu didepannya, karena ia seorang pendusta. Dan cegahlah masyarakat agar tidak menyampaikan berita bohong yang tidak ada dasarnya sama sekali. Dengan demikian berita tersebut akan mati dan terkubur dalam dada pembawanya ketika kehilangan orang-orang yang mau mengambil dan menerimanya.
Seperti inilah Al Qur’an mendidik ummatnya, Namun sangat disayangkan
bohong, maka berita tersebut cepat tersebar dan diucapkan oleh banyak lidah tanpa mengecek dan meneliti kebenarannya. Allah berfirman:
%8 Z $%8; %%[D $%8O@ G2.[3 U* \; G2@7D !$36 G $
!$N6 G.3 V6 ;D
“(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar” (An Nuur :15)
Pada dasarnya ucapan itu diterima dengan telinga, bukan dengan lisan. Akan tetapi Allah ungkapkan tentang cepatnya berita tersebut ditengah-tengah masyarakat. Seakan-akan kata-kata itu keluar dari mulut ke mulut tanpa melalui telinga, dilanjutkan ke hati yang memikirkan apa yang didengar, yang selanjutnya memutuskan boleh atau tidaknya berita tersebut disebarkan.
Allah mendidik kaum mukminin dengan adab yang mulia ini. M engajarkan kepada mereka cara menghadapi berita bohong dan cara memberantasnya.
Setelah itu Allah mengingatkan kita agar tidak membicarakan sesuatu yang tidak kita ketahui. Kemudian Alah juga mengingatkan kita agar tidak mengekor kepada para pendusta, Allah berfirman:
“Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman” (An Nuur : 17)
Karena sesungguhnya lisan dan semua anggota badan lainnya akan memberi kesaksian pada hari kiamat, Firman Allah :
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la`nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar,pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah Yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya).” (An Nuur :23-25)
G6 & BWD% ]<%& 1R%PD 9D ^S@ .* !$36 G B Z _[ D
`%W@
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (Al Isra’ : 36)
Wahai para penebar desas desus! Wahai para pembuat kedustaan! Wahai pencari aib orang baik! Tahanlah lidahmu, karena sesungguhnya kamu akan diminta pertanggung jawaban atas kata-kata yang engkau ucapkan. Allah berfirman:
!V6 !JY G,V .* Ka + %bP3,
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (Qaaf : 18)
Akhirnya, kita berlindung kepada Allah dari kehinaan. Dan semoga Allah memberi taufiq dan hidayah kepada kita semua.
Wallahu A’lam
---
Kontribusi: Mas Heru Yulias Wibowo – Redaktur Buletin Da’wah An Nashihah Cikarang Baru - Bekasi, untuk berlangganan hubungi bag. Sirkulasi: Mas Arifin 08156094080 (A bu Laili)