BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori
2.1.1 Mata Pelajaran IPA a. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam berarti “ Ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu yaitu rasional dan obyektif. Adapun pengetahuan alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dan segala isinya.
IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta – fakta, konsep – konsep, prinsip – prinsip proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah ( Depdikas, 2004 : 6 )
IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan ( Depdiknas, 1994 : 61 )
Dalam IPA mengandung tiga hal yaitu : 1. IPA sebagai Proses
IPA sebagai Proses merujuk suatu aktivitas ilmiah yang dilakukan para ahli IPA dan mempunyai ciri rasional, kognitif dan bertujuan.
2. IPA sebagai Prosedur
Pengetahuan IPA dibangun melalui penalaran inferensi berdasarkan data yang tersedia dan kebenarannya diuji lewat pengamatan nyata.
3. IPA sebagai Produk Ilmiah
IPA sebagai produk ilmiah dapat berupa pengetahuan IPA yang dapat ditemukan di dalam buku-buku ajar, majalah-majalah ilmiah, buku-buku teks dan lainnya.
b. Ciri-ciri IPA
Ilmu Pengetahuan Alam memiliki ciri-ciri yaitu : 1. Ciri Umum
IPA merupakan himpunan fakta secara aturan yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya.
2. Ciri Khusus
a. Mempunyai nilai ilmiah, dapat dibuktikan dengan model dan prosedur ilmiah.
b. Kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis.
c. Merupakan pengetahuan teoritis, yaitu teori yang diperoleh disusun secara khusus melalui observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori yang berkaitan.
c. Tujuan IPA
Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik di SD / MI mempunyai kemampuan sebagai berikut :
1. Mempunyai keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat menerapkannya.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, kesadaran tentang hubungan antara IPA, lingkungan, teknologi dan manusia.
4. Mengembangkan ketrampilan proses.
5. Meningkatkan kesadaran untuk menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam.
7. Memperoleh pengetahuan, konsep, ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan ke jenjang SMP/ MTs.
d. Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
Peran siswa sangat dibutuhkan dan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai. Agar tercapai, maka dalam pembelajaran IPA harus mengandung beberapa prinsip, yaitu :
1. Empat pilar pendidikan global, yaitu ;
a. Learning to know, meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan sosial serta diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan tentang alam sekitar.
b. Learning to do, siswa diberdayakan untuk menambah pengalaman belajar.
c. Learning to be, hasil yang dimiliki siswa dapat menambah percaya diri sehingga dapat membentuk jatidiri.
d. Learning to live together, siswa dapat membangun toleransi dalam hidup bersama.
2. Prinsip inkuiri, diterapkan untuk menambah rasa keingintahuan siswa
3. Prinsip konstruktivisme, mengaitkan pengetahuan awal dengan tingkat kognitif anak.
4. Prinsip salingtemas ( sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat ), dengan mempunyai pengetahuan IPA siswa mampu mengenal lingkungan dan dengan adanya teknologi maka mampu menghasilkan produk IPA yang baru.
5. Prinsip Pemecahan masalah, agar siswa mampu memecahkan masalah di sekitarnya.
6. Prinsip pembelajaran bermuatan nilai, agar siswa melakukan pembelajaran IPA dengan bijaksana dan tidak berdampak buruk pada lingkungan.
7. Prinsip Paikem ( pembelajaran aktif, kreatif,efektif, menyenangkan ), pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
2.1.2 Model Pembelajaran Examples Non Examples a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas (Suprijono 2013 :46). Adapun pengertian model pembelajaran menurut Brady yang terdapat dalam
(Aunurrahman,2011:146) adalah model pembelajaran merupakan blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru di dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pedoman bagi guru dalam memberikan pembelajaran. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model juga berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
b. Pengertian Model Examples Non Examples
Menurut Buehl (1996) examples non examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan dua hal yang terdiri dari examples non examples dari suatu definisi konsep yang ada dan meminta siswa utnuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
Lusita (2011:83) mengatakan bahwa model examples non examples adalah model yang menggunakan contoh – contoh. Adapun contoh tersebut dapat berasal dari kasus atau gambar yang relevan. Penggunaan media tersebut disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat yang ada dalam gambar. Model ini selain digunakan di kelas tinggi, juga dapat digunakan di kelas rendah karena sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Hamdani menyebutkan bahwa model examples non examples merupakan model belajar yang menggunakan contoh – contoh. Contoh – contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar. ( Hamdani, 2011:94).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Model example non example merupakan model yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari
melalui definisi konsep itu sendiri. Examples non examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
c. Ciri - Ciri Model Examples Non Examples
Model examples non examples penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non- example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
Menurut peneliti model examples non examples adalah salah satu model dalam pembelajaran yang menggunakan contoh – contoh berupa gambar, untuk melatih siswa menganalisis dan membuat deskripsi secara sederhana agar mudah dalam mempelajari suatu konsep.
d. Kelebihan dan Kelemahan model Examples Non Examples Menurut Hamdani kelebihan dari model ini adalah :
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Menurut Buehl (1996) kelebihan dari model examples non examples antara lain sebagai berikut :
1. Siswa berangkat dari suatu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari examples non examples.
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.
Adapun kelemahan dari model ini adalah :
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar 2. Memakan waktu yang lama.
e. Manfaat Model Examples Non Examples
Manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan model ini adalah : 1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis gambar.
2. Membuat siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat.
4. Meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep.
5. Mendorong siswa membangun konsep secara progresif melalui model examples non examples.
f. Langkah – Langkah Pembelajaran dengan Model Examples Non Examples
Tennyson dan Pork (1980) dalam Slavin 1994 menyarankan bahwa jika guru akan menyajikan contoh dari suatu konsep maka ada tiga hal yang seharusnya diperhatikan, yaitu:
1. Urutkan dari yang gampang sampai yang sulit.
2. Pilih contoh yang berbeda satu sama lainnya.
3. Bandingkan dan bedakan contoh – contoh dan bukan contoh.
Menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non contoh akan membantu siswa untuk membangun pemikiran yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah konsep penting.
Joyce and Weil (1986) dalam Buehl (1996) telah memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang menggunakan model inkuiri untuk memperkenalkan konsep yang baru dengan model examples non examples.
Kerangka konsep tersebut antara lain:
1. Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan bukan contoh yang menjelaskan beberapa konsep baru. Kemudian siswa disuruh untuk menyebutkan perbedaan dari contoh-contoh tersebut.
2. Menyiapkan contoh-contoh tambahan yang lebih spesifik.
3. Meminta siswa untukmenggeneralisasikan konsep examples non examples secara berpasangan dan yang lain memberikan umpan balik.
4. Meminta siswa mendeskripsikan konsep baru yang telah diperoleh.
Adapun langkah – langkah dalam pembelajarannnya adalah :
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
c. Guru memberi petunjuk dan kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisis gambar.
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang, hasil diskusi dicatat dalam sebuah kertas.
e. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya.
f. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.
Menurut Sudjono (2011,125), langkah – langkah penggunaan model examples non examples adalah :
a. Persiapkan gambar, diagram atau tabel sesuai dengan materi dan kompetensi.
b. Sajikan gambar di papan atau lewat OHP.
c. Siswa mencermati gambar
d. Siswa mendiskusikan gambar dengan kelompoknya.
e. Tiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatannya.
f. Bimbingan dan penyimpulan.
g. Evaluasi h. Refleksi.
Berdasarkan langkah – langkah penggunaan model examples non examples dari para ahli diatas, apabila disusun menjadi sebuah sintaks adalah : guru terlebih dahulu mempersiapkan gambar, diagram atau tabel sesuai dengan materi dan kompetensi.
Gambar tersebut, kemudian disajikan di papan atau OHP, guru memberi pengarahan terlebih dahulu, lalu siswa mengamatinya. Langkah berikutnya adalah guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, dan setelah berdiskusi, siswa kemudian menyampaikan hasil pengamatannya di depan kelas. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi, guru dan siswa membahas hasil dari diskusi tersebut, dan dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan. Evaluasi dilanjutkan pada tahap berikutnya, dimana siswa diminta untuk mengerjakan beberapa soal yang berkaitan dengan materi atau kompetensi yang
telah dipelajari. Setelah evaluasi maka tahap refleksi dapat dilakukan. Dimana pada tahap ini guru dan siswa membahas kendala-kendala yang dialami dalam pembelajaran ini.
Dari pendapat di atas, apabila langkah – langkah tersebut dikelompokkan sehingga menjadi kegiatan pembelajaran yang terencana dan terstruktur berdasarkan standar proses adalah :
1. Tahap Persiapan
a. Memilih standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator yang sesuai dengan kurikulum.
b. Menentukan tujuan pembelajaran, menyiapkan materi dan instrument format RPP.
c. Mempersiapkan alat peraga.
2. Tahap Pelaksanaan a. Kegiatan Awal
1. Salam, berdoa dan mengabsen siswa.
2. Guru memberikan apersepsi dan motivasi.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Guru menyiapkan gambar.
5. Guru membagi kelompok yang terdiri dari 2-3 orang.
6. Guru membagikan gambar.
b. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari.
2. Guru memberikan gambar untuk dianalisa.
3. Siswa melakukan dikusi bersama kelompoknya.
4. Perwakilan dari tiap kelompok maju ke depan untuk membacakan hasil pengamatannya.
5. Guru membantu siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan.
6. Guru menjelaskan materi sesuai dengan tujuan.
c. Penutup.
1. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
2. Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
3. Evaluasi 4. Penutup.
2.1.3 Hasil Belajar a. Pengertian Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata belajar berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Sedangkan kata belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu ; berlatih ; berubah tingkah laku / tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Adapun pengertian belajar menurut Ensiklopedia adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Disamping pengertian dari KBBI dan Ensiklopedia, pengertian belajar juga dapat dikemukakan oleh beberapa ahli.
Belajar menurut Gagne (Anitah,2011:1.3) adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Pendapat Slameto (2002 : 2 ) tentang belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seorang individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
Adapun pengertian belajar menurut Muhibbin adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses edukatif. Adapun definisi belajar menurut Ngalim adalah bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari suatu latihan atau pengalaman. Jadi berdasarkan pengertian – pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya.
Ciri – ciri belajar itu meliputi ( Hamdani, 2011: 22 ) :
1. Belajar dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan.
2. Belajar merupakan pengalaman sendiri dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
3. Belajar merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan.
4. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar.
Suprijono menyebutkan bahwa belajar itu mempunyai tiga prinsip yaitu : 1. Belajar merupakan perubahan perilaku.
2. Belajar merupakan proses
3. Belajar merupakan bentuk pengalaman.
Menurut Syaodih, belajar itu memiliki beberapa unsur yaitu : 1. Tujuan
2. Kesiapan 3. Situasi 4. Interpretasi 5. Respons 6. Konsekuensi
7. Reaksi terhadap kegagalan
Adapun Gagne membagi belajar menjadi delapan tipe belajar, yaitu : 1. Belajar tanda – tanda atau signal learning
2. Belajar perangsang-jawaban atau stimulus-respons learning 3. Rantai perbuatan atau chaining
4. Hubungan verbal atau verbal association
5. Belajar membedakan atau discrimination learning 6. Belajar konsep atau consep learning
7. Belajar aturan-aturan atau rule learning
8. Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning.
b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Belajar Belajar itu dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : 1) Faktor Individu
Faktor individu terbagi menjadi dua, yaitu fisik dan psikologi. Faktor fisik meliputi keadaan indera, cacat tubuh. Sedangkan psikologi meliputi kecerdasan, perhatian.
2) Tujuan Belajar
Penetapan tujuan belajar yang tepat dapat memelihara minat dan motivasi untuk keberhasilan usaha belajar.
3) Materi yang Dipelajari
Dalam mempelajari sesuatu harus bertahap, dimulai dari materi yang subordinat menuju ke materi yang superordinat.
4) Tehnik Belajar
Dengan menggunakan tehnik belajar yang tepat, maka belajar itu akan menjadi lebih menyenangkan sehingga hasil yang dicapai pun maksimal.
5) Narasumber
Narasumber juga diperlukan, karena dapat memberikan materi.
Narasumber itu bisa berasal dari guru, orang tua, dan lain-lain.
6) Lingkungan
Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi semangat dalam belajar.
Dengan semagat yang tinggi maka seseorang akan mudah dalam menerima materi dan hasil belajarpun dapat tercapai dengan baik.
c. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Hasil menunjuk pada perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas. Sedangkan belajar merupakan perubahan tingkah laku. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Kata hasil belajar sering disebut degan prestasi belajar. Prestasi dapat diartikan sebagai hasil usaha atau kemampuan ketrampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu ( Arifin I, 1999:78 )
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar ( Tri Anni, 2004 : 4 )
Menurut Gagne hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Hasil belajar itu dapat berupa :
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2. Keterampilan intelektual yaitu keterampilan mempresentasikan konsep dan lambang.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian tehadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegitan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Hasil belajar dibagi dalam tiga macam hasil belajar yaitu:
1. Ketrampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengertian
3. Sikap dan cita – cita yang masing – masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. ( Nana Sudjana 2004 ; 22 )
d. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 1. Faktor Internal siswa
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi dua aspek yakni:
a. Aspek fisiologis
Kondisi jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat-tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
b. Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
1. Intelegensi siswa 2. Sikap siswa 3. Bakat siswa 4. Minat siswa 5. Motivasi siswa 2. Faktor Eksternal Siswa
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam yakni :
a. Lingkungan sosial
Lingkungan sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
b. Lingkungan Nonsosial
Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar
Faktor ini merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan model yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi- materi pelajaran.
2.1.4 Hubungan antara Model Pembelajaran Examples Non Examples dengan Hasil Belajar IPA
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang setelah melakukan aktivitas belajar. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. Adapun tujuan itu mencakup tiga aspek yaitu : kognitif,afektif dan psikomotorik.
Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan melakukan beberapa hal, salah satu diantaranya adalah menggunakan model yang tepat. Dalam pembelajaran IPA agar anak
mudah memahami konsep-konsep, maka model Examples Non Examples dapat digunakan. Karena dengan menggunakan model ini, anak-anak diberikan beberapa gambar, tabel atau diagram kemudian mereka menganalisisnya. Dan anak-anak pun menjadi lebih mudah dalam memahami konsep.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Kajian hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Setyowati ( 2009 ) dengan judul penelitian Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Example Non Example dalam Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Sukorejo. Dalam penelitian tersebut telah terbukti karena dapat meningkatkan motivasi belajar dan taraf keberhasilan tindakan.
Kuniawan ( 2011 ) dalam judul Penerapan Model Pembelajaran Examples Non Examples Dapat Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Semester II Di SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Dalam penelitian tersebut juga membuktikan bahwa model example non example berhasil meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Pada penelitian yang pertama, dilakukan pada jenjang SMP, dan penelitian dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini hanya untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa SD kelas 3.
Sedangkan penelitian yang kedua mempunyai perbedaan hanya pada tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Pada jenjang penelitian sama dengan yang peneliti lakukan.
2.3 Kerangka Pikir
Berdasarkan kondisi awal siswa kelas 3 SD Negeri Bandung 02 Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang semester I tahun pelajaran 2013/2014 bahwa hasil belajar IPA belum optimal. Hasil belajar mata pelajaran IPA rendah diakibatkan karena guru dalam mengajar menggunakan model ceramah. Umumnya siswa cenderung cepat bosan mendengarkan penjelasan guru, sehingga mengurangi motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Untuk mengatasi hal tersebut maka guru melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model examples non examples dalam dua siklus. Pada siklus
pertama guru melakukan tindakan dengan cara menempelkan gambar, siswa menganalisa, berdiskusi dan mempresentasikan.Pada siklus kedua guru melakukan tindakan dengan cara membagi gambar, siswa mengelompokkan dan mendeskripsikan gambar, siswa berdiskusi mengerjakan tugas, mempresentasikan..
Kondisi akhir mengenai hasil belajar siswa kelas 3 SD Negeri Bandung 02 Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam meningkat setelah menerapkan model examples non examples adalah :
1. Peningkatan hasil belajar ini ditandai dengan hasil observasi dan nilai ulangan pada setiap siklus yaitu dengan membandingkan antara sikus pertama dengan sikus kedua 2. Dengan menggunakan model examples non examples, pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan
3. Pemahaman siswa dan daya serap meningkat 4. Hasil tes yang dilakukan guru juga baik.
Gambar 1 Kerangka Pikir Proses belajar mengajar
Pembelajaran Konvensional
- Pembelajaran satu arah - Guru aktif - Siswa pasif
Hasil belajar siswa rendah
Penerapan metode
examples non examples
- Siswa aktif - Pebelajaran
dua arah - Pembelajaran
lebih intensif
Hasil belajar siswa meningkat
Pemantapan penerapan model pembelajaran examples non examples
- Keaktifan siswa - Alat peraga - Kreatifitas guru Hasil belajar lebih
meningkat
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran examples non examples diduga dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran IPA pada siswa kelas 3 SD N Bandung 02 Pecalungan Semester I tahun Pelajaran 2013/2014.
.