• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Prestasi Belajar 2.1.1.1. Pengertian Prestasi

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar seorang pendidik biasanya menggunakan suatu tes atau alat evaluasi sebagai alat pengukur. Dengan demikian seorang pendidik dapat mengetahui prestasi yang telah dicapai oleh anak didik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,1 kata prestasi mempunyai

pengertian "Hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan

sebagainya)". Sedangkan Winkel mengatakan bahwa2 "Prestasi adalah bukti usaha

yang telah dicapai". Di dalam pengertian ini prestasi merupakan suatu usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dari pelaksana usaha tersebut. Prestasi merupakan akhir dari sesuatu yang melalui proses pendidikan dan latihan tertentu yang telah dicapainya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai prestasi yaitu bukti atau hasil yang telah dicapai setelah melaksanakan usaha sebaik-baiknya.

1

Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(http://www.scribd.com/doc/23735462/pengertian-prestasi), Diakses 5 Februari 2012. 2 Indonesia, Winkel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(2)

8 2.1.1.2. Pengertian Belajar

Keseluruhan proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami

oleh siswa sebagai anak didik. Kamus Besar Bahasa Indonesia3 menyebutkan

bahwa “belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; berlatih; berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.

Sementara itu menurut pengertian secara secara psikologi,4 “Belajar merupakan

suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku”.

Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

“5Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Selain itu, belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan

3

Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(http://tentangkomputerkita.blogspot.com/2010/04/pengertian-prestasi.html), Diakses 5 Februari 2012.

4

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Cet.5, (Rineka Cipta, Jakarta, 2010), hlm 2.

5

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Cet.5, (Rineka Cipta, Jakarta, 2010), hlm 2.

(3)

9

lingkungannya. Burton dalam buku Menjadi Guru Profesional6 menyatakan

“Learning is a change in the individual due to instruction of that individual and his environment, wich fells a need and makes him more capable of dealing adequately with his environment”. Menurut pengertian ini terdapat kata change atau “perubahan” yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, ketrampilannya, maupun aspek sikapnya.

Beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar, diantaranya adalah:

1. Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, dimana perubahan

itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

2. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

3. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relative mantap:

harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu

6

Usman Moh User, Menjadi Guru Profesional, Cet.26, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011), hlm 5.

(4)

10

periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, ataupun bertahun-tahun.

4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut

berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri atau dari interaksi dengan lingkungan. Perubahan ini meliputi berbagai aspek baik fisik maupun psikis.

2.1.1.3. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia7, "Prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes/angka nilai yang diberikan oleh guru". Belajar dikatakan sempurna bila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimilikki siswa dalam menerima, menolak,

7

Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(5)

11

dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa ini dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun simbol pada tiap-tiap periode tertentu yang diwujudkan dalam bentuk rapot.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha siswa dalam proses belajar yang dinyatakan dalam simbol, angka, atau huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh siswa pada periode tertentu.

Prestasi belajar semakin terasa penting karena mempunyai beberapa fungsi utama sebagai berikut.

1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan

yang telah dikuasai peserta didik;

2. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

Asumsinya bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan;

3. Prestasi belajar sebagai indikator daya serap peserta didik.

2.1.2. Keaktifan siswa

Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti8 “giat (bekerja atau

berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif”. Keaktifan siswa dalam belajar matematika tampak dalam kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami mata pelajaran.

8

Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (

(6)

12

Menurut Moh User Usman cara yang dapat dilakukan guru untuk memperbaiki

keterlibatan siswa antara lain sebagai berikut :9 “

a. Tingkatkan persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar

mengajar yang membuat respon aktif dari siswa.

b. Masa transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan

secara cepat dan luwes.

c. Berikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan

mengajar yang akan dicapai.

d. Usahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat siswa”.

Menurut Lidgren (Menjadi Guru Profesional) 10terdapat empat jenis

interaksi dalam kegiatan belajar mengajar. Diantaranya adalah : G

S S S Gambar 1a Komunikasi satu arah

G

S S S Gambar 1b

Ada balikan bagi guru, tidak ada interaksi diantara siswa

9

User Moh Usman, Menjadi Guru Profesional, Cet.26, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011), hlm 26.

10

Lidgren dalam User Moh Usman, Menjadi Guru Profesional, Cet.26, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011), hlm 27.

(7)

13 G

S S S Gambar 1c

Ada balikan bagi guru, ada interaksi diantara siswa

G

S S S Gambar 1d

Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa

lainnya

Komunikasi satu arah (gb.1a) merupakan komunikasi yang hanya dilakukan oleh guru terhadap siswa, sementara siswa hanya pasif sebatas mendengarkan komunikasi dari guru. Komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa, tetapi tidak ada interaksi antar siswa . interaksi yang terjadi hanya antara guru dan siswa selama pembelajaran (gb.1b). komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa dan ada interaksi diantara siswa, tetapi belum keseluruhan siswa yang melakukan interaksi balik dengan guru maupun siswa lain (gb.1c). komunikasi sudah berjalan baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Dalam hal ini interaksi sudah optimal selama proses pembelajaran (gb.1d).

Jenis-jenis interaksi pembelajaran yang telah dijelaskan menunjukkan derajat keaktifan siswa. Anak panah menunjukkan arah komunikasi sehingga

(8)

14

semakin banyak ruas garis berarah menunjukkan semakin tinggi interaksi siswa. Interaksi lebih tinggi ini diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan siswa terlihat dari merespon pertanyaan atau perintah dari guru, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru.

2.1.3. Pengertian Matematika

Ada beberapa pengertian mengenai matematika, salah satu diantaranya

yang diberikan oleh Ruseffendi11 menyatakan bahwa, “Matematika adalah bahasa

simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia12 “Matematika adalah ilmu

tentang bilangan-bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.

Di bawah ini diberikan beberapa pengertian tentang matematika, antara

lain:

11

Rusfendi dalam Heruman, Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991), hlm 1.

12

Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(9)

15

1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir

secara sistematik.

2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan

berhubungan dengan bilangan.

4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan

masalah tentang ruang dan bentuk.

5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Dari definisi yang saling berbeda itu, dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah:

a. Memiliki objek kajian abstrak.

b. Bertumpu pada kesepakatan.

c. Berpola pikir deduktif.

d. Memiliki simbol yang kosong dari arti.

e. Memperhatikan semesta pembicaraan.

f. Konsisten dalam sistemnya.

Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya.

2.1.3.1. Prinsip dan Tujuan Pembelajaran Matematika

(10)

program-16

program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan peserta didik dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.

Pendapat Piaget 13mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah

sebagai berikut:

1. “Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang

dewasa. Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, mereka memiliki cara yang khas untuk menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya. Maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar.

2. Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu,

menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.

3. Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui

suatu urutan tertentu tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke gtahap yang lain tidaklah selalu sama pada tiap anak.

4. Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:

kemasakan, pengalaman, interaksi sosial, dan equilibration (proses dari ketiga faktor diatas bersama-sama untuk membangun dan memperbaiki struktur mental).

5. Ada tiga tahap perkembangan, yaitu: berfikir secara intuitif, beroperasi

13

Piaget dalam Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Rineka Cipta, Jakarta, 2010), hlm 12.

(11)

17

secara konkrit, dan beroperasi secara formal”.

Pembelajaran Matematika juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta didik, adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memeliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa diharapkan dapat menguasai konsep dasar matematika secara benar sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari matematika dijenjang sekolah selanjutnya. Lebih jauh pembelajaran matematika di sekolah dasar diharapkan

(12)

18

dapat mengembangkan kemampuan berhitung, meningkatkan kemampuan bermatematika, dan membentuk sikap kritis, kreatif, jujur, disiplin, efisien dan efektif. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar bagi para siswa adalah dimilikinya kemampuan berfikir matematik yang memadai, karena siswa harus dipersiapkan sikap dan mentalnya untuk menghadapi situasi dan kondisi perkembangan globalisasi dunia dan transfer ilmu, teknologi dan informasi dimasa depan.

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran yang diberikan oleh guru, tetapi lebih seringnya menggantikan pengaturan tempat duduk yang individual, cara belajar individual, dan dorongan yang individual. Apabila diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan. Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah

(13)

19

berdasarkan penelitian dasar yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat– akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berfikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu. Pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukannya menjadi masalah. Lebih jauh lagi, pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antar siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antar siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas melengkapi alasan pentingnya untuk menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas berbeda.

Salah satu alasan terpenting mengapa pembelajaran kooperatif dikembangkan adalah bahwa para pendidik dan ilmuan sosial telah lama mengetahui tentang pengaruh yang merusak dari persaingan yang sering digunakan didalam kelas. Inti dari pembelajaran koopertif, dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok ynag beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang diberikan oleh guru. Semuametode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerjasama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya

(14)

20

mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Penelitan mengenai metode pembelajaran kooperatif telah mengindikasikan bahwa penghargaan tim dan tanggung jawab individual sangat penting untuk meningkatkan prestasi kemampuan dasar.

2.1.4.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain Slavin, Lazarowitz, atau Sharan adalah tipe Jigsaw, tipe NHT (Number Heads Together), tipe TAI (Team Assited Individualization), dan tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Pembelajaran kooperatif tipe

STAD14 merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan

merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. STAD telah digunakan dalam berbagai macam pelajaran yang ada, mulai dari matematika, bahasa, seni, sampai dengan ilmu sosial dan ilmu pengetahuan ilmiah lain. Selain itu, dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain.

Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling membantu dan mendukung satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan guru. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin

(15)

21 dkk.

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah a. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa. Misal, antara lain dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu.

b. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa.

c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

d. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antaranggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.

e. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

(16)

22

g. Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan

perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya.

2.2. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Tintin Prihatiningsih pada tahun 2006 tentang “Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan bilangan bulat kelas VII A SMP Negeri 5 Depok Yogyakarta”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajran kooperatif tipe STAD keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan bilangan bulat dapat meningkat.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sony Irianto, tentang “ Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement division) dan TGT (teams game tournaments). Analisis data menunjukkan hasil : 1) tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan pembelajaran konvensional, 2) tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika oleh perbedaan tingkat kreativitas,3) tidak ada interaksi pengaruh yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatuf tipe STAD, TGT, pembelajaran konvesional, dan tingkat kreativitas.

(17)

23 2.3. Kerangka Berpikir

Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar dikelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang selama proses pembelajaran yang berdampak pada prestasi belajar siswa masih rendah dalam mempelajari mata pelajaran matematika. Hal ini yang menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa agar dapat mempelajari matematika dengan lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih mendorong kemandirian, keaktifan, kreativitas dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam pembelajaran ini siswa lebih banyak berperan selama kegiatan berlangsung. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan sosial, toleransi dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri Jebengsari.

Berdasarkan paparan diatas, maka kerangka penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Keadaan Awal Tindakan Hasil Akhir

 Model pembelajaran

masih berorientasi

pada guru, sehingga siswa kurang aktif

dalam kegiatan

pembelajaran.

 Penjelasan tentang

penerapan model

pembelajaran

kooperatif tipe STAD

 Penerapan model

pembelajaran

 Peningkatan

keaktifan belajar

siswa dilihat dari

aktifitas belajar

selama kegiatan

(18)

24

Akibatnya prestasi

siswa masih rendah.

kooperatif tipe STAD

 Refleksi dari hasil

siklus mengenai

penerapan model

pembelajaran

kooperatif tipe STAD

berlangsung (proses belajar)

 Peningkatan prestasi

belajar siswa dilihat

dari hasil belajar

siswa

Evaluasi Awal Evaluasi Efek Evaluasi Akhir

Hubungan Pembelajaran menggunakan Metode Kooperatif tipe STAD dengan Prestasi Belajar Siswa.

2.4. Hipotesis Tindakan

Setelah mengetahui dari kajian pustaka maka peneliti mengambil hipotesis tindakan sebagai berikut: model pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Jebengsari masih menggunakan metode teacher center, atau pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga siswa kurang aktif dan tidak dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran, hal itu mengakibatkan prestasi siswa menjadi rendah. Untuk meningkatkan ketrampilan sosial, toleransi, dan prestasi belajar siswa, perlu digunakan metode pembelajaran yang ikut melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, yaitu dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari penggunaan model pembelajaran

(19)

25

kooperatif tipe STAD ini, peningkatan ketrampilan sosial dilihat dari aktifitas belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, sedangkan toleransi dilihat dari kegiatan kelompok siswa dan peningkatan prestasi belajar siswa

Referensi

Dokumen terkait

Pada sedimen dasar laut Selat Makassar telah berhasil dikultur beberapa jenis aktinomisetes sebagai berikut: Micromonospora, Verrucosispora, Streptomyces,

Catatan: PCN yang dilaporkan akan mengindikasikan bahwa suatu pesawat udara dengan nomor klasifikasi pesawat udara [aircraft classification number (ACN)] sama dengan atau

Ibu Anggrek sambil ketawa ketika peneliti menanyakan tentang dampak keikutsertaan anaknya belajar agama di Sekolah Dasar Santa Maria Pekanbaru, “begini mbak, anak saya

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa semua biaya overhead perusahaan disatukan dalam satu kelompok biaya ( cost pool ), kemudian dialokasikan pada produk dengan

mungkin benar karena struktur luar kerucut gunungapi muda merupakan sebuah struktur kaldera namun bukan merupakan kaldera yang terbentuk akibat pengaruh longsornya

Selain itu peneliti memperoleh informasi 2 orang (13,33) yang menyatakan bahwa mereka akan mencari travel “X” setiap kali ingin berpergian, tetapi jika tidak ada kursi

an campuran yang dimaksud dalam peraturan ini adalah perkawinan dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan. Seperti seseorang yang tunduk kepada hukum

Seorang manajer proyek tidak harus merupakan pembicara motivasi yang hebat, tetapi harus memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan orang, membagi visi yang sama, dan membuat