• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR

A. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2011:71). Dalam melakukan kegiatan motivasi sangat diperlukan. Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan yang mencapai tujuan”. Dorongan yang kuat dalam diri seseorang dalam melakukan kegiatan akan membuat dirinya berusaha mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut Suprihanto (2003) motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi berbeda satu dengan yang lainnya.

Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun sikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula. Secara umum mengidentifikasikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkah laku mencapai tujuan, telah terjadi didalam diri seseorang.

Dalam buku psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “Motivasi adalah daya penggerak atau dorongan untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan dari luar“

(Dalyono, 2005: 55). Dalam melakukan pekerjaan pendoronan dipengaruhi dari dalam diri dan juga luar yang bisa terlihat dari hasil kerja itu sendiri.

Dalam bukunya Ngalim Purwanto. Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks disuatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (insentive). Tujuan adalah yang membatasi / menentukan tingkah laku organisme itu (Ngalim Purwanto, 2007: 61).

(2)

Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu (Cropley, 1985). Hampir senada, Winkels (1987) mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh, maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan tertentu. Seorang pendidik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorong berupa motivasi. Motivasi menimbulkan insentitas bertindak lebih tinggi. Terjadi suatu usaha merangsang kemampuan siswa untuk bertindak khususnya dalam hal belajar yang dikarenakan adanya keinginan untuk mencapai prestasi yang tinggi.

1. Ciri- ciri motivasi

Menurut Sardiman A.M (2011:83) bahwa motivasi ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama tiak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Tidak memerlukan dorongan dari luar berpartisipasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya).

c. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam “masalah”.

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya apabila sudah yakin akan sesuatu.

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakinini itu.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

(3)

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas berarti seseorang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri diatas sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas dan mekanisme.

2. Fungsi Motivasi

Ada tiga fungsi motivasi dalam belajar, diantaranya: (Purwanto Ngalim, 1992: 70-71)

a. Motivasi itu mendorong manusia untuk berbuat/bertindak. Motivasi itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.

b. Motivasi itu menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan sesuatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mecapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh.

c. Motivasi itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, yang mencapai tujuan itu dengan berfoya-foya/ bermain kartu, sebab perbuatan itu tidak cocok dengan tujuan.

Menurut Hamalik (1992) fungsi motivasi yaitu:

1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

2. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

3. Sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.

Jadi, fungsi motivasi dalam belajar pada dasarnya adalah sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan sehingga dapat memberikan arah yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan yang ingin dicapai. Seperti dalam Q.s Al- Insyiroh : 5-6 yang menjelaskan bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Demikian juga dengan adanya motivasi atau keinginan dalam belajar dapat memberikan arah dalam setiap individu untuk selalu berusaha apabila ngalami kesulitan dalam belajar. Dan menyakini bahwa setiap kesulitan yang dihadapi pasti akan menemukan jalan keluar.

(4)

Fungsi motivasi ini sangat penting, karena akan memotivasi diri siswa dan dapat membangkitkan para siswa agar memiliki dorongan untuk semangat dalam belajar.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi balajar yaitu;

a. Faktor instrinsik 1. Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa inipun semat-mata tertuju pada suatu objek atau sekumpulan objek.

Untuk dapat menjamin hasil yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan sehingga tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat balajar dengan baik , usahakanlan bahan pelajaran itu sesuai dengan hobby dan bakatnya.

2. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang. Diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian. Karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang. Sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dar itu diperoleh kepuasan.

3. Kepercayaan diri

Kepercayaan diri merupakan sikap positif seseorag individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik untuk diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. (Fatimah,2010:149).

(5)

4. Kepuasan

Kepuasan siswa adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. (Tjiptono,2000:147)

Adapun dalam buku belajar dan pembelajaran, Ali Imron (1996) mengemukakan enam unsur atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam prosese pembelajaran. Keenam faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Cita-cita/ aspirasi pembelajaran b. Kemampuan pembelajaran c. Kondisi pembelajaran

d. Kondisi lingkungan pembelajaran

e. Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajaran

Adapun penjelasan faktor tersebut adalah:

1) Cita- cita / Aspirasi Pembelajaran

Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini dapat diamati dari banyaknya kenyataan, bahwa motivasi seorang pembelajar menjadi begitu tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita. Implikasinya dapat terlihat dalam proses pembelajaran, misalnya seseorang yang memiliki cita-cita menjadi dokter. Begitu juga terjadi cita-cita yang lainnya.

2) Kemampuan pembelajaran

Kemampuan belajar juga menjadi faktor penting dalam mempengaruhi motivasi. Seperti dapat dipahami bersaama bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Karena itu, seseorang yang memiliki kemampuan dibidang tertentu, sehingga ia akan termotivasi dengan kuat untuk terus menguasai dan mengembangkan kemampuannya dibidang tersebut. Misalnya, ia lebih mampu di bidang ekonomi maka motivasi untuk menguasai bidang ekonomi akan lebih besar.

(6)

3) Kondisi Pembelajaran

Kondisi pembelajaran menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi.

Hal ini dapat terlihat dari kondisi fisik maupun kondisi psiskis pembelajar.

Pada kondisi fisik, hubungannya dengan motivasi dapat di lihat dari kedaan fisik seseorang. Jika kondisi fisik sedang kelelehan, maka akan cenderung memiliki motivasi yang tinggi. Selain kondisi fisik, maka dapat juga diamati dari kondisi psikis. Hal ini dapat terlihat jika seseorang kondisi psikisnya sedang tidak bagus misalnya sedang setres maka motivasi juga akan menurun tetapi sebaliknya jika kondisi psikologi seseorang dalam keadaan bagus, gembira, atau menyenangangkan maka kecenderungan motivasinya akan tinggi.

4) Kondisi Lingkungan Pembelajaran

Kondisi lingkungan pembelajaran sebagai faktor yang mempengaruhi motivasi, dapat diamati dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang mengitari pembelajaran. Misalnya, lingkungan fisik yang tidak nyaman untuk belajar akan berdampak pada menurunnya motivasi belajar. Selain itu, lingkungan sosial juga berpengaruh, hal ini daat diamati dari lingkungan sosial yang ada disekitar pembelajaran seperti teman sepermainanya, lingkungan keluarganya, atau teman sekelasnya.

Lingkungan sosial yang tidak menunjukkan kebiasaan belajar dan mendukung kegitan belajar akan berpengaruh terhadap rendahnya motivasi belajar, tetapi jika tidak sebaliknya, maka akan berdampak pada meningkatmya motivasi belajar.

5) Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran

Faktor dinamisasi belajar juga mempengaruhi motivasi. Hal ini dapat diamati pada sejauh mana upaya memotivasi pada sejauh mana upaya memotivasi tersebut yang dilakukan, bagaimana juga dengan bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar dan sebagainya yang dapat mendinamisasi proses pembelajaran. Makin dinamis susana belajar, maka

(7)

cenderung akan makin memberi motivasi yang kuat dalam proses pembelajaran.

6) Upaya guru dalam pengajaran siswa

Guru adalah sosok yang dikagumi dan insan yang mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan. Seorang guru dituntut untuk profesional dan memiliki keterampilan.

Dalam suatu kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan tidak lepas adanya fungsi dan kegunaan. Motivasi dalam belajar yang merupakan suatu dorongan memiliki fungsi, yang dikemukakan oleh seorang ahli yaitu:

Mendorong manusia untuk berbuat dan bertindak. Motif untuk berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor penggerak melepaskan energi.

Menyelesaikan perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang akan dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. (Purwanto, 2007: 70). Dalam mencapai tujuan sudah jelas harus mengutamakan tindakan yang bermanfaat dalam membantu pencapai tujuan tersebut.

Faktor isntrinsik merupakan yang berasal dari dalam diri peserta didik. Seperti kesehatan, perhatian, minat serta bakat. Faktor instrinsik ini sangat mempengaruhi motivasi belajar seorang siswa. Jika salah satu dari faktor instrinsik terganggu, maka motivasi belajar siswapun akan terganggu.

b. Faktor ekstrinsik 1. Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Akibatnya siswa menjadi malas untuk belajar. Guru yang progresif berani

(8)

mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik. Maka metode mengajar harus di usahakan yang tepat, efisien dan efektif.

2. Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar di pakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan. Alat pelajaran yang diberikan kepada siswa.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.

Yang termasuk dalam faktor instrinsik adalah kesehatan, perhatian, minat dan bakat. Sedangkan yang termasuk dalam faktor ekstrinsik adalah metode mengajar, alat pelajaran, dan kondisi lingkungan.

Menurut Nana Syaodih (2009:63) sifat motivasi dibedakan atas empat macam yaitu:

 Motivasi takut (Fear Motivation)

Individu melakukan sesuatu perbuatan karena takut.

 Motivasi Intensif (Intcentive Motivation)

 Individu melakukan suatu perbuatan untuk mendapatkan suatu intensif.

 Sikap (Attitude Motivastion) / (Self/Motivation)

Motivasi ini lebih bersifat instrinsik, muncul dari dalam diri individu, berbeda dengan kedua motivasi sebelumnya yang lebih bersifat ekstrinsik dan datang dari luar diri individu. (Nana Syaodih, 2009;63)

5. Upaya untuk membangkitkan motivasi dalam kegiatan belajar

Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa guru hendaknya berusaha dengan berbagai cara, berikut ini cara untuk membangkitkan motivai isntrinsik dan ekstrinsik adalah sebagai berikut:

a) Kompetisi (Persaingan): guru berusaha meciptkan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha

(9)

memperbaiki hasil prestasi belajar yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi oranglain.

b) Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan, makin jelas tujuan makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan suatu perbuatan.

c) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.

d) Mengadakan penilaian atau tes, pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik.

e) Kesempurnaan untuk suskes: Kesuksesan dapat menimbulan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya, sehingga guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih suskes dengan usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan guru.

B. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu “prestasi” dan

“belajar” kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu “perstatie”, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti “hasil usaha” dalam kamus umum Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa kata

“prestasi” berarti hasil yang telah dicapai.

Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Istilah lazim digunakan sebagai sebutan dari penilian dari hasil belajar. Dimana penilaian tersebut bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Pretasi belajar terdiri dari dua kata yakni prestasi belajar digunakan hasil yang optimal dari suatu aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat dipisahkan dari pengertian belajar.

(10)

Menurut ahli belajar modern mengatakan bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatkan dalam cara-cara tingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu semuanya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, timbul dan berkembangnya sifat-sifat sosial. Susila dan emosional. ( Abu Ahmadi, 1991: 279)

Menurut pendapat Muhibbin Syah (2013: 87) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Muhibbin syah mengutip pendapat beberapa faktor psikologi tentang definisi belajar, diantaranya adalah:

a. Skinner, seperti yang dikutip barlow dalam bukunya educational psycology:the teaching learning process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsun secar progresif (a proces of progressive behavior adaptasion.) berdasarkan eksperimennya, B.F skinner percaya bahwa proses adapatasi tersebut akan menadapatkan hasil yang optimal apabila ia dibri penguat(reinforce)

b. Hintzman dalam bukunya the psykologi of learnng and memory berpendapat lerning is change in organism due to experience which can affect the orgaanism behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang teradi dalam diri organism( manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapt mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi, dalam pandangan hitzman, perubahan yang di timbulkan oleh pengalam tersebut baru dapat dikatakan apabila mempengaruhi organisme.

c. Wittig dalam bukunya, psycology learning, mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organisme’s behavioral repertoire that occurs as a result of experienc. Belajar ialah perubhana yang relatif menetap erjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalman.

d. Biggs dalam pendahuluan buku teaching of learning, mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif ; rumusan institusioanla; dan rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini, kata-kata seperti perubhan dan tingkah laku tidak lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini sudah menjadi kebenaran umum yang diketahui seua orang yang terlibat dalam proses pendidikan (syah,2007). (Rohmalina Wahab, 2016 : 242-243).

(11)

Menurut Harjati (2008: 43), menyatakan bahwa prestasi merupakan hal usaha yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk menunjukkan kemampuan pencapaian dalam hasil kerja dalam waktu tertentu.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994: 21) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

Menurut pendapat penulis prestasi belajar dia atas adalah usaha yang dilakukan yang menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk pencapaian dalam hasil kerja suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok.

Sedangkan pendapat Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari pengertian kata prestasi dan belajar tersebut, maka penulis dapat menarik batasan tentang pengertian prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajarnya baik berupa angka serta tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing siswa dengan periode waktu tertentu dalam belajar. Belajar untuk mengejar prestasi memang sangat penting. Sebab dengan prestasi atau hasil yang lebih menggembirakan. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakannya pengukuran dan penilaian terhadap pengetahuan yang diperolehnya.

Prestasi belajar yang dicapai tiap siswa tidak sama, adapun ketidaksamaan itu disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor itu antara lain : faktor internal yaitu kondisi jasmani dan rohani siswa, faktor eksternal yaitu kondisi

(12)

lingkungan sekitar siswa, faktor pendekatan belajar yang meliputi strategi dan metode dalam belajar.

Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, dalam bergaul dengan orang, dalam memegang benda dan dalam menghadapi peristiwa manusia belajar, namun belum tentu berada di tengah-tengah lingkungan, menjamin adanya proses belajar, maka orangnya sendiri harus aktif, melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dan perasaannya, misalnya setiap guru harus mengetahui dari pengalaman bahwa kehadiran siswa dalam kelas belum berarti siswa sedang belajar, selama siwa tidak melibatkan diri, dia tidak akan belajar. Maka, supaya terjadi belajar dituntut seorang melibatkan diri harus ada interaksi aktif.

Aktivitas boleh berupa aktivitas mental saja, yang tidak disertai gerak- gerik jasmani, boleh juga terjadi aktivitas jasmani yang didalamnya melibatkan mental seseorang.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Pada paparan di atas telah dijelaskan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan suatu perubahan yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan.

Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor.

Adapun faktor-faktor itu, dapat kita bedakan menjadi dua golongan antara lain

1. Faktor internal yakni faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat memengaruhi prestasi belajarnya. Di antara faktor-faktor intern yang dapat memengaruhi prestasi belajar seseorang adalah antara lain:

(13)

a. Faktor internal siswa

Faktor yang berasal dari dalam siswa sendiri meliputi dua aspek yaitu:

1) Aspek fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus atau tanggpan alat yang memadahi tingkat kebugaran organ-organ dan sendi-sendinya, keadaan tonus jasmani. Pada umumnya dapat dikatakan membelakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah, lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah.

Berkaitan dengan hal tersebut Suryabrata mengemukakan bahwa ada dua hal yang berhubungan dengan jasmani dan tonus yaitu :

a) Nutrisi harus cukup karena kekuarangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya. Terlebih-lebih bagi anak-anak yang masih sangat muda, pengaruh ini besar sekali.

b) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar ini.

Penyakit-penyakit seperti pilek, influensa, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan, akan tetapi dalam kenyataannya penyakit-penyakit semacam ini sangat mengganggu aktivitas belajar. (Sumadi Suryabrata, 1998:

235)

Untuk mempertahankan kondisi jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan

(14)

berkesinambungan. Hal ini sangat penting sebab perubahan pola makan dan minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga pengetahuan, khususnya kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan siswa yang disajikan di kelas.

Daya pendengaran dan penglihatan siswa yang rendah, umpamanya akan menyulitkan seseorang register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan econic (gema dan citra). Akibat negatif selanjutnya adalah terhambatnya proses ionformasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut.

2) Aspek psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang mana dapat mempengaruhi kuantitatif dan kualitatif perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial ini adalah sebagai berikut:

a. Tingkat kecerdasan/ Intelengensi

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.

Untuk mengetahui arti yang jelas tentang pengertian intelegensi disini, penulis akan kutipkan beberapa batasan yang dikemukakan oleh para ahli antara lain :

a) Menurut Daud Vechsler bahwa: Intelegensi adalah kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara afektif. (Sarlito Wirawan Sarwono, 1987: 71)

(15)

b) William Ster mendefinisikan bahwa: “Intelegensi adalah sebagai kemampuan untuk menggunakan secara tetap segenap alat-alat dan pikiran, guna menyesuaikan diri terhada tuntutan-tuntutan baru. (Kartini Kartono, 1992: 79)

c) Sedangkan Purwanto berpendapat bahwa intelegensi adalah

“Kemampuan yang dibaca sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu. (Ngalim Purwanto, 1992:52)

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diraguka lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna,Semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siwa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

Dari beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut sanggup untuk berfikir yang sesuai dengan tujuan.

Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya. Lantaran otak merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi karena sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

(16)

b. Sikap

Sikap adalah merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi, atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. (Muhibbin Syah, 2009: 235)

Sikap siswa yang positif terutama pada guru dan mata pelajaran yang disajikannya merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap negatif terhadap guru dan pelajarannya apalagi jika diiringi kebencian kepadanya atau kepada mata pelajarannya dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif siswa seperti tersebut di atas, guru dituntut terlebih dahulu menunjukkan sikap positifnya terhadap dirinya dan terhadap mata pelajaran yang menjadi faknya.

Dalam hal ini bersikap positif terhadap mata pelajarannya, seorang guru sangat dianjurkan untuk senantiasa menghargai dan mencintai profesinya. Guru yang demikian tidak hanya menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bidang studinya, tetapi juga mampu meyakinkan kepada para siswa akan manfaat bidang studi tertentu, siswa akan merasa membutuhkannya, dan dari perasan butuh inilah diharapkan muncul sikap positif terhadap bidang studi tersebut sekaligus terhadap guru yang mengajarnya.

c. Bakat

Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Kuder dan paulson berpendapat bahwa: “Yang dimaksud dengan bakat adalah semacam perasaan dan perhatian.

Ia merupakan satu metode pikir”. (Sarwono, 1987: 112)

(17)

Menurut pendapat menurut Slameto (2010: 57) bakat adalah

“the capacity to learn”. Dengan perkataan lainbakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat dibidang itu.

Sedangkan pendapat Sardiman (2006: 46) adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada.Hal ini dekat dengan persoalan intelegensi yang merupakan struktur mental yang melahirkan

“kemampuan” untuk memahami sesuatu.

Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (Superior) atau cerdas luar biasa (Very Superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.

Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang studi tertentu. Oleh karena itu hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya itu.

Pemaksaan kehendak terhadap bakat sendiri, dan juga ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga ia memiliki jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, sehingga nantinya akan berpengaruh pada prestasinya.

(18)

d. Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak termasuk istilah popouler dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, dan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2009: 152).

Sedangkan menurut pendapat Slameto, (2010: 57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

Minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. (Muhibbin Syah, 2009: 136)

Keinginan atau minat dan kemauan atau kehendak sangat memengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang.

Sekalipun seseorang itu mampu mempelajari sesuatu, tetapi bila tidak mempunyai minat, tidak mau atau tidak ada kehendak untuk mempelajarinya, ia tidak akan bisa mengikuti proses belajar.

Minat atau keinginan ini erat pula hubungannya dengan perhatian yang dimiliki, karena perhatian mengarahkan timbulnya kehendak pada seseorang. Kehendak atau kemauan ini juga erat hubungannya dengan kondisi fisik seseorang, misalnya dalam keadaan sakit, capai, lesu, atau mungkin sebaliknya, yakin sehat dan segar. Juga erat hubungannya dengan kondisi psikis, seperti senang, tidak senang, tegang, bergairah, dan seterusnya (Alex Sobur, 2003: 246).

Namun timbulnya minat dalam proses belajar akan membantu dalam memahami sesuatu yang dipelajari. Sebaliknya tanpa ada minat akan timbul kesulitan belajar, baik dalam menerima ilmu pengtahuan maupun prestasi yang dicapai. Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia

(19)

untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar. Dari manipulasi eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama-kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu apa yang menarik minat seseorang mendorognya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

e. Motivasi

Motivasi merupakan hal yang sangat penting, karena seseorang yang mendorong seseorang melakuan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan adanya motivasi yang kuat untuk belajar maka seseorang siswa akan berusaha agar dapat belajar dengan baik, motivasi akan cukup kuat bila individu mempunyai kesadaran terhadap makna dan tujuan dari kegiatan yang dilakukan. Motivasi adalah segala yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. (Ngalim Purwanto, 1992: 60)

Motivasi menurut Abul Rahman Shaleh (2009: 181) adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan tertentu. Motivasi dapat berupa kebutuhan dan cita-cita.

Motivasi ini merupakan tahap awal dari proses motivasi, sehingga motivasi baru merupakan suatu kondisi intern atau disposisi (kesiapsiagaan) saja. Sebab motivasi tidak selamanya aktif.

Motivasi aktif pada saat tertentu saja, yaitu apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak.

Sedangkan menurut pendapat Alex Sobur (2003: 246-47) motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Karena belajar merupakan suatu proses yang timbul dari dalam, faktor motivasi memegang peranan pula.

Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya anak dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran, baik disekolah maupun dirumah.

Sebagai pendorong untuk mencapai tujuan yang diharapkan:Setiap tingkah laku tertentu mempunyai motif. Setiap sesuatu perbuatan dan tindakan mempunyai dasar, mempunyai motif. Salah satu aspek kepribadian seseorang yang paling banyak diteliti adalah mengenai motivasi belajar. (Siti Rahayu Haditanto, 1982:188).

(20)

f. Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

Pendekatan belajar merupakan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

2. Adapun faktor-faktor ekstern menurut Rohmalina Wahab (2016:248).

Yaitu faktor-faktor yang dapat memengaruhi prestasi belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang termasuk faktor-faktor ini adalah antara lain: a. Keadaan lingkungan keluarga, b.

Keadaan lingkungan sekolah, c. keadaan lingkungan masyarakat.

Adapun penjelasanya sebagai berikut:

a. Faktor Keluarga

Menurut pandangan sosiologis, keluarga adalah lembaga sosial terkecil dari masyarakat. Pengertian keluarga ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan bagian dari masyarakat , bagian ini menentukan keseluruhan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dintentukan oleh kesejahteraan keluarga. Dan, kesejahteraan masyarakat mempunyai pengaruh pada kesejahteraan keluarga.

Analisis ini merupakan akibat logis dari pengertian keluarga sebagai suatu yang kecil, sebagai bagian dari sesuatu yang besar.

(Alex Sobur, 2003: 248).

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.

Dalam keluarganya, yang interaksi sosialnya berdasarkan simpati, seorang anak pertama-tama belajar memperhatikan keinginan- keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu-membantu, dengan kata lain anak pertama-tama memegang peranan sebagai makhluk sosial yang mempunyai norma-norma dan kecakapan- kecakpan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain. (Alex Sobur, 2003: 248-249).

Dalam hubungan dengan belajar, faktor keluarga tentu saja mempunyai peranan penting. Keadaan keluarga akan sangat menentukan berhasil-tidaknya anak dalam menjalin proses belajarnya. Ada keluarga miskin, ada pula yang kaya. Ada keluarga

(21)

yang selalu diliputi suasana tentram dan damai, tetapi ada pula yang sebaliknya. Ada keluarga yang mempunyai cita-cita tinggi bagi anak-anaknya, ada pula yang biasa-biasa saja. Kondisi dan suasana keluarga yang bermacam-macam itu, dengan sendirinya turut menentukan bagaimana dan sampai dimana hakikat belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak. Termasuk dalam faktor keluarga ini, tersedia-tidaknya berbagai fasilitas yang diperlukan dalam menunjang proses belajar anak. (Alex Sobur, 2003: 249).

Faktor keluarga sebagai salah satu penentu yang berpengaruh dalam belajar, dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni: (1) Kondisi ekonomi keluarga, (2) Hubungan emosional orang tua dan anak, serta (3) Perhatian orang tua dalam mendidikan anak. (Alex Sobur, 2003: 249).

1) Kondisi Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.

Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain- lain, juga membutuhakn fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain.

Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang (Slameto, 2010: 63).

Faktor ekonomi sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan kehidupan keluarga. Keharmonisan hubungan antara orang tua dan anak kadang-kadang tidak terlepas dari faktor ekonomi ini. Begitu pula faktor keberhasilan anak seorang anak (Alex Sobur, 2003: 249).

Pada keluarga yang kondisi ekonominya relatif kurang, boleh jadi menjadi penyebab anak kekurangan gizi, dan kebutuhan- kebutuhan anak mungkin tidak dapat terpenuhi. Selain itu, faktor kekurangan ekonomi menyebabkan suasana rumah menjadi muram yang pada gilirannya menyebabkan hilangnya kegairahan anak untuk belajar. Namun, hal ini sebetulnya bukan sesuatu yang mutlak, terkadang faktor kesulitan ekonomi ini justru bisa menjadi cambuk atau pendorong bagi anak untuk berhasil. Sebaliknya, bukan berarti pula keadaan ekonomi yang berlebihan tidak akan menyebabkan kesulitan belajar. Pada tingkat ekonomi yang berlebihan, yang biasanya menjadi alat untuk memenuhi semua

(22)

kebutuhan anak, bukan tidak mungkin bisa menyebabkan berkurangnya perhatian anak terhadap kegiatan belajar, karena perhatian anak justru lebih tertuju pada aspek kesenangan, misalnya dengan terlalu seringnya mengunjungi tempat-tempat hiburan, atau karena sebagian besar waktunya habis untuk bermain dengan alat-alat permainan yang baeraneka ragam (Alex Sobur, 2003: 249).

2) Hubungan Emosional Orang Tua dan Anak

Hubungan emosional antara orang tua dan anak juga berpengaruh dalam keberhasilan belajar anak. Dalam suasan rumah yang selalu ribut dengan pertengkaran akan mengakibatkan terganggunya ketenangan dan konsentrasi anak , sehingga anak tidak bisa belajar dengan baik. Hubungan orang tua dan anak yang ditandai oleh sikap acuh tak acuh dapat pula menimbulkan reaksi frustasi pada anak. Orang tua yang terlalu keras pada anak dapat menyebabkan “jauh”nya hubungan mereka yang pada gilirannya menghambat proses belajar. Sebaliknya, hubungan anak dan orang tua yang terlalu dekat, misalnya, kemanapun orang tua pergi, anak selalu lekat berada di samping, kadang pula mengakibatkan anak menjadi selalu “bergantung” (Alex Sobur, 2003: 250).

3) Perhatian Orang Tua Dalam Mendidikan Anak

Besarnya, setiap keluarga mempunyai spesifikasi dalam mendidik. Ada keluarga yang menjalankan cara-cara mendidik anaknya secara diktator militer, ada yang demokratis, pendapat anak diterima oleh orang tua, tetapi ada juga keluarga yang acuh tak acuh dengan pendapat setiap anggota keluarga. Ketiga cara mendidik ini, langsung atau tidak langsung dapat berpengaruh pada proses belajar anak (Alex Sobur, 2003: 250).

Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak , tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/ kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas belajar.

Hasil yang didapatkan, nilai/hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurus pekerjaan mereka atau kedua orang tua memang tidak mencintai anaknya (Slameto, 2010: 61).

(23)

Mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah cara mendidik yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anaknya tak sampai hati untuk memaksa anaknya belajar, bahkan membiarkan saja jika jika anaknya tidak belajar dengan alasan segan, adalah tidak benar, karena jika hal itu dibiarkan berlarut- larut anak menjadi nakal, berbuat seenaknya saja, pastilah belajarnya menjadi kacau. Mendidik anak dengan cara memperlakukannya terlalu keras, memaksa dan mengejar-ngejar anaknya untuk belajar, adalah cara mendidik yang juga salah.

Dengan demikian anak tersebut diliputi ketakutan dan akhirnya benci terhadap belajar, bahkan jika ketakutan itu semakin serius anak mengalami ganguan kejiwaan akibat tekanan-tekanan tersebut. Orang tua yang demikian biasanya menginginkan anaknya mencapai prestasi yang sangat baik, atau mereka mengetahui bahwa anaknya bodoh tetapi tidak tahu apa yang menyebabkan, sehingga anak dikejar-kejar untuk mengatasi/ mengejar kekurangannya (Slameto, 2010: 61-62).

a. Faktor Sekolah

Faktor lingkungan sekolah seperti para guru, pagawai administrasi, dan teman-teman sekolah, dapat memengaruhi semangat belajar seorang anak. Para guru yang selalu menunjukkab sikap dan prilaku yang simpatik serta memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin, khususnya dalam hal belajar misalnya membaca dan rajin berdiskusi dapat menjadi daya dorang yang positif bagi kegiatan belajar anak. Bimbingan yang baik dan sistematis dari guru terhadap pelajar yang mendapat kesulitan- kesulitan dalam belajar, bisa membantu kesuksesan anak dalam belajar. Faktor yang sangat berpengaruh siswa dalam belajar yaitu (a) Guru/ Pendidik, dan (b) Teman Kelas/teman-teman sekolah (Alex Sobur, 2003: 250).

a) Guru / Pendidik

Guru/Pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin

(24)

berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu (Sardiman, 2006: 125).

Dalam belajar di sekolah, faktor pendidik/guru dan acar mengajarnya merupakan faktor yang sangat penting.

Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya, bisa turut menentukan prestasi belajar yang dapat dicapai anak (Alex Sobur, 2003: 250).

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.

Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasi dengan gurunya. Guru yang kurang berinteraksi denga siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar (Slameto, 2010: 66).

Menurut pendapat penulis guru/pendidik adalah komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pendidikan, guru dan acar mengajarnya merupakan faktor yang sangat penting.

bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya, bisa turut menentukan prestasi belajar yang dapat dicapai anak.

b) Teman Kelas/Teman-Teman Sekolah

Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyengkan teman kelas ataupun teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan- tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah dan akan menggangu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untk masuk sekolah dengan alasan-alasan yang tidak-tidak karena sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyengkan dari teman-temannya. Jika hal ini terjadi, segerahlah siswa diberi pelayanan bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat diterima kembali ke dalam kelompoknya (Slameto, 2010: 66-67).

Menurut pendapat penulis teman sekolah mereka sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar karena Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang

(25)

menyengkan teman kelas mereka akan cenderung mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok.

Akibatnya makin parah dan akan menggangu belajarnya.

b. Faktor Lingkungan

Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang baik, memiliki intelegensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya serta alat-alat pelajarannya baik, belum tentu pula menjamin anak belajar dengan baik. Masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Misalnya, karena jarak antara rumah dan sekolah itu terlalu jauh, sehingga memerlukan kendaraan untuk keperluan perjalanan yang relatif cukup lama, dan ini dapat melelahkan anak yang bisa berakibat pada proses dan hasil belajar anak (Alex Sobur, 2003: 250).

Menurut Slameto (2010: 69-70) masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat.

Selain itu, faktor teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat dapat pula mempengaruhi kegiatan belajar anak. Aktivitas di luar sekolah memang baik untuk membantu perkembangan seorang anak.

Namun, tidak semua aktivitas dapat membantu anak. Jika seorang anak terlalu banyak melakukan aktivitas di luar rumah dan di luar sekolah, sementara ia kurang mampu membagi waktu belajar, dengan sendirinya aktivitas tersebut akan merugikan anak karena kegiatan belajarnya menjadi terganggu (Alex Sobur, 2003: 250).

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga (Slameto, 2010: 71)

Menurut pendapat penulis terakhir adalah faktor lingkungan Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang baik, memiliki intelegensi yang baik, masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa.

Demikianlah beberapa faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi proses belajar anak.

(26)

3. Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq

Aqidah Akhlaq merupakan salah satu mata pelajaran yang mengajarkn peserta didik untuk mempraktekan perilaku terpuji, tidak hanya mempelajari teori-teori yang telah disampaikan oleh guru. Karena dengan mempraktekkan perilaku terpuji, makan kan membuat seorang muslim menjadi berakhlak karimah terhadap dirinya maupun orang lain.

Menurut Zakiyah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahi ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Pengertian Aqidah Akhlaq terdiri dari dua kata yaitu: Aqidah dan Akhlaq. Menurut Syaidin (2009:91). Pengertian Aqidah berasal dari kata aqada-ya’qidu-aqdan yang berarti mengingat atau mempercayai, meyakini. Jadi aqidah disini bisa diartikan sebagai ikatan antara manusia dengan Tuhan (Usman Ida Inayahwati 2001:2).

Pendidikan Aqidah Akhlaq adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan merealisasikanya dalam perilaku akhlaq mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan Al- Qur’an dan Hadist melakui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan dan penggunaan pengalaman. Peranan dan efektifitas pendidika agama di madrasah sebagaim landasan pengembangan spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat harus diingatkan, karena jika Pendidikan agama Islam yang meliputi, Aqidah Akhlaq, Qur’an Hadist, Fiqih, Sejarah kebudayaan Islam dan Bahasa Arab. Yang dijadikan landasan pengembangan nilai Spiritual dengan baik, maka masyarakat akan lebih baik.

(27)

C. Urgensi Motivasi Terhadap Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq a. Peran Motivasi dalam Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran , selain kajian teori belajar dan teori pembelajaran, ada hal lain juga penting untuk dikaji korelasinya dengan proses belajar dan pembelajaran, yaitu berkenaan dengan motivasi.

Bagaimana peran motivasi dalam belajar dan pembelajaran?

Secara umum, terdapat dua peranan motivasi dalam belajar,

Pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi tujuan. Motivasi dipandang dari segi proses, berarti motivasi dapat dirangsang oleh faktor luar, untuk menimbulkan motivasi dalam diri siswa yang melalui proses rangsangan belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi dipandang dari segi tujuan , berarti motivasi merupakan sasaran stimulasi yang akan dicapai. Jika seseorang mempunyai keinginan untuk belajar suatu hal, maka dia akan termotivasi untuk mencapainya.

Menurut Mc. Donald (dalam Syaiful, 2002) Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

"feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan. Menurut Oemar hamalik, perubahan dalam diri seseorang itu terbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.

Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan ia harapkan. Sedangkan dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan dan tujuan

(28)

merupakan hal ingin di capai oleh seorang individu. Tujuan tersebut akan mengarahkan perilaku dalam hal ini yaitu perilaku untuk belajar.

Selanjutnya pembahasan akan dilanjutkan kepada hal yang berkaitan dengan kebutuhan. Dalam belajar motivasi sangat di perlukan.

Sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan di kerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya.

Maslow Syaiful tahun 2002 sangat mempercayai bahwa tingkah laku manusia di bangkitkan dan di arahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan, aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik.

Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut maslow yang mampu memotivasi tingkahlaku individu. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu akan membengkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.

Disamping itu, motivasi juga berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi terutama pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq.

Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yasng baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi , maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi belajar yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.

Prestasi belajar adalah suatu hasil pengukuran dan penilaian dari suatu pembelajaran yang dilakukan siswa. Mencangkup semua perubahan perilaku dan kemampuan siswa dalam aspek psikimitorik.

Prestasi belajar merupakan salah satu indikator sukses tidaknya suatu pendidikan. Untuk mengetahui tingkat prestasi yang ada pada diri siswa,

(29)

harus diadakan test yang dilakukan oleh guru, hasil test tersebut dianalisis dan disajikan dalam bentuk angka, huruf maupun kalimat untuk periode tertentu.

Penulis berpendapat apabila seorang siswa yang termotivasi dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq maka seseorang itu akan membentuk pribadi yang baik dan senantias berringkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT dengan sesama manusia atau alam sekitarnya. Maka dari itu penulis dapat menyimpulkan bahwa motivasi itu sangat penting apabila siswa yang termotivasi dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq akan cenderung memiliki prestasi yang tinggi baik secara materi ataupun dalam prakteknya.

Referensi

Dokumen terkait

The study on the students’ perception of remedial learning program in vocational school is to investigate feelings, thoughts, opinions and beliefs about remedial teaching according

H02b : µ2bPK = µ2bMA, artinya tidak terdapat perbedaan harapan pemberi kerja tentang kompetensi mahasiswa akuntansi dengan kompetensi mahasiswa akuntansi mengenai akun-akun

cenderung menguat pada tahun 2016, sejak tahun akhir tahun 2013 sektor keuangan masih berada dalam trend positif walau sempat mengalami koreksi pada bulan April tahun 2015

aunque existen similitudes destacables entre la clasificación de Mas- lama y la de los Ijw a n, hay también numerosas e importantes diferen- cias entre los dos sistemas. Así

Hal ini menegaskan pentingnya akuntabilitas publik dalam peningkatan kinerja manejerial, karena dengan adanya akuntabilitas kepada masyarakat, masyarakat tidak hanya

Bukti di lapangan bahwa mineral zirkon terdapat sebagai mineral primer dalam batuan metamorfik genes, mika sekis atau pada amfibolit, seperti terlihat dari hasil analisis

Pada tahap awal ini adalah melakukan studi literatur berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, observasi terhadap objek, dan persiapan untuk merumuskan

Gelombang carrier ini merupakan gelombang kotak (digital). Secara teori, gelombang carrier akan menjadi clock yang melakukan sampling pada gelombang informasi. Level tegangan saat bit