• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chairina Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Graha Kirana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Chairina Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Graha Kirana"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENCATATAN AKUNTANSI BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK

ETAP) PADA USAHA RUMAHAN (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN LAUNDRY KILOAN SKALA RUMAH TANGGA

DI WILAYAH MEDAN DKILOS LAUNDRY) Chairina

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Graha Kirana Abstrak

Usaha laundry kiloan semakin tahun semakin banyak diminati sebagai pilihan usaha yang menguntungkan kondisi ini terlihat dari perkembangan semakin maraknya penggunaan jasa laundry kiloan, untuk memudahkan dalam menyelesaikan tugas rumahan yaitu salah satunya dengan menyerahkan cucian ke jasa laundry adalah adanya kecenderungan gaya hidup praktis. Saat ini banyak sekali usaha laundry kiloan yang bangkrut. Hal ini disebabkan banyaknya persaingan yang terjadi dalam usaha tersebut serta pelayanan dan sistem pengelolaan keuangan yang kurang baik. Berdasarkan fenomena di lapangan menunjukkan bahwa pelaku pengusaha jasa laundry kiloan belum memahami tentang pencatatan akuntansi yang baik dan benar, mereka menganggap pencatatan tersebut terlalu rumit untuk dilaksanakan dan hanya melakukan pencatatan yang sangat sederhana dan melakukan perhitungan secara kasar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan dan untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman pengusaha laundry kiloan terhadap akuntansi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif untuk menggali dan menjelaskan penerapan pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan.

Berdasarkan observasi bahwa ditemukan adalah pengusaha dapat melakukan pencatatan keuangan tersebut sesuai dengan pengetahuannya dan pemahamannya sendiri dan belum menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP).

Pengusaha membuat catatan laporan keuangan usahanya tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, hal tersebut dilakukan karena mereka berfikir bagaimana usaha mereka bertahan dan untuk berkembang serta menambah pendapatan mereka.

Kata kunci : Akuntansi, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik

(SAK ETAP).

(2)

Pendahuluan

Peranan Industri Kecil dan Rumah Tangga (IKRT) mempunyai peranan yang cukup penting bagi Indonesia. Pemerintah juga tidak menyampingkan peran IKRT sebagai salah satu penggerak kegiatan ekonomi di Indonesia. Sebaliknya, pemerintah harus turut berperan serta dalam memberdayakan IKRT diantaranya dengan menciptakan kebijaksanaan yang berpihak pada IKRT. Usaha pemerintah dalam memberdayakan IKRT sebagai salah satu pondasi perekonomian Indonesia sudah sepantasnya tidak hanya dikonsentrasikan di pulau Jawa, tetapi selayaknya juga menumbuhkembangkan IKRT di luar jawa. Hal ini sangatlah penting dalam rangka mengurangi tingkat ketimpangan ekonomi antar propinsi.

Beberapa penelitian tentang ketimpangan ekonomi daerah di Indonesia menunjukkan adanya tendensi peningkatan disparitas yang terus menerus sejak awal dekade 1970-an sampai 1997 (Syafrizal dalam Kuncoro dan Supomo, 2003:56). Serta harapan untuk diterima di dunia kerja tentunya tidaklah keliru, namun tidak dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun sangat terbatas dan tidak berbanding linear dengan lulusan lembaga pendidikan baik dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi. Oleh sebab itu semua pihak harus berpikir dan mewujudkan karya nyata dalam mengatasi kesenjangan antara lapangan kerja dengan lulusan institusi pendidikan.

Berdasarkan fenomena di lapangan menunjukkan bahwa pelaku pengusaha laundry pakaian belum memahami tentang pencatatan akuntansi yang baik dan benar, mereka menganggap pencatatan tersebut terlalu rumit untuk dilaksanakan dan hanya melakukan pencatatan yang sangat sederhana dan melakukan perhitungan secara kasar. Adanya pencampuran antara pencatatan keuangan usaha laundry pakaian dengan usaha lainnya.

Pelaku Usaha Kecil dan menengah (UKM) identik dengan masih kurangnya kesadaran untuk menjalankan pembukuan dengan baik dalam dunia bisnis. Dengan kurangnya pengetahuan dalam pembukuan, otomatis menghambat mereka menjalankan kegiatan pembukuan keuangan. Sementara minimnya pengetahuan pebisnis UKM dalam pembukuan juga seringkali tidak disertai dengan pemenuhan sumber daya untuk menjalankan kegiatan akuntansi bisnis. Kesadaran akan pentingnya pembukuan justru sering timbul ketika mereka harus berhadapan denga institusi atau pihak lain yang mensyaratkan adanya laporan keuangan atau istilah modernnya akuntansi, untuk kegiatan tertentu. Misalnya, untuk kepentingan meminjam modal ke bank. Salah seorang manajer klinik usaha kecil dan koperasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), (Idrus, 2000 dalam Pinasti 2007:23), menyatakan bahwa para pengusaha kecil tidak memiliki pengetahuan akuntansi, dan banyak diantara mereka yang belum memahami pentingnya pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usaha. Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Magginson et al., 2000 dalam Pinasti 2011).

Informasi akuntansi keuangan berhubungan dengan data akuntansi atas transaksi-transaksi

dari suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang usaha jasa, dagang, maupun usaha

industri, agar informasi tersebut disusun dalam bentuk-bentuk sesuai dengan Standar

Akuntansi Keuangan (SAK). Hal-hal diatas yang berhubungan dengan seharusnya profesi

akuntan tersebut tidak terlaksana, dan bahkan beberapa dari pengusaha kecil melakukan

usaha tersebut dengan seadanya karena adanya anggapan kegiatan tersebut terlalu

menyulitkan. Jika mereka mengerti pencatatan dan pengikhtisaran transaksi sesuai dengan

ketentuan dan penafsiran suatu transaksi maka mereka dapat bertindak sesuai dengan

ketentuan atau aturan dalam mengukur, prosedur, mengumpulkan, dan melaporkan informasi

yang berguna tentang kegiatan dan tujuan yang menyangkut keuangan dalam suatu organisasi

(Sumadji dalam Widyanto, 2010:37)

(3)

Tinjauan Pustaka

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik atau SAK ETAP merupakan standar akuntansi keuangan yang diperuntukkan bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Standar ini berpedoman kepada IFRS Small-Medium sized Enterprises (IFRS SMEs).

SAK ETAP ditetapkan akibat sulitnya penerapan IFRS, maka ditetapkanlah SAK ETAP dengan standar yang lebih sederhana pada tanggal 19 Mei 2009. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP.

Menurut IAI dalam SAK ETAP, Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa Akuntabilitas publik adalah entitas yang:

1) Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan

2) Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

Sebaliknya, sebuah entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:

1) Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau

2) Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun reksa dana dan bank investasi.

Berikut ini adalah tabel perbandingan PSAK dengan SAK ETAP yang dapat membantu pembaca dalam mempelajari SAK ETAP lebih jauh.

Tabel 1. Perbedaan PSAK dengan menurut Wirahardja (2009) SAK ETAP

No Elemen PSAK SAK ETAP

1 Penyajian Laporan Keuangan

• Laporan posisi keuangan

• Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan

• Pembedaan asset lancar dan tidak lancar dan laibilitas jangka pendek dan jangka panjang

• Aset lancar

• Liabilitas jangka pendek

• Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan atau catatan atas laporan keuangan (Perubahan istilah di ED PSAK 1:

Neraca menjadi Laporan Posisi Keuangan, Kewajiban (liability) menjadi laibilitas)

Sama dengan PSAK, kecuali informasi yang disajikan dalam neraca, yang menghilangkan pos:

• Aset keuangan

• Properti investasi yang diukur pada nilai wajar (ED PSAK 1)

• Aset biolojik yang diukur pada biaya perolehan dan nilai wajar (ED PSAK 1)

• Kewajiban berbunga jangka panjang

• Aset dan kewajiban pajak tangguhan

• Kepentingan non pengendalian 2 Laporan Laba Rugi ▪ Laporan laba rugi komprehensif

 Informasi yang disajikan dalam laporan Laba Rugi Komprehensif

 Laba rugi selama periode

 Pendapatan komprehensif lain selama periode

 Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi

Tidak sama dengan PSAK yang menggunakan istilah

laporan laba rugi

komprehensif, SAK ETAP

menggunakan istilah laporan laba

rugi.

(4)

komprehensif atau catatan atas laporan keuangan

3 Penyajian Perubahan Ekuitas

Sama dengan PSAK,

kecuali untuk beberapa hal yang terkait pendapatan komprehensif lain.

4 Catatan Atas Laporan Keuangan

• Catatan atas laporan keuangan

• Struktur

• Pengungkapan kebijakan Akuntansi

• Sumber estimasi ketidakpastian

• Modal (ED PSAK 1)

• Pengungkapan lain

Sama dengan PSAK, kecuali pengungkapan modal.

5 Laporan Arus Kas • Arus kas aktivitas operasi:

metode langsung dan tidak langsung

• Arus kas aktivitas investasi

• Arus kas aktivitas pendanaan

• Arus kas mata uang asing

• Arus kas bunga dan dividen, pajak penghasilan, transaksi non-kas

Sama dengan PSAK kecuali:

• Arus kas aktivitas operasi:

metode tidak langsung

• Arus kas mata uang asing, tidak diatur.

6 Laporan keuangan konsolidasi dan terpisah

• Persyaratan penyajian lapkeu konsolidasi

• Entitas bertujuan khusus

• Prosedur konsolidasi

• Lapkeu tersendiri

• Lapkeu gabungan

Tidak diatur (Lihat Bab 12).

7 Kebijakan akuntansi, estimasi, dan

kesalahan

PSAK 25 (Laba atau Rugi Bersih untuk periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan

Kebijakan Akuntansi)

• Laba atau rugi bersih untuk Periode berjalan

• Pos luar biasa

• Laba atau rugi dari aktivitas normal

• Operasi yang tidak dilanjutkan

• Perubahan estimasi Akuntansi

• Kesalahan Mendasar

• Perubahan kebijakan Akuntansi

• Penerapan suatu standar Akuntansi keuangan

• Perubahan kebijakan Akuntansi yang lain

• Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi

• Konsistensi dan perubahan kebijakan akuntansi

• Perubahan Estimasi akuntansi

• Kesalahan.

SAK ETAP sudah maju satu langkah dibandingkan PSAK (tidak ada “kesalahan mendasar” dan

“laba atau rugi luar biasa”).

8 Instrumen Keuangan Dasar

• Ruang lingkup: aset dan kewajiban keuangan

• Instrumen keuangan dasar:

• Diklasifikasikan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, dimiliki hingga jatuh tempo, tersedia untuk dijual, pinjaman dan pinjaman yang diberikan

• Impairment menggunakan incurred loss concept

• Ruang lingkup: investasi pada efek tertentu

• Klasifikasi trading, held to maturity, dan available for sale.

Hal tsb mengacu ke

PSAK 50 (1998).

(5)

• Derecognition

• Hedging dan derivatif 9 Persediaan • Pengukuran persediaan

• Biaya persediaan

• Biaya pembelian

• Biaya konversi

• Biaya lain-lain

• Biaya persediaan pemberian jasa

• Teknik pengukuran biaya

• Rumus biaya

• Nilai realisasi bersih

• Pengakuan sebagai beban

• Pengungkapan

Sama dengan PSAK

10 Investasi pada perusahaan asosiasi dan

entitas anak

• Ruang lingkup: entitas asosiasi

• Metode akuntansi

• Metode biaya

• Metode ekuitas

• Model nilai wajar (ED PSAK 15)

• Ruang lingkup: entitas asosiasi dan entitas anak

• Metode akuntansi

• Entitas asosiasi : metode biaya

• Entitas anak : metode ekuitas 11 Investasi pada

perusahaan asosiasi dan

entitas anak

• Jointly controlled operation, asset, and entity

• Metode akuntansi

• Metode konsolidasi proporsional

• Metode ekuitas

• Model nilai wajar (ED PSAK 12 : PBA/PBO/PBE)

Sama dengan PSAK kecuali metode akuntansi hanya menggunakan metode biaya.

12 Property Investasi Metode akuntansi

• Model nilai wajar Model biaya

Metode akuntansi:

model biaya 13 Aset Tetap • Menggunakan pendekatan

komponenisasi

• Pengukuran menggunakan model biaya atau model revaluasi

• Pengukuran biaya perolehan

• Pengakuan pengeluaran selanjutnya

• Penyusutan

• Tidak perlu review nilai residu, metode penyusutan, dan umur manfaat setiap akhir periode pelaporan, tetapi jika ada indikasi perubahan saja

Sama dengan PSAK kecuali:

• Tidak menggunakan pendekatan komponenisasi.

• Revaluasi diijinkan jika dilakukan berdasarkan Peraturan

Pemerintah. Hal ini mengacu ke PSAK 16 (1994)

• Tidak perlu review nilai residu.

14 Asset Tidak Berwujud

• Prinsip umum untuk pengakuan

• Pengakuan awal, pengukuran selanjutnya

• Amortisasi selama umur manfaat atau 10 tahun Penurunan nilai

• Menggunakan metode pembelian

• Goodwill diamortisasi 5 tahun atau 20 tahundengan justifikasi manajemen

Sama dengan PSAK,

kecuali aset tidak berwujud yang diperoleh dari penggabungan usaha.

Tidak diatur

15 Sewa • Mengatur perjanjian yang mengandung sewa

• Klasifikasi bersifat principle based

• Tidak mengatur perjanjian yang mengandung sewa (ISAK 8)

• Klasifikasi sewa: kombinasi IFRS

for SMEs dan SFAS 13

(6)

• Laporan keuangan lessee dan lessor

• Laporan keuangan lessee dan lessor menggunakan PSAK 30 (1990): Akuntansi Sewa Guna Usaha

• Kewajiban diestimasi

• Kewajiban kontinjensi

• Aset kontinjensi

Sama dengan PSAK

16 Ekuitas • Penjelasan

• Akuntasi ekuitas untuk badan usaha bukan PT

• Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT

• Reorganisasi

• Selisih penilaian kembali

Sama dengan PSAK, kecuali :

� Reorganisasi

� Selisih penilaian kembali

17 Pendapatan • Penjualan barang

• Penjualan jasa

• Kontrak konstruksi

• Bunga, dividen dan royalti

• Lampiran kasus pengakuan pendapatan (ED PSAK 23)

Sama dengan PSAK.

18 Biaya Pinjaman • • Komponen biaya pinjaman

• • Pengakuan dan kapitalisasi biaya pinjaman

Biaya pinjaman langsung dibebankan 19 Penurunan Nilai Aset • Penurunan nilai persediaan

• Penurunan nilai non-persediaan

• Penurunan nilai goodwill

Sama dengan PSAK, kecuali:

• Ruang lingkup yang meliputi semua jenis aset.

• Tidak mengatur penurunan nilai goodwill

• Ada tambahan penurunan nilai untuk pinjaman yang diberikan dan piutang yang menggunakan PSAK 31: Akuntansi Perbankan paragraf 16 dan 17.

20 Imbalan Kerja • Imbalan kerja jangka pendek

• Imbalan pasca kerja, untuk manfaat pasti menggunakan PUC

• Imbalan jangka panjang lainnya Pesangon pemutusan kerja

Sama dengan PSAK, kecuali untuk manfaat

pasti menggunakan PUC dan jika tidak bisa, menggunakan metode yang disederhanakan

21 Pajak Penghasilan • Menggunakan deferred tax concept

• Pengakuan dan pengukuran pajak kini

• Pengakuan dan pengukuran pajak tangguhan

• Menggunakan tax payable concept

• Tidak ada pengakuan dan pengukuran pajak tangguhan

22 Mata Uang Pelaporan • Mata uang pencatatan dan pelaporan

• Mata uang fungsional

• Penentuan saldo awal

• Penyajian komparatif

• Perubahan mata uang pencatatan dan pelaporan

Sama dengan PSAK Mata Uang Pelaporan

• Mata uang fungsional

• Pelaporan transaksi mata uang asing dalam mata uang fungsional

• Perubahan mata uang fungsional (Pada prinsipnya sama)

23 Peristiwa setelah akhir

periode pelaporan

• Peristiwa yang memerlukan penyesuaian

• Peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian

Sama dengan PSAK

(7)

24 Pengungkapan pihakpihak yang mempunyai hubungan istimewa

• Pengertian pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

• Pengungkapan

Sama dengan PSAK 7

25 Aktivitas Khusus • Akuntansi perkoperasian

• Akuntansi minyak dan gas bumi

• Akuntansi pertambangan umum

• Akuntansi perusahaan efek

• Akuntansi reksa dana

• Akuntansi perbankan dan asuransi

Tidak diatur

26 Ketentuan Transisi • Retrospektif atau prospektif (jika

tidak praktis) yang diterapkan secara prospective catchup (dampak ke saldo laba)

• Perpindahan dari dan ke SAK ETAP

27 Tanggal Efektif Berlaku efektif untuk

laporan keuangan yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2011, penerapan dini 1 Januari 2010

Sumber: Wirahardja (2009)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Pelaku Usaha Kecil dan menengah (UKM) identik dengan masih kurangnya kesadaran untuk menjalankan pembukuan dengan baik dalam dunia bisnis. Dengan kurangnya pengetahuan dalam pembukuan, otomatis menghambat mereka menjalankan kegiatan pembukuan keuangan. Sementara minimnya pengetahuan pebisnis UKM dalam pembukuan juga seringkali tidak disertai dengan pemenuhan sumber daya untuk menjalankan kegiatan akuntansi bisnis. Kesadaran akan pentingnya pembukuan justru sering timbul ketika mereka harus berhadapan denga institusi atau pihak lain yang mensyaratkan adanya laporan keuangan atau istilah modernnya akuntansi, untuk kegiatan tertentu. Misalnya, untuk kepentingan meminjam modal ke bank. Salah seorang manajer klinik usaha kecil dan koperasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), (Idrus, 2000 dalam Pinasti 2007:35), menyatakan bahwa para pengusaha kecil tidak memiliki pengetahuan akuntansi, dan banyak diantara

Perusahaan Laundry Kiloan D Kilos Laundry

Pencatatan Akuntansi Berdasarkan ETAP

Neraca Laporan

Laba rugi

Laporan Perubahan

Modal

Laporan

Arus kas

(8)

mereka yang belum memahami pentingnya pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usaha.

Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan. Dalam menjalankan aktivitas usaha seringkali orang merasa kesulitan dalam melakukan pencatatan terhadap apa yang terjadi di perusahaan. Kesulitan itu menyangkut aktivitas dan penilaian atas hasil yang dicapai oleh setiap usaha. Apalagi kalau harus dilakukan pengukuran dan penilaian atas aktivitas yang terjadi dalam kegiatan usaha.

Pencatatan dilakukan hanya dengan melihat berapa uang yang masuk diselisihkan dengan uang yang keluar, tanpa melihat pengeluaran uang itu untuk atau dari alokasi kegiatan usaha ataupun non usaha, seringkali dalam skala usaha kecil menengah hasil usaha dikatakan bagus jika pendapatan sekarang lebih tinggi disbanding dengan pendapatan sebelumnya. Padahal indikator dari keberhasilan tidak hanya diukur dari pendapatan saja. Perlu pengukuran atas transaksi atau kegiatan yang terjadi, perlu pengelompokkan serta perlu pengikhtisaran transaksi-transaksi tersebut. Dengan demikian setiap aktivitas yang berhubungan denga usaha perusahaan dapat dicatat dan dilaporkan dengan benar.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang mengarah pada pada teori pendekatan kualitatif studi fenomenologi yaitu dalam penelitian ini yang diteliti adalah pengalaman manusia melalui deskripsi akuntansi dari orang yang menjadi partisipan penelitian, sehingga peneliti dapat memahami pengalaman hidup partisipan (Creswell, 1994). Penelitian menggunakan studi fenomenologi bertujuan untuk mengetahui penerapan pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan (studi kasus pada pengusaha laundry kiloan) dan juga untuk mengetahui apakah pengusaha laundry tersebut memahami akuntansi, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan dalam perbandingan antara data yang diteliti akan menimbulkan suatu perbedaan dan persamaan yang sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi antara peneliti dengan objek penelitian, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentanng dunia sekitarnya (Sugiyono, 2015:108).

Prosedur teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Survey pendahuluan

Dengan mengadakan peninjauan dan penelitian secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Dalam pengumpulan data penelitian di survey pendahuluan ini ada dua proses kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu :

a. Proses Memasuki Lokasi (Getting In)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan dengan baik, peneliti harus terlebih dulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan subyek penelitian serta mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal maupun informal serta menjalin hubungan dengan informan.

b. Ketika berada di lokasi penelitian (Getting Along)

Pada proses ini, peneliti melakukan hubungan pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek penelitian (informan). Hal ini dilakukan karena untuk mencapai dan memperoleh akurasi serta komprehensivitas data penelitian.

2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung yang akurat dan

relevan, dilakukan dengan :

(9)

a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak yang terkait dengan unit usaha tersebut. Dengan kata lain, wawancara ini tidak dilaksanakan dengan struktur yang ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin memfokuskan pada permasalahan sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam. Kelonggaran semacam ini mampu mengorek kejujuran informasi dari responden untuk memberikan informasi yang sebenarnya, terutama yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban atas permasalahan penelitian, sehingga terjadi semacam diskusi, obrolan santai spontanitas (almiah) dengan subjek peneliti sebagai pemecah masalah dan peneliti sebagai timbulnya permasalahan agar muncul wacana detail. Wawancara diharapkan berjalan tidak teratur (terbuka, bicara apa saja) dalam garis bersar yang terstruktur (mengarah menjawab permasalahan penelitian).

b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian.

c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literatur yang relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori.

d. Observasi, dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi partisipan untuk mengamati kegiatan pencatatan dan pengelolaan dari bisnis laundry tersebut.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, dilakukan pada saat data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data periode tertentu.

Hasil Penelitian

Pemahaman Pengusaha Laundry Kiloan Mengenai Pencatatan Keuangan usaha.

Pada penelitian ini mengenai pemahaman dan penerapan pencatatan keuangan pada unit usaha laundry kiloan. Dalam penelitian ini pencatatan keuangan sangatlah penting karena untuk mengetahui keluar masuknya barang maupun uang dan untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh. Pengelola usaha laundry kiloan tentang pentingnya pencatatan keuangan selama menjalankan usaha karena untuk mengetahui keluar masuknya barang dan pendapatan yang diperoleh setiap harinya. Tetapi karena ada unsur kepercayaan antara pemilik dan pengelola selaku penjaga yang pencatatan keuangan tersebut kadang juga tidak dicatat.

Pembahasan

Pada usaha laundry kiloan penerapan pencatatan akuntansi yang seharusnya terjadi berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) adalah :

Pencatatan Transaksi yang seharusnya terjadi : Tanggal : xx/xx/20xx

Kas XXX Prive XXX

Modal XXX Kas XXX

Kas XXX Beban gaji XXX

Pendapatan jasa XXX Kas XXX

Piutang pendapatan XXX Beban listrik XXX

Pendapatan XXX Kas XXX

(10)

Perlengkapan XXX Beban rupa-rupa XXX

Kas XXX Kas XXX

Perlengkapan XXX

Utang XXX

Jadi, pencatatan transaksi yang terjadi seharusnya dicatat secara lengkap bukan hanya sekedar uang masuk dan uang keluar saja, hal ini dilakukan supaya kita bisa mengetahui keuntungan dari usaha yang kita jalani.

Pencatatan laporan laba rugi :

Laporan laba rugi dicatat tiap bulan supaya bulan kedepannya kita bisa mengetahui langkah apa yang harus kita ambil untuk mendapatkan keuntungan atau mengurangi kerugian.

Laba Rugi Usaha xxxx Laundry Untuk bulan yang berakhir 31 xxx

Pendapatan XXX

Beban-beban :

Beban Gaji XXX

Beban Perlengkapan XXX

Beban Listrik dan Air XXX

Beban rupa-rupa XXX

Total Beban XXX

Laba Bersih XXX

Pencatatan laba rugi seharusnya dibuat lengkap sesuai transaksi yang terjadi, setelah pencatatan laporan laba rugi, seharusnya mereka juga mencatat laporan ekuitas pemililk supaya bisa mengetahui sisa modal akhir mereka. Kemudian membuat laporan ekuitas pemilik.

Laporan Ekuitas Pemilik :

Usaha xxx Laundry Kiloan Untuk bulan yang berakhir 31 xx

Modal awal XXX

Laba bersih XXX

(11)

Prive XXX

XXX

Modal akhir XXX

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dibahas pada bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada dasarnya, pandangan pemahaman pencatatan keuangan oleh pengusaha unit laundry kiloan ini yaitu dengan melakukan pencatatan sederhana yang sesuai dengan pengetahuan, kemampuan, dan pemahaman pengusaha itu sendiri, yang bertujuan untuk mengontrol pendapatan dan pengeluaran dalam menjalankan unit usaha tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha belum sepenuhnya memahami pencatatan atas laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi. Hal tersebut juga diperkuat dengan adanya keterangan informan yang mengakui bahwa pemahaman tentang akuntansi hanya sebatas mengetahui keluar masuknya barang dan uang karena disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya pencatatan keuangan yang dimiliki oleh pengusaha laundry kiloan tersebut. Pencatatan keuangan yang sesuai dengan akuntansi penting untuk diterapkan karena akuntansi adalah bahasa bisnis, bahasa yang akan menuntun pengusaha untuk mengambil keputusan secara tepat dan akurat. Selain itu, pencatatan atas laporan keuangan usaha yang baik dan teratur dibutuhkan

2. Adapun jenis transaksi pada unit usaha laundry kiloan tersebut yaitu jasa cuci mamel, cuci kering, cuci setrika, setrika saja, cuci kering setrika. Dari pencatatan setiap transaksi tersebut dilakukan pemisahan dari masing – masing transaksi misalnya pencatatan cuci mamel dengan cuci setrika. cucian yang masuk dan cucian yang keluar. Dari pencatatan setiap transaksi tersebut dilakukan pemisahan dari masing – masing kegiatan. misalnya transaksi cucian yang masuk dan transaksi cucian yang sudah dibayar dan sudah diambil, kemudian direkap menjadi satu pembukuan akhir per harinya. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah mengontrol pemasukan dan pengeluaran setiap harinya.

3. Dalam menarik pelanggan tidak ada pembebanan biaya untuk promosi yang dilakukan oleh pengusaha laundry kiloan tersebut dengan memberikan pelayanan yang baik untuk mengikat hati para pelanggan yang datang. Karena di tengah persaingan yang makin ketat ini harus ada upaya aktif dan inisiatif untuk menggaet pelanggan atau calon pembeli.

Promosi sederhana untuk menggaet pembeli atau calon pembeli yaitu dengan membina hubungan baik dengan para pelanggan, salah satunya dengan memberikan pelayanan yang baik, menghargai pelanggan, sikap loyalitas yang ditunjukkan kepada pelanggan dan mendengarkan komplain dari pelanggan meskipun pengusaha kurang setuju dengan hal tersebut.

Ada beberapa saran yang penulis dapat berikan yaitu :

1. Bagi pengusaha laundry kiloan diharapkan dapat menerapkan pencatatan keuangan lebih

sistematis, lengkap, serta jelas ada batasan penggunaan antara milik pribadi dengan milik

usaha serta penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik

(SAK ETAP). Ada pemisahan pencatatan keuangan antara usaha laundry kiloan dengan

usaha yang lain. Pengusaha juga harus memperhatikan kenyamanan dari para pelanggan

(12)

atau konsumen untuk dijadikan sebagai pelanggan yang setia karena pembeli adalah raja yang dapat menjadikan kelancaran dan kesuksesan dalam usaha laundry kiloan.

2. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, akan banyak peneliti – peneliti lain yang tertarik untuk menggunakan metode penelitian kualitatif dalam melakukan penelitian, untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik lagi bila penelitian tidak hanya dilakukan pada usaha laundry kiloan tapi pada usaha lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai sejauh mana penerapan pencatatan keuangan pada unit usaha laundry kiloan tersebut.

Daftar Pustaka

Cushing, Berry E, 2011, Sistem Informasi Akuntansi dan Organisasi Perusahaan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2017, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Institut Akuntan Publik Indonesia, 2018, Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Kao, Jhon, 2011, Entrepreneurship, Creativity and Organization, New Jersey: Practice Hall.

Marbun, B, N, 2016, Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Kecil, Penerbit PT Pestaka Binaman Pressindo.

Mulyadi, 2011, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Sugiyono, 2015, Memahami penelitian Kualitatif, Penerbit C.V. ALFABETA, Bandung Sutojo, H, Sjahruddin, Ginting, K, Makaliwe, W, Wasowo, M. S., 2014. Profil sector usaha

kecil di Indonesia, Publikasi Lembaga Mabagenta FE-UI, Jakarta.

Weygandt, Jery J, Kieso, Donald E, Kimmel, Paul D, 2017,Accounting Principles, Edisi 7, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Wilkinson, Yoseph, W, 2013, Sistem Akuntansi dan Informasi, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.

Widjajanto, Nugroho, 2010, Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Yadiati, Winwin, 2017, Teori Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Pertama, Penerbit Kencana Prenada Media group, Jakarta

Herri dan Irda, 2005, “Sifat Kewirausahaan dan Prestasi usaha kecil dan Menengah Sumatera Barat”, Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi, Vol 5 No 2 Agustus 2005, hal 198- 215.

Pinasti, Margani, 2007, “Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi terhadap Persepsi Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperimen”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 10, September, hal 321-331.

Widyanto, W.R., 2009. “Implementasi Pencatatan Akuntansi di Industri Kecil Rumahan (Studi kasus pada pengusaha warung internet di daerah wadungasri). “Skripsi Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.

Setiawan, Erwin., 2010. “Implementasi Pencatatan Akuntansi di Industri Kecil Rumahan

(Studi kasus pada pengusaha warnet di Wilayah Medokan Ayu). “Skripsi Fakultas

Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.

Gambar

Tabel 1. Perbedaan PSAK dengan menurut Wirahardja (2009) SAK ETAP
Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

1) Jurnal dengan judul “Kiblat Papat Limo Pancer” 13. Penelitian ini menerangkan mengenai sejarah Kiblat Papat Limo Pancer dalam diri manusia, lalu memberi

Sebagai kesimpulan, matematik merupakan suatu cabang ilmu yang mengajar manusia berfikir secara logik, mengutarakan fikiran, hujah, alasan dan prinsip

Bahwa yang bersangkutan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Widya Mandala Surabaya telah melakukan Penelitian untuk Tugas Akhir dengan judul "Motivasi Mengajar

Secara normatif sudah ada Undang-Undangnya dan Peraturan Pemerintah yang terkait dengan tanggungjawab social perusahaan, namun ternyata implementasinya belum

Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa terhadap prestasi akademik di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Beberapa karakteristik yang khas dari bahan pembelajaran tersebut adalah: (1) lengkap (self-contained) , artinya seluruh materi yang diperlukan peserta Program Guru Pembelajar

Jika cara baru tidak ditemukan, maka pada tiap langkah pekerjaan dapat menimbulkan pertanyaan “perubahan kondisi fisik (seperti perubahan peralatan, material,

Start the Line command and click the Temporary Tracking Point button on the Object Snap toolbar.. The prompt line in the Command window will read _line Specify first point: _tt