• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dra. Nur Andari, M.Pd SMP Negeri 3 Pacitan PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Dra. Nur Andari, M.Pd SMP Negeri 3 Pacitan PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

58

UPAYA MENGURANGI TINGKAH LAKU MEMBOLOS MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MODEL DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING PADA

SISWA KELAS IX A TAHUN PELAJARAN 2021/2022 DI SMP NEGERI 3 PACITAN

Dra. Nur Andari, M.Pd SMP Negeri 3 Pacitan

Abstrak-Pelaksanaan penelitian ini dalam bentuk studi kasus dengan melihat buku absen dan anecdot record (laporan dari guru bidang studi) ternyata di kelas IX A SMPN 3 Pacitan tahun pelajaran 2021/2022 paling menonjol intensitas membolos. Setelah melalui konseling penyebabnya adalah kurangnya motivasi belajar sehingga prestasi menurun. Hal ini dikhawatirkan berpengaruh pada kenaikan kelas nanti. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkah laku membolos dapat dikurangi melalui bimbingan kelompok dengan model Deep Dialogue/Critical Thinking siswa kelas IX A SMPN 3 Pacitan Tahun Pelajaran 2021/2022Jenis penelitian ini tergolong penelitian kualitatif khususnya Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan analisis data kualitatif deskriptif dengan tehnik prosentase. Metode pengumpulan data ialah dengan menggunakan teknik wawancara melalui layanan konseling individu dan layanan bimbingan kelompok, observasi, angket, serta dokumentasi melalui buku absen, buku konseling, buku bimbingan kelompok, referral dan kunjungan rumah (home visit).

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 27 siswa namun yang melakukan tindakan membolos ada 10 pria dan hanya sebagian kecil yang melakukan pelanggaran ringan. Sehingga 10 siswa inilah yang diberi batuan khusus agar tingkah laku membolos dapat menurun dan secara otomatis motivasi belajar meningkat dan hal ini dapat berpengaruh pada prestasi belajarnya. Adapun subyeknya adalah siswa yang melakukan alpa (tidak masuk tanpa keterangan) 3 kali dalam bulan Agustus 2021. Penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus, siklus pertama di dalam kelas dengan materi tata tertib dan membahas topik kebiasaan membolos sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan diluar kelas melalui konseling. Referral ke guru bidang studi untuk melengkapi nilai-nilai siswa yang belum tuntas, lalu kegiatan home visit. Pada siklus kedua dilakukan untuk menuntaskan siswa yang masih membolos dan meningkatkan ketuntasan hasil belajar. Data dianalisis secara deskriptif terutama dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana peningkatan motivasi belajar dengan melihat penuruanan tingkah laku membolos.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, denga model Deep Dialogue/Critical Thinking ada penurunan yang signifikan tingkah laku membolos siswa kelas IX A dari siklus pertama ke siklus ke dua penurunan sampai 80%. Sedangkan peningkatan prestasi belajar juga ditunjukkan melalui nilai-nilai dari mata pelajaran yang belum tuntas 50% menjadi tuntas 85% sehingga di kelas tersebut naik kelas 100%.

Kata Kunci : model Deep Dialogue/Critical Thinking, Membolos

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada umumnya remaja mampu melewati tugas perkembangan secara bertahap dan mampu mengadakan penyesuaian diri dengan dirinya dan lingkungannya. Remaja sebagai makhluk sosial yang hidup berkelompok untuk mengadakan hubungan satu sama lain agar dapat dikatakan sebagai individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya, maka akan cenderung menjadi remaja yang mudah bergaul, lebih hangat, terbuka menghadapi orang lain dalam situasi apapun.

Oleh karena perkembangan individu berbeda-beda, maka minat serta potensi-potensi yang dimiliki berbeda pula. Ada individu yang senantiasa berkembang lancar, sementara individu lain lambat dan sukar. Pendekatan DD/CT, diharapkan akan memiliki perkembangan kognisi dan psikososial yang lebih baik. Mereka juga diharapkan dapat mengembangkan keterampilan hidup tentang DD/CT yang akan meningkatkan pemahaman terhadap dirinya dan terhadap orang laim yang bebeda dari diri mereka, dan oleh karena itu akan memperkuat penerimaan dan toleransi terhadap perbedaan-perbedaan.

(2)

59

Untuk keperluan pendekatan pembelajaran, Global Dialogue Institute (2001) mengidentifikasi ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan DD/CT, yaitu: (1) peserta didik dan guru nampak aktif; (2) mengoptimalisasikan potensi intelligensi peserta didik; (3) berfokus pada mental, emosional dan spritual; (4) mrnggunakan pendekatan dialog mendalam dan berpikir kitis (5) peserta didik dan guru dapat menjadi pendengar, pembicara, dan pemikir yang baik; (6) dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari; (7) lebih menekankan pada nilai, sikap dan kepribadian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah Tingkah Laku Membolos Dapat Dikurangi Melalui Bimbingan Kelompok Dengan Model Deep Dialogue/Critical Thinking Pada Siswa Kelas IX A Tahun Pelajaran 2021/2022 di SMP Negeri 3 Pacitan”?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan atas permasalahan diatas, makalah tujuan penelitian dan tindakan ini secara umum adalah :

untuk mengetahui tingkah laku membolos dapat dikurangi melalui bimbingan kelompok dengan model Deep Dialogue/Critical Thinking pada siswa kelas IX A tahun pelajaran 2021/2022 di SMP Negeri 3 Pacitan

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan atau institusi di bawah ini :

1. Bagi guru

Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini guru dapat memotivasi diri untuk mengembangkan model-model bimbingan yang menarik sehingga potensi dapat berkembang secara optimansiswa, memiliki motivasi tinggi dan tidak jenuh mengikuti pelajaran.

2. Bagi siswa

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa yang bermasalah di kelas tersebut terutama tingkah laku membolos sehingga dapat meningkatkan prestasi dan tercapai tujuan pembelajaran di kelas.

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

Persiapan awal yang harus disiapkan perlu disediakan terlebih dahulu. Yang dipersiapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Menyusun satuan layanan konseling

2. Menyiapkan buku Materi layanan konseling

(3)

60

3. Menyiapkan instrumen berupa : buku absensi, buku konseling Individual, buku bimbingan kelompok, buku anecdot record, buku agenda BK, buku referal untuk mencatat proses kolaborasi dengan guru bidang studi

4. Membuat lembar observasi, lembar evaluasi dan penyusunan angket

5. Menyusun format kunjungan rumah, diperlukan untuk menggali data lebih kongkrit dan membina jalinan kerjasama dengan pihak keluarga

B. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Pacitan kelas IX A Berjumlah 27 siswa.

Dari rekapitulasi absensi pada semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022 dievaluasi ternyata kelas IX A paling menonjol intensitas siswa membolos yaitu sebanyak 95 dan pada semester genap bulan Agustus sebanyak 64. Ternyata terdapat 10 siswa pria yang tidak masuk tanpa keterangan selama 3 kali dan siswa inilah yang juga prestasi belajarnya rendah. Tingkah laku membolos inilah yang akan dikurangi sehingga prestasi meningkat. Dan guru yang diajak berkolaborasi adalah guru BK, guru bidang studi IPS, wali kelas IX A dan kepala sekolah.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini metode yang digunakan adalah:

1. Sumber data : Sumber data penelitian ini adalah siswa, wali kelas, guru bidang studi, orang tua

2. Cara pengambilan data dengan menggunakan teknik a) Wawancara ( melalui layanan konseling individu ) b) Observasi ( Pengamatan )

c) Angket

d) Dokumentasi ( buku absen, Agenda BK, anecdot record, buku konseling, buku bimbingan kelompok, buku referal, buku home visit )

D. Metode Analisa Data

Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif khususnya Penelitian Tindakan Kelas.

Di dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dengan teknik prosentase.

KAJIAN PUSTAKA

A. Tingkah Laku Membolos

1. Pengertian Tingkah Laku Membolos

Definisi membolos sekolah adalah “ tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak jelas” ( badudu dan Zain, 1996:186). Lebih lanjut dijelaskan bahwa “ membolos dapat dibedakan dari fobi sekolah karena pada khusus yang belakangan orang tua tahu dimana anak berada tapi dalam hal membolos orang tua maupun guru tidak tahu dimana anak berada. “(Pearce,2000:107 ). Dikemukakan juga oleh Lask : “Pembolos tidak takut

(4)

61

ke sekolah atau berpisah dari orang tuanya. Sering ia mengatakan pergi ke sekolah tetapi tidak muncul di sekolah atau pergi ke sekolah cuma untuk mengisi absen dan kemudian pergi. Ia lebih senang pergi dengan teman-temannya walaupun tanpa tujuan apa-apa dan tidak jarang membuat onar sehingga menempatkannya sendiri dalam kesulitan. “(Lask,1989:122).

2. Sebab-sebab Siswa Membolos

Setiap tingkah laku yang dilakukan seseorang dilatari suatu hal, demikian juga tingkah laku membolos. Menurut Pearce (2000) alasan membolos yaitu :

a. sekolah membosankan atau sulit bagi anak dan tampaknya tidak menawarkan sesuatu

b. anak disesatkan orang lain

c. sekolah tidak terorganisir dengan baik dan tidak memperhatikan masalah membolos

d. tindakan membolos terjadi pada orang tua terlalu sibuk bekerja e. kurangnya pengawasan dari orang tua

B. Model Deep Dialogue/Critical Thinking

Dialog adalah percakapan antara orang-orang dan melalui dialog tersebut, 2 masyarakat/ kelompok atau lebih yang memiliki pandangan berbeda-beda bertukar ide, Informasi dan pengalaman. Deep Dialogue ( dialog mendalam), dapat diartikan bahwa percakapan antara orang-orang tadi (dialog) harus diwujudkan dalam hubungan yang interpersonal, saling keterbukaan, jujur dan mengandalkan kebaikan (GDI, 2001). Sedangkan Critical Thinking ( berpikir kritis) adalah kegiatan berpikir yang dilakukan dengan mengoperasikan potensi intelektual untuk menganalisis, membuat pertimbangan dan mengambil keputusan secara tepat dan melaksanakannya secara benar.

C. Upaya Model Deep Dialogue/Critical Thinking Mengurangi Tingkah Laku Membolos Menurut R. Angkowo penguatan dalam memotivasi siswa wa dalam proses pembelajaran (2007) yaitu guru dapat memberikan motivasi belajar melalui dua cara:

a. Meningkatkan mutu pembelajaran. Untuk itu diperlukan 5 macam teknologi mendasar, yaitu berpikir sistematik, desain sistem. Ilmu pengetahuan yang bermutu, manajemen perubahan, dan teknologi pembelajaran.

b. Mempengaruhi harapan siswa. Dengan demikian, siswa percaya bahwa keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran dapat mengantarkan dirinya pada keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan serta sistem nilai mereka sebagai pribadi.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini adalah:

“Tingkah laku dapat dikurangi melalui bimbingan kelompok dengan model Deep Dialogue/Critical Thinking. Pada siswa kelas IX A tahun pelajaran 2021/2022 di SMP Negeri 3 Pacitan.”

(5)

62 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Siklus penelitian I

Tahap Perencanaan (planning), ditunjukkan untuk menganalisis alternatif pemecahan masalah penelitian. Identifikasi alternatif pemecahan masalah melalui layanan bimbingan kelompok dan layanan konseling individual serta himpunan data.

Dalam kegiatan ini dilakukan komitmen antara siswa dan guru BK dengan melihat batas kemampuan dan kesukarelaan siswa. Penyiapan berbagai instrumen pengamatan dan pengukuran tingkah laku membolos, juga termasuk buku agenda BK untuk mencatat semua kegiatan yang telah dilaksanakan. Hal yang juga penting adalah koordinasi dengan guru bidang studi, wali kelas dan kepala sekolah dalam mengimplementasikan berbagai hal yang dipersiapkan dalam tahap perencanaan ini.

Langkah-langkah spesifik yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I adalah:

1. Menyusun satuan layanan bimbingan konseling kelompok di kelas. Metode pembelajaran yang dipilih adalah model Deep Dialogue/Critical Thinking.Materi ini membahas mengenai pemahaman tentang tata tertib sekolah sedangkan topik yang dibahas adalah tingkah laku membolos Diharapkan dengan materi Siswa lebih memahami aspek-aspek sosial di lingkungan sekolah yang perlu dipatuhi dan dilaksanakan.

2. Menyusun kegiatan di luar kelas yaitu pertemuan di luar kegiatan belajar mengajar dengan mendata siswa yang membolos, membuat kelompok dan jadwal pertemuan khusus

3. Penyiapan instrumen berupa, buku absensi, buku konseling Individual, buku bimbingan kelompok, buku anecdot record, buku agenda BK, dan buku referensi.

Diperlukan untuk mencatat dan mendata hasil-hasil wawancara atau pengamatan dan perubahan yang dicapai.

4. Membuat lembar observasi, lembar evaluasi dan menyusun angket

5. Menyusun format kunjungan rumah, diperlukan untuk menggali data lebih kongkrit dan membina jalinan kerjasama dengan pihak keluarga siswa

6. Dalam hal ini guru pembimbing atau guru BK melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan model Deep Dialogue/Critical Thinking.

Tahap pelaksanaan tindakan adalah untuk menerapkan rencana yang telah ditetapkan dan disertai dengan observasi. Observasi diarahkan ke kondisi kelas pembelajaran juga di luar kelas pembelajaran. Kegiatan refleksi diterapkan untuk mengetahui seberapa jauh tindakan dapat dilaksanakan sesuai harapannya. Dan ada beberapa siswa yang masih melakukan membolos maka langkah berikutnya adalah pemanggilan orang tua atau dengan home visit. Hal ini dilakukan untuk lebih efektif nya bantuan dengan kerjasama antara orang tua dan guru kemudian diobservasi lagi dan direfleksi pula sehingga ditemukan kelemahan kelemahan dan kelebihan kelebihan dari penelitian ini. Adapun kelemahan-kelemahan penelitian ini adalah:

(6)

63

a. Sikap orang tua yang kurang mendukung sehingga siswa menjadi kurang terkontrol perilakunya

b. Gaya mengajar guru kurang bervariasi sehingga siswa ada kecenderungan jenuh mengikuti pelajaran

Adapun kebaikan-kebaikan penelitian ini adalah:

a. Siswa untuk berpikir kritis dan imajinatif, menggunakan logika, menganalisis fakta-fakta dan melahirkan imajinatif atas ide-ide lokal dan tradisional.

Sehingga peserta didik dapat membedakan mana yang disebut berpikir baik dan tidak baik, mana yang benar dan tidak benar.

b. Melalui dialog mendalam dan berpikir kritis siswa memahami bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya. Berpikir kritis membantu siswa menemukan, mengenali sekaligus menguji Sikap mereka sendiri, serta menghargai nilai-nilai yang dipelajari

2. Siklus penelitian II

Tahap perencanaan dilakukan dengan melihat hasil observasi dan refleksi pada siklus I dalam PTK Siklus II ada beberapa catatan penting dari observasi dan refleksi pada siklus I, masih adanya tingkah laku membolos dalam tahap ini tetap menjadi masalah utama masih ada beberapa siswa motivasi dan prestasi belajarnya rendah.

Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan di luar kelas melalui pemberian konseling individual dan pemanggilan orang tua serta kunjungan rumah. Kegiatan ini untuk melibatkan orang tua agar ada kerjasama dengan sekolah dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi siswa Terutama permasalahan membolos.

Tahap observasi dilakukan lebih jeli dengan menyiapkan lebih banyak instrumen untuk mengukur atau mengamati tingkah laku siswa membolos. Instrumen- instrumen ini juga diharapkan mampu menangkap kendala-kendala yang dihadapi siswa maupun guru.

Refleksi dilakukan bersama-sama oleh guru bidang studi, wali kelas dan kepala sekolah. Pada hasil siklus II ini terjadi penurunan tingkah laku siswa membolos.

B. Pembahasan

Hasil pengamatan implementasi tindakan di kelas IX A SMP Negeri 3 Pacitan dari siklus I sampai dengan siklus II dijabarkan pada uraian-uraian berikut:

1. Kategori siswa membolos

Dari hasil angket dan konseling maka diketahui berbgai alasan atau faktor-faktor siswa membolos sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi frekuensi kategori alasan 10 siswa yang membolos di kelas IX A SMP Negeri 3 Pacitan

No. Pertanyaan siswa Ditribusi Kategori ( % )

SS S TS STS

1. Karena Keterlambatan 7 3 - -

(7)

64

(70) (30) 2. Di kelas menjenuhkan karena

cara guru mengajar membosankan

3 (30)

2 (20)

3 (30)

2 (20) 3. Mempunyai musuh di kelas

- 1

(10)

7 (70)

2 (20) 4. Sikap guru yang keras ( suka

marah)

2

(20) - 6

(60)

2 (20) 5. Takut terhadap guru

- 3

(30)

7

(70) -

6. Malas dan kurang motivasi 5 (50)

2 (20)

3

(30) -

7. Orang tua membiarkan

membolos - 2

(20)

5 (50)

3 (30) 8. Orang tua yang mudah

dubohongi

2 (20)

3 (30)

3 (30)

2 (20) 9. Diajak oleh teman untuk

membolos

4 (40)

2 (20)

2 (20)

2 (20) 10. Malu karena kelainan fisik

- 1

(10)

5 (50)

4 (40) Keterangan :

S : Setuju SS : Sangat Setuju

TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Dari tabel tersebut terlihat bahwa kategori sangat setuju prosentase terbesar pada alasan keterlambatan sebesar 70% dan pada alasan malas atau kurang motivasi 50% serta diajak oleh teman untuk membolos 40%. Kemudian pada kategori setuju prosentase terbesar pada alasan keterlambatan sebesar 30% dan pada alasan takut pada guru 30%. Berdasarkan hasil tersebut maka konselor/guru BK memberikan treatment pada siswa bahwa motivasi harus dipupuk, dan guru penting menciptakan pembelajaran yang tidak menjenuhkan.

2. Kategori Tingkh Laku Siswa Membolos

Penilaian yang dilakukan peneliti terhadap kategori tingkah laku membolos siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pacitan, yang terjaring 10 siswa hasilnya disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4. Distribusi frekuensi kategori tingkah 1aku siswa membolos di kelas IX A SMP Negeri 3 Pacitan

No. Tingkah Laku Membolos

Siklus I Siklus II Pre

test

Post test

Pre test

Post test

(8)

65 1.

2.

3.

4.

1.

Siswa tidak datang ke sekolah tanpa keterangan sejak jam pertama

Siswa datang ke sekolah namun tidak masuk kelas

Siswa meninggalkan kelas pada pergantian jam pelajaran tertentu tanpa ijin dari guru bidang studi yang akan mengajar

Siswa meninggalkan sekolah secara diam-diam tanpa diketahui oleh pihak sekolah

70%

60%

40%

50%

50%

50%

30%

40%

40%

30%

30%

30%

20%

10%

20%

0%

Jumlah 220% 170% 130% 50%

Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa model Deep Dialogue/Critical Thinking pada siklus I ada penurunan 50% (dari 220% menjadi 170%), dan pada siklus II terjadi penurunan yang signifikan yaitu 80% (dari 130% menjadi 50%). Penurunan ini akibat dari penerapan model Deep Dialogue/Critical Thinking yang baik dan pengawasan yang aktif dari konselor/BK sehingga siswa mulai menyadari kesalahannya dan tidak ingi tinggal kelas.

Dapat digambar pada diagram dibawah ini :

IX A SMP Negeri 3 Pacitan

0 20 40 60 80 100

Siklus I Siklus II

Banyaknya siswa (%)

Kategori tingkah laku

Hasil Pre test dan Post test pada tingkah laku membolos siswa kelas IX A SMP

Negeri 3 Pacitan

Tabel 5. Diagram gambaran hasil pretest dan postest pada tingkah laku siswa membolos

(9)

66

Sedangkan hasil rekapitulasi absen siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pacitan Dapat dilihat dari bulan Agustus sampai akhir November 2021, 10 siswa yang tidak masuk tanpa keterangan sebagai berikut.

Tabel 6. Data rekapitulasi kehadiran siswa bulan Agustus-November 2021

No. Nama Siswa Bulan

Jumlah Agustus September Oktober November

1. A.T.H 5 2 1 0 6

2. C.Y 2 5 2 0 9

3. A.R.A.F 6 0 0 0 6

4. C.D.A 3 5 1 0 9

5. C.S.A 13 7 4 1 26

6. D.C.N 6 1 0 0 7

7. K.D.D 3 1 0 0 4

8. R.A.P 3 3 2 1 9

9. S 4 2 1 0 7

10. T.I 3 0 0 0 3

Jumlah 48 25 8 2

Dari rekapitulasi terlihat adanya penurunan tingkah laku siswa membolos kelas IX A SMP Negeri 3 Pacitan. Penurunan yang signifikan dari bulan Agustus sampai pertengahan agar November 2021. Oleh karena itu penerapan model Deep Dialogue/Critical Thinking dapat dikatakan efektif mengurangi siswa membolos

3. Hasil Prestasi Siswa

Setelah siswa ada penurunan tingkah laku membolos maka guru bk berkolaborasi dengan guru bidang studi ips karena nilai nilai siswa rata-rata dibawah kkm pada bidang studi tersebut. Adapun hasilnya diambil dari laporan hasil belajar sisipan semester yang telah direkapitulasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 7. Hasil Belajar Siswa

No. Nama

IPS Nilai

Total Keterangan

1. AKMAL ZAKIA 80 Tuntas

2. ALAN NICHOLAS PUTRA RINALDI 70 Belum Tuntas

3. ANGGIT AKBAR MARIENO 70 Belum Tuntas

4. DESTA ADIF PRATAMA 70 Belum Tuntas

5. DIMAS ADITYA CAREERA 85 Tuntas

6. FADILLAH DEDY SEPTIANO 80 Tuntas

7. FINA NUR SETYANI 75 Tuntas

8. FIRMAN SHAH 70 Belum Tuntas

9. GALIH DWI PRASETIO 70 Belum Tuntas

10. IKSAN DEVA FEBRIYANA 70 Belum Tuntas

11. KAMELIA BUNGA ANISA 90 Tuntas

12. KEVIN ZULFAGUHANDA 75 Tuntas

13. LUCKY DESTIAN PAMBUDI 80 Tuntas

14. LUTHFI APRIYANI 85 Tuntas

(10)

67

15. M. PANJI SAPUTRA 85 Tuntas

16. MARSYA AMBAR SARI 90 Tuntas

17. MUHAMMAD RAIHAN AL HAFIDH 70 Belum Tuntas

18. NAYLA NAZZILA EVELINA 75 Tuntas

19. RADIT DWI ANGGARA 90 Tuntas

20. REYHAN CAHYO ADI KUSUMO 70 Belum Tuntas

21. SHAVIRA TRINURYARAHMA 75 Tuntas

22. SRI MARTINI 78 Tuntas

23. TANTRI UTARI 80 Tuntas

24. ZASKYA SYAHRA ROHENDI 75 Tuntas

25. ZILDAN ZULIO DWI UNTORO 75 Tuntas

26. ZYOFANKA PRADA SAPUTRA 70 Belum Tuntas

27. NABIEL FUAD KUSUMA 70 Belum Tuntas

Berdasarkan tabel tersebut di atas diketahui bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS mengalami peningkatan setelah guru BK melakukan tindakan bimbingan kelompok dengan menerapkan model Deep Dialogue/Critical Thinking.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang dikemukakan pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa ‘Tingkah Laku Membolos Dapat Dikurangi Melalui Bimbingan Kelompok Degan Model Deep Diaogue/Critical Thinking Pada Siswa Kelas IX Tahun Pelajaran 2021/2022 di SMP Negeri 3 Pacitan”.

Dengan demikian ada penurunan tingkah laku membolos siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pacitan setelah mendapat Bimbingan Kelompok Dengan Model Deep Dialogue/Critical Thinking. Lebih lanjut hasil analisis observasi menunjukkan bahwa para subyek mampu mengurangi tingkah laku membolos dari upaya-upaya yang dilakukan konselor/guru BK dengan melihat masing-masing karakter siswa dan tindakan memperhatikan ada tidaknya efek penguatan itu terhadap anak. Kemudian hasil analisis wawancara menunjukkan bahwa pemberian reinforcement ini memberi manfaat bagi subyek baik dalam hal mengurangi masalah membolos maupun masalah pribadi, masalah belajar dan masalah karir, sehingga terlihat adanya peningkatan motivasi dan minat mengikuti pelajaran.

Berdasarkan simpulan diatas maka hasil penelitian ini memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk siswa

Perlunya kejujuran, keterbukaan, kerjasama dalam suatu dailog, sehingga siswa mampu mengurangi tingkh laku membolos, selain itu juga diperlukan tanggung jawab secara individu dan kemauan dari individu untuk berubah maka semakin besar pula perubahan yang dapat dibuat.

2. Untuk guru

Model Deep Dialogue/Critical Thinking dapat dilakukan oleh guru BK maupum guru bidang studi dalam mengatasi masalah dalam pembalajaran yaitu mengurangi sikap siswa yang negatif misal sering tidak mengikuti pelajaran tau tidak mengerjakan tugas dsb.

(11)

68 DAFTAR RUJUKAN

Al Hakim, Suparlan, 2004, Strategi Pembelajaran Berdasarkan Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT), P3G, Dirjen Dikdasmen, 2002

.

Angkowo, R, 2007, Optimalisasi Media Pembelajaran, PT Grasindo Arikunto, Suharsini.2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Badudu & Zain. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Elisson. Laura, 2000, Tujuh Langka Deep Dialogue/Dialog Mendalam Yang Diterapkan Pada Para Guru “Pendidikan Anak Seutuhnya”, Unicef, GDI

Farris, P.J. & Cooper, S.M. 1994. Elementary Social Studies: A Whole Language Approach.

Iowa: Brown & Benchmark Publisher

Global Dialogue Institute. 2001. Deep Dialogue/Critical Thinking As Instructional Approach.

Disajikan Pada TOT Pendidikan Anak Seutuhnya Di Malang 1-11 Juli 2001 Gunarsa, Singgih. 1979. Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta: BPK Gunung Mulia Kompas Online. 23 Mei, 2003. “Membolos Tetap Nomor Satu”.

Lampung Post Online. 11 September, 2006. “Polling-Tema: Penanganan Siswa Yang Membolos”.

Lask,Bryan. 1989. Memahami Dan Mengatasi Masalah Anak Anda. Terjemahan Oleh Bambang Sumantri Jakarta: PT. Gramedia

Pang, V.O., Gay G. & Stanley, W.B.1995. ”Expanding Conceptions Of Community And Civic Competence For A Multicultular Society”. Theory And Research In Social Education. XXIII:4 (302-331).

Panuju,Panut & Umami, Ida. 2005. Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya Sudjana. 1997. Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Rosdakarya

Sumarjo, H. 2003. Menyongsong UU Sisdiknas Yang Baru. Kompas. 13 Maret 2003. Hlm. 6 Swidler. L 2000, Religion Dialogue In Dialogue Era, Philadelpia, University Press

Untari, Sri, 2002, Pendekatan Deep Dialogue/Critical Thinking, Jakarta, Dirjendisdasmen, PPPG IPS Dan PMP Malang

Widarti, 2002. Rencana Pembelajaran Geografi Bernuansa Deep Dialogue/Critical Thinking, (Makalah Dalam Pelatihan Instruktur Mata Pelajaran Geografi SMP). Malang PPPG IPS-PMP

Yulita Rintyastini & Suzy Yulia Charlotte, S. 2002. Bimbingan Dan Konseling SMP Untuk Kelas VIII. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Referensi

Dokumen terkait

(Gambar 12) Ini terjadi di tengah keprihatinan bahwa penurunan nilai rupiah di akhir tahun 2008, dan peningkatan perkiraan inflasi ke tingkat yang lebih tinggi pada awal tahun

Oleh itu, kajian ini dijalankan untuk mengenalpasti elemen-elemen kemahiran “employability” yang telah diintegrasikan oleh tenaga pengajar Kolej Komuniti Kementerian

Pembuatan edible film dilakukan dengan cara mencampurkan aquades 100 mL, pati singkong sesuai perlakuan, dan ekstrak bunga telang sesuai perlakuan dan di panaskan di

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel citra merek dan harga memilki pengaruh kepada minat beli, menurut Buchari Alma (2008:121) syarat-syarat dari

Pada penelitian imun surveilance, telah diketahui bahwa sel T helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) mampu untuk mendeteksi dan mampu membasmi sel tumor, hal ini merupakan

Model latent class juga lebih fokus pada pertanyaan: “Mengapa peserta tes tidak menguasai suatu materi?.” Sementara itu pada teori tes klasik dan teori respon butir lebih fokus

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya tersebut dapat disimpulkan faktor-faktor pra perkuliahan yang berpengaruh terhadap prestasi akademik terdiri dari

Masalah yang menonjol yang dihadapi oleh mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Inggris adalah kurangnya kepercayaan diri dalam memproduksi bunyi-bunyi dalam bahasa Inggris