BAB III
METODE PENELITIAN
A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN
Berdasarkan masalah yang dikembangkan, penelitian yang dilaksanakan adalah untuk melihat peningkatan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat pembelajaran maematika interaktif berbasis komputer dan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan konvensional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi-experiment atau eksperimen semu. Pertimbangan penggunaan metode quasi-experiment atau eksperimen semu ini bahwa kelas yang ada sudah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokan secara acak (Ruseffendi, 2005). Pengertian lain dari quasi-experiment (en-wikipedia.org) “A quasi-experiment is an empirical study used to estimate the causal impact of an intervention on its target population. Quasi-experimental research designs share many similarities with the traditional experimental design or randomized controlled trial, but they specifically lack the element of random assignment to treatment or control.” Sebenarnya, desain quasi-experiment memiliki banyak kesamaan dengan desain eksperimen tradisional, hanya saja desain quasi-experiment mengurangi unsur pengacakan subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan desain quasi-experiment karena dalam pemilihan dan pengacakan subjek, apabila dilakukan pembentukan kelas baru dimungkinkan akan menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran dan mengganggu efektivitas pembelajaran di sekolah.
Isnatika Trias, 2013
Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini merupakan penelitian quasi-experiment dengan desain kelompok kontrol non-ekuivalen (the non-equivalent control groups design). Desain kelompok kontrol non-ekuivalen melibatkan paling tidak dua kelompok yang subjeknya tidak dikelompokkan secara acak (Ruseffendi, 2005). Pengertian lain dari desain kelompok kontrol non-ekuivalen adalah “the non-equivalent groups design (Research Methods Knowledge Base, 2006) is probably the most frequently used design in social research. It is structured like a pretest-posttest randomized experiment, but it lacks the key feature of the randomized designs-random assignment.” Selain itu, berdasarkan pembahasan mengenai desian kelompok kontrol non-ekuivalen dalam Research Methods by Dummies (California State University) “A non-equivalent groups design includes an existing group of participants who receive a treatment and another existing group of participants to serve as a control or comparison group. Participants are not randomly assigned to conditions, but rather are assigned to treatment or control conditions with all yhe another in their existing group.” Dengan demikian, dari beberapa pengertian tersebut, desain kelompok kontrol non-ekuivalen banyak kesamaan dengan desain kelompok kontrol pretes-postes, perbedaannya hanya pada pengacakan subjeknya dan dipilih dua kelompok untuk dijadikan subjek penelitian, satu kelompok mendapatkan perlakuan (treatment) sedangkan kelompok lainnya dijadikan sebagai kelompok kontrol atau kelompok pembanding (non-ekuivalen). Perlakuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan pembelajaran matematika yang dilakukan di kedua kelompok. Pada penelitian ini, akan diadakan pretes (0) dan postes (0) pada kedua kelas.
Kelas yang satu memperoleh perlakuan pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran konvensional, sedangkan kelas yang satunya lagi memperoleh perlakuan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer (X). Desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Kelas Eksperimen : 0 X 0
Kelas Kontrol : 0 0 (Ruseffendi, 2005)
Keterangan:
0 : Tes awal/akhir pada kelompok (kelas) eksperimen/kontrol,
X : Perlakuan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer, dan : Subjek tidak dikelompokkan secara acak.
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu variabel kontrol, variabel bebas, dan variabel terikat.
1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab, dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer.
2. Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel bebas, dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah matematis.
Isnatika Trias, 2013
Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu C. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri Karya Pembangunan Baleendah Bandung pada tahun ajaran 2012/2013. Peneliti akan melakukan penelitian pada dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas XI IPA 2 dan satu kelas sebagai kelas kontrol, yaitu kelas XI IPA 1. Kelas eksperimen adalah kelas yang mendapatkan perlakuan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer untuk materi peluang. Kelas kontrol adalah kelas yang mendapatkan perlakuan pembelajaran matematika dengan konvensional untuk materi peluang.
D. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan ajar matematika interaktif berbasis komputer yang akan digunakan di kelas eksperimen. Sedangkan bahan ajar yang digunakan di kelas kontrol adalah bahan ajar tanpa komputer. Bahan ajar yang dibuat berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu kurikulum yang sedang berlaku di lapangan.
Bahan ajar yang digunakan pada kelas eksperimen akan dibuat interaktif berbasis komputer yang isinya memuat materi peluang kelas XI SMA dan bahan ajar yang akan dibuat akan disusun dengan mengaitkan materi matematika yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, materi matematika sebelumnya, dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang akan menghasilkan suatu pembelajaran bermakna, serta memberikan pengalaman pada siswa untuk mendapatkan penjelasan secara visual dan interaktif dengan
menggunakan komputer, dan menuntun siswa bekerja sama dengan siswa lainnya. Bahan ajar yang disusun diharapkan dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa.
Konsep multimedia (bahan ajar) pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1
Konsep Multimedia dalam Penelitian Ini
Gambar 3.2 adalah gambaran umum dari bahan ajar interaktif pertemuan pertama untuk materi kaidah pencacahan.
Multimedia
AnimasiGambar/ Image Teks
Isnatika Trias, 2013
Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
Isnatika Trias, 2013
Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
Gambar 3.2
Gambaran Umum Bahan Ajar Interaktif Berbasis Komputer Pertemuan Pertama
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Pada penelitian ini dikembangkan enam buah instrumen yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes antara lain tes koneksi matematis siswa dan tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Sedangkan, instrumen non-tes, antara lain lembar observasi, angket skala sikap, dan pedoman wawancara.
1. Soal Pretes dan Postes
a. Tes Kemampuan Koneksi Matematis
Tes ini berupa uraian, yang soalnya terdiri dari soal-soal koneksi matematis. Soal ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan koneksi matematis siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer mengenai materi peluang di kelas XI
Isnatika Trias, 2013
Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
SMA. Indikator yang diukur pada tes kemampuan koneksi matematis ini adalah (Sumarmo, 2012)
1) Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur.
2) Memahami dan menggunakan hubungan antar topik matematika dan dengan topik bidang studi lain.
3) Mencari koneksi atau prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen.
4) Menggunakan matematika dalam bidang studi lain/kehidupan sehari-hari.
5) Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama.
Tabel 3.1
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi Matematis
Reaksi terhadap Soal/Masalah Skor
Tidak ada jawaban 0
Jawaban hampir sesuai dengan pertanyaan, persoalan, atau dengan
masalah. 1
Jawaban ada beberapa yang sesuai dengan pertanyaan, persoalan, atau
dengan masalah tetapi hubungannya tidak jelas. 2
Jawaban sesuai dengan pertanyaan, persoalan, atau dengan masalah dan
hubungannya sudah jelas, tetapi kurang lengkap. 3
Jawaban sesuai dengan pertanyaan, persoalan, atau masalah dan
hubungannya sudah jelas, serta sudah lengkap. 4
b. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Tes ini berupa uraian, yang soalnya terdiri dari soal-soal non-rutin (soal pemecahan masalah). Soal ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar matematika interaktif berbasis komputer mengenai
materi peluang di kelas XI SMA. Indikator dari pemecahan masalah matematis menurut Sumarmo (2012), antara lain.
1) Membuat model matematika.
2) Menerapkan strategi menyelesaikan masalah dalam/di luar matematika. 3) Menjelaskan/menginterpretasikan hasil.
4) Menyelesaikan model matematika dan masalah nyata. 5) Menggunakan matematika secara bermakna.
Pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang akan digunakan pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.2. Pedoman ini diadaptasi dari pedoman penskoran pemecahan masalah yang dibuat oleh Schoen dan Ochmke (Sumarmo, dkk, dalam Anriani, 2011) dan pedoman penskoran yang dibuat oleh Chicago Public Schools Bureau of Student Assessment yang ditunjukkan pada Tabel 3.2:
Isnatika Trias, 2013
Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Skor Memahami Masalah
Menyusun Rencana/
Memilih Strategi
Melaksanakan Strategi dan Mendapat Hasil
Memeriksa Proses dan
Hasil
0
Tidak berbuat (kosong) atau semua
interpretasi salah (sama sekali tidak memahami masalah). Tidak berbuat (kosong) atau seluruh strategi yang dipilih salah.
Tidak ada jawaban atau jawaban salah akibat perencanaan yang salah.
Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada
keterangan apapun. 1 Hanya sebagian interpretasi masalah yang benar. Sebagian rencana sudah benar atau perencanaannya tidak lengkap. Penulisan salah, Perhitungan salah, hanya
sebagian kecil jawaban yang dituliskan; tidak ada
penjelasan jawaban; jawaban dibuat tapi tidak
benar. Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas. 2 Memahami masalah secara lengkap; mengidentifikasi semua bagian penting
dari permasalahan; termasuk dengan membuat diagram atau gambar yang jelas dan simpel
menunjukkan pemahaman terhadap
ide dan proses masalah.
Keseluruhan rencana yang dibuat benar dan
akan mengarah kepada penyelesaian yang benar bila
tidak ada kesalahan perhitungan.
Hanya sebagian kecil prosedur yang benar, atau
kebanyakan salah sehingga hasil salah.
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat kebenaran hasil dan proses. 3 - - Secara substansial prosedur yang dilakukan
benar dengan sedikit kekeliruan atau ada kesalahan prosedur sehingga hasil akhir salah.
-
4
- -
Jawaban Benar dan lengkap, Memberikan jawaban secara lengkap, jelas, dan benar, termasuk dengan membuat diagram
atau gambar.
-
c. Hasil Uji Instrumen Pretes dan Postes
Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes tersebut terlebih dahulu diujicobakan untuk melihat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran. Langkah-langkah uji coba dilakukan adalah:
1) Instrumen dikonsultasikan pada dosen pembimbing;
2) Instrumen diujicobakan kepada subjek yang memiliki karakteristik yang serupa dengan karakteristik subjek penelitian;
3) Menentukan nilai koefisien validitas dari instrumen tes; 4) Menentukan reliabilitas instrumen tes;
5) Menentukan daya pembeda dan indeks kesukaran instrumen tes.
1) Analisis Validitas
Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003). Oleh karena itu, keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya. Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu (Suherman, 2003).
Cara untuk mencari koefisien validitas alat evaluasi adalah dengan menggunakan rumus korelasi produk-moment memakai angka kasar (raw score). Rumusnya adalah:
∑ (∑ )(∑ )
√( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) ) Keterangan:
Isnatika Trias, 2013
Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. = jumlah skor uji coba.
= jumlah skor ulangan harian. = banyak subjek (testi).
Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai tersebut dibagi ke dalam kategori-kategori seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Klasifikasi Koefisien Validitas (Suherman 2003)
Koefisien Validitas Interpretasi
Sangat tinggi Tinggi (baik) Sedang (cukup) Rendah (kurang) Sangat rendah Tidak valid
Hasil uji validitas butir soal tes kemampuan koneksi matematis disajikan pada Tabel 3.4 dan hasil uji validitas butir soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis disajika pada Tabel 3.5, berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Anates:
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Koneksi Matematis
Butir Soal rxy Kategori Kriteria Signifikansi 1 0,694 Valid Sedang Signifikan
2 0,527 Valid Sedang -
3b 0,868 Valid Tinggi Sangat Signifikan 3c 0,857 Valid Tinggi Sangat Signifikan
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Butir Soal
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Butir Soal rxy Kategori Kriteria Signifikansi 3a 0,795 Valid Tinggi Sangat Signifikan 5a 0,748 Valid Tinggi Sangat Signifikan 5b 0,779 Valid Tinggi Sangat Signifikan 5c 0,843 Valid Tinggi Sangat Signifikan 6 0,819 Valid Tinggi Sangat Signifikan
2) Analisis Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukuran yang diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh perilaku, situasi, dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliabel (Suherman, 2003).
Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha seperti di bawah ini (Suherman, 2003).
( ) ( ∑
) Keterangan:
= koefisien reliabilitas. = banyak butir soal (item).
∑ = jumlah varians skor setiap item. = varians skor total.
Isnatika Trias, 2013
Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Tabel 3.6
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas J.P Guilford (Suherman, 2003) Koefisien Reliabilitas Interpretasi
0,90 ≤ < 1,00 Sangat tinggi 0,70 ≤ < 0,90 Tinggi 0,40 ≤ < 0,70 Sedang (cukup) 0,20 ≤ < 0,40 Rendah
< 0,20 Sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Anates diperoleh koefisien reliabilitas tes kemampuan koneksi matematis adalah 0,72 dan koefisien reliabilitas tes kemampuan pemecahaman masalah matematis adalah 0,90. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas tes kemampuan koneksi matematis yang digunakan pada penelitian ini tergolong tinggi karena berada pada interval 0,70 ≤ r11 < 0,90, dan tingkat reliabilitas tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang digunakan pada penelitian ini tergolong sangat tinggi karena berada pada interval 0,90 ≤ < 1,00.
3) Analisis Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran
Pada uraian mengenai daya pembeda dan indeks kesukaran tampak bahwa satu sama lain erat kaitannya dan saling mempengaruhi.
Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut: Maks JS JB JB DP A B A atau Maks JS JB JB DP B B A Keterangan : DP = Daya Pembeda.
JBA =Jumlah benar untuk kelompok atas.
JBB = Jumlah benar untuk kelompok bawah.
JSA =Jumlah siswa kelompok atas.
JSB =Jumlah siswa kelompok bawah.
Maks = Skor maksimal setiap butir soal.
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan adalah:
Tabel 3.7
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda (Suherman, 2003)
Koefisien Daya Pembeda Interpretasi
Sangat baik
Baik
Cukup
Jelek
Sangat jelek
Hasil uji daya pembeda soal tes kemampuan koneksi matematis disajikan pada Tabel 3.8 dan hasil uji daya pembeda soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis disajikan pada Tabel 3.9, berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Anates:
Tabel 3.8
Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Koneksi Matematis
Butir Soal Maks ̅ ̅ DP Interpretasi
1 4 3,67 1,78 0,47 Baik
2 4 3,78 2,44 0,33 Cukup
3b 4 3,78 0,56 0,81 Sangat Baik 3c 4 4,00 0,56 0,86 Sangat Baik
Isnatika Trias, 2013
Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Tabel 3.9
Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Butir Soal Maks ̅ ̅ DP Interpretasi
3a 4 8,00 1,89 0,61 Baik
5a 4 6,44 1,22 0,52 Baik
5b 4 6,78 2,56 0,42 Baik
5c 4 7,00 0,67 0,63 Baik
6 4 5,44 0,33 0,51 Baik
Untuk menghitung indeks kesukaran setiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut: . Maks X IK i Keterangan: IK = Indeks Kesukaran. i
X = Rata-rata skor setiap butir soal. Maks = Skor maksimal setiap butir soal.
Klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan adalah:
Tabel 3.10
Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran (Suherman, 2003)
Koefisien Indeks Kesukaran Interpretasi
Soal terlalu mudah
Soal mudah
Soal sedang
Soal sukar
Soal terlalu sukar
Hasil uji indeks kesukaran soal tes kemampuan koneksi matematis disajikan pada Tabel 3.11 dan hasil uji daya pembeda soal tes kemampuan
pemecahan masalah matematis disajikan pada Tabel 3.12, berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Anates:
Tabel 3.11
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan Koneksi Matematis
Butir Soal Tingkat
Kesukaran Tafsiran 1 0,68 Sedang 2 0,77 Mudah 3b 0,54 Sedang 3c 0,57 Sedang 5 0,68 Sedang Tabel 3.12
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Butir Soal Tingkat
Kesukaran Tafsiran 3a 0,49 Sedang 5a 0,38 Sedang 5b 0,47 Sedang 5c 0,38 Sedang 6 0,29 Sukar 2. Lembar Observasi
Lembar observasi berupa daftar isian yang diisi oleh observer selama pembelajaran berlangsung di kelas yang digunakan untuk mengamati secara langsung aktivitas dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa sehingga diketahui gambaran umum dari pembelajaran yang terjadi
3. Angket Skala Sikap
Angket pada penelitian ini akan diberikan pada siswa untuk diisi, dan diberikan setelah siswa mendapatkan perlakuan. Angket pada penelitian ini terdiri dari peryataan-pernyataan yang kemudian akan dinilai oleh siswa pernyataan mana yang sesuai dengan kata hati siswa mengenai pembelajaran matematika
Isnatika Trias, 2013
Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
interaktif berbasis komputer dengan pendekatan kontekstual mengenai materi peluang.
Diharapkan dengan menggunakan instrumen tambahan yaitu angket dan pedoman wawancara peneliti dapat mengetahui sesuatu yang penting yang bersangkutan dengan penelitian ini yang tidak terlihat selama penelitian berlangsung.
4. Jurnal Harian
Jurnal harian pada penelitian ini dibuat untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dengan pendekatan kontekstual untuk materi peluang SMA. Dengan adanya jurnal harian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman peneliti untuk melakukan revisi, pada pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dengan pendekatan kontekstual untuk materi peluang, maupun bahan ajar interaktif berbasis komputer dengan pendekatan kontekstual untuk materi peluang itu sendiri.
5. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara pada penelitian ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan pada siswa sebelum, selama dan setelah pembelajaran yang isinya berkaitan dengan pendekatanmatematika interaktif berbasis komputer dengan pendekatan kontekstual mengenai materi peluang, sehingga dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data.
F. PROSEDUR PENELITIAN
Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini:
Gambar 3.3
Bagan Prosedur Penelitian
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini merupakan data mentah yang perlu dilakukan pengolahan data sehingga data tersebut menjadi bermakna. Data tersebut akan lebih bermanfaat dan dapat memberikan gambaran tentang
Kelompok Eksperimen:
Pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dengan pendekatan kontekstual
Identifikasi Masalah Penyusunan Bahan Ajar
Penyusunan Instrumen
Uji Coba Instrumen
Analisis validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran
Kelompok Kontrol: Pembelajaran matematika dengan
konvensional
Tes Akhir (postes)
Analisis Data
Kesimpulan Tes Awal (pretes)
Isnatika Trias, 2013
Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
permasalahan yang diteliti, maka data tersebut harus diolah terlebih dahulu sehingga memberikan arah untuk menganalisis lebih lanjut. Data yang diperoleh kemudian dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap data-data tersebut untuk menguji hipotesis penelitian.
1. Analisis Data Pretes dan Postes
Analisis dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap hasil data pretes, postes, dan peningkatan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa (indeks gain) dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Menguji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelas sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Apabila hasil pengujian menunjukkan bahwa data berdistribusi normal maka pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov atau uji Shapiro-Wilk. Sedangkan jika hasil pengujian menunjukkan data tidak berdistribusi normal maka digunakan uji Mann-Whitney. Uji normalitas dilakukan terhadap skor pretes, postes, dan gain dari dua kelompok siswa (kelas eksperimen dan kontrol).
Rumusan hipotesis untuk menguji normalitas data adalah: H0 : Sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 : Sampel yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Kriteria pengujian yang digunakan adalah nilai signifikansi (sig.) lebih besar dari 0,05 ( ), maka H0 diterima; untuk kondisi sebalikanya, H0 ditolak.
b. Menguji Homogenitas Varians dari Dua Kelompok
Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Apabila kedua kelompok data (sampel) tersebut berasal dari populasi-populasi dengan varians yang sama dinamakan populasi homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan uji F atau Levene’s test.
Rumusan hipotesis statistik untuk menguji homogenitas varians kedua kelompok data adalah:
H0 : Data berasal dari populasi yang homogen. H1 : Data berasal dari populasi yang tidak homogen.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah nilai signifikansi (sig.) lebih besar dari 0,05 ( ), maka H0 diterima; untuk kondisi sebalikanya, H0 ditolak.
c. Uji-t atau Uji-t’
Uji-t dilakukan untuk menguji perbedaan dua rataan data pretes, postes, dan gain ternormalisasi untuk kedua kemampuan, yaitu kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa. Uji-t dilakukan jika data dari kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Sedangkan uji-t’ dilakukan jika data dari kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal namun tidak homogen. Tetapi, jika data yang dianalisis berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka digunakan uji Mann-Whitney.
Hipotesis statistik dalam pengujian perbedaan dua rataan data pretes, antara lain:
Isnatika Trias, 2013
Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
H0 : Rataan data pretes siswa kedua kelas tidak berbeda secara signifikan. H1 : Rataan data pretes kedua kelas berbeda secara signifikan.
Hipotesis statistik dalam pengujian perbedaan dua rataan data postes, antara lain:
H0 : Rataan data postes siswa kedua kelas tidak berbeda secara signifikan.
H1 : Rataan data postes siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol.
Hipotesis statistik dalam pengujian perbedaan dua rataan data gain ternormalisasi, antara lain:
H0 : Rataan data gain ternormalisasi siswa kedua kelas tidak berbeda secara signifikan.
H1 : Rataan data gain ternormalisasi siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol.
Melihat hipotesis di atas, untuk uji perbedaan dua rataan data pretes akan dilakukan uji dua pihak, sedangkan uji perbedaan dua rataan data postes dan gain ternormalisasi akan dilakukan uji satu pihak.
d. Analisis Data Indeks Gain Ternormalisasi
Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilakukan analisis terhadap hasil pretes dan postes. Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi rataan (average normalized gain) oleh Hake (dalam Meltzer, 2002) yang diformulasikan sebagai berikut.
〈 〉
Indeks gain tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria yang diungkapkan oleh Hake (Meltzer, 2002) dalam Tabel 3.13.
Tabel 3.13
Klasifikasi Gain Ternormalisasi Indeks Gain Interpretasi
Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 3.4 menunjukkan urutan cara pengolahan data pretes, postes, dan gain ternormalisasi yang disajikan dengan bagan.
Gambar 3.4
Bagan Prosedur Analisis Data Analisis Data Pretest dan Posttest
Uji Normalitas
Uji Kolmogorov-Smirnov atau Uji Shapiro-Wilk
Hasil
Uji Homogentitas Varians dari Dua Kelompok Uji F atau Levene’s test
Tidak Homogen Homogen Uji-t’ Uji-t Uji Non-Parametrik Mann-Whitney Data Tidak Berdistribusi Normal Data Berdistribusi Normal
Isnatika Trias, 2013
Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA (Studi Quasi Experiment pada Siswa SMA di Kabupaten Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 2. Analisis Data Angket
Angket siswa dibuat dengan skala sikap (Likert). Setiap jawaban diberikan bobot tertentu sesuai dengan jawabannya. Untuk menghitung persentase data digunakan rumus sebagai berikut:
% 100 n f P Keterangan: P = Persentase jawaban. f = Frekuensi jawaban. n = Banyaknya responden.
Penafsirandata angket siswa dilakukan dengan menggunakan kategori persentase berdasarkan Hendro (Yulianti, 2009).
Tabel 3.14
Klasifikasi Data Angket Siswa Presentasi Jawaban Interpretasi
Seluruhnya Hampir seluruhnya Sebagian besar Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil