• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN SOSIALISASI POLITIK ORGANISASI KEMAHASISWAAN DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLIITK MAHASISWA : Studi Deskriptif Terhadap Organisasi Kemahasiswaan BEM REMA UPI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN SOSIALISASI POLITIK ORGANISASI KEMAHASISWAAN DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLIITK MAHASISWA : Studi Deskriptif Terhadap Organisasi Kemahasiswaan BEM REMA UPI."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa merupakan insan intelektual yang akan menjadi generasi penerus bangsa di masa depan. Dalam mengembangkan dirinya, mahasiswa tidak hanya bisa memanfaatkan ruang kuliah sebagai tempat belajar, berhimpun dalam organisasi kemahasiswaan juga merupakan sarana belajar bagi setiap mahasiswa untuk bisa mengembangkan kemampuan intelektual, kemampuan sosial dan kemampuan religiusnya.

Organisasi kemahasiswaan yang dibentuk oleh mahasiswa merupakan miniature state atau student goverment yang melaksanakan tugas dan fungsi seperti sebuah negara. Konsekuensi dari organisasi kemahasiswaan sebagai student government ialah segala aktivitasnya merupakan aktivitas politik. Hal ini diungkapkan oleh Sitepu (2012, hlm.

10) yang menyatakan bahwa politik adalah segala hal yang terkait dengan “penyelenggaraan negara dan pemerintahan”. Jadi bisa dikatakan bahwa dengan mengikuti organisasi kemahasiswaan maka seorang mahasiswa sedang belajar berpolitik.

Berhimpun ke dalam organisasi kemahasiswaan merupakan hak bagi setiap mahasiswa. Seperti diatur di dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 77 ayat 1 dan 3.

(1) Mahasiswa dapat membentuk organisasi kemahasiswaan.

(3) Organisasi kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan organisasi intra Perguruan Tinggi.

Di Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi juga disebutkan tentang fungsi dari organisasi kemahasiswaan seperti tertuang dalam pasal 77 ayat 2 yaitu:

(2)

b. Mengembangkan kreativitas, kepekaan, daya kritis, keberanian dan kepemimpinan, serta rasa kebangsaan;

c. Memenuhi kepentingan dan kesejahteraan mahasiswa; dan d. Mengembangkan tanggung jawab sosial melalui kegiatan

pengabdian kepada masyarakat.

Namun melihat realita organisasi kemahasiswaan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) saat ini masih terdapat banyak permasalahan, salah satunya yaitu sikap apatis mahasiswa terhadap aktivitas organisasi tertinggi intra kampus Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (BEM REMA UPI). Saepudin (2011) dalam penelitiannya menjelaskan tentang gejala apatisme mahasiswa

terhadap organisasi, termasuk BEM REMA UPI:

Permasalahan yang muncul dalam penyelenggaraan organisasi kemahasiswaan adalah gejala apatisme mahasiswa terhadap organisasi (BEM REMA UPI) yang disebabkan oleh kurangnya pembinaan kemahasiswaan oleh lembaga, kurangnya minat mahasiswa untuk bergabung dalam organisasi, menurunnya tingkat kepercayaan mahasiswa terhadap kinerja BEM REMA UPI, pembentukan paradigma cepat lulus oleh universitas, orientasi mahasiswa masuk ke perguruan tinggi (UPI) adalah menjadi Pegawai Negeri Sipil (guru), ketidaksadaran mahasiswa akan pentingnya organisasi, serta adanya pandangan bahwa menjadi seorang aktivis itu harus siap untuk kuliah lama.

Hal inilah yang memperlihatkan banyak mahasiswa yang apatis terhadap aktivitas politik. Kosasih (2011) dalam penelitannya juga mengungkapkan tentang minimnya kesadaran politik mahasiswa:

Tingkat kesadaran serta partisipasi politik mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan masih kurang dikarenakan paradigma mahasiswa yang belum menyadari akan pentingnya dunia politik dan mahasiswa saat ini terpengaruh oleh dunia bebas yang memudarkan semangat dalam berorganisasi.

(3)

perbedaan yang mencolok dari segi jumlah peserta antara kegiatan kajian yang diadakan di HMCH dan kegiatan kajian yang diadakan di tingkat universitas. Kajian yang diadakan di tingkat universitas pesertanya lebih sedikit dibanding dengan jumlah peserta yang menghadiri kajian di himpunan.

Selanjutnya contoh lain dari rendahnya partisipasi politik mahasiswa UPI yaitu dalam kegiatan Sidang Umum (SU) REMA UPI. SU merupakan forum tertinggi mahasiswa UPI dengan agenda pembahasan tata tertib sidang, laporan pertanggungjawaban Presiden BEM REMA UPI, AD/ART REMA UPI, pemilihan pimpinan DPM dan MPM, laporan kinerja penyelenggara Pemilu dan penetapan Presiden dan Wakil Presiden BEM REMA UPI terpilih hasil Pemilu. Namun sayangnya, partisipasi mahasiswa di SU terbilang rendah. Dalam wawancara penelitian dengan MR (salah seorang panitia SU REMA UPI 2014) didapat informasi bahwa partisipasi mahasiswa dalam mengikuti SU masih kurang. Pelaksanaan SU seringkali tidak tepat pada waktu yang sudah dijadwalkan sebelumnya,

karena harus menunggu kehadiran perwakilan fraksi memenuhi kuorum. Panitia dibuat kerepotan karena harus menghubungi para delegasi fraksi

(Ketua Ormawa atau perwakilannya) untuk meminta segera hadir ke forum SU. Selain itu fraksi yang hadir pun rata-rata hanya lima sampai enam fraksi dari jumlah sembilan fraksi keseluruhan, itu pun perwakilan setiap fraksi yang hadir rata-rata hanya satu sampai dua orang dari tujuh kursi yang disediakan di setiap fraksi. Bahkan bisa dikatakan yang sering hadir di SU merupakan orang yang sama.

(4)

merangsang mereka aktif berpartisipasi dalam setiap program yang diselenggarakan oleh BEM REMA UPI. Menurut Suleman (2010, hlm. 27) “sosialisasi politik merupakan proses yang mentransmisikan dan mewariskan nilai-nilai politik (baca: budaya politik) dari generasi ke generasi”.

Namun dalam upayanya melakukan sosialisasi politik dan pendidikan politik BEM REMA UPI dihadapkan berbagai tantangan baik yang datang dari internal maupun eksternal organisasi. Hal ini diungkapkan oleh Kosasih (2011) dalam penelitiannya:

Permasalahan yang dihadapi oleh organisasi kemahasiswaan dalam proses pendidikan politik dibagi menjadi dua, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal kurangnya kesadaran setiap individu akan tugas dan peran masing-masing, kurangnya minat dan ketertarikan pada masalah politik sehingga menyebabkan apatisme mahasiswa terhadap ormawa kemudian transfer of knowledge tentang perpolitikan yang semakin berkurang dari generasi serta kurangnya pembiasaan untuk melakukan aktivitas politik dalam ormawa. Faktor eksternal, kurangnya waktu untuk memperdalam pendidikan politik karena padatnya tugas kuliah atau kegiatan keluarga serta kurangnya sosialisasi atau pendekatan dari pihat terkait, sulit mengumpulkan massa dan sulitnya menyatukan persepsi.

Hasil penelitian tersebut relevan dengan hasil wawancara pra penelitian dengan TM (Wakil Ketua HMJ PJKR FPOK 2013-2014, menurutnya BEM REMA UPI masih belum cukup baik dalam mengenalkan organisasinya ke FPOK. Sehingga responden dan banyak rekannya tidak tahu struktural kepengurusan BEM REMA UPI saat ini beserta program-programnya apa saja. Peran BEM REMA UPI pun pada

akhirnya tidak terlalu ia rasakan dalam kehidupan politik kampus Universitas Pendidikan Indonesia.

(5)

akhirnya pihak-pihak tersebut tidak berpartisipasi dalam agenda politik kampus yang dilakukan oleh BEM REMA UPI.

Namun jika melihat data terbaru tentang hasil Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden BEM REMA UPI tahun 2014 setidaknya membuktikan bahwa BEM REMA UPI terus berupaya meningkatkan partisipasi politik mahasiswa. Dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden BEM REMA UPI untuk masa periode tahun 2015 tersebut menunjukan sebanyak 9099 mahasiswa menyalurkan hak pilihnya dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 30.074 mahasiswa. Jika dipersentasekan partisipasi mahasiswa UPI dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden BEM REMA UPI tahun 2014 adalah 30,25 %.

Jumlah persentase pemilih di atas lebih baik jika dibandingkan dengan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden BEM REMA UPI tahun 2013 yang juga dipaparkan Sandra (2013) dalam penelitiannya:

Berdasarkan hasil dokumentasi terhadap hasil data Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengenai Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilihan Umum Raya Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (BEM REMA UPI) tahun 2013 sebanyak 38.772. dan hasil pemungutan suara Pemilihan Umum Raya Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia BEM REMA UPI tahun 2013, diperoleh data pemilih sebanyak 9643

Jika data di atas dipersentasekan, maka dapat diketahui bahwa hanya 24,87 % saja mahasiswa yang menyalurkan hak pilih dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden BEM REMA UPI tahun 2013.

(6)

Bertolak dari latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Peran Sosialisasi Politik Organisasi Kemahasiswaan dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Mahasiswa (Studi Deskriptif Terhadap Organisasi Kemahasiswaan BEM REMA UPI).

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang disusun di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Adanya gejala apatisme mahasiswa terhadap organisasi kemahasiswaan termasuk BEM REMA UPI. Hal ini disebabkan oleh kurangnya minat mahasiswa untuk bergabung dalam organisasi kemahasiswaan.

2. Menurunnya tingkat kepercayaan mahasiswa terhadap BEM REMA UPI. Ada beberapa pihak yang merasa bahwa peran BEM REMA UPI di dalam kampus tidak terlalu ia rasakan.

3. Rendahnya partisipasi politik mahasiswa dalam mengikuti agenda politik universitas. Dua agenda politik besar seperti forum Sidang Umum dan

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden BEM REMA UPI yang berdampak besar pada arah politik kampus organisasi kemahasiswaan masih minim partisipan.

4. Belum efektifnya sosialisasi politik yang dilakukan oleh BEM REMA UPI kepada mahasiswa UPI, sehingga masih banyak mahasiswa yang tidak mengetahui struktural kepengurusan dan program kerja BEM REMA UPI. C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah umum penelitian ini adalah bagaimana peran peran sosialisasi politik organisasi kemahasiswaan dalam meningkatkan partisipasi politik

mahasiswa?

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini secara khusus meliputi:

(7)

2. Bagaimana kekurangan dan kelebihan dari sosialisasi politik yang dilakukan oleh organisasi kemahasiswaan dalam meningkatkan partisipasi politik mahasiswa?

3. Apa faktor–faktor penghambat partisipasi politik mahasiswa?

4. Bagaimana strategi sosialisasi politik yang harus dilakukan oleh organisasi kemahasiswaan untuk meningkatkan partisipasi politik mahasiswa?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang upaya sosialisasi politik yang dilakukan oleh organisasi kemahasiswaan dalam memberi pengaruh terhadap partisipasi politik mahasiswa.

2. Tujuan khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini pula memiliki tujuan khusus yakni untuk mengetahui dan mengidentifikasi :

a. Bentuk-bentuk sosialisasi politik yang dilakukan oleh organisasi

kemahasiswaan dalam meningkatkan partisipasi politik mahasiswa. b. Kekurangan dan kelebihan dari upaya sosialisasi politik yang

dilakukan organisasi kemahasiswaan dalam meningkatkan partisipasi politik mahasiswa.

c. Faktor–faktor yang menghambat mahasiswa berpartisipasi dalam kegiatan politik.

d. Strategi sosialisasi politik yang dilakukan oleh organisasi kemahasiswaan untuk meningkatkan partisipasi politik mahasiswa. E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini berkaitan dengan upaya untuk memperoleh informasi dan data mengenai sosialisasi politik organisasi kemahasiswaan dalam menjaring partisipasi politik mahasiswa.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat diperoleh manfaat, sebagai berikut :

(8)

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam tataran teoritis bidang pendidikan kewarganegaraan dalam rumpun ilmu politik. Penelitian ini memberikan gambaran tentang pembelajaran politik di lingkungan organisasi kemahasiswaan sebagai langkah awal untuk menjadikan mahasiswa sebagai warga Negara yang baik yang sesuai dengan tujuan PKn yaitu To Be Good Citizenship.

2. Segi kebijakan

Melalui penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada pihak pemerintah ataupun perguruan tinggi tentang kondisi partisipasi politik mahasiswa. Dari hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk ditetapkan kebijakan-kebijakan yang tepat bagi organisasi kemahasiswaan secara khusus maupun mahasiswa secara umum.

3. Segi praktik

a. Bagi mahasiswa, penelitian dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan dan juga dorongan agar berpartisipasi dalam aktivitas

politik baik dalam lingkup kampus maupun lingkup nasional.

b. Bagi organisasi kemahasiswaan, penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagimana menentukan strategi sosialisasi politik yang tepat untuk meningkatkan partisipasi politik mahasiswa.

c. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi untuk mengetahui perkembangan bentuk sosialisasi politik BEM REMA UPI, partisipasi politik dan kegiatan politik mahasiswa di kampus Universitas Pendidikan Indonesia.

4. Segi isu serta aksi sosial

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan terhadap aktivitas politik yang lebih baik baik dalam tataran kehidupan kemahasiswaan khususnya dan tataran kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.

(9)

Struktur organisasi skripsi berisi rincian mengenai urutan dari setiap bab dan bagian bab dalam seluruh penulisan skripsi, yang terdiri dari bab satu sampai bab terakhir, yaitu bab lima. Rincian urutan dari setiap bab adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab I sebagai pendahuluan, akan dijelaskan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II Kajian Pustaka

Bab II sebagai kajian pustaka, akan dipaparkan mengenai teori-teori yang mendukung terhadap masalah yang akan dikaji. Pada bab ini, akan dijelaskan teori dan konsep karakter kepedulian, serta tinjauan mengenai panti sosial asuhan anak al-kautsar lembang. Bab III Metode Penelitian

Bab III berisi paparan secara rinci mengenai pendekatan dan metode penelitian, termasuk beberapa komponen seperti lokasi dan

subjek penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, tekhnik pengumpulan data seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi, serta analisis data: reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV sebagai hasil penelitian dan pembahasan, akan dijelaskan mengenai deskripsi data hasil penelitian, serta pembahasan dari analisis data yang ditemukan penulis di lapangan.

Bab V Kesimpulan dan Saran

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian a. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan pendekatan kualitatif. Salah satu karkteristik penelitian kualitatif adalah fleksibel atau mudah menyesuaikan ketika berhadapan dengan kenyataan ganda yang terjadi di lapangan.

Penggunaan pendekatan kualitatif didasarkan pada realitas dalam masalah peran sosialisasi politik organisasi kemahasiswaan dalam meningkatkan partisipasi politik mahasiswa merupakan realitas yang perlu dikaji dan diteliti secara mendalam dari berbagai aspek. Penelitian ini tidak hanya bertujuan mencari tinggi atau rendahnya partisipasi politik mahasiswa, lebih dari itu penelitian ini ingin menggali motivasi dibalik seorang mahasiswa berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam masalah politik.

Bogdan dan Taylor (Moleong, 1989, hlm. 3) mengemukakan tentang definisi dari penelitian kualitatif. Menurutnya “penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”

Dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif peneliti berharap dapat melakukan penelitian secara mendalam untuk memperoleh data yang akurat. Keakuratan data tentu dapat mendukung tercapainya hasil penelitian yang maksimal.

b. Metode Penelitian

(11)

untuk membuat deskripsi gambaran atau ukuran yang sistematik serta hubungan antara fenomena yang diteliti.”

Metode ini dipilih karena peneliti ingin menginterpretasikan bagaimana hubungan antara fenomena sosialisasi politik yang dilakukan oleh BEM REM UPI dengan tingkat partisipasi politik mahasiswa UPI.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kampus Utama (Bumi Siliwangi) Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 Jawa Barat - Indonesia. Di kampus inilah terdapat sekretariat BEM REMA UPI sebagai organisasi intra perguruan tinggi tingkat universitas serta segala aktivitas politiknya.

Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada penelitian Sandra (2013) yang menyatakan bahwa ”partisipasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan di tingkat Jurusan cenderung tinggi sedangkan di tingkat Universitas cenderung rendah”. Peneliti ingin meneliti lebih lanjut

mengenai upaya sosialisasi politik yang dilakukan oleh BEM REMA UPI dalam meningkatkan partisipasi politik dari mahasiswa UPI.

b. Subjek Penelitian

Untuk memudahkan penelitian ini, terutama dalam pengumpulan data, tentunya peneliti harus menentukan subjek penelitian terlebih dahulu. Menurut Nasution (2003, hlm.32), subjek penelitian adalah “sumber penelitian yang dapat memberikan informasi secara pusposif dan bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu”. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa subjek penelitian adalah sumber penelitian baik itu orang atau pun objek benda yang berkaitan dengan penelitian yang dapat menuntun peneliti menemukan data-data yang diperlukan.

Berdasarkan pendapat tersebut maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagai berikut:

(12)

2) Satu orang Ketua DPM REMA UPI, sebagai pengawas BEM REMA UPI.

3) Satu orang Ketua Senat Mahasiswa FPIPS UPI, sebagai pelaksana organisasi kemahasiswaan tingkat fakultas.

4) Tujuh orang Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan, sebagai pemimpin organisasi kemahasiswaan tingkat jurusan.

5) Empat orang mahasiswa non-aktivis atau yang tidak aktif di organisasi kemahasiswaan.

6) Satu orang Direktur Kemahasiswaan UPI, sebagai pembina kemahasiswaan tingkat universitas

7) Satu orang Pembantu Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FPIPS UPI, sebagai pembina kemahasiswaan tingkat fakultas

8) Satu orang dosen ilmu politik, sebagai pakar ilmu politik

Penentuan sampel responden tersebut dianggap memadai untuk menjawab informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Selain ittu pada pelaksanaannya pengumpulan data yang dilakukan didasarkan pada ketentuan data dan informasi

yang diberikan responden. Jika informasi yang diberikan beberapa responden sama, maka sudah dianggap cukup untuk proses pengambilan data yang diperlukan sehingga tidak perlu lagi meminta keterangan dari responden lainnya.

C.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat bergantung pada peneliti sebagai alat pengumpul data. Dalam hal ini peneliti harus menyiapkan instrument yang baik serta melakukan pengumpulan data secara baik pula. Seperti menurut Sugiyono (2012, hlm. 59) yang menyatakan bahwa“terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas instrument dan kualitas pengumpulan data.” Berdasarkan pendapat tersebut bisa dipahami bahwa kunci sukses untuk mendapatkan data dengan kualitas baik seorang peneliti harus membuat instrument serta melakukan teknik pengumpulan data yang baik.

(13)

teknik interaktif dan teknik noninteraktif. Lebih lanjut Mantja menjelaskan (dalam Gunawan, 2013, hlm. 142) “Teknik ineraktif terdiri dari wawancara dan pengamatan berperan serta, sedangkan noninteraktif meliputi pengamatan tak berperan serta, analisis isi dokumen, dan arsip.”

Berdasarkan beberapa pemaparan di atas, di dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara

Teknik wawancara merupakan salah satu teknik yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif, karena sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Sumber data kata-kata dapat diperoleh melalui kegiatan wawancara kepada narasumber yang dapat memberikan informasi yang relevan dengan masalah penelitian. Moleong (1989, hlm.148) mengemukakan bahwa “wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.” Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa wawancara merupakan percakapan tanya jawab dari pewawancara dan pihak yang diwawancarai tentang masalah yang sedang diteliti.

Wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian ini ditujukan kepada Aktivis BEM REMA UPI, aktivis organisasi mahasiswa lain di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia dan dosen politik. Wawancara ini dapat berfungsi untuk dapat menggali informasi mengenai strategi sosialisasi politik organisasi mahasiswa dan pengaruhnya kepada partisipasi politik para mahasiswa.

b. Observasi

(14)

Sedangkan menurut Moleong (1989, hlm. 137) “alasan secara metodologis bagi penggunaan pengamatan ialah: pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya.”

Dalam penelitian ini observasi akan dilakukan terhadap bagaimana Kepengurusan BEM REMA UPI tahun 2015 yang baru dilantik mengenalkan struktur kepengurusannya beserta visi dan misi kepada mahasiswa UPI, rapat koordinasi antara BEM REMA UPI dengan ormawa lain (UKM dan HMJ) di lingkungan UPI, kegiatan kajian BEM REMA UPI, Sidang Umum REMA UPI, seta kegiatan-kegiatan BEM REMA UPI lainnya yang melibatkan partisipasi mahasiswa UPI.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan dalam penelitian ini sebagai sumber data karena dapat dimanfaatkan untuk menguji, mengkonfirmasi, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Menurut Arikunto (2008 hlm. 236) “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa

catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.” Sedangkan menurut Danial (2009, hlm. 79) “studi

dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte ,dsb.”

Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini ialah mengenai muatan sosialisasi politik yang dilakukan BEM REMA UPI dalam kegiatan kaderisasi mahasiswa baru dalam bentuk foto kegiatan dan dokumen tertulis kurikulum kaderisasi; poster dan spanduk sosialisasi kegiatan BEM REMA UPI; liputan kegiatan BEM REMA UPI di majalah, surat kabar, dan media online; FOTO screenshot sosialisasi politik di media online resmi dan sms; serta presensi

kehadiran mahasiswa UPI dalam kegiatan BEM REMA UPI.

(15)

Catatan lapangan sangat penting digunakan dalam penelitian kualitatif, terutama proses ini dilakukan setiap kali selesai dalam melakukan wawancara dan pengamatan. Pembuatan catatan ketika berada di lapangan tidak boleh dikesampingkan mengingat ingatan manusia sangat terbatas. Bogdan dan biklen (dalam Gunawan, 2013, hlm. 184) mengemukakan bahwa “catatan lapangan adalah tulisan-tulisan atau catatan-catatan mengenai segala sesuatu yang didengar, dilihat, dialami dan bahkan dipikirkan oleh peneliti selama kegiatan pengumpulan data dan merefleksikan data tersebut dalam kajian penelitiannya.”

Dalam penelitian ini, penulis membuat catatan-catatan singkat selama berada di lapangan tentang segala hal yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dipikirkan, terutama yang berkaitan dengan masalah penelitian sosialisasi politik BEM REMA UPI dan partisipasi politik mahasiswa UPI. Catatan-catatan singkat itu kemudian disusun dengan lebih lengkap dan dirubah menjadi catatan lapangan setelah kegiatan di lapangan selesai.

e. Studi Literatur

Setiap penelitian yang dilakukan tentu tidak bisa dilepaskan dari

penggunaan studi literatur. Nasution (2003, hlm. 145) menuturkan bahwa “setiap penelitian memerlukan bahan yang bersumber dari perpustkaann. Bahan ini

meliputi buku-buku, majalah-majalah, pamphlet dan bahan dokumenter lainnya.” Studi literatur yaitu mencari dan mempelajari buku-buku atau sumber-sumber teori yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti. Teori yang relevan dalam penelitian ini diantaranya ialah meliputi teori sosialisasi politik dan partisipasi politik.

Lebih lanjut Nasution (2003, hlm. 145-146) menuturkan empat hal mengapa sumber perpustakaan (literatur) diperlukan, yaitu diantaranya:

a. untuk mengetahui apakah topik penelitian kita telah diselidiki orang lain sebelumnya, sehingga pekerjaan kita tidak merupakan duplikasi. b. untuk mengetahui hasil penelitian orang lain dalam bidang penyelidikan

kita, sehingga kita dapat memanfaatkannya bagi penelitian kita.

c. untuk memperoleh bahan yang mempertajam orientasi dan dasar teoritis kita tentang masalah penelitian kita.

(16)

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa studi literatur diperlukan untuk mempermudah kerja penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari hasil penelitian dalam bidang penelitian yang berkaitan, mendapatkan bahan teori untuk mempertajam analisis masalah, serta mendapatkan informasi mengenai teknik penelitian yang harus dilakukan.

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Nasution (2003: 129) mengemukakan “dalam penelitian kualitatif analitis data harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh dalam lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis”.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tahap awal dalam penelitian kualitatif adalah melakukan analisis data. Pengolahan dan analisis data merupakan salah satu tahap krusial dalam penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang sudah dikumpulkan selama penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian

data, penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 1992, hlm. 16-18).

Data Collection

Data Display

Data Reduction

[image:16.595.130.481.520.687.2]

Conclusions: Drawing: Verifying

(17)

Gambar di atas menunjukan model interaktif dalam analisis data. Lebih lanjut penjelasan tentang ketiga tahap analisis data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Reduksi data

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 92) “mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan melakukan reduksi data penelitik memilah dan memilih data-data yang dianggap penting dari semua data yang sudah masuk.

Selain itu dalam mereduksi data setiap peneliti akan berpatokan pada tujuan yang akan dicapai yaitu berupa temuan-temuan. Oleh karena itu menurut Sugiyono (2012, hlm. 93) seandainya ketika penelitian seorang peneliti menemukan segala sesuatu yang asing, belum dikenal atau belum memiliki pola, hal seperti itulah yang seharusnya dijadikan fokus perhatian seorang peneliti.

b. Display Data

Display data merupakah langkah yang dilakukan setelah peneliti melakukan reduksi data. Data hasil reduksi kemudian dipaparkan atau disajikan dalam bentuk uraian, hubungan antar kategori, bagan dan sejenisnya. Namun, yang paling sering digunakan dalam penyajian data penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Hal itu dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 95) “the most frequent from of display data for qualitative research data in the past have been narrative tex.” (yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif).

(18)

c. Kesimpulan dan verfikasi

Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Menurut Gunawan (2013, hlm. 212) “penarikan simpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian”. Sementara itu Sugiyono (2012, hlm. 99) menuturkan bahwa kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

Dengan demikian di dalam kesimpulan bisa diketahui apakah rumusan masalah yang telah disusun mendapatkan jawabannya atau tidak dari tahapan-tahapan penelitian yang telah dilakukan.

E. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data bertujuan untuk mendapatkan tingkat kepercayaan berkenaan dengan seberapa jauhkah kesesuaian antara data yang diperoleh dari penelitian dengan kenyataan sesungguhnya di lapangan.

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Moleong, 1989, hlm. 189).

Penjelasan empat kriterian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian antara lain dilakukan dengan cara perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check (Sugiyono, 2012, hlm. 377-378).

(19)

Salah satu tujuan dari perpanjangan pengamatan menurut Moleong (2011, hlm. 328) adalah untuk mendeteksi dan memperhitungkan kemungkinan adanya distorsi atau kebiasan dari data yang diperoleh. Kebiasan data tersebut bisa berasal dari peneliti itu sendiri maupun responden.

Kebiasan data dari peneliti sangat mungkin terjadi karena seorang peneliti terjun ke lapangan dengan membawa identitas dirinya yang melekat berupa latar belakang suku, budaya, pendidikan, atau pun orientasi politik. Identitas diri itu sangat mungkin tidak terkontrol sehingga dalam menulis catatan lapangan atau pun menafsirkan data terjadi pembiasan. Jika itu terjadi, maka berarti peneliti belum tinggal di lapangan dalam waktu yang lama sehingga diperlukan perpanjangan pengamatan.

Selanjutnya kebiasan data yang diperoleh dari responden bisa terjadi karena disengaja atau pun tidak. Jika ternyata itu disengaja, bisa dicari tahu faktor penyebabnya apa. Misalnya, responden berdusta, berpura-pura tahu sesuatu hal atau ingin menyenangkan peneliti. Kemudian strategi untuk mengatasinya bisa dengan membangun lebih erat kepercayaan antara peneliti

dengan responden, mencari responden baru, dan lain sebagainya. Kemungkinan-kemungkinan hambatan dan strategi untuk mengatasinya tersebut tentu hanya dapat dilakukan dengan perpanjangan pengamatan.

(20)

Lebih lanjut Sugiyono (2012, hlm. 123) menuturkan bahwa sebaiknya perpanjangan pengamatan lebih memfokuskan pada pengujian data yang telah diperoleh, apakah data tersebut itu setelah dicek benar atau tidak, berubah atau tidak. Seandainya setelah dicek ulang di lapangan data sudah benar atau kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan bisa segera diakhiri.

2) Meningkatkan ketekunan

Kerja penelitian bukanlah suatu pekerjaan yang mudah karena banyaknya hambatan yang dihadapi baik itu hambatan dari dalam peneliti maupun dari luar. Hambatan berupa kejenuhan ataupun tekanan agar penelitian segera diselesaikan, misalnya, jika hambatan-hambatan itu tidak dapat dikelola dengan baik oleh peneliti maka dapat mengganggu proses pengolahan data oleh peneliti dan lebih jauhnya mengurangi keabsahan data. Maka dari itu, setiap peneliti dalam penelitian kualitatif diharuskan untuk meningkatkan ketekunan. Menurut Moleong (1989, hlm. 194) “ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.”

Dalam hal inilah peneliti sangat perlu untuk meningkatkan ketekunan dan kesabaran agar kredibilitas data dapat ditingkatkan. Hal ini dikarenakan kita harus mengecek dengan teliti dan penuh konsentrasi apakah data yang sudah ditemukan benar atau tidak. Selain itu dengan ketekunan dan kesabaran peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat serta sistematis tentang apa yang diamati.

3) Triangulasi

Triangulasi menurut Sugiyono (2012, hlm. 125) diartikan sebagai “pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu”. Dengan demikian terdapat tiga triangulasi, yakni triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu.

 Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

(21)

politik dari BEM REMA UPI, maka pengumpulan dan pengujian data yang sudah didapat dilakukan kepada Pengurus BEM REMA UPI sebagai pelaksana sosialisasi politik, mahasiswa sebagai subyek sosialisasi politik dan Pembina Kemahasiswaan sebagai pembina yang memberikan nasihat atau arahan kepada mahasiswa. Data ketiga sumber tersebut selanjutnya dideskripsi dan dikategorisasikan dari pandangan yang sama, pandangan berbeda dan data yang spesifik dari ketiga sumber tersebut. Setelah dianalisis oleh peneliti data itu kemudian disimpulkan dan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) kepada ketiga sumber tersebut.  Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya dalam penelitan tentang efektivitas sosialisasi politik BEM REMA UPI dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Jika setelah dibandingkan data yang diperoleh berbeda-beda maka peneliti bisa mengkonfirmasi ulang kepada sumber data yang bersangkutan atau kepada sumber lain untuk menemukan titik temu mana yang dianggap benar.

 Triangulasi waktu

Dalam rangka pengujian kredibilitas data dilakukan dengan teknik yang berbeda-beda dan di waktu yang berbeda pula. Misalnya saat diwawancara seorang pengurus BEM REMA UPI menyatakan bahwa partisipasi politik mahasiswa UPI sudah tinggi. Namun ketika diobservasi dalam Pemilihan Presiden BEM REMA UPI di waktu kemudian diperoleh

data partisipasi mahasiswa untuk memilih tidak melebihi setengah dari total jumlah hak pilih.

Ketika perbedaan data yang diperoleh terjadi maka peneliti perlu melakukan penelitian berulang-ulang hingga sampai ditemukan kepastian datanya

4) Analisis kasus negatif

(22)

dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding”. Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bertentangan dengan data lain yang sudah ditemukan. Jika ada data yang berbeda peneliti harus menganalisis atau mendalami penyebab dibalik perbedaan tersebut.

5) Menggunakan bahan referensi

Penggunaan bahan referensi dimaksudkan untuk membuktikan atau menguatkan data yang telah ditemukan peneliti. Data yang diperoleh dari wawancara atau observasi tentu akan lebih kredibel jika dilengkapi dengan bukti foto atau rekaman saat penelitian dilakukan.

6) Menggunakan member check

Member check adalah proses konfirmasi data yang telah diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Tujuannya untuk mengetahui kevalidan antara data yang diperoleh dengan apa yang sudah disampaikan pemberi data. Jika pemberi data menyepakati data tersebut berarti data tersebut kredibel atau bisa dipercaya. Namun apabila data dengan segala penafsirannya ternyata belum

disepakati oleh pemberi data, maka peneliti harus mendiskusikan ulang dengan pemberi data untuk menyempurnakan penafsiran data tersebut agar data semakin kredibel.

Pelaksanaan member check bisa dilakukan setelah proses pengumpulan data selesai, atau saat ada sebuah temuan dan kesimpulan.

b. Pengujian Transferability

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 130) nilai transfer ini berkaitan dengan pertanyaan sejauh manakah hasil penelitian ini dapat diterapkan atau digunakan di tempat lain. Untuk itu agar penelitian dapat dipahami dengan baik oleh orang lain dan diterapkan di tempat lain seorang peniliti dalam laporannya harus memberikan uraian rinci, jelas, sistematis serta dapat dipercaya.

(23)

politik mahasiswa di berbagai kampus relatif sama sehingga harus dicarikan solusi untuk mengatasinya.

c. Pengujian Dependability

Sugiyono (2012, hlm. 131) menuturkan bahwa pengujian dependability adalah dengan cara mengaudit keseluruhan proses penelitian untuk menghindari adanya kemungkinan manipulasi data penelitian oleh peneliti. Karena sering kali terjadi seorang peneliti memiliki data penelitian padahal kenyataannya tidak pernah terjun ke lapangan. Dengan auditing seluruh proses penelitian akan diketahui apakah data penelitian yang diperoleh peneliti sesuai/tidak dengan tahapan penelitian yang sudah dilakukan.

Contoh dari uji depenability adalah pada saat pelaksanaan hitung cepat pada Pemilihan Presiden Republik Indonesia pada bulan Juli 2014 yang lalu. Saat itu ada perbedaan hasil antara lembaga survey yang satu dengan yang lain sehingga diadakan auditing terhadap proses penelitian dari lembaga survey yang melakukan hitung cepat tersebut.

d. Pengujian Konfirmability

Dalam penelitian uji konfirmability dalam penelitian kualitatif disebut uji obyektifitas. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 131) “Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang”.

Uji konfirmability hampir mirip dengan uji depenability sehingga pelaksanaannya dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

F. Prosedur Penelitian

Untuk memudahkan dalam penelitian secara sistematis maka harus melalui beberapa tahapan penelitian. Tahapan penelitian tersebut ialah sebgai berikut: a. Persiapan Penelitian

(24)

ditelaah dan disetujui. Setelah itu, peneliti menyiapkan perangkat instrument penelitian yang akan digunakan ketika berada di lapangan.

b. Perizinan Penelitian

Perizinan dalam penelitian adalah sesuatu yang penting adanya agar proses penelitian yang dilakukan berjalan dengan lancar. Adapun tahapan dalam memperoleh perizinan yang dilaksanakan di kampus Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia adalah sebagai berikut:

1) Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Departemen PKn FPIPS UPI agar mendapatkan surat rekomendasi penelitian. Surat rekomendasi penelitian kemudian disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.

2) Mengajukan syqrat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Pembantu Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FPIPS UPI atas nama Dekan FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Rektor UPI.

c. Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan, dimana penulis mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk memecahkan fokus masalah. Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1) Menghubungi para subyek penelitian untuk meminta konfirmasi kesediaan diwawancara.

2) Mengadakan wawancara dengan para subyek penelitian

3) Melakukan observasi aktifitas organisasi kemahasiswaan BEM REMA UPI

(25)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian sebagaimana yang telah diuraikan dalam Bab IV, maka pada bagian ini penulis mengemukakan empat simpulan, yakni: 1. Bentuk-bentuk sosialisasi politik yang dilakukan oleh organisasi kemahsiswaan

BEM REMA UPI sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi politik mahasiswa UPI terdiri atas (1) Kajian isu kotemporer. Dalam kegiatan kajian mahasiswa belajar untuk mengembangkan kepekaan dan daya kritisnya terhadap sesuatu permasalahan serta mengambil sikap mendukung atau menolak suatu kebijakan (2) Road to Faculty. Kegiatan kunjungan ke setiap fakultas untuk mensosialisasikan program kerja organisasi dan berdialog menyerap aspirasi dari organisasi tingkat Himpunan Mahasiswa Jurusan (3) Penyebaran informasi politik kepada mahasiswa tentang agenda organisasi yang sudah, sedang dan akan dilaksanakan melalui berbagai media yaitu surat undangan, short message

services, media online dan poster. Media online yang digunakan terdiri dari media

sosial twitter, facebook dan instagram serta situs web.

(26)

sosialisasi politik yang dilakukan oleh organisasi kemahasiswaan BEM REMA UPI yakni sebagai berikut: (1) Penggunaan media online berupa media sosial twitter, facebook dan instagram serta situs web (2) Kegiatan Road to Faculty atau

kunjungan ke setiap fakultas.

3. Terdapat beberapa faktor yang menjadi hambatan bagi mahasiswa dalam melakukan partisipasi politik, yaitu sebagai berikut: (1) Masih belum baiknya koordinasi antara BEM REMA UPI dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan dan Unit Kegiatan Mahasiswa (2) Kurangnya minat mahasiswa dalam berorganisasi karena padatnya aktivitas akademik dan kurang baiknya kaderisasi yang dilakukan (3) Kontroversi keberadaan ormawa fakultas yang menyebabkan mahasiswa pro ormawa fakultas kecewa terhadap sistem yang ada, sehinga mereka enggan berpartisipasi dalam kegiatan BEM REMA UPI. Kontroversi yang berlarut-larut juga membuat kelompok mahasiswa yang netral lelah dan akhirnya juga enggan berpartisipasi dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan BEM REMA UPI atau pun ormawa fakultas (4) Menurunnya minat mahasiswa dalam aktivitas gerakan karena kegiatan organisasi kemahasiswaan yang bersifat gerakan menimbulkan

risiko politik yang tidak diinginkan oleh banyak mahasiswa.

(27)

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait ataupun untuk peneliti selanjutnya. Adapun rekomendasi yang diajukan sebagai berikut :

1. Kepada BEM REMA UPI

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa organisasi kemahasiswaan BEM REMA UPI telah melakukan sosialisasi politik sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi politik mahasiswa UPI. Namun pada pelaksanaan sosialisasi politik tersebut masih ditemukan berbagai hal yang perlu diperbaiki dan juga ditingkatkan lagi. Maka dari itu, penulis mengajukan beberapa saran untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, yaitu:

a. Melakukan kunjungan rutin dua kali dalam seminggu kepada HMJ dan UKM dalam suasana non formal.

b. Mengemas kegiatan secara lebih menarik dengan melibatkan mahasiswa yang

terampil dalam seni rupa, desain dan teatrikal agar kegiatan memiliiki unsur menghibur kepada mahasiswa yang hadir.

c. Mengkoordinasikan penggunaan media sosialisasi yang digunakan oleh HMJ dan UKM agar terjadi keselarasan penggunaan media baik itu media konvensional seperti undangan atau sms dan juga media online seperti facebook, twitter, instagram dan situs web.

d. Melakukan musyawarah bersama mahasiswa pro ormawa fakultas untuk mencari solusi agar permasalahan pro-kontra ormawa fakultas bisa diselesaikan.

2. Kepada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

(28)

secara proporsional. Berdasarkan hal itu maka penulis mengajukan rekomendasi sebagai berikut:

a. Aktif melibatkan diri dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan sesuai dengan minat dan kemampuannya.

b. Memiliki orientasi akademik dan organisasi yang seimbang dalam menjalani kehidupan kemahasiswaan.

c. Aktif mengikuti kegiatan yang bersifat gerakan seperti kegiatan kajian isu kontomporer, mimbar bebas dan aksi sebagai sarana pengembangan daya kritis dan pelaksanaan peran kontrol sosial mahasiswa.

3. Kepada Universitas Pendidikan Indonesia

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hambatan partisipasi politik mahasiswa UPI dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan yaitu kurangnya minat berorganisasi serta terbelahnya aktivis mahasiswa karena pro kontra ormawa fakultas . Maka dari itu Universitas harusnya hadir untuk memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut. Berdasarkan hal itu ada dua rekomendasi yang diajukan,

yaitu:

a. Memberikan apresiasi kepada mahasiswa yang memiliki orientasi akademik dan organisasi dalam bentuk pemberian beasiswa atau penghargaan mahasiswa berprestasi.

b. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan pro-kontra keberadaan ormawa fakultas. Universitas harus melakukan persuasi kepada kelompok mahasiswa yang berbeda pandangan tentang oramwa fakultas agar mau duduk bersama melakukan musyawarah untuk mencari solusi bersama.

4. Kepada Peneliti selanjutnya

(29)

a. Mengkaji lebih dalam mengenai pemanfaatan media sosialisasi politik yang digunakan oleh organisasi kemahasiswaan.

Gambar

Gambar 3.1. Komponen dalam analisis data.

Referensi

Dokumen terkait

Pemilukada di kabupaten Dogiyai masih menggunakan sistem noken.Sistem noken yang diterapkan di Dogiyai adalah sistem ikat/gantung, dimana dilaksanakan melalui kesepakatan

Jesperson (1949) mengobservasi gaya percakapan para perempuan dan laki-laki dan menemukan bahwa laki-laki lebih suka memakai istilah-istilah baru, ekspresi bahasa

[r]

[r]

Hubungan Antara Perilaku Asertif Dengan Stres Kerja Pada Perawat di Rumah Sakit Umum Magetan dan Rumah Sakit Griya Husada Madiun.. Diakses tanggal 04 April

2 Apakah anda merasa penglihatan anda menjadi lebih jelas ketika sedang menyelesaikan suatu pekerjaan?. 3 Apakah anda memiliki perasaan untuk bekerja secara

Pada setiap tahun kontribusi yang diberikan cenderung tidak stabil selalu terjadi naik turun untuk setiap tahunnya dan tingkat kontribusi yang diberikan masih terbilang

Riduan Syahrani, merumuskan bahwa Putusan Pengadilan adalah pernyataan Hakim yang diucapkan pada sidang Pengadilan terbuka untuk umum untuk menyelesaikan atau