• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. kelapa sawit terletak pada keuntungan yang berlimpah karena kelapa sawit masih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. kelapa sawit terletak pada keuntungan yang berlimpah karena kelapa sawit masih"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang dewasa ini sangat diminati untuk dikelola atau ditanam, baik oleh pihak BUMN, perkebunan swasta nasional dan asing, maupun petani (perkebunan rakyat). Daya tarik penanaman kelapa sawit terletak pada keuntungan yang berlimpah karena kelapa sawit masih merupakan andalan sumber minyak nabati dan bahan agroindustri. Kelapa sawit termasuk produk yang banyak diminati karena nilai ekonominya yang cukup tinggi (Sunarko, 2008).

Keberhasilan pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia tidak terlepas dari ketersediaan faktor pendukung, salah satu diantaranya adalah ketersediaan bahan tanamana unggul kelapa sawit yang diperoleh melalui aktivitas pemuliaan yang sistematis dan berkelanjutan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang merupakan salah satu produsen bahan tanaman (kecambah dan bibit) kelapa sawit terbesar di Indonesia memiliki peran yang sangat besar dalam penyediaan bahan tanaman unggul. Hingga tahun 2004, PPKS telah menghasilkan 637,35 juta kecambah kelapa sawit yang setara dengan areal seluas 3,19 juta ha (Purba A R, ddk. 2005).

Program pemuliaan kelapa sawit dilakukan dengan mengikuti prosedur Reciprocal Recurrent Selection (RSS) dan Family and Individual Palm Selection (FIPS) yang memiliki keunggulan dalam mengeksploitasi sifat-sifat yang diinginkan secara serentak (Purba A R, ddk. 2005).

(2)

Produksi kelapa sawit ditentukan antara lain oleh sukses tidaknya penyerbukan. Penyerbukan bunga atau yang sering disebut dengan istilah polinasi merupakan proses pemindahan polen (serbuk sari) dari bunga jantan ke bunga betina. Kelapa sawit termasuk kelompok pohon berumah satu (monocious), artinya dalam satu pohon terdapat tandan bunga jantan dan tandan bunga betina. Namun demikian, bunga jantan dan betina mekar pada waktu yang berlainan sehingga hampir selalu terjadi penyerbukan antar tumbuhan atau penyerbukan silang (Lubis, 2008).

B. Perumusan Masalah

Untuk memenuhui kebutuhan bibit unggul kelapa sawit maka kebun induk sangat penting peranannya sebagai penghasil biji legitim untuk bahan tanaman.

Benih yang baik adalah benih penghasil tanaman yang bermutu, berproduksi tinggi dan memiliki sifat sekunder yang baik atau unggul. Pada UU No. 12 tahun 1992 tentang sistem Budidaya Tanaman dikatakan bahwa benih bermutu jika varitasnya benar dan murni serta mempunyai genetis, mutu pisiologis dan mutu pisik yang tinggi sesuai standar mutu pada kelasnya.

Adapun bahan tanaman yang disebar luaskan pada saat ini adalah berasal dari penyerbukan buatan antara pohon Dura sebagai ibu dengan pohon Pisifera sebagai bapak, dimana kedua induk ini telah diuji dan diseleksi bertahun tahun dikebun-kebun percobaan sehingga telah diketahui bagaiman sifat daya gabungannya, produksi tandannya, produksi dan kwalitas minyaknya, habitusnya dan sifat lainnya. Pelaksanaan persilangan penyerbukan buatan harus dilakukan sesuai dengan prosedur dengan kualitas yang sangat baik dengan konsekuensi

(3)

biaya yang cukup tinggi. Pada penelitian ini akan dikaji biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan penyerbukan buatan.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya pelaksanaan penyerbukan buatan / artificial pollination untuk memproduksi bahan tanaman unggul kelapa sawit (Elaeis guieensis Jacq.) di Kebun Sei Pancur Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi mahasiswa maupun masyarakat tentang penyerbukan buatan dan biaya yang diperlukan dalam pelaksanaannya.

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Kelapa Sawit

Kelapa sawit memiliki 36 kromosom menurut Henry (1945), sedang menurut Darlington & Wylie (1956) dan Arasu adalah 32. Elaeis dari Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineesis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika), Jacq berasal dari nama Botanist Amerika Jacquin (Lubis, 2008).

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Palmales

Famili : Palmae Sub famili : Cocoideae Genus : Elaeis

Species : Elaeis guineensis Jacq (Wahyuni, 2007) B. Botani Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dibedakan atas 2 bagian, yakni: Vegetatif dan Generatif.

1. Akar (Radix)

Akar pertama yang muncul dari biji yang telah tumbuh (berkecambah) adalah radikula yang panjangnya mencapai 15 cm, mampu bertahan sampai 6 bulan. Dari radikula ini akan muncul akar lainnya yang bertugas mengambil air dan hara lainnya dari media tumbuh namun masih perlu dibantu dari cadangan makanan yang ada pada endosperm. Akar ini kemudian fungsinya diambil alih

(5)

oleh akar primer (utama) yang keluar dari bagian bawah batang (bulb) beberapa bulan kemudian.

Akar baru ini tumbuh 45 derajat vertikal kebawah bertugas mengambil air dan makanan berhubung cadangan makanan pada endosperm biji telah habis yang ditandai dengan lepasnya biji. Dari akar primer ini tumbuh akan sekunder yang tumbuh horizontal dan dari sini tumbuh pula akar tertier dan kwarter yang berada dekat dengan pada permukaan tanah. Akar tertier dan kwarter inilah yang paling aktif mengambil air dan hara lain dari dalam tanah.

Pada tanaman dilapangan akar-akar tersebut terutama berada 2 – 2,5 m dari pangkal pokok atau diluar piringan. Disini tanahnya lebih remah, lebih lembab dan merupakan daerah sebaran pupuk. Terbanyak dijumpai pada kedalaman 0 – 20 dari permukaan tanah. Tergantung dari tipe bahan tanaman dan jenis tanah akar sawit dapat tumbuh meyamping sampai lebih dari 6 m, serta pola penyebaran yang berbeda (Lubis, 2008).

Akar primer yang keluar dari pangkal batang (bulb) mencapai puluhan ribu banyaknya dengan diameter 5 – 10 mm. Akar primer ini kebawah hanya mencapai kedalaman 1,5 m saja. Akar primer yang mati segera diganti dengan yang baru. Dihitung dalam berat kering memang pada piringan akan dijumpai lebih banyak akar karena merupakan daerah sebaran akar primer. Diameter akar primer, sekunder, tertier dan kuarter adalah masing-masing 6 – 10 mm, 2 - 4 mm, 0,7 – 2 mm, dan 0,1 – 0,3 mm (Lubis, 2008)

(6)

2. Batang (Caulis)

Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh pelepah daun (frond base). Karena sebab tertentu dapat juga timbul percabangan meskipun jarang sekali. Batang ini berbentuk silindris berdiameter 0,5 m pada tanaman dewasa. Bagian bawah pada umumnya lebih besar disebut bongkol batang atau bowl. Sampai umur 3 tahun batang terlihat karena masih terbungkus pelepah daun yang belum dipangkas ditunas.

Tergantung dari varitas dan tipenya pertumbuhan meninggi berbeda-beda. Karena sifatnya yang phototropi dan heliotropi (menuju cahaya arah matahari) maka pada keadaan terlindung tumbuhnya akan lebih tinggi, tetapi diameter (tebal) batang akan lebih kecil.

Sampai tahun 1970 ketika pemanenan masih dilakukan dengan memanjat dan memakai kampak masalah tinggi tanaman ini memang sangat diperhatikan tetapi dengan pemanenan sistem bambu egrek sekarang perhatian sudah berkurang dan orang lebih memperhatikan produksi per ha. Karena terbungkus oleh pangkal pelepah selama bertahun-tahun akan kelihatan besar namun sebenarnya diameternya hanya 45 – 60 cm saja. Pangkal pelepah daun ini akan gugur karena membusuk dimulai dari bagian bawah biasanya mulai pada umur 10-11 tahun (Lubis, 2008).

3. Daun (Folium)

Daun (folium) pertama yang keluar pada stadia bibit adalah berbentuk lanceolate, kemudian muncul bifurcate dan menyusul bentuk pinnate. Pada bibit yang berumur 5 bulan misalnya akan dijumpai 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10

(7)

pinnate. Pangkal pelepah daun atau petiole adalah bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya helaian daun dan terdiri atas rachis (basis folii), tangkai daun atau petiola (petiolus) dan duri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folii), lidi (nervatio), tepi daun (margo folii) dan daging daun (tervenium) (Lubis,2008).

Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8. Lingkaran atau spiralnya ada yang berputar kiri dan kanan tetapi kebanyakan putar kanan. Pengenalan ini penting diketahui agar kita dapat mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan lain-lain yang dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan pengamatan lainnya. Produksi pelepah daun tergantung pada umur tanaman.

Produksi pelepah daun pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20 -30 kemudian akan berkurang sesuai umur menjadi 18 – 25 atau kurang. Panjang cabang daun diukur dari pangkalnya dapat mencapai 9 m pada tanaman dewasa sedang pada tanaman muda kurang dari angka tersebut. Panjang pelepah ini dapat bervariasi tergantung pada tipe varitasnya dan pengaruh kesuburan tanah. Pada tiap pelepah diisi oleh anak daun di kiri kanan rachis. Jumlah anak daun pada tiap isi dapat mencapai 125 – 200 (Lubis, 2008).

4. Bunga

Bunga kelapa sawit merupakan karangan bunga (Inflorescene) yang berkelamin tunggal (Uni sexual) dan berumah satu. Karangan bunga jantan dan betina terdapat pada ketiak daun (Leaf axil). Bunga ini letaknya pada satu tandan

(8)

yang disebut tandan bunga. Tandan bunga muncul sekitar tanaman berumur 3 – 4 tahun.

Setiap tandan bunga dibungkus oleh seludang (Spathe), dan lapisan luar akan pecah lebih awal sebelum bunga membuka, sedang lapisan dalam membuka 1 – 2 minggu sebelum bunga berkembang. Tangkai bunga jantan cukup panjang, sehingga seluruh karangan bunga terletak diatas ketiak daun, sedang tangkai karangan bunga betina agak pendek sehingga terjepit oleh ketiak daun.

Pada tanaman kelapa sawit terdapat “Cyclus” pembentukan jenis kelamin

bunga. Cyclus karangan bunga betina berlangsung selama kurun waktu 3 – 6 bulan, lalu istirahat 3 bulan yang kemudian dilanjutkan dengan cyclus

pembentukan karangan bunga jantan. Cyclus ini tidak bermusim karena itu karangan bunga betina dan jantan muncul pada waktu bersamaan pada pohon yang berbeda (Sembiring, 2010).

a. Bunga Jantan

Spikelet tandan bunga jantan berukuran panjang 12 – 20 cm, terdiri dari 400 – 500 bulir bunga. Bunga jantan berwarna kuning muda, berukuran kecil yang mulai mekar (anthesis) dari pangkal ke bagian ujung tandan bunga jantan. Setiap bunga jantan rata-rata dapat menghasilkan serbuk sari atau polen sekitar 40 gram/tandan. Masa bunga jantan anthesis dapat berlangsung selama 4 – 5 hari dengan periode pelepasan serbuk sari berlangsung selama 2 - 3 hari. Serbuk sari pada bunga jantan mengeluarkan bau seperti adas yang sangat kuat, dan jauh lebih kuat dari bunga betina (Prasetyo dan Susanto, 2012).

(9)

Gambar 1. Bunga Jantan Kelapa Sawit

b. Bunga Betina

Tandan bunga betina berukuran panjang 24 – 45 cm, mengandung 700 – 6000 bulir bunga tergantung pada lokasi dan umur tanaman (Tandon et al.,2001). Waktu yang diperlukan agar semua betina mekar (reseptif)

pada setiap tandan bunga betina sekitar 3 hari yang dimulai dari bagian pangkal tandan: biasanya 15% pada hari pertama, 60% mekar pada hari kedua dan sisanya 15% lagi pada hari ketiga.

Pada waktu bunga-bunga mekar, suhu di dalam pembungaan meningkat 5–10 oC dan bunga mengeluarkan bau seperti adas (Foeniculum vulgare) yang kuat. Pada waktu mekar, warna bunga putih kekuningan dengan kepala putik yang terlihat mengeluarkan cairan. Setelah bunga mekar, kepala putik menghasilkan anthosianin yang dapat menghambat perkecambahan polen yang ditandai dengan perubahan warna putik bunga menjadi merah keunguan (Prasetyo dan Susanto, 2012).

(10)

Gambar 2. Bunga Betina Kelapa Sawit c. Bunga Hermaprodit

Satu tandan bunga hermaprodit terdiri dari beberapa spikelet bunga jantan dan beberap spikelet bunga betina. Umumnya, spikelet bunga jantan berada di antara bawah bunga betina dan akan mekar terlebih dahulu. Tandan bunga seperti ini di anggap abnormal meskipun bila penyerbukan terjadi dengan baik, beberapa spikelet bunga betina dapat membentuk buah yang bisa dipanen.

Perbandingan bunga jantan dan betina pada tanaman muda berbeda dengan tanaman tua. Pada tanaman awal menghasilkan, jumlah bunga betina per pohon lebih banyak dibandingkan dengan bunga jantan sehingga sex ratio bunga kelapa sawit sangat tinggi. Nilai sex ratio bunga akan semakin menurun dengan bertambahnya umur tanam kelapa sawit (Prasetyo dan Susanto, 2012).

(11)

Gambar 3. Bunga Hermaprodit Kelapa Sawit 5. Buah

Buah kelapa sawit tersusun dalam satu tandan. Diperlukan waktu 5,5 – 6,0 bulan dari saat penyerbukan sampai matang panen. Dalam 1 rangkaian terdapat ± 1.800 buah yang terdiri dari buah luar, bunga tengah, dan buah dalam yang ukurannya kecil karena posisi yang terjepit mengakibatkan tidak berkembangnya dengan baik. Berat satu buah bervariasi 15 – 30 gr, panjang 3 – 5 cm. Buah matang yang lepas dari tandan disebut brondolan.

Buah kelapa sawit adalah buah batu (drupa) yang tidak bertangkai (sessile). Bagian-bagian buah yaitu Eksokrap (kulit), Mesocrap (sabut/ daging buah), dan Endocrap (tempurung/ cangkang). Kernel yang dibungkus dengan testa (kulit biji). Biji terdiri dari cangkang, embryo, endosperm yang menjadi cadangan makanan pada waktu pertumbuhan biji. Embryo terdiri dari bakal batang (plumula) dan bakal akar (radicula). Embryo panjangnya 3 mm dan diameter 2 mm kecuali dari biji sewaktu tumbuh (melalui germpore) (Wahyuni, 2007).

(12)

C. Hibridisasi

Hibridisasi merupakan suatu perkawinan silang antara berbagai jenis spesies pada setiap tanaman. Yang mempunyai tujuan untuk memperoleh organisme dengan sifat-sifat yang diinginkan dan dapat berfariasi jenisnya. Pada peristiwa hibridisasi akan memperoleh kombinasi genetik yang diperoleh melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipnya.

Emaskulasi atau sering disebut kastrasi merupakan pengambilan tepung sari pada kelamin jantan agar tidak terjadi penyerbukan sendiri. Dalam proses pengambilan tepung sari tersebut dilakukan pada saat sebelum kepala putik masak agar lebih menjaga dan memperkecil kemungkinan terjadinya penyerbukan. Dalam dunia pertanian dan dalam sub ilmu pemuliaan tanaman khususnya ada yang di namakan dengan kastrasi dan hibridisasi tanaman,

Kastrasi dan hibridisasi adalah teknik yang digunakan oleh para pemulia yaitu orang yang berusaha untuk memperbanyak tanaman dalam lingkup pemuliaan tanaman untuk meningkatkan produktifitas dari tanaman yang dimuliakan, kastrasi disini merupakan proses untuk menghilangkan kelamin jantan dari suatu bunga pada tanaman untuk menghindari atau mencegah terjadinya penyerbukkan sendiri. Kastrasi digunakan agar tanaman itu tidak menyerbuk sendiri, jika suatu tanaman menyerbuk sendiri secara terus menerus mungkin dari filal juga tidak bisa optimal dalam hal produksinya (Anonim. 2013)

1. Penyerbukan

Penyerbukan adalah sampainya serbuk sari yang dihasilkan bunga jantan ke atas putik yang dihasilkan bunga betina. Serbuk sari dihasilkan oleh bunga

(13)

jantan yang segar dan sedang mekar (anthesis) yang ditandai dengan warna kuning terang dan bau yang khas. Bunga betina yang sedang reseptif dengan tanda putiknya berwarna kuning kemerah-merahan, berlendir, berbau spesifik, dan kelopak bunga bagian atas sudah terbuka (Tim Bina Karya Tani, 2009). 2. Syarat Pohon Ibu dan Bapak

a. Pohon Ibu (Dura)

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Endocorp/ cangkang / tempurung tebal antara 2 - 8 mm; mesocarp (sabut /daging buah ) tipis yaitu antara 20 – 60 % (Wahyuni, 2007).

Gambar 4. Varietas ( Dura ) b. Pohon Bapak (Pisifera)

Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tidak mempunyai endocarp; dengan endosperm (inti/ kernel) kecil (Wahyuni, 2007).

(14)

Gambar 5. Varietas ( Pisifera ) c. Pemilihan Pohon Induk

Bahan Tanaman yang digunakan di Indonesia pada saat ini adalah Tenera yaitu hasil perkawinan antara Deli Dura terpilih dari kebun induk dengan Pisifera hasil pengujian. Pada masa sebelum perang Dunia II bahan tanam yang dipakai adalah D x D, sejak 1948-1970 menggunakan bahan tanaman DxD, DxT/TxD dan DxP, D x P dipakai mengingat hasil pengujian di blok 17 Dolok Sinumbah menunjukan hasil yang baik sekali. Sebagai contoh konsep bahan tanaman yang dipakai pada kebun-kebun HVA pada tahun 1955 adalah 10% DxD + 62% DxT/TxD + 30% DxP (149). Setelah hasil pengujian D x P, D x T atau T x D diketahui dan telah diselusuri pohon ibu (Dura) yang digunakan maka dilakukan pemilihan pohon induk pada kebun induk DxD dari mana pohon tersebut berada. Persilangan atau kawinan sendiri D x D yang terpilih ini dichek produksinya secara individu demikian pula dengan hasil analisa tandannya yang dilakukan 6 – 10 kali per pohon, sifat pertumbuhannya, kepekaan terhadap penyakit, dan kemurnian atau legitimasinya.

(15)

Pemilihan dilakukan berdasarkan kriteria yang ditentukan yaitu: - Produksi tandan : X (rata-rata persilangan)

- % buah/tandan : X – S (standar deviasi) - % daging buah/buah : X (62-65)

- % minyak/daging buah : X

- % minyak/tandan : X – 1,5 S

Di Marihat, Produksi per pohon Dura yang terpilih harus lebih 200 kg/pohon/tahun. Pada kebun induk Dura biasanya tiap persilangan ditanam sebanyak 75 – 135 pohon. Banyak pohon yang terpilih tergantung keragamannya, biasanya 25 – 70 pohon. Pohon induk Dura ini akan dipakai untuk produksi biji dan pemuliaan tanaman lebih lanjut. Kriteria lain seperti di Malaysia ada yang menetapkan misalnya untuk Dura diperlukan kriteria % daging buah/buah 62%, cangkang /buah 30%, minyak/daging buah kering 75%, inti/buah 4 – 8%.

Pisifera yang dipilih haruslah telah menunjukkan hasil yang baik pada uji coba dengan pasangannya dalam bentuk DxP atau DxT atau TxD. Pisifera yang diuji berasal dari kebun seleksi TxT atau TxP, jika hasil pengamatan Teneranya baik. Pengujiannya dengan Dura maksudnya untuk melihat daya gabungnya. Agar dapat diketahui daya gabungnya maka tiap Dura, Tenera atau Pisifera minimal harus dikawinkan dengan 3 kombinasi sehingga faktor kebetulan dapat diperkecil. Makin banyak kombinasinya akan lebih baik, Pisifera yang baik adalah yang memiliki daya gabung yang baik dengan berbagai Dura. Pisifera turunan SP 540, Pisifera turunan L2T dan Pisifera EX5 misalnya memiliki daya gabung yang baik sekali dengan berbagai Dura. Pada Dura juga dikenal berbagai

(16)

pohon yang memiliki daya gabung baik misalnya DS 29 D yang berasal dari persilangan 22 (63 V 17 x 63 V 17), T 221 D, DS 139 D MA 284 D dan lain-lain. Tepung sari dari Pisifera terpilih dipakai untuk produksi bahan tanaman dan pemuliaan lanjutan. Untuk menilainya maka Tenera yang terdapat pada kebun penguji dari mana Pisiferanya berasal harus diamati kemurniaannya, pertumbuhannya, kepekaan terhadap penyakit dan yang lebih penting lagi produksi persilangan tesebut, serta hasil analisa tandannya. Tenera yang baik harus memiliki produksi tandan lebih tinggi dari rata-rata seluruh persilangan, daging buah /buah harus lebih dari 85%, cangkang terhadap buah 10%, inti terhadap buah 4 – 8% dan minyak terhadap daging buah basah diatas 55%. Tenera ini harus mampu menghasilkan rendemen minyak secara laboratories sebesar 26 – 30% atau dipabrik sekitar 0,86 kali rendemen laboratories yaitu 23 – 26% (Lubis, 1992).

d. Mempersiapkan Pohon Ibu dan Bapak 1. Pohon Ibu

Setelah pohon ibu terpilih dilapangan, maka pohon tersebut diberi tanda dengan cara mencat merah sekeliling batang selebar 30 - 40 cm,setinggi 1 – 1,5 meter dari atas tanah. Nomor pohon yaitu nomor lapangan (blok/baris/pohon) ditulis pada pangkal pelepah yang menghadap ke pasar pikul (jalan panen) agar mudah dilihat.

(17)

Pohon terpilih ini perlu dipersiapkan dengan baik misalnya:

- Membuang tumbuhan pakis dan epipit lainnya yang tumbuh pada batang agar tidak mengganggu penyerbukan dan tidak menjadi sarang tikus, lebah, ular dll.

- Memangkas pelepah daun dan membuang bunga jantan, baik yang sudah mengering maupun yang masih mudah. Tujuannya adalah agar tidak menjadi sarang tikus, menghindari kontaminasi dengan tepung sari jantan serta mempermudah pekerjaan pembungkusan, penyerbukan.

- Mempersiapkan tangga pemanjatan jika diperlukan. Pada umumnya pohon yang tingginya 4 – 5 meter belum memerlukan tangga.

- Memberikan pupuk tambahan berhubung pohon tersebut digunakan untuk memproduksi tandan yang lebih berat dari tandan biasa.

(18)

2. Pohon Bapak

Pohon bapak yang digunakan untuk produksi benih adalah pisifera yang berasal atau terpilih dari persilangan T x T, T x P, P x P. Pisifera ini menunjukkan hasil yang baik pada kebun penguji. Dilakukan pengamatan visual terhadap pisifera ini, Misalnya toleransi terhadap hama dan penyakit, pertumbuhan meninggi, sifat aborsi dll.

Pohon pisifera yang terpilih, seperti pada pohon dura, diberi tanda dengan warna biru atau kuning agar jelas terlihat. Demikian pula dengan penomorannya. Perlakuan lainnya sama seperti pohon dura yaitu pembersihan pohon, penunasan, pembuatan kartu individual. Pemupukan harus dibedakan dari pohon dura karena umumnya tandan pisifera ini tidak jadi (aborsi). Pemberian pupuk yang berlebihan akan menekan munculnya bunga jantan dimana justru hal ini yang tidak diinginkan.

- Mempersiapkan rencana persilangan

Seperti telah disebutkan diatas bahwa dari hasil pengujian dapat diketahui kombinasi tertentu tiap dura atau pisifera yang ditandai dengan produksinya. Beberapa pisifera dapat dikawinkan dengan dura tertentu tetapi tidak sesuai dengan dura yang lain.

Pohon ibu dan bapak yang dapat saling melengkapi dan memberikan hasil yang baik dalam hal produksi, kecepatan tumbuh, toleran terhadap penyakit, Perlu dikawinkan dan diperbanyak sebagai bahan tanaman. Oleh karena itu perlu disusun rencana persilangan yang sesuai ( mana yang dibolehkan dan mana yang tidak) (Lubis, 1993).

(19)

Gambar 7. Pohon Bapak 3. Pengolahan Serbuk Sari

- Pohon Induk Jantan

Kegiatan kerja di pohon induk jantan tidak jauh berbeda dengan kegiatan di pohon induk betina. Pohon induk jantan juga memiliki analisa dan seleksi sehingga tidak semua tanaman dapat dijadikan pohon induk jantan dalam satu blok. Pohon induk jantan terpilih diberi tanda cat berwarna merah, sedangkan pohon rencana seleksi tetap diberi warna hijau. Kegiatan kerja di pohon induk jantan meliputi: - Pengamatan - Sanitasi - Pembungkusan - Panen - Pengangkutan

Pohon induk jantan memiliki karakteristik yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pohon induk, dengan tinggi antara 15-25 meter per pohon. Karakteristik bunga jantan yaitu memiliki bobot antara 10-15 kg, berbentuk lancip

(20)

dan panjang berukuran sedang tiap spikelet memiliki bunga ratusan hingga ribuan berukuran kecil.

a. Inspeksi Pohon Induk Jantan

Kegiatan inspeksi atau pengamatan dilakukan secara berkala setiap hari, dengan melihat kondisi bunga yang akan dibungkus, sudah antesis, siap panen, dan pembersihan. Bunga betina tidak digunakan sehingga dipotong (emanskulasi). Umumnya kemunculan bunga betina jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bunga jantan, sehingga kegiatan emanskulasi menjadi cukup bobot. Pada pohon induk jantan yang diamati adalah tandan bunga muda, tandan bunga yang akan dibungkus, tandan bunga yang akan dipanen, dan tandan bunga yang sudah dipanen.

b. Pembungkusan

Kegiatan pembungkusan sama seperti pada pembungkusan pohon induk, sebelum dibungkus, pemberian kapas pada pangkal tandan, perbedaanya pembungkusan hanya menggunakan satu lapisan saja dengan ujung yang diberi ring dan disekatkan label. Pemberian ring ini bertujuan agar memudahkan pengambilan tepung sari. Pembungkusan bunga jantan dilakukan minimal 10 hari sebelum bunga antesis. Tandan jantan dapat menghasilkan 20 gram tepung sari setelah diayak, untuk tandan yang berasal dari pohon muda, dapat menghasilkan hingga 25 gram tepung sari. Tandan yang diterima minimal menghasilkan 1,25 gram tepung sari, apabila di bawah standar tersebut maka disebut kosong.

(21)

c. Pemanenan

Kegiatan panen dilakukan apabila bunga yang telah dibungkus telah antesis 40-60 %, hal ini ditandai dengan bau wangi yang lebih kuat dibandingkan dengan bunga betina dan adanya serangga penyerbuk yang mengerumuni bungkusan tandan. Standar lain panen yaitu berumur 10-20 hari setelah pembungkusan, bunga dapat dipanen. Pemanenan tandan dilakukan secara hati-hati, dipanggul dan dibawa turun secara perlahan, tidak dijatuhkan. Pengamatan terhadap bunga yang akan dipanen dilakukan setiap hari terutama menjelang antesis. Apabila terdapat kerusakan pembungkusan maka bunga tersebut diafkir. Pemanenan umumnya dilakukan pada pukul 09.00-11.00 siang. Jenis kegagalan panen dalam tandan jantan terdiri dari :

- Bocor. - Bunga banci. - Abnormal. - Busuk. - Telat Bungkus. - Telat Panen. - Tikus/Bocor

Pohon induk jantan tetap dieksploitasi hingga tumbang, tidak dieksploitasi berdasarkan lamanya usia tanaman.

d. Tepung Sari

1. Penerimaan Tandan

Kegiatan kerja di laboratorium tepung sari merupakan kegiatan penanganan yang memfokuskan pada pengolahan tandan induk jantan dan pengujian viabilitas pollen. Kegiatan di laboratorium tepung sari terdiri dari :

(22)

- Pendinginan dan pengeringan tandan jantan

- Ekstraksi tepung sari

- Pengayakan dan pengeringan tepung sari

- Pengampulan dan penyimpanan - Pengujian viabilitas pollen - Persiapan botol serbuk

Tandan jantan setelah dipanen kemudian dikirimkan ke laboratorium tepung sari. Tandan yang diterima tidak langsung diekstraksi dikarenakan terdapat embun di dalam pembungkus, antisipasinya dengan cara dikeringkan di dalam ruang AC selama 2-3 jam. Setelah dikeringkan, kemudian diekstraksi dengan cara dipukul untuk dirontokkan bunga beserta tepung sarinya. Setelah terkumpul kemudian dikumpulkan di dalam kantung pembungkus, disterilkan dengan alkohol kemudian diberi label.

Proses pengayakan tepung sari dilakukan di tempat khusus yaitu box manipulasi yang dilengkapi dengan alat sterlisasi berupa dua buah lampu masing-masing 1000 watt yang mampu menghasilkan panas sebesar ± 150°C. Proses steriliasi dilakukan selama 5 menit kemudian dipadamkan dan ditunggu selama 30-40 menit hingga temperatur turun. Tujuan dari proses steriliasi yaitu untuk menghindari proses kontaminasi pada proses-proses selanjutnya. Pengayakan dilakukan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang terbawa oleh tepung sari. Pengayakan menggunakan ayakan dengan kehalusan 8 - 10 mesh. Hasil ayakan diletakkan di kertas ayakan. Bagian bawah ayakan diberi silica gel sebanyak 100-200 gram dan bagian atas ayakan diberi tutup dan disegel dengan isolasi plastik kemudian dikeringkan di ruang ac selama tiga hari (Lubis, 1993).

(23)

Pengisian vial tepung sari dilakukan didalam box manipulasi yang telah disterilkan beserta perlengkapan dan alat. Setiap tabung ampul berisi tepung sari sebanyak ± 0.25 gram yang biasa disebut satu unit, diberi kapas kemudian ditutup. Tabung ampul atau unit sebanyak 2-4 buah dimasukkan kembali ke dalam botol kaca khusus atau botol penisilin yang telah diberi silica gel. Botol penisilin lalu dimasukkan kembali ke dalam vakum bertekanan 7 mm/hg dan disegel dengan tutup alumunium. Botol yang siap simpan dimasukkan ke dalam bungkus khusus yang diberi identitas lalu dimasukkan ke dalam freezer dengan suhu -18°C. Tepung sari sebelum disimpan diuji terlebih dahulu tingkat viabilitasnya (Lubis, 1993).

2. Penyiapan Tepung Sari

Untuk penyerbukan di lapang, tepung sari terlebih dahulu dicampur dengan tepung talkum, pencampuran dilakukan di dalam peti manipulasi. Setiap 1 unit tepung sari dapat menyerbuki untuk 1 hingga 32 bunga betina, lalu dimasukkan ke dalam botol serbuk yang telah berisi 4 gram tepung talkum. Pencampuran dengan cara dikocok. Setiap botol yang telah berisi campuran tepung sari diberi tanda menggunakan spidol lalu disekatkan label identitas. Kegiatan pencampuran tepung sari dilakukan pada pagi hari sebelum dikirim ke kebun.

3. Pengujian Viabilitas Pollen, Kehampaan Dan Kadar Air

Uji viabilitas pollen merupakan uji tingkat viabilitas tepung sari. Uji ini umumnya ditujukan kepada tepung sari yang telah disimpan lama, tetapi uji ini dilakukan juga untuk setiap tepung sari yang akan disimpan. Pengujian viabilitas

(24)

tepung sari dilakukan sederhana dengan menggunakan media khusus melalui mikroskop.

4. Proses Penyerbukan Buatan - Pohon Induk Betina

a. Inspeksi Pohon

Inspeksi dan pengamatan bunga merupakan kegiatan awal yang dilakukan oleh para pollinator. Kegiatan pengamatan bunga ini dilakukan dengan memanjat pohon secara langsung melihat kondisi kemunculan bunga, kondisi antesis bunga dan membukanya seludang bunga. Bunga yang sudah siap dibungkus yaitu bunga dengan tingkat membuka seludang minimal 25%. Bunga betina memiliki karakteristik besar, mekar, tiap spikelet memiliki bunga antara 5 - 15 bunga.

b. Pembungkusan Bunga Betina

Tandan bunga betina yang berada pada ketiak pelepah daun mulai muncul 1 bulan sebelum anthesis. Setelah seludang pecah baru dapat dilihat jenis kelaminnya. Tandan bunga jantan biasanya lebih ramping dan memanjang sedangkan betina lebih pendek dan gemuk. Sebelum dibungkus harus dibersihkan lebih dahulu yaitu dengan membuang seludang dan membersihkan tangkai tandan (stalk). Untuk mempermudah pekerjaan ini biasanya pelepah daun dibengkokkan sedikit kebawah (ditekan). Kadang-kadang sebagian spikelet bunga yang berada dibagian bawah dibuang agar kantong pembungkus dapat lebih mudah disarungkan. Setelah dibersihkan dari sampah yang melekat kemudian disemprot dengan insektisida agar binatang kecil seperti semut, Spider dan lain-lain mati. Pembungkusan bunga yang terbuat dari kanvas diberi berjendela plastik kemudian

(25)

disarungkan dan diikat dibangian bawah tangkai tandan setelah sebelumnya dibalut dengan kapas yang dibubuhi insektisida tepung. Sebagai pengikat dipakai karet bekas ban mobil agar lentur dan tidak mengganggu pertumbuhan tandan. Setelah dibungkus maka bangian luar pembungkus disemprot kembali dengan insektisida untuk mengusir binatang kecil agar tidak masuk. Kanvas pembungkus berukuran 60 cm x 60 cm.

Pekerjaan ini dilakukan 10 – 15 hari sebelum bunga anthesis. Pelaksananya adalah pollinator. Pollinator ini selain melakukan pekerjaan pembungkusan juga melaksanakan penyerbukan, memanen tandan yang sudah matang, memeriksa kesehatan pohon, dan lain-lain yang menjadi ancaknya. Biasanya tiap pollinator bertanggung jawab atas 60 – 100 pohon tergantung dari tinggi pohon karena pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan memanjat dan pemakaian tangga pindah atau tangga tetap yang dibuat dari besi beton. Setelah 7 hari tandan bunga yang telah dibungkus harus diperiksa untuk mengetahui apakah bungkusannya tetap baik (tidak rusak) dan mengetahui kapan anthesis (Lubis, 1992).

(26)

Pollinator dalam bertugas membutuhkan kelengkapan peralatan, adapun peralatannya terdiri dari:

- Alat pemotong bebentuk sabit - Kapas

- Triline/ Agrivek - Karet pengikat - Spray anti serangga - Botol serbuk + label

- Alkohol - Sevin - Kawat - Obeng - Slasiban - Plastik kaca c. Penyerbukan

Penyerbukan yaitu kegiatan utama pada pollinator. Kegiatan penyerbukan harus dalam keadaan steril dari serangga. Bunga yang anthesis 10 hari stelah dibungkus umumnya tidak diserbuk karena khawatir sebelum pembungkusan ada yang terbawa tepung sari. Anthesis bunga ditandai dengan adanya bunga yang mekar pada spikelet dimana kepala putik berwarna putih-krem, sudah merekah dan memiliki cairan putih kekuningan. Penyerbukan dilakukan bila 60% dari bunga sudah anthesis jadi tidak perlu menunggu 100%, karena sisanya dalam 1-2 hari kemudian akan menyusul. Sebelum penyerbukan bangian luar pembungkus disemprot dengan insektisida agar binatang-binatang kecil tidak masuk yang mungkin pada tubuhnya ada melekat tepung sari liar. Jendela plastik dilap dengan alkohol kemudian dilobangi untuk memasukkan ujung botol semprot tepung sari. Tepung sari disemprotkan (dust) dari kedua sisi jendela kemudian lobang ditutup dengan plester. Tandan bunga digoyang agar campuran tepung sari dan serbuk menyebar rata jatuh kekepala putik. Setelah selesai label almunium yang bertuliskan nomor pohon, nomor serbuk, tanggal bungkus/serbuk dan nama

(27)

pollinator diikatkan pada karet ban pengikat. Setelah 3 hari diperiksa apakah memerlukan serbukan ulang. Setelah 15 hari kemudian bungkus dibuka. Bunga yang busuk, pembungkus yang koyak (berlobang) tidak boleh diteruskan dimana label diambil dan tidak dipergunakan untuk bibit. Hanya tandan bunga yang pembungkusnya baik saja yang digunakan. Label almunium kemudian dicucukkan diantara spikelet setelah dibagian bawah dibengkokkan. Karena pertumbuhan buah label ini akan lebih kuat terjepit. Bunga yang baik belum tentu akan selamat sampai buah matang. Kegagalan dapat terjadi karena luka yang terjadi pada tangkai tandan (stalk) waktu pembungkusan, tepung sari yang dipakai daya tumbuhnya rendah, gangguan hama seperti tikus, tupai dan lain-lain.

Kegagalan dapat mencapai 10 % atau lebih. Pada blok yang banyak tikusnya, pada pembungkus kanvas tersebut disarungkan kawat has (Lubis, 1992).

(28)

d. Panen Tandan Benih

Kegiatan panen merupakan kegiatan akhir. Sebelum dilakukan panen, rutin dilakukan taksasi panen 2 hari sebelum panen. Tandan benih yang siap dipanen berumur antara 4.5 - 5 bulan setelah penyerbukan dengan tingkat kematangan fraksi nol (85%) dan tidak memberondol tipe tandan yang ditemui yaitu nigrescens memiliki ciri-ciri buah ketika matang berwarna oranye-hitam. Pemanenan dilakukan dengan cara dipanjat, tandan dipotong lalu dijatuhkan. Tingkat kematangan pada tandan sama halnya seperti bunga, tidak merata secara keseluruhan sehingga perlu pengamatan secara berkala. Tandan yang abnormal dan fruitset tetap dibawa dan dilaporkan dalam berita acara.

Masa antesis bunga betina terjadi pada umumnya 10-16 hari setelah pembungkusan. Kendala dalam melakukan penyerbukan yaitu masa antesis bunga tidak seragam keseluruhan sehingga terdapat persilangan ulangan ke dua bahkan ditunda penyerbukannya.

Jenis kegagalan panen tandan benih terdiri dari : - Busuk tandan (KODE: BSB)

- Bocor (KODE : BCR) - Hilang (KODE : HLG) - Telat Serbuk (KODE : TLS)

- Abnormal (KODE : ABN) - Talkum (KODE : TLK) - Telat Panen (KODE : TLP)

e. Proses Pengolahan Tandan

Divisi Produksi merupakan divisi yang bertanggung jawab dalam mengolah tandan benih menjadi kecambah siap salur. Proses produksi benih kelapa sawit terdiri dari tiga tahapan yaitu persiapan benih, pematahan dormansi dan perkecambahan.

(29)

1. Persiapan Benih.

Unit persiapan benih merupakan bagian dari Divisi Produksi yang memiliki tugas untuk mempersiapkan benih dari tandan benih menjadi benih siap proses. Kegiatan persiapan benih terdiri dari: penerimaan tandan benih, pencincangan tandan, fermentasi, pemipilan, pengupasan, seleksi, pemberian logo PPKS, dan penyimpanan benih. Standar HOK yang diterapkan pada unit ini setiap pekerja khususnya bagian pencincangan minimal per hari 30 tandan, standar ini bersifat fleksibel, tidak dituntut satu hari selesai, yang berarti sesuai dengan banyaknya jumlah tandan, apabila sedikit, bisa berkurang. Pencacahan dan pemipilan masih menggunakan tenaga manual, alat yang digunakan berupa kapak untuk mencacah dan sekop untuk memipil. Tenaga pencacah sawit merupakan pekerja yang harus terampil, dikarenakan apabila teknik mencacah salah, maka kerusakan benih akan semakin besar.

- Penerimaan Tandan

Penerimaan tandan buah segar yang akan dijadikan benih dikirim berdasarkan lokasi dan shift pengiriman. Penerimaan tandan merupakan kegiatan serah terima tandan benih dari Divisi Pohon Induk ke Divisi Produksi. Petugas yang membawa tandan dari lapang yaitu krani lapang. Tandan yang telah diterima kemudian diperiksa surat pengantar panen, kebenaran, kelengkapan label kemudian ditimbang. Kegiatan pemeriksaan tandan meliputi kondisi label tandan yang tertancan, identitas label, nomor penyerbukan, tanggal bungkus, tanggal serbuk, nomor pohon unduk, nomor registrasi, dan nama inisial pollinator. Nama-nama varietas yang dikeluarkan PPKS dan karakteristik dari varietas tersebut.

Tandan yang diterima dalam kondisi terbungkus tas (bagging), hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kehilangan berondolan, tercampurnya berondolan dan kerusakan yang terjadi selama pengiriman. Penimbangan tandan dilakukan bersama dengan tas pembungkusnya yang memiliki bobot 1 kg. Bobot tandan memiliki nilai yang bervariasi

(30)

tergantung tahun tanam dan kondisi pohon, semakin tua umur tanaman induk maka semakin berbobot tandannya.

Tandan-tandan yang diterima merupakan tandan dengan tipe nigrescens yang memiliki ciri-ciri berwarna oranye-ungu ketika dalam keadaan masak. Bobot tandan memiliki varian yang beragam, dengan kisaran 25 hingga 71 kg.

Gambar 10. Proses Penerimaan Tandan Benih: (A) Penerimaan Dari Pohon Induk, (B) Label Identitas Tandan, dan (C) Pengecekan Label dan Identitas Tandan.

- Pencincangan Tandan

Kegiatan pencincangan merupakan suatu proses pemotongan spikelet dari stalk tandan. Kegiatan pencincangan dilakukan di tempat khusus yaitu bak pencincangan yang terpisah agar tidak tercampur dengan potongan tandan lain. Bak ini memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi berturut turut 1 m x 1 m x 0.6 m. Pencincangan dilakukan setelah tandan diperiksa, umumnya dilakukan satu/ hari setelah penerimaan tandan. Proses pencincangan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, dikarenakan beresiko terjadinya kerusakan biji, oleh karena itu dilakukan oleh petugas pencincang yang sudah mahir. Lamanya proses mencincang bervariasi antara 7-9 menit tergantung ukuran tandan.

(31)

Gambar 11. Proses Pencincangan Tandan: (A) Pencincangan Manual, (B) Hasil Cincangan, (C) Hasil Cincangan Siap Fermentasi

- Fermentasi dan Pemipilan

Fermentasi dilakukan untuk memudahkan dalam pemipilan berondolan dan memudahkan pengupasan daging. Fermentasi dilakukan langsung di dalam keranjang plastik dikarenakan tidak mudah berkarat dan dapat dipakai berulang serta umur ekonomisnya panjang. Tandan difermentasi selama 5-7 hari hingga terbentuk jamur.

Ciri-ciri keberhasilan fermentasi yaitu: (1) buah mudah terlepas dari spikelet, (2) banyak buah yang telah terlepas, (3) daging buah agak memar dan mudah tersobek, (4) spikelet terlihat layu dan mengkerut, (5) adanya miselium dan tercium bau khas fermentasi, (6) adanya lalat kecil yang mengerubungi. Setelah proses fermentasi selesai, kemudian dipipil.

Pemipilan dilakukan untuk memisahkan berondolan dari spikelet. Proses pemipilan dilakukan di box khusus yang memiliki tiga bagian khusus yaitu bagian pemipil atas, ayakan besi untuk memisahkan berondolan dan spikelet, proses ini dibantu dengan sekop dan ruang penampung bagian atas. Seluruh buah dipastikan lepas dari spikelet untuk mengurangi terjadinya kehilangan hasil. Hasil pemipilan dimasukkan ke dalam karung goni, tiap karung goni berisi satu persilangan yang selanjutnya siap untuk dikupas.

(32)

Gambar 12. Proses Fermentasi dan Pemipilan: (A) Fermentasi dan (B) Pemipilan - Pengupasan Buah

Berondolan yang telah dipipil kemudian dimasukkan ke dalam karung lalu dikupas menggunakan alat pengupas depericarper. Mesin depericarper yang dimiliki oleh PPKS sebanyak 7 unit, dengan depericarper horizontal sebanyak 6 unit dan vertikal sebanyak 1 unit. Mesin pengupas depericarper memiliki keunggulan dan kelemahan. Mesin depericarper horizontal memiliki keunggulan kerusakan 0%, tetapi memerlukan air dan waktu yang lebih lama yaitu sekitar 45 menit per tandan. Mesin depericarper vertikal memiliki keunggulan waktu yang relatif lebih singkat dibanding horizontal, mesin ini membutuhkan waktu pengupasan per tandan selama 10 menit dengan tingkat kerusakan 1%.

Instansi PPKS dalam memproduksi lebih mengutamakan dalam menggunakan mesin pengupas tipe vertikal karena waktu yang digunakan untuk mengupas lebih cepat. Pengoperasian mesin pengupas dituntut untuk berhati-hati dan peka dikarenakan apabila terjadi kelalaian maka tidak hanya kerusakan biji yang tinggi tetapi dapat melukai petugas. Pengupasan dilakukan secara terpisah untuk tiap persilangan dan satu mesin untuk satu persilangan. Hasil pengupasan berupa benih kemudian direndam dengan larutan Dithane untuk mencegah berkembangnya jamur serta mikroorganisme. Bobot basah biji hasil pengupasan diletakkan di atas kawat penirisan dan disimpan kering selama 24 jam dengan

(33)

suhu 20-25°C. Kegiatan pengeringan selain untuk mengeringkan Dithane juga untuk dapat memudahkan seleksi biji putih dan biji normal.

Gambar 13. Proses Pengupasan Buah: (A) Depericarper Tipe Vertikal, (B) Depericarper Tipe Horizontal, dan (C) Penirisan Biji Hasil Pengupasan. - Seleksi Benih

Bagian seleksi benih pada divisi ini terbagi dua yaitu seleksi benih dan pengelompokan. Kegiatan seleksi benih terdiri dari memisahkan, mengelompokkan dan menghitung benih baik dan benih afkir. Setiap persilangan yang diseleksi dilakukan secara terpisah dan dilakukan secara teliti untuk menghindari tercampurnya benih lain. Benih yang telah diterima kemudian disortasi menggunakan kotak kawat dengan panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 10 cm, diameter lubang yang digunakan sebesar 1.3 x 1.3 cm. Penggunaan diameter sebesar 1.3 cm merupakan benih yang berukuran sedang. Benih yang lolos dari kotak kawat merupakan benih kecil dan afkir. Selain seleksi kotak kawat bawah, kotak kawat atas turut diseleksi untuk memisahkan benih pecah dan benih baik. Selain seleksi, unit ini juga memotong rambut benih yang terdapat di bagian ujung, yang bertujuan untuk mencegah terbentuknya jamur. Benih-benih yang telah diseleksi, kemudian ditimbang dan dicatat jumlahnya serta dimasukkan kedalam kantung berlubang beserta identitas. Kantung yang berisi benih kemudian dikirim ke gudang stock untuk dikelompokkan dan diberi identitas.

(34)

Bagian stock terdiri dari dua unit kerja, yaitu pengelompokan dan pemberian identitas. Pengelompokan benih memiliki kegiatan kerja untuk memilah benih berdasarkan jenis persilangannya. Pengerjaan pengelompokan benih berada pada ruang stock I yang memiliki suhu dingin (AC). Benih yang telah disortir oleh bagian ini kemudian dikirim ke bagian identitas. Bagian identitas bertugas untuk menandai benih, menandakan benih menggunakan mesin

inkjet dengan kapasitas mesin 60.000 butir/hari atau 200 butir per menit dan masa kerja mesin per hari 5 jam.

Benih yang telah diberi identitas memiliki ciri-ciri terdapat tulisan PPKS berwarna kuning di cangkang benih. Benih yang telah diberi identitas selanjutnya dimasukkan ke dalam ruang stock II, namun untuk benih yang telah dipesan, dikirim ke unit pematahan dormansi. Benih-benih yang terkategori afkir selanjutnya akan dimusnahkan dengan cara dibakar di tempat khusus pembakaran, kegiatan pemusnahan dilakukan setiap bulan secara rutin.

Gambar 14. Pemberian Cap Identitas: (A) Benih yang Berada Di Lintasan Mesin, (B) Benih yang Telah Diberi Cap Identitas, (C) Mesin Inkjet

(35)

Benih yang baik yaitu benih yang memiliki ukuran diameter > 1.3 cm, berwarnah coklat tua atau hitam, tidak cacat fisik, dan tidak pecah. Biji afkir dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Biji kecil

Kriteria biji kecil yaitu yang berukuran < 1.3 cm yang lolos saringan. Penyebab terjadinya biji kecil yaitu faktor genetik atau kondisi morfologis pohon induk.

b. Biji pecah

Biji pecah yaitu biji yang kondisi fisiknya tidak baik yang disebabkan oleh kegiatan prosessing dalam penyiapan benih yaitu pencincangan dan pengupasan.

Gambar 15. Biji Afkir dan Kemasan Benih: (A) Biji Ukuran Kecil, (B) Biji Pecah, (C) Label Identitas dan (D) Kemasan Simpan Benih

(36)

- Penyimpanan Beni

Benih yang sudah diberi identitas, cap, dan dikelompokkan kemudian disimpan di ruang stock. Di dalam ruang penyimpanan disusun rak-rak penyimpanan sesuai dengan varietasnya yang berukuran 8 m x 1 m x 3 m.

Ruang penyimpanan berfungsi untuk menyimpan benih seoptimal mungkin dalam jangka waktu lama serta menjaga viabilitas benih. Ruangan penyimpanan bersuhu 20°-25°C dengan kontrol rutin tiga kali dalam satu hari untuk menjaga kestabilan suhu. Penyimpanan benih umumnya variatif mulai dari dua minggu hingga tiga bulan sudah langsung diminta untuk dikecambahkan. Benih yang akan dikecambahkan kemudian dikeluarkan dari ruang penyimpanan sesuai dengan varietas disertai dengan surat permintaan.

Gambar 16. Alur Penyiapan Benih di PPKS Marihat Penerimaan Tandan Benih

Pengecekan Identitas, Penghitungan, Pencincangan Tandan Fermentasi Tandan Kelas D Tandan Banci

Tandan Tanpa Identitas

Afkir / Dimusnahkan Pemipilan

Biji berukuran kecil Biji putih

Biji pecah Pengupasan dan Penirisan

Seleksi Benih

Stock Seed

Pemberian Label dan Cap

(37)

2. Pematahan Dormansi

Benih kelapa sawit memiliki karakteristik cangkang yang cukup tebal dan keras sehingga air dan udara sulit masuk ke dalam benih, sehingga diperlukan proses untuk mematahkan dormansinya. Seluruh benih yang akan dikecambahkan dari ruang stock terlebih dahulu melalui proses pematahan dormansi. Proses pematahan dormansi yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan identitas yang terdiri dari nomor persiapan benih, nomor penyerbukan, bobot, dan jumlah benih. Proses pematahan dormansi meliputi: perendaman I, pengeringan I, pemanasan, perendaman II, dan pengeringan II.

- Perendaman I

Perendaman pertama bertujuan untuk menaikkan kadar air benih dari 14 % menjadi 18 %. Proses perendaman pertama yaitu benih dimasukkan ke dalam jaring perendaman dengan jangka waktu 5-7 hari. Proses perendaman berada di bak khusus perendaman dengan dibantu oleh aerator. Air perendaman tiap hari diganti untuk menghilangkan jamur dan kotoran yang menempel pada benih.

- Pengeringan I

Proses kedua setelah perendaman selama tujuh hari yaitu benih direndam di dalam larutan Dithane 0.2 % selama tiga menit untuk menghindari terjadinya kontaminasi jamur. Benih kemudian dikeringanginkan di dalam rak plastic selama 24 jam dengan bantuan kipas angin dan diserak agar pengeringan merata.

- Pemanasan

Pemanasan merupakan proses ketiga pematahan dormansi. Benih yang telah kering kemudian dimasukkan ke dalam tray plastik berwarna kuning dengan

ukuran 70 cm x 45 cm x 8 cm. Lamanya benih dimasukkan ke dalam ruang pemanas selama 60 hari dengan suhu 40°C. Setiap satu minggu sekali, benih dikeluarkan dari ruang

(38)

pemanas untuk dikeringanginkan selama 3-5 menit dengan tujuan pergantian udara. Alat pendukung yang terdapat di ruang pemanas terdiri dari thermometer ruang, kipas, dan thermograph digital. Sistem pemanas yang digunakan sudah terkomputerisasi, setiap suhu mencapai 40°C, secara otomatis pemanas akan dimatikan lalu diganti kipas secara bergantian.

- Perendaman II

Perendaman kedua tidak jauh berbeda dengan perendaman pertama, yang berbeda yaitu lamanya waktu perendaman selama tiga hari. Tujuan perendaman kedua yaitu menaikkan kadar air dari 18 % menjadi 22 % - 24 %. Meningkatnya kadar air untuk mempermudah proses imbibisi pada benih, dikarenakan pori-pori pada cangkang mengalami peregangan.

- Pengeringan II

Proses setelah perendaman kedua yaitu pengeringan, sebelum dikeringkan, benih direndam dengan larutan Dithane 0.2 % untuk mencegah kontaminasi jamur. Benih dikeringkan selama 5 - 8 jam pada rak pengeringan dibantu dengan bantuan kipas. Benih yang sudah siap untuk dikecambahkan diganti tray dengan ukuran yang sama namun dengan warna biru.

Gambar 17. Proses Pematahan Dormansi: (A) Perendaman, (B) Pengeringan,dan (C) Pemanasan

(39)

D. Perkecambahan Benih

Benih-benih yang telah dipatahkan dormansinya kemudian masuk proses perkecambahan. Benih yang telah disusun dalam tray kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengecambahan dengan suhu 28 - 32°C. Sistem pengaturan suhu di dalam ruangan perkecambahan sudah terkomputerisasi, setiap suhu 32°C maka akan berganti dengan kipas. Lamanya benih berkecambah secara normal antara 17-30 hari tergantung varietas dan kondisi benih, pada umumnya varietas yang paling lama yaitu LTC dan Langkat (25-30 hari perkecambahan). Setelah benih berada selama tiga hari kemudian disiram pertama menggunakan hand sprayer berisi Dithane 0.2% dengan volume yang cukup banyak. Penyiraman lanjutan tergantung kondisi benih, apabila kering, maka disiram namun dengan volume yang sedikit untuk menjaga benih tetap dalam kondisi lembab. Daya berkecambah benih kelapa sawit tidak serempak, sehingga pemilihan benih dilakukan berulang ulang. Umumnya benih berkecambah pada umur 14-21 hari yang merupakan pemilihan pertama. Pemilihan selanjutnya berselang antara tiga hari hingga dua minggu bahkan lebih, hal ini dikarenakan pemilihan benih tergantung pemesanan. Prosedur pemilihan kecambah dilakukan selama enam kali, namun saat ini pemilihan kecambah dilakukan hingga 12-13 kali hingga benih terlihat tidak lagi berkecambah untuk mengoptimalkan produksi kecambah. Dalam pemilihan kecambah akan dijumpai kecambah normal dan afkir (abnormal dan kecambah panjang) (Lubis, 1993).

Kriteria kecambah normal meliputi :

- Kecambah tumbuh dengan baik, dapat dibedakan antara radikula dan plumula - Plumula dan radikula tumbuh lurus dan berlawanan arah

- Panjang plumula dan radikula maksimal 2cm serta segar. - Tidak berjamur dan tidak patah

(40)

- Plumula dan radikula tumbuh searah (membengkok) - Layu dan berjamur

- Panjang radikula dan plumula >2cm

- Pertumbuhan plumula atau radikula terhambat - Plumula atau radikula tidak tumbuh

Gambar 18. Perkecambahan Benih: (A) Benih Normal Dan Benih Abnormal, (B) Perkembangan Kecambah

III. METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kebun Sei Pancur Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriftif dengan cara pengambilan data sekunder. Data yang dikumpulkan adalah data biaya pengaplikasian artificial pollination baik biaya HK maupun bahan yang digunakan.

C. Pengamatan Penelitian

Data yang diperlukan dalam pengamatan penelitian yaitu :

A A

(41)

1. Informasi umum yang meliputi informasi kebun 2. Informasi Tentang Pohon Induk.

3. Proses penyerbukan buatan.

Gambar

Gambar 1. Bunga Jantan Kelapa Sawit
Gambar 2. Bunga Betina Kelapa Sawit  c.  Bunga Hermaprodit
Gambar 3. Bunga Hermaprodit Kelapa Sawit  5.  Buah
Gambar 4. Varietas ( Dura )  b.  Pohon Bapak (Pisifera)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan hasil akhir yang telah di ketahui adanya faktor-faktor yang mempengaruhi disfungsi seksual pada pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir yang menjalani

Sekretariat Perwakilan Kementerian) yang selanjutnya berperan sebagai UPT pada Pusintek; Dalam pelaksanaan program penataan organisasi tahun 2010 terdapat beberapa kendala

Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah membangun sebuah sistem citizen journalism yang dapat memberikan rekomendasi berita kepada user agar kemudahan

(Bandung: PT.. Metode wawancara sangat diperlukan dan berpengaruh besar dalam proses pengumpulan data dalam penelitian, peneliti menyiapkan dahulu bahan- bahan yang akan

Dari uraian di atas, maka pemecahan masalah dalam penelitian ini yaitu dengan menerapkan kolaborasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving dengan Model

Penduduk Australia lainnya adalah migran atau keturunan migran yang tiba di Australia dari sekitar 200 negara sejak Inggris mendirikan pemukiman Eropa yang pertama di Sydney Cove

Metode Forward Selection berbasis Naive Bayes terbukti akurat dalam klasifikasi status kelulusan mahasiswa dari dataset yang bersifat class imbalance dengan dimensi data

Walaupun penerapan sangsi pukulan yang memang harus dilakukan sudah tidak diperselisihkan lagi, ternyata aplikasinya tidak sepenuhnya seperti itu. Kenyataan