18
LAPORAN TUGAS AKHIR
MEKANISME PEMUNGUTAN PAJAK ROKOK DI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE
MADYA PABEAN B MEDAN
O L E H
NAMA : DIAN ANGGRAINI SIHOMBING NIM : 132600164
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Tugas akhir ini disusun untu k memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Program Diplma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Mekanisme Pemungutan Pajak Rokok di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan”.
Penyusunan laporan praktek kerja nyata ini tidak lepas dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Muryanto Amin M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Arlina, S.H. M.Hum Sekretaris Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Hatta Ridho, S.Sos MSP selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang telah membimbing saya selama menjadi Mahasiswa.
5. Bapak Faisal Eriza, S.Sos., M.SP selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Bapak/Ibu seluruh dosen staff pengajar Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
ii
7. Seluruh pegawai administrasi Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini kepada penulis.
8. Semua Pegawai di KPPBC Tipe Madya Pabean B Medan terima kasih telah meluangkan waktu dan tempatnya.
9. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Alm.
B.R.Sihombing dan Ibunda Parida Aryani selaku orangtua penulis yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta semangat dan nasihat kepada penulis serta abang, kakak dan adik penulis Tri Santosa.P.Sihombing, Neni Sondari Sihombing, dan Vikky Fadel Gunawan Sihombing sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Buat teman-teman D-III Administrasi Perpajakan angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan seluruhnya terima kasih atas semangat dan bantuannya selama ini.
11. Dan segenap pihak yang belum Penulis sebut di sini atas jasa-jasanya dalam mendukung dan membantu Penulis dari segi apapun, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pemahaman penulis dalam hal ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari para pembaca demi perbaikan menjadi lebih baik.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Medan, Juni 2016 Penulis
( DIAN.A.SIHOMBING )
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR SINGKATAN ... x
DAFTAR ISTILAH ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan dan Manfaat ... 4
1. Tujuan ... 4
2. Manfaat ... 5
C. Uraian Teoritis ... 7
1. Pengertian Pajak ... 7
2. Pengertian Pajak Rokok ... 8
3. Pemungutan Pajak Rokok ... 10
D. Ruang Lingkup ... 11
E. Metode Penulisan ... 11
1. Tahap Pesiapan ... 11
2. Studi Literatur ... 12
3. Observasi Lapangan ... 12
4. Pengumpulan Data ... 12
5. Analisis dan Evaluasi ... 13
F. Metode Pengumpulan Data ... 14
1. Pengamatan ... 14
2. Wawancara ... 14
3. Dokumentasi ... 14
iv
G. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... 15
BAB II GAMBARAN UMUM KPPBC TMP B MEDAN ... 18
A. Sejarah Singkat KPPBC TMP B Medan ... 18
B. Visi, Misi, dan Motto KPPBC TMP B Medan ... 21
C. Tugas dan Fungsi KPPBC TMP B Medan ... 24
D. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas KPPBC TMP B Medan ... 25
E. Makna Tanda Korps Bea dan Cukai ... 41
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK ROKOK ... 43
A. Pendapatan Asli Daerah ... 45
B. Pengertian Pajak Daerah dan Dasar Hukum Pemungutan Pajak Daerah ... 46
C. Pajak Rokok ... 49
1. Ketentuan Umum ... 49
2. Pengertian Pajak Rokok ... 50
3. Objek, Bukan Objek, Subjek, dan Wajib Pajak Rokok ... 52
4. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Tata Cara Perhitungan Pajak Rokok ... 55
5. Pemungutan Pajak Rokok ... 61
6. Bagi Hasil Pajak Rokok ... 61
7. Data Penerimaan Cukai dan Pajak Rokok di KPPBC TMP B Medan ... 62
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ... 64
A. KPPBC TMP B Medan Sebagai Pemungut Pajak Rokok ... 64
B. Tata Cara Pemungutan Pajak Rokok ... 64
1. Permohonan Penyediaan Pita Cukai (P3C) ... 67
2. Pemesanan Pita Cukai (CK-1) dan Surat Pemberitahuan Pajak Rokok (SPPR) ... 73
3. Pelunasan Pita Cukai dan Pajak Rokok ... 75
C. Upaya-upaya yang dilakukan oleh KPPBC TMP B Medan Dalam Pengawasan Cukai Hasil Tembakau ... 78
1. Upaya Preventif ... 78
2. Upaya Represif ... 79 D. Hambatan yang Dihadapi oleh KPPBC TMP B Medan Dalam Melakukan
Pengawasan Cukai Hasil Tembakau ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Jumlah Pegawai Tiap Seksi KPPBC TMP B Medan ... 26 Tabel 3.1 Batasan Harga Jual Eceran dan Tarif Cukai Per Batang atau Gram
Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri………..…56 Tabel 3.2 Tarif Cukai dan Harga Jual Eceran Minimun Hasil Tembakau
Yang Diimpor ... 58 Tabel 3.3 Penjabaran Target dan Realisasi Penerimaan Cukai Rokok dan
Pajak Rokok ... 63 Tabel 4.1 Presentase Realisasi Penerimaan Cukai Rokok dan Pajak
Rokok ... 76
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Struktur Organisasi KPPBC TMP B Medan………..40 Gambar 4.1 Prosedur Pemungutan Pajak Rokok Pada KPPBC TMP B Medan….. 66
viii
DAFTAR SINGKATAN
HT = Hasil Tembakau
SSBP = Surat Setoran Bukan Pajak
SPPR = Surat Pemberitahuan Pajak Rokok SSPCP = Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak P3C = Permohonan Penyediaan Pita Cukai CK-1 = Dokumen Pemesanan Pita Cukai SAC = Sistem Aplikasi Cukai
BKC = Barang Kena Cukai
NPPBKC = Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai
KPPBC TMP B = Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean
DJBC = Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
HJE = Harga Jual Eceran
TCS = Tarif Cukai Spesifik
SKM = Sigaret Kretek Mesin SKT = Sigaret Kretek Tangan SPM = Sigaret Putih Mesin
SPT = Sigaret Putih Tangan
SKTF = Sigaret Kretek Tanpa Filter SPTF = Sigaret Putih Tanpa Filter
TIS = Tembakan Iris
KLB = Kelobot
CRT = Cerutu
HPTL = Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya
NTB = Nomor Tanda Bank
NTPN = Nomor Tanda Penerimaan Negara
SDM = Sumber Daya Manusia
PAD = Pendapatan Asli Daerah
APBD = Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
x
DAFTAR ISTILAH
Barang Kena Cukai adalah barang-barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik yang ditetapkan di kenai cukai berdasarkan Undang-undang Cukai yang dalam konsumsinya perlu dikendalikan dan peredarannya perlu diawasi.
Billing CK-1 dan Billing SPPR adalah dokumen pengganti SSPCP dan SSBP yang digunakan pengusaha untuk melakukan Pembayaran Cukai dan Pajak Rokok.
CK-1 adalah dokumen cukai yang digunakan pengusaha untuk mengajukan Permohonan Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau.
Cerutu adalah hasil tembakau yang dibuat dari lembaran-lembaran daun tembakau iris atau tidak, dengan cara digulung demikian rupa dengan daun tembakau, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatanya.
P3C adalah dokumen cukai yang digunakan pengusaha untuk mengajukan Permohonan Penyediaan Pita Cukai.
SPPR adalah dokumen yang digunakan pengusaha untuk menghitung besarnya Pajak Rokok yang besarnya berdasarkan Pemesanan Pita Cukai pada dokumen CK-1.
Tembakau Iris adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun tembakau yang dirajang, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan
pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.
Harga Jual Eceran (HJE) adalah Harga penyerahan pedagang eceran kepada konsumen terakhir yang didalamnya sudah termasuk pungutan cukai.
Hasil Tembakau adalah meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainya, dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatanya.
Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai adalah izin untuk menjalankan kegiatan sebagai pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir bahan kena cukai, penyalur atau pengusaha tempat penjualan eceran.
Permohonan Penyediaan Pita Cukai adalah dokumen cukai yang digunakan pengusaha untuk mengajukan permohonan penyediaan pita cukai ssebelum mengajukan dokumen pemesanan pita cukai.
Sistem Aplikasi Cukai adalah sistem yang digunakan untuk melakukan transaksi pemesanan yang dilakukan secara online.
Sigaret Kretek Mesin adalah sigaret yang dalam pembuatanya dicampur dengan cengkih atau bagiannya, baik asli maupun tiruan tanpa memperhatikan jumlah yang dalam pembuatannya mulai pelintingan, pemasangan filter, pengemasannya dalam kemasan untuk penjualan eceran, sampai dengan pelekatan pita cukai, seluruhnya, atau sebagian menggunakan mesin.
Sigaret Kretek Tangan adalah sigaret yang dalam pembuatanya dicampur dengan cengkih atau bagiannya, baik asli maupun tiruan tanpa memperhatikan jumlah yang dalam pembuatannya mulai pelintingan, pengemasannya dalam kemasan untuk penjualan eceran, sampai dengan pelekatan pita cukai tanpa menggunakan mesin.
xii
Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak (SSPCP) adalah surat setoran yang digunakan untuk melunasi nilai pabean, cukai, dan pajak terutang.
Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) adalah surat setoran yang digunakan untuk melunasi Pajak Rokok.
DAFTAR LAMPIRAN
A. Surat Pengajuan Judul.
B. Surat Penugasan Dosen Pembimbing.
C. Kartu Kendali Bimbingan Proposal Tugas Akhir.
D. Surat Izin Riset dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
E. Surat Balasan Izin Riset dari KPPBC TMP B Medan.
F. Kartu Kendali Bimbingan Tugas Akhir.
G. Surat Keterangan Selesai Riset dari KPPBC TMP B Medan.
H. Surat Keterangan Bebas Administrasi dari Bagian Pendidikan FISIP USU.
I. Target Penerimaan Cukai Hasil Tembakau KPPBC TMP B Medan Tahun 2014, 2015, dan 2016.
J. Permohonan Penyediaan Pita Cukai (P3C).
K. Dokumen Pemesanan Pita Cukai (CK-1).
L. Surat Pemberitahuan Pajak Rokok (SPPR).
M. Billing CK-1.
N. Billing SPPR.
O. Tarif Cukai Hasil Tembakau.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemungutan Pajak Daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat penting, selain untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah, Pajak Daerah juga digunakan untuk memantapkan penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak Daerah dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (ABPD) memiliki peran yang penting dalam mendukung penyelenggaraan pemerintah maupun pemberian pelayanan kepada publik. Dengan penetapan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah, secara bertahap akan membuat Pemerintah Provinsi lebih mandiri dan bertanggung jawab untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah harus mampu menggali sumber-sumber keuangan dari potensi pajak daerahnya yang ada khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan daerah dalam pembangunan daerahnya.
Suatu daerah harus sejalan dengan kebijakan pemerintah yang ditetapkan dalam melakukan kebijakan otonomi daerahnya, maka pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 sebagaimana telah diubah menjadi Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 33
tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, serta Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 perubahan atas Undang- Undang Nomor 18 tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Atas Undang-Undang tersebut Pemerintah Daerah baik itu Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota telah diberi wewenang untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri melalui sistem otonomi daerah.
Adapun yang menjadi jenis-jenis Pajak Daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 terbagi atas:
1. Pajak Provinsi, meliputi :
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor;
d. Pajak Air Permukaan;
e. Pajak Rokok.
2. Pajak Kabupaten/Kota, meliputi : a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
3
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak sarang Burung Walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan;
k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.
Pajak Rokok merupakan Pajak Provinsi yang menjadi salah satu penyumbang pajak terbesar di Provinsi Sumatera Utara. Pajak rokok ditetapkan sebagai Pajak Daerah Provinsi yang baru seiring dengan ditetapkannya UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, namun baru efektif dilaksanakan pada 1 Januari 2014. Selain untuk meningatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pajak Rokok ditetapkan sebagai salah satu Pajak Daerah dengan tujuan untuk membatasi konsumsi rokok dan peredaran rokok ilegal, serta melindungi kesehatan masyarakat dari asap rokok orang lain.
Dari data yang diperoleh, pada provinsi Sumatera Utara diketahui target penerimaan pajak rokok tahun 2014 sebesar Rp 546.950.250.000, realisasi Rp 394.510.284.658 atau 72,13 persen. Target pada tahun 2015 sebesar Rp 577.032.513.750, realisasi Rp 407.859.698.456 atau 70,68 persen sampai September 2015. Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah.
Pemungutan Pajak Rokok sendiri dilakukan oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai bersamaan dengan pemungutan Cukai Rokok.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dari Tugas Akhir yang merupakan syarat kelulusan dalam
Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara di Kantor Bea dan Cukai dengan judul “Mekanisme Pemungutan Pajak Rokok Di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan”.
B. Tujuan dan Manfaat
Tugas Akhir merupakan suatu kegiatan intrakulikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa secara mandiri yang dimaksudkan untuk memberikan pengalaman praktis secara nyata dilapangan yang berhubungan dengan teori - teori keahlian yang diterima dibangku perkuliahan untuk salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Setiap usaha atau kegiatan tentu mempunyai tujuan dan manfaat yang ingin dicapai.
1. Tujuan
1.1 Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pemungutan Pajak Rokok yang dilakukan oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan.
1.2 Untuk memperoleh data tentang besar penerimaan Cukai Rokok dan Pajak Rokok di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan.
1.3 Untuk mengetahui upaya pengawasan Barang Kena Cukai khususnya Cukai Hasil Tembakau sebagai Dasar Pengenaan Pajak Rokok yang dilakukan oleh
5
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan serta hambatan-hambatan yang terjadi saat pengawasan.
2. Manfaat
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
b. Memperoleh pengalaman, menambah, serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan khususnya tentang perpajakan pada dunia kerja secara nyata.
c. Melatih kemampuan diri agar dapat mengatasi kondisi berbeda antara teori di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.
d. Dapat mengetahui dan mengembangkan kemampuan pribadi dengan ilmu yang dimiliki.
2.2 Bagi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan
a. Sebagai sarana mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan dengan lembaga pendidikan khususnya Universitas Sumatera Utara.
b. Membantu membentuk jiwa kerja yang unggul dan tenaga-tenaga terampil yang sesuai dengan keahliannya yang nantinya merupakan tenaga ahli yang siap pakai sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.
2.3 Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya khususnya dibidang perpajakan.
b. Sebagai pengenalan antara mahasiswa dengan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan dalam memberikan uji nyata mengenai pengetahuan yang diterima mahasiswa dalam peningkatan kreatifitas pribadi mahasiswa.
c. Mempererat hubungan antara Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan.
d. meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas Sumatera Utara.
C. Uraian Teoritis
1. Pengertian Pajak
Pengertian Pajak menurut Undang-Undang pasal 1 angka 1 Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2009, sebagai berikut :
7
“Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung” .
Menurut Rochmat Soemitro (dalam Suandy, 2002:11) dalam bukunya Dasar- dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan adalah sebagai berikut:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan ciri-ciri pajak yang melekat dalam pengertian pajak diatas sebagai berikut:
1. Pajak peralihan kekayaan dari orang/badan ke pemerintah.
2. Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan.
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah.
4. Pajak dipungut oleh Negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
5. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.
6. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari
pemerintah
7. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.
2. Pengertian Pajak Rokok
Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh instansi pemerintah yang berwenang memungut cukai bersamaan dengan pemungutan cukai rokok. Cukai adalah pungutan Negara yang dikenakan terhadap hasil tembakau berupa sigaret, cerutu dan rokok daun sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan di bidang cukai, yang dapat berupa persentase dari harga dasar (advalorum) atau jumlah dalam rupiah untuk setiap batang rokok (spesifik) atau penggabungan dari keduanya. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotin tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Pajak rokok yang dipungut oleh instansi pemerintah nantinya akan disetor ke rekening kas umum provinsi secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk. Penerimaan pajak rokok, baik bagian provinsi maupun kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang. Adanya pajak rokok disamping cukai, maka harga beli rokok menjadi semakin mahal dengan maksud agar konsumen rokok dapat mengurangi konsumsi rokoknya karena rokok bisa mengancam kesehatan.
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) rokok adalah cukai rokok dan tarif yang sudah ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok. Pajak rokok masuk dalam kategori pajak
9
provinsi yang menjadi penyempurna kebijakan dan peraturan pajak daerah dalam bentuk perluasaan objek pajak daerah sesuai dengan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah perubahan atas UU Nomor 34 Tahun 2000 dan UU Nomor 18 Tahun 1997. UU Nomor 28 Tahun 2009 yang baru disahkan oleh DPR pada 18 Agustus 2009 yang lalu dan diharapkan dapat lebih mendorong peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah. Walaupun dikategorikan sebagai pajak provinsi, namun pajak rokok tersebut harus dibagi dengan pemerinah daerah kabupaten/kota. Pajak Rokok ini akan diterima oleh pemerintah kabupaten/kota sebesar 70% dan 30% akan diperuntukkan bagi pemerintah provinsi. Dalam pajak rokok, pihak yang menjadi subjek pajak rokok sebagaimana diatur dalam UU nomor 28 Tahun 2009 Pasal 27 adalah konsumen rokok itu sendiri, akan tetapi yang menjadi Wajib Pajak rokok adalah pengusaha pabrik rokok atau produsen rokok dan importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC).
Sedangkan objek pajaknya adalah konsumsi rokok. Sebagaimana yang di maksud UU Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 26, rokok meliputi sigaret, cerutu, dan rokok daun.
Adapun yang dikecualikan dari objek pajak rokok adalah rokok yang tidak dikenai cukai berdasarkan peraturan dibidang cukai.
3. Pemungutan Pajak Rokok
Pemungutan Pajak adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan
penyetorannya. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2013 tentang Pajak Rokok Provinsi Sumatera Utara pasal 9 dan pasal 10, Pajak Rokok dipungut oleh instansi pemerintah yang berwenang memungut cukai bersamaan dengan pemungutan cukai rokok. Pemungutan dan Penyetoran Pajak rokok dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.07/2013 tentang Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.07/2015 dan sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.07/2016, pemungutan Pajak Rokok dilakukan oleh Kantor Bea dan Cukai bersamaan dengan pemungutan Cukai Rokok.
D. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah :
1. Mekanisme pemungutan pajak rokok di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan.
2. Data penerimaan pajak rokok yang telah dipungut di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan.
3. Upaya pengawasan Cukai Hasil Tembakau yang dilakukan KPPBC TMP B Medan serta hambatan-hambatan dalam pengawasannya.
11
E. Metode Penulisan 1. Tahap Persiapan
Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan penelitian ke objek lokasi yang meliputi kegiatan seperti pemilihan objek dan lokasi penelitian, pengajuan judul, penentuan judul, penyusunan proposal, penentuan dosen pembimbing, diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing, dan pengajuan surat ijin ke lokasi penelitian dari pihak Fakultas atau Program Diploma III Administasi Perpajakan.
2. Studi Literatur
Merupakan kegiatan studi mencari data serta informasi-informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literatur, Peraturan Perundang- undangan di bidang Perpajakan, Peraturan Pemerintah, majalah, surat kabar, internet, catatan-catatan, maupun bahasa yang tertulis yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan penulisan tugas akhir.
3. Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung sebagai suatu sistem tata kerja dan riset yang akan dilakukan oleh penulis pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan untuk mendapat gambaran mengenai masalah yang akan diteliti.
4. Pengumpulan Data
Didalam melaksanakan penulisan Laporan Tugas Akhir, penulis juga mengumpulkan data yang diperlukan dari kegiatan penelitian. Data tersebut diperoleh baik dari hal – hal yang sudah dilihat dan tentu saja dari data - data yang diberikan pihak Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan baik yang tertulis maupun data secara lisan. Metode pengumpulan data terbagi dua, yaitu:
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Contoh data primer yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok focus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh peniliti dari sumber yang sudah ada. Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.
5. Analisis dan Evaluasi
Yaitu setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap maka penulis sudah dapat melakukan analisis dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan permasalahan sesuai dengan metode analisis yang
13
tepat dan mengevaluasi data yang kemudian diinterpretasikan secara objektif, jelas, dan sistematis.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun cara-cara pengumpulan data di atas adalah sebagai berikut : 1. Pengamatan
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan dahulu dengan berpedoman kepada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko yang tinggi.
2. Wawancara
Melalui metode ini penulis melakukan wawancara langsung kepada pihak- pihak yang berkompeten dibidangnya, serta pihak-pihak lain yang dianggap memiliki pengetahuan tentang permasalahan yang diajukan penulis.
3. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan daftar – daftar dokumentasi yang diperlukan dalam Instansi yang bersangkutan untuk menambah objektifitas yang dibutuhkan untuk melengkapi laporan tugas akhir. Dokumen tersebut berupa struktur organisasi, peraturan-peraturan daerah, rencana kerja, surat keputusan.
G. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir
Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajikan pembahasan kedalam lima bab yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang Tugas Akhir, tujuan dan manfaat Tugas Akhir, Uraian Teoritis, ruang lingkup Tugas Akhir, metode penulisan Tugas Akhir, metode pengumpulan data Tugas Akhir, dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN
BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B MEDAN
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang sejarah singkat berdirinya Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan, Visi,Misi dan Motto Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan, Struktur Organisasi, tugas dan fungsi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan tersebut serta gambaran lain yang dibutuhkan.
15
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK ROKOK
Pada bab ini penulis akan menguraikan pengertian secara teoritis dan teori- teori yang berkaitan dengan mekanisme pemungutan Pajak Rokok, seperti data mengenai ketentuan, objek dan subjek, perhitungan,pemungutan pajak rokok, dan lain-lain.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini berisi tentang data-data dan pembahasan mengenai mekanisme pemungutan pajak rokok, realisasi penerimaan pajak rokok, serta upaya pengawasan cukai hasil tembakau yang dilakukan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan. penulis akan menganalisa data yang diperoleh, kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan dua hal yaitu kesimpulan dan saran dari masalah yang dibahas pada bab-bab sebelumnya yang merupakan suatu pemikiran penulis yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
17 BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN
BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B MEDAN
A. Sejarah Singkat KPPBC Tipe Madya Pabean B Medan
Customs (Instansi Kepabeanan) adalah suatu organisasi yang keberadaannya sangat essensial bagi suatu negara, demikian pula dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Instansi Kepabeanan Indonesia) adalah suatu instansi yang memiliki peran yang cukup penting pada suatu negara. Bea Cukai merupakan institusi global yang hampir semua negara di dunia memilikinya. Bea Cukai merupakan perangkat negara “konvensional” seperti halnya kepolisian, kejaksaan, pengadilan, ataupun angkatan bersenjata, yang eksistensinya telah ada sepanjang masa sejarah negara itu sendiri.
Fungsi Bea Cukai di Indonesia diyakini sudah ada sejak zaman kerajaan dahulu, namun belum ditemukan bukti-bukti tertulis yang kuat. Kelembagaannya pada waktu itu masih bersifat “lokal” sesuai wilayah kerajaannya. Sejak VOC masuk, barulah Bea Cukai mulai terlembagakan secara “nasional”. Pada masa Hindia Belanda tersebut, masuk pula istilah douane untuk menyebut petugas Bea Cukai (istilah ini acapkali masih melekat sampai saat ini). Nama resmi Bea Cukai pada masa Hindia Belanda tersebut adalah De Dienst der Invoer en Uitvoerrechten en
Accijnzen (I. U & A) atau dalam terjemah bebasnya berarti “Dinas Bea Impor dan Bea Ekspor serta Cukai”. Tugasnya adalah memungut invoer-rechten (bea impor/masuk), uitvoer-rechten (bea ekspor/keluar), dan accijnzen (excise/ cukai).
Tugas memungut bea (“bea” berasal dari bahasa Sansekerta), baik impor maupun ekspor, serta cukai (berasal dari bahasa India) inilah yang kemudian memunculkan istilah Bea dan Cukai di Indonesia. Peraturan yang melandasi saat itu di antaranya Gouvernment Besluit Nomor 33 tanggal 22 Desember 1928 yang kemudian diubah dengan keputusan pemerintah tertanggal 1 Juni 1934. Pada masa pendudukan Jepang, berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tentang Pembukaan Kantor-kantor Pemerintahan di Jawa dan Sumatera tanggal 29 April 1942, tugas pengurusan bea impor dan bea ekspor ditiadakan, Bea Cukai sementara hanya mengurusi cukai saja.
Lembaga Bea Cukai setelah Indonesia merdeka, dibentuk pada tanggal 01 Oktober 1946 dengan nama Pejabatan Bea dan Cukai. Saat itu Menteri Muda Keuangan, Sjafrudin Prawiranegara, menunjuk R.A Kartadjoemena sebagai Kepala Pejabatan Bea dan Cukai yang pertama. Jika ditanya kapan hari lahir Bea Cukai Indonesia, maka 1 Oktober 1946 dipandang sebagai tanggal yang tepat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 1948, istilah Pejabatan Bea Cukai berubah menjadi nama menjadi Jawatan Bea dan Cukai, yang bertahan sampai tahun 1965. Setelah tahun 1965 hingga sekarang, namanya menjadi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berada di bawah naungan dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan dan dipimpin oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
19
Pembentukan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya merupakan bagian dari program reformasi birokrasi dan transformasi kelembagaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pembentukan KPPBC Madya bertujuan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, meningkatkan kinerja, dan meningkatkan pelayanan publik untuk menjaga kepercayaan masyarakat.
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan berada dalam lingkup Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Provinsi Sumatera Utara, dimana wilayah kerjanya meliputi Kota Madya Medan, Kota Madya Binjai, dan Kabupaten Deli Serdang yang merupakan daerah yang sangat strategis karena secara geografis wilayah kerja Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan berdekatan dengan Malaysia, Singapura, dan Thailand (negara-negara anggota ASEAN). Oleh karena itu daerah tersebut sangat potensial untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dengan telah terjalinnya kerjasama regional dengan beberapa negara tetangga kita yang berdekatan dengan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan, yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, dan lain sebagainya dalam suatu wadah kerjasama ekonomi yang dikenal dengan Asean Free Trade Area (AFTA).
B. Visi, Misi, dan Motto Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan
VISI : “Sejajar dengan Institusi Kepabeanan dan Cukai dunia dalam Kinerja dan Citra”.
Penjelasan dari visi tersebut :
1. SEJAJAR DENGAN INSTITUSI KEPABEANAN DAN CUKAI DUNIA adalah suatu kondisi yang menempatkan DJBC berada dalam jajaran institusi kepabeanan dan cukai yang bermutu dan berstandar internasional.
2. KEPABEANAN adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2006.
3. CUKAI adalah pungutan Negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007.
4. KINERJA adalah suatu capaian pelaksanaan kegiatan, program dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan.
5. CITRA adalah kesan dari clients dan stakeholder atas kinerja institusi DJBC.
21
Dengan demikian Visi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan bermakna :
“Suatu pandangan kedepan dan cita-cita untuk menempatkan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan yang merupakan bagian dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk menjadikan yang terbaik diantara Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai lainnya di seluruh Indonesia dalam melakukan pelayanan dan pengawasan lalu lintas barang impor dan ekspor serta pemungutan Bea Masuk, Bea Keluar, Cukai, Pungutan pajak dalam rangka impor lainnya yang pelaksanaan pemungutannya dibebankan pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.”
Sebagai instansi vertikal di daerah, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan berkewajiban untuk melaksanakan visi yang telah ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik, visi yang dimaksud diatas, dijabarkan dalam suatu misi, yaitu :
MISI : “Memberikan pelayanan yang terbaik kepada industri, perdagangan, dan masyarakat”.
Keberadaan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan sebagai unsur Pelaksana untuk melaksanakan kegiatan operasional dalam melakukan pungutan Bea Masuk, Bea Keluar, Cukai dan pungutan lainnya serta pencegahan dan penindakan penyelundupan. Agar pelaksanaan tugas pokok dibidang Kepabeanan dan Cukai dapat tercapai secara optimal, Kantor Pengawasan
dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan menetapkan Misi yang saling terkait yaitu :
1. Memungut penerimaan Negara dari sektor impor, ekspor dan cukai.
2. Menerapkan sistem pengawasan yang efektif dalam rangka penegakan hukum dibidang Kepabeanan dan Cukai serta perlindungan masyarakat, dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada.
3. Mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan industri dan investasi.
4. Mengembangkan kerja sama dengan institusi Kepabeanan dan Cukai tingkat regional.
5. Memberikan pelayanan terbaik dibidang Kepabeanan dan Cukai yang sederhana dengan berbasis teknologi informasi.
6. Mengelola Sumber Daya Manusia dan keuangan sesuai prinsip-prinsip kepegawaian dan anggaran.
Ke 6 (enam) misi tersebut diatas dapat dikristalisasikan dalam satu Integrated Mission :
“Pelayanan yang Terbaik Kepada Industri, Perdagangan dan Masyarakat”.
23
C. Tugas dan Fungsi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Tipe Madya Pabean B Medan
Berdasarkan Pasal 115 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.01/2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, secara garis besar tugas Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai adalah melaksanakan pengawasan dan pelayanan kepabeanan dan cukai dalam daerah wewenangnya berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 tersebut, dalam Pasal 116 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.01/2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dijelaskan bahwa Kantor Pengawasan dan Pelayanan menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan pelayanan teknis di bidang kepabeanan dan cukai;
b. Pelaksanaan pemberian perijinan dan fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai;
c. Pelaksanaan pemungutan dan pengadministrasian bea masuk, cukai, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal;
d. Pelaksanaan intelijen, patroli, penindakan, dan penyidikan di bidang kepabeanan dan cukai;
e. Penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian dokumen kepabeanan dan cukai;
f. Pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi, dan laporan kepabeanan dan cukai;
g. Pengelolaan dan pemeliharaan sarana operasi, sarana komunikasi, dan senjata api;
h. Pengawasan pelaksanaan tugas dan evaluasi kerja; dan
i. Pelaksanaan administrasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai.
D. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Kantor Pengawasan dan Pelayanan Tipe Madya Pabean B Medan
Berdasarkan Pasal 210 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.01/2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B terdiri atas :
a. Subbagian Umum;
b. Seksi Penindakan dan Penyidikan;
c. Seksi Perbendaharaan;
d. Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai;
e. Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi;
25
f. Seksi Kepatuhan Internal;
g. Seksi Pengolahan Data dan Administrasi Dokumen; dan h. Kelompok Jabatan Fungsional.
Tabel 2.1
Jumlah Pegawai Tiap Seksi KPPBC TMP B Medan
No Seksi Jumlah Golongan Jumlah
1 Kepala Kantor 1
II 52
2 Subbagian Umum 18
3 Seksi Penindakan dan
Penyidikan 21
4 Seksi Perbendaharaan 8
5 Seksi Pelayanan
Kepabeanan dan Cukai 67
III 74
6 Seksi Penyuluhan dan
Layanan Informasi 6
7 Seksi Kepatuhan
Internal 6
8 Seksi Pengolahan Data dan Administrasi
Dokumen
4 IV 5
Jumlah 131 Jumlah 131
Sumber : KPPBC TMP B Medan 2016.
Tugas-tugas setiap seksi/bagian dapat dirinci sebagai berikut :
1. Kepala Kantor
Mempunyai tugas mengelola pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
2. Subbagian Umum
Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Medan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Subbagian Umum menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan urusan tata usaha, dan kepegawaian; dan
b. Pelaksanaan urusan keuangan, anggaran, kesejahteraan pegawai, serta rumah tangga dan perlengkapan.
Subbagian umum terdiri atas :
a. Urusan tata usaha dan kepegawaian.
Urusan tata usaha dan kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan kepegawaian.
27
b. Urusan Keuangan.
Urusan Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan dan anggaran.
c. Urusan Rumah Tangga.
Urusan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan urusan rumah tangga, perlengkapan, dan kesejahteraan pegawai.
3. Seksi Penindakan dan Penyidikan
Seksi Penindakan dan Penyidikan mempunyai tugas melakukan intelijen, patroli, dan operasi pencegahan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang- undangan di bidang kepabeanan dan cukai, penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai, serta pengelolaan dan pengadministrasian sarana operasi, sarana komunikasi, dan senjata api.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, seksi Penindakan dan Penyidikan menyelenggarakan fungsi :
a. Pengumpulan, pengolahan, penyajian, serta penyampaian informasi dan hasil intelijen di bidang kepabeanan dan cukai;
b. Pengelolaan pangkalan data intelijen di bidang kepabeanan dan cukai;
c. Pelaksanaan patroli dan operasi pencegahan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai;
d. Penyidikan tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai;
e. Pemeriksaan sarana pengangkut;
f. Pengawasan pembongkaran barang;
g. Perhitungan bea masuk, cukai, pajak dalam rangka impor, dan denda administrasi terhadap kekurangan/kelebihan bongkar, serta denda administrasi atas pelanggaran lainnya;
h. Penatausahaan dan pengurusan barang hasil penindakan dan barang bukti;
i. Pengumpulan data pelanggaran peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai;
j. Pemantauan tindak lanjut hasil penindakan dan penyidikan di bidang kepabeanan dan cukai; dan
k. Pengelolaan dan pengadministrasian sarana operasi, sarana komunikasi, dan senjata api Kantor Pengawasan dan Pelayanan.
Seksi Penindakan dan Penyidikan terdiri atas:
a. Subseksi Intelijen.
Subseksi Intelijen mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan penyampaian informasi dan hasil intelijen, analisis laporan pemeriksaan sarana pengangkut, laporan pembongkaran dan penimbunan barang, dan laporan pengawasan lainnya serta pengelolaan pangkalan data intelijen.
b. Subseksi Penindakan dan Sarana Operasi.
Subseksi Penindakan dan Sarana Operasi mempunyai tugas melakukan pelayanan pemeriksaan sarana pengangkut, patroli dan operasi pencegahan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai serta pengawasan pembongkaran barang, pengelolaan dan pengadministrasian
29
sarana operasi, sarana komunikasi, dan senjata api Kantor Pengawasan dan Pelayanan.
c. Subseksi Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan.
Subseksi Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan mempunyai tugas melakukan penyidikan tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai, penghitungan bea masuk, pajak dalam rangka impor dan denda administrasi terhadap kekurangan atau kelebihan bongkar dan denda administrasi atas pelanggaran lainnya, pemantauan tindak lanjut hasil penindakan dan penyidikan tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai, pengumpulan data pelanggaran peraturan perundang- undangan, serta penatausahaan dan pengurusan barang hasil penindakan dan barang bukti.
4. Seksi Perbendaharaan
Seksi Perbendaharaan mempunyai tugas melakukan pemungutan dan pengadministrasian bea masuk, bea keluar, cukai dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, pelayanan kepabeanan atas sarana pengangkut dan pemberitahuan pengangkutan barang.
Seksi Perbendaharaan menyelenggarakan fungsi:
a. Pengadministrasian penerimaan bea masuk, bea keluar, cukai, denda administrasi, bunga, sewa tempat penimbunan pabean, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal;
b. Pengadministrasian jaminan serta pemrosesan penyelesaian jaminan
penangguhan bea masuk, jaminan Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK), jaminan dalam rangka keberatan dan banding serta jaminan lainnya;
c. Penerimaan, penatausahaan, penyimpanan, pengurusan permintaan dan pengembalian pita cukai;
d. Penagihan danpengadministrasian pengembalian bea masuk, bea keluar, cukai, denda administrasi, bunga, sewa tempat penimbunan pabean, pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal, serta pengadministrasian dan penyelesaian premi;
e. Penerbitan dan pengadministrasian surat teguran atas kekurangan pembayaran bea masuk, bea keluar, cukai, denda administrasi, bunga, sewa tempat penimbunan pabean, dan pungutan negara lainnya yang telah jatuh tempo;
f. Penerbitan dan pengadministrasian surat paksa dan penyitaan, serta administrasi pelelangan;
g. Pengadministrasian dan penyelesaian surat keterangan impor kendaraan bermotor;
h. Penyajian laporan realisasi penerimaan bea masuk, bea keluar, cukai, dan pungutan negara lainnya;
i. Penerimaan dan penatausahaan rencana kedatangan sarana pengangkut dan jadwal kedatangan sarana pengangkut;
j. Pelaksanaan penerimaan, pendistribusian, penelitian, dan penyelesaian manifes kedatangan dan keberangkatan sarana pengangkut serta pelayanan pemberitahuan pengangkutan barang; dan
31
k. Penghitungan denda administrasi terhadap keterlambatan penyerahan dokumen sarana pengangkut.
Seksi Perbendaharaan terdiri atas:
a. Subseksi Administrasi Penerimaan dan Jaminan;
Subseksi Administrasi Penerimaan dan Jaminan mempunyai tugas melakukan pengadministrasian penerimaan bea masuk, bea keluar, cukai, denda administrasi, bunga, sewa tempat penimbunan pabean, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal, penerimaan, penatausahaan, penyimpanan, dan pengurusan permintaan pita cukai, pengadministrasian dan penyelesaian surat keterangan impor kendaraan bermotor, penyajian laporan realisasi penerimaan bea masuk, bea keluar, cukai, dan pungutan negara lainnya, pelayanan fasilitas pembebasan, penangguhan bea masuk, penundaan pembayaran cukai, pengadministrasian jaminan dan pemrosesan jaminan penangguhan bea masuk, jaminan PPJK, jaminan dalam rangka keberatan dan banding serta jaminan lainnya.
b. Subseksi Administrasi Penagihan dan Pengembalian; dan
Subseksi Administrasi Penagihan dan Pengembalian mempunyai tugas melakukan penagihan kekurangan pembayaran bea masuk, bea keluar, cukai, denda administrasi, bunga, sewa Tempat Penimbunan Pabean dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal, penerbitan dan pengadministrasian surat teguran, surat paksa, penyitaan dan pengadministrasian pelelangan,
pengadministrasian dan penyelesaian premi, serta pengadministrasian pengembalian bea masuk, bea keluar, cukai, denda administrasi, bunga, sewa tempat penimbunan pabean, pita cukai, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal.
c. Subseksi Administrasi Manifes.
Subseksi Administrasi Manifes mempunyai tugas melakukan pelayanan penerimaan, penelitian, penatausahaan dan pendistribusian rencana kedatangan sarana pengangkut, jadwal kedatangan sarana pengangkut dan manifes, penyelesaian manifes kedatangan dan keberangkatan sarana pengangkut, pelayanan penerimaan, penelitian, penatausahaan, pendistribusian, dan penyelesaian dokumen pemberitahuan pengangkutan barang serta penghitungan denda administrasi terhadap keterlambatan penyerahan dokumen sarana pengangkut.
5. Seksi Kepabeanan dan Cukai
Seksi Kepabeanan dan Cukai mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis dan fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai.
Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai menyelenggarakan fungsi:
a. Pelayanan fasilitas dan perijinan di bidang kepabeanan dan cukai;
b. Penelitian pemberitahuan impor, ekspor, dan dokumen cukai;
c. Pemeriksaan dan pencacahan barang, pemeriksaan badan dan pengoperasian sarana deteksi;
33
d. Penelitian pemberitahuan klasifikasi barang, tarif bea masuk, tarif bea keluar, nilai pabean dan fasilitas impor serta penelitian kebenaran penghitungan bea masuk, bea keluar, cukai, pajak dalam rangka impor dan pungutan negara lainnya;
e. Penetapan klasifikasi barang, tarif bea masuk, tarif bea keluar dan nilai pabean;
f. Pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dari kawasan pabean;
g. Pengawasan pemasukan dan pengeluaran barang di tempat penimbunan berikat dan tempat penimbunan pabean;
h. Pelayanan dan pengawasan pemasukan, penimbunan dan pemuatan barang ekspor ke sarana pengangkut;
i. Pelaksanaan urusan pembukuan dokumen cukai;
j. Pelaksanaan urusan pemusnahan dan penukaran pita cukai;
k. Pemeriksaan pengusaha barang kena cukai, buku daftar dan dokumen yang berhubungan dengan barang kena cukai;
l. Pelaksanaan pengawasan dan pemantauan produksi, harga dan kadar barang kena cukai;
m. Pengelolaan tempat penimbunan pabean;
n. Penatausahaan penimbunan, pemasukan dan pengeluaran barang di tempat penimbunan berikat dan tempat penimbunan pabean;
o. Pelaksanaan urusan penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara;
p. Penyiapan pelelangan atas barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang
yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara; dan
q. Pelaksanaan urusan pemusnahan barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara dan atau busuk.
Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai masing-masing membawahkan Subseksi Hanggar Pabean dan Cukai. Subseksi Hanggar Pabean dan Cukai mempunyai tugas melakukan pelayanan fasilitas dan perijinan di bidang kepabeanan, penelitian pemberitahuan impor dan ekspor, pemeriksaan dan pencacahan barang, pemeriksaan badan dan pengoperasian sarana deteksi, penelitian pemberitahuan klasifikasi barang, tarif bea masuk, tarif bea keluar, nilai pabean dan fasilitas impor serta penelitian kebenaran penghitungan bea masuk, bea keluar, cukai, dan pajak dalam rangka impor dan pungutan negara lainnya, penetapan klasifikasi barang, tarif bea masuk, tarif bea keluar dan nilai pabean, pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dari kawasan pabean, pengawasan pemasukan dan pengeluaran barang di Tempat Penimbunan Berikat dan Tempat Penimbunan Pabean, pelayanan dan pengawasan pemasukan, penimbunan dan pemuatan barang ekspor ke sarana pengangkut, pengelolaan tempat penimbunan pabean, penatausahaan penimbunan, pemasukan dan pengeluaran barang di Tempat Penimbunan Berikat dan Tempat Penimbunan Pabean, pelaksanaan urusan penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara, penyiapan pelelangan atas barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara, pelaksanaan urusan
35
pemusnahan barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara dan atau busuk, pelayanan fasilitas dan perijinan di bidang cukai, penatausahaan dan penelitian pemberitahuan dokumen cukai dan Pengusaha Barang Kena Cukai, penelitian kebenaran penghitungan cukai dan pungutan negara lainnya, pelaksanaan urusan pembukuan dokumen cukai, pelaksanaan urusan pemusnahan dan penukaran pita cukai, pemeriksaan Pengusaha Barang Kena Cukai, buku daftar dan dokumen yang berhubungan dengan barang kena cukai, serta pelaksanaan pengawasan dan pemantauan produksi, harga dan kadar barang kena cukai.
6. Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi
Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi mempunyai tugas melakukan bimbingan kepatuhan, konsultasi, dan layanan informasi di bidang kepabeanan dan cukai. Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi menyelenggarakan fungsi:
a. Penyuluhan dan publikasi peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai;
b. Pelayanan informasi di bidang kepabeanan dan cukai;
c. Bimbingan kepatuhan pengguna jasa di bidang kepabeanan dan cukai; dan d. Konsultasi di bidang kepabeanan dan cukai.
Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi terdiri atas:
a. Subseksi Penyuluhan; dan
Subseksi Penyuluhan mempunyai tugas melakukan penyuluhan dan publikasi peraturanperundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai.
b. Subseksi Layanan Informasi.
Subseksi Layanan Informasi mempunyai tugas melakukan pelayanan informasi, bimbingan dan konsultasi kepatuhan pengguna jasa di bidang kepabeanan dan cukai.
7. Seksi Kepatuhan Internal
Seksi Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan pengawasan pelaksanaan tugas, pemantauan pengendalian intern, pengelolaan risiko, pengelolaan kinerja, analisis beban kerja, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, perumusan rekomendasi perbaikan proses bisnis, serta penyusunan rencana kerja dan laporan akuntabilitas di lingkungan kantor pengawasan dan pelayanan. Seksi Kepatuhan Internal menyelenggarakan fungsi:
a. Pengawasan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kepabeanan dan cukai;
b. Pengawasan pelaksanaan tugas di bidang administrasi;
c. Pengawasan pelaksanaan tugas intelijen, penindakan, dan penyidikan di bidang kepabeanan dan cukai;
d. Pelaksanaan pemantauan pengendalian intern, pengelolaan risiko, pengelolaan kinerja, analisis beban kerja dan kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin di lingkungan kantor pengawasan dan pelayanan;
37
e. Pelaksanaan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan dan perumusan rekomendasi perbaikan proses bisnis di lingkungan kantor pengawasan dan pelayanan; dan
f. Pelaksanaan penyusunan rencana kerja dan laporan akuntabilitas di lingkungan kantor pengawasan dan pelayanan.
Seksi Kepatuhan Internal terdiri atas:
a. Subseksi Kepatuhan Pelaksanaan Tugas Pelayanan dan Administrasi.
Subseksi Kepatuhan Pelaksanaan Tugas Pelayanan dan Administrasi mempunyai tugas melakukan pengawasan pelaksanaan tugas, pemantauan pengendalian intern, pengelolaan risiko, pengelolaan kinerja, analisis beban kerja, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, penyiapan bahan rekomendasi perbaikan proses bisnis di bidang pelayanan kepabeanan, cukai, dan administrasi, pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat, serta penyusunan rencana kerja dan laporan akuntabilitas.
b. Subseksi Kepatuhan Pelaksanaan Tugas Pengawasan.
Subseksi Kepatuhan Pelaksanaan Tugas Pengawasan mempunyai tugas melakukan pengawasan pelaksanaan tugas, pemantauan pengendalian intern, pengelolaan risiko, pengelolaan kinerja, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyiapan bahan rekomendasi perbaikan
proses bisnis di bidang intelijen, penindakan, penyidikan tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai.
8. Seksi Pengolahan Data dan Administrasi Dokumen
Seksi Pengolahan Data dan Administrasi Dokumen mempunyai tugas melakukan pengoperasian komputer dan sarana penunjangnya, pengelolaan dan penyimpanan data dan file, pelayanan dukungan teknis komunikasi data, pertukaran data elektronik, pengolahan data kepabeanan dan cukai, penerimaan, penelitian kelengkapan dan pendistribusian dokumen kepabeanan dan cukai, serta penyajian data kepabeanan dan cukai.
39 Gambar 2.1
Struktur Organisasi KPPBC TMP B Medan
E. Makna Tanda Krops Bea dan Cukai
DASAR HUKUM :
Keputusan Menteri Keuangan RI No : 52/KMK.05/1996 Tanggal 29 Januari 1996.
LUKISAN :
• segi lima dengan gambar laut, gunung, dan angkasa di dalamnya;
• Tongkat dengan ulir berjumlah 8 di bagian bawahnya;
• Sayap yang terdiri dari 30 sayap kecil dan 10 sayap besar;
• Malai padi berjumlah 24 membentuk lingkaran.
MAKNA :
• Segi lima melambangkan negara R.I. yang berdasarkan Pancasila;
41
• Laut, gunung dan angkasa melambangkan Daerah Pabean Indonesia, yang merupakan wilayah berlakunya Undang-undang Kepabeanan dan Undang- undang Cukai;
• Tongkat melambangkan hubungan perdagangan internasional R.I. dengan mancanegara dari/ke 8 penjuru angin;
• Sayap melambangkan Hari Keuangan R.I. 30 Oktober dan melambangkan Bea dan Cukai sebagai unsur pelaksana tugas pokok Kementerian Keuangan di bidang Kepabeanan dan Cukai;
• Lingkaran Malai Padi melambangkan tujuan pelaksanaan tugas Bea dan Cukai adalah kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
WARNA :
Disesuaikan dengan warna dasar dan penggunaanya.
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK ROKOK
Sebelum membahas lebih jauh tentang apa itu Pajak Rokok, kita harus mengetahui definisi pajak terlebih dahulu. Dalam UUD RI 1945 yaitu pasal 23A menyatakan bahwa “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-undang”, pasal tersebut menunjukkan bahwa pengaturan bidang perpajakan bukan hanya sekedar hak, tetapi merupakan kewajiban yang harus dilakukan Negara, sekaligus sebagai dasar dalam pemungutan dan pengaturan bidang perpajakan. Adapun pengertian pajak menurut para ahli, yaitu:
a. Menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH dalam (dalam Suandy, 2002:11) dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, pajak ialah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membiayai pengerluaran umum.
b. Menurut Lorey Beaulieu dalam (Devano, 2006:22) pajak ialah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutupi belanja pemerintah.
c. Menurut Mr. Dr. N.J. Feldmann dalam (Resmi, 2005:1), pajak ialah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
43
d. Menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2009 Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung.
Ciri-ciri Pajak yang terdapat dalam pengertian pajak antara lain sebagai berikut :
1. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah berdasarkan atas undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut pajak/administrator pajak).
3. Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
4. Tidak dapat ditunjukan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak.
5. Berfungsi sebagai budgetair atau mengisi kas negara/anggaran negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak
juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / reguler).
A. Pendapatan Asli Daerah
Untuk meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah seharusnya diberi kewenangan yang lebih besar dalam mengurusi masalah perpajakan dan retribusi yang penerapannya disesuaikan dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Ciri utama yang menunjukan suatu daerah otonom maupun berotonomi yaitu terletak pada kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengolah dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerahnya. Ketergantungan kepada bantuan pemerintah pusat harus seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya pajak dan retribusi daerah harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah adalah Pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku (Mardiasmo, 2006:12).
45
Pendapatan Daerah bersumber dari:
1. Pendapatan Asli Daerah, yang bersumber dari:
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah c. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
2. Dana Perimbangan, yang terbagi atas:
a. Dana Alokasi Umum (DAU) b. Dana Alokasi Khusus (DAK) 3. Lain-lain Pendapatan yang Sah.
B. Pengertian Pajak Daerah dan Dasar Hukum Pemungutan Pajak Daerah Salah satu sumber pendapatan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah adalah Pajak Daerah. Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah (provinsi, kabupaten/kota) yang diatur berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan yang hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat.
Adapun yang menjadi jenis-jenis Pajak Daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009, terbagi atas :
3. Pajak Provinsi, meliputi : a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan e. Pajak Rokok.
4. Pajak Kabupaten/Kota, meliputi : a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak sarang Burung Walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.