• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI PROGRAM PAKET C DI PONDOK PESANTREN DARUL ISHLAH PISANG SARI PANJANG WETAN PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI PROGRAM PAKET C DI PONDOK PESANTREN DARUL ISHLAH PISANG SARI PANJANG WETAN PEKALONGAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

69

PANJANG WETAN PEKALONGAN

Dalam bagian ini berisi mengenai analisis pembelajaran PAI Program paket C di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan.Data yang akan dianalisis tidak berupa angka tetapi berupa informasi dengan menggunakan teknik analisis model Milles and Huberman di mana analisis data dilakukan secara interaktif dengan melalui beberapa tahapan yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan sehingga menghasilkan analisis sebagai berikut.

A. Analisis Implementasi Pembelajaran PAI Program Paket C di Pondok Pesantren Darul Ishlah Pisang Sari PanjangWetan Pekalongan

Pembelajaran PAI program paket C di pondok pesantren Darul Ishlah dilaksanakan secara digabung baik kelas 1, 2 maupun kelas 3 dengan durasi waktu yang lebih banyak yaitu 2 jam. Penggabungan ini dilatarbelakangi oleh kemampuan warga belajar yang heterogen sehingga membuat tutor PAI merasa kesulitan apabila pembelajarannya dipisah sesuai dengan kelasnya. Selain itu, pembelajaran PAI juga diberikan kepada warga belajar jika terdapat pelajaran lain yang kosong seperti penuturan Bapak Abdul Choliq berikut ini:

(2)

Untuk memposisikan sesuai kelas itu sulit karena rata- rata kemampuannya nggak seimbang. Kadang kelas X kemampuannya di bawah kelas XII, kelas XII di bawah kelas X. Ada yang cerdas dan ada yang tidak sehingga materinya digabung. Waktunya juga terbatas 1 jam 1 jam. Untuk menambah jam belajar PAI maka digabung sehingga pembelajarannya menjadi 2 jam. Semestinya guru mengajar 3 kali 1 jam 1 jam menjadi 1 kali 2 jam 2 jam. Kadang saya menambahi kalau ada jam kosong1 1. Tujuan Pembelajaran

Setiap kegiatan pembelajaran harus mempunyai tujuan. Tujuan pembelajaran secara umum diarahkan pada tujuan pendidikan nasional yaitu membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa. PAI menempati posisi sangat sentral dalam sub sistem pendidikan nasional sehingga PAI diharapkan mampu berkontribusi dalam meningkatkan iman dan taqwa peserta didik melalui proses belajar mengajar.

Tujuan pembelajaran PAI program paket C di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan Pekalongan selain sebagai materi wajib yang ada dalam kegiatan pembelajaran juga sebagai bekal agama yang cukup bagi warga belajar serta dapat memberikan nilai moral bagi generasi mendatang. 2

Tujuan pembelajaran PAI tersebut diarahkan pada tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan iman dan taqwa warga belajar.

Tujuan ini disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan warga belajar. Di mana mayoritas dari mereka memiliki latar belakang pendidikan agama

1Abdul Choliq, Pengasuh Pondok /Ketua/Tutor PAI, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 22 Februari 2016.

2 Abdul Choliq, Pengasuh Pondok /Ketua/Tutor PAI, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Januari 2016.

(3)

yang kurang. Kehidupan beragama warga belajar cukup memprihatinkan. Mereka jarang mendapatkan pendidikan agama dalam kehidupan sehari-hari terutama terkait ibadah mahḍah. Mereka mendapatkan pendidikan agama hanya di program paket C melalui pembelajaran PAI.

Dalam impelementasinya, pembelajaran PAI tidak hanya diikuti oleh warga belajar yang berasal dari masyarakat, melainkan juga diikuti warga belajar yang statusnya sebagai santri pondok. Akan tetapi, pembelajaran PAI yang mereka peroleh tidak membuatnya merasa bosan, bahkan mereka merasa senang bisa belajar PAI bersama-sama sehingga menambah pengetahuan mereka tentang agama seperti yang diungkapkan oleh Aryanti, warga belajar kelas XI: “Orang lain yang belum tau ṣalat kan jadi tau alhamdulillah lah di rumah bisa dipaktekin.

Walaupun diulang beberapa kali kan ngga bosen jadi semakin tahu kan kadang-kadang ada yang kurang.”3

2. Materi Pembelajaran

Materi berisi serangkaian kompetensi yang harus dicapai oleh warga belajar dalam proses pembelajaran. Materi pembelajaran telah terkonsep dalam silabus pembelajaran yang ada dalam satuan kurikulum. Materi pembelajaran PAI program paket C dapat berbeda dengan di sekolah karena di paket C, materi pembelajaran dapat dikembangkan sendiri oleh tenaga pengajar/tutor. Sanapiah Faisal

3Aryanti, Warga Belajar Kelas XI, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 Februari 2016.

(4)

seperti dikutip oleh Malik Fadjar mengemukakan bahwa pendidikan agama luar sekolah (non formal) sebenarnya mempunyai keleluasaan dalam menata pendidikan agama, baik dari segi materi, metodologi sampai pada masalah yang berkaitan dengan aspek institusi serta teknis operasional lainnya.4

Materi pembelajaran PAI yang digunakan pada program paket C di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan Pekalongan selain menggunakan kurikulum ideal, yaitu KTSP 2006 yang mencakup beberapa aspek: fiqih, Alqur’an, Aqidah, Akhlak dan Sejarah Kebudayaan Islam juga ada materi tambahan yang difokuskan pada aspek fiqih berupa ibadah maḍahah, ibadah pokok setiap hari seperti ṣalat, niat mandi besar, haiḍ, ṣalat sunah, tayamum, praktek jenazah serta doa sehari-hari.5

Materi tambahan tersebut tidak termasuk dalam kurikulum ideal yang menjadi acuan tutor dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Akan tetapi, termasuk dalam kategori kurikulum tersembunyi (hidden curriculum). Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) merupakan

hasil dari suatu proses pendidikan yang tidak direncanakan. Artinya, perilaku yang muncul di luar tujuan yang dideskripsikan oleh guru.

Penggunaan hidden curikulum dapat dipengaruhi oleh dua aspek yaitu aspek yang relatif tetap dan aspek yang dapat berubah. Yang

4A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam. Cet. Ke-1 (Jakarta: FajarDunia 1999), hlm. 139.

5 Abdul Choliq, Pengasuh Pondok /Ketua/Tutor PAI, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Januari 2016.

(5)

dimaksud aspek yang relatif tetap adalah ideologi, keyakinan, nilai budaya masyarakat yang mempengaruhi sekolah termasuk didalamnya menentukan budaya apa yang patut dan tidak patut diwariskan kepada generasi bangsa. Aspek yang dapat berubah meliputi variabel organisasi dan sistem sosial. Variabel organisasi meliputi bagaimana guru mengelola kelas, bagaimana pelajaran diberikan, bagaimana kenaikan kelas dilakukan. Sistem sosial meliputi bagaimana pola hubungan sosial antra guru, guru dengan peserta didik, guru dengan staf sekolah dan lain sebagainya.6 Adapun faktor yang mempengaruhi penggunaan kurikulum tersembunyi ini adalah karena aspek yang bersifat relatif tetap, berdasar pada ideologi bahwa mengajar materi ibadah mahdhah merupakan suatu budaya yang perlu diwariskan pada warga belajar.

Walaupun demikian, materi yang ada di silabus tidak diabaikan oleh tutor. Tutor berusaha menyampaikan materi yang ada di silabus seperti hasil observasi yang peneliti peroleh. Ketika tutor menyampaikan materi mengenai bab rukun ṣalat takbiratul iḥram, tutor menyambung ke materi iḥram sebagai salah satu rukun dalam ibadah haji. Pada saat itu tutor menerangkan apa saja yang menjadi rukun ibadah haji serta hal-hal yang dapat membatalkannya.7 Materi mengenai ibadah haji ini terdapat dalam silabus kelas X. Hasil observasi lain menunjukkan ketika tutor menerangkan mengenai materi hadiṡ tentang

6Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Cet. Ke-3 ( Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 25-26.

7Observasi Pembelajaran PAI, 7 Maret 2016.

(6)

akhlak sesama muslim. Tutor menyinggung materi mengenai kerukunan dan persatuan.8 Materi ini terdapat dalam silabus kelas XII. Selain itu, berdasarkan observasi pada buku catatan warga belajar, ada beberapa materi tentang Alqur'an yang sudah diajarkan sesuai pada silabus.9

Materi yang terdapat dalam silabus menjadi pegangan tutor dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Materi ini termasuk dalam kurikulum ideal, kurikulum yang telah terprogram dan menjadi pedoman maupun acuan tutor dalam melaksanakan proses pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh E. Mulyasa bahwa pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.10

3. Sumber Pembelajaran

Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran program paket C secara umum telah disediakan oleh Dinas Pendidikan. Sumber pembelajarannya menggunakan buku paket/modul yang memuat materi seperti pada sekolah (SMA), tetapi ada buku khusus untuk paket C.

Sumber pembelajaran PAI program paket C di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan Pekalongan belum menggunakan buku paket/modul khusus karena dari Dinas Pendidikan belum menyediakan sumber belajar untuk PAI sehingga dalam

8Observasi Pembelajaran PAI, 20 Maret 2016 .

9 Observasi Pembelajaran PAI, 7 Maret 2016.

10E. Mulyasa, Implementasi Kurikkulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Cet.Ke-4 (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2006), hlm. 117.

(7)

pembelajarannya, tutor menggunakan buku paket SMA sedangkan untuk warga belajar, tutor mewajibkan mempunyai buku faṣalatan, al- Qur’an/juz amma, tajwid serta buku/kitab fiqih sebagai pegangan mereka dalam melakukan aktivitas belajar. Sumber-sumber tersebut digunakan secara bergantian ketika proses pembelajaran berlangsung seperti diungkapkan oleh Bapak Abdul Choliq:

Ya kalau malam ini faṣalatan malam besoknya apa fiqih, kadang kita cok dengan sistem keterpaduan. Mengapa kok saya wajibkan memakai buku faṣalatan karena banyak yang kadang ṣalatnya belum bisa. Mengajar ya difokuskan pada praktek ibadah, jangan sampai anak-anak itu ṣalatnya ini gagal11

Selain itu, sumber lain dalam kegiatan pembelajaran yang sangat urgen adalah action seorang tutor. Tutor selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada warga belajar agar mereka selalu menjaga ṣalat lima waktu serta dapat hidup bermasyarakat dengan baik seperti diungkapkan oleh Nanang Saiful, warga belajar kelas X: “Sering diingatkan ṣalatnya jangan sampai ketinggalan. Terus berbuat baik kepada sesama.”12

Dalam proses pembelajaran, tutor atau guru memegang peran yang sangat penting. Peran guru bukan hanya sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Efektivitas pembelajaran terletak

11 Abdul Choliq, Pengasuh Pondok /Ketua/Tutor PAI, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Januari 2016.

12 Nanang Saiful, Warga Belajar Kelas X, Wawancara Pribadi. Pekalongan, 23 Februari 2016.

(8)

pada guru. Oleh karenannya keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas dan kemampuan guru. Selain itu, pandangan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan juga dapat pula mempengaruhi proses pembelajaran.13

4. Metode Pembelajaran

Pembelajaran PAI program Paket C menggunakan sistem pembelajaran yang sedikit berbeda dengan di sekolah yaitu sistem belajar tatap muka dan sistem belajar mandiri.

a. Sistem belajar tatap muka

Sistem belajar tatap muka merupakan kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam kelas, di mana terjadi interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik. Dalam sistem belajar tatap muka, tutor cenderung menggunakan metode konvensional seperti metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. Dalam satu kali tatap muka, tutor menggunakan metode-metode tersebut yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.14

Setiap metode yang digunakan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Metode ceramah menjadi metode andalan yang digunakan oleh tutor. Akan tetapi penggunaan metode ceramah malahan memberi semangat belajar warga belajar dalam mengikuti pembelajaran seperti diungkapkan oleh Nanang Saiful, warga belajar kelas X: “Malah asik ceramah. Kalau ceramah lebih

13Wina Sanjaya, Op. Cit., hlm. 198-199.

14 Observasi Pembelajaran PAI, 7 Maret 2016.

(9)

gampang, lebih cepat masuk pelajarannya.”15 Selain itu, ungkapan senada juga disampaikan oleh Cholifah, warga belajar kelas XII:

“Nyatet-nyatet, nerangke. Nerangkene mudah dipahami.”16

Penggunaan metode ceramah mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya:

1) Guru mudah menguasai kelas

2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas 3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar 4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya 5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.17

Penggunaan metode-metode konvensional tersebut berbanding terbalik dengan di sekolah. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, seorang pendidik dituntut mampu menggunakan variasi metode guna membuat pembelajaran lebih aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga peserta didik merasa senang dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan metode yang bervariasi sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, dalam memilih suatu metode yang akan digunakan, seorang pendidik perlu memilih alasan yang kuat dalam memperhatikan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode

15Aryanti, Warga Belajar Kelas XI, Wawancara Pribadi,Pekalongan, 4 Februari 2016.

16Cholifah, Warga Belajar Kelas XII, Wawancara Pribadi,Pekalongan, 23 Februari 2016.

17Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press, 2013), hlm. 121.

(10)

tersebut seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang dibinanya.18

Variasi metode yang digunakan tutor dalam pembelajaran program paket C menjadi suatu tantangan tersendiri. Hal ini bukan disebabkan karena kompetensi yang dimiliki oleh seorang tutor melainkan karenasasaran peserta didik program paket C yang heterogen serta keterbatasan bahan ajar yang digunakan.

b. Sistem Belajar Mandiri

Belajar mandiri berarti belajar sendiri tanpa bantuan tutor.

Maksudnya warga belajar mempelajari materi sendiri di rumah.

Belajar mandiri menjadi ciri khas dari program paket C karena sistem belajar tatap muka di paket C terbatas hanya satu kali dalam seminggu sehingga warga belajar diharapkan dapat memperdalam materi melalui belajar mandiri.

Belajar mandiri merupakan kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Seseorang yang sedang menjalankan belajar mandiri lebih ditandai dan ditentukan oleh motif yang mendorongnya belajar. Bukan oleh kemampuan fisik kegiatan belajarnya.19

18Ibid., hlm. 113.

19Haris Mudjiman, Op. Cit., hlm. 7-8.

(11)

Idealnya dalam menyelenggarakan pembelajaran, seorang tutor dituntut memberikan arahan serta motivasi kepada warga belajar dalam melakukan aktivitas belajar mandiri dengan menggunakan bahan ajar yang telah disediakan. Akan tetapi, penggunaan metode belajar mandiri dalam pembelajaran PAI program paket C di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan Pekalongan belum berjalan sesuai dengan konsepnya karena dalam prakteknya, warga belajar hanya mendapatkan tugas- tugas dari tutor.

Tugas-tugas yang diberikan tutor berupa hafalan dan praktek- praktek seperti yang diungkapkan oleh Aryanti, warga belajar kelas XI, “Disuruh apa yang sudah dipelajari misal tentang ṣalat rawatib terus di rumah harus dipraktekin minimal seadanya waktu.”20 Sedangkan Cholifah, warga belajar kelas XII juga mengungkapkan,

“Hafalan ayat-ayat Alqur’an, do’a-do’a nanti di tanyain satu-satu.”21 sehingga mereka tidak bisa mengetahui dan mengukur kompetensi yang telah mereka kuasai serta kompetensi yang harus mereka capai dalam periode selanjutnya.

5. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran PAI program paket C Darul Ishlah mencakup evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

` 20Aryanti, Warga Belajar Kelas XI, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 Februari 2016.

21 Cholifah, Warga Belajar Kelas XII, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 23 Februari 2016.

(12)

a. Evaluasi formatif

Evaluasi formatif mencakup tugas-tugas yang diberikan oleh tutor. Tugas-tugas tersebut merupakan hasil timbal balik dari kegiatan pembelajaran. Tugas-tugas yang diberikan oleh tutor baik kelas 1, 2 maupun kelas 3 sama, tidak ada perbedaan seperti penuturan Aryanti, warga belajar kelas XI: “Buat agama sama tapi yang lainnya beda”22 pernyataan serupa juga diungkapkan Cholifah, warga belajar kelas XII: “Sama, sama semua. Kan pelajarannya sama”23

b. Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif dilaksanakan pada akhir pembelajaran yaitu ketika UTS dan UAS. Walaupun dalam pembelajaran PAI, banyak materi tentang praktek ibadah. Akan tetapi, tutor PAI berusaha menyesuaikan dengan silabus seperti diungkapkan oleh Bapak Abdul Choliq: “Pembelajarannya disesuaikan dengan yang akan diujikan, nyinggung sana nyinggung sini. Yang penting materi tersampaikan”.24

Akan tetapi ketika UTS atau UAS berlangsung, terdapat soal yang tidak bisa dijawab oleh warga belajar karena soal-soal yang diujikan berbeda antara kelas 1, 2 dan 3. Soal yang diujikan dibuat oleh Dinas pendidikan, bukan dari internal kelembagaan dan

22 Aryanti, Warga Belajar Kelas XI, Wawancara Pribadi,Pekalongan, 4 Februari 2016.

23 Cholifah, Wargabelajar Kelas XII, Wawancara Pribadi,Pekalongan, 28 Februari 2016.

24Abdul Choliq, Pengasuh Pondok /Ketua/Tutor PAI, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 22 Februari 2016.

(13)

terkadang soal yang diujikan belum diajarkan seperti penuturan Cholifah, warga belajar kelas XII: “Ada tentang sunan-sunan sering keluar tapi belum pernah diajarkan.”25 Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Nanang Saiful, warga belajar kelas X: “Kadang yang diajarkan sama yang belum banyak yang belum.”26

Pelaksanaan evaluasi pembelajaran program paket C tidak menjadi prioritas utama karena program paket C berfungsi untuk memotivasi warga belajar agar mau melakukan aktivitas belajar mandiri. Pelaksanaan evaluasi ini sedikit berbeda dengan di sekolah.

Dalam dunia pendidikan di sekolah, pembelajaran didesain sedemikian rupa mulai dari pengadaan bahan ajar, pelaksanaan pembelajaran sampai pada tahap evaluasi. Komponen-komponen tersebut saling terikat antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, maraknya bimbingan belajar yang ada saat ini menjadi bukti bahwa sebuah penilaian/evaluasi menjadi prioritas utama dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Kemampuan siswa dalam menguasai suatu kompetensi merupakan tolok ukur dari keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah terprogram.

25Cholifah, Warga Belajar Kelas XII, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 28 Februari 2016.

26Nanang Saiful, Warga Belajar Kelas X, Wawancara Pribadi, Pekalongan,11 Maret 2016.

(14)

B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pembelajaran PAI Program Paket C di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan Pekalongan

1. Faktor pendukung pembelajaran PAI program paket C di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan Pekalongan

Keberhasilan pembelajaran PAI program paket C di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan Pekalongan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Tempat dan lingkungan yang mendukung

Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran program paket C masih numpang dengan sekolah/instansi terkait. Berbeda dengan Program paket C Darul Ishlah. Tempat pembelajaran program paket C telah ada sendiri yaitu di desa Wonosari, Panjang Wetan. Sarana dan prasarana yang ada sudah ideal mulai dari ruang kantor, ruang kelas hingga area parkir. Lingkungan tempat pembelajaran sangat mendukung karena suasananya yang hening, jauh dari jalan raya.

Selain itu paket C yang terintegrasi dengan pesantren memberikan pengaruh pada warga belajar dalam mengikuti pembelajaran agama.27

Ada 3 lingkungan yang dapat memberi pengaruh terhadap anak didik, yaitu:

27Abdul Choliq, Pengasuh Pondok /Ketua/Tutor PAI, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Januari 2016.

(15)

1) Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama

2) Lingkungan yang berpeganng teguh pada tradisi agama tetapi tanpa keinsafan batin, dan

3) Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar akan hidup dalam lingkungan agama.28 Lingkungan yang dimaksud adalah pesantren yang masih eksis menjaga tradisi agama.

b. Waktu

Hal lain yang membedakan program paket C dengan sekolah formal adalah waktu pembelajaran yang digunakan. Waktu pembelajaran program paket C dapat dilaksanakan kapan saja sesuai kesepakatan antara tutor dan warga belajar. Adapun waktu pembelajaran PAI program paket C di pondok pesanten Darul Ishlah dilaksanakan pada malam hari. Waktu malam hari merupakan waktu yang bisa diikuti oleh warga belajar seperti penuturan Bapak Abdul Choliq:

Waktunya berarti malam hari, waktu solusi yang terbaik artinya mencari waktu yanng tepat kan sulit kalau sore hari ada yang kerja. kalau jam 8 sampai 4 sore mereka bekerja kadang pulangnya magrib. Nah itu yang menyebabkab kami bisanya waktu malam. karena mencari waktu yang tepat cukup sulit disebabkan aktivitas warga belajar yang bekerja pada pagi hari29

28Zuhairini, dkk Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:Bumi Aksara, 1995), hlm. 175.

29 Abdul Choliq, Pengasuh Pondok /Ketua/Tutor PAI, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Januari 2016.

(16)

c. Peran aktif ketua penyelenggara dalam pembelajaran

Ketua penyelenggara program paket C memiliki peran yang sangat penting dalam berlangsungnya segala aktivitas pendidikan yang ada di program paket C, mulai dari perencanaan, pelaksanaan pembelajaran sampai pada tahap evaluasi.

Dalam kegiatan pembelajaran, ketua penyelenggara bertindak sebagai penjaga gawang, ia harus selalu siap serta mengontrol kegiatan pembelajaran di paket C sehingga apabila terdapat kelas yang kosong atau tutornya berhalangan tidak hadir maka ia bertindak sebagai tutor pengganti.30

Keadaan seperti ini memiliki sisi kelebihan dan kekurangan.

Kelebihannya adalah penyelenggara dapat mengetahui sejauh mana penguasaan materi yang diterima oleh warga belajar serta warga belajar tetap dapat melaksanakan aktivitas belajar. Adapun sisi kekurangannya terletak pada keterbatasan penyelenggara pada penguasaan bidang studi yang diajarnya.

Sejak tahun 2011, pembelajaran PAI program paket C diampu oleh ketua penyelenggara sendiri yaitu Drs, Abdul Choliq, S. Pd.

Akan tetapi, kapabilitasnya sudah tidak diragukan lagi baik dalam bidang akademik maupun nonakademik. Selain beliau lulusan pesantren, beliau juga telah memiliki banyak pengalaman dalam

30Ibid.

(17)

mengajar. Penyelenggara belum dapat mencarikan tutor penggantikarena keterbatasan dana.

Penyelenggaraan pendidikan pada program paket C tidak terlepas dari manajemen. Manajemen program paket C dalam pengembangannya bisa mengacu pada manajemen pendidikan luar sekolah. Hal tersebut dapat dimengerti karena program paket C merupakan bagian dari implementasi pendidikan luar sekolah (penjelasan pasal 26 ayat (3) UU Sisdiknas No. 20/2003). Yang dimaksud dengan manajemen program pendidikan luar sekolah adalah upaya menerapkan fungsi-fungsi pengelolaan baik untuk setiap kegiatan yang berkaitan dengan kelembagaan pendidikan luar sekolah maupun untuk satuan pendidikan luar sekolah. Kegiatan yang berkaitan dengan kelembagaan pendidikan luar sekolah mencakup upaya birokrasi untuk melaksanakan, membina dan mengembangkan institusi pendidikan luar sekolah.

Djuju sujana seperti yang dikutip oleh Mustafa Kamil mengemukakan bahwak komponen dasar dari sebuah manajemen pendidikan luar sekolah meliputi fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan.31 Akan tetapi, penyelenggaraan pendidikan program paket C Darul Ishlah diatur secara otonomi tanpa melibatkan

31Mustofa Kamil, Pendidikan Nonformal Pengembangan Melalui Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di Indonesia: Sebuah Pembelajaran dari Kominkan Jepang (Bandung: Alfa Beta, 2011), hlm.118-119.

(18)

stakeholders, mulai dari segi pendanaan sampai pada teknis

operasionalnya sehingga pelaksanaan pendidikan pada program paket C kurang berjalan secara optimal. Apalagi pesantren sebagai penyelenggara pendidikan nonformal telah mendapat pengakuan publik sebagai lembaga yang sudah mapan.32

Berbeda dengan di sekolah. Walaupun sekolah juga mengatur pendidikan yang ada secara otonomi, akantetapi di lembaga sekolah telah menerapkan apa yang disebut MBS (Managemen Berbasis Sekolah), di mana sekolah dapat mengatur pendidikan yang dikelolanya dengan menjalin kerja sama yang baik dengan masyarakat. Selain itu, dalam penyelenggaraan pendidikannya sangat didukung oleh pemerintah.

2. Faktor penghambat pembelajaran PAI program paket C di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan Pekalongan

Ada beberapa faktor yang menghambat pembelajaran PAI program paket C di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan Pekalongan, di antaranya:

a. Karakteristik warga belajar yang heterogen

Input warga belajar program paket C Darul Ishlah adalah masyarakat yang berasal luar pondok dan santri yang mukim di pondok. Mereka memiliki karakteristik yang heterogen sehingga

32Abdul Choliq, Pengasuh Pondok /Ketua/Tutor PAI, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Januari 2016.

(19)

membuat suasana pembelajaran di kelas harus disatukan seperti diungkapkan oleh Bapak Abdul Choliq:

Karena mereka (warga belajar) sudah mempunyai latar belakang yang berbeda, dari status berbeda, dari pekerjaan berbeda, dari kondisi mereka yang berbeda membuat suasana harus kita satukan membuat kita harus menyatukan dari semua perbedaan-perbedaan itu33

b. Kondisi alam/cuaca

Faktor lain yang turut mempengaruhi proses pembelajaran adalah kondisi alam/cuaca. Apabila cuaca hujan, maka proses pembelajaran tidak bisa berjalan maksimal karena banyak warga belajar yang tidak berangkat.

c. Tidak adanya peraturan yang mengikat

Penyelenggaraan Program paket C memiliki keterbatasan dibanding sekolah yaitu tidak adanya aturan yang dapat memaksa warga belajar untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Partisipasi warga belajar dalam mengikuti pembelajaran tidak menjadi suatu keharusan.34 Prinsip yang dipegang adalah prinsip kekeluargaan serta kesadaran diri masing-masing warga belajar.

Pembelajaran PAI program paket C dalam pelaksanaannya boleh berbeda dengan di sekolah (SMA). Sekolah berfungsi sebagai acuan dalam menyelenggarakan pembelajaran untuk menyetarakan lulusan program paket C

33 Abdul Choliq, Pengasuh Pondok /Ketua/Tutor PAI, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Januari 2016.

34Abdul Choliq, Pengasuh Pondok /Ketua/Tutor PAI, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Januari 2016.

(20)

dengan sekolah formal, akan tetapi dalam pelaksanannya program paket C mempunyai keleluasaan dalam menata pembelajaran yang telah diprogramkan.

Referensi

Dokumen terkait

Variabel independen (bebas) yang digunakan hanya dua variabel yaitu stress kerja dan motivasi kerja sehingga masih belum maksimal dalam mencari faktor – faktor yang

Hal ini diduga edible coating pati umbi yang digunakan kurang mampu mempertahankan rasa manis pada buah jambu cincalo selama penyimpanan, di mana disebabkan oleh aktivitas

Harta kekayaan yang dimiliki umum meliputi barang-barang yang menjadi kebutuhan umum, tambang dalam jumlah besar, dan barang-barang yang tidak dapat dimiliki individu.

Dokumen yang tercatat dalam daftar pemasukan Dokumen terdapat 2 perusahaan. Panitia Pengadaan Barang dan

Alasan di atas menjadi peluang yang sangat bagus bagi praktisi IT , mahasiswa, bahkan seorang yang hobi untuk berpartisipasi dalam mengembangkan aplikasi Android

Dari penelitian ini diperoleh prosentase 3 persen sebagai nilai optimum berdasar kemudahan dalam mengerjakan adukan beton (workability) yang dipakai untuk

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Proses yang terjadi adalah merubah energi kimia bahan bakar menjadi energi panas untuk memanaskan (diberikan) pada air hingga mendidih.. Apabila kemudian air panas