STRATEGI PENGKADERAN DA’I PONDOK PESANTREN
DAARUL HIKMAH DESA PEKAYON SUKADIRI TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh :
SISWORO DWI HENDARSYAH NIM: 107053002686
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi
Oleh :
Sisworo Dwi Hendarsyah Nim : 107053002686
Di bawah bimbingan
Drs. Masran, M.Ag NIP : 150275384
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul: “STRATEGI PENGKADERAN DA’I PONDOK PESANTREN
DAARUL HIKMAH DESA PEKAYON SUKADIRI TANGERANG” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari kamis tanggal 14 Juni 2011 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Manajemen Dakwah.
Jakarta, 14 Juni 2011
Sidang Munaqasah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Study Rizal LK, MA Drs. Sugiharto, MA
NIP. 19640428 199303 1 002 NIP. 19660806 199603 1 001
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Dr. Sihabudin Noor, MA H. Mulkanasir, BA., S.Pd. MM
NIP. 19690221 199703 1 001 NIP. 19550101 198302 1 001
Pembimbing,
Drs. Masran, M. Ag
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan saya ini telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 juni 2011
i
ABSTRAK
Sisworo Dwi Hendarsyah, Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah Desa Pekayon Sukadiri Tangerang
Pondok Pesantren Daarul Hikmah berupaya dalam meregenerasi para santri untuk menjadi
seorang Da’i, dalam upaya ini Pondok Pesantren Daarul Hikmah mengadakan pengkaderan Da’i
yang merupakan suatu keharusan bagi para santri-santrinya. Mengacu kepada surat Ali Imran ayat : 104 bahwa agama menganjurkan untuk menjadikan diantara umat tersebut segolongan umat
yang menyeru kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Oleh sebab itu Pondok Pesantren Daarul Hikmah berusaha mewujudkan perintah agama tersebut
karena berdakwah dan mengajak kepada kebaikan hukumnya adalah fardhu ‘ain. Keterpaduan dakwah didalam Pondok Pesantren sebagai salah satu strategi berupa pengembangan akhlakul karimah dan kecintaan serta kepedulian terhadap moral – moral pemuda saat ini, ditunjukkan oleh sebuah lembaga Pondok Pesantren Daarul Hikmah yang telah mencetak kader – kader Islam dan ingin berdakwah untuk menjaga generasi muda sampai sekarang Kemampuan sebuah Pondok Pesantren dalam menghadapi tantangan global terus ditingkatkan, jaringan komunikasi dibangun dan dikembangkan melalui sistem dan kebiasaan kehidupan sehari – hari yang semakin hari semakin besar peranannya dalam menciptakan regenerasi yang solid dalam beragama dan semakin besar pula pengaruhnya dalam dunia dakwah dan masyarakat itu sendiri.
Perumusan masalah yang peneliti ambil adalah bagaimana langkah-langkah strategi Pondok
Pesantren Daarul Hikmah dalam pengkaderan Da’i dan bagaimana implementasi strategi Daarul Hikmah dalam pengkaderan Da’i. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
langkah-langkah strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah Dalam pengkaderan Da’i dan mengetahui Bagaimana Implementasi strategi Daarul Hikmah dalam pengkaderan Da’i.
Dalam hal ini penulis menggunakan metode pendekatan Kualitatif terhadap penulisan ini, dan guna mendapatkan data-data yang penulis butuhkan, maka penulis menggunakan langkah-langkah dalam mengumpulkan data seperti mencari data yang bersangkut paut dengan pembahasan penulis di Perpustakaan yang telah disediakan oleh UIN Jakarta, lalu penulis pun menggunakan metode observasi langsung ke Pondok Pesantren Daarul Hikmah guna melengkapi data yang penulis butuhkan, dan yang bersangkut paut dengan judul penulis, disamping itu juga penulis menggunakan metode wawancara dengan beberapa pengasuh Pondok Pesantren Daarul Hikmah serta penulis mencantumkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT, hal ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dalam hal ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis, dimana penulis memaparkan semua data yang diperoleh dari pengamatan, kemudian menganalisisnya dengan berpedoman kepada hasil wawancara dan sumber-sumber yang tertulis.
Dari hasil penelitian penulis, maka penulis dapat menyimpulkan langkah strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam pengkaderan Da’i, Langkah strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah, yakni menciptakan dan membina para calon Da’i yang handal dan di samping itu, setiap langkah-langkah yang di lakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah memiliki Implementasi yang berbeda-beda, seperti Penerapan srtategi dalam pengkaderan Da’i, yakni melalui program Muhadoroh guna menguatkan Ilmu dan mental para santri. Adapun langkah-langkah strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam menetapkan strategi, pertama menentukan program Pondok Pesantren Daarul Hikmah, kedua membuat jadwal kegiatan program tersebut dan yang ketiga menentukan pembimbing dalam mengawasi program-program. Dan Implementasi Pondok Pesantren Daarul hikmah dalam
pengkaderan Da’i dalam mencapai tujuannya mengandung Empat proses penting, Pertaman Need
ii
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan pencipta alam raya ini yang
telah memberikan berjuta-juta Nikmat diantaranya nikmat sehat wal’afiat.
Shalawat dan Salam penulis sampaikan kepada Nabi akhir jaman, pemimpin umat
dia adalah Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari jaman
jahiliah hingga jaman reformasi seperti sekarang ini.
Bab demi bab skripsi ini telah penulis selesaikan dan dalam penulisan
skripsi ini tak sedikit kesulitan atau pun cobaan yang penulis hadapi, namun
dengan dorongan dan semangat dari orang-orang yang selalu ada untuk
menyemangati penulis, hingga karya ilmiah (skripsi) ini dapat penulis selesaikan.
Dengan itu seyogyanya penulisa ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi.
2. Drs. Cecep Castrawijaya MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah
dan H. Mulkanasir BA, SPd, MM. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah, yang telah mempermudah penulis dalam menyusun karya ilmiah
ini, dan penulis akan selalu kenang jasa-jasa beliau yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis.
3. Keluarga besar, Ayahanda dan bunda, kakak-kakakku, yang selalu
memberi dukungan, do’a-do’a yang tak pernah henti-hentinya, motifasi
dan kasih sayang yang tulus hingga akhir hayat, semoga Allah selalu
memberikan nikmat sehat kepada kedua orang tua penulis (amien) dan
semua keponakan yang selalu mencerahkan pikiran dimana saat
iii
4. Drs. Masran, M.Ag selaku pembimbing, yang telah berkenan meluangkan
waktu, pikiran, dan tenaganya serta sabar memberikan bimbingan,
petunjuk, arahan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, hingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
lancar.
5. Ust. A. Zaky Yudhistira, SE selaku pengasuh Pondok Pesantren Daarul
Hikmah, yang telah meluangkan waktunya untuk penulis, guna
terlaksananya penelitian ini yang penulis laksanakan di Pondok Pesantren
Daarul Hikmah.
6. Seluruh Dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, khususnya
Jurusan Manajemen Dakwah. Yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat dari awal kuliah hingga selesai skripsi ini.
7. Seluruh staff perpustakaan (terima kasih telah memberi kemudahan dalam
segala hal yang berkaitan dengan perpustakan).
Akhirnya penulis menyadari, bahwa skripsi ini belum sepenuhnya dapat
memberikan pengetahuan yang sempurna, untuk itu penulis sangat berlapang
dada untuk menerima masukan dan kritikan yang membangun, semoga skripsi
ini dapat memberikan kontribusi yang positif, dan dapat memperluas wawasan
keilmuan serta menambah pengetahuan kita.
Jakarta, 07 Mei 2011
iv
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Metodologi Penelitian ... 7
E. Tinjauan Pustaka ... 11
F. Sistematika Penulisan……… 13
BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG STRATEGI, PENGKADERAN DAN PELATIHAN DA’I A. Strategi ... 14
1. Pengertian strategi……….... 14 2. Perbedaan Strategi dengan Taktik…….………... 16
3. Dimensi strategi……… 17 4. Tahapan strategi ... 20
B. Pengkaderan dan Pelatihan ... 24
1. Pengertian pengkaderan ... 24
2. Ciri-ciri Organisasi Kader ... 25
3. Hubungan Pengkaderan dan Pelatihan ... 27
4. Pengertian pelatihan ... 27
v
6. Pengertian sistem pelatihan………. 31
7. Unsur-unsur pelatihan………. 32
8. Komponen-komponen pelatihan dakwah ... 34
C. Pengertian da’i ... 38
BAB III : GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DAARUL HIKMAH A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Daarul Hikmah ... 41
B. Visi dan Misi Pondok Pesantren Daarul Hikmah ... 46
C. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah ... 47
D. Program-program Pondok Pesantren Daarul Hikmah... 51
E. Sarana dan Fasilitas………... 54
BAB IV : ANALISIS STRATEGI PENGKADERAN DA’I PONDOK PESANTREN DAARUL HIKMAH A. Langkah-langkah Strategi Pondok Pesantren Daarul Hikmah Dalam Pengkaderan Da’i ... 55
B. Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah 58
C. Analisa Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah ... 61
D. Implementasi Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah ... 64
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 70
B. Saran-saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 73
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah merupakan aktifitas umat Islam yang selalu dilakukan dalam
mengarungi samudera kehidupan. Dakwah dijalan Allah merupakan dakwah
tertinggi, karena merupakan bentuk risalah para nabi dan rasul-Nya yang
menjadi penunjuk dan pelopor perbaikan. Oleh karena itu, kegiatan dakwah
cakupannya sangat luas, sehingga Allah memberi peringatan pada setiap
manusia untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Hal ini telah
dijelaskan dalam surah Ali Imran ayat 104:
Artinya: Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Ali Imran : 104)
Dalam Al-Qur’an dan Sunah, terdapat penjelasan tentang Amar Ma’ruf
Nahi Munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa
bendera dakwah. Mereka yang mampu mengajarkan agama baik melalui
tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga individu dan masyarakat dapat
memahaminya.1
1
2
“Tiada hari tanpa kegiatan dakwah”.2 Rafi’udin mengatakan bahwa:
Sebagai orang Islam, kita hendaknya sepakat dengan semboyan seperti itu.
Namun mengingat diri sendiri adalah yang terpenting, maka kita harus
berbekal diri dengan menambah khazanah ilmu pengetahuan serta mengetahui
berbagai ilmu dan kejadian yang berkembang dewasa ini. Ini berarti bahwa
disamping mempelajari ilmu agama, umat Islam juga dituntut untuk
menambah pengetahuan serta keterampilan untuk membawa dan mengarahkan
umat Islam lainnya. Karena pada dasarnya dakwah tidak hanya terletak pada
majlis dakwah dan pengajian umum semata, tetapi dapat dilakukan kapan saja
dan dimana saja. Misalnya pada suatu perjanjian atau tempat kita bekerja atau
beraktivitas kita melihat kemungkaran, maka kita harus mencegahnya. Itupun
sudah termasuk berdakwah.
Pada kenyataannya kalau diamati, generasi muda dewasa ini sangat
memprihatinkan. Sebagian dari remaja kita sudah kehilangan moral dan lepas
kendali agama. Hal ini dapat disaksikan dalam kehidupan sehari – hari.
Banyak diantara mereka yang lebih suka nongkrong di pinggir jalan tanpa
alasan yang jelas. Main di tempat hiburan, diskotik, dan bergaul bebas tanpa
batas. Mengonsumsi narkotika, ekstasi, nipam, heroin, dan minuman keras
serta beberapa perbuatan kriminal dan tawuran. Sebagai bagian dari bangsa
Indonesia, umat Islam menghadapi kenyataan ini tentunya memiliki rasa
tanggung jawab baik secara fisik, mental, maupun spiritual.
Pendidikan agama merupakan penuntun untuk hidup lebih arif dan
berakhlakul karimah. Seseorang yang tidak memiliki pendidikan agama, akan
2
rentan keimanan dan akidahnya. Bahkan ada yang terjerumus kedalam jurang
kehidupan yang nista penuh dosa. Keterpaduan dakwah didalam Pondok
Pesantren sebagai salah satu strategi berupa pengembangan akhlakul karimah
dan kecintaan serta kepedulian terhadap moral – moral pemuda saat ini,
ditunjukkan oleh sebuah lembaga Pondok Pesantren Daarul Hikmah yang
telah mencetak kader – kader Islam dan ingin berdakwah untuk menjaga
generasi muda sampai sekarang yang berlandaskan untuk perkembangan
dakwah di daerah Pekayon Sukadiri Tangerang dan sekitarnya.
Pondok Pesantren dituntut mampu dalam menghadapi tantangan global
ini harus terus ditingkatkan, jaringan komunikasi perlu dibangun dan
dikembangkan melalui sistem dan kebiasaan kehidupan sehari – hari yang
semakin hari semakin besar peranannya dalam menciptakan regenerasi yang
solid dalam beragama dan semakin besar pula pengaruhnya dalam dunia
dakwah dan masyarakat itu sendiri.
Peran dakwah dalam pembinaan umat adalah bagaimana aktifitas
dakwah dan progamnya diarahkan kepada pembinaan umat agar menjadi
orang – orang yang kuat iman, taqwa, dan keislamannya. Juga bagaimana
dakwah dapat berhasil menghimpun mereka menjadi sebuah kekuatan yang
mengusung tugas dakwah di tengah umat manusia serta mampu memutar roda
dakwah agar manusia mau tunduk kepada syariat Allah SWT. Dalam
4
disyari’atkan agama kita, melalui dua sumber utama hukum bagi kita, yaitu:
Al-Qur’an dan Sunnah.3
Strategi menjadi sebuah keharusan dalam memajukan sebuah
organisasi, tatanan strategi yang tepat dan lengkap akan mengarahkan kepada
suatu pencapaian tujuan yang diinginkan.
Pada hakikatnya strategi merupakan serangkaian perencanaan atau
suatu keputusan menejerial untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan oleh suatu organisasi. Jika dikaitkan dengan proses dakwah,
strategi mempunyai peranan yang sangat penting bagi pergerakan kegiatan
dakwah, jika strategi yang diterapkan dalam berdakwah baik, maka aktivitas
dakwah akan tersusun secara sistematis dan teratur.
Dalam upaya menunjang keberhasilan dakwah, seorang Da’i dituntut
untuk memiliki strategi yang bijak dan memiliki metode sebagai proses dalam
pranata sosial dan kesadaran umat. Dengan format tersebut diharapkan
pembaharuan mental dan jiwa yang sehat dapat terealisasikan dalam sebuah
kegiatan dakwah, peranan da’i sangatlah esensial, tanpa seorang da’i ajaran
islam hanyalah sebuah idiologi yang tidak terwujud dalam kehidupan
masyarakat. Biar bagaimanapun baiknya idioloagi islam yang harus
disebarkan masyarakat, ia akan tetap sebagai ide, ia akan tetap sebagia
cita-cita yang tidak terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya.4
Sudah banyak da’i yang berkiprah dimasyarakat, namun kita sebagai
mad’u hanya tertarik menyimak perkataan, gaya, retorika, busana da’i tersebut
3
Yusuf Qardhawi, Membumikan Syariat Islam: keluwesan Aturan Ilahi Untuk Manusia, (Bandung: Mizan Pustaka, 2003, cet. Ke- 1, hal. 13
4
tanpa mengetahui bagaimana seorang da’i itu dapat mengembangkan
kemampuan yang ia miliki.
Banyak anak muda zaman sekarang ragu dan malu menjadi seorang
da’i, namun di Pondok Pesantren inilah para santri disadarkan begitu
fungsionalnya menjadi seorang da’i dalam kehidupan di masyarakat yang
sudah begitu banyak ke dzaliman dan kemaksiatan yang berkembang.
Tampaknya reformulasi pengkaderan menjadi kunci yang penting
untuk ditindaklanjuti dalam upaya penanganan krisis kader dan problem
kader. Perubahan sistem pengkaderan merupakan suatu keniscayaan. Oleh
karena itu perubahan sistem pengkaderan dalam organisasi untuk terus
mengembangkan, menyesuaikan dan menyempurnakan pengkaderannya agar
lebih cocok dengan dinamika perubahan zaman.
Atas dasar inilah penulis tertarik untuk mengkaji dan mengangkat
strategi apa yang diterapkan Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam aktifitas
dakwahnya, maka penulis mengangkat kajian ini dalam bentuk skripsi yang
berjudul “Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah
Desa Pekayon Kecamatan Sukadiri Tangerang”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Agar pembahasan berfokus pada satu permasalahan penulis
membatasi kajian ini tentang Pelaksanaan Pengkaderan Da’i di Pondok
Pesantren Daarul Hikmah diikuti oleh seluruh santri Pondok Pesantren,
akan tetapi penelitian ini di batasi pada pelaksanaan program Pengkaderan
6
dimaksud pengkaderan Da’i dalam hal ini adalah pembekalan para santri
dengan materi dan teknis penyampaian dakwah.
2. Perumusan Masalah
Dan adapun perumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana Langkah-langkah Strategi yang dilakukan Pondok
Pesantren Daarul Hikmah dalam Pengkaderan Da’i?
b. Bagaimana Implementasi Strategi Daarul Hikmah dalam Pengkaderan
Da’i?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah penulis
bertujuan dari penelitian ini :
a. Untuk Mengetahui Bagaimana Langkah-langkah Strategi yang
dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam Pengkaderan Da’i.
b. Untuk Mengetahui Implementasi Strategi Pondok Pesantren Daarul
Hikmah dalam Pengkaderan Da’i.
2. Manfaat penelitian
Sebagaimana rumusan dan tujuan perumusan masalah di atas,
maka penulis mengharapkan manfaat dari penulisan ini adalah :
a. Dari segi teoritis : Dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat
berguna bagi pembaca di dalam menyampaikan pesan kepada calon
b. Dari segi praktisi : Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang tepat bagi pengembangan strategi
pengkaderan da’i, baik dari segi materi atau pun dari segi praktisi.
c. Dari segi akademis : Dapat dijadikan bahan referensi dan
meningkatkan wawasan akademis khususnya bagi mahasiswa
manajemen dakwah.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif
ini, perlu kiranya di kemukan teori menurut Bogdan dan Taylor
mendefinisikan, metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari
orang-orang perilaku yang dapat diamati.5 Dengan memilih metode kualitatif ini,
penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat.
Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode
deskriptif yang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak
mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau
prediksi.6
5
Lexy J. Mleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2000), cet. Ke 11, hal. 3
6
8
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Pengasuh Pondok Pesantren
Daarul Hikmah atau sekelompok orang yang terkait dengan penyusunan
strategi dan pelaksanaan pengkaderan calon Da’i, mereka terdiri dari
kepala seksi bagian pengasuhan, pengajaran, dan para jajaran pengasuh
Pondok Pesantren Daarul Hikmah yang mengasuh serta membimbing para
santri. Sedangkan yang dijadikan objek penelitian ini adalah Strategi
Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam mengkader santri.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Hikmah Desa
Pekayon Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang yang berlangsung
kurang lebih selama 2 bulan mulai Tanggal 12 Maret 2011 sampai Tanggal
7 Mei 2011.
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian lapangan ini, penulis menggunakan beberapa
teknik untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan di
antaranya sebagai berikut:
a. Observasi
Metode observasi merupakan teknik untuk menambah
kecermatan pengamatan. Pengamatan adalah mengenal dunia luar
dengan menggunakan inderamata.7 Dengan pengamatan langsung oleh
penulis terhadap kegiatan Pengkaderan Da’i untuk mendapatkan data
7
mengenai Strategi Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam
Pengkaderan Da’i., selama kurang lebih 2 bulan dengan observasi
langsung ke Pondok Pesantren Daarul Hikmah. Sehingga penulis dapat
mendapatkan jawaban atau bukti atas pelaksanaan pengkaderisasian
da’i. sedangkan alat yang digunakan berupa catatan-catatan.
b. Wawancara
Dalam hal ini wawancara diarahkan pada seputar Strategi
Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam Pengkaderan Da’i, untuk
mendapatkan informasi dengan bertanya langsung tentang
permasalahan penelitian yang akan dilaksanakan peneliti kepada
pimpinan pesantren secara mendalam, atau kepada subjek penelitian
dengan menggunakan teknik wawancara terpimpin yaitu penulis
mengajukan beberapa pertanyaan yang telah penulis persiapkan,
berupa pedoman wawancara. Kemudian di jawab oleh yang
diwawancarai dengan bebas dan terbuka. Termasuk didalamnya
kepada seorang pengurus Pondok Pesantren yang berkedudukan
sebagai Pengasuh Pesantren.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.8 Dokumentasi biasanya terbagi atas dokumen
pribadi yang terdiri dari buku harian, surat pribadi, otobiografi, dan
dokumen resmi. Dokumen resmi terdiri atas dokumen internal dan
8
10
eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi
aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam
kalangan sendiri. Sedangkan, dokumen eksternal berisi bahan-bahan
informasi yang dihasilkan oleh kondisi lembaga sosial misalnya,
majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media
massa.9
Penulis mengumpulkan data atau informasi yang diperoleh dari
dokumentasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah berupa foto, catatan
profil, dan sebagainya yang kiranya mendukung sebagai bahan
pembahasan skripsi ini.
Selanjutnya dalam menggunakan data-data tersebut, penulis
berusaha untuk memaparkan kerangka awal mengenai objek studi yang
ditulis dengan memahami seksama, kemudian memberikan interpretasi
sesuai kecenderungan dan frame of thinking.
d. Teknik analisis data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode
deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data; di mana penulis
terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari
pengamatan., kemudian menganalisisnya dengan berpedoman kepada
hasil wawancara dan sumber-sumber yang tertulis.
e. Teknik Penulisan
9
Dalam penulisan ini, penulis berpedoman pada buku. Pedoman
penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi), yang disusun oleh
tim penulis UIN JAKARTA dan di terbitkan oleh CEQDA UIN
Jakarta pada tahun 2007.
E. Tinjuan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian
lebih lanjut, kemudian menyusunnya menjadi karya ilmiah, maka langkah
awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu terhadap skripsi
terdahulu yang mengangkat judul tentang “Startegi Dakwah Pondok Pesantren
Daarul Hikmah di Desa Pekayon Kecamatan Sukadiri Tangerang dalam
Pengkaderan Da’i”, maksud pengkaji ini adalah agar dapat diketahui bahwa
apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi
terdahulu.
Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan, penulis
akhirnya menemukan skripsi yang mengangkat tentang Strategi Dakwah
Majelis Taklim judul tersebut adalah karya dari Ida Damroh jurusan
Manajemen Dakwah Faakultas Dakwah dan Komunikasi dengan judul skripsi
“Strategi Dakwah Majelis Taklim Baiturrahman Pondok Jaya Tanggerang”
dengan bahasan bagaimana strategi yang dilakukan Majelis Taklim
Baiturrahman, Relevansi strategi dakwah Majelis Taklim Baiturrahman pada
zaman sekarang, faktor pendukung dan penghambat. Tetapi dalam penelitian
12
Ida Damroh yaitu dapat dilihat startegi dakwah yang dilakukan lembaga
tersebut dan dalam pengimplementasian startegi dakwah, dengan tidak
menerapkan konsep yang terdapat di dalam strategi dakwah Ida Damroh,
karena dalam skripsi penulis menerapkan konsep lebih berfokus pada strategi
dakwah Pondok Pesantren Daarul Hikmah.
Lain hal nya dengan skripsi yang kedua, “Peran Penyuluhan Agama
Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja”. Study Kasus Remaja Masjid Al
Mu’alla Rw 008 di Desa Ciheulang Tonggoh Cibadak Sukabumi, yang
disusun oleh Andu Junaedi, Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
lulusan tahun 1427 H/2006 M. Skripsi ini Andi Junaedi mengemukakan
bagaimana cara mengatasi kenakalan remaja. Dalam skripsi Andi Junaidi
walaupun ada kesamaan dalam judul penulisan tetapi yang membedakan
dengan skripsi penulis adalah metode nya dan pengimplementasiannya.
Demikian tinjauan pustaka ini penulis lakukan dimana perbedaan
bahasan atau materi antara apa yang akan penulis teliti dengan skripsi-skripsi
terdahulu, terlihat pada objek dan subjek penelitiannya. Bahwa penelitian
terdahulu hanya menjelaskan konsep strategi dakwah sedangkan penelitian ini
penulis memberikan cara pengimplementasian tentang strategi dakwahnya.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bahasan peneliti dalam bab ini adalah latar belakang masalah,
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORITIS
Landasan teori ini membahas tentang Strategi Pengkaderan Da’i
terdiri dari : Pengertian Strategi, Dimensi Strategi, Tahap-tahap
Strategi, Pengertian Pengkaderan/Pelatihan, Pengertian Da’i.
BAB III : GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DAARUL
HIKMAH
Membahas tentang Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Daarul
Hikmah, Visi dan Misi Pondok Pesantren Daarul Hikmah,
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah.
BAB IV: ANALISIS PENELITIAN
Analisa Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul
Hikmah, analisa Implementasi Strategi Pondok Pesantren Daarul
Hikmah dalam Pengkaderan Da’i.
BAB V : PENUTUP
Penutup merupakan bab terakhir dari skripsi ini, yang membuat
[image:22.595.129.524.75.439.2]14 BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Strategi
“Kata strategis berasal dari bahasa Yunani, yaitu Strategos, yang
berasal dari kata Stratos, yang berarti militer dan Ag yang berarti
memimpin. Dan pada konteks awalnya, strategi diartikan sebagai
generalship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jenderal dalam membuat
rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah
seni atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk melaksankan
kegiatan tertentu. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian
strategi, penulis mengedepankan pengertian strategi yang dikemukakan
beberapa pakar diantaranya:
a. Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara terbaik untuk
mempergunakan dana, daya tenaga yang tersedia sesuai dengan
tuntutan perubahan lingkungan.1
b. Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan
utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau
organisasi serta pemilikan cara-cara bertindak dan mengalokasikan
sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan
tersebut.
1
c. Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi
perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan
eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk
mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat,
sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.2
d. Menurut William F. Glueck, yang dikutip dalam buku Amirullah, et.
Al, Strategi merupakan sesuatu yang dipersatukan, bersifat
kompeherensif terintegrasi yang menghubungkan atau lembaga
terhadap tantangan lingkungan dan dirancang untuk meyakinkan
bahwa sejarah dasar perusahaan atau organisasi akan dicapai dengan
pelaksanaan yang tepat oleh organisasi yang menerapkannya.3
Strategi adalah cara terbaik untuk mencapai beberapa sasaran.
Untuk menentukan mana yang terbaik tersebut akan tergantung dari kriteria
yang digunakan. Sedangkan taktik adalah pilihan-pilihan yang dimiliki
dalam mengimpelmentasikan sebuah strategi. Pilihan-pilihan ini akan
bekerja atau tidak bekerja tergantung dari kriteria yang digunakan dan
pilihan-pilihan tersebut adalah yang berlangsung lama, tidak mudah diubah
dan terstruktur.
Sasaran lebih nyata yaitu pencapaian hal-hal penting untuk
mencapai tujuan. Mencapai sasaran akan lebih mendekatkan pada tujuan.
Sasaran pada umumnya lebih spesifik dan harus dapat diukur dan biasanya
2
George Steinner dan John Minner, Manajemen Stratejik, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal. 20
3
16
mencakup kerangka target dan waktu. Hubungan antara tingkat akhir
(tujuan dan sasaran) dengan alat pencapaiannya (strategi dan taktik)
tidaklah mudah. Keberadaan strategi tidak untuk mendikte tujuan,
sebaliknya tujuan dan sasaran harus dipengaruhi oleh peluang yang
tersedia. Strategi memperhatikan hubungan antara pelaku (orang yang
melakukan tindakan) dengan dunia luar.
1. Perbedaan Strategi dengan Taktik
Strategi menyebutkan satu persatu hubungan penyebab dan hasil
antara apa yang dilakukan pelaku dan bagaimana dunia luar
menanggapinya. Strategi disebut efektif jika hasil yang dicapai seperti yang
diinginkan. Karena kebanyakan situasi yang memerlukan analisa stratejik
tidak statis melainkan interaktif dan dinamis, maka hubungan antara
penyebab dan hasilnya tidak tetap atau pasti. Sebaliknya taktik adalah
tindakan nyata yang diambil oleh pelaku dan sepenuhnyua berada di bawah
pengawasan pelaku.
Keputusan strategi tidak berarti apa-apa tanpa implementasi.
Strategi tergantung pada kemungkinan dan taktik yang potensial.
Keputusan strategi harus dapat mencapai tujuannya.
Perbedaan strategi dengan taktik adalah disaat memutuskan apa
yang seharusnya kita kerjakan dalam memutuskan sesuatu, maka
diperlukan strategi. Sedangkan disaat memutuskan bagaimana untuk
Drueker, strategi adalah memutuskan sesuatu yang benar sedangkan taktik
adalah mengerjakan sesuatu dengan benar.4
Dalam konteks manajemen, menurut Wright, Kroll, dan Parnel
(1996). Istilah strategis menunjukan bahwa menajemen strategis memiliki
cakupan proses manajemen lebih luas hingga pada tingkatan yang lebih
tepat dalam penentuan misi dan tujuan organisasi dalam konteks
keberadaannya di lingkungan eksternal dan eksternalnya.5
2. Dimensi Strategi
Berdasarkan pengertiannya diatas dapat dijelaskan bahwa strategi
memiliki beberapa dimensi yang perlu diperhitungkan dan diketahui untuk
mengurangi uraian dengan dan pemasukan dalam merumuskan dan
mengimplementasikan strategi tersebut, antara lain :
a. Dimensi Keterlibatan Manajemen Puncak
Keterlibatan manajemen puncak merupakan keharusan, karena
hanya pada tingkat manajemen puncak akan tampak segala bentuk
implikasi berbagai tantangan dan tuntutan lingkungan internal dan
eksternal, pada tingkat manajemen puncaklah terdapat cara pandang
yang holistik dan menyeluruh.6 Selain itu, hanya manajemen
puncaklah yang memiliki wewenang untuk mengalokasikan dana,
prasarana, dan sumber lainnya dalam mengimplementasikan kebijakan
yang telah diputuskan. Dengan kata lain, peranan manajemen puncak
4
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Stratejik Pengantar Proses Berfikir Stratejik, (Jakarta : Binarupa Aksara, 1996), hal. 16
5
M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayan, 2003), hal. 5
6
18
sangat penting dalam merencanakan dan menentukan strategi yang
berisikan visi, misi, dan tujuan organisasi.
b. Dimensi Waktu dan Orientasi Masa Depan
Dalam mempertahankan strategi untuk mengembangkan suatu
eksistensi organisasi berpandangan jauh kedepan, dan berprilaku
proaktif dan antisipatif terhadap kondisi masa depan yang diprediksi
akan dihadapi.7 Keputusan strategi harus didasarkan pada antisipasi
dan prediksi yang akan terjadi bukan didasarkan yang sudah
diketahuinya. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan
ditetapkan sebagai visi organisasi yang akan diwujudkan di masa
mendatang. Dengan sikap menghadapi tantangan perubahan dan
perkembangan yang akan terjadi dan tidak akan dihadapkan pada
situasi dadakan.
c. Dimensi Lingkungan Internal dan Eksternal
Dimensi lingkungan internal dan eksternal adalah suatu kondisi
yang sedang dihadapi yang berupa kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang harus diketahui secara tepat untuk merumuskan rencana
strategis yang berjangka panjang.8 Dalam kondisi tersebut, manajemen
puncak perlu melakukan analisis yang objektif agar dapat menentukan
kemampuan organisasi berdasarkan berbagai sumber yang dimiliki.
7
Hadari Nawawi, Manajemen Stratejik Organisasi non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2000), hal. 153
Setiap manajemen puncak perlu menyadari bahwa organisasi
yang dipimpinnya harus berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Setiap organisasi biasanya mempengaruhi lingkungannya dan tidak
akan terlepas dari kondisi eksternal yang faktor-faktornya pada
umumnya di luar kendali organisasi yang bersangkutan. Adapun
dimensi lingkungan eksternalfaktornya pada umumnya di luar kendali
organisasi yang bersangkutan. Adapun dimensi lingkungan eksternal
terdiri dari lingkungan operasional, lingkungan nasional, dan
lingkungan global yang terdiri dari berbagai aspek dan kondisi, seperti
sosial politik, sosial budaya, sosial ekonomi, kependudukan, kemajuan
ilmu teknologi, adat istiadat, agama, dan berbagai perubahan lain yang
senantiasa terjadi.9
Dengan demikian, manajemen puncak memahami terhadap
kondisi lingkungan internal dan eksternal bagi organisasi dan mampu
melakukan berbagai pendekatan juga teknik untuk merumuskan
strategi organisasi yang dipimpinnya.
d. Dimensi Konsekuensi Isu Strategi
Dalam mengimplementasikan strategi harus didasarkan
pada penempatan organisasi sebagai suatu system. Setiap keputusan
strategi yang dilaksanakan harus dapat menjangkau semua komponen
atau unsur organisasi, baik arti sumber daya maupun arti satuan-satuan
20
kerja tersebut dikenal, seperti departemen, divisi, biro, seksi, dan
sebagainya.10
3. Tahapan Strategi
Penerapan strategi suatu organisasi merupakan suatu proses yang
dinamis, agar terjadinya keberlangsunagn dalm organisasi. Tahapan
tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan merupakan proses awal menetapkan
strategi yang bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai yang
mempengaruhi kinerja lingkungan atau organisasi.
Secara garis besar analisis suatu organisasi mencakup dua
komponen pokok yaitu analisis lingkungan internal dan analisis
lingkungan eksternal. Adapun proses ini dikenal dengan analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats).
Berikut akan dijelaskan tentang analisis SWOT:
1) Strength (kekuatan), adalah kekuatan yang dapat diandalkan oleh
organisasi. Dengan adanya kekuatan ini organisasi akan dapat
mengetahui cara (bagaimana) yang tepat dalam menyusun rencana
global.11
2) Weakness (kelemahan), adalah keterbatasan dan kekurangan yang
dimiliki sebuah organisasi. Dengan mengetahui kelemahan,
10
Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik,(Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 19 11
organisasi diharapkan dapat mengantisipasi agar kelemahan itu
tidak menjadi penghalang dalam mencapai rencana global.
3) Opportunity (peluang), adalah situasi yang mengumtungkan
organisasi. Dengan mengetahui peluang, organisasi diharapkan
dapat memanfaatkannya menjadi potensi yang dapat mengantarkan
pada tujuan organisasi.
4) Threats (ancaman), adalah suatu keadaan yang tidak
menguntungkan organisasi. Ancaman ini perlu diketahui oleh
organisasi secara baik. Dengan mengetahui ancaman, organisasi
diharapkan dapat mengambil langkah-langkah awal agar ancaman
tersebut tidak menjadi kenyataan.12
Tujuan utama dilakukannya analisis lingkungan internal dan
ekstrernal suatu organisasi adalah untuk mengidentifikasi peluang
(opportunity) yang harus segera mendapat perhatian serius dan pada
saat yang sama organisasi menentukan beberapa kendala ancaman
(threats) yang perlu diantisipasi.13 Hasil analisis SWOT akan
menggambarkan kualitas dan kuantifikasi posisi organisasi yang
kemudian memberikan rekomendasi berupa pilihan strategi generik
serta kebutuhan atau modifikasi sumber daya organisasi.14 Proses dari
analisis lingkungan eksternal organisasi akan memberikan gambaran
tentang, peluang dan ancaman, sedangkan analisis internal organisasi
12Ibid.
hal.31 13
Amirullah dan Sri Budi Cantika. Manajemen Stratejik, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2002) hal. 127
14
22
akan mengetahui keunggulan dan kelemahan organisasi. Langkah ini
akan memberikan dampak terhadap pengkaderan yang merupakan
regenerasi organisasi.
b. Penetapan Misi dan Tujuan
Setiap organisasi macamnya pasti memiliki misi dan tujuan
dari organisasi itu. Misi dan tujuan ini menentukan arah mana yang
akan dituju oleh organisasi. Misi menurut pengertiannya adalah suatu
maksud dan kegiatan utama yang membuat organisasi memiliki jati
diri yang khas dan sekaligus membedakannya dari organisasi lain yang
bergerak dalam bidang usaha yang sejenis.15 Tujuan adalah landasan
utama untuk menggariskan kebijakan yang ditempuh dan arah tindakan
untuk mencapai tujuan perusahaan.16 Dengan demikian misi suatu
organisasi berfungsi sebagai raison d’etre, yaitu menjelaskan mengapa
organisasi tersebut ada, sedangkan tujuan organisasi berfungsi untuk
merefleksikan target yang akan dicapai oleh organisasi.17
c. Perumusan Strategi
Suatu strategi yang dirumuskan oleh manajemen puncak
merupakan sejumlah tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi
untuk mengembangkan kompetensi inti dan keunggulan bersaing.
Perumusan strategi dalam hal ini adalah proses merancang dan
menyeleksi berbagai strategi yang pada hakikatnya menuntun pada
15
Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik,(Jakarta: Bumi Aksara,2001),hal. 43 16
Amirullah dan Sri Budi Cantika. Manajemen Stratejik,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), hal. 11
17
pencapaian misi dan tujuan organisasi. Strategi yang ditetapkan tidak
dapat lahir begitu saja. Diperlukan suatu proses dalam mamilih
berbagai strategi yang ada.
Menurut David Aker, sebagaimana dikutip oleh Kusnadi
terdapat beberapa criteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan
atau memilih suatu strategi, yaitu:18
1) Strategi harus tanggap lingkungan eksternal. 2) Strategi melibatkan keunggulan kompetitif.
3) Strategi harus sejalan dengan strategi lainnya yang terdapat di dalam organisasi.
4) Strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan organisasi.
5) Strategi harus sesuai dengan misi organisasi dan tujuan jangka panjang organisasi.
6) Strategi secara organisasional dipandang layak (wajar).
d. Implementasi Strategi
Setelah memilih strategi yang ditetapkan, maka langkah
berikutnya adalah melaksanakan strategi yang telah ditetapkan
tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat
membutuhkan komitmen dan kerja sama dari dari seluruh unit, tingkat,
dan anggota organisasi. Tanpa adanya komitmen dan kerja sama dalam
pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi sulit
untuk dikembangkan.
Ada beberapa yang harus dilakukan dalam
mengimplementasikan strategi dalam suatu organisasi, adalah sebagai
berikut:
1) Sajikan citra yang baru.
18
24
2) Kurangi konflik dan tangani secara terbuka. 3) Bentuk persekutuan dengan berbagai pihak.
4) Mulai secara kecil-kecilan (Memulai dari hal yang terkecil).19
B. Pengertian Pengkaderan dan Pelatihan
Kader adalah tenaga binaan untuk dijadikan pimpinan suatu
organisasi, partai dan sebagainya.20 Pengertian kader menurut Zaimul
Bahry adalah tenaga binaan untuk dijadikan pimpinan suatu organisasi
atau pembinaan yang tetap sebuah pasukan inti (yang terpercaya) yang
sewaktu-waktu diperlukan.21
Adapun pengertiam kader apabila dilihat dari asal suku katanya
berasal dari bahsa Inggris yaitu, “ Cadre”. Cadre adalah:
a. Sekelompok pasukan inti yang terlatih dapat bertambah jumlahnya apabila dibutuhkan.
b. Suatu kelompok pengawasan aatau kelompok inti yang terlatih dari suatu organisasi.
c. Kelompok orang-orang yang sangat terlatih.22
Maka pengertian kader adalah pembinaan yang tetap sebuah
pasukan inti (yang terpercaya dan terlatih) untuk dijadikan pimpinan atau
regenerasi asuatu organisasi yang sewaktu-waktu diperlukan.
19
Sondang P. Siagian, Teory Pengembangan Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hal. 92-93
20
Zainal bahry, Kamus Umum : Khususnya Bidang Hukum Dan Politik, (Bandung: Angkasa, 1996), hal. 45
21
Angga Yogaswara, Aplikasi Perencanaan dan Pengorganisasian Partai Keadilan Sejahtera (Jakarta: Sekripsi, MD, 2003), hal. 18
1. Ciri-ciri Organisasi Kader
Dalam rangka membentuk organisasi yang dinamis, maka
organisasi perlu memperhatikan regenerasi estapeta organisasi tersebut.
Oleh karena itu organisasi kader memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Lebih mementingkan kualitas tiap-tiap individunya daripada kuantitasnya.
b. Mempunyai pasukan atau kelompok inti.
c. Setiap individunya berperan aktif dalam memajukan organisasi, sehingga adanya regenerasi kepengurusan.
d. Mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja dari anggota-anggotanya.23
Dalam pengembangan organisasi, kader merupakan ruh organisasi.
Karena itu pengkaderan di suatu organisasi sudah semestinya
diformulasikan secara sistematik dan terencana dengan baik, sehingga
menjadi ujung tombak, keberlangsungan dan kesinambungan dinamika
organisasi. Tersistematis artinya, pola pengkaderan mengandung esensi
dalam rangka memformulasikan tahapan jenjang kader yang dibangun di
atas kerangka pijakan yang jelas serta menyangkut muatan yang harus
dipunyai oleh kader.
Pengkaderan disuatu organisasi diproyeksikan bagi terlaksananya
pola kaderisasi berjenjang dan sesuai dengan visi dan misi organisasi.
Oleh karena itu, pengkaderan diarahkan bagi tersedianya human resources
penopang utama bagi keberlangsunagn organisasi yang disandarkan pada
23
26
klasifikasi dan kualifikasi kader sesuai dengan tingkatannya demi
mengemban amanat, nilai-nilai, serta ide-ide besar organisasi.24
Supplai kader yang handal sangat dibutuhkan organisasi untuk
memenuhi kebutuhan disemua lini. Di setiap kepemimpinan organisasi
problem penyediaan sumber daya kader yang berbobot dalam jumlah besar
untuk mengisi posisi-posisi pada sentral organisasi menjadi dilema ketika
yang direkrut adalah mereka yang qualified, biasanya dengan konsekuensi
perangkapan jabatan serta tidak cukup waktu bagi organisasi. Sebaliknya
bagi mereka yang mempunyai kelonggaran waktu dan bersedia menekuni
organisasi, dari segi berbobot kualitas kurang dapat diandalkan.
Kemudian apakah kader itu perlu tersedia dalam jumlah yang
banyak atau harus seperti apa. Tentu jawabannya tergantung dari mana
melihatnya dan untuk apa kepentingannya. Untuk menjadi kader harus
menempuh berbagai pendidikan dan pelatihan serta harus teruji militansi
dan kemampuan anggota pada umumnya.25 Problem kaderisasi dan krisis
kader menjadi tanggung jawab berat bagi suatu organisasi. Oleh karena itu
ada beberapa hal yang penting dalam membentuk reformulasi system
pengkaderan, diantaranya :
a. Pengkaderan harus berbasis pada kompetensi.
b. Pengkaderan harus memperhatikan seting budaya masyarakat
tertentu.26
24
PP. Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Pengkaderan Ikatan Remaja Muhammadiyah, (Yogyakarta: PP. IRM, 2004), hal. 1
25
Suara Muhammadiyah, edisi ke-89 (1-15) Maret. (Yogyakarta: SM, 2004), hal. 7 26 Ibid,
Tampaknya reformulasi pengkaderan menjadi kunci yang penting
untuk ditindaklanjuti dalam upaya penanganan krisis kader dan problem
kader. Disinilah letak kaderisasi sebagai pengembangan organisasi dan
penyemai organisasi. Perubahan sistem pengkaderan merupakan suatu
keniscayaan. Oleh karena itu perubahan sistem pengkaderan dalam
organisasi untuk terus mengembangkan, menyesuaikan dan
menyempurnakan pengkaderannya agar lebih cocok dengan dinamika
perubahan zaman.
2. Hubungan Pengkaderan dan Pelatihan
Pengkaderan adalah pembinaan yang tetap sebuah pasukan inti
(yang terpercaya dan terlatih) untuk dijadikan pimpinan atau regenerasi
suatu organisasi yang sewaktu-waktu diperlukan.27 Sedangkan pelatihan
adalah upaya mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian
manusia.28 Jadi antara pengkaderan dan pelatihan berhubungan satu
dengan lainnya karena setelah adanya pengkaderan maka terwujudlah
pelatihan guna meregenerasi adanya tampuk kepemimpinan berikutnya.
3. Pengertian pelatihan
Pelatihan adalah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja di
samping adanya upaya lain. Pelatihan merupakan proses belajar mengajar
dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia
melaksanakan tugasnya. Pelatihan juga merupakan upaya untuk
27
Angga Yogaswara, Aplikasi Perencanaan dan Pengorganisasian Partai Keadilan Sejahtera (Jakarta : Skripsi MD, 2003)
28
28
mentransfer keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan
sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan
pelatihan pada saat melaksanakan pekerjaan.29
Pelatihan juga akan berhasil jika identifikasi kebutuhan pelatihan
dilakukan dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah
untuk memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan
atau sikap dengan masing-masing kadar kemampuannya.
Menurut pendapat Prof. DR. Soekidjo Notatmojo dalm bukunya,
“Pengembangan Sumber Daya Manusia,” yang dimaksud dengan
pelatiahan ialah Upaya mengembangkan kemampuan intelektual dan
kepribadian manusia.30
Penggunaan istilah pelatihan (training) dikemukakan para ahli
seperti D. Ale Yorder yang dikutip oleh Mangkunegara, menggunakan
istilah pelatihan untuk pegawai pelaksanaan dan pengawas, sedangkan
Wekley dan Yukl lebih memeperjelas mengenai penggunaan istilah
pelatihan. Mereka berpendapat bahwa ; “Pelatihan merupakan istilah
-istilah yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana yang
diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan dan
sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi.
Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian pelatihan Adrew E.
Sikula yang dikutip oleh Mangkunegara, pelatihan (Training) adalah suatu
proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis
29
Abdurahman Fathoni, Orgnisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rieneka Cipta 2006), Cet ke-1 hal. 147
30
dan terorganisir di mana pegawai non-manajemen mempelajari
pengetahuan dan keterampilan teknis dalm tujuan terbatas.
Dengan demikian, istilah pelatihan ditunjukan kepada pegawai
pelaksana dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
teknis. Tujuan pelatihannya antara lain :
a. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi.
b. Meningkatkan produktifitas kerja.
c. Meningkatkan kualitas kerja.
d. Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia.
e. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.
f. Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berpartisipasi secara
maksimal.
g. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
h. Menghindari keusangan (obsolescence)
i. Meningkatkan perkembangan pegawai.31
4. Langkah-langkah dalam melakukan pelatihan
Pelatihan sebagai bentuk pengembangan intelektual harus memiliki
konsep yang jelas di mana, perangkap atau konsep itu sendiri dilakukan
dengan baik agar tujuan pelatihan dapat dengan gemilang. Di bawah ini
contoh konsep pelatihan yang paling sederhana dan sering digunakan
badan atau lembaga pelatihan.
31
30
a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Pelatihan akan berhasil jika kebutuhan pelatihan diidentifikasi
dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah untuk
memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau
sikap dengan masing-masing kadar kemampuan. Penelitian kebutuhan
pelatihan dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisa
gejala-gejala dan informasi-informasi yang diharapkan dapat menunjukkan
adanya kekurangan dan kesenjangan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kerja karyawan.
b. Penetapan sasaran pelatihan
Pada dasarnya setiap kegiatan yang terarah tentu harus
mempunyai sasaran yang jelas, memuat hasil yang diinginkan dan
dicapai dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Sasaran pelatihan yang
dirumuskan dengan jelas dapat dijadikan sebagai acuan penting dalam
menentukan atau menyiapkan materi yang akan disampaikan.
c. Merancang program pelatihan
Mendisain atau merencanakan pelatihan sebaiknya dilakukan
oleh orang yang ahli dalm bidangnya, karena rancanagn atau pelatihan
adalah suatu pegangan yang penting dalam rangka pelaksanaan suatu
Identifikasi kebuthan
Penetapan sasaran
Merancang Program
Pelaksanaan pelatihan
Evaluasi pelatihan
kegiatan pelatihan di mana dalam rancangan ditentukan jenis
pelatihannya.
d. Pelaksanaan program pelatihan
Pelaksanaan program pelatihan terbagi tiga tahap, yaitu tahap
awal mencakup pengumpulan peserta, penyediaan fasilitas dan
logistic, orientasi, dan tes awal (persepsi peserta terhadap pelatihan).
Tahap kedua, penyampaian pelatihan dan tahap ketiga, merupakan
pelaksanaan post test terhadad hasil pelatihan.
e. Evaluasi pelatihan
Evaluasi pelatihan dilaksanakan untuk mengidentifikasi
keberhasilan suatu program pelatihan, termasuk di dalamnya panitia
pelaksanaan pelatihan biasanya criteria evaluasi berfokus pada hasil
akhir, di mana hal yang harus diperhatikan ialah reaksi peserta
terhadap proses dan isis kegiatan pelatihan, pengetahuan, perubahan
perilaku, secara individu maupun organisasi. Adapun mengenai fase
evaluasi menjadi umpan balik untuk melaksanakan rediksi atau
perkiraan kebutuhan pelatihan berikutnya.32
5. Pengertian Sistem Pelatihan
Sebagaimana telah dibahas diatas dilihat dari segi kebahasaan
(Etimologi) kata sistem berasal dari istilah yunani “sistema” yang
mengandung arti keseluruhan (a whole) yang tersusun dari sekian banyak
32
32
bagian, berarti pula hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan
atau komponen-komponen secara teratur. Jadi sistem adalah sebuah
himpunan atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan
merupakan sesuatu keseluruhan.33 Sedangkan pelatihan adalah sesuatu
pembinaan terhadap tenaga kerja disamping adanya upaya lain. Pelatihan
proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber
daya manusia melaksanakan tugasnya. Pelatihan juga merupakan upaya
untuk mentransfer keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta
pelatihan sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan
pelatihan pada saat melaksanakan pekerjaan.34
Sistem pelatihan ialah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja yang
dilakukan secara keseluruhan baik dengan cara belajar mengajar ataupun
melalui proses pelatihan.
6. Unsur-unsur pelatihan
Unsur-unsur pelatihan adalah komponen-komponen yang ada
dalam setiap kegiatan pelatihan. Unsur-unsur tersebut adalah trainer
(pelatih), Peserta (Mitra pelatih), materi pelatihan, metode pelatihan,
tujuan pelatihan, dan pengawas pelatihan.35
a. Trainer (pelatih)
33
Tatang M. Amin Pokok-pokok Tori system, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Cek ke-7, hal, 15
34
Abdurohman Fathoni, Organisasi dan manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta : Rineka Cipta 2006), Cet ke-1, hal, 147
35
Trainer adalah orang, kelompok atau lembaga yang
mengadakan pelatihan yang mana dalam pelatihan tersebut trainer
sangat berperan untuk keberhasilan suatu pelatihan yang diterapkan.
Seorang trainer seharusnya memilki integritas keperibadian,
kemampuan, intelektual dan keterampilan yang memadai dalam rangka
mengubah input menjadi output.
b. Peserta
Unsur pelatihan selanjutnya adalah peserta, yaitu manusia yang
menjadi sasaran pelatihan atau manusia penerima pelatihan, baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok.
c. Materi pelatihan
Materi pelatihan adalah isi, peran atau materi yang
disampaikan trainer kepada para peserta. Materi pelatihan merupakan
isi dari pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Materi
yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan.
d. Media pelatihan
Media pelatihan adalah alat yang deperguanakan untuk
menyampaikan materi pelatihan kepada peserta.
e. Metode pelatihan
Hal yang erat dengan media pelatihan adalah metode pelatihan.
Metode pelatihan meruupakan suatu cara sistematis dapat diberikan
34
penyelengaraan pelatihan guna mendorong peserta agar dapat
mengembangkan aspek kongitif, efektif, dan psikomotrik, terhadap
penyelesaian tugas dan pekerjaan yang akan dibebankan kepadanya.
f. Tujuan
Tujuan adalah hasil dari kegiatan pelatihan tersebut yaitu agar
para peserta yang mengikuti pelatihan dapat menjalankan tugas yang
diberikan kepadanya.
g. Pengawas
Agar berjalan dengan lancar pelatihan ini maka diperlukan
adalah pengawas. Pengawas adalah orang yang diberi tugas untuk
mengawasi segala tindak pelaksanaan pelatihan agar mencapai tujuan
yang diinginkan.
7. Komponen-Komponen Pelatihan Dakwah
Pelatihan dakwah mempunyai beberapa komponen, yaitu:
a. Tujuan Pelatihan Dakwah
Tujuan pelatihan dakwah mencakup 3 (Tiga) domain yaitu:
Pengetahuan (P), Sikap (S), dan Keterampilan (K).36 Dalam pelatihan
dakwah, tiga tujuan pelatihan ini akan sangat ditekankan untuk
mendapatkan seorang dai professional yang akan melaksanakan
dakwah islam.
36
b. Materi Pelatihan Dakwah
Pada dasarnya materi pelatihan dakwah adalah seluruh ajaran
Islam secara kaffah. Keseluruhan materi pelatihan dakwah bersumber
dari al-Quran dan al-Hadits. Namun materi lain seperti rethorika
sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan seorang dai dalam
dakwah yang akan disampaikan. Materi yang disajikan dalam
pelatihan dakwah tentunya disesuaikan dengan tujuan pelatihan
dakwah itu sendiri. Sebagaimana contoh, ketika TNI Angkatan Laut
mencanangkan program “cinta laut’, mereka bekerja sama dengan
remaja Islam Mesjid Sunda Kelapa. Akhirnya dibuatlah format
pesantren kilat diatas kapal perang. Kapal yang digunakan adalah KRI
Tanjung Dalpele yang merupakan kapal terbesar yang dimiliki oleh
TNI AL.
Para peserta dibawa berlayar mengikuti rute patroli KRI
Tanjung Dalpele. Selama berlayar itulah kegiatan/materi pelatihan
“cinta laut” dipadukan dengan “tadabbur alam”. Para peserta setiap
pagi dan sore wajib melihat sunrise dan sunset. Tidak hanya itu,
mereka juga diajari ilmu Nautika (ilmu kapal) yang dipadukan dengan
ilmu keislaman yang mengarahkan peserta untuk merenungi
kekuasaan Allah.
c. Metode dan Media Pelatihan Dakwah
Metode (approach) pelatihan dakwah, yaitu cara-cara atau jalan
36
pelatihan dakwah dapat berupa metode langsung, metode informasi,
motivasi, praktek, pemberian contoh, pemberian tugas, ceramah,
Tanya jawab, dan focus group diskusi.
Media secara etimologis berasal dari bahasa lati, yaitu
“Median” yang berarti perantara. Sedangkan secara terminologis
media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa metode
dan media pelatihan dakwah adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.37
Metode dan media juga cara yang digunakan untuk memproses
materi atau isi pelatihan dakwah guna mencapai tujuan yang
diharapkan. Penetuan metode dan media in juga akan sangat
bergantung pada tujuan pelatihan yang dirumuskan. Seringkali metode
dan media tidak sinkron dengan tujuan pelatihan sehingga berbuah
kegagalan dan kerugian baik waktu, tenaga dan biaya yang tidak
sedikit. Contoh kegagalan program pesantren kilat yang
diselenggarakan oleh majelis taklim Baitu Qurro. Ketika itu tim kerja
menggunakan pendekatan yan keliru karena mendahulukan sasaran
yang akan dicapai daripada pendekatan pada para pendukung acara.
Lagipula tim kerja melakukan kekeliruan dengan serta merta membuat
kesepakatan dengan tempat yang akan digunakan sementara konsep
acara sempurna betul. Akhirnya dapat diduga para pendukung acara
37
menarik dukungannya dan akhirnya tim menanggung beban dan
kerugian, baik waktu, tenaga, pikiran dan biaya yang tidak sedikit.
d. Pelatih Dakwah
Instruktur dalam pelatihan dakwah merupakan orang yang
paham dan menguasai akan pengetahuan keislaman, patuh dan taat
terhadap perintah agama dan menguasai kelas. Dengan demikian
pelatihan akan memberikan materi hendaknya harus memenuhi
kualifikasi sebagai berikut; mempunyai keahlian yang berhubungan
dengan materi pelatihan, instruktur luar yang profesioanal dalam
bidang materi yang akan disampaikan, pelatih yang dapat memotivasi
dan mempunyai kepribadian yang baik di mata para peserta
pelatihan.38
e. Peserta Pelatihan Dakwah
Peserta pelatihan dakwah yaitu orang-orang yang mengikuti
pelatihan dakwah. Misalnya: remaja masjid, mahasiswa, santri, murid,
dan lain-lain. Adapun latar belakang pendidikan dan pengalamannya
turut menenutkan bagaimana metode pelatihan yang akan digunakan.
Peserta pelatihan yang berlatar belakang masih tingkat junior tentu
tidak mampu untuk mencerna materi yang diperuntukan untuk
kalangan senior.
38
38
f. Evaluasi Pelatihan Dakwah
Evaluasi pelatihan dakwah dilaksanakan untuk memverifikasi
keberhasilan suatu program pelatihan dakwah yang dilaksanakan,
termasuk didalamnya panitia pelaksan pelatihan dakwah. Biasanya
criteria evaluasi berfokus pada outcome-nya (hasil akhir), dimana hal
yang harus diperhatikan ialah reaksi peserta terhadap proses dan isi
kegiatan pelatihan dakwah, pengetahuan keislaman, perubahan
perilaku, perbaikan yang dapat diukur secara individu maupun
organisasi. Adapun mengenai fase itu akan menjadi umpan balik
untuk melakukan prediksi atau perkiraan kebutuhan pelatihan dakwah
berikutnya.
C. Pengertian Da’i
Da’i menurut etimologi berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata
(da’ain) yang mrupakan bentuk isim fail (kata menujukkan pelaku) yang artiya
orang yang melakukan dakwah. Sedangkan secara terminologis da’i yaitu
setiap muslim yang berakal mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban
dakwah.39
Da’i adalah orang yang melakukan atau melaksanakan dakwah secara
individu, kelompok atau berbentuk. Da’i sering juga disebut mubaligh (orang
yang menyampaikan ajaran Islam). Pada dasarnya semua pribadi muslim itu
39
berperan secara otomatis sebagai mubaligh atau da’i dalam bahasa komunikasi
disebut komunikator.
Da’i adalah orang yang menyeru, memanggil, mengundang atau
mengajak.40 Yaitu memanggil untuk melaksanakan perintah yang baik dan
mencegah yang munkar (amar ma’ruf nahi munkar) sesuai dengan ajaran
agama Islam, panggilan tersebut merupakan tugas dan kewajiban setiap
muslim dianapun mereka berada menurut kadar kemampuannya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
Artinya: kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yng ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah it