• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. Fenomena sosial daerah tapal batas menjadi isu yang menarik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. Fenomena sosial daerah tapal batas menjadi isu yang menarik"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena sosial daerah tapal batas menjadi isu yang menarik bagi berbagai disiplin ilmu karena sering menjadi acuan untuk menilai kekuatan nasional, transkultural, dan transnasional yang membentuk keamanan suatu negara di era globalisasi saat ini dengan menukik pada kegiatan politik, sosial dan ekonomi (Hastings & Wilson, 2011; Wulandari, 2013). Dinamika kehidupan ekonomi di daerah perbatasan Indonesia-Timor Leste sarat dengan transaksi ilegal dan penyelundupan bahan bakar minyak menunjukkan sebuah realitas sosial yang menjamur dengan praktik penyimpangan. Para pelaku membentuk jaringan mutual yang saling mendukung dengan terbentuknya jaringan penyelundupan dengan banyak faktor dari motif untuk memperoleh keuntungan yang lebih cepat, mudah, dan lebih banyak. Terjadinya penyimpangan dalam organisasi dipengaruhi oleh faktor tertentu sebagai motif dan alasan rasional terhadap perilaku tertentu.

Wuryandari (2009) menemukan dalam penelitiannya bahwa salah satu permasalahan utama daerah perbatasan Indonesia-Timor Leste adalah ketertinggalan dan keterisolasian. Wilayah perbatasan sebagai garda terdepan sebuah negara perlu mendapat perhatian yang serius, tetapi menjadi miris ketika kenyataan di NKRI berbanding terbalik yakni masyarakat lokal perbatasan cenderung masuk dalam kategori tertinggal dari berbagai aspek pembangunan (Prasojo, 2012). Ironi seperti inilah yang terjadi di Kabupaten Belu, Propinsi NTT,

(2)

sebagai wilayah perbatasan NKRI-RDTL. Kabupaten Belu menjadi salah satu daerah yang masuk dalam kategori tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) sehingga mendapat prioritas dalam agenda pembangunan nasional 2010-2014. Parameter yang digunakan di dalam penentuan daerah tertinggal ini di antaranya adalah, tingkat kemiskinan, pendidikan dan kesehatan, ketersediaan infrastruktur, kemampuan keuangan daerah, aksesibilitas pelayanan publik, dan kondisi geografis.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan pengelolaan perbatasan dalam bidang perekonomian kerakyatan yang diarahkan pada peningkatan nilai tambah pada potensi sumber daya ekonomi, salah satunya melalui sektor perdagangan lintas batas. Daerah perbatasan menjadi destinasi bisnis yang cukup menjanjikan bagi investor dan masyarakat lokal. Pergerakan ekonomi perbatasan menyediakan peluang pasar yang lebih terbuka dan variatif dengan maksud meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mendiami daerah perbatasan. Transaksi ekonomi di pasar perbatasan tidak saja berkaitan dengan kebutuhan pokok secara legal, tetapi maraknya transaksi ilegal menciptakan konstelasi ekonomi yang akrab dengan penyimpangan (Adrianus, 2011a), kemudian terpola dalam hubungan sosial antara masyarakat.

Salah satu bentuk perdagangan ilegal yang terjadi adalah penyelundupan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dari Atambua (ibukota kabupaten Belu) ke perbatasan bagian Timor Leste. Penyelundupan BBM bersubsidi ke Timor Leste telah berlangsung sekian tahun ditengarai oleh harga BBM di Timor Leste, khusus premium yang bisa mencapai USD 2.00-5.00 per liter atau sekitar Rp 20.000 sampai Rp. 50.000 jika mata uang rupiah dikonversi ke dolar AS dengan nilai

(3)

Rp10.000/dolar (Adrianus, 2011b). Penyelundupan bahan bakar minyak ke Timor Leste menjadi masalah serius yang sudah berlangsung sejak lama memiliki sistem kerja yang sangat rapih dan sistematis yang terbentuk dalam pola-pola tertentu sehingga bisnis ini terus berkembang dari waktu ke waktu dengan skala yang semakin meningkat.

Kesenjangan harga suatu barang atau jasa di negara tertentu dengan negara tetangganya menjadi alasan mengapa penyelundupan selalu terjadi. Proses penyelundupan selalu melibatkan distributor di wilayah perbatasan untuk seenaknya memainkan harga suatu barang (Thursby, Jensen & Thursby, 1991). Tingginya harga bahan bakar di Timor Leste bekas propinsi ke-27 NKRI tersebut diduga kuat memicu oknum masyarakat untuk menjadikannya sebagai peluang bisnis dengan membeli bahan bakar minyak bersubsidi di kota Atambua dan menyelundupkannya untuk dijual di Timor Leste. Akibatnya penyelundupan atau perdagangan ilegal merupakan konstruksi perbatasan akan terus terjadi karena zona perbatasan merupakan wilayah ekonomi dengan perbandingan nilai jual terhadap barang atau jasa yang dimiliki kedua negara (Kolay, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan sosial ekonomi antar penduduk di perbatasan merupakan dinamika yang terjadi terus menerus terjadi baik secara legal maupun ilegal karena ada situasi saling membutuhkan di antara masyarakat wilayah perbatasan.

Fenomena tersebut kemudian membentuk jaringan organisasi dan melibatkan komponen-komponen yang memiliki kepentingan dalam bisnis (Xia, 2008). Jaringan organisasi berkembang secara dinamis dengan membentuk perilaku tertentu yang tidak sesuai dengan norma dan hukum dalam masyarakat.

(4)

Penyelundupan seringkali melibatkan kejahatan lain seperti penipuan, kekerasan dan penyuapan (Buehn & Farzanegan, 2012) menjadi pola jaringan yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Komponen jaringan kejahatan menjadi bias dalam tatanan sosial karena individu dalam organisasi cenderung memiliki relasi intensif dengan individu yang anti sosial, sehingga terdapat penguatan terhadap nilai dan norma yang menyimpang (Sutherland & Cressey, 1974). Pembentukan, pengembangan dan evaluasi jaringan penyelundup BBM di perbatasan Indonesia- Timor Leste berkembang dalam pola transaksional yang saling menguntungkan dengan menukik pada potensi bisnis yang dijalankan. Jaringan yang terbentuk berada pada tiga level yakni level individu, kelompok dan organisasi (Van Dijk, 2005). Tingkatan dalam jaringan merupakan sebuah pola yang dikembangkan berdasarkan evaluasi terhadap hasil yang diperoleh pada level yang paling bawah, yakni level inidividu sampai pada level yang paling tinggi yakni tanggung jawab organisasi.

Pola perilaku individu dalam jaringan organisasi membentuk karakteristik tertentu dalam organisasi dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai.

Penyelundupan sebagai bentuk kejahatan korporasi yang bersifat elastis-temporal hampir selalu bermotif ekonomi (Engdahl, 2009; Lavezzi, 2013) memiliki dampak yang besar dalam kehidupan sosial masyarakat di kabupaten Belu. Sehingga ketimpangan sosial sangat terasa dalam tatanan kehidupan masyarakat Kabupaten Belu yang mengalami kesulitan bahan bakar minyak bersubsidi secara normal.

Padahal, menurut data BP MIGAS Indonesia, alokasi BBM jenis premium untuk semua SPBU di Kabupaten Belu setiap tahun, berjumlah 19.994 kiloliter dan

(5)

solar 13.400 kiloliter diprediksi bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Hingga September 2012, Polres Belu telah mengamankan 32.665 liter BBM ilegal hasil selundupan ke Timor Leste (Seo, 2012) tetapi jaringan ini tetap eksis dan melakukan aktivitasnya. Kenyataan seperti ini menunjukkan bahwa aktivitas penyelundupan selalu memiliki cara untuk mengelabui petugas yang berwajib.

Meningkatnya aktivitas ilegal di perbatasan menunjukkan bahwa betapa solidnya jaringan ini bekerja pada level individu, kelompok maupun sebagai satu kesatuan jaringan yang utuh. Secara garis besar, jaringan ini terdiri dari tiga kelompok yakni penyedia, distributor, dan penadah (Yansen, 2013). Namun dalam identifikasi pra penelitian ditemukan bahwa ada komponen yang tidak disebutkan, yakni penyedia BBM, dalam hal ini petugas SPBU dan aparat negara (Polisi, TNI, Pol-PP) yang bertugas untuk mengamankan proses penyelundupan BBM ke Timor Leste. Perilaku menyimpang dalam organisasi pertama-tama dilakukan oleh petugas SPBU dimana setiap kendaraan dengan tangki modifikasi yang mengisi bahan bakar dipungut biaya yang sudah ditetapkan. Pungutan di luar gaji karyawan yang seharusnya diterima dari perusahaan merupakan salah satu bentuk penyimpangan.

Selain itu, maraknya pengisian BBM oleh konsumen yang tidak sesuai dengan kebutuhan, sebenarnya merupakan perilaku menyimpang konsumen.

Penyimpangan terjadi ketika penggunaan BBM bersubsidi tidak lagi digunakan untuk kepentingan konsumsi warga lokal melainkan sebagai komoditi selundupan yang bisa meraup keuntungan yang lebih besar. Beberapa komponen jaringan di atas memiliki karakter perilaku yang berbeda-beda sesuai dengan perannya. Pada umumnya para pelaku menggunakan cara yang sulit dibedakan

(6)

dengan kegiatan ekonomi pada umumnya sebagai karakteristik perilaku menyimpang karena aktivitas mereka mengikuti rutinitas masyarakat secara normal.

Hal ini terlihat ketika oknum turut masuk dalam antrian mengisi BBM seperti yang lazim dilakukan masyarakat. Maksudnya bahwa masalah seputar kontrol kejahatan adalah ketika kejahatan secara rutin melibatkan hal-hal biasa dan remeh bukan hal yang serius dan luar biasa (Gadd & Jefferson, 2007) menjadi semakin kuat.

Mayoritas oknum yang bermain dalam bisnis ilegal di perbatasan adalah warga lokal yang biasanya berprofesi sebagai tukang ojek dan penganggur. Tetapi adapula beberapa oknum polisi yang turut serta dalam bisnis ini, dan peran mereka sebagai pelaku utama yang langsung mengantar BBM ke perbatasan yang terbukti ketika beberapa oknum polisi ditangkap oleh warga perbatasan ketika sedang membawa BBM ilegal dengan menggunakan mobil (Yansen, 2013). Kejahatan organisasi terbentuk secara spontan berawal dari proses saling mempengaruhi dan proses belajar. Psikologi sosial menjelaskan secara intens bagaimana dinamika perilaku menyimpang sebagai sebuah proses belajar. Kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh individu atau kelompok kemungkinan akan berpengaruh pada individu lain dalam satu lingkungan yang sama. Interaksi sosial yang terjadi dalam satu periode waktu tertentu menjadi benih pembelajaran perilaku yang sama.

Terdapat imitasi perilaku yang menghasilkan penggandaan sosial atau efek penularan dalam atmosfer kriminal yang sama (Jacob, Lefgren & Moretti, 2007).

Pendapat ini berkaitan dengan proses saling mempengaruhi antarindividu dalam lingkungan sosial untuk bergabung dalam jaringan.

(7)

Perilaku menyimpang dalam aktivitas ekonomi di daerah perbatasan memiliki kaitan dengan tingginya angka kemiskinan, minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia serta rendahnya kualitas sumber daya manusia untuk mengolah potensi alam yang ada selain infrastruktur yang belum memadai untuk mendukung aktivitas ekonomi setempat. Jen-Lin (2008) berpendapat bahwa tingginya angka pengangguran menjadi salah satu penyumbang naiknya angka kriminalitas. Model ekonomi sederhana memprediksi bahwa peluang pasar tenaga kerja yang semakin sulit membuka kemungkinan bagi individu untuk terlibat dalam tindak kriminal (Machin & Meghir, 2004), sehingga bisnis ilegal lintas batas yang dikembangkan secara alami dipandang sebagai jalan terakhir bagi penduduk setempat karena tidak sanggup mengelola sumber daya yang tersedia. Permasalahan lainnya adalah terjadinya kesenjangan pembangunan dengan negara tetangga, sarana dan prasarana yang masih minim, tingginya angka kemiskinan dan jumlah keluarga pra- sejahtera, terisolasinya kawasan perbatasan akibat rendahnya aksesibilitas menuju kawasan perbatasan, rendahnya kualitas SDM, adanya aktivitas pelintas batas tradisional, serta adanya tanah adat/ulayat masyarakat.

Persoalan seputar penyelundupan sebagai perilaku berisiko yang bermain di area tuntutan ekonomi dan pelanggaran hukum yang tidak membenarkan penjualan BBM bersubsidi secara ilegal kepada pihak lain menjadi menarik ketika siklus jaringan organisasi ini dipahami dalam disiplin psikologi dengan pendekatan subjek benar-benar terbuka. Psikoanalisis berusaha menjelaskan pengaruh id dalam perspekstif Freud sebagai institusi alam bawah sadar terhadap perilaku menyimpang. Jaringan organisasi kejahatan dapat dikonfrontasi dengan teori-teori

(8)

kejahatan dari berbagai perspektif ilmu; hukum, sosiologi, psikologi, psikososial atau antardisiplin ilmu –bersifat kompleks sesuai dengan subjek dalam kondisi lingkungan sosial yang menjadi fokus kajian.

Pertanyaan seputar kriminalitas dan penyebab perkara kejahatan yang berada pada level motif: mengapa dia/mereka melakukan itu menjadi ketertarikan populer dalam kriminologi (Gadd & Jefferson, 2007). Pendekatan terpadu untuk memahami kejahatan dimana unsur-unsur setiap disiplin ilmu digunakan untuk memahami fenomena kejahatan memberikan penjelasan yang lebih komprehensif karena kejahatan semata-mata tidak hanya dijelaskan dari satu perspektif ilmu saja.

Kontribusi disiplin psikologi terhadap kejahatan dan pelaku kejahatan (crime and criminal) pada metodologi, teori dan aplikasi praktis dalam memahami perilaku subjek terutama dalam dua konteks; bagaimana subjek melakukan pelanggaran dan bagaimana menghadapi (memahami) subjek dalam situasinya (Hollin, 1989) memberi gambaran bahwa penyimpangan perilaku dalam konteks kejahatan organisasi dipengaruhi oleh faktor psikologis. Konseptualisasi subjek pelaku dalam jaringan organisasi penyelundupan dalam disiplin psikologi dimaksud untuk mereduksi kompleksitas perspektif tentang kejahatan dalam bingkai korporasi/

organisasi, sehingga dinamika perilaku dapat dipahami.

Studi kritis terhadap perilaku menyimpang dalam jaringan organisasi yang dimaksud berada dalam bingkai “subjek psikologis” (Frosh, 2003) berarti pemahaman terhadap perilaku individu dalam fenomena jaringan ini setidak- tidaknya menyangkut subjek manusia sebagai produk dunia psikis dalam dunia sosial –pada titik ini, individu dalam jaringan organisasi menjadi fokus utama

(9)

penelitian. Perilaku seperti apa yang dihidupi dalam organisasi sehingga jaringan penyelundupan tetap eksis dan berkembang hingga saat ini. Hal yang penting adalah bagaimana perilaku individu dalam organisasi membentuk dunia sosial baru sebagai organisasi yang kontraproduktif menurut tatanan norma dan hukum yang berlaku.

Ketertarikan terhadap fenomena ini ditelaah dalam metodologi kualitatif-studi kasus dimana terdapat serangkaian unit data dan fakta yang membentuk perilaku dalam jaringan organisasi. Studi kasus dengan wawancara dan observasi mendalam terhadap interaksi, modus operandi serta komponen yang ada dalam jaringan tersebut memungkinkan pertanyaan-pertanyaan seputar bagaimana dan mengapa harus dibicarakan secara memadai dalam penelitian. Oleh karena itu, dirumuskan judul Sepak Terjang Setan Darat dan Hantu Laut: studi kasus jaringan penyelundupan bahan bakar minyak di perbatasan Indonesia-Timor Leste.

Proyek penelitian di perbatasan Indonesia-Timor Leste ini bernuansa psiko-sosial dimana dinamika kehidupan subjek penelitian yang telah melembaga dalam struktur masyarakat setempat bersifat kolegial yang sangat mengandalkan relasi kedekatan.

Pertanyaannya, mengapa jaringan organisasi? Jaringan menjadi pendekatan umum untuk mencapai tujuan dalam berbagai hal karena memberi ruang yang fleksibel dan efisien dalam praktik relasi (Demiroz & Naim, 2012), sehingga terbangun satu hubungan yang bersinergi. Menurut Wuryandari (2009) kegiatan ekonomi ilegal di perbatasan Indonesia-Timor Leste ini sebenarnya menguntungkan kedua belah pihak, baik bagi para pemain maupun bagi para penduduk Timor Leste di daerah perbatasan. Artinya bahwa terdapat sebuah transaksi antara masyarakat

(10)

Indonesia-Timor Leste yang sangat menjanjikan, keuntungan yang besar ini kemudian dimanfaatkan untuk mempetahankan bisnis ilegal. Padahal kebijakan pemerintah daerah telah membuka zona pasar tradisional lintas batas sebagai tempat transaksi yang legal. Persoalannya dalam zona transaksi ekonomi yang legal kebutuhan yang diperjual-belikan merupakan barang dengan nilai jual yang rendah jika dibandingkan dengan harga bahan bakar minyak.

Meskipun eksistensi jaringan bisnis ilegal di perbatasan Indonesia dan Timor Leste menjadi topik masalah hubungan internasional tetapi dalam pola jaringan tersebut terdapat aspek-aspek yang sangat psikologis. Hal ini menyangkut dinamika perilaku para pemain dalam setiap kelompok dalam jalinan komunikasi yang dibangun bersama. Konstruksi perilaku dalam kelompok jaringan sebagai kajian mikro memiliki pengaruh bagaimana jaringan ini berkembang dalam proses penyesuaian dalam situasi dan kondisi yang ada dalam realitas masyarakat.

Penyimpangan perilaku menjadi fokus dalam penelitian ini karena subjek diasumsikan kadang-kadang bersifat sosial, terkadang menonjolkan karakter psikologis serta sangat rasional (Gadd & Jefferson, 2007) dalam lingkungannya.

Sebagai sebuah kejahatan terorganisir, jaringan ini memiliki rantai perilaku yang secara serius mempengaruhi struktur dan wacana psikologis dalam tatanan sosial masyarakat. Presistensi aktivitas kriminal didokumentasikan cukup bagus dalam penelitian yang dilakukan oleh Jacob, Lefgren dan Moretti (2007) bahwa tingginya kejahatan di suatu wilayah tertentu akan berpengaruh dengan kejahatan yang lebih tinggi di kemudian hari. Hal ini kemudian berdampak pada dinamika kehidupan sosial masyarakat yang lebih luas. Dalam kenyataan, ketika terhembus isu

(11)

kelangkaan bahan bakar minyak, antrian di SPBU menjadi panjang dan kepanikan masyarakat terhadap ketersediaan bahan bakar menjadi tinggi. Fenomena ini terjadi secara terus menerus dan berkelanjutan sehingga penyelundupan BBM ke Timor Leste menjadi masalah akut yang diterima oleh masyarakat Atambua dan sekitarnya sebagai sesuatu yang sudah lumrah. Dengan kata lain, masyarakat sudah sampai pada titik jenuh dan menganggap fenomena ini bukan lagi sebagai masalah sosial.

Hal ini tercermin dari apatisme masyarakat terhadap fenomena penyelundupan yang terjadi di daerah perbatasan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang penyelundupan BBM di perbatasan Indonesia-Timor Leste 2. Bagaimanakah perilaku menyimpang dalam jaringan penyelundupan menjadi

tetap eksis dan tetap berlangsung.

3. Apakah dampak perilaku menyimpang jaringan penyelundupan bagi perkembangan ekonomi dan keamanan daerah perbatasan.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami perilaku individu dalam jaringan organisasi yang berkaitan dengan aktivitas penyelundupan bahan bakar minyak di perbatasan Indonesia-Timor Leste. Secara lebih mendalam, penelitian ini bertujuan

(12)

untuk memahami bagaimana peran masing-masing kelompok dalam jaringan ini sehingga jaringan ini tetap eksis sampai saat ini.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi gambaran dan pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang dalam jaringan penyelundupan BBM secara komprehensif tentang dinamika organisasi, faktor-faktor yang mempengaruhi dan dampak sosial yang ditimbulkan bagi masyarakat. Berdasarkan pemahaman ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah kabupaten Belu untuk mengambil langkah- langkah konkret dalam mengatasi fenomena penyelundupan BBM ke Timor Leste.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2013) dengan judul Hambatan Perdagangan Lintas Batas antara Masyarakat Indonesia dan Masyarakat Timor Leste menemukan bahwa salah satu kendala yang dihadapi dalam perdagangan lintas batas adalah masalah penyelundupan kebutuhan pokok dan beberapa kebutuhan lain dari Indonesia ke Timor Leste. Berdasarkan hasil penelitian Wulandari, beragamnya transaksi ilegal yang terjadi di daerah perbatasaan Indonesia-Timor Leste mempengaruhi dinamika ekonomi di kota Atambua.

Beberapa kebutuhan masyarakat di kota Atambua susah diperoleh karena ada kecenderungan oknum tertentu yang menjualnya ke Timor Leste untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Penelitian yang dilakukan hanya sampai pada

(13)

identifikasi masalah yang ada di daerah perbatasan. Fenomena penyelundupan hampir menjadi masalah yang rawan di semua daerah perbatasan.

Penyelundupan sebagai kejahatan transnasional yang terorganisir telah menjadi bahan penelitian Rachmanto (2009), yang mengambil fokus pada penyelundupan senjata api di daerah perbatasan Indonesia. Sirkulasi dalam kasus penyelundupan senjata api ilegal tidak lepas dari peran militer dan polisi sebagai aparat negara. Salah satu pemicu terjadinya penyelundupan adalah faktor ekonomi.

Dalam kajiannya, Rachmanto (2009) pun menemukan bahwa letak geografis suatu negara mempengaruhi dinamika perdagangan illegal di daerah perbatasan.

Dalam penelitian ini, fokus kajiannya adalah perilaku individu dalam jaringan organisasi. Pertanyaannya, mengapa jaringan? Penyimpangan perilaku yang terjadi dalam jaringan penyelundupan bahan bakar minyak di perbatasan Indonesia-Timor Leste terdiri yang terdiri atas beberapa komponen jaringan memiliki proses tertentu sehingga mereka tetap eksis hingga saat ini. Pihak-pihak yang bermain dalam perdagangan ilegal dianggap memiliki kontribusi penting terhadap eksistensi organisasi. Dalam pendekatan psikologis, penelitian ini berusaha menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga jaringan ini terus berkembang.

Referensi

Dokumen terkait

14 J osip Senčić i Boris Vukonić (1997): Marketing u turizmu , Mikrorad, Zagreb, str.. "koristi" za unaprijed utvrđene tržišne mete, što proizlazi iz karaktera i

PROGRAM PEMBIAYAAN KARYA KILAT 2.0 CENDANA Program Pembiayaan Karya Kilat CENDANA ("Program") bertujuan menyokong aktiviti dan operasi artis, kru, pekerja teknikal,

Selanjutnya bagi para pengajar khususnya guru Bahasa dan Sastra Indonesia, selain harus mampu bertindak tutur sesuai dengan konteks dan situasi, guru juga diharapkan dapat

Suatu teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian ada banyak macamnya tergantung pada masalah yang dipilih serta metode penelitian yang digunakan.. yang telah ditegaskan

pemilihan parameter suhu dan amonia dimana jika nilai amonia tinggi yang dideteksi oleh sensor yang sudah dikalibrasi, dengan konsep logaritmik sesuai datasheet

Uluslar arası halkla ilişkiler kuram ve kurallarına ve halkla ilişkiler etiğine uygun olarak halkla ilişkilerin örgüt yapısını analiz edebileceksiniz. ¾ Çeşitli

secara reguler, seperti : kecap dan pasta gigi. 2) Produk impuls : produk yang dibeli tanpa perencanaan dan usaha mencari, seperti permen batangan dan majalah.. 3) Produk

PERANAN MEDIA FILM PADA PROSES PEMBELAJARAN PKN DALAM MENGEMBANGKAN SEMANGAT NASIONALISME SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |