21 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang mungkin memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian sebelumnya juga telah menjadi salah satu pertimbangan sehingga dapat dijadikan referensi secara tertulis atau mengkaji penelitian yang akan dilakukan. Berikut ini adalah penelitian yang merupakan referensi bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian:
1. Rafliangga Patma Saputra, (Skripsi, 2017) dari Prodi Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri Yogyakarta tentang “Dampak Praktek Prostitusi Terhadap Pengembangan Pariwisata di Sekitar Parangtritis”.
Dari hasil penelitian tersebut dijelaskan bawasannya terdapat dampak atas pengembangan fasilitas pariwisata seperti fasilitas penginapan, tempat hiburan malam justru dimanfaatkan bagi para PSK sebagai tembat mereka bekerja, selain itu dalam penelitian ini pedagang yang berada di pariwisata pantai parang tritislah yang menjembati antara penikmat jasa seks dan Psk. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data antara lain observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik kualitatif dengan menggunakan teknik analisis yang diperkenalkan oleh Miles and Hubermas yaitu teknik teknik analisis
22 dengan mengunakan beberapa tahapan yaitu: reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan.
2. Kustini, Muchtar Ali, Abdul Jamil Wahab. Judul penelitian, Fenomena Kawin Kontrak Dan Prostitusi ‘DAWAR’ Di Kawasan Puncak Bogor.
Jurnal AL QALAM, Vol.33, No, 2 (Juli-Desember 2016). Penelitian ini membahas mengenai dengan adanya wisata di daerah puncak Bogor menarik minat wisatawan Timur Tengah, untuk berkunjung kesana, tidak hanya tempat wisata saja yang ada disana melaikan juga ada villa untuk tempat beristirahat bagi wisatawan. Tetapi dengan adanya villa untuk tempat menginap justru disalah artikan bagi para wisatawan sebagai tempat maksiat. Hal ini terbukti dengan adanya fenomena kawin kontrak dan prostitusi di kawasan tersebut, selain itu yang menjebatani terjadi praktek prostitusi antara wisatawan dengan PSK adalah jasa penyewaan villa. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif.
Dengan menggunakan teknik pengumpulan data, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dengan meminjam teknik analisis yang diperkenalkan oleh Miles and Hubermas yaitu teknik analisis dengan tahapan reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan.
3. Unsiyah Anggraeni. (Jurnal, 2016) dari Prodi Depatermen Sosiologi, Universitas Airlangga Surabaya tentang Jaringan Sosial Prostitusi Di Kawasan Tretes Pasuruan. Penelitian ini membahas mengenai “Jaringan Sosial Prostitusi Di Kawasan Tretes Pasuruan”, dipenelitian ini germo, calo, dan tukang ojek sangat berperan dalam menjajakan wanita
23 penghibur kepada wisatawan, selain itu yang dijadikan tempat prostitusinya adalah villa dan kos-kosan didaerah sekitar tretes. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dengan meminjam teknik analisis yang diperkenalkan oleh Miles and Hubermas yaitu teknik analisis dengan tahapan reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan.
4. Oman Sukmana, Rupiah Sari. ( Vol. 6, No. 02. Januari-April, 2017 ) Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial. Universitas Muhammadiyah Malang, tentang
“Jaringan Sosial Praktek Prostitusi Terselubung Di Kawasan Wisata Kota Batu”. Penelitian ini membahas tentang praktek prostitusi yang berada di kawasan wisata Songgoriti. Selain itu membahas mengenai alih fungsi villa di sekitar Songgoriti yang seharusnya sebagai tempat istirahat maupun penginapan justru dijadikan sebagai tempat maksiat. Jaringan prostitusi terselubung ini tidak lepas dari peran-peran pemilik villa, tukang ojek, tempat karaoke (hiburan malam), Psk, dan masyarakat sekitar, semua jaringan tersebut memiliki fungsi dan peran masing- masing. Penelitian ini menggunakan teknik studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dengan meminjam teknik analisis yang diperkenalkan oleh Miles and Hubermas yaitu teknik analisis dengan tahapan reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan.
24 Tabel 1. Relevansi Penelitian Terdahulu
NO Judul Penelitian Hasil Penelitian Relevansi 1. “Dampak Praktek
Prostitusi Terhadap Pengembangan Pariwisata di Sekitar Parangtritis”. Jurnal, Prodi Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri Yogyakarta
Dari hasil penelitian tersebut dijelaskan bawasannya terdapat dampak atas
pengembangan fasilitas pariwisata seperti fasilitas penginapan, tempat hiburan malam justru dimanfaatkan bagi para PSK sebagai tembat mereka bekerja, selain itu dalam penelitian ini pedagang yang berada di pariwisata pantai parang tritislah yang menjembati antara penikmat jasa seks dan Psk.
Persamaanya dengan penelitian adalah dari adanya pengembangan pariwisata yang dilakukan di sekitar parang tritis sekarang banyak berdiri villa-villa dan penginapan
membawa dampak negatif, dan aktor utama yang menjebatani terjadi pratek prostitusi adalah pedagang sekitar tempat pariwasata.
2. Fenomena Kawin Kontrak Dan Prostitusi
‘DAWAR’ Di Kawasan
Penelitian ini membahas mengenai dengan adanya wisata di daerah puncak
Persamaanya dengan penelitian ini adalah
25 Puncak Bogor. Jurnal AL
QALAM, Vol.33, No, 2 (Juli-Desember 2016).
Kustini, Muchtar Ali, Abdul Jamil Wahab
Bogor menarik minat wisatawan Timur Tengah, untuk
berkunjung kesana, tidak hanya tempat wisata saja yang ada disana melaikan juga ada villa untuk tempat beristirahat bagi wisatawan. Tetapi dengan adanya villa untuk yempat menginap justru disalah artikan bagi para wisatawan sebagai tempat maksiat. Hal ini terbukti dengan adanya fenomena kawin kontrak dan prostitusi di kawasan tersebut, selain itu yang menjebatani terjadi praktek prostitusi antara wisatawan dengan PSK adalah jasa penyewaan villa.
membahas tentang adanya
penyalahgunaan fasiltas pariwisata yaitu tempat penginapan atau villa yang ada di kawasan wisata puncak bogor, yang seharus villa sebagai tempat penginapan justru beralih fungsi sebagai tempat maksiat, selain itu perantara dari proses maksiat tersebut adalah tukang ojek yang berada dikawasan villa tersebut.
26 3. Jaringan Sosial Prostitusi
Di Kawasan Tretes Pasuruan. (Jurnal, 2016) dari Prodi Depatermen Sosiologi, Universitas Airlangga Surabaya.
Unsiyah Anggraeni
Penelitian ini membahas mengenai “Jaringan Sosial Prostitusi Di Kawasan Tretes
Pasuruan”, dipenelitian ini germo, calo, dan tukang ojek sangat berperan dalam menjajakan wanita penghibur kepada wisatawan, selain itu yang dijadikan tempat prostitusinya adalah villa dan kos-kosan didaerah sekitar tretes.
Persamaannya dengan penilitian ini adalah
membahas
mengenai terdapat jaringan sosial yang mengarah ke hal prostitusi.
Selain itu prostitusi
dilakukan di villa- villa yang beradi dikawasan tretes pasuruan, yang menjadi jaringan sosial prostitusi tersebut antara lain calo, germo dan tukang ojek di daerah sekitar tretes.
4. “Jaringan Sosial Praktek Prostitusi Terselubung Di Kawasan Wisata Kota
”. Penelitian ini membahas tentang praktek prostitusi yang
Persamaannya dengan penelitian ini adalah
27 Batu”. ( Vol. 6, No. 02.
Januari-April, 2017 ) Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial. Universitas Muhammadiyah Malang.
Oman Sukmana, Rupiah Sari.
berada di kawasan wisata Songgoriti. Selain itu membahas mengenai alih fungsi villa di sekitar Songgoriti yang seharusnya sebagai tempat istirahat maupun penginapan justru dijadikan sebagai tempat maksiat. Jaringan
prostitusi terselubung ini tidak lepas dari peran- peran pemilik villa, tukang ojek, tempat karaoke (hiburan malam), Psk, dan masyarakat sekitar, semua jaringan tersebut memiliki fungsi dan peran masing-masing
membahas mengenai terjadi penyalahgunaan fasiltas penunjang pariwisata di daerah Batu yaitu terjadinya alig fungsi villa sebagai tempat maksiat dan juga yang menjebatani terjadi maksiat di villa tidak lepas dari peran pemilik villa itu sendiri, tukang ojek sekitar songgoriti dan tempat hiburan malam yang ada dikawasan Songgoriti.
28 2.2 Fenomena Perkembangan Prostitusi
Prostitusi merupakan fenomena yang sudah ada sejak lama di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Prostitusi di Indonesia bermula sejak zaman kerajaan- kerajaan jawa yang menggunakan wanita sebagai bagian dari komoditas sistem feodal. Kata “Prostitusi atau dapat diartikan “Pelacuran”, sejak dahulu kala di bicakan orang. Di Indonesia dalam pembicaraan atau di dalam tulisan di surat kabar atau majalahdan sejenisnya, sepengetahuan penulis belum ada yang membahas secara luas objektif, malah terkadang secara subjektif berupa celaan atau cacian terhadap diri pelaku prostitusi dan kerap kali sensaional untuk tujuan kormesial semata-mata sementara golongan tertentu memandang bahwa pelaku prostitusi adalah wanita yang tidak bermoral, tidak tahan iman dan berbagai sikap anti pati kepada “pelacur” yang karena berbagai hal memasuki dunia gelap tanpa memperhatikan kaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat yang mempunyai hubungan dengan prostitusi.
Prostitusi merupakan sbuah kegiatan yang didalamnya terdapat wanita yang dipekerjakan oleh mucikari untuk memberikan jasa seks kepada kaum laki- laki. Menurut Edlund dan Korn (2002) menyebutkan, prostitusi adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh wanita yang memiliki keterampilan rendah untuk mendapatkan gaji yang tinggi.
Dari gambaran sosiologis terdapat adanya kantong-kantong kemiskinan yang mengisyaratkan bahwa apapun akan dilakukan warga sekitar lokalisasi untuk melakukan penerimaan dalam mendukung tumbuhnya perekonomian dalam menunjang kebutuhan hidup agar terpenuhi. Kantong-kantong kemiskinan yang tercermin dari wilayah tersebut adalah sebgai daerah pertanian yang
29 sebagian besar penduduknya buruh tani, buruh tambak, dan buruh pabrik. Dengan tumbuhnya lokalisasi sebagai tempat prostitusi masyarakat setempat dapat memperoleh penghasilan tambahan sebagai penjual makanan, warungdi sekitar daerah prostitusi tersebut.
Ditinjau dari faktor penyebab seseorang melakukan tindakan prostitusi, sebagian besar masalahnya terletak pada faktor ekonomi dan faktor sosial. Pada faktor ekonomi dipengaruhi oleh penghasilan dan kebutuhan seseorang, sedangkan faktor sosial dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, suasana lingkungan maupun pendidikan seseorang. Jadi prostitusi terjadi akibat kurangnya kesejahteraan lahir dan batin. Kesulitan untuk memenuhi kebutuhan segelintir wanita yang tidak memiliki keterampilan (Skill), melakukan perbuatan jalan pintas dengan menjajakan dirinya di tempat-tempat tertentu (di luar lokalisasi WTS), tampaknya menimbulkan pemandangan yang tidak berkenaan di hati.
Fenomena prostitusi yang terjadi di Indonesia terutamanya di tempat pariwisata banyak berkembang di kalangan para pelajar, Mahasiswa, bahkan ibu rumah tangga sekalipun dapat melakukan perbuatan tersebut. Tidak sedikit dari mereka beralasan karena mereka kekurangan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, karena terpaksa, karena mempunyai pendidikan yang rendah, ataupun dengan alasan karena hanya ingin mencobanya. Walaupun meraka tahu akibat dari perbuatan yang dilakukan tetapi tidak membuat mereka jera ataupun berfikir lebih jauh akibat yang akan di timbulkan dari masalah prostitusi tersebut.
Kawasan prostitusi biasanya terletak pada wilayah wisata yang mendukung seperti kawasan wisata puncak yang beriklim dingin, diatas bukit,
30 terdapat villa-villa, bahkan villa kelas bawah murah meriah. Prostitusi adalah penjualn jasa seksual, seperti seks oral atau hubungan seks, untuk pundi-pundi uang. Seseorang penjual jasa seks disebut pelacur, yang kini sering disebut pekerja seks komersial (PSK). (Asyari, 1999 : 76).
Memisahkan prostitusi dengan kawasan wisata tidak semudah yang kita bayangkan. Sudah banyak protes dan tindakan mengenai masalah ini, namun tetap prostitusi selalu bangkit dengan cepat. Tentu banyak motif-motif yang menjadi sebab hal ini terjadi, namun karena itu kita seharusnya mampu membentengi dari hal ini merupakan faktor sosial yang menjadi masalah sosial di Negara ini.
Sama halnyan dengan yang terjadi di Kota Batu semakin berkembang dan tersohornya kota ini disebabkan sektor pariwisata yang sangat bagus, sehingga pariwisata sudah diakui sebagai industri terbesar abad ini, dilihat dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dunia dan penyerapan tenaga kerja. Sehingga semakin banyaknya masyarakat yang berbondong-bondong mendirikan usaha di kota wisata berdalih membuka lapangan pekerjaan dalam bentuk usaha apapun yang terkadang menimbulkan hal negatif. Misalnya banyak penginapan seperti villa dan gotel yang berada di Kota Batu, khususnya di daerah Songgoriti yang sudah bukan rahasia umum. Sekarang villa-villa tersebut, sudah banyak pengunjungnya saat akhir pekan maupun disaat hari libur. Maraknya villa yang ada di daerah Songgoriti, sebagian besar rumah tinggal dialih fungsikan menjadi villa atau penginapan berupa kamar dan rumah yang disewakan.
Fenomena maraknya villa atau penginapan yang kian menjadi ini, pada awalnya hanya sebagai alternatif pilihan penginapan selain hotel. Namun pada
31 kenyataannya, keberadaan villa atau penginapan di Songgoriti dijadikan sebagai ajang untuk tempat pemuas nafsu bagi sebagian pengunjung villa atau penginap yang menginap ditempat tersebut.
2.3 Fungsi Villa dalam Pariwisata.
a. Fungsi utama villa dalam tempat pariwisata adalah sebagai tempat beristirahat atau sebagai tempat menginap bagi wisatawan ataupun pengungjung tempat pariwisata itu sendiri.
b. Sebagai sarana penunjang tempat pariwisata, karena didalam villa tersebut terdapat fasilitas-fasilitas penunjang wisata, selain sebagai tempat istirahat.
c. Sebagai salah satu temapat untuk memajukan devisa suatu daerah guna untuk meningkatkan nilai ekonomi suatu daerah.
d. Menyerap jumlah pengangguran yang ada disekitar daerah pariwisata tersebut dan menambah perekonomian masyarakat sekitar.
2.4 Fenomena Joki Villa.
Fenomena joki villa ini sudah marak terjadi di kawasan villa yang berada di sekitar pariwisata, secara umum tugas utama joki villa adalah menjembatani serta menarik minat, atau menawarkan jasa villa kepada pengunjung, wisatawan yang melintas di daerah sekitar pariwisata. Namun juga banyak kenakalan joki villa yang sudah kerap ditemui oleh masyarakat. Selain menawarkan jasa penginapan kepada pengunjung atau wisatawan ternyata joki villa juga menawarkan teman menginap atau teman tidur kepada pengunjung villa yang hendak menyewa villa tersebut.
32 Motif utama joki villa adalah untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.
Dengan alasan utama untuk memenuhi kebutahan ekonomi tersebut, maka segala cara dilakukan joki villa guna mendapatkan pemasukan yang berlipat-lipat tanpa memikirkan dampaknya. Selain joki villa yang sudah menyeleweng dari tujuan utamanya untuk menjembatani antara wisatawan yang hendak menginap dengan pemilik villa, ternyata juga banyak macam-macam joki didalam kehidupan bermasyarakat antara lain:
1. Joki Three in One
Joki three in one (tiga dalam satu) adalah seseorang yang menawarkan jasanya untuk ikut naik mobil orang lain yang mau membayar dengan sejumlah uang, agar pemilik mobil dapat melewati jalan yang tidak boleh dilewati oleh mobil yang mengangkut penumpang yang kurang dari 3 orang.
Kebijakan ini diberlakukan oleh Pemda DKI Jakarta untuk mengatasi kemacetan, maksudnya agar pengguna jalan lebih efisen, terutama di jam- jam sibuk. Padahal seorang karyawan di kawasan tertentu yang mengharuskan melewati jalan tersebut tak mungkin membawa istri atau anak yntuk sama-sama ke kantor, lalu menunggu di kantor sampai sang karyawan pulang kembali.
2. Joki Masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
Joki masuk perguruan tinggi negeri salah satu jenis joki ilegal yang kedua adalah joki masuk perguruan tinggi negeri (PTN). Joki ini adalah seseorang, yang menganti calon mahasiswa tes PTN. Tentu saja joki jenis ini punya persyaratan tertentu, yaitu pintar, punya pengetahuan luas,
33 mengerti tata cara tes, dan secara fisik memang tampak sperti calon mahasiswa yang berumur 19-25 tahun.
Praktek perjokian jenis ini tentunya tidak dilakukan setiap saat sebagaimana halnya joki three in one, tetapi uang jasanya puluhan juta rupiah, tergantung perjanjiannya. Kejahatan joki tes masuk PTN ini sudah sering tertangkap tangan, dan tentu saja mahasiswa yang seharusnya mengikuti tes itu dinyatakan gagal.
3. Joki Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
Praktek perjokian yang juga “favorit” adalah joki tes masuk calon pegawai negeri sipil yang terjadi di Indonesia. Karena begitu kuatnya persaingan untuk lulus CPNS, maka biasanya ada pasar maka ada barang.
Mirip seperti joki mahasiswa untuk tes masuk PTN, maka joki untuk CPNS ini harus pintar, mungkin sarjana yang menganggur, dengan umur tertentu, sekitar 24-30 tahun.
4. Joki Skripsi
Joki skripsi merupakan jasa untuk membantu mahasiswa dalam mengerjakan skripsi. Mahasiswa tidak usah bersusah payah dalam menulis skripsinya murni dengan ide mereka joki skripsi dengan syarat membayar upah si joki skrripsi itu sendiri. Upah jasa joki skripsi beragam-ragam antara 2-5 juta rupiah tergantung tingkat kerumitan dan kesulitan skripsinya.
34 2.5 Cara Kerja Joki Villa
Sistem cara kerja joki villa adalah dengan mangkal di pinggir jalan, di depan gapura, ataupun di gang-gang daerah sekitar daerah pariwisata Songgoriti, tujuannya agar supaya apabila ada pengunjung pariwisata ada yang lewat, mereka si joki villa menawari jasa villa sebagai tempat istirahat kepada para pengunjung.
Terdapat 2 cara kerja antara joki villa biasa dengan joki villa nakal. Alur joki villa biasa hanya melibatkan antara pengunjung villa (user) dengan pemilik villa, si joki villa hanya bersifat perantara dan menjembati antara user dan pemilik villa.
Sedangkan alur joki villa nakal melibatkan banyak kalangan antara lain si joki villa sebagai tourguide, pemilik villa itu sendiri, tempat hiburan malam dan karaoke, dan PSK itu sendiri. Tetapi peran joki villa nakal ini sangat berperan dalam terjadinya praktek prostitusi yang terjadi di villa daerah sekitar songgoriti itu sendiri. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam bagan sebagai berikut:
Bagan 1 Alur Kerja Joki Villa
35 2.6 Macam-Macam jenis Villa
a. Menurut Gunawan (2007), villa merupakan tempat tinggal bersifat sementara yang digunakan saat berlibur dan rekreasi. Villa digunakan sebagai tempat peristorahatan.
b. Menurut Muhammad (2003), bahwa villa adalah seatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, diperuntukan bagi masyarakat umum, baik mereka bermalam di villa tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki villa itu.
Berdasarkan pengertian villa dari beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa villa adalah sarana penginapan yang tidak hanya digunakan untuk beristirahat saat berliburan ataupun berekreasi tetapi juga keperluan tertentu untuk sarana tempat berkumpulnya dan musyawarah (rapat) dengan memberikan pelayanan jasa kamar dan ruangan rapat. Dengan adanya villa ini maka dapat memberikan keuntungan tidak hanya bagi jasa penginapan tetapi juga bagi suatu kota ataupun daerah tertentu.
36 Menurut Gunawan (2007) villa dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Jenis-jenis villa yaitu:
1. Villa Resort
Merupakan villa yang dibangun di daerah atau tempat- tempat wisata. Tujuannya adalah sebagai fasilitas akomodasi dari suatu aktivitas wisata
2. Mountain Villa
Villa ini terletak di daerah pegunungan. Pemandangan pegunungan yang indah merupakan kekuatan lokasi yang dimanfaatkan sebagai ciri rancangan villa ini. Fasilitas yang terdapat di dalam bangunan berkaitan dengan lingkungan alam dan rekreasi yang bersifat kultural dan natural.
3. Beach Villa
Villa ini terletak di daerah pantai, mengutamakan potensi alam pantai dan laut sebagai daya tariknya. Pemandangan yang lepas ke arah laut, keindahan pantai, dan fasilitas olahraga air yang dimanfaatkan sebagai pertimbangan utama perancangan bangunan.
Villa sendiri terdiri dari kelas standart, menengah, dan mewah. Hal ini dibedakan berdasarkan ukuran villa, fasilitas di dalam bangunan, dan jumlah kamar yang terdapat di dalam villa tersebut. Semakin tinggi kelas atau villanya maka semakin lengkap fasilitas di dalam villa tersebut. Pada umumnya villa diperuntukan
37 pada golongan menengah ke atas. Pada saat ini villa dipeuntukan bagi segala golongan dengan berbagai varian harga.
Villa merupakan sarana penginapan yang berbeda dengan sarana penginapan yang lainnya. Hal ini dikarenakan bahwa villa merupakan sarana penginapan yang dibuat menyerupai rumah dengan fasilitas yang cukup memadai di dalamnya. Menurut Muhammad (2003) dalam buku villa sebagai penginapan.
Perbedaan inilah yang menjadi karakertistik dari villa.
Karakteristik dari villa adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan dan memasarkan produknya bersamaan dengan tempat dimana jasa pelayananya dihasilkan.
2. Beroprasi 24 jam sehari, tanpa adanya hari libur dalam pelayanan jasa terhadap pelanggan villa dan masyarakat pada umumnya.
3. Memiliki fasilitas yang cukup memadai dan lengkap di dalamnya dan diibaratkan seperti rumah sendiri
2.7 Landasan Teori: Tindakan Sosial Max Weber
Max Weber adalah salah satu ahli alhi sosiologi dan sejarah bangsa Jerman yang lahir Erfurt pada tanggal 21 April 1864 dan meninggal dunia di Munchen tanggal 14 Juni 1920. Weber merupakan seorang guru besar di Freiburg (1894-1897) Heidelberg (sejak 1987), dan Munchen (1910-1920). Weber melihat sosiologi sebagai sebuah studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial.
38 Artinya, tindakan manusia dianggap sebagai sebuah tindakan soaial yang mana tindakan sosial yang mana tindakan tersebut ditunjukan kepada orang lain.
Tindakan sosial menurut Weber merupakan suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu memiliki makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain menurut Weber dalam (ritzer,2012), suatu yang diarahkan pada benda mati tidak termasuk dalam kategori tindakan sosial.
Suatu tindakan dikatakan sebagai tindakan sosial ketika tindakan tersebut benar- benar diarahkan kepada orang lain. Merkipun tidak jarang tindakan sosial dapat berupa tindakan yang bersifat subjektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu.
Terdapat 5 ciri pokok tindakan sosial menurut Max Weber, yaitu:
1. Jika tindakan manusia itu menururt aktornya mengandung makna subyektif dan hal ini bisa meliputi berbagai tindakan sosial.
2. Tindakan nyata itu bisa bersifat membatin sepenuhnya.
3. Tindakan itu bisa berasal dari akibat pengaruh positif atau situasi, tindakan yang diulang, atau tindakan berbentuk persetujuan secara diam- diam dari pihak manapun.
4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.
5. Tindakan itu diarah kepada orang lain dan terarah kepada orang lain itu.
Selain dari kelima ciri pokok tersebut, menurut Max Weber tindakan soaial juga dapat dibedakan dari sudut waktu sehingga ada tindakan yang diarahkan kearah waktu sekarang, waktu lalu, dan waktu yang akan datang.
39 Sasaran suatu tindakan sosial bisa terdapat pada individu maupun kelompok.
Max Weber membedakan tindakan sosial manusia ke dalam 4 tipe, yaitu:
a. Tindakan Rasionalitas Instrumental
Tindakan ini merupakan suatu tindakan yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersedianan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Tindakan ini telah dipertimbangkan secara matang agar mencapai tujuan tertentu. Dengan perkataan lain menilai dan menentukan tujuan itu dan bisa saja tindakan itu dijadikan sebagai cara untuk mencapai tujuan lain.
b. Tindakan Rasional Nilai (Werk Rational)
Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan niali-nilai individu yang bersifat absolut.
c. Tindakan Afeksi (Affectual Action)
Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual dan perencanaan sadar, tindakan afeksi sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional individu.
Contohnya: hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang dimabuk asmara. Tindakan ini biasanya terjadi atas ransangan dari luar yang bersifat otomatis sehingga bias berarti.
40 d. Tindakan Tradisional (Tradisional Action)
Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan.
Kedua tipe tindakan yang terakhir sering hanya menggunakan tanggapan secara otomatis terhadap ransangan dari luar. Karena itu tidak termasuk kedalam jenis tindakan yang penuh arti yang menjadi sasaran penelitian sosiologi, namun demikian pada waktu tertentu tipe tindakan tersebut dapat berubah menjadi tindakan yang penuh arti sehingga dapat dipertanggungjawabkan untuk dipahami.
Menurut Weber perilaku sosial juga berakar dari kesadaran individu dan bertolak situ. Tingkah laku individu merupakan kesatuan analisis sosiologis, bukan keluarga, negara, partai dll. Weber berpendapat bahwa studi kehidupan sosial yang mempelajari pranata dan struktur sosial dari luar saja seakan akan tidak ada inside-story, dan karena itu mengesampingkan pengarahan diri oleh individu, tidak menjangkan unsur utama dan pokok dari kehidupan sosial itu.
Dalam konteks penelitian yang akan dilakukan, peneliti ingin mengetahui bagaimana fenomena joki villa songgoriti, selain itu peneliti juga ingin mengetahui bagaimana cara kerja joki villa dalam menarik minat pelangannya.
Tindakan ini telah dipertimbangkan dengan cukup matang dengan tujuan agar ia dapat mencapai kehidupan yang diinginkan, yaitu kehidupan yang lebih dalam memenuhi kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, maupun kebutuhan tersier.
(Ritzer, 2012).
41 2.8 Landasan Teori: Fenomenologi Alfred Schutz.
Alfred Schutz adalah seorang pengacara, ekonom, pelaku bisnis, dan filusuf. Ia lahir dan dibesarkan di Wina pada awal 1900-an ketika kota itu menjadi ibu kota kerajaan Austria-Hungaria yang luas. Dia meninggalkan tanah airnya pada usia 38 pada saat aneksasi Nazi. Setelah menyelesaikan dinas militer dalam perang dunia pertama, ia belajar di Wina dengan ahli hukum termansyhur saat itu, Hans Kelsen, serta ahli ekonomi Ludwig Von Mises, seorang kritikus yang oleh Tom Cambell (1981), disebut-sebut paling pedas atas Max Weber.
Secara intelektual, ia cenderung terkesan dengan penafsiran Weber, sembari mencoba menjernihkan dan mengembangkannya dalam terang filosofi
‘Fenomenologi’ Edmund Husserl yang secara pribadi dikenalnya. Schutz belajar ilmu sosial di Universitas Wina pada permulaan abad ke-20. (Alex Sobur: 2014;
Hal 50).
Asal kata fenomena berasala dari bangsa Yunani yaitu phenomenom, yang secara harfiah berarti “gejala” atau muncul. Acuan utama fenomenologi mengenai bagaimana mereka terjadi pada individu. Berbagai bentuk pengalamana dapat diansumsikan sebagai landasan yang baik untuk filsafat, misalnya epstimologi atau metafisika. (Bryan S. Turner: 2006).
2.8.1. Cara Pemandang Alfred Schutz mengenai Fenomenologi.
Terdapat tiga 3 point Schutz dalam memandang perilaku manusia sebagai fenomena diantara sebagai berikut:
42 a) Kehidupan Sosial.
Pengalaman kehidupan individu yang sedang dijalani digolongkan dan ditempatkan dalam kehidupan sosial, seperti yang akan kita lihat, pengalaman sosial berubah menjadi pengalaman yang bersangkutan yang tidak dapat direduksikan. Kesadaran manusia bergantung pada realitas orang lain dan pengalaman individu dimediasi oleh cara berfikir dan perasaan yang diteruskan melalui hubungan-hubungan sosialnya. (Tom Campbell: 1999; Hal 235).
b) Masyarakat .
Masyarakat bisa mempunyai arti society, atau socius yang artinya teman. Asal kata masyarakat dalam bangsa Arab berarti syirk, yang artinya bergaul. Hubungan seksual adalah bentuk atau norma kehidupan yang disebabkan oleh peran manusia. Lingkungan sosial merupakan suatu kekuatan sebagai bentuk satu kesatuan yang disebut Masyarakat. (Munandar Soeloeman: 1989; Hal 63)
c) Individu.
1. Commonsense berarti akal sehat yang digunakan dalam bahasa keseharian, pengetahuan atau commonsence yang berada pada individu yang sadar. Pengetahuan ini berasal dari penemuan individu itu sendiri, tetapi ditranmisikan atau diturunkan secara sosial dengan orang sebelumnya.
2. Stock of Knowledge.
Banyak pemikiran manusia tidak hanya satu atau dua pemikiran saja baik mengenai aturan yang diwujudkan,
43 mengenai konsep-konsep dasar, dan mengenai informasi lainnya. Hal Ini merupakan keseluruhan yang ada dalam pemikiran manusia itu sendiri atau disebut dengan stok pengetahuan yang dimana ini merupakan referensi untuk interpretasi dari suatu peristiwa yang kita hadapi dalam kebidupan sehari-hari.