• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Attitude, Perceived Behavioral Control, dan Moral Obligation Pada Intentions Pembajakan Produk Digital (Studi Kasus: Software, DVD, CD, MP3, dan VCD).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Attitude, Perceived Behavioral Control, dan Moral Obligation Pada Intentions Pembajakan Produk Digital (Studi Kasus: Software, DVD, CD, MP3, dan VCD)."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

ATSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Attitude, Perceived Behavioral Control, dan Moral Obligation pada Intentions Pembajakan Produk Digital (Studi Kasus; Software, DVD, CD, MP3, dan VCD)”. Tujuan penelitian ini adalah ingin menguji dan menganalisis pengaruh attitude (sikap), perceived behavioral control (kemampuan), dan moral obligation (kewajiban moral) pada intentions (niat) pembajakan produk digital.

Penelitian ini dilakukan di Universitas Kristen Maranatha Bandung dengan menggunakan 236 responden mahasiswa UKM yang mengetahui tentang pembajakan produk digital. Karakteristik responden yang digunakan adalah jenis kelamin, usia, fakultas dan tahun angkatan. Metode analisis yang digunakan adalah metode statistik regresi sederhana dan regresi berganda dengan menggunakan SPSS versi 12.00. Instrumen penelitian ini merupakan adopsi dari penelitian Cronan & Al-Rafee (2008)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, simpulan akhir yang dapat diambil adalah uji model bersama mempunyai pengaruh yang paling besar pada intentions pembajakan produk digital. Pengaruh uji model bersama pada intentions pembajakan produk digital adalah sebesar 49,1%, sedangkan sisanya sebesar 50,9% dipengaruhi oleh faktor lain selain attitude, perceived behavioral control, dan moral obligation. Kata kunci: pembajakan produk digital, sikap, kemampuan, kewajiban moral, niat,

attitude, perceived behavioral control, moral obligation

(2)

ATSTRACT

This research title is “The Influence of Attitude, Perceived Behavioral Control and Moral Obligation Toward Intentions of Digital Piracy Products (Software, DVD, CD, MP3, and VCD). The purpose of this research is to test and to analyze the influence of attitude, perceived behavioral control and moral obligation toward intentions of digital piracy products.

This research conducted at Maranatha Christian University Bandung using 236 college student sample who knew about digital piracy products. Sample characteristics are gender, age, faculty and college years. Analysis method use is statistical methods of simple regression and multiple regression with SPSS version 12.00. This research's instrument is adopted from Cronan & Al-Rafee (2008).

Based on the result, conclude that the simultaneous model tested gave the biggest influence toward intentions of digital piracy products. The influence intensity of the simultaneous model tested is 49,1%, while the remain 50,9% influenced by other factors beside attitude, perceived behavioral control and moral obligation.

(3)

DAFTAR ISI

2.1 Perusahaan, Strategi Persaingan, dan Produk Digital Bajakan 16

2.2 Perilaku Membajak 20

2.5 Pengaruh Attitude, Perceived Behavioral Control, dan Moral Obligation pada Intentions Pembajakan Produk Digital 29

(4)

2.6 Model Penelitian 31

4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 55

4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 55

4.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Fakultas 56

(5)

BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN 81

5.1 Simpulan 81

5.2 Implikasi Manajerial 82

5.3 Keterbatasan Penelitian 83

5.4 Saran 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(6)

DAFTAR TATEL

Tabel 1.1 Tingkat Pembajakan di Asia Pasifik tahun 2006 9

Tabel 3.1 Hasil Uji Normalitas 41

Tabel 3.2 Hasil Uji Multikolineritas 43

Tabel 3.3 KMO & Barlett test 45

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas 46

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas 49

Tabel 3.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 50-51 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 55 Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 55 Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Fakultas 56 Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan 57 Tabel 4.5 Hasil ANOVA Model pada Intentions 59 Tabel 4.6 Hasil Regresi Model pada Intentions 60 Tabel 4.7 Hasil Adjusted R Square Model pada Intentions 63 Tabel 4.8 Hasil Adjusted R Square Attitude pada Intentions 64 Tabel 4.9 Hasil Adjusted R Square Perceived Behavioral Control pada

Intentions 64

Tabel 4.10 Hasil Adjusted R Square Moral Obligation pada Intentions 65 Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Adjusted R Square 65

Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Penelitian 68

(7)

DAFTAR GAMTAR

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran 13

Gambar 2.1 Model TPB 23

Gambar 2.2 Model Penelitian 31

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Kuesioner

LAMPIRAN 2. Hasil Uji Normalitas

LAMPIRAN 3. Hasil Uji Mulikolineritas

LAMPIRAN 4. Hasil Uji Validitas

LAMPIRAN 5. Hasil Uji Reliabilitas

LAMPIRAN 6. Hasil Karakteristik Responden

LAMPIRAN 7. Hasil Uji Regresi

(9)

BABBI

PENDAHULUAN

1.1BBBBLatarBBelakangBPenelitian

‘Ledakan’ populasi menyebabkan kehidupan manusia semakin bertambah

rumit yang mana kehidupan ini tercermin dari suatu kebutuhan. Dalam hal

ini, kebutuhan manusia khususnya dalam dunia bisnis dari hari ke hari

semakin meningkat. Salah satu kebutuhan yang meningkat tersebut adalah

kebutuhan akan informasi dan teknologi.

Sebelumnya, kegiatan bisnis cukup hanya dengan kertas, alat tulis,

dan alat hitung sederhana. Akan tetapi, peningkatan persaingan

menyebabkan kegiatan bisnis membutuhkan alat penunjang yang lebih dari

itu. Dalam menentukan strategi persaingan diperlukan data dan informasi

serta teknologi yang mempermudah aktifitas tersebut, seperti komputer,

telepon selular, internet, dsb. Hal ini membuat teknologi dan informasi

menjadi sebuah komoditi sehingga mengalami perkembangan secara

berkelanjutan. Salah satu perkembangan teknologi tersebut adalah teknologi

digital yang tertuang dalam produk digital (sofware, dvd, cd, mp3 dan vcd)

Kotler (2003:2-3) mengatakan bahwa revolusi dalam teknologi digital

telah membuat perubahan dalam tatanan perekonomian, sebagai contoh

sebuah toko. Jika konsumen ingin melihat produk baru maka ia harus

berkunjung ke toko tersebut, namun kini dengan adanya internet maka ia

(10)

tidak perlu lagi menghabiskan waktu dalam perjalanan yang macet dan

panjang, cukup hanya sekali klik saja maka ia dapat mengetahui informasi

yang ia perlukan. Contoh lain yaitu dalam bidang hiburan, mendengarkan

musik telah menjadi kebutuhan pokok hampir seperti makanan dan

minuman, kapan saja dimana saja, musik bisa menjadi permintaan yang

perlu diresponi oleh perusahaan (Fuad, 2000:3). Tentu saja gaya hidup

tersebut mendorong peningkatan kebutuhan teknologi dan informasi.

Sebelum seseorang membeli suatu produk dia perlu tahu spesifikasi dan

informasi apa saja yang ada tentang produk digital tersebut, dalam hal ini

internet berperan penting.

Peningkatan kebutuhan manusia akibat dari ledakan populasi tersebut

melahirkan masalah baru yaitu sumber daya yang tersedia tidak seimbang

dengan jumlah populasi yang ada, bahkan pada titik tertentu sumber daya ini

dapat menjadi habis (Kotler, 2003:180). Salah satu sumber daya untuk

memenuhi kebutuhan tersebut adalah sumber daya secara finansial atau daya

beli seseorang.

Perubahan tatanan kehidupan khususnya kebutuhan akan teknologi

dan informasi ini dapat menjadi hal yang paradoks yaitu satu sisi konsumen

dan perusahaan mendapatkan berbagai macam kemudahan. Akan tetapi, sisi

lain muncul isu-isu baru yang berhubungan dengan teknologi dapat

merugikan pihak-pihak tertentu. Hal ini didukung oleh Velasquez (2002:25)

(11)

internet pada akhir abad 20, telah mengubah tatanan kehidupan sosial dan

bisnis dan juga menciptakan potensi munculnya masalah yang baru dalam

dunia bisnis.

Dengan adanya internet hampir semua hal bisa dilakukan seperti

mengirim dokumen tidak harus menggunakan mesin fax lagi, cukup dengan

email saja (Fuad, 2000:2). Akan tetapi, bagi pihak-pihak tertentu dapat

menyebabkan target penjualan menurun sehingga profit perusahaan atau

produsen berkurang akibat adanya pembajakan. Dengan demikian, hal yang

ingin dibahas secara lebih mendalam oleh peneliti adalah masalah

pembajakan karena fenomena pembajakan dalam dunia bisnis merupakan

hal yang sangat patut mendapat perhatian, mengingat pembajakan telah

banyak merugikan perusahaan-perusahaan, yang seharusnya mendapatkan

target penjualan, tetapi target tersebut lenyap karena pembajak telah mencuri

dengan cara membajak produk-produk milik perusahaan.

Bush et al., (1989) dalam Cheung & Prendergast (2006) mengatakan

bahwa awal dari pembajakan ini bermula dari pemalsuan barang-barang

merek terkenal yang notabene merupakan barang-barang mewah seperti

pakaian-pakaian bermerek dan aksesoris-aksesorisnya; dompet, tas, sabuk,

dll. Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, maka

pembajakan pun tidak hanya ke produk fisik mewah saja tapi semakin

meluas dan merambah ke produk digital pula. Penelitian ini lebih

menekankan pada pembajakan produk digital yang termasuk kategori

(12)

barang mewah dalam arti harga jualnya tinggi. Harga jual yang tinggi

merupakan akibat dari biaya produksi khususnya biaya riset yang

dikeluarkan sangat besar dan penelitian juga memakan waktu lama (Cronan

& Al-Rafee, 2008).

Dalam memenuhi kebutuhan produk digital ini konsumen

memerlukan daya beli yang sesuai atau cukup. Hal ini tentu sangat penting

mengingat bahwa kebutuhan informasi dan teknologi ini tidak terbatas.

Kebutuhan yang tidak terbatas (informasi dan teknologi) dengan sumber

daya yang terbatas (daya beli / uang) menimbulkan 'jurang' lebar antara

konsumen yang menginginkan produk digital dan daya beli tidak memadai.

Hal ini menjadi suatu masalah baru dalam dunia bisnis yaitu diperlukan

produk digital dengan harga yang sesuai dengan daya beli konsumen. Fuad

(2000:3) mendukung hal ini dengan mengatakan bahwa keberhasilan pasar

akan didapat oleh perusahaan yang mampu menyesuaikan diri dengan

persyaratan lingkungan saat ini, yaitu mereka yang mampu memberikan apa

yang siap dibeli oleh konsumen.

Sebelum perusahaan memutuskan strategi apa yang dilakukan untuk

menanggapi permintaan pasar yang ada, perusahaan perlu untuk

menentukan posisi persaingan dalam pasar, mengingat bahwa terdapat

banyak perusahaan yang berusaha menanggapi permintaan pasar.

Perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya tidak lepas dari persaingan

(13)

memikat calon konsumen yang akan menjadi konsumennya. Persaingan

yang semakin ketat membuat perusahaan harus mengidentifikasi strategi,

tujuan, kekuatan dan kelemahan serta pola reaksi para pesaing utamanya

(Kotler, 2003:272) dan setelah itu baru menentukan strategi yang tepat

untuk menghadapinya.

Strategi yang paling tepat untuk menghadapi permintaan pasar ini

adalah strategi pengikut pasar (Kotler, 2003:296), karena mengingat

permintaan pasar yaitu harga produk digital yang murah. Harga produk yang

murah menuntut biaya produksi yang murah. Untuk bisa mencapai hal itu

perusahaan perlu meniadakan biaya-biaya tertentu, sehubungan dengan

produk digital maka biaya inovasi adalah hal yang paling mengeluarkan

banyak biaya. Dengan demikian, biaya inovasi ditiadakan dengan cara

perusahaan meniru inovasi milik perusahaan lain (Kotler, 2003:296).

Beberapa strategi yang dapat dilaksanakan oleh pengikut pasar

(Kotler, 2003:296), yaitu pemalsu (counterfeiter), pengklon (cloner), peniru

(imitator), pengadaptasi (adapter). Strategi yang paling tepat merespon

kebutuhan informasi dan teknologi adalah strategi pemalsu (counterfeiter)

karena karakteristik produk digital yang unik yaitu dapat diperbanyak tanpa

mengurangi kualitas master file dan tanpa bisa dibedakan hasil produksi

pertama (master file) dan produksi duplikasi. Selain itu, kapasitas produk

digital dapat dipadatkan (compressed) tanpa mengurangi informasi dan

kualitas. Sebagai contoh, arsip sebesar 5MB (megabyte) dapat

(14)

compressed menjadi setengahnya yaitu 2,5MB (Peitz & Waelbroeck, 2006).

Strategi pemalsu merupakan peniruan persis atau sama dengan produk

dan kemasan pemimpin pasar serta dijual pada pasar gelap (Kotler,

2003;296). Dengan kata lain, produk atau barang yang dihasilkan oleh

perusahaan yang menggunakan strategi pemalsu ini bisa disebut produk atau

barang tiruan/bajakan yang sangat mirip (100%) dengan aslinya, namun

dengan tingkat harga yang jauh lebih rendah dari barang aslinya (Bush et al.,

1989 dalam Cheung & Prendergast, 2006).

Kombinasi antara strategi pemalsu dan karakteristik produk digital

yang unik tersebut membuat perusahaan pemalsu dapat menghasilkan

produk digital yang kualitasnya sama dengan aslinya namun dengan harga

yang sangat jauh lebih murah. Dengan demikian, produk digital bajakan

telah menjadi jawaban bagi permintaan konsumen yang mempunyai daya

beli yang terbatas.

Akibat lain dari perkembangan teknologi digital adalah konsumen

akhir sekarang ikut memegang kendali di dalam pasar, bahkan kekuasaan

sudah beralih ke tangan konsumen (Fuad, 2000:3). Dalam penelitian ini,

kendali yang dimaksud adalah walaupun perusahaan telah menanggapi

permintaan konsumen, konsumen tetap dapat melakukan pembajakan digital

secara personal. Berkembangnya internet dengan kecepatan tinggi dan

semakin murah media penyimpanan data membuat pembajakan digital

(15)

& Al-Rafee, 2008).

Tingkat duplikasi yang tidak terbatas dan pendistribusian yang sulit

untuk dilacak (karena melalui internet) membuat pembajakan muncul

sebagai alternatif dari terbatasnya sumber daya yang dimiliki oleh

konsumen, yaitu uang. Cronan & Al-Rafee (2008) juga berpendapat bahwa

semakin cepatnya sambungan internet, murahnya media penyimpanan data

dengan kapasitas besar, dan menjamurnya jaringan underground peer to

peer membuat seseorang dapat membajak produk digital menjadi semakin

mudah dan cepat.

Seseorang dapat saja membajak dengan tanpa rasa bersalah,

meng-copy mp3 hanya dengan menancapkan flash disk ke komputer milik

temannya dan dalam hitungan detik s.d menit, puluhan mp3 telah berhasil

dibajak. Contoh lainnya yaitu ketika seseorang men-download file musik

(mp3), film dan software melalui situs-situs underground yang tersebar luas

di jagad raya internet (Cronan & Al-Rafee, 2008).

Dalam industri musik khususnya di Indonesia, salah satu penyebab

terjadinya pembajakan adalah karena jumlah produksi piringan cakram

(compact disc) yang jauh lebih besar dari daya serap atau permintaan

masyarakat atas piringan cakram tersebut, yaitu sebesar 1,2 milliar keping

diproduksi per tahun berbanding 400 juta keping permintaan masyarakat

(Silalahi, www.jurnalnasional.com:10 Maret 2008). Selisih dari kelebihan

produksi ini tentu sangat menggoda pengusaha dan produsen untuk

(16)

melakukan pembajakan. Akibatnya kerugian yang diderita oleh negara di

bidang perpajakan untuk penjualan musik pada Tahun 2007 adalah sekitar

Rp 3,5 trilliun.

Jenis pembajakan yang seperti ini dapat disebut sebagai pembajakan

software 2.0 merujuk kepada Software Piracy 2.0 (Bhattacharjee et al.,

2003) yaitu tidak hanya software saja yang menjadi sasaran pembajakan tapi

musik serta film juga ikut masuk kedalamnya. Cronan & Al-Rafee (2008)

menyebutnya sebagai Digital Piracy atau pembajakan digital yang dapat

didefinisikan sebagai berikut, tindakan tidak sah dalam memperbanyak atau

mengunduh softwares/perangkat-perangkat lunak dan files atau arsip–arsip

digital yang mempunyai hak cipta.

Selain itu, terdapat penelitian yang menyatakan bahwa pembajakan

memang lebih rentan terjadi pada bangsa di asia daripada

bangsa-bangsa di barat (Swinyard, 1990 dalam Holm, 2003). Memang fenomena

pembajakan di Indonesia sudah tidak asing lagi di dengar telinga

internasional. Pada Tahun 2006, Indonesia merupakan negara peringkat ke-3

se-Asia Pasifik dan peringkat ke-8 se-dunia dalam hal tingkat pembajakan

(17)

TabelB1.1BTingkatBPembajakanBSoftwareBdiBAsiaBPasifik

Sumber: http://w3.bsa.org/indonesia/press/newsreleases/2007-global-piracy-study.cfm

Tabel 1.1 menjelaskan bahwa tingginya tingkat pembajakan software

negara–negara di Asia Pasifik. Tingginya pembajakan software ini dipicu

oleh faktor tingginya harga software yang dikeluarkan oleh perusahaan yang

kurang sesuai dengan tingkat pendapatan rata-rata konsumen negara-negara

di Asia Pasifik. Cheng et al. (1997) juga mengatakan bahwa alasan

konsumen yang tertinggi untuk membeli software bajakan dan melakukan

pembajakan software adalah harga software yang terlalu mahal.

Harga yang murah, kualitas yang memang sama sekali tidak berbeda

dari yang asli (karakteristik produk digital) membuat konsumen relatif

masih banyak yang memilih produk digital bajakan. Cespedes et al. (1988)

& Cordell et al. (1996) dalam Matos et al. (2007) menyatakan bahwa

perbedaan harga menjadi faktor pertimbangan yang penting dalam

(18)

melakukan pembelian produk bajakan. Walaupun harga mempunyai

pengaruh dalam niat dan perilaku pembajakan, namun perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut tentang faktor internal dari konsumen yang

mempengaruhi niat dan perilaku pembajakan produk digital.

Ajzen (2005:118) mengatakan bahwa seseorang cenderung untuk

melakukan suatu tindakan atau perilaku tertentu ketika mereka

menanggapinya secara positif, ketika mereka ditekan oleh lingkungan sosial

untuk melakukannya, dan ketika mereka yakin bahwa mereka mempunyai

kemampuan (mudah atau susah) serta peluang untuk melakukannya. Hal

tersebut dijabarkan dalam teori yang dinamakan Theory of Planned

Behavior (TPB), dimana intentions (niat) dipengaruhi oleh attitudes (sikap),

subjective norms (pendapat lingkungan) dan perceived behavioral control (kemampuan melakukan suatu perilaku, mudah atau susahnya). Intentions

(niat) juga disebutkan sebagai the best predictor of behavior atau perujuk

terbaik dari perilaku (Fishbein & Ajzen, 1975 dalam Cronan & Al-Rafee,

2008).

Untuk dapat mengerti dengan lebih baik mengapa perilaku

pembajakan terjadi dan apa yang mempengaruhi niat seseorang untuk

membajak, peneliti perlu menentukan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi niat untuk membajak dan perilaku membajak itu sendiri.

Attitudes, perceived behavioral control dan moral obligation dipilih menjadi

(19)

dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan pendekatan dengan Theory of

Planned Behavior (Ajzen, 1985). Pada dasarnya penelitian ini merupakan adopsi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Cronan & Al-Rafee (2008).

Attitude adalah evaluasi positif atau negatif seseorang terhadap suatu perilaku tertentu (Ajzen, 2005:116). Perceived behavioral control adalah

keyakinan seseorang atas kemampuannya (mudah atau tidak) untuk

melakukan suatu perilaku tertentu (Ajzen & Madden, 1986 dalam Cronan &

Al-Rafee, 2008). Moral obligation adalah perasaan bersalah atau kewajiban

pribadi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku

(Schwartz & Tessler, 1972 dalam Cronan & Al-Rafee, 2008). Intentions

adalah kemungkinan subjektif bahwa seseorang akan melakukan perilaku

tertentu (Bagozzi, 1981:609 dalam Paladino, 2001).

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka peneliti meletakkan alasan untuk membahas sebuah skripsi dengan

judul: “Pengaruh BAttitude, BPerceived Behavioral ControlB dan BMoral ObligationB pada BIntentionsB Pembajakan BProdukB DigitalB(StudiBKasus:B Software,BDVD,BCD,BMP3,BdanBVCD).”

1.2BBBBIdentifikasiBMasalah

Beberapa hal yang ingin diteliti oleh peneliti, antara lain:

1. Apakah terdapat pengaruh attitude pada intentions pembajakan produk

(20)

digital?

2. Apakah terdapat pengaruh perceived behavioral control pada intentions

pembajakan produk digital?

3. Apakah terdapat pengaruh moral obligation pada intentions

pembajakan produk digital?

1.3BBBBTujuanBPenelitian

Tujuan sebuah kegiatan dilakukan sangat menentukan kemana arah kegiatan

tersebut dan bagaimana hasil dari kegiatan tersebut. Oleh karena itu, peneliti

mempunyai beberapa tujuan dalam penelitian ini yaitu menguji dan

menganalisis:

1. Pengaruh attitude pada intentions pembajakan produk digital.

2. Pengaruh perceived behavioral control terhadap intentions pembajakan

produk digital.

3. Pengaruh moral obligation pada intentions pembajakan produk digital.

1.4BBBBManfaatBPenelitian

Harapan peneliti bahwa karya ini dapat memberi inspirasi yang dinamis

kepada masing-masing pihak yang berkepentingan yaitu:

1. Bagi Akademik

Peneliti dapat mengetahui lebih dalam tentang hal–hal yang

(21)

2. Bagi Konsumen akhir

Konsumen dapat mengetahui tentang faktor–faktor yang mempengaruhi

niat pembajakan produk digital.

1.5 RerangkaBPemikiran

GambarB1.1BRerangkaBPemikiran

1.6BBBBSistematikaBPenulisan

Dalam penelitian ini akan digunakan sistematika sebagai berikut:

13

Perusahaan

Posisi Persaingan Perusahaan

Counoerfeioer's Soraoegy

Produk Digital

Bajakan Aooioude

Perceived Behavioral Conorol

Moral Obligaoion Piracy Inoenoions

(22)

BABBIB:BPendahuluan

Bab ini membahas tentang latar belakang fenomena yang dibahas,

identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, rerangka

pemikiran dan sistematika penulisan.

BABBIIB:BTinjauanBPustakaBdanBPengembanganBHipotesis

Bab ini berisi landasan teori yang terdiri dari: definisi perusahaan, strategi

persaingan, produk digital bajakan, pembahasan tentang perilaku membajak,

definisi theory of planned behavior, definisi intentions, definisi attitude

toward behavior, definisi subjective norm, definisi perceived behavioral control, definisi moral obligation, pengaruh attitude, perceived behavioral

control, dan moral obligation pada intentions pembajakan produk digital dan pengembangan hipotesis serta model penelitian.

BABBIIIB:BObjekBdanBMetodeBPenelitian

Bab ini membahas tentang desain penelitian, populasi dan sampelpenelitian,

metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, uji outlier, uji

normalitas, hasil uji normalitas, uji multikolineritas, hasil uji

multikolineritas, uji validitas, hasil uji validitas, uji reliabilitas, hasil uji

reliabilitas, definisi operasional variabel, serta metode analisis data (regresi

(23)

BABBIVB:BHasilBPenelitianB&BPembahasan

Bab ini membahas tentang karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin, karakteristik responden berdasarkan usia, karakteristik responden

berdasarkan fakultas, karakteristik responden berdasarkan angkatan, hasil

pengujian model bersama, hasil pengujian hipotesis-hipotesis, pembahasan

hasil penelititan, dan perbandingan dengan penelitian terdahulu.

BABBVB:BSimpulanBdanBSaran

Bab ini membahas tentang simpulan penelitian berdasarkan pembahasan,

implikasi manajerial, keterbatasan penelitian, serta saran untuk penelitian

berikutnya.

(24)

BABBV

SIMPULANBDANBSARAN

5.1BBBBBSimpulan

Penelitian ini membahas tentant pentaruh attitude, perceived behavioral control, dan moral obligation pada intentions pembajakan produk ditital (studi kasus: Software, DVD, CD, MP3, VCD). Penelitian ini menttunakan sampel konsumen yant mentetahui tentant pembajakan produk ditital.

Penelitian ini menttunakan metode survei dentan cara menyebarkan

kuesioner. Responden yant layak untuk dianalisis yaitu sebanyak 236

responden. Responden yant dipilih semuanya merupakan mahasiswa

Universitas Kristen Maranatha.

Metode analisis data yant ditunakan untuk mentuji data dan

instrumen penelitian adalah uji outlier, uji normalitas, uji multikolineritas, uji validitas dan reliabilitas. Metode analisis data yant ditunakan dalam

penelitian ini adalah metode retresi bertanda dan retresi sederhana.

Pentujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa attitude

mempunyai pentaruh sebesar 38% pada intentions; perceived behavioral control juta mempunyai pentaruh sebesar 22,6% pada intentions; moral obligation mempunyai pentaruh sebesar 33,5% pada intentions.

Berdasarkan hasil pentujian hipotesis menyatakan bahwa uji model

(25)

sebesar 49,1%.

Jadi simpulan penelitian ini adalah atar seseorant mempunyai

intentions netatif pada pembajakan produk ditital maka ketita faktor ini harus dioperasikan secara bersamaan.

5.2BBBBImplikasiBManajerial

Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi untuk berbatai macam

pihak, yaitu perusahaan, pemerintah dan masyarakat.

Bati perusahaan, perusahaan dapat merumuskan strateti pemasaran

(menintkatkan penjualan produk ditital yant letal dan menturanti tintkat

pembajakan produk ditital) dentan lebih baik lati dentan adanya

pentetahuan bahwa faktor-faktor yant mempentaruhi intentions

pembajakan produk ditital akan lebih maksimal jika dilaksanakan secara

simultan atau bersamaan. Sebatai contoh, menumbuhkan attitude positif terhadap produk ditital yant letal dentan cara memberikan bonus hadiah

untuk setiap pembelian produk ditital letal. Hal ini juta harus dibarenti

dentan mentimplementasikan faktor-faktor yant lain secara simultan,

seperti perceived behavioral control dan moral obligation.

Bati pemerintah, lantkah praktisnya adalah menumbuhkan kesadaran

(sikap) untuk menttunakan produk ditital yant letal di kalantan

pemerintah yant dilakukan secara bersamaan dentan penetakan hukum

yant lebih tetas dan transparan di bidant perekonomian khususnya dan

(26)

mentenakan biaya tambahan atas kepemilikan perantkat yant memperbesar

kemuntkinan sesorant untuk melakukan pembajakan produk ditital.

Bati masyarakat, dentan adanya penelitian ini masyarakat luas yant

terdiri dari lembata-lembata pendidikan, keluarta, dll dapat

mempraktekkan dalam kesehariannya bahwa untuk memiliki produk ditital

yant letal tidaklah harus membajak. Masyarakat juta dapat menumbuhkan

attitude yant positif terhadap produk ditital yant letal dentan menttunakan softwares yant bersifat opensource atau tratis.

5.3BBBBKeterbatasanBPenelitian

a) Peneliti tidak meneliti behavior / perilaku konsumen.

b) Kurantnya faktor-faktor yant mempentaruhi intentions seseorant. c) Responden yant dipilih hanya berasal dari kalantan mahasiswa.

d) Produk ditital dalam penelitian ini terdiri dari; software komputer, DVD film, CD musik, MP3, dan VCD film. Hal ini menyebabkan fokus penelitian ini terlalu luas.

5.4BBBBSaran

 Sebaiknya menambahkan faktor-faktor lain yant mempentaruhi

(27)

yant mereka beli adalah produk ditital bajakan hanya karena

mereka membelinya di mall-mall dan pusat perbelanjaan. Ada kesan

bahwa “mana mungkin menjual barang-barang yang melanggar hukum di mall!?”.

 Sebaiknya penelitian berikutnya menttunakan responden yant lebih

bervariasi atar bisa diketahui niat pembajakan produk ditital dari

berbatai lapisan masyarakat.

 Sebaiknya penelitian berikutnya juta meneliti pentaruh intentions

pada behavior.

 Sebaiknya penelitian berikutnya hanya meneliti pembajakan produk

ditital tertentu saja. Sebatai contoh DVD film saja, atau CD musik

saja. Hal ini atar dapat diketahui niat pembajakan yant lebih

spesifik dan akurat terhadap produk ditital tertentu.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. 2005. “Attitude, Personality and Behavior”. 2nd ed. Berkshire, New York:

Open University Press. McGraw-Hill.

Ajzen, I. 2006. “Theory of Planned Behavior”. Available at:

http://people.umass.edu/aizen/tpb.html (diakses 8 Mei 2008).

Bhattacharjee, S. & Gopal, R., et al. 2003. “Digital Music and Online Sharing: Software Piracy 2.0”. Communication of the ACM. 46: 7: 107-111.

Bobek, D.B. & Hatfield, R.C. 2003. “An Investigation of The Theory of Planned Behavior and the Role of Moral Obligation in Tax Compliance”. Behavioral Research in Accounting. 15: 13.

Business Software Alliance. 2007. Global Piracy Study 2006. Washington, DC: Business Software Alliance, 1995.

Business Software Alliance. 2008. Global Piracy Study 2007. Washington, DC: Business Software Alliance, 1995.

Cheng, H.K., Sims, R.R., Teegen, H. 1997. “To Purchase or To Pirate”. Journal of Management Information Systems. 13: 4: 49-60. Spring.

Cheung, W.L. & Prendergast G. 2006. “Buyers’ perceptions of pirated products in China”. Marketing Intelligence & Planning. 24:5:446-462. Emerald.

Cronan, T. P. & Al-Rafee, S. 2008. “Factors that Influence the Intention to Pirate Software and Media”. Journal of Business Ethics. 78:527–545. Springer.

Fuad, M., Christine, H., Nurlela, Sugiarto, dan Y.E.F., Paulus. 2000. “Pengantar Bisnis”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Galante, D. 1997. “CD DVD piracy: The replicator, the user, and the technology”.

Block E Media Professional. 10:12:92.

Ghozali, I. 2005, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Yogyakarta. Badan Penerbit – Undip.

Giduanni, G. 2007. “Analisis Pengaruh Price, Store Image, Intensity of Marketing Activities, dan Price Deals Pada Citra Merek Produk Coca – Cola”.

(29)

Hoffman, G.M. 1990. “Piracy of Intellectual Property”. American Society for Information Science. Bulletin of the American Society. 16: 3: 9.

Holm, H.J. 2003. “Can economic theory explain piracy behavior?”. Topics in Economic Analysis& Policy. 3: 1: 5. Berkeley.

Kompas, 2003. “Hari Pertama Pemberlakuan UU Hak Cipta”. Edisi Cetak. 30 Juli.

Kotler, P. 2003. “Manajemen Pemasaran”, terjemahan Drs. Benyamin Molan. Edisi Kesebelas. Jakarta: Prentice Hall, Prehallindo.

Matos, C.A., Ituassu, C.T., & Rossi, C.A.V. 2007. “Consumer attitudes toward counterfeits: a review and extension”. Journal of Consumer Marketing. 24: 1: 36-47. Emerald.

Paladino, A. 2001 “Examining Why Consumers Intend To Purchase Ecologically Sound Products”. University of Melbourne, Australia.

Permadi, 2008. “Pengaruh Brand Trust dan Brand Effect pada Brand Performance: Brand Loyalty sebagai Faktor Mediasi (Studi Kasus:

Starbuck's Coffeshop)”. Bandung. Fakultas Ekonomi. Jurusan Manajemen. Universitas Kristen Maranatha.

Peitz,M. & Waelbroeck, P. 2006. “Piracy of Digital Products: A Critical Review of the Theoretical Literature”. Germany. School of Business Administration. International University.

Prandergast, G., Cheun, L.H., & Phau, I. 2002. “Understanding consumer demand for non deceptive pirated brands”. Marketing Intelligence & Planning. 20: 7: 405. Emerald.

Rajh, E. 2005. “The Effects of Marketing Mix Elements of Brand Equity”.

Economic Trend and Economic Policy. 102: 30-59. The Institute of Economic, Zagreb.

Jurnal Nasional. 2008.

http://www.jurnalnasional.com/

Santoso, S. 2002. “Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat”. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

(30)

Smith, E.L., & Mackie, D.M. 2000. “Social Psuchology”. 2nd ed. Kendallville:

Psychology Press, Taylor & Francis.

Spiegel, M.R. 1992. “Statistik Versi S1 (Metrik)”. Terjemahan

Drs. I Nyoman Susila, Msc., dan Drs. Ellen Gunawan, M.A. Jakarta. Erlangga.

Velasquez, M.G. 2002. “Bussiness Ethics; Concept and Cases”. Int.ed. Prentice Hall.

Zikmund, W., G. 2003. “Exploring Marketing Research”. 8th ed. Ohio.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh dari kondisi awal dan dua siklus yang dilaksanakan maka dapat dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan

Penelitian telah dilakukan pada bulan Februari 2015 hingga Agustus 2015 dengan menggunakan metode survei, termasuk koleksi langsung pada beberapa daerah di Sumatera

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisa pada pembahasan mengenai praktikalitas buku panduan penggunaan alat eksperimen teori kinetik gas,

3.3 Memberikan muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan mata pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara OECD atau

Pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2005-2025) dinyatakan bahwa dasar perlindungan dan kesejahteraan sosial adalah mewujudkan pembangunan yang lebih merata

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian dosis NPK (N) dengan waktu pemberian pupuk organik cair (W) memberikan pengaruh yang nyata hingga

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapat hasil bahwa aplikasi pupuk organik berupa pupuk kandang kambing yang dikombinasikan dengan pupuk kimia

Untuk mengetahui nilai kuat arus listrik yang mengalir pada suatu rangkaian digunakan rangkaian seperti gambar di bawah iniA. Jika nilai hambatan R adalah 60 Ω maka besar kuat