• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kesalahan dan perilaku pemecahan masalah siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika bangun ruang sisi datar kelas VIII D SMP Negeri 4 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kesalahan dan perilaku pemecahan masalah siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika bangun ruang sisi datar kelas VIII D SMP Negeri 4 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016."

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Stepani Elsa. 2016. Analisis Kesalahan dan Perilaku Pemecahan Masalah Siswa dalam Mengerjakan Soal Cerita Matematika Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII D SMP Negeri 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar, 2) mendeskripkan penyebab terjadinya siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar, 3) mendeskripsikan perilaku pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri 4 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dan dilakukan pada bulan Februari-Juli 2016. Data diperoleh dari hasil tes tertulis materi bangun ruang sisi datar dan wawancara.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 3 jenis kesalahan yang ditemukan dalam tes tertulis, yaitu kesalahan data, kesalahan definisi atau teorema dan kesalahan teknis. Kesalahan data yang terjadi sebesar 5,26%, kesalahan definisi sebesar 53,26% sedangkan kesalahan teknis 34,21%. Penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan tersebut adalah ketidaktelitian siswa membaca soal, siswa kurang memahami soal, siswa kurang memahami konsep materi, dan ketidaktelitian pada perhitungan. Sedangkan perilaku pemecahan masalah yang ditemukan pada penelitian ini ada 4, yaitu MBA-full context, DTA-limited context, DTA-proficient dan DTA-not proficient. Perilaku pemecahan masalah MBA-full context yang ditunjukan sebesar 6,45%, DTA-limited context sebesar 19,35%, DTA-proficient sebesar 41,94% dan DTA-not proficient sebesar 32,26%.

(2)

ABSTRACT

Stepani Elsa. 2016. Error Analysis and Students Problem Solving Behavior of in Doing Polyhedron Word Problems in Grade VIII D Junior High School number 4 Yogyakarta in the Academic Year of 2015/2016. Thesis. Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research aimed to 1) describe students errors in solving polyhedron word problems, 2) describe students errors causes factors in solving polyhedron word problems, 3) describe students problem solving behavior in doing polyhedron word problems.

This research used the qualitative descriptive method. The subject of this research was students of Junior High School Number 4 Yogyakarta grade VIII D in the academic year of 2015/2016 and conducted on February-July 2016. The data was gained from written test and interview.

The result of this research showed that there are three types of error that were found in written test, which are misused data, distorted definition or theorem and technical error. Percentages of each error are 5,26% misused data, 53,26% distorted definition and 34,21% technical error. The cause errors are inaccuracy of problems reading, lack of problems understanding, lack of mathematics material concept understanding and inaccuracy in calculation. Whereas, the problem solving behavior that was showed in this research are MBA-full context, DTA-limited context, DTA-proficient and DTA-not proficient. Problem-solving behavior MBA-full context indicated rate of 6.45 % , limited context at 19.35% , DTA-proficient at 41.94 % and DTA-not DTA-proficient at 32.26 %.

(3)

ANALISIS KESALAHAN DAN PERILAKU PEMECAHAN MASALAH SISWA DALAM MENGERJAKAN SOAL CERITA MATEMATIKA

BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII D SMP NEGERI 4 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh: STEPANI ELSA NIM: 121414038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DALAM ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Pandanglah hari ini, kemarin sudah menjadi mimpi. Dan esok

hanyalah sebuah visi. Tetapi hari ini yang sungguh nyata,

menjadikan kemarin sebagai mimpi kebahagiaan, dan setiap

hari esok adalah visi harapan

-Alexander Pope-

“Mengucap syukurlah dalam segala hal sebab itulah yang

dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”

-1 Tesalonika 5:18-

Dengan terselesaikannya skripsi saya ini, saya mengucap syukur

pada Tuhan Yesus yang selalu menyertai dan memberkati saya

Dan saya persembahkan skripsi ini bagi Bapak Robertus Ahian

dan Ibu Asiat atas kasih dan kepercayaannya

Juga bagi adik tercinta, Fernanda Winda

Dapot Soritua Manurung yang selalu mendukung dan menyemangati

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Juli 2016 Penulis,

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Stepani Elsa

NIM : 121414038

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS KESALAHAN DAN PERILAKU PEMECAHAN MASALAH SISWA DALAM MENGERJAKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII SMP NEGERI 4 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 28 Juli 2016 Yang menyatakan,

(9)

ABSTRAK

Stepani Elsa. 2016. Analisis Kesalahan dan Perilaku Pemecahan Masalah Siswa dalam Mengerjakan Soal Cerita Matematika Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII D SMP Negeri 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar, 2) mendeskripkan penyebab terjadinya siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar, 3) mendeskripsikan perilaku pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri 4 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dan dilakukan pada bulan Februari-Juli 2016. Data diperoleh dari hasil tes tertulis materi bangun ruang sisi datar dan wawancara.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 3 jenis kesalahan yang ditemukan dalam tes tertulis, yaitu kesalahan data, kesalahan definisi atau teorema dan kesalahan teknis. Kesalahan data yang terjadi sebesar 5,26%, kesalahan definisi sebesar 53,26% sedangkan kesalahan teknis 34,21%. Penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan tersebut adalah ketidaktelitian siswa membaca soal, siswa kurang memahami soal, siswa kurang memahami konsep materi, dan ketidaktelitian pada perhitungan. Sedangkan perilaku pemecahan masalah yang ditemukan pada penelitian ini ada 4, yaitu MBA-full context, DTA-limited context, DTA-proficient dan DTA-not proficient. Perilaku pemecahan masalah MBA-full context yang ditunjukan sebesar 6,45%, DTA-limited context sebesar 19,35%, DTA-proficient sebesar 41,94% dan DTA-not proficient sebesar 32,26%.

(10)

ABSTRACT

Stepani Elsa. 2016. Error Analysis and Students Problem Solving Behavior of in Doing Polyhedron Word Problems in Grade VIII D Junior High School number 4 Yogyakarta in the Academic Year of 2015/2016. Thesis. Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research aimed to 1) describe students errors in solving polyhedron word problems, 2) describe students errors causes factors in solving polyhedron word problems, 3) describe students problem solving behavior in doing polyhedron word problems.

This research used the qualitative descriptive method. The subject of this research was students of Junior High School Number 4 Yogyakarta grade VIII D in the academic year of 2015/2016 and conducted on February-July 2016. The data was gained from written test and interview.

The result of this research showed that there are three types of error that were found in written test, which are misused data, distorted definition or theorem and technical error. Percentages of each error are 5,26% misused data, 53,26% distorted definition and 34,21% technical error. The cause errors are inaccuracy of problems reading, lack of problems understanding, lack of mathematics material concept understanding and inaccuracy in calculation. Whereas, the problem solving behavior that was showed in this research are MBA-full context, DTA-limited context, DTA-proficient and DTA-not proficient. Problem-solving behavior MBA-full context indicated rate of 6.45 % , limited context at 19.35% , DTA-proficient at 41.94 % and DTA-not DTA-proficient at 32.26 %.

(11)

KATA PENGANTAR

Syukur dan pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, pendampingan, rahmat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, kerjasama, dukungan/motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini praktikan mengucapkan limpah terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph, D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

3. Bapak Drs. Th. Sugiarto, M. T. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, membimbing, memberi kritik dan saran serta memberi semangat yang bermanfaan bagi penulis.

4. Ibu Yuniari, S. Pd. Selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah.

5. Ibu Mediarita Dwikartini, S. Pd. selaku guru mata pelajaran matematika kelas VIII yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas VIII, memberi bimbingan dan mendukung penulis selama penelitian.

6. Keluarga tercinta yaitu Bapak Robertus Ahian, Ibu Asiat dan Fernanda Winda yang selalu mencurahkan doa, cinta, perhatian, dan motivasi sehingga pendidikan dan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

7. Dapot Soritua Manurung yang tiada hentinya memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

(12)

9. Teman-teman pendidikan matematika 2012 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu dan mendukung penulis dari awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.

10. Semua pihak yang memberi dukungan, bimbingan, doa serta motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penuls mengharapkan saran dan kritik yang membangun, Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Yogyakarta, 28 Juli 2016

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

SKRIPSI ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Istilah ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Analisis Kesalahan ... 7

B. Tahapan Kesalahan Menurut Newman ... 7

C. Kategori Kesalahan ... 9

D. Faktor Penyebab Siswa Melakukan Kesalahan ... 11

E. Perilaku Pemecahan Masalah ... 13

F. Bangun Ruang Sisi Datar ... 20

G. Soal Cerita Bangun Ruang Sisi Datar ... 27

H. Kerangka Berpikir ... 28

(14)

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 30

D. Bentuk Data ... 31

E. Metode Pengumpulan Data ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Penelitian ... 34

H. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 39

A. Pelaksanaan Penelitian ... 39

B. Tabulasi Data ... 40

C. Analisis Data ... 50

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

E. Keterbatasan Penelitian ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perilaku Pemecahan Masalah DTA-proficient ………..………. 15

Tabel 2.2. Perilaku Pemecahan Masalah DTA-not proficient ………..…... 15

Tabel 2.3. Perilaku Pemecahan Masalah DTA-limited context…….………….... 16

Tabel 2.4. Perilaku Pemecahan Masalah MBA-full context ………... 17

Tabel 2.5. Perilaku Pemecahan Masalah DTA-justification.……….... 18

Tabel 3.1. Kisi-kisi Tes Diagnostik ………..………... 32

Tabel 3.2. Indikator Wawancara untuk Kesalahan dan Penyebab Kesalahan………...…..………... 33

Tabel 3.3. Indikator Wawancara untuk Perilaku Pemecahan Masalah ……….... 33

Tabel 3.4. Kriteria Interpretasi Tingkat Validitas ……….... 35

Tabel 3.5. Kriteria Interpretasi Tingkat Reliabilitas ……….... 35

Tabel 3.6. Hasil Tes Uji Coba ………..………... 36

Tabel 3.7. Validitas Item Soal………...………... 37

Tabel 4.1. Urutan Kegiatan Pelaksanaan Penelitian………... 39

Tabel 4.2. Hasil Tes Diagnostik………... 41

Tabel 4.3. Data Kesalahan-kesalahan Siswa……….... 42

Tabel 4.4. Perilaku Pemecahan Masalah yang Dilakukan Siswa………. 45

Tabel 4.5.Data Wawancara dengan Siswa……….... 46

Tabel 4.6. Data Wawancara terhadap Perilaku Pemecahan Masalah Siswa….... 49

Tabel 4.7. Penggolongan Jenis Kesalahan dan Tahapan Kesalahan………….... 50

(16)

Tabel 4.9. Rekapitulasi dan Persentase Kesalahan yang Dilakukan Siswa…….. 56

Tabel 4.10. Rekapitulasi Kesalahan yang dilakukan Per Soal……….. 56

Tabel 4.11. Perilaku Pemecahan Masalah yang Dilakukan Siswa………... 57

Tabel 4.12. Rekapitulasi dan Persentase Perilaku Pemecahan Masalah……….. 62 Tabel 4.13. Hasil Analisis Wawancara Terhadap Kesalahan Siswa………….... 62 Tabel 4.14. Hasil Analisis Wawancara Terhadap Perilaku Pemecahan Masalah

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram Alur Proses Identifikasi Perilaku Pemecahan Masalah… 19

Gambar 2.2. Kubus ABCD.EFGH………... 20

Gambar 2.3. Jaring-jaring Kubus ABCD.EFGH……….. 22

Gambar 2.4. (a) Kubus Satuan, (b) Kubus Satuang dengan Rusuk 2 Satuan…... 23

Gambar 2.5. Balok ABCD.EFGH……… 23

Gambar 2.6. Jaring-jaring Balok ABC.EFGH……….. 26

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.1. Soal Uji Coba Penelitian……….. 75

Lampiran A.2. Kunci Jawaban dan Rubrik Penilaian Soal Uji Coba…………... 77

Lampiran A.3. Rekap Hasil Tes Uji Coba……… 79

Lampiran A.4. Validitas dan Realiabilitas Tes Uji Coba………. 81

Lampiran B.1. Soal Tes Diagnostik………. 84

Lampiran B.2. Kunci Jawaban dan Rubrik Penilaian Soal Tes Diagnostik……. 86 Lampiran B.3. Rekap Hasil Tes Diagnostik Siswa……….. 88 Lampiran B.4. Transkrip Wawancara……….. 89

Lampiran B.5. Hasil Pekerjaan Siswa………. 102

(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Matematika dipelajari mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Konsep dasar hingga konsep yang kompleks dipelajari di setiap jenjang pendidikan tersebut, karena materinya saling berhubungan dari setiap jenjang yang lebih rendah ke jenjang yang lebih tinggi. Konsep-konsep dasar yang telah dipelajari akan selalu diperlukan untuk memahami konsep yang lebih kompleks. Akan tetapi, jika konsep dasar yang telah dipelajari tidak dapat dipahami dengan baik, maka akan sulit untuk memahami konsep yang lebih kompleks, karena itu banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit, meskipun demikian semua orang harus mempelajarinya karena sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (Mulyadi, 2008: 174).

Faktor di atas menjadi salah satu penyebab guru sering menemukan siswa yang mengalami kesulitan pada saat mengikuti pelajaran matematika. Hal ini akan mempengaruhi prestasi belajar siswa yang menjadi rendah

Hasil survey Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara yang di survey dengan nilai matematika 375 dari nilai 500 yang menjadi standar nilai internasional. Sedangkan hasil survei dari World Bank yang melibatkan paling sedikit 12 negara di Asia, menunjukkan bahwa kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat 12 dan paling rendah di Asia. Dari hasil kedua survey ini tentu dapat dilihat bahwa jika dibandingkan dengan Negara lain, prestasi Indonesia sangat rendah terlebih pada pelajaran matematika. (Febrialdi Rusli Umar Ali, 2016)

(20)

siswa sehingga dapat ditemukan kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

Setelah guru melakukan diagnosis kemudian akan ditentukan perilaku-perilaku pemecahan masalah yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan. Perilaku pemecahan masalah dapat memberikan gambaran perilaku siswa pada proses penyelesaian masalah dalam bentuk soal.

Permasalahan atau soal yang dapat diberikan guru dalam menganalisis hasil pekerjaan siswa dapat berbentuk soal cerita. Pada saat siswa mengerjakan soal cerita, siswa dapat memberikan gambaran penguasaan siswa terhadap konsep suatu materi, yaitu melalui daya nalar dan penyelesaian soal cerita tersebut. Soal cerita biasanya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa harus melewati proses penafsiran soal, proses penyelesaian hingga menemukan penyelesaian soal cerita tersebut.

Salah satu materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari adalah bangun ruang sisi datar. Penerapan konsep-konsep materi bangun ruang sisi datar sering digunakan dalam menyelesaikan permasalahan di kehidupan sehari-hari. Melalui proses penyelesaian yang dilakukan siswa guru dapat menganalisis kesalahan dan perilaku pemecahan masalah yang dilakukan siswa. Kemudian guru melakukan remediasi sesuai dengan analisis kesalahan dan perilaku pemecahan masalah pada hasil pekerjaan siswa dan di kemudian hari siswa tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Pengalaman peneliti melakukan remedial di SMP Negeri 4 Yogyakarta pada perkuliahan Diagnosis, Remedial dan Pengayaan dalam Pembelajaran Matematika di kelas VII pada materi segitiga dan segiempat menunjukan banyak siswa yang masih mengalami kesulitan. Padahal materi segitiga dan segiempat merupakan materi dasar yang akan digunakan pada materi bangun ruang sisi datar. Hasil remedial ini mengindikasikan siswa juga mengalami kesulitan pada materi bangun ruang sisi datar.

(21)

berjudul “Analisis Kesalahan dan Perilaku Pemecahan Masalah Siswa dalam Mengerjakan Soal Cerita Matematika Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII D SMP Negeri 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Apa sajakah jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII D SMP Negeri 4 Yogyakarta?

2. Apa sajakah penyebab terjadinya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII D SMP Negeri 4 Yogyakarta?

3. Bagaimana perilaku pemecahan masalaha siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII D SMP Negeri 4 Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai beriku.

1. Mendeskripsikan kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII D SMP Negeri 4 Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan penyebab terjadinya siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII D SMP Negeri 4 Yogyakarta.

(22)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Pada penelitian ini diharapkan siswa dapat mengetahui apa saja kesalahan-kesalahan yang dilakukannya saat mengerjakan soal cerita bangun ruang sisi data serta penyebabnya dan perilaku-perilaku pemecahan masalah yang mereka lakukan, sehingga siswa menjadi lebih teliti pada saat menyelesaikan soal cerita karena telah mengetahui letak kesalahannya 2. Bagi Guru Mata Pelajaran Matematika

Pada penelitian ini diharapkan dapat membantu guru mata pelajaran matematika mengetahui apa saja kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa saat mengerjakan soal cerita dan penyebabnya serta perilaku pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar, sehingga dapat mengatasinya dengan memilih metode yang tepat pada saat mengajar atau menyusun program remediasi materi bangun ruang sisi datar.

3. Bagi Peneliti

Melalui hasil penelitian ini, penulis memperoleh pengetahuan dan wawasan baru dalam dunia pendidikan yang nantinya akan sangat bermanfaat sebagai sebagai calon guru. Hasil peneltian ini membantu penulis untuk lebih memahami kesalahan siswa dan perilaku pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar.

E. Batasan Istilah

Pada penelitian ini penulis membatasi istilah-istilah sebagai berikut. 1. Analisis Kesalahan

(23)

2. Perilaku Pemecahan Masalah

Perilaku pemecahan masalah merupakan perilaku pada aspek intelektual atau pada aspek kognitif siswa saat menyelesaikan pemecahan suatu masalah.

3. Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun ruang sisi datar adalah suatu bangun ruang dimana sisi yang membatasi bagian dalam atau luar berbentuk bidang datar khususnya pada pokok bahasan kubus dan balok.

4. Soal Cerita Bangun Ruang Sisi Datar

Soal cerita bangun ruang sisi datar adalah soal matematika yang permasalahannya terdapat di kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi bangun ruang sisi datar khususnya pada pokok bahasan kubus dan balok.

Analisis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika bangun ruang sisi datar kelas VIII D SMP Negeri 4 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 merupakan sebuah penelitian yang berupaya untuk mengetahui kesalahan-kesalahan dan penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa mengerjakan soal cerita matematika bangun ruang sisi datar.

F. Sistematika Penulisan

Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan landasan teori yang memaparkan terori-teori yang menjadi landasan dalam penelitian. Teori-teori yang digunakan yaitu analisis kesalahan, kesalahan menurut Newman, kategori kesalahan, faktor penyebab siswa melakukan kesalahan, perilaku pemecahan masalah, bangun ruang sisi datar dan soal cerita bangun ruang sisi datar.

(24)

Bab IV merupakan analisis data dan pembahasan yang memaparkan pelaksanaan penelitian, tabulasi data, hasil analisis data dan pembahasan.

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Analisis Kesalahan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya), sedangkan kesalahan adalah kekeliruan, perbuatan yang salah (melanggar hukum dan sebagainya). Pada penelitian ini analisis kesalahan yang dimaksud adalah penyelidikan terhadap kesalahan dan penyeledikan perilaku pemecahan masalah siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika materi bangun ruang sisi datar.

B. Tahapan Kesalahan Menurut Newman

Tahapan kesalahan Newman diperkenalkan pertama kali pada tahun 1977 oleh Anne Newman, seorang guru bidang studi matematika di Australia. Dalam tahapan ini, Newman menyarankan lima kegiatan spesifik sebagai suatu yang krusial untuk membantu menemukan letak kesalahan yang terjadi pada pekerjaan siswa ketika siswa menyelesaikan suatu masalah berbentuk soal cerita.

Menurut Newman (1977, dalam Parmjit Singh, 2010), kesalahan dalam mengerjakan soal matematika dibedakan menjadi lima tipe kesalahan, yaitu reading error (kesalahan membaca), comprehension error (kesalahan memahami), transformation error (kesalahan dalam transformasi), process skills error (kesalahan dalam keterampilan memproses), dan encoding error (kesalahan penulisan).

1. Reading error (kesalahan membaca)

(26)

2. Comprehension error (kesalahan memahami)

Kesalahan memahami adalah kesalahan yang terjadi ketika siswa dapat membaca soal dengan baik dan benar tetapi siswa tidak dapat mengerti apa yang ia butuhkan. Sehingga siswa gagal dalam menyelesaikan permasalahan pada soal tersebut.

3. Transformation error (kesalahan dalam transformasi)

Kesalahan transformasi adalah kesalahan yang terjadi ketika siswa sudah dapat memahami permasalahan dari soal yang diberikan tetapi siswa tidak dapat memilih pendekatan atau metode, misalnya operasi atau konsep yang sesuai dalam menyelesaikan soal.

4. Proses skills error (kesalahan dalam keterampilan memproses)

Kesalahan dalam keterampilan proses adalah kesalahan yang terjadi pada saat siswa melakukan proses perhitungan. Siswa dapat memahami dan mententukan pendekatan atau metode yang sesuai untuk pemecahan masalah akan tetapi siswa gagal pada proses perhitungan. Kesalahan ini merupakan akibat dari kurangnya pemahaman siswa tentang simbol, nilai tempat, perhitungan dan lain sebagainya.

5. Encoding error (kesalahan penulisan)

Kesalahan penulisan adalah kesalahan yang terjadi karena ketidaktelitian dalam menulis. Walaupun siswa dapat mengerjakan soal dengan benar, tetapi tidak menutup kemungkinan siswa salah menuliskan jawaban akhirnya yang dapat berupa notasi atau satuan.

(27)

C. Kategori Kesalahan

Menurut Hadar (1987) terdapat 6 kategori kesalahan yang terjadi pada saat siswa menyelesaikan soal matematika, yaitu Misused data (kesalahan data), Misinterpreted language (kesalahan menginterpretasi data), logically invalid inference (kesalahan menyimpulkan secara logis), distorted theorem or definition (penyimpangan teorema atau definisi), unverified solution (kesimpulan yang tidak di verifikasi) dan technical error (kesalahan teknis). Keenam kategori kesalahan tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Misused data (kesalahan data)

Kesalahan data merupakan kesalahan dimana terdapat ketidaksesuaian antara data yang diberikan pada soal dan pada perhitungan serta penggunaan data yang diperoleh. Karakteristik utama dari kategori ini adalah sebagai berikut.

a. Menambahkan data asing yang tidak berhubungan dengan soal b. Mengabaikan data yang diperlukan untuk penyelesaian dan

mengganti informasi yang kurang dengan data yang tidak sesuai c. Menambahkan syarat-syarat yang tidak diperlukan pada soal,

misalnya menambahkan syarat “harus dibuktikan”, “harus dihitung”

dan lain sebagainya.

d. Ketidaksesuaian informasi dengan teks atau soal, misalnya menggunakan tinggi segitiga sebagai solusi pada masalah yang berhubungan dengan garis berat segitiga.

e. Memaksakan syarat yang tidak sesuai dengan teks atau soal, misalnya memaksakan sifat garis bagi sudut pada sembarang garis melalui titik sudut.

f. Menggunakan nilai dari suatu variabel untuk variabel lain g. Kesalahan menyalin data yang diketahui dalam lembar kerja 2. Misinterpreted language (kesalahan menginterpretasi data)

(28)

matematika. Berikut merupakan karakteristik dari kesalahan menginterpretasikan data.

a. Menterjemahkan pernyataan dalam Bahasa sehari-hari ke dalam Bahasa atau persamaan matematika dengan arti yang berbeda b. Mengganti simbol matematika dengan simbol lain yang artinya

berbada

c. Salah mengartikan grafik

3. Logically invalid inference (kesalahan menyimpulkan secara logis) Pada kategori kesalahan menyimpulkan secara logis, kesalahan yang terjadi pada menyimpulkan informasi yang diberikan atau informasi sebelumnya. Karakteristik kategori ini adalah sebagai berikut.

a. Salah menyimpulkan pernyataan matematika, misalnya pada

pembilang logika. Siswa salah menggunakan kata “semua” atau “beberapa”.

b. Membuat pembuktian yang salah secara logika

4. Distorted theorem or definition (penyimpangan teorema atau definisi) Penyimpangan teorema atau definisi merupakan penyimpangan prinsip, aturan, teorema atau definisi, dengan karakterisik sebagai berikut.

a. Menggunakan sebuah teorema yang tidak sesuai dengan masalah pada soal

b. Menggunakan sifat distributif pada fungsi atau operasi yang tidak dapat di distributifkan

c. Tidak tepat atau teliti dalam mengutip definisi, teorema atau rumus. 5. Unverified solution (kesimpulan yang tidak di verifikasi)

Pada kesalahan ini, langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan benar akan tetapi pada hasil akhir tidak sesuai degan masalah yang ada pada soal dan merupakan bukan penyelesaian soal tersebut.

6. Technical error (kesalahan teknis)

(29)

Kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal disebabkan oleh kemampuan yang dimiliki, seperti pemahaman siswa tentang definisi, teorema, sifat, rumus dan proses pengajaran. Selain itu juga bisa disebabkan oleh kurangnya tingkat penguasaan materi, kecerobohan dan juga kondisi kesiapan siswa dalam belajar. Kesalahan-kesalahan ini harus segera diselesaikan agar siswa tidak mengulangi kesalahan lagi dan jika kekeliruan siswa dibiarkan tanpa penjelasan yang benar dari guru, ada kemungkinan siswa akan menganggap benar kesalahan tersebut.

Dengan demikian, analisa tehadap kesalahan ini harus dilakukan agar setelah diketahui bagian-bagian kesalahan tersebut dan diklasifikasikan dapat dibuat suatu upaya untuk mengatasi kesalahan-kesalahan ini. Upaya tersebut bisa merupakan program remidiasi atau pembelajaran yang diarahkan pada perbaikan kesalahan-kesalahan tersebut.

D. Faktor Penyebab Siswa Melakukan Kesalahan

Faktor-faktor penyebab siswa melakukan kesalahan pada saat menyelesaikan permasalahan matematika dapat berupa faktor kognitif dan faktor non kognitif. Kedua faktor tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Faktor kognitif

(30)

2. Faktor non kognitif

Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada saat menyelesaikan suatu permasalahan matematika pada umumnya disebabkan karena siswa mengalami kesulitan belajar. Menurut Burton (1952, dalam M. Entang 1984: 13-14), terdapat beberapa faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa.

a. Faktor yang berasal dari diri siswa, antara lain: (1) kelemahan secara fisik seperti suatu pusat susunan syaraf yang tidak berkembang atau penyakit menahun, (2) kelemahan secara mental yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan juga pendidikan seperti kelemahan mental dan yang nampaknya kelemahan mental (kurang minat, kebimbangan, kurang usaha, aktivitas yang tidak terarah, kurang semangat, kelelahan dan sebagainya), (3) kelemahan-kelemahan emosional seperti terdapatnya rasa tidak nyaman, penyesuaian yang salah terhadap orang-orang situasi dan tuntutan orang tua dan lingkungan serta rasa pobia, (4) kelemahan yang disebabkan oleh karena kebiasaan dan sikap-sikap yang salah seperti banyak melakukan aktivitasyang bertentangan dan tidak menunjang pekerjaan sekolah, malas belajar, kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian, kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab, sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran dan gugup, (5) tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan seperti tidak mampu membaca, berhitung, kurang menguasai pengetahuan dasar untuk sesuatu bidang yang sedang diikutinya secara sekuensial, memiliki kebiasaan dan cara bekerja yang salah.

(31)

administratif (sistem pengajaran, penilaian, pengelolaan kegiatan dan pengalaman belajar mengajar), terlalu berat beban belajar (siswa) dan atau mengajar (guru), terlalu besar populasi siswa dalam kelas, terlalu banyak menuntut kegiatan di luar dan sebagainya, terlalu sering pindah sekoalh atau program, tinggal kelas dan sebagainya, kelemahan dari sistem belajar mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan (dasar asal) sebelumnya, kelemahan kondisi rumah tangga (pendidikan, status sosial ekonomi, keutuhan keluarga, ketentraman dan keamanan sosial psikologis dan sebagainya, terlalu banyak kegiatan diluar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakulikuler dan kekurangan makan (gizi).

Faktor penyebab kesalahan siswa menyelesaikan permasalahan matematika yang diteliti dalam penelitian ini adalah faktor-faktor kognitif, yaitu penyebab kesalahan dari proses berpikir dan kemampuan intelektual siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.

E. Perilaku Pemecahan Masalah

Pada pemecahan suatu masalah, yang terpenting selain hasil atau penyelesaian masalah adalah proses. Dalam proses pemecahan masalah siswa harus mempunyai cara berpikir, kebiasaan dan keingntahuan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Pape (2004) mengamati dan menggambarkan perilaku siswa ketika menyelesaikan soal cerita matematika mulai dari membaca ulang, menyimpulkan, menanyakan dan mentransformasikan struktur-struktur kalimat untuk meningkatkan pemahaman mereka. Jadi perilaku yang diamati pada penelitian ini adalah perilaku siswa saat mengerjakan soal cerita matematika secara sistematis.

(32)

Translation Approach/DTA) dikelompokkan menjadi tiga pendekatan, yaitu Direct Translation Approach-proficient (DTA-proficient), Direct Translation Approach-not proficient (DTA-not proficient) dan Direct Translation Approach-limited context (DTA-limited context), sedangkan MBA (Meaning-Base Approach) dikelompokkan menjadi dua pendekatan, yaitu Meaning-Base Approach-full context (MBA-full context) dan Meaning-Base Approach-justification (MBA-justification).

1. Pendekatan dengan mengartikan langsung (Direct Translation Approach/DTA)

Pendekatan dengan mengartikan langsung (Direct Translation Approach/DTA) siswa dikarakteristikan dengan kurangnya bukti dalam mentrasformasikan informasi masalah (misalnya menuliskan hal-hal yang diketahui dari soal), menggunakan konteks dalam penyelesaian masalah dan menghubungkan unsur-unsur dari masalah yang diketahui. Proses pemecahan masalah dilakukan langsung tanpa menggunakan konteks permasalahan. Kemudian agar lebih jelas pengelompokan perilaku penyelesaian ini dikelompokan menjadi tiga, yaitu.

a. Direct Translation Approach-proficient (DTA-proficient) Pada DTA-proficient secara otomatis dan efisien mentransformasikan masalah ke perhitungan matematis tanpa membaca kembali permasalahan yang diberikan. Siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan akan tetapi tidak memberikan urutan atau sistematika dari informasi yang diberikan, pengunaan konteks selama perhitungan, walaupun jawaban akhir dapat dinyatakan dalam konteks masalah. Contoh soal diambil dari Pape (2004):

(1) Parhmark menjual 120 botol air minum per hari.

(2) Penjualan tersebut sama dengan dua kali penjualan yang dilakukan Waldbaums setiap harinya.

(33)

Tabel 2.1. Perilaku Pemecahan Masalah DTA-proficient

Sumber: Pape (2004) b. Direct Translation Approach-not proficient (DTA-not

proficient)

Pada DTA-not proficient siswa kurang terampil atau kesulitan membaca masalah, memahami masalah, memilih pendekatan atau metode penyelesaian masalah dan melakukan perhitungan. Siswa dengan perilaku DTA-not proficient ragu-ragu atau tidak dapat melakukan perhitunggan menuju solusi masalah. Perhitungan yang dilakukan kurang bermakna atau hanya berfungsi untuk menyelesaikan tugas.

Dengan contoh soal yang sama dengan DTA-proficient, tabel berikut merupakan kegiatan siswa dan detail karakteristik perilaku pemecahan masalah pada DTA-not proficient yang dilakukan siswa.

Tabel 2.2. Perilaku Pemecahan Masalah DTA-not proficient

Sumber: Pape (2004)

Kegiatan Siswa Detail karakteristik perilaku

- Membaca seluruh kalimat soal

- Secara langsung melakukan

perhitungan tanpa membaca kembali soal atau mengacu pada masalah - Siswa: “Pertama, 120 dibagi 2 sama

dengan 60. Kemudian 60 dikali 5; 5

dikali 0; 5 dikali 6”

- Tidak menyatakan jawabannya

1. Menyelesaikan permasalahan secara

langsung

2. Tidak menyatakan konteks masalah

pada penyelesaian atau perhitungan

3. Tidak membaca ulang

4. Tidak membaca kembali sebelum

perhitungan

5. Tidak ada penjelasan pada perhitungan

Kegiatan Siswa Detail karakteristik perilaku

- membaca seluruh kalimat soal

- menyatakan akan membaca

kembali

- membaca kembali seluruh kalimat

soal tetapi tidak mencatat

informasi

- membaca kembali seluruh kalimat

soal

- menghitung 120 dikali 2

- Siswa : “Oke. 120 dikali 2 sama

dengan 240”

- Mengacu pada masalah sebentar

dan menghitung 240 dikali 5

- Tidak menyatakan jawaban

1. Ragu-ragu dan kesulitan melakukan

perhitungan

2. Membaca kembali tanpa

mentranformasikan pada operasi

matematika

3. Konteks masalah tidak digunakan pada proses atau perhitungan

4. Membaca kembali tetapi tidak diikuti

dengan perhitungan dan tidak

mempertimbangkan penggunaan konteks

5. Tidak membaca kembali sebelum

perhitungan

(34)

c. Direct Translation Approach-limited context (DTA-limited context)

Pada DTA-limited context siswa langsung menterjemahkan unsur-unsur yang diketahui dari permasalahan untuk perhitungan tetapi penggunaan konteks masalah dan hasil terbatas.

Dengan contoh soal yang sama dengan DTA-proficient, tabel berikut merupakan kegiatan siswa dan detail karakteristik perilaku pemecahan masalah pada DTA-limited context yang dilakukan siswa.

Tabel 2.3. Perilaku Pemecahan Masalah DTA-limited context

Sumber: Pape (2004) 2. Pendekatan bermakna (Meaning-Base Approach/MBA)

Pada pendekatan bermakna (Meaning-Base Approach/MBA) ditandai dengan 3 perilaku utama yaitu perilaku siswa yang menemukan informasi masalah, penggunaan konteks, penjelasan dan atau pembenaran operasi matematika. Siswa menuliskan informasi yang diberikan dengan konteks masalah dan menyatakan jawaban yang menunjukan pemahaman atau relevannya permasalahan terhadap masalah yang diberikan. Kemudian MBA dikelompokan menjadi dua, yaitu.

a. Meaning-Base Approach-full context (MBA-full context)

Pada MBA-full context siswa membaca, mencatat masalah dan menuliskan urutan sesuai dengan konteks masalah yang digunakan

Kegiatan Siswa Detail karakteristik perilaku

- membaca seluruh kalimat soal

- secara langsung ke perhitungan

dengan menyebutkan “dua kali”

- menyatakan jawaban awal “botol per

hari”

- menghitung 60 x 5, merujuk pada

masalah dengan menyebutkan “hari”

- menjawab dengan konteks “dalam 5

hari”

1. Memberikan konteks masalah yang

mendukung perhitungan tetapi terbatas pada satu kata

2. Pembacaan ulang diikuti dengan

perhitungan secara langsung yang mungkin berupa penggunaan konteks masalah

3. Konteks masalah mungkin dinyatakan

pada jawaban

4. Mungkin terdapat penjelasan yang

(35)

dalam proses perhitungan. Pada jawaban akhir tidak disertai dengan justifikasi pada langkah-langkah penyelsaianya.

Dengan contoh soal yang sama dengan DTA-proficient, tabel berikut merupakan kegiatan siswa dan detail karakteristik perilaku pemecahan masalah pada MBA-full context yang dilakukan siswa.

Tabel 2.4. Perilaku Pemecahan Masalah MBA-full context

Sumber: Pape (2004) b. Meaning-Base Approach-justification (MBA-justification)

Pada justification siswa berperilaku sama dengan MBA-full context, yang membedakan pada saat perhitungan siswa memberikan justifikasi di setiap langkah. Menurut KBBI, justifikasi adalah putusan (alasan, pertimbangan). Pada penelitian ini justifikasi diartikan sebagai alasan atau fakta yang mendasari langkah penyelesaian soal yang dilakukan siswa.

Kegiatan Siswa Detail karakteristik perilaku

- membaca seluruh kalimat soal

- membaca kembali kalimat pertama dan

mencatat informasi (memisalkan

Pathmark sebagai pm)

- membaca kembali kalimat kedua hingga

“Waldbaums”. Menghitung 120 x 2

tetapi tidak yakin dengan jawabannya

- membaca kembali kalimat kedua dan

fokus pada “sama dengan dua kali”

- kemudian menghitung pembagian 120/2

dan hasilnya dinyatakan dalam konteks masalah

- Siswa: “Untuk mengetahui banyaknya botol air minum yang dijual Waldbaums per hari, kita harus membagi 120 dengan

2, yaitu 60 per hari”

- membaca kembali kalimat ketiga

- Siswa: “kemudian kita mengalikan 60 dengan 5 untuk mengetahui banyaknya botol air minum yang dijual Waldbaums

dalam 5 hari”

- menghitung 60 x 5

- Siswa: “60 x 5 = 300, Waldbaums menjual 300 botol air minum dalam 5

hari”

- Menyatakan jawaban dengan konteks

1. Memberikan konteks masalah yang mendukung perhitungan

2. Pembacaan ulang diikuti dengan

perhitungan secara langsung dengan penggunaan konteks masalah

3. Konteks masalah mungkin

dinyatakan pada jawaban

4. Pembacaan ulang diikuti dengan

perhitungan dan mendukung

perhitungan

(36)

Dengan contoh soal yang sama dengan DTA-proficient, tabel berikut merupakan kegiatan siswa dan detail karakteristik perilaku pemecahan masalah pada MBA-justification yang dilakukan siswa.

Tabel 2.5. Perilaku Pemecahan Masalah MBA-justification

Sumber: Pape (2004) Pembenaran yang dilakukan siswa dapat terlihat pada perhitungan siswa. Pada tabel 2.5, pertama-tama siswa menghitung

120 dibagi 2 dengan pembenaran “120 tersebut 2 kali banyaknya yang di jual Walbaums”. Kemudian siswa melanjutkan dengan mengalikan 60 dengan 5 dengan pembenaran, “karena yang

ditanyakan adalah penjualan dalam 5 hari”. Para proses perhitungan siswa tersebut memberikan pembenaran pada setiap langkah penyelesaian.

Bila dibuat sebuat diagram alur, proses identifikasi perilaku pemecahan masalah dapat dilihat pada diagram alur berikut.

Kegiatan Siswa Detail karakteristik perilaku

- membaca seluruh kalimat soal

- membaca kembali kalimat petama dan

mencatat informasi dengan kalimat utuh - Siswa: “Pathmark menjual 120, 1 hari”

- membaca kembali kalimat kedua,

mencatat informasi dan menghitung 120/2 - Siswa: “Jadi 120 botol yang di jual Pathmark dibagi 2, maka 120 botol tersebut 2 kali banyaknya yang dijual

Waldbaums”

- menyatakan langkah-langkah perhitungan

secara verbal

- Siswa: “Waldbaums menjual 60 botol dalam sehari, dikalikan 5 karena yang

ditanyakan adalah penjualan dalam 5 hari”

- kemudian menuliskan

Waldbaums menjual 60 botol = 1 hari 60 botol x 5 hari = 300 botol

- menyatakan jawaban dengan konteks

1. Memberikan konteks masalah

mendukung perhitungan

2. Pembacaan ulang diikuti dengan

perhitungan secara langsung

dengan penggunaan konteks

masalah

3. Konteks masalah mungkin

dinyatakan pada jawaban

4. Pembacaan ulang diikuti dengan

perhitungan dan mendukung

perhitungan

5. Terdapat penjelasan dan

(37)

Diagram 2.1. Diagram Alur Proses Identifikasi Perilaku Pemecahan Masalah

`

Proses identifikasi perilaku pemecahan masalah akan dimulai dari hasil pekerjaan siswa, kemudian di identifikasi kesulitan, penggunaan konteks masalah dan penjelasan pada hasil dan proses penyelesaian masalah sehingga dapat teridentifikasi perilaku pemecahan masalah siswa. Perilaku pemecahan masalah siswa mengerjakan soal cerita matematika menunjukan perilaku pada aspek intelektual siswa. Setelah diketahui bagian-bagian dari aspek kognitif kesalahan siswa, maka nantinya akan membantu guru dalam menentukan model dan program remediasi bagi siswa yang mengalami kesulitan.

(38)

F. Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun ruang sisi datar adalah suatu bangun ruang dimana sisi ruang dibatasi oleh bidang datar (Husein Tampomas :2007). Bangun ruang sisi datar terdiri dari kubus, balok, prisma dan limas.

1. Kubus

Kubus merupakan bangun ruang tertutup yang dibatasi oleh enam daerah persegi (Husein Tampomas :2007 dengan revisi). Kubus dinamai berdasarkan titik-titik sudutnya.

Gambar 2.2. Kubus ABCD.EFGH

Bangun di atas merupakan kubus ABCD.DEFG.

a. Kubus ABCD.DEFG memiliki bagian-bagian sebagai berikut (Husein Tampomas :2007).

1) Sisi

Daerah-daerah persegi pada kubus dinamakan bidang batas atau bidang sisi atau sisi kubus. Sisi-sisi pada kubus sepasang-sepasang berhadapan. Salah satu sisi dinamakan bidang alas atau dasar, yaitu sisi ABCD. Sisi yang berhadapan dengan alas dinamakan bidang atas atau sisi atas atau tutup, yaitu sisi EFGH. Sisi-sisi lainnya dinamakan sisi tegak atau dinding, yaitu sisi ABFE, BCGF, CDHG, dan ADHE.

2) Rusuk

(39)

rusuk-rusuk atas yaitu ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅. Sedangkan yang lain dinamakan rusuk-rusuk tegak yaitu ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅.

3) Titik sudut kubus

Pertemuan 3 rusuk dinamakan titik sudut kubus. Titik sudut kubus juga merupakan pertemuan tiga bidang sisi. Kubus memiliki 8 titik sudut yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H.

4) Diagonal sisi

Diagonal sisi adalah ruas garis pada bidang yang menghubungkan dua buah titik sudut yang tidak terletak pada sisi yang sama. Kubus memiliki 12 diagonal sisi yaitu ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅. Jika sebuah kubus dengan panjang rusuk � satuan panjang maka diagonal sisi kubus tersebut adalah �√ satuan panjang.

5) Diagonal ruang

Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua buah titik sudut yang tidak terletak pada bidang yang sama. Kubus memiliki 4 diagonal ruang yaitu ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅. Jika sebuah kubus dengan panjang rusuk a satuan panjang maka diagonal ruang kubus tersebut adalah �√ satuan panjang.

6) Bidang diagonal

Bidang diagonal suatu kubus adalah bidang yang dibatasi oleh dua rusuk dan dua diagonal bidang suatu kubus. Kubus memiliki 6 bidang diagonal yaitu ACGE, BDHF, ABGH, DCFE, ADGF, dan BCHE.

b. Jaring-jaring kubus

(40)

Jika kubus ABCD.EFGH diiris sepanjang rusuk ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅, kemudian dibuka dan dibentangkan, maka membentuk bangun datar seperti pada gambar dibawah ini. (J. Dris, 2011).

Gambar 2.3. Jaring-jaring Kubus ABCD.EFGH

Bangun yang di atas disebut jaring-jaring kubus. Jaring-jaring kubus adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat menurut ruas-ruas garis pada dua persegi yang berdekatan akan membentuk bangun kubus. Sebuah kubus memiliki lebih dari satu jaring-jaring yang berbeda. c. Luas permukaan kubus

Luas permukaan kubus adalah luasan seluruh bidang sisi pada permukaan kubus. Jaring-jaring kubus terdiri atas 6 persegi yang merupakan sisi kubus. Jika, panjang rusuk kubus adalah r cm, maka

Luas Permukaan Kubus = x Luas Persegi = x � x �

= x � = � d. Volume kubus

(41)

Gambar 2.4. (a) Kubus Satuan, (b) Kubus Satuan dengan Rusuk 2 Satuan

Pada gambar (a), tampak kubus satuan, yaitu kubus yang memiliki panjang rusuk 1 satuan panjang. Volume kubus satuan = (1 x 1 x 1) satuan volume = 1 satuan volume.

Pada gambar (b) tampak kubus yang memiliki panjang rusuk 2 satuan panjang. Kubus tersebut akan diisi kubus satuan, sehingga banyak kubus satuan yang diperlukan adalah 8 kubus satuan. Dengan ukuran (2 x 2 x 2) sehingga diperoleh volume kubus tersebut adalah 8 satuan volume.

Dengan demikian, volume kubus (V) yang memiliki panjang rusuk � dirumuskan sebagai berikut

V = r x r x r = r3

r = panjang rusuk kubus 2. Balok

Balok adalah suatu bangun ruang tertutup yang dibatasi oleh enam daerah persegi panjang (Husein Tampomas :2007 dengan revisi). Balok dinamai berdasarkan titik-titik sudutnya.

Gambar 2.5. Balok ABCD.EFGH

(42)

1) Sisi

Daerah-daerah persegi panjang pada balok dinamakan bidang batas atau bidang sisi atau sisi balok. Sisi-sisi pada balok sepasang-sepasang berhadapan. Salah satu sisi dinamakan bidang alas atau dasar, yaitu sisi ABCD. Sisi yang berhadapan dengan alas dinamakan bidang atas atau sisi atas atau tutup, yaitu sisi EFGH. Sisi-sisi lainnya dinamakan sisi tegak atau dinding, yaitu sisi ABFE, BCGF, CDHG, dan ADHE.

2) Rusuk

Pertemuan dua sisi berupa ruas garis dinamakan rusuk. Balok memiliki 12 rusuk. Rusuk-rusuk bidang alas dinamakan rusuk-rusuk alas yaitu ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅, rusuk-rusuk bidang atas dinamakan rusuk-rusuk atas yaitu ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅. Sedangkan yang lain dinamakan rusuk-rusuk tegak yaitu ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅.

3) Titik sudut balok

Pertemuan 3 rusuk dinamakan titik sudut balok. Titik sudut kubus juga merupakan pertemuan tiga bidang sisi. Balok memiliki 8 titik sudut yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H.

4) Diagonal sisi

(43)

5) Diagonal ruang

Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua buah titik sudut yang tidak terletak pada bidang yang sama. Balok memiliki 4 diagonal ruang yaitu ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅. Garis ̅̅̅̅ merupakan salah satu diagonal ruang balok yang terletak pada bidang BDHF, maka:

̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ + ̅̅̅̅

̅̅̅̅ merupakan diagonal sisi balok dengan panjang √� + ,

maka ̅̅̅̅̅̅ = (√� + ) + �

= � + + �

̅̅̅̅ = √� + + �

6) Bidang diagonal

Bidang diagonal suatu balok adalah bidang yang dibatasi oleh dua rusuk dan dua diagonal bidang suatu balok. Balok memiliki 6 bidang diagonal yaitu ACGE, BDHF, ABGH, DCFE, ADGF, dan BCHE.

b. Jaring-jaring balok

(44)

Jika balok ABCD.EFGH diiris sepanjang rusuk ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅, kemudian dibuka dan dibentangkan, maka membentuk bangun datar seperti pada gambar dibawah ini (J. Dris, 2011)

Gambar 2.6. Jaring-jaring Balok ABCD.EFGH

Bangun yang diatas disebut jaring-jaring balok. Jaring-jaring kubus adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat menurut ruas-ruas garis pada dua persegi panjang yang berdekatan akan membentuk bangun balok. Sebuah balok memiliki lebih dari satu jaring-jaring yang berbeda.

c. Luas permukaan balok

Untuk menentukan luas permukaan balok, balok mempunyai tiga pasang sisi yang tiap pasangnya sama dan sebangun, yaitu

1) Sisi ABCD sama dan sebangun dengan sisi EFGH; 2) Sisi ADHE sama dan sebangun dengan sisi BCGF; 3) Sisi ABFE sama dan sebangun dengan sisi DCGH. Akibatnya diperoleh

luas permukaan ABCD = luas permukaan EFGH = � × luas permukaan ADHE = luas permukaan BCGF = × � luas permukaan ABFE = luas permukaan DCGH = � × �

Dengan demikian, luas permukaan balok sama dengan jumlah ketiga pasang sisi yang saling kongruen pada balok tersebut. Luas permukaan balok dirumuskan sebagai berikut.

(45)

d. Volume balok

Menentukan volume balok ABCD.EFGH yang panjang rusuk-rusuk ̅̅̅̅ = p, ̅̅̅̅ = l, dan ̅̅̅̅ = t, berarti dicari batasan yang menunjukan banyaknya kubus satuan volume yang dapat mengisi bagian ruang yang ditempati oleh balok ABCD.EFGH tersebut.

(J. Dris, 2011) Gambar 2.7. (a) Balok Satuan, (b) balok Satuan dengan Ukuran 6 x 2 x 1 cm

Perhatikan gambar (a) yang merupakan balok yang tersusun dari 6 kubus satuan, sehingga volume valok tersebut 6 cm3. Balok (b) tersusun atas 12 kubus satuan sehinggan volume balok tersebut 12 cm3. Untuk menemukan rumus volume balok, kita perhatikan ukuran balok tersebut.

Panjang balok terdiri atas 6 kubus satuan, panjang balok 6 cm Lebar balok terdiri atas 2 kubus satuan, lebar balok 2 cm Tinggi balok terdiri atas 1 kubus satuan, tinggi balok 1 cm. Karena telah diketahui volume balok (b) = 12 cm3.

Maka diperoleh hubungan volume balok dan ukuran balok, yaitu 12 = 6 x 2 x 1

Jadi, diperoleh rumus volume balok (� dengan ukuran � x x � adalah sebagai berikut.

� = panjang x lebar x tinggi = � × × �

G. Soal Cerita Bangun Ruang Sisi Datar

(46)

Siswa diharapkan dapat menafsirkan kata-kata dalam soal cerita, kemudian melakukan perhitungan sesuai dengan konteks masalah. Soal cerita melatih para siswa berpikir secara analisis, melatih kemampuan menggunakan tanda operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian), serta prinsip-prinsip atau rumus-rumus dalam geometri yang telah dipelajari. Selain itu keterampilan siswa dalam memecahkan masalah juga dituntut agar penyelesaian yang ditemukan benar dan sesuai konteks masalah.

Dengan demikian, soal cerita bangun ruang sisi datar adalah soal matematika yang permasalahannya terdapat di kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi bangun ruang sisi datar khususnya pada pokok bahasan kubus dan balok.

H. Kerangka Berpikir

Analisis kesalahan dilakukan untuk menyelediki kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika serta penyebab terjadinya kesalahan dan perilaku pemecahan masalah siswa. Analisis kesalahan ini dilakukan terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Yogyakarta pada materi bangun ruang sisi datar. Bangun ruang sisi datar merupakan materi matematika kelas VIII yang dipelajari pada semester 2. Soal tes matematika yang diberikan berbentuk soal cerita yang berkait dengan pokok bahasan bangun ruang sisi datar.

Pada penelitian ini langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah mencari tahu kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika materi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan tes diagnostik yang berupa soal cerita dan penyebab terjadinya kesalahan melalui wawancara.

(47)

perilaku yang bervariasi maka pada penelitian ini akan teliti perilaku pemecahan masalah yang dilakukan siswa pada soal cerita matematika bangun ruang sisi datar. Sehingga dapat diketahui perilaku siswa pada ranah kognitif atau perilaku yang ditinjau dari aspek-aspek intelektual siswa pada saat mengerjakan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif mempunyai tujuan umum untuk menemukan pengetahuan tentang bidang ilmu tertentu. Penelitian deskriptif berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu (Margono, 2010: 8).

Metode penelitian kualitatif didefinisikan sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data-data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneiti tidak berusaha menghitung atau mengkualifikasikan data kualitatif yang telah yang telah diperoleh dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka (Afrizal, 2015: 13).

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang menganalisis kesalahan, penyebab kesalahan dan perilaku pemecahan masalah siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika dengan mengumpulkan data atau informasi (lisan dan tulisan) yang kemudian disusun secara sistematis, dijelaskan dan dianalisis.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 4 Yogyakarta di Jalan Hayam Wuruk Nomor 10 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

2. Waktu penelitian berlangung pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016 pada bulan Februari-Juli 2016

C. Subjek dan Objek Penelitian

(49)

penyebab terjadinya kesalahan serta perilaku siswa mengerjakan soal cerita matematika pada materi bangun ruang sisi datar.

D. Bentuk Data

Pada penelitian ini terdapat dua macam data yang akan dikumpulkan dan diolah oleh peneliti, yaitu kesalahan dan perilaku pemecahan masalah yang di dapatkan dari hasil pekerjaan siswa mengerjakan tes diagnostik dan penyebab siswa melakukan kesalahan yang di dapatkan dari wawancara beberapa siswa.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah metode tes dan wawancara. 1. Metode tes diagnostik

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan) (Nana Sudjana, 2012: 35). Tes yang diujikan dalam bentuk soal cerita matematika materi bangun ruang sisi datar. Tes ini bertujuan sebagai tes diagnostik untuk mengetahui kesalahan-kesalahan dan perilaku pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Data dari hasil tes didapatkan setelah pekerjaan siswa dikoreksi dan dilakukan skoring berupa kesalahan-kesalahan dan perilaku siswa dalam memecahkan soal cerita bangun ruang sisi datar

2. Metode wawancara

(50)

Metode ini digunakan untuk mengetahui kesalahan, penyebab terjadinya kesalahan dan mengkonfirmasi perilaku pemecahan masalah yang merupakan tindak lanjut dari analisis kesalahan yang telah dilakukan Wawancara dilakukan terhadap beberapa siswa yang mengalami kesalahan lebih banyak dari siswa lain karena kesalahan yang dilakukan bervariasi. Wawancara dilakukan peneliti menggunakan media perekam suara dan pedoman wawancara.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau yang dipergunakan untuk mengumpulkan data (Afrizal, 2015 : 134). Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan ada dua, yaitu lembar tes diagnostik dan lembar wawancara.

1. Lembar tes diagnostik

Lembar soal tes diagnostik dalam bentuk soal cerita matematika materi bangun ruang sisi datar. Kisi-kisi soal tes diagnostik dapat dilihat pada tabel dan disusun sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan materi bangun ruang sisi datar. Lembar soal tes diagnostik dapat dilihat pada lampiran B.1.

Tabel 3.1. Kisi-kisi Tes Diagnostik Kompetensi 1. Menggunakan rumus untuk menhitung

luas permukaan kubus dan balok

2a,3a,5a, 8a

2. Menggunakan rumus untuk

menghitung volume kubus dan balok

1a,4a,6a, 7a 3. Menyelesaikan permasalahan

sehari-hari yang berkaitan dengan luas permukaan kubus dan balok

2b,3b,5b ,8b 4. Menyelesaikan permasalahan

sehari-hari yang berkaitan dengan volume kubus dan balok

1b,4b,6b ,7b

2. Lembar pedoman wawancara

(51)

bertanya dalam memilih alur dan setting wawancara. Pada wawancara semi terstruktur tidak ada pertanyaan yang telah disusun sebelumnya, peneliti hanya mengandalkan guideline wawancara sebagai pedoman penggalian data.

Pada wawancara semi terstruktur tidak ada pertanyaan yang telah disusun sebelumnya, peneliti hanya mengandalkan guideline wawancara sebagai pedoman penggalian data (Haris Herdiansyah, 2013:66). Wawancara jenis ini memungkinkan mencakup ruang lingkup lebih besar guna keperluan merangkum pendapat dan jawaban responden.

Tabel 3.2. Indikator Wawancara untuk Kesalahan dan Penyebab Kesalahan

Indikator pertanyaan Pertanyaan wawancara

1) Menggunakan rumus untuk

menghitung luas permukaan kubus dan balok

2) Menggunakan rumus untuk

menghitung volume kubus dan balok

3) Menyelesaikan permasalahan

sehari-hari yang berkaitan dengan luas permukaan kubus dan balok

4) Menyelesaikan permasalahan

sehari-hari yang berkaitan dengan volume kubus dan balok

1. Menanyakan bagian yang dirasa

sulit bagi siswa.

2. Menanyakan alasan mengapa

soal dianggap sulit dan letak kesulitannya.

3. Menanyakan proses atau

langkah-langkah pengerjaan

soal.

4. Menanyakan alasan jawaban

siswa yang demikian.

Tabel 3.3. Indikator Wawancara untuk Perilaku Pemecahan Masalah

Indikator pertanyaan Pertanyaan wawancara

Perilaku pemecahan masalah yang ditinjau dari DTA-proficient, DTA-not

proficient, DTA-limited context, MBA-full context dan MBA-justification

1. Meminta siswa menjelaskan

permasalahan pada soal cerita

2. Meminta siswa menjelaskan

penyelesaian soal cerita secara

keseluruhan (langkah-langkah

penyelesaian)

3. Menanyakan siswa apakah

(52)

Wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur, maka akan dikembangkan pertanyaan situasional yang berkaitan dengan indikator wawancara pada tabel 3.2 dan tabel 3.3.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Penelitian

Suatu alat penelitian harus memiliki kualitas yang baik dengan memenuhi dua hal, yaitu ketepatannya atau validitasnya dan ketepatan atan keajengan atau reliabilitas.

1. Validitas

Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilai terhadap konsep yang dinilai sehingga menilai apa yang seharusnya dinilai (Nana Sudjana, 2012: 12). Terdapat tiga macam validitas ,yakni validitas isi, validitas konstruk dan validitas kriteria. Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilai dalam mengukur isi yang seharusnya (Nana Sudjana, 2012: 13) yang dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Pengujian validitas kedua variabel dicari dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson dengan taraf signifikansi 5% , dengan rumus sebagai berikut.

� = ∑ − ∑ ∑

√{ ∑ − ∑ }{ ∑ − ∑ }

Keterangan:

: Jumlah subyek

∑ : Jumlah skor Mean

∑ : Jumlah skor Total

∑ : Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total � : Koefisien korelasi antara X dan Y

(53)

Tabel 3.4. Kriteria Interpretasi Tingkat Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

Antara 0,80 sampai dengan 1,00 Sangat tinggi

Antara 0,60 sampai dengan 0,80 Tinggi

Antara 0,40 sampai dengan 0,60 Cukup

Antara 0,20 sampai dengan 0,40 Rendah

Antara 0,00 sampai dengan 0,20 Sangat Rendah

(Sumber: Suharsimi Arikunto, 1989) 2. Reliabilitas instrumen

Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajengan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilai, artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama (Nana Sudjana, 2012: 16). Reliabilitas sering diartikan juga sebagai taraf. Untuk mengetahui reliabilitas pada soal tes digunakan rumus Alpha.

� = [ − ][ −∑��� ]

Keterangan.

� : Reliabilitas : banyaknya soal

∑� : jumlah varian skor tiap-tiap soal �� : varians soal

Tabel 3.5. Kriteria Interpretasi Tingkat Reliabilitas

Reliabilitas Interpretasi

Antara 0,80 sampai dengan 1,00 Sangat tinggi

Antara 0,60 sampai dengan 0,80 Tinggi

Antara 0,40 sampai dengan 0,60 Cukup

Antara 0,20 sampai dengan 0,40 Rendah

Antara 0,00 sampai dengan 0,20 Sangat Rendah

(Sumber: Suharsimi Arikunto, 1989) 3. Hasil pengujian tes diagnostik

(54)

Tabel 3.6. Hasil Tes Uji Coba

Skor Yang Dicapai Siswa

(55)

Analisis yang digunakan untuk mengetahui validitas tiap butir soal adalah menggunakan rumus korelasi product moment. Proses perhitungan dilampirkan pada lampiran A.3 dan A.4.

Tabel 3.7. Validitas Item Soal No.

Soal

Koefisien Korelasi Product

Moment Keterangan

1 0,32 Soal Valid

2 0,69 Soal Valid

3 0,70 Soal Valid

4 0,23 Soal Tidak Valid

5 0,78 Soal Valid

6 0,46 Soal Valid

7 0,12 Soal Tidak Valid

8 0,89 Soal Valid

Pada tabel validitas item soal di atas, dapat dilihat bahwa dari 8 soal yang diuji cobakan ternyata terdapat 6 soal valid dan 2 soal tidak valid. Data di dapat setelah dilakukan skoring terhadap hasil pekerjaan siswa sebanyak dua kali, tujuannya agar pengoreksi konsisten dalam pemberian skor di setiap soal.

Reliabilitas soal ditentukan dengan rumus Alpha dan setelah dilakukan perhitungan didapatkan reliabilitas soal (� ) sebesar 0,69. Dari besarnya reliabilitas ini dapat disimpulkan bahwa reliabilitas soal tes tinggi. Penulis juga dengan analisis soal uji coba dari segi tingkat kesukaran Semua soal uji coba dikategorikan soal yang mudah.

Setelah dilakukan analisis pada soal uji coba, maka penulis menggunakan semua soal yang valid (soal nomor 4 dan 7 tidak digunakan). Pada kisi-kisi yang memuat indikator soal nomor 4 dan 7 telah diwakilkan oleh nomor soal yang lain. Tingkat kesulitan soal secara keseluruhan rendah atau soal mudah, hal ini juga menjadi pertimbangan penulis karena soal tes diagnostik digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa pada materi yang diujikan.

Gambar

Tabel 4.14. Hasil Analisis Wawancara Terhadap Perilaku Pemecahan Masalah
Gambar 2.3. Jaring-jaring Kubus ABCD.EFGH……………………………….. 22
Tabel 2.2. Perilaku Pemecahan Masalah DTA-not proficientKegiatan Siswa   Detail karakteristik perilaku
Tabel 2.3. Perilaku Pemecahan Masalah DTA-limited context
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) jenis-jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta dalam mengerjakan soal-soal operasi bentuk

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kesalahan yang dilakukan siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal cerita matematika pokok bahasan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui letak kesalahan yang dilakukan siswa kelas VIIIB SMP N 1 Kasihan dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar kubus dan

PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP N 2 BANDUNG. TAHUN

Anwar Anshori, Analisis Tingkat Berpikir Geometri Siswa dalam Menyelesaikan Soal Bangun Ruang Sisi Datar Berdasarkan Teori Van Hiele pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2

Scaffolding yang Diberikan Kepada Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Bangun Ruang Sisi Datar ... 102

(2) Faktor apa sajakah yang menyebabkan siswa kelas VIII-A MTs Sultan Agung Jabalsari mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar?. Adapun

Berdasarkan hasil wawancara dan analisis terhadap penyebab kesalahan yang peserta didik lakukan dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi lengkung adalah sebagai berikut: 1 Peserta