• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh metode eksperimen-diskusi terhadap sikap dan keyakinan siswa pada pembelajaran fisika yang diukur dengan tes class.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh metode eksperimen-diskusi terhadap sikap dan keyakinan siswa pada pembelajaran fisika yang diukur dengan tes class."

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

Oftayani Andi. 2015. Pengaruh Metode Eksperimen-Diskusi Terhadap Sikap dan Keyakinan Siswa Pada Pembelajaran Fisika Yang Diukur Dengan Tes CLASS. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata DharmaYogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan keyakinan siswa

kelas XI terhadap pembelajaran fisika dengan menggunakan metode

eksperimen-diskusi. Sampel data adalah seluruh populasi sejumlah 56 siswa yang terdiri dari

dua kelas. Kelas XI IPA 1 dipilih sebagai kelas yang diberi model pembelajaran

dengan metode ceramah (kelas kontrol) dan kelas XI IPA 2 dipilih sebagai kelas

yang diberi model pembelajaran dengan metode eksperimen-diskusi (kelas

eksperimen). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

Colorado Learning Attitudes About Science Survey (CLASS). Data yang diperoleh dari hasil kuesioner akan dianalisis menggunakan SPSS 16.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan secara signifikan

antara pre-test dan post-test pada kelas XI IPA 2 (kelas eksperimen) dalam hal

sikap dan keyakinan siswa terhadap pembelajaran fisika yang diajarkan dengan

metode eksperimen-diskusi.

Kata kunci: metode eksperimen-diskusi, sikap dan keyakinan siswa, kuesioner

(2)

ix

ABSTRACT

Oftayani Andi. 2015. Effect of Experimental-Discussion Method Against

Attitudes and Beliefs Study Physics Students In The Measured With CLASS Test.

Thesis, Physics Education Study Program, Department of Mathematics and

Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma

University in Yogyakarta.

The purpose of this study is to determine attitudes and beliefs of class XI to

learning physics using experimental-discussion method. Data sample is the entire

population of some 56 students consisting of two classes. Class XI IPA 1 selected

as the class was given a model of learning by lecture method (control class) and

class XI IPA 2 selected as a class by learning model with experimental-discussion

method (experimental class). The instrument used in this study was a

questionnaire Colorado Learning Attitudes About Science Survey (CLASS). Data

obtained from the questionnaire will be analyzed using SPSS 16.

The result showed significant differences between pre-test and post-test

in class XI IPA 2 (experimental class) in terms of attitudes and beliefs of students

towards learning physics which taught by an experimental-discussion method.

Keywords: experimental-discussion method, attitudes and belief of students, the

(3)

i

PENGARUH METODE EKSPERIMEN-DISKUSI TERHADAP SIKAP DAN KEYAKINAN SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA YANG

DIUKUR DENGAN TES CLASS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

OftayaniAndi

NIM : 101424043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

 TuhanYesus Kristus Juru Selamatku

 Keluargaku tercinta Bapak M.PaulusAndi, Ibu Ludia dan kakakku Kornelia Arni Andi, amd. Keb yang selalu setia memberikan semangat dan Doa

 Almamaterku Universitas Sanata Dharma

(7)

v

MOTTO

“Ketika

satu pintu tertutup, pintu lain akan terbuka; namun terkadang

kita melihat dan menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga

kita tidak melihat pintu lain yang telah

terbuka”

“Hiduplah

seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup ditepi jalan

dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan

buah”

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

Oftayani Andi. 2015. Pengaruh Metode Eksperimen-Diskusi Terhadap Sikap dan Keyakinan Siswa Pada Pembelajaran Fisika Yang Diukur Dengan Tes CLASS. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata DharmaYogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan keyakinan siswa

kelas XI terhadap pembelajaran fisika dengan menggunakan metode

eksperimen-diskusi. Sampel data adalah seluruh populasi sejumlah 56 siswa yang terdiri dari

dua kelas. Kelas XI IPA 1 dipilih sebagai kelas yang diberi model pembelajaran

dengan metode ceramah (kelas kontrol) dan kelas XI IPA 2 dipilih sebagai kelas

yang diberi model pembelajaran dengan metode eksperimen-diskusi (kelas

eksperimen). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

Colorado Learning Attitudes About Science Survey (CLASS). Data yang diperoleh dari hasil kuesioner akan dianalisis menggunakan SPSS 16.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan secara signifikan

antara pre-test dan post-test pada kelas XI IPA 2 (kelas eksperimen) dalam hal

sikap dan keyakinan siswa terhadap pembelajaran fisika yang diajarkan dengan

metode eksperimen-diskusi.

Kata kunci: metode eksperimen-diskusi, sikap dan keyakinan siswa, kuesioner

(11)

ix

ABSTRACT

OftayaniAndi. 2015. Effect of Experimental-DiscussionMethod Against

Attitudes and Beliefs Study Physics Students In The Measured With CLASS Test.

Thesis, Physics Education Study Program, Department of Mathematics and

Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma

University in Yogyakarta.

The purpose of this study is to determine attitudes and beliefs of class XI to

learning physics using experimental-discussion method. Data sample is the entire

population of some 56 students consisting of two classes. Class XI IPA 1 selected

as the class was given a model of learning by lecture method (control class) and

class XI IPA 2 selected as a class by learning model with

experimental-discussionmethod (experimental class). The instrument used in this study was a

questionnaire Colorado Learning Attitudes About Science Survey (CLASS). Data

obtained from the questionnaire will be analyzed using SPSS 16.

The result showed significant differences between pre-test and post-test

in class XI IPA 2 (experimental class) in terms of attitudes and beliefs of students

towards learning physics which taught by an experimental-discussion method.

Keywords: experimental-discussion method, attitudes and belief of students, the

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa untuk segala kasih,

berkat,rahmat penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

dan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Metode Eksperimen-Diskusi

Terhadap Sikap dan Keyakinan Siswa Pada Pembelajaran Fisika Yang Diukur

Dengan Tes CLASS”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Fisika.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Aufridus Atmadi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah setia

dan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

3. Rohandi, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu

memberikan semangat dan motivasi.

4. Segenap Dosen Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bekal

ilmu pengetahuan kepada penulis.

5. Segenap Karyawan Sekretariat JPMIPA yang telah memberikan bantuan

(13)

xi

6. Drs. Meki, selaku kepala sekolah SMA Negeri 7 Sendawar yang telah

berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

7. Enita, S.Pd; selaku guru mata pelajaran fisika SMA Negeri 7 Sendawar

atas segala bantuan, kerjasama dan dukungan selama penulis melakukan

penelitian.

8. Siswa-siswi kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2 yang menjadi partisipan

dalam penelitian, terimakasih atas kerjasamanya.

9. Kedua orang tuaku tersayang, Bapak Marselino Paulus Andi dan Ibu

Ludia atas kerja kerasnya, semangat, kasih sayang, perhatian, dukungan

materi dan dukungan doanya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Kakakku Kornelia Arni Andi, Amd. Keb., yang selalu memberi semangat

untuk selalu berjuang sehingga dapat menyelesaikan studiku dan skripsi

ini dengan baik.

11.Teman-teman pendidikan fisika angkatan 2010 yang merupakan keluarga

baru bagi penulis selama kurang lebih 5 tahun bersama. Terimakasih

kebersamaannya.

12.Semua teman-teman yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu yang

(14)

xii

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca.

Yogyakarta, 28 Agustus 2015

Penulis,

(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNAYATAAN PERSETUANAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Hipotesa Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

(16)

xiv

1. Definisi Sikap ... 7

2. Komponen Sikap ... 8

3. Karakteristik Sikap ... 9

B. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 10

1. Hakikat Pembelajaran ... 10

2. Tujuan Pembelajaran ... 12

3. Hakikat Belajar ... 12

4. Tujuan Belajar ... 14

C. Metode Mengajar ... 14

1. Metode Eksperimen ... 14

2. Metode Diskusi ... 17

3. Metode Eksperimen-Diskusi ... 18

D. Test CLASS ... 19

E. Materi Pembeajaran Gaya Gesek ... 19

1. Pengertian Gaya Gesek ... 20

2. Macam-Macam Gaya Gesek ... 20

3. Menentukan Koefisien Gesekan ... 21

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 23

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

1. Tempat Penelitian ... 23

2. Waktu Penelitian ... 24

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

1. Populasi Penelitian ... 24

2. Sampel Penelitian ... 24

D. Treatment ... 24

E. Instrument Penelitian ... 25

1. Instrument Pembelajaran ... 25

2. Instrument Pengumpulan Data ... 26

(17)

xv

G. Metode Analisis Data ... 29

BAB IV. HASIL PENELITIANN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 36

B. Selama Peleksanaan Penelitian ... 36

1. Sebelum Proses Belajar Mengajar ... 36

2. Proses Pelaksanaan Penelitian di Kelas Kontrol (XI IPA 1) ... 37

3. Proses Pelaksanaan Penelitian di Kelas Eksperimen (XI IPA 2) ... 40

C. Data Penelitian ... 46

D. Analisis Data ... 49

E. Pembahasan ... 59

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori Sikap Dan Keyakinan Siswa ... 26

Tabel 2. Skor Hasil Kuesioner ... 29

Tabel 3. Jumlah Skor Jawaban Kuesioner Setiap Siswa ... 29

Tabel 4. Kriteria Klasifikasi Sikap ... 30

Tabel 5. Kriteria Sikap Setiap Siswa ... 30

Tabel 6. Kriteria Sikap Dan Keyakinan Siswa Pre-Terst dan Post-Test Kelas Kontrol ... 46

Tabel 7. Kriteria Sikap Dan Keyakinan Siswa Pre-Terst dan Post-Test Kelas Kontrol ... 47

Tabel 8. Data Analisis Pre-Test Kelompok Independen Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 48

Tabel 9. Data Analisis Post-Test Kelompok Independen Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 51

Tabel 10. Kriteria Klasifikasi Pre-Test Kuesioner Sikap dan Keyakinan Siswa Kelas Kontrol ... 56

Tabel 11. Kriteria Klasifikasi Post-Test Kuesioner Sikap dan Keyakinan Siswa Kelas Kontrol ... 56

Tabel 12. Kriteria Klasifikasi Pre-Test Kuesioner Sikap dan Keyakinan Siswa Kelas Eksperimen ... 57

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Ke Sekolah ... 68

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Ke Dinas Pendidikan ... 69

Lampiran 3. Surat Rekomendasi Ijin Penelitian ... 70

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 71

Lampiran 5. RPP (Kelas Eksperimen) ... 72

Lampiran 6. RPP (Kelas Kontrol) ... 84

Lampiran 7. LKS (Lembar Kerja Siswa) ... 89

Lampiran 8. Kuesioner CLASS ... 93

Lampiran 9. Data Kuesioner CLASS(Pre-Test) Kelas Eksperimen ... 98

Lampiran 10. Data Skor Kuesioner Class (Pre-Test) Kelas Eksperimen ... 99

Lampiran 11. Data Kuesioner CLASS (Post-Test) Kelas Eksperimen ...100

Lampiran 12. Data Skor Kuesioner CLASS (Post-Test) Kelas Eksperimen ....101

Lampiran 13. Data Kuesioner CLASS (Pre-Test) Kelas Kontrol ...102

Lampiran 14. Data Skor Kuesioner Class (Pre-Test) Kelas Kontrol ...103

Lampiran 15. Data Kuesioner Class (Post-Test) Kelas Kontrol ...104

Lempiran 16. Data Skor Kuesioner Class (Post-Test) Kelas Kontrol ...105

(20)

xviii

Lampiran 18. Contoh Data Hasil Penelitian Jawaban Kuesioner Post-Test

Kelas Kontrol...111

Lampiran 19. Contoh Data Hasil Penelitian Jawaban Kuesioner Pre-Test

Kelas Eksperimen ... 116

Lampiran 20. Contoh Data Hasil Penelitian Jawaban Kuesioner Post-Test

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pembelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) yang penting bagi siswa. Mata pelajaran fisika adalah mata pelajaran yang

dianggap rumit oleh siswa karena fisika menggunakan dasar matematika sebagai alat

bantu yang menyebabkan siswa takut terhadap fisika. Hal tersebut tidak akan muncul

apabila dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas diupayakan mendorong

semua siswa terlibat untuk berpikir.

Pembelajaran yang dikemas dengan baik memberikan dampak yang positif

dalam memajukan potensi yang dimiliki oleh siswa. Masih banyak guru yang

mengajar dengan cara yang kurang menarik dan tidak memberikan kesempatan pada

siswa untuk terlibat dan berpartisipasi dalam mengembangkan keterampilan dan

pengetahuan yang dimiliki oleh setiap siswa.

Salah satu faktor yang terkadang membuat siswa menganggap bahwa fisika itu

sulit biasanya metode guru dalam mengajarkan fisika. Kebanyakan guru dalam

mengajarkan fisika menggunakan metode ceramah dan latihan soal. Ceramah

digunakan guru untuk menjelaskan konsep-konsep fisika berupa rumus-rumus

matematik. Dari rumus-rumus yang telah diajarkan kemudian guru memberikan

(22)

Pembelajaran yang terpusat pada guru atau teacher centered akan menjadikan proses pembelajaran yang kaku, kurang mengembangkan pengetahuan, sikap dan

keterampilan siswa. Tujuan dari pembelajaran fisika ialah untuk mecapai proses

pembelajaran yang berjalan dengan baik. Namun pada kenyataannya, yang terjadi di

lapangan masih belum sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diharapkan. Proses

pembelajaran yang kaku akan membuat para siswa semakin tidak menyukai pelajaran

fisika sehingga para siswa semakin yakin bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran

yang sulit dan tidak menyenangkan. Suparno menjelaskan bahwa proses

pembelajaran fisika yang benar haruslah mengembangkan perubahan konsep pada

diri siswa yang sedang belajar (Suparno, 2000).

Belajar pada dasarnya adalah proses untuk memperoleh pengetahuan,

meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, maupun sikap menjadi lebih baik

dan untuk mengokohkan kepribadian (Suyono dan Hariyanto, 2011:9). Salah satu

perubahan yang dialami seseorang yang belajar menurut Moh. Uzer Usman dan Lilis

Setiawan (1993:4), adalah terjadi perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti,

dari tidak pintar menjadi pintar. Melalui pernyataan ini dapat kita lihat bahwa

pembelajaran yang dilakukan di sekolah harus mampu membawa peserta didik

mendapatkan keberhasilannya dalam proses belajar dengan adanya perubahan, sikap,

maupun keterampilan.

Pola pikir atau keyakinan siswa akan pembelajaran fisika yang sulit dan rumit

dapat diubah dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran yang dapat

(23)

memberikan suatu upaya untuk memberikan suatu metode pembelajaran yang dapat

diterima dan sesuai dengan kemampuan siswa, sehingga membantu siswa menangkap

materi yang disampaikan, memahami dan mengembangkan pengetahuan yang mereka

miliki.

Oleh karena pembelajaran fisika yang sedikit rumit, maka dibutuhkan metode

pembelajaran yang dapat membantu proses perubahan konsep atas keyakinan para

siswa akan pembelajaran fisika yang sulit. Salah satunya dengan metode

eksperimen-diskusi. Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan

percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.

Sulamah (2003) mengemukakan bahwa metode eksperimen ialah metode yang

memberikan kepada siswa untuk melatih melakukan proses secara mendiri, sehingga

siswa sepenuhnya terlibat untuk menemukan fakta, mengumpulkan data,

mengendalikan variabel, merencanakan eksperimen dan memecahkan masalah yang

dihadapi secara nyata melalui eksperimen. Metode diskusi adalah cara penyajian

pelajaran dimana siswa dihadapkan dengan suatu masalah yang dapat berupa

pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problema untuk dibahas dan di pecahkan

bersama. Suryosubroto (2009:167) mengemukakan bahwa metode diskusi adalah satu

cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada para

siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna

mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif

pemecahan atas suatu masalah. Tujuan yang utama dalam penggunaan metode diskusi

(24)

ikut menyumbangkan kemampuannya dalam menghadapi masalah besama dalam

mencari keputusan terbaik atas persetujuan bersama.

Berdasarkan uraian di atas maka diharapkan metode eksperimen-diskusi dapat

membantu para siswa mengubah pola pikir dan keyakinan mereka akan pembelajaran

fisika yang dianggap rumit menjadikan pembelajaran fisika yang menyenangkan.

Keyakinan dan sikap para siswa pada pembelajaran fisika diukur menggunakan tes

CLASS (Colorado Learning Attitudes about Science survey) dengan menggunakan metode eksperimen-diskusi dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dalam penelitian ini rumusan

masalah yang menjadi pokok perhatian peneliti adalah “apakah keyakinan siswa akan pembelajaran fisika yang dianggap rumit dapat di ubah menggunakan metode eksperimen-diskusi?”.

Agar penelitian ini lebih terarah maka rumusan masalah itu kemudian peneliti

perjelas dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana sikap dan keyakinan siswa terhadap pembelajaran fisika?

b. Apakah ada pengaruh metode eksperimen-diskusi pada sikap

keyakinan siswa tentang pembelajaran fisika yang diukur dengan tes

(25)

c. Apakah ada perbedaan pengaruh metode eksperimen-diskusi pada

sikap dan keyakinan siswa tentang pembelajaran fisika yang diukur

dengan tes CLASS?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

a. Mengetahui sikap dan keyakinan siswa terhadap pembelajaran fisika.

b. Mengetahui pengaruh metode eksperimen-diskusi pada sikap dan

keyakinan siswa tentang pembelajaran fisika yang diukur dengan tes

CLASS.

c. Mengetahui perbedaan pengaruh metode eksperimen-diskusi pada

sikap dan keyakinan siswa tentang pembelajaran fisika yang diukur

dengan tes CLASS

D. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian ini yaitu tetang ada tidaknya pengaruh

metode eksperimen-diskusi terhadap sikap dan keyakinan siswa pada

pembelajaran fisika yang diukur dengan tes CLASS.

Ho : Ada pengaruh antara metode eksperimen-diskusi terhadap sikap dan

(26)

H1 : Tidak ada pengaruh antara metode eksperimen-diskusi terhadap sikap

dan keyakinan siswa pada pembelajaran fisika.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain yaitu:

1. Bagi siswa, meningkatkan sikap dan keyakinan siswa bahwa fisika itu tidak

rumit dengan menerapkan metode eksperimen-diskusi.

2. Bagi guru fisika, sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas

pembelajaran fisika.

(27)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sikap

1. Definisi sikap

Dalam kehidupan sehari-hari, sikap dikaitkan dengan perilaku atau

perbuatan manusia. Sikap yang ada dalam diri seseorang akan memberikan

warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan.

Sarnoff (dalam Sarwono, 2000), mengidentifikasikan sikap sebagai

kesediaan untuk bereaksi (disposition of react) secara positif (vavolably) atau secara negatif ( un vavorably) terhadap objek-objek tertentu. La pierre (dalam Azwar, 2003), mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau

kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi social,

atau secara sederhana.

Sikap merupakan tindakan seseorang untuk cenderung menerima atau

menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang

berguna bagi dirinya atau tidak. Apabila siswa menganggap belajar disekolah

atau bidang studi tertentu sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maka dia

akan bersikap positif. Sebaliknya jika siswa tersebut menganggap semua itu tidak

(28)

melaluiperasaan berperan sebagai aspek afektif menentukan sikap.(W.S.Winkel,

1996:188).

Menurut Berkowitz (dalam Kartika Budi, 2001:49), sikap merupakan sutu

respon evaluatif terhadap suatu rangsangan berupa informasi, objek, gejala, atau

peristiwa yang dialami.Respon tersebut dapat berupa pernyataan atau perilaku,

misalnya menyenangkan, membosankan, menarik, bermanfaat dan sebagainya.

Sikap seseorang tampak dari penyataan setuju atau tidak, sedangkan perilaku

yang menyatakan sikap antara lain bekerja dengan sungguh, tekun, dan

melakukan dengan senang hati.

2. Komponen Sikap

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai sikap, Walgito (1990:111)

menyimpulkan pada umumnya sikap mengandung tiga komponen yang

membentuk struktur sikap, yaitu:

a. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang

berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal

yang derhubungan dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek

sikap.

b. Komponen afektif (komponen emosional). Yaitu komponen yang

behubungan denga rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.

(29)

merupakan hal yang negatif. Komponen inii menunjukkan arah sikap,

yaitu positif dan negatif.

c. Komponen konaktif (komponen perilaku), yaitu komponen yang

berhubungan dengan kecendrungan bertindak terhadap objek sikap.

Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar

kecilnya kecendrungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap

objek sikap.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa sikap seseorang

pada suatu objek sikap merupakan manifestasi dari ketiga komponen tersebut

yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap

objek sikap.

3. Karakteristik Sikap

Sikap yang dimiliki oleh seseorang tidak terbentuk dengan

sendirinya.Pembentukan sikap selalu berlangsung dalam interaksinya dengan

manusia dan terkait dengan objek sikap.

Menurut Brigham (dalam Dayakisni dan Hudiah, 2003), ada beberapa

karakteristik dasar dari sikap, yaitu:

a. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.

b. Sikap ditujukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori,

dalam hal ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana

(30)

c. Sikap dipelajari

d. Sikap mempengaruhi perilaku. Memegang teguh suatu sikap yang

mengarah pada suatu objek memberikan suatu alasan untuk

berperilaku mengarah pada objek itu dengan suatu cara tertentu.

B. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

1. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata “ajar”, yang kemudian menjadi sebuah kata

kerja berupa “pembelajaran”.Pembelajaran sebenarnya merupakan aspek dari

kegiatan manusia.

Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran.

Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau yang lain

untuk membelajarkan siswa yang lain dalam Aan Hasanah (2012:85). Proses

pembelajaran merupakan kegiatan yang dijalani oleh peserta didik dalam upaya

mencapai tujuan pendidikan di satu sisi dan di sisi lain merupakan kegiatan yang

diupayakan oleh pendidik agar kegiatan tersebut berlangsung untuk

sebesar-besarnya bermanfaat bagi pencapaian tujuan pendidikan oleh peserta didik

(Prayitno, 2009:45).

Menurut Depdiknas (2007:6), kegiatan dirancang untuk memberikan

(31)

antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, sumber belajar

lainnya, dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang

dimaksud dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan

berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang

perlu dikuasai peserta didik

Menurut Paul Suparno (2007:2), unsur yang terpenting dalam pembelajaran

yang baik adalah:

a. Siswa yang belajar

b. Guru yang mengajar

c. Bahan pelajaran

d. Hubungan antara guru dengan siswa

dalam belajar yang terpenting adalah siswa yang aktif belajar dan guru

yang harus menguasahakan agar dapat membantu dan mendorong siswa. Dari

pihak guru diharapkan menguasai bahan yang mau diajarkan dengan baik,

menyiapkan atau menyusun bahan dengan baik sehingga dapat dimengerti oleh

siswa. Guru dapat berinteraksi dengan siswa dalam suatu hubungan dialogis, baik

dan tidak menakutkan, harmonis dan suka senyum. Maka untuk menjalin

(32)

2. Tujuan Pembelajaran

Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah

kebutuhan siswa, mata pelajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan

siswa apa yang hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan.

Berdasarkan mata pelajaran ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan

hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan

bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan

yang bermakna dan dapat diukur.

3. Hakikat Belajar

Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi setiap orang. Begitu

sangat terkenalnya istilah belajar, sehingga seolah-olah setiap orang dengan

sendirinya mengerti akan istilah belajar. Para ahli belum mempunyai batasan

yang seragam mengenai pengertian belajar.

Menurut Gredler dan Margaret (2000) belajar merupakan aktivitas kearah

perubahan tingkah laku melalui interaksi aktif individu terhadap lingkungan

(pengalaman). Definisi belajar menurut beberapa para ahli antara lain:

a. Menurut Gagne

Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, yang kemudian

didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah

perilakunya akibat suatu pengalaman. Belajar juga diartikan sebagai

stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi

(33)

b. Menurut Skinner

Menurut skinner, belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang

belajar, maka responnya akan menjadi lebih baik. Dalam belajar

ditemukan adanya hal-hal berikut:

 Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons

belajar.

 Respon dari pembelajar

 Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.

Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi

tersebut, misal adanya sanksi bagi siswa yang melanggar.

c. Menurut Piaget

Piaget menyatakan bahwa, pengetahuan dibentuk oleh individu,

karena individu melakukan interaksi terus-menerus dengan

lingkungan.Namun karena lingkungan terus mengalami perubahan,

maka fungsi intelek juga semakin berkembang.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh

seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan

pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.Oleh

sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku

(34)

pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahawa belajarnya belum

sempurna.

4. Tujuan Belajar

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa

siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,

keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa.

Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan

tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.

C. Metode Mengajar

Metode pengajaran adalah cara menyampaikan pengetahuan dan

pengalihan keterampilan ilmiah oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan

akhir yang telah ditentukan. Sudrajat (2008) menjelaskan bahwa metode

pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode mengajar adalah suatu

cara seorang guru untuk membimbing siswa di dalam situasi dimana siswa

berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

1. Metode Eksperimen

Menurut Paul Suparno (2007:77), secara umum eksperimen adalah metode

mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian,

(35)

Metode eksperimen dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Eksperimen Terbimbing

Dalam eksperimen terbimbing seluruh jalannya percoabaan

sudah dirancang oleh guru sebelum dilakukan percobaan oleh siswa.

Langkah-langkah yang harus dibuat siswa, peralatan yang harus

digunakan, apa yang harus diamati dan diukur semuanya sudah

ditentukan sejak awal. Data yang harus dikumpulkan dan kesimpulan

mana yang akan dituju cukup jelas.

2. Eksperimen Bebas

Dalam eksperimen bebas, guru tidak memberikan petunjuk

pelaksanaan perconaan secara rinci. Dengan kata lain, siswa harus

lebih banyak berpikir sendiri, bagaimana akan merangkai rangkaian,

apa yang harus diamati, dan dianalisis serta disimpulkan.

Agar penggunaan teknik eksperimen itu efisien dan efektif,

pelaksana perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Roestiyah,

2001:81):

a. Dalam setiap eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan,

maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi

(36)

b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang

meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka

kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus harus

baik dan bersih.

c. Kemudian dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam

mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup

lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori

yang dipelajari itu.

d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka

perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh

pengetahuan, pengalaman serta keterampilan, juga kematangan jiwa

dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih objek

eksperimen itu.

e. Perlu dimengerti juga bahwa tidak semua masalah bias

dieksperimenkan, seperti masalah yang mengenai kejiwaan, beberapa

segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan itu arena

sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan

percobaan karena alatanya belum ada.

Dengan demikian metode eksperimen adalah metode megajar yang

mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan

bahwa teori yang dibicaran itu sudah benar. Jadi metode eksperimen ini untuk

(37)

2. Metode Diskusi

Menurut Kindvatter, Willen, Ishler dalam Paul Suparno (2007: 128), model

diskusi adalah model pembelajaran dengan pembicaraan kelompok yang bersifat

edukatif, reflektif, terstruktur dengan dan bersama siswa lain. Yang diperlukan

dalam diskusi kelompok adalah bahwa para siswa dipacu untuk terlibat aktif

dalam diskusi. Siswa perlu dibiasakan mengeksperikan apa yang mereka pikirkan

agar mereka semua ikut aktif, jumlah anggota kelompok perlu dibatasi.

Menurut Gall and gal dalam Paul Suparno (2007:130), diskusi sangat

berguna dan efektifdalam pembelajaran karena membantu:

Menguasai bahan. Dengan diskusi siswa terbantu untuk lebih menguasai bahan yang dijadikan diskusi, bukan hanya menghapal.

Memecahkan persoalan. Siswa dapat memecahkan persoalan yang diajukan guru, jadi mereka belajar memecahkan bersama.

Perkembangan moral. Siswa dilatih mengembangkan nilai moral seperti menghargai nilai orang lain, gagasan orang lain, saling

bekerja sama, terbuka, dll.

Perkembangan tingkah laku. Tingkah laku siswajuga berubah dengan diskusi, mereka menjadi sopan, lebih menghargai teman,

(38)

Keterampilan komunikasi. Jelas dengan diskusi keterampilan bicara akan bertambah, keterampilan komunikasi dengan teman dan orang

lain pun berkembang.

Dalam metode pembelajaran diskusi memiliki macam-macam diskusi yaitu:

Recitasi (kuasi diskusi). Diskusi dilakukan oleh guru di kelas dengan mengajukan pertanyaan terarah agar siswa mengulangi apa

yang telah diajarkan. Tujuannya hanya untuk mengulangi dan

menemukan kembali apa yang telah diajarkan.

Diskusi terarah (guided). Tujuannya untuk meningkatkan pengertian siswa akan konsep, generalisasi, ide, dan persoalan yang

penting.

Diskusi reflektif. Untuk menekankan pemikiran dan interaksi siswa lain tentang isi bahan diskusi. Biasanya tidak berstruktur, siswa

dapat aktif penuh, membuutuhkan waktu panjang dan sulit diatur

karena tergantung pada siswa.

Diskusi kelompok kecil. Dapat terjadi kelas dibagi dalam kelompok kecil dan mereka sendiri melakukan diskusi.

3. Metode Eksperimen-Diskusi

Metode Eksperimen-Diskusi merupakan dua metode yang dapat diterapkan

dalam proses pembelajaran fisika, baik secara terpisah maupun secara

(39)

melengkapi dan memperkuat. Pelaksanaan metode eksperimen-diskusi ini

melalui tiga langkah, yaitu: 1) Langkah persiapan, 2) Langkah pelaksanaan, 3)

Langkah penutup.

D. Tes CLASS

Dalam penelitian tes kuesioner yang digunakan merupakan tes yang test

CLASS (Colorado Learning Attitudes about Science Survey) merupakan test yang terdiri dari 42 pertanyaan. CLASS (Colorado learning attitudes science survey) adalah instrumen baru yang dirancang untuk mengukur sikap dan keyakinan siswa tentang fisika dan tentang belajar fisika. Test CLASS ini

menggunakan skala Likert dimana pada setiap soalnya terdapat lima butir pilihan

sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju penskoran

dimulai dari nilai 1 sampai dengan 5.

E. Materi Pembelajaran Gaya Gesek

Secara umum, kita dapat mengartikan gaya sebagai tarikan atau dorongan

yang menyebabkan perubahan keadaan benda. Umumnya benda-benda yang

memperoleh gaya akan mengalami perubahan-perubahan, antara lain dari benda

diam menjadi bergerak atau sebaliknya benda bergerak menjadi diam, selain itu

juga dapat mempercepat atau memperlambat gerak benda, bisa juga merubah

(40)

beberapa hal ada juga benda yang mengalami gaya tetapi tidak mengalami

perubahan gerakan ataupun bentuk. Misalnya ketika kita sedang duduk belajar,

gaya gravitasi bekerja pada kita, namun kita tetap diam. Dalam keadaan tertentu

gaya dapat menyebabkan benda bergerak, namun adakalanya dalam keadaan

yang lain benda tersebut tetap diam. Hal ini terjadi karena gaya total atau resultan

dari gaya yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol. Misalnya saat kita

mendorong meja ke depan ternyata gaya yang kita berikan dilawan dengan gaya

gesekan meja dengan lantai yang besarnya sama tapi arahnya berlawanan dengan

gaya dorong yang kita kerjakan. Keadaan ini disebut dengan keadaan

kesetimbangan (equilibrium).

1. Pengertian Gaya Gesek

Gaya gesek adalah gaya sentuh yang muncul jika permukaan dua zat padat

bersentuhan secara fisik, dimana arah gaya gesekan sejajar dengan permukaan

bidang dan selalu berlawanan dengan arah gerak relatif antara kedua benda

tersebut.

2. Macam-macam Gaya Gesek

a. Gaya gesek statis

Gaya gesek statis bekerja saat benda dalam keadaan diam dan

nilainya mulai dari nol sampai suatu harga maksimum. Jika gaya tarik

(41)

statis maksimum, maka benda masih dalam keadaan diam dan gaya

gesekan yang bekerja pada benda mempunyai besar yang sama dengan

nilai gaya tarik atau dorong pada benda tersebut. Besarnya gaya gesekan

statis maksimum adalah:

�� = �� �

Dimana � adalah koefisien gesekan statis dan N adalah gaya Normal.

b. Gaya gesek kinetis

Gaya gesek kinetis yaitu gaya gesekan yang bekerja pada benda

ketika benda sudah bergerak. Nilai gaya gesekan kinetis selalu tetap, dan

dirumuskan dengan :

�� = �� �

Dimana � adalah koefisien gesekan kinetis benda.Antara koefisien

gesek statis dan kinetis mempunyai nilai yang berbeda, nilai koefisien

gesekan statis selalu lebih besar daripada nilai koefisien gesek kinetis

benda.

3. Menentukan Koefisien Gesekan

Koefisien gesekan statis dan kinetis dapat kita tentukan dengan teknik

bidang horizontalatau bidang miring. Dalam percobaan dengan teknik bidang

(42)

sedangkan ujung kait yang bebas kita tarik dengan gaya yang searah bidang

horizontal. Selain dengan bidang horizontal kita juga dapat menetukan koefisien

gesekan statis dan kinetis tanpa perlu menggunakan dinamometer (neraca pegas)

(43)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk melihat apakah dengan

metode eksperimen-diskusi dapat mengubah sikap dan keyakinan siswa akan

pembelajaran fisika yang dianggap rumit yang diukur dengan menggunakan tes

CLASS. Peneliti menggunakan penelitian korelasi karena peneliti ingin

mengetahui apakah ada hubungan yang mungkin antara dua variabel dalam

penelitian ini. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel konstan adalah materi

pembelajaran fisika yang diajarkan sedangkan yang menjadi variabel terikatnya

adalah sikap dan keyakinan siswa akan pembelajaran fisika yang diajarkan

dengan menggunakan metode eksperimen-diskusi. Penelitian ini juga

menggunakan kelas kontrol sebagai kelas pembanding dalam penggunaan

metode. Pada kelas kontrol pembelajaran menggunakan metode tradisional atau

ceramah.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI SMA 7 SENDAWAR, Barong

(44)

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2014 sampai dengan

23Agustus2014, di sekolah SMA NEGERI 7 SENDAWAR, Barong Tongkok,

Kutai Barat.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa-siswi di SMA N 7

Sendawar, tahun ajaran 2014/2015

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA N 7 Sendawar kelas

XI, semester ganjil, tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 28 orang.

D. Treatmen

Treatmen adalah perlakuan yang diberikan kepada subyek yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2010:51). Dalam

penelitian ini treatmen yang akan digunakan adalah penerapan metode

eksperimen dan diskusi pada materi pokok Dinamika Benda dengan Gaya

Gesekan. Peneliti mengajar dengan menggunakan alat peraga. Dengan

menggunakan alat peraga siswa mempunyai pengalaman langsung. Cara ini

(45)

pembelajaran fisika yang sedang dipelajarinya. Kegiatan pembelajaran

diantaranya:

a) Membagi siswa dalam 5-6 kelompok,

b) Menyajikan materi pembelajaran;

c) Membagi lembar kerja siswa untuk melakukan eksperimen;

d) Memberikan petunjuk dan mengarahkan cara penggunaan alat sebelum

melakukan eksperimen;

e) Siswa melaksanakan eksperimen sesuai dengan lembar kerja siswa;

f) Setelah melaksanakan eksperimen, siswa melakukan diskusi

kelompok, guru mengarahkan kelompok;

g) Salah satu dari kelompok diskusi, mempersentasikan hasil eksperimen

kelompoknya;

h) Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan;

i) Penguatan atau kesimpulan secara bersama-sama oleh guru dan peserta

didik.

Pengajaran dengan metode eksperimen-diskusi dapat dilihat diRPP dan

LKS. RPP terlampir pada lampiran 5, LKS pada lampiran 7.

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen pembelajaran

Instrumen pembelajaran ini terdiri dari 2 instrumen yaitu rencana

(46)

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencnan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat untuk

menentukan garis besar kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan

selama pengambilan data penelitian. Bagian dari rencana pelaksaan

pembelajaran adalah 1) Identitas meliputi : mata pelajaran,

kelas/semester, dan alokasi waktu, 2) Standar Kompetensi, 3) Kompetensi

Dasar, 4) Indikator, 5) Tujuan Pembelajaran, 6) Metode Pembelajaran, 7)

kegiatan Pembelajaran, 8) Materi Pembelajaran, 9) Sumber Pembelajaran.

RPP terlampir pada lampiran 5.

b. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat dan akan di gunakan dalam

kegiatan eksperimen. LKS terlampir pada lampiran 7.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang di gunakan dalam penenlitian ini

meliputi : a) kuesioner keyakinan siswa akan pembelajaran siswa dengan

menggunakan tes CLASS. Terlampir pada lampiran .

a. Kuesioner sikap dan keyakinan siswa

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan untuk memperoleh

informasi dari responden yang ingin diketahui (Suparno,

2010:61).Kuesioner sikap dan keyakinan siswa dalam penenlitian ini

(47)

diberikan sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan metode eksperimen-diskusi yang bertujuan untuk

mengetahui sikap dan keyakinan pada pembelajaran fisika awal dan akhir

siswa-siswi.

Kuesioner sikap dan keyakinan siswa pada pembelajaran fisika

menggunakan tes CLASS (Colorado Learning Attitudes about Science Survey) yang diambil dari Phys. Rev. ST Phys. Educ. Res. 2, 010101(2006) yang diterjemahkan oleh peneliti.

Tabel3.1

Kategori sikap dan keyakinan siswa

Kategori Pengkategorian pernyataan

Hubungan Dunia Nyata 28, 30, 35, 37

Ketertarikan Pribadi 3, 11, 14, 25, 28, 30

Usaha Memaknai 11, 23, 24, 32, 36, 39, 42

Hubungan Konseptual 1, 5, 6, 13, 21, 32

Pemahaman Konseptual Terapan 1, 5, 6, 8, 21, 22, 40

Penyelesaian Masalah Secara

Umum

13, 15, 16, 25, 26, 34, 40, 42

Keyakinan Penyelesaian Masalah 15, 16, 34, 40

Kecanggihan Penyelesaian Masalah 5, 21, 22, 25, 34, 40

Tidak Dinilai 4, 7, 9, 31, 33, 41

(48)

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dimana

terdapat alternative jawaban atau tanggapan atas pernyataan-pernyataan

dalam kuesioner. Alternatif jawaban tersebut adalah sangat setuju, setuju,

netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Skala ini dikembangkan oleh

Ransis Likert untuk mengetahui pengaruh penerapan metode

eksperimen-diskusi terhadap sikap dan keyakinan siswa pada pembelajaran fisika.

Penelitian ini menggunakan sejumlah statement dengan skala 5 yang menunjukkan setuju atau tidak setuju terhadap statement tersebut.

1 = Sangat Tidak Setuju

2 = Tidak Setuju

3 = Netral (ragu-ragu)

4 = Setuju

5 = Sangat Setuju

F. Validitas Kuesioner

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu

instrumen.Validasi mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh

mengukur apa yang ingin diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas

menunjuk pada kesesuaian penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat

peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulan valid jika sesuai

(49)

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas

isi dari suatu hasil tes adalah validitas yang diperoleh setelah melakukan

pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes sikap dan keyakinan siswa.

Kuesioner dalam penelitian ini juga menggunakan validitas dan reliabilitas

darikuesioner sikap dalam artikel The Design and Validation of the Colorado Learning Attitudes about Science Survey.Pada penelitian ini, kuesioner tidak diujicobakan, namun telah dikonsultasikan dan disetujui oleh dosen pembimbing.

G. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui perubahan sikap dan keyakinan siswa terhadap pelajaran

fisika, maka peneliti perlu tahu keyakinan awal siswa sebelum diberi metode

diskusi dan keyakinan siswa setelah diberi metode

eksperimen-diskusi melalui kuesioner sikap dan keyakinan siswa terhadap pembelajaran

fisika.

Untuk mengetahui apakah sikap siswa sangat positif, positif, negative dan

sangat negatif terhadap pelajaran, peneliti memperoleh data dari pengisian

kuesioner oleh siswa. Peneliti memberikan skoru ntuk tiap soal kemudian

menjumlahkan skor yang diperoleh tiap siswa dan menentukan kriteria yang

dicapai siswa.

Menurut Sugiyono (2010:58), variable penelitian adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

(50)

penelitian ini adalah slake Likert. Dengan menggunakan skala Likert maka

variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel dan indikator

tersebut akan dijadikan item-item instrumen yang akan dibuat pertanyaan atau

pernyataan. Dalam skala Likert umumnya menggunakan lima angka penilaian,

yaitu:

Tabel 3.2

Tabel Skor Hasil Kuesioner

Kriteria Penilaian Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Netral / ragu-ragu 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Tabel 3.3

Jumlah Skor Jawaban Kuesioner Setiap Siswa

NO

Absen

siswa

Tally

(51)

Kuesioner terdiri dari 42 pertayaan atau pernyataan. Untuk tiap-tiap

pertanyaan tersedia 5 alternatif jawaban, dimana siswa harus memilih salah satu

jawaban. Semua pertanyaan merupakan item positif, alternative jawaban adalah

sebagai berikut: sangat setuju = 5, setuju = 4, netral = 3, tidak setuju = 2, sangat

tidak setuju = 1, sehingga dengan 42 pertanyaan atau pernyataan skor terendah

yang mungkin dicapai adalah 42 dan skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah

210. Klasifikasi sikap sebagai berikut:

Tabel 3.4

Tabel Kriteria Klasifikasi Sikap

Skor Klasifikasi Sikap

169 - 210 Sangat positif

127 – 168 Positif

85 – 126 Netral

43 – 84 Negatif

0 – 42 Sangat negatif

Tabel 3.5

Tabel Kriteria Sikap Setiap Siswa

(52)

Pengolahan data menurut Hasan (2006) meliputi kegiatan:

1. Editing

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul, tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan

yang terdapat pada pencatatan di lapangan yang bersifat korelasi.

2. Coding (pengkodean)

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang di

buat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau

identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.

3. Pemberian skor atau nilai

Dalam pemberian skor digunakan skala Likert yang merupakan

salah satu cara untuk menuntukan skor. Kriteria penilaian ini

digolongkan dalam lima tingkatan dengan penilaian sebagai berikut:

a. Jawaban 1, diberi skor 1

b. Jawaban 2, diberi skor 2

c. Jawaban 3, diberi skor 3

d. Jawaban 4, diberi skor 4

e. Jawaban 5, diberi skor 5 (Sudjana, 2001).

4. Tabulasi

(53)

melakukan tabulasi diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan.

Tabel hasil tabulasi dapat berbentuk:

a. Tabel pemindahan, yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode

dari kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi

sebagai arsip.

b. Tabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasarkan sifat

responden tertentu dan tujuan tertentu.

c. Tabel analisis, tabel yang memuat suatu jenis informasi yang

telah dianalisa. (Hasan, 2006).

Metode analisis dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif

Persentase. Metode ini digunakan untuk mengkaji variabel yang ada

dalam penelitian yaitu metode eksperimen-diskusi (X) dan sikap dan

keyakinan siswa pada pembelajaran fisika (Y). Deskriptif persentase ini

diolah dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah responden dikali 100

persen, seperti dikemukakan Sudjana (2001) adalah sebagai berikut:

(54)

Persentase dari tiap-tiap kategori:

Pengujian hipotesa adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan

suatu keputusan, yaitu keputusan dalam menerima atau menolak

hipotesa ini (Hasan, 2006). Uji hipotesa yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Uji t atau distribusi t, melalui langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Menentukan formasi hipotesanya

a. Hipotesa nol (H0): tidak ada hubungan antara metode

eksperimen-diskusi dengan sikapdankeyakinan siswa pada

pembalajaran fisika.

b. Hipotesa alternatif (H1): ada hubungan antara metode

eksperimen-diskusi dengan keyakinan siswa pada

(55)

2. Menentukan taraf nyata dan nilai tabel

a. Taraf nyata α = 0,05

b. Uji dua sisi

c. Derajat kebebasan df = n – 1 = 27

3. Menentukan kriteria pengujian

Kriteria pengujian adalah keputusan pembuatan dalam hal

menerima atau menolak hipotesa nol dengan cara

membandingkan nilai kritis (nilai α dari tabel distribusi) dengan

nilai uji statistikanya (Hasan, 2006).

a. Hipotesa nol (H0) diterima jika nilai statistikanya berada

diluar nilai kritisnya.

b. Hipotesa nol (H0) ditolak jika nilai uji statistikanya

(56)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa-siswi kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 SMA

Negeri 7 Sendawar pada tanggal 6 Agustus sampai 23 Agustus 2014. Kelas XI

IPA 1 adalah kelas kontrol yang diberi perlakuan model pembelajaran dengan

metode ceramah, sedangkan kelas XI IPA 2 adalah kelas eksperimen yang diberi

perlakuan model pembelajaran metode eksperimen-diskusi. Penelitian dilakukan

pada saat jam pelajaran fisika berlangsung. Proses belajar mengajar dilaksanakan

selama 8 kali pertemuan masing-masing 2 jam pertemuan untuk setiap kelas dalam

dua minggu yaitu Rabu dan Kamis untuk kelas XI IPA 1 serta Jumat dan Sabtu

untuk kelas XI IPA 2.

B. Selama Pelaksanaan Penelitian

1. Sebelum Proses Belajar Mengajar

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan

instrumen-instrumen yang akan digunakan untuk melaksanakan penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakan ada dua jenis yaitu instrumen pembelajaran

(57)

dan alat-alat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, sedangkan

instrumen pengambilan data yaitu kuesioner sikap dan keyakinan siswa serta alat

dokumentasi berupa kamera digital.

2. Proses pelaksanaan penelitian di kelas Kontrol (XI IPA 1)

a. Pembelajaran Penelitian Pada Hari Rabu, 6 Agustus 2014

Pada hari Rabu, peneliti bersiap masuk kelas pada jam ke-3 pukul

09.00 WIB bersama guru fisika yaitu Ibu Enita. Pertama-tama Ibu Enita

menyapa siswa dan mengecek kehadiran semua siswa kemudian

memperkenalkan peneliti kepada siswa. Peneliti memperkenalkan diri dan

menyampaikan tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Pada

pertemuan pertama ini peneliti belum memberikan materi pembelajaran

pada siswa karena terlebih dahulu peneliti melakukan pre-test. Oleh karena

itu, setelah memperkenalkan diri peneliti membagikan kuesioner CLASS

(Colorado Learning Attitudes About Science Survey) dan meminta setiap siswa untuk mengisi kuesioner itu sesuai dengan apa yang mereka rasakan.

Setelah para siswa selesai mengisi lembar kuesioner, peneliti menjelaskan

rencana pembelajaran yang akan dilakukan untuk pertemuan berikutnya.

b. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Kamis, 7 Agustus 2014

Pada hari Kamis, pelajaran fisika berada pada jam ke 1 dan 2 maka

(58)

masih ditemani oleh Ibu Enita walau hanya beberapa saat saja. Pada hari

kedua pelaksanaan penelitian ini peneliti menjelaskan ulang kegiatan yang

akan dilakukan selama pembelajaran, diantaranya menyampaikan topik

yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan indikator

yang harus dicapai para siswa. Setelah selesai, peneliti meminta dua siswa

untuk meminjam buku ke perpustakaan karena pada awal semester siswa

belum mempunyai buku paket fisika. Karena kelas XI IPA 1 dipilih

peneliti sebagai kelas kontrol maka peneliti menggunakan model

pembelajaran dengan metode ceramah. Setelah siswa mendapat buku paket

fisika yang dipinjam dari perpustakaan maka peneliti siap memulai proses

belajar mengajar.

Pembelajaran dimulai dengan apersepsi di mana peneliti memberikan

beberapa pertanyaan dan meminta siswa menyampaikan pendapatnya

tentang apa yang para siswa ketahui mengenai gaya gesek dan beberapa

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa siswa menjawab

pertanyaan tersebut dengan jawaban yang berbeda-beda. Walaupun

berbeda namun jawaban tersebut benar dan sesuai dengan pertanyaan.

Kemudian peneliti menyimpulkan jawaban dari beberapa siswa. Dari

keseluruhan siswa, ada satu siswa yang memulai saling berdebat sehingga

terjadi tanya jawab yang cukup serius di awal pelajaran. Beberapa siswa

terlihat sangat menyukai hal tersebut dengan memberi semangat dan yang

(59)

dan pelajaran kembali dilakukan hingga jam pelajaran berakhir pukul 09.00

WIB.

c. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Rabu, 13 Agustus 2014

Pada pertemuan yang ketiga ini peneliti melanjutkan pelajaran

sebelumnya dengan materi gaya gesek pada dua benda yang dihubungkan

dengan tali melalui sebuah katrol pada bidang miring, dan pada benda

bertumpuk pada bidang horizontal. Sebelum memulai pelajaran seperti

sebelumnya peneliti mengecek kehadiran siswa dan semua siswa hadir.

Setelah itu, peneliti mulai memberikan penjelasan di papan tulis dan

memberikan siswa waktu sesaat untuk mencatat. Saat siswa sedang

mencatat, peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyatakan

yang kurang jelas tetapi beberapa siswa menjawab jika belum ada yang

ingin ditanyakan.

d. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Kamis, 14 Agustus 2014

Pada pertemuan yang ke empat ini peneliti memulai pelajaran dengan

mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa. Semua siswa hadir. Pada

pertemuan ini peneliti tidak memberikan materi pembelajaran melainkan

melakukan post-test dengan kuesioner CLASS. Sebelumnya peneliti

memberikan kesempatan kepada siswa jika ada yang ingin ditanyakan

(60)

pertanyaan. Setelah itu, peneliti memberikan lembar kuesioner untuk diisi

oleh para siswa. Setelah para siswa selesai, peneliti mengucapkan

terimakasih kepada siswa untuk kerjasama sehingga peneliti dapat

melaksanakan penelitian di kelas XI IPA 1 dengan baik tanpa hambatan.

3. Proses Pelaksanaan Penelitian Di Kelas Eksperimen (XI IPA 2)

a. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Jumat, 8 Agustus 2014

Pada hari Jumat, peneliti bersiap untuk masuk kelas pada jam ke 4

dan 5 yaitu pukul 10.00 WIB bersama guru fisika yaitu Ibu Enita.

Pertama-tama Ibu Enita menyapa siswa, mengecek kehadiran semua siswa dan

memperkenalkan peneliti kepada siswa. Peneliti memperkenalkan diri dan

menyampaikan tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Pada

pertemuan pertama ini sama seperti pertemuan pertama di kelas XI IPA 1

pada tanggal 6 Agustus 2014, peneliti belum memberikan materi

pembelajaran pada siswa karena terlebih dahulu peneliti melakukan

pre-test. Oleh karena itu, setelah memperkenalkan diri peneliti membagikan

kuesioner CLASS dan meminta setiap siswa untuk mengisi kuesioner itu

sesuai dengan apa yang mereka rasakan. Setelah para siswa selesai mengisi

lembar kuesioner, peneliti menjelaskan rencana pembelajaran yang akan

(61)

b. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Sabtu, 9 Agustus 2014

Pada hari Sabtu yang merupakan hari ke dua penelitian di kelas XI

IPA 2. Jam pelajaran fisika pada hari Sabtu berada pada jam ke 3 dan 4.

Peneliti bersiap untuk masuk kelas pada jam 09.00 WIB. Pada hari kedua

ini peneliti tidak ditemani oleh Ibu Enita. Saat sampai di kelas peneliti

awalnya menyapa para siswa dan mempersilakan siswa untuk berdoa

sebelum memulai pelajaran. Setelah itu, peneliti mengecek kehadiran

semua siswa dan semuanya hadir pada hari itu. Kemudian peneliti mulai

memberikan materi pelajaran yang diawali dengan membagi siswa dalam 5

kelompok. Pembagian kelompok dilakukan dengan cara berhitung dari 1

sampai 6, sehingga siswa yang menyebut nomor sama bergabung dalam

satu kelompok. Pelajaran dimulai dengan apersepsi dari peneliti yang

berupa beberapa pertanyaan untuk menggali pengetahuan awal siswa.

Kemudian peneliti mulai memberikan papan kayu, busur, koin dan LKS

(62)

Gambar 1. Kelompok melakukan kegiatan eksperimen

Banyak siswa yang masih belum mengetahui cara menggunakan

busur untuk mengukur besarnya sudut atau kemiringan benda maka

terlebih dahulu peneliti mempraktikkan cara menggunakan busur untuk

mengukur besarnya kemiringan suatu benda.

(63)

Peneliti mendampingi dan mengecek kegiatan yang dilakukan oleh

setiap kelompok. Setelah semua siswa selesai dalam kegiatan kelompok,

peneliti meminta 2 kelompok untuk mempresentasikan hasil eksperimen

dan diskusi yang telah dilakukan.

Gambar 3. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil eksperimen dan diskusi yang telah dilakukan.

Di akhir, peneliti memberikan penjelasan mengenai gaya gesek dan

cara menentukan besar koefisien gaya gesek, dan kemudian memberikan

sedikit catatan kepada para siswa dan mempersilakan siswa menanyakan

(64)

c. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Jumat, 22 Agustus 2014

Penelitian di kelas XI IPA 2 ditunda selama 1 minggu karena ada

kegiatan lomba menyambut 17 Agustusan. Penelitian dimulai lagi pada

tanggal 22 Agustus 2014.

Pertemuan ketiga ini, merupakan pertemuan terakhir peneliti

memberikan materi pelajaran. Sebelum mulai pelajaran pada pukul 10.00

seperti biasa hal yang dilakukan oleh peneliti adalah mengucapkan salam,

mengecek kehadiran siswa dan pemberikan pertanyaan singkat mengenai

materi sebelumnya.

Gambar 4. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok

Semua siswa telah siap dalam kelompoknya masing-masing

kemudian peneliti mulai membagikan lembar LKS pada siswa untuk

didiskusikan dalam kelompok. Pada pertemuan kedua pemberian materi

(65)

yang dilakukan dan terlihat keteribatan semua siswa dalam tiap kelompok,

dan saat berdiskusi mampu menjelaskan apa yang telah mereka lakukan.

d. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Sabtu, 23 Agustus 2014

Peneliti bersiap masuk kelas pada pukul 09.00 WIB untuk melakukan

post-test pada kelas XI IPA 2. Saat di dalam kelas terlebih dahulu peneliti

mengecek kehadiran semua siswa dan semua siswa hadir. Kemudian

peneliti memberikan lembar kuesioner yang sama seperti pada pertemuan

pertama untuk diisi.

Gambar 5. Siswa mengisi lembar kuesioner post-test

Lembar kuesioner ini untuk melihat apakah ada perbedaan pengaruh

(66)

materi gaya gesek yang diberikan dengan model pembelajaran dengan

metode eksperimen-diskusi dan metode ceramah.

C. Data Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memperoleh data yaitu kuesioner sikap

dan keyakinan siswa terhadap pelajaran fisika dengan test CLASS. Dengan

menggunakan kuesioner sikap dan keyakinan peneliti ingin mengetahui sikap dan

keyakinan, siswa terhadap pelajaran fisika dengan menggunakan metode

eksperimen-diskusi untuk kelas eksperimen dan metode ceramah untuk kelas

kontrol. Jumlah sampel yang diteliti ada 56 siswa yang terdiri dari dua kelas yaitu

kelas XI IPA 1 dengan jumlah 28 siswa dan kelas XI IPA 2 dengan 28 siswa. Hasil

kuesioner sikap dan keyakinan siswa kelas kontrol (XI IPA 1) dalam bentuk skor

dapat dilihat pada lampiran 9 untuk data pre-test dan lampiran 10 untuk data skor

kuesioner post-test. Sedangkan untuk kelas eksperimen (XI IPA 2) dalam bentuk

skor dapat dilihat pada lampiran 11 untuk data pre-test dan lampiran 12 untuk data

(67)
(68)

Pada tabel 4.2 dituliskan skor dan kriteria sikap dan keyakinan setiap siswa

pada kelas eksperimen.

(69)

D. Analisis Data

1. Data pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen

Data jumlah skor pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat

dianalisis untuk mengetahui apakah sama atau sungguh berbeda dengan uji T

untuk 2 grup yang independen.

Berikut ini data dan hasil SPSS data pre-test kelas kontrol dan kelas

(70)

Tabel 4.3 Data Analisis Pre-Test Kelompok Independen

untuk Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

(71)

Hasil uji T pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan

menggunakan bantuan SPSS ditampilkan sebagai berikut:

Group Statistics

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Hasil analisis data SPSS dapat dilihat bahwa: T = -1.058, p = 0.295, dengan

level signifikan α = 0.05, 0leh karena p = 0.295 > 0.05 maka hasil tidak

signifikan. Ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal sikap dan

Gambar

Tabel 3.2 Tabel Skor Hasil Kuesioner
Tabel Kriteria Sikap Setiap Siswa
Tabel hasil tabulasi dapat berbentuk:
Gambar 3. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil
+7

Referensi

Dokumen terkait

Output SPSS Analisis Faktor - Faktor Yang Berpengaruh Nyata Terhadap Jumlah Hasil Tangkapan Ikan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi

Dari adanya perasaan lelah, bingung dan tertekan, terganggu karena kebisingan, getaran, maupun kenyamanan, maka saya akan memberikan skala sebesar.

477.449.301.000,-(empat ratus tujuh puluh tujuh milyar empat ratus empat puluh sembilan juta tiga ratus satu ribu rupiah) yaitu berupa tanah dan bangunan pasar, bangunan kantor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian inokulum mikoriza dari tanaman jagung, kedelai, kacang tanah dan rumput setaria pada tanaman Jagung dan Kedelai berpengaruh

Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

Secara umum, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan

Pada penulisan ini dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah mengenai penjualan alat musik pada PD.âBeton Musikindoâ dalam mempermudah mencari data barang dan harganya