viii
ABSTRAK
Oftayani Andi. 2015. Pengaruh Metode Eksperimen-Diskusi Terhadap Sikap dan Keyakinan Siswa Pada Pembelajaran Fisika Yang Diukur Dengan Tes CLASS. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata DharmaYogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan keyakinan siswa
kelas XI terhadap pembelajaran fisika dengan menggunakan metode
eksperimen-diskusi. Sampel data adalah seluruh populasi sejumlah 56 siswa yang terdiri dari
dua kelas. Kelas XI IPA 1 dipilih sebagai kelas yang diberi model pembelajaran
dengan metode ceramah (kelas kontrol) dan kelas XI IPA 2 dipilih sebagai kelas
yang diberi model pembelajaran dengan metode eksperimen-diskusi (kelas
eksperimen). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
Colorado Learning Attitudes About Science Survey (CLASS). Data yang diperoleh dari hasil kuesioner akan dianalisis menggunakan SPSS 16.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan secara signifikan
antara pre-test dan post-test pada kelas XI IPA 2 (kelas eksperimen) dalam hal
sikap dan keyakinan siswa terhadap pembelajaran fisika yang diajarkan dengan
metode eksperimen-diskusi.
Kata kunci: metode eksperimen-diskusi, sikap dan keyakinan siswa, kuesioner
ix
ABSTRACT
Oftayani Andi. 2015. Effect of Experimental-Discussion Method Against
Attitudes and Beliefs Study Physics Students In The Measured With CLASS Test.
Thesis, Physics Education Study Program, Department of Mathematics and
Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma
University in Yogyakarta.
The purpose of this study is to determine attitudes and beliefs of class XI to
learning physics using experimental-discussion method. Data sample is the entire
population of some 56 students consisting of two classes. Class XI IPA 1 selected
as the class was given a model of learning by lecture method (control class) and
class XI IPA 2 selected as a class by learning model with experimental-discussion
method (experimental class). The instrument used in this study was a
questionnaire Colorado Learning Attitudes About Science Survey (CLASS). Data
obtained from the questionnaire will be analyzed using SPSS 16.
The result showed significant differences between pre-test and post-test
in class XI IPA 2 (experimental class) in terms of attitudes and beliefs of students
towards learning physics which taught by an experimental-discussion method.
Keywords: experimental-discussion method, attitudes and belief of students, the
i
PENGARUH METODE EKSPERIMEN-DISKUSI TERHADAP SIKAP DAN KEYAKINAN SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA YANG
DIUKUR DENGAN TES CLASS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
OftayaniAndi
NIM : 101424043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
TuhanYesus Kristus Juru Selamatku
Keluargaku tercinta Bapak M.PaulusAndi, Ibu Ludia dan kakakku Kornelia Arni Andi, amd. Keb yang selalu setia memberikan semangat dan Doa
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
v
MOTTO
“Ketika
satu pintu tertutup, pintu lain akan terbuka; namun terkadang
kita melihat dan menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga
kita tidak melihat pintu lain yang telah
terbuka”
“Hiduplah
seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup ditepi jalan
dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan
buah”
viii
ABSTRAK
Oftayani Andi. 2015. Pengaruh Metode Eksperimen-Diskusi Terhadap Sikap dan Keyakinan Siswa Pada Pembelajaran Fisika Yang Diukur Dengan Tes CLASS. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata DharmaYogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan keyakinan siswa
kelas XI terhadap pembelajaran fisika dengan menggunakan metode
eksperimen-diskusi. Sampel data adalah seluruh populasi sejumlah 56 siswa yang terdiri dari
dua kelas. Kelas XI IPA 1 dipilih sebagai kelas yang diberi model pembelajaran
dengan metode ceramah (kelas kontrol) dan kelas XI IPA 2 dipilih sebagai kelas
yang diberi model pembelajaran dengan metode eksperimen-diskusi (kelas
eksperimen). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
Colorado Learning Attitudes About Science Survey (CLASS). Data yang diperoleh dari hasil kuesioner akan dianalisis menggunakan SPSS 16.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan secara signifikan
antara pre-test dan post-test pada kelas XI IPA 2 (kelas eksperimen) dalam hal
sikap dan keyakinan siswa terhadap pembelajaran fisika yang diajarkan dengan
metode eksperimen-diskusi.
Kata kunci: metode eksperimen-diskusi, sikap dan keyakinan siswa, kuesioner
ix
ABSTRACT
OftayaniAndi. 2015. Effect of Experimental-DiscussionMethod Against
Attitudes and Beliefs Study Physics Students In The Measured With CLASS Test.
Thesis, Physics Education Study Program, Department of Mathematics and
Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma
University in Yogyakarta.
The purpose of this study is to determine attitudes and beliefs of class XI to
learning physics using experimental-discussion method. Data sample is the entire
population of some 56 students consisting of two classes. Class XI IPA 1 selected
as the class was given a model of learning by lecture method (control class) and
class XI IPA 2 selected as a class by learning model with
experimental-discussionmethod (experimental class). The instrument used in this study was a
questionnaire Colorado Learning Attitudes About Science Survey (CLASS). Data
obtained from the questionnaire will be analyzed using SPSS 16.
The result showed significant differences between pre-test and post-test
in class XI IPA 2 (experimental class) in terms of attitudes and beliefs of students
towards learning physics which taught by an experimental-discussion method.
Keywords: experimental-discussion method, attitudes and belief of students, the
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa untuk segala kasih,
berkat,rahmat penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Metode Eksperimen-Diskusi
Terhadap Sikap dan Keyakinan Siswa Pada Pembelajaran Fisika Yang Diukur
Dengan Tes CLASS”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Fisika.
Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Aufridus Atmadi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah setia
dan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
3. Rohandi, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan semangat dan motivasi.
4. Segenap Dosen Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bekal
ilmu pengetahuan kepada penulis.
5. Segenap Karyawan Sekretariat JPMIPA yang telah memberikan bantuan
xi
6. Drs. Meki, selaku kepala sekolah SMA Negeri 7 Sendawar yang telah
berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
7. Enita, S.Pd; selaku guru mata pelajaran fisika SMA Negeri 7 Sendawar
atas segala bantuan, kerjasama dan dukungan selama penulis melakukan
penelitian.
8. Siswa-siswi kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2 yang menjadi partisipan
dalam penelitian, terimakasih atas kerjasamanya.
9. Kedua orang tuaku tersayang, Bapak Marselino Paulus Andi dan Ibu
Ludia atas kerja kerasnya, semangat, kasih sayang, perhatian, dukungan
materi dan dukungan doanya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
10.Kakakku Kornelia Arni Andi, Amd. Keb., yang selalu memberi semangat
untuk selalu berjuang sehingga dapat menyelesaikan studiku dan skripsi
ini dengan baik.
11.Teman-teman pendidikan fisika angkatan 2010 yang merupakan keluarga
baru bagi penulis selama kurang lebih 5 tahun bersama. Terimakasih
kebersamaannya.
12.Semua teman-teman yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu yang
xii
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
Yogyakarta, 28 Agustus 2015
Penulis,
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN PERNAYATAAN PERSETUANAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Hipotesa Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
xiv
1. Definisi Sikap ... 7
2. Komponen Sikap ... 8
3. Karakteristik Sikap ... 9
B. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 10
1. Hakikat Pembelajaran ... 10
2. Tujuan Pembelajaran ... 12
3. Hakikat Belajar ... 12
4. Tujuan Belajar ... 14
C. Metode Mengajar ... 14
1. Metode Eksperimen ... 14
2. Metode Diskusi ... 17
3. Metode Eksperimen-Diskusi ... 18
D. Test CLASS ... 19
E. Materi Pembeajaran Gaya Gesek ... 19
1. Pengertian Gaya Gesek ... 20
2. Macam-Macam Gaya Gesek ... 20
3. Menentukan Koefisien Gesekan ... 21
BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 23
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
1. Tempat Penelitian ... 23
2. Waktu Penelitian ... 24
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
1. Populasi Penelitian ... 24
2. Sampel Penelitian ... 24
D. Treatment ... 24
E. Instrument Penelitian ... 25
1. Instrument Pembelajaran ... 25
2. Instrument Pengumpulan Data ... 26
xv
G. Metode Analisis Data ... 29
BAB IV. HASIL PENELITIANN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 36
B. Selama Peleksanaan Penelitian ... 36
1. Sebelum Proses Belajar Mengajar ... 36
2. Proses Pelaksanaan Penelitian di Kelas Kontrol (XI IPA 1) ... 37
3. Proses Pelaksanaan Penelitian di Kelas Eksperimen (XI IPA 2) ... 40
C. Data Penelitian ... 46
D. Analisis Data ... 49
E. Pembahasan ... 59
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kategori Sikap Dan Keyakinan Siswa ... 26
Tabel 2. Skor Hasil Kuesioner ... 29
Tabel 3. Jumlah Skor Jawaban Kuesioner Setiap Siswa ... 29
Tabel 4. Kriteria Klasifikasi Sikap ... 30
Tabel 5. Kriteria Sikap Setiap Siswa ... 30
Tabel 6. Kriteria Sikap Dan Keyakinan Siswa Pre-Terst dan Post-Test Kelas Kontrol ... 46
Tabel 7. Kriteria Sikap Dan Keyakinan Siswa Pre-Terst dan Post-Test Kelas Kontrol ... 47
Tabel 8. Data Analisis Pre-Test Kelompok Independen Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 48
Tabel 9. Data Analisis Post-Test Kelompok Independen Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 51
Tabel 10. Kriteria Klasifikasi Pre-Test Kuesioner Sikap dan Keyakinan Siswa Kelas Kontrol ... 56
Tabel 11. Kriteria Klasifikasi Post-Test Kuesioner Sikap dan Keyakinan Siswa Kelas Kontrol ... 56
Tabel 12. Kriteria Klasifikasi Pre-Test Kuesioner Sikap dan Keyakinan Siswa Kelas Eksperimen ... 57
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Ke Sekolah ... 68
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Ke Dinas Pendidikan ... 69
Lampiran 3. Surat Rekomendasi Ijin Penelitian ... 70
Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 71
Lampiran 5. RPP (Kelas Eksperimen) ... 72
Lampiran 6. RPP (Kelas Kontrol) ... 84
Lampiran 7. LKS (Lembar Kerja Siswa) ... 89
Lampiran 8. Kuesioner CLASS ... 93
Lampiran 9. Data Kuesioner CLASS(Pre-Test) Kelas Eksperimen ... 98
Lampiran 10. Data Skor Kuesioner Class (Pre-Test) Kelas Eksperimen ... 99
Lampiran 11. Data Kuesioner CLASS (Post-Test) Kelas Eksperimen ...100
Lampiran 12. Data Skor Kuesioner CLASS (Post-Test) Kelas Eksperimen ....101
Lampiran 13. Data Kuesioner CLASS (Pre-Test) Kelas Kontrol ...102
Lampiran 14. Data Skor Kuesioner Class (Pre-Test) Kelas Kontrol ...103
Lampiran 15. Data Kuesioner Class (Post-Test) Kelas Kontrol ...104
Lempiran 16. Data Skor Kuesioner Class (Post-Test) Kelas Kontrol ...105
xviii
Lampiran 18. Contoh Data Hasil Penelitian Jawaban Kuesioner Post-Test
Kelas Kontrol...111
Lampiran 19. Contoh Data Hasil Penelitian Jawaban Kuesioner Pre-Test
Kelas Eksperimen ... 116
Lampiran 20. Contoh Data Hasil Penelitian Jawaban Kuesioner Post-Test
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) yang penting bagi siswa. Mata pelajaran fisika adalah mata pelajaran yang
dianggap rumit oleh siswa karena fisika menggunakan dasar matematika sebagai alat
bantu yang menyebabkan siswa takut terhadap fisika. Hal tersebut tidak akan muncul
apabila dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas diupayakan mendorong
semua siswa terlibat untuk berpikir.
Pembelajaran yang dikemas dengan baik memberikan dampak yang positif
dalam memajukan potensi yang dimiliki oleh siswa. Masih banyak guru yang
mengajar dengan cara yang kurang menarik dan tidak memberikan kesempatan pada
siswa untuk terlibat dan berpartisipasi dalam mengembangkan keterampilan dan
pengetahuan yang dimiliki oleh setiap siswa.
Salah satu faktor yang terkadang membuat siswa menganggap bahwa fisika itu
sulit biasanya metode guru dalam mengajarkan fisika. Kebanyakan guru dalam
mengajarkan fisika menggunakan metode ceramah dan latihan soal. Ceramah
digunakan guru untuk menjelaskan konsep-konsep fisika berupa rumus-rumus
matematik. Dari rumus-rumus yang telah diajarkan kemudian guru memberikan
Pembelajaran yang terpusat pada guru atau teacher centered akan menjadikan proses pembelajaran yang kaku, kurang mengembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan siswa. Tujuan dari pembelajaran fisika ialah untuk mecapai proses
pembelajaran yang berjalan dengan baik. Namun pada kenyataannya, yang terjadi di
lapangan masih belum sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diharapkan. Proses
pembelajaran yang kaku akan membuat para siswa semakin tidak menyukai pelajaran
fisika sehingga para siswa semakin yakin bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran
yang sulit dan tidak menyenangkan. Suparno menjelaskan bahwa proses
pembelajaran fisika yang benar haruslah mengembangkan perubahan konsep pada
diri siswa yang sedang belajar (Suparno, 2000).
Belajar pada dasarnya adalah proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, maupun sikap menjadi lebih baik
dan untuk mengokohkan kepribadian (Suyono dan Hariyanto, 2011:9). Salah satu
perubahan yang dialami seseorang yang belajar menurut Moh. Uzer Usman dan Lilis
Setiawan (1993:4), adalah terjadi perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti,
dari tidak pintar menjadi pintar. Melalui pernyataan ini dapat kita lihat bahwa
pembelajaran yang dilakukan di sekolah harus mampu membawa peserta didik
mendapatkan keberhasilannya dalam proses belajar dengan adanya perubahan, sikap,
maupun keterampilan.
Pola pikir atau keyakinan siswa akan pembelajaran fisika yang sulit dan rumit
dapat diubah dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran yang dapat
memberikan suatu upaya untuk memberikan suatu metode pembelajaran yang dapat
diterima dan sesuai dengan kemampuan siswa, sehingga membantu siswa menangkap
materi yang disampaikan, memahami dan mengembangkan pengetahuan yang mereka
miliki.
Oleh karena pembelajaran fisika yang sedikit rumit, maka dibutuhkan metode
pembelajaran yang dapat membantu proses perubahan konsep atas keyakinan para
siswa akan pembelajaran fisika yang sulit. Salah satunya dengan metode
eksperimen-diskusi. Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Sulamah (2003) mengemukakan bahwa metode eksperimen ialah metode yang
memberikan kepada siswa untuk melatih melakukan proses secara mendiri, sehingga
siswa sepenuhnya terlibat untuk menemukan fakta, mengumpulkan data,
mengendalikan variabel, merencanakan eksperimen dan memecahkan masalah yang
dihadapi secara nyata melalui eksperimen. Metode diskusi adalah cara penyajian
pelajaran dimana siswa dihadapkan dengan suatu masalah yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problema untuk dibahas dan di pecahkan
bersama. Suryosubroto (2009:167) mengemukakan bahwa metode diskusi adalah satu
cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada para
siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif
pemecahan atas suatu masalah. Tujuan yang utama dalam penggunaan metode diskusi
ikut menyumbangkan kemampuannya dalam menghadapi masalah besama dalam
mencari keputusan terbaik atas persetujuan bersama.
Berdasarkan uraian di atas maka diharapkan metode eksperimen-diskusi dapat
membantu para siswa mengubah pola pikir dan keyakinan mereka akan pembelajaran
fisika yang dianggap rumit menjadikan pembelajaran fisika yang menyenangkan.
Keyakinan dan sikap para siswa pada pembelajaran fisika diukur menggunakan tes
CLASS (Colorado Learning Attitudes about Science survey) dengan menggunakan metode eksperimen-diskusi dalam proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dalam penelitian ini rumusan
masalah yang menjadi pokok perhatian peneliti adalah “apakah keyakinan siswa akan pembelajaran fisika yang dianggap rumit dapat di ubah menggunakan metode eksperimen-diskusi?”.
Agar penelitian ini lebih terarah maka rumusan masalah itu kemudian peneliti
perjelas dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana sikap dan keyakinan siswa terhadap pembelajaran fisika?
b. Apakah ada pengaruh metode eksperimen-diskusi pada sikap
keyakinan siswa tentang pembelajaran fisika yang diukur dengan tes
c. Apakah ada perbedaan pengaruh metode eksperimen-diskusi pada
sikap dan keyakinan siswa tentang pembelajaran fisika yang diukur
dengan tes CLASS?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
a. Mengetahui sikap dan keyakinan siswa terhadap pembelajaran fisika.
b. Mengetahui pengaruh metode eksperimen-diskusi pada sikap dan
keyakinan siswa tentang pembelajaran fisika yang diukur dengan tes
CLASS.
c. Mengetahui perbedaan pengaruh metode eksperimen-diskusi pada
sikap dan keyakinan siswa tentang pembelajaran fisika yang diukur
dengan tes CLASS
D. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian ini yaitu tetang ada tidaknya pengaruh
metode eksperimen-diskusi terhadap sikap dan keyakinan siswa pada
pembelajaran fisika yang diukur dengan tes CLASS.
Ho : Ada pengaruh antara metode eksperimen-diskusi terhadap sikap dan
H1 : Tidak ada pengaruh antara metode eksperimen-diskusi terhadap sikap
dan keyakinan siswa pada pembelajaran fisika.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain yaitu:
1. Bagi siswa, meningkatkan sikap dan keyakinan siswa bahwa fisika itu tidak
rumit dengan menerapkan metode eksperimen-diskusi.
2. Bagi guru fisika, sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran fisika.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sikap
1. Definisi sikap
Dalam kehidupan sehari-hari, sikap dikaitkan dengan perilaku atau
perbuatan manusia. Sikap yang ada dalam diri seseorang akan memberikan
warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan.
Sarnoff (dalam Sarwono, 2000), mengidentifikasikan sikap sebagai
kesediaan untuk bereaksi (disposition of react) secara positif (vavolably) atau secara negatif ( un vavorably) terhadap objek-objek tertentu. La pierre (dalam Azwar, 2003), mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi social,
atau secara sederhana.
Sikap merupakan tindakan seseorang untuk cenderung menerima atau
menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang
berguna bagi dirinya atau tidak. Apabila siswa menganggap belajar disekolah
atau bidang studi tertentu sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maka dia
akan bersikap positif. Sebaliknya jika siswa tersebut menganggap semua itu tidak
melaluiperasaan berperan sebagai aspek afektif menentukan sikap.(W.S.Winkel,
1996:188).
Menurut Berkowitz (dalam Kartika Budi, 2001:49), sikap merupakan sutu
respon evaluatif terhadap suatu rangsangan berupa informasi, objek, gejala, atau
peristiwa yang dialami.Respon tersebut dapat berupa pernyataan atau perilaku,
misalnya menyenangkan, membosankan, menarik, bermanfaat dan sebagainya.
Sikap seseorang tampak dari penyataan setuju atau tidak, sedangkan perilaku
yang menyatakan sikap antara lain bekerja dengan sungguh, tekun, dan
melakukan dengan senang hati.
2. Komponen Sikap
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai sikap, Walgito (1990:111)
menyimpulkan pada umumnya sikap mengandung tiga komponen yang
membentuk struktur sikap, yaitu:
a. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal
yang derhubungan dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek
sikap.
b. Komponen afektif (komponen emosional). Yaitu komponen yang
behubungan denga rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.
merupakan hal yang negatif. Komponen inii menunjukkan arah sikap,
yaitu positif dan negatif.
c. Komponen konaktif (komponen perilaku), yaitu komponen yang
berhubungan dengan kecendrungan bertindak terhadap objek sikap.
Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar
kecilnya kecendrungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap
objek sikap.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa sikap seseorang
pada suatu objek sikap merupakan manifestasi dari ketiga komponen tersebut
yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap
objek sikap.
3. Karakteristik Sikap
Sikap yang dimiliki oleh seseorang tidak terbentuk dengan
sendirinya.Pembentukan sikap selalu berlangsung dalam interaksinya dengan
manusia dan terkait dengan objek sikap.
Menurut Brigham (dalam Dayakisni dan Hudiah, 2003), ada beberapa
karakteristik dasar dari sikap, yaitu:
a. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.
b. Sikap ditujukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori,
dalam hal ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana
c. Sikap dipelajari
d. Sikap mempengaruhi perilaku. Memegang teguh suatu sikap yang
mengarah pada suatu objek memberikan suatu alasan untuk
berperilaku mengarah pada objek itu dengan suatu cara tertentu.
B. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
1. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata “ajar”, yang kemudian menjadi sebuah kata
kerja berupa “pembelajaran”.Pembelajaran sebenarnya merupakan aspek dari
kegiatan manusia.
Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran.
Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau yang lain
untuk membelajarkan siswa yang lain dalam Aan Hasanah (2012:85). Proses
pembelajaran merupakan kegiatan yang dijalani oleh peserta didik dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan di satu sisi dan di sisi lain merupakan kegiatan yang
diupayakan oleh pendidik agar kegiatan tersebut berlangsung untuk
sebesar-besarnya bermanfaat bagi pencapaian tujuan pendidikan oleh peserta didik
(Prayitno, 2009:45).
Menurut Depdiknas (2007:6), kegiatan dirancang untuk memberikan
antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, sumber belajar
lainnya, dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang
dimaksud dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang
perlu dikuasai peserta didik
Menurut Paul Suparno (2007:2), unsur yang terpenting dalam pembelajaran
yang baik adalah:
a. Siswa yang belajar
b. Guru yang mengajar
c. Bahan pelajaran
d. Hubungan antara guru dengan siswa
dalam belajar yang terpenting adalah siswa yang aktif belajar dan guru
yang harus menguasahakan agar dapat membantu dan mendorong siswa. Dari
pihak guru diharapkan menguasai bahan yang mau diajarkan dengan baik,
menyiapkan atau menyusun bahan dengan baik sehingga dapat dimengerti oleh
siswa. Guru dapat berinteraksi dengan siswa dalam suatu hubungan dialogis, baik
dan tidak menakutkan, harmonis dan suka senyum. Maka untuk menjalin
2. Tujuan Pembelajaran
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah
kebutuhan siswa, mata pelajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan
siswa apa yang hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan.
Berdasarkan mata pelajaran ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan
hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan
bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan
yang bermakna dan dapat diukur.
3. Hakikat Belajar
Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi setiap orang. Begitu
sangat terkenalnya istilah belajar, sehingga seolah-olah setiap orang dengan
sendirinya mengerti akan istilah belajar. Para ahli belum mempunyai batasan
yang seragam mengenai pengertian belajar.
Menurut Gredler dan Margaret (2000) belajar merupakan aktivitas kearah
perubahan tingkah laku melalui interaksi aktif individu terhadap lingkungan
(pengalaman). Definisi belajar menurut beberapa para ahli antara lain:
a. Menurut Gagne
Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, yang kemudian
didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya akibat suatu pengalaman. Belajar juga diartikan sebagai
stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi
b. Menurut Skinner
Menurut skinner, belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang
belajar, maka responnya akan menjadi lebih baik. Dalam belajar
ditemukan adanya hal-hal berikut:
Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons
belajar.
Respon dari pembelajar
Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.
Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi
tersebut, misal adanya sanksi bagi siswa yang melanggar.
c. Menurut Piaget
Piaget menyatakan bahwa, pengetahuan dibentuk oleh individu,
karena individu melakukan interaksi terus-menerus dengan
lingkungan.Namun karena lingkungan terus mengalami perubahan,
maka fungsi intelek juga semakin berkembang.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan
pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.Oleh
sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku
pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahawa belajarnya belum
sempurna.
4. Tujuan Belajar
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa
siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa.
Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.
C. Metode Mengajar
Metode pengajaran adalah cara menyampaikan pengetahuan dan
pengalihan keterampilan ilmiah oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan
akhir yang telah ditentukan. Sudrajat (2008) menjelaskan bahwa metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode mengajar adalah suatu
cara seorang guru untuk membimbing siswa di dalam situasi dimana siswa
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
1. Metode Eksperimen
Menurut Paul Suparno (2007:77), secara umum eksperimen adalah metode
mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian,
Metode eksperimen dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Eksperimen Terbimbing
Dalam eksperimen terbimbing seluruh jalannya percoabaan
sudah dirancang oleh guru sebelum dilakukan percobaan oleh siswa.
Langkah-langkah yang harus dibuat siswa, peralatan yang harus
digunakan, apa yang harus diamati dan diukur semuanya sudah
ditentukan sejak awal. Data yang harus dikumpulkan dan kesimpulan
mana yang akan dituju cukup jelas.
2. Eksperimen Bebas
Dalam eksperimen bebas, guru tidak memberikan petunjuk
pelaksanaan perconaan secara rinci. Dengan kata lain, siswa harus
lebih banyak berpikir sendiri, bagaimana akan merangkai rangkaian,
apa yang harus diamati, dan dianalisis serta disimpulkan.
Agar penggunaan teknik eksperimen itu efisien dan efektif,
pelaksana perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Roestiyah,
2001:81):
a. Dalam setiap eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan,
maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi
b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang
meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka
kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus harus
baik dan bersih.
c. Kemudian dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam
mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup
lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori
yang dipelajari itu.
d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka
perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh
pengetahuan, pengalaman serta keterampilan, juga kematangan jiwa
dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih objek
eksperimen itu.
e. Perlu dimengerti juga bahwa tidak semua masalah bias
dieksperimenkan, seperti masalah yang mengenai kejiwaan, beberapa
segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan itu arena
sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan
percobaan karena alatanya belum ada.
Dengan demikian metode eksperimen adalah metode megajar yang
mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan
bahwa teori yang dibicaran itu sudah benar. Jadi metode eksperimen ini untuk
2. Metode Diskusi
Menurut Kindvatter, Willen, Ishler dalam Paul Suparno (2007: 128), model
diskusi adalah model pembelajaran dengan pembicaraan kelompok yang bersifat
edukatif, reflektif, terstruktur dengan dan bersama siswa lain. Yang diperlukan
dalam diskusi kelompok adalah bahwa para siswa dipacu untuk terlibat aktif
dalam diskusi. Siswa perlu dibiasakan mengeksperikan apa yang mereka pikirkan
agar mereka semua ikut aktif, jumlah anggota kelompok perlu dibatasi.
Menurut Gall and gal dalam Paul Suparno (2007:130), diskusi sangat
berguna dan efektifdalam pembelajaran karena membantu:
Menguasai bahan. Dengan diskusi siswa terbantu untuk lebih menguasai bahan yang dijadikan diskusi, bukan hanya menghapal.
Memecahkan persoalan. Siswa dapat memecahkan persoalan yang diajukan guru, jadi mereka belajar memecahkan bersama.
Perkembangan moral. Siswa dilatih mengembangkan nilai moral seperti menghargai nilai orang lain, gagasan orang lain, saling
bekerja sama, terbuka, dll.
Perkembangan tingkah laku. Tingkah laku siswajuga berubah dengan diskusi, mereka menjadi sopan, lebih menghargai teman,
Keterampilan komunikasi. Jelas dengan diskusi keterampilan bicara akan bertambah, keterampilan komunikasi dengan teman dan orang
lain pun berkembang.
Dalam metode pembelajaran diskusi memiliki macam-macam diskusi yaitu:
Recitasi (kuasi diskusi). Diskusi dilakukan oleh guru di kelas dengan mengajukan pertanyaan terarah agar siswa mengulangi apa
yang telah diajarkan. Tujuannya hanya untuk mengulangi dan
menemukan kembali apa yang telah diajarkan.
Diskusi terarah (guided). Tujuannya untuk meningkatkan pengertian siswa akan konsep, generalisasi, ide, dan persoalan yang
penting.
Diskusi reflektif. Untuk menekankan pemikiran dan interaksi siswa lain tentang isi bahan diskusi. Biasanya tidak berstruktur, siswa
dapat aktif penuh, membuutuhkan waktu panjang dan sulit diatur
karena tergantung pada siswa.
Diskusi kelompok kecil. Dapat terjadi kelas dibagi dalam kelompok kecil dan mereka sendiri melakukan diskusi.
3. Metode Eksperimen-Diskusi
Metode Eksperimen-Diskusi merupakan dua metode yang dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran fisika, baik secara terpisah maupun secara
melengkapi dan memperkuat. Pelaksanaan metode eksperimen-diskusi ini
melalui tiga langkah, yaitu: 1) Langkah persiapan, 2) Langkah pelaksanaan, 3)
Langkah penutup.
D. Tes CLASS
Dalam penelitian tes kuesioner yang digunakan merupakan tes yang test
CLASS (Colorado Learning Attitudes about Science Survey) merupakan test yang terdiri dari 42 pertanyaan. CLASS (Colorado learning attitudes science survey) adalah instrumen baru yang dirancang untuk mengukur sikap dan keyakinan siswa tentang fisika dan tentang belajar fisika. Test CLASS ini
menggunakan skala Likert dimana pada setiap soalnya terdapat lima butir pilihan
sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju penskoran
dimulai dari nilai 1 sampai dengan 5.
E. Materi Pembelajaran Gaya Gesek
Secara umum, kita dapat mengartikan gaya sebagai tarikan atau dorongan
yang menyebabkan perubahan keadaan benda. Umumnya benda-benda yang
memperoleh gaya akan mengalami perubahan-perubahan, antara lain dari benda
diam menjadi bergerak atau sebaliknya benda bergerak menjadi diam, selain itu
juga dapat mempercepat atau memperlambat gerak benda, bisa juga merubah
beberapa hal ada juga benda yang mengalami gaya tetapi tidak mengalami
perubahan gerakan ataupun bentuk. Misalnya ketika kita sedang duduk belajar,
gaya gravitasi bekerja pada kita, namun kita tetap diam. Dalam keadaan tertentu
gaya dapat menyebabkan benda bergerak, namun adakalanya dalam keadaan
yang lain benda tersebut tetap diam. Hal ini terjadi karena gaya total atau resultan
dari gaya yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol. Misalnya saat kita
mendorong meja ke depan ternyata gaya yang kita berikan dilawan dengan gaya
gesekan meja dengan lantai yang besarnya sama tapi arahnya berlawanan dengan
gaya dorong yang kita kerjakan. Keadaan ini disebut dengan keadaan
kesetimbangan (equilibrium).
1. Pengertian Gaya Gesek
Gaya gesek adalah gaya sentuh yang muncul jika permukaan dua zat padat
bersentuhan secara fisik, dimana arah gaya gesekan sejajar dengan permukaan
bidang dan selalu berlawanan dengan arah gerak relatif antara kedua benda
tersebut.
2. Macam-macam Gaya Gesek
a. Gaya gesek statis
Gaya gesek statis bekerja saat benda dalam keadaan diam dan
nilainya mulai dari nol sampai suatu harga maksimum. Jika gaya tarik
statis maksimum, maka benda masih dalam keadaan diam dan gaya
gesekan yang bekerja pada benda mempunyai besar yang sama dengan
nilai gaya tarik atau dorong pada benda tersebut. Besarnya gaya gesekan
statis maksimum adalah:
�� = �� �
Dimana �� adalah koefisien gesekan statis dan N adalah gaya Normal.
b. Gaya gesek kinetis
Gaya gesek kinetis yaitu gaya gesekan yang bekerja pada benda
ketika benda sudah bergerak. Nilai gaya gesekan kinetis selalu tetap, dan
dirumuskan dengan :
�� = �� �
Dimana �� adalah koefisien gesekan kinetis benda.Antara koefisien
gesek statis dan kinetis mempunyai nilai yang berbeda, nilai koefisien
gesekan statis selalu lebih besar daripada nilai koefisien gesek kinetis
benda.
3. Menentukan Koefisien Gesekan
Koefisien gesekan statis dan kinetis dapat kita tentukan dengan teknik
bidang horizontalatau bidang miring. Dalam percobaan dengan teknik bidang
sedangkan ujung kait yang bebas kita tarik dengan gaya yang searah bidang
horizontal. Selain dengan bidang horizontal kita juga dapat menetukan koefisien
gesekan statis dan kinetis tanpa perlu menggunakan dinamometer (neraca pegas)
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk melihat apakah dengan
metode eksperimen-diskusi dapat mengubah sikap dan keyakinan siswa akan
pembelajaran fisika yang dianggap rumit yang diukur dengan menggunakan tes
CLASS. Peneliti menggunakan penelitian korelasi karena peneliti ingin
mengetahui apakah ada hubungan yang mungkin antara dua variabel dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel konstan adalah materi
pembelajaran fisika yang diajarkan sedangkan yang menjadi variabel terikatnya
adalah sikap dan keyakinan siswa akan pembelajaran fisika yang diajarkan
dengan menggunakan metode eksperimen-diskusi. Penelitian ini juga
menggunakan kelas kontrol sebagai kelas pembanding dalam penggunaan
metode. Pada kelas kontrol pembelajaran menggunakan metode tradisional atau
ceramah.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI SMA 7 SENDAWAR, Barong
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2014 sampai dengan
23Agustus2014, di sekolah SMA NEGERI 7 SENDAWAR, Barong Tongkok,
Kutai Barat.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa-siswi di SMA N 7
Sendawar, tahun ajaran 2014/2015
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA N 7 Sendawar kelas
XI, semester ganjil, tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 28 orang.
D. Treatmen
Treatmen adalah perlakuan yang diberikan kepada subyek yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2010:51). Dalam
penelitian ini treatmen yang akan digunakan adalah penerapan metode
eksperimen dan diskusi pada materi pokok Dinamika Benda dengan Gaya
Gesekan. Peneliti mengajar dengan menggunakan alat peraga. Dengan
menggunakan alat peraga siswa mempunyai pengalaman langsung. Cara ini
pembelajaran fisika yang sedang dipelajarinya. Kegiatan pembelajaran
diantaranya:
a) Membagi siswa dalam 5-6 kelompok,
b) Menyajikan materi pembelajaran;
c) Membagi lembar kerja siswa untuk melakukan eksperimen;
d) Memberikan petunjuk dan mengarahkan cara penggunaan alat sebelum
melakukan eksperimen;
e) Siswa melaksanakan eksperimen sesuai dengan lembar kerja siswa;
f) Setelah melaksanakan eksperimen, siswa melakukan diskusi
kelompok, guru mengarahkan kelompok;
g) Salah satu dari kelompok diskusi, mempersentasikan hasil eksperimen
kelompoknya;
h) Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan;
i) Penguatan atau kesimpulan secara bersama-sama oleh guru dan peserta
didik.
Pengajaran dengan metode eksperimen-diskusi dapat dilihat diRPP dan
LKS. RPP terlampir pada lampiran 5, LKS pada lampiran 7.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen pembelajaran
Instrumen pembelajaran ini terdiri dari 2 instrumen yaitu rencana
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencnan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat untuk
menentukan garis besar kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
selama pengambilan data penelitian. Bagian dari rencana pelaksaan
pembelajaran adalah 1) Identitas meliputi : mata pelajaran,
kelas/semester, dan alokasi waktu, 2) Standar Kompetensi, 3) Kompetensi
Dasar, 4) Indikator, 5) Tujuan Pembelajaran, 6) Metode Pembelajaran, 7)
kegiatan Pembelajaran, 8) Materi Pembelajaran, 9) Sumber Pembelajaran.
RPP terlampir pada lampiran 5.
b. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat dan akan di gunakan dalam
kegiatan eksperimen. LKS terlampir pada lampiran 7.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang di gunakan dalam penenlitian ini
meliputi : a) kuesioner keyakinan siswa akan pembelajaran siswa dengan
menggunakan tes CLASS. Terlampir pada lampiran .
a. Kuesioner sikap dan keyakinan siswa
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan untuk memperoleh
informasi dari responden yang ingin diketahui (Suparno,
2010:61).Kuesioner sikap dan keyakinan siswa dalam penenlitian ini
diberikan sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen-diskusi yang bertujuan untuk
mengetahui sikap dan keyakinan pada pembelajaran fisika awal dan akhir
siswa-siswi.
Kuesioner sikap dan keyakinan siswa pada pembelajaran fisika
menggunakan tes CLASS (Colorado Learning Attitudes about Science Survey) yang diambil dari Phys. Rev. ST Phys. Educ. Res. 2, 010101(2006) yang diterjemahkan oleh peneliti.
Tabel3.1
Kategori sikap dan keyakinan siswa
Kategori Pengkategorian pernyataan
Hubungan Dunia Nyata 28, 30, 35, 37
Ketertarikan Pribadi 3, 11, 14, 25, 28, 30
Usaha Memaknai 11, 23, 24, 32, 36, 39, 42
Hubungan Konseptual 1, 5, 6, 13, 21, 32
Pemahaman Konseptual Terapan 1, 5, 6, 8, 21, 22, 40
Penyelesaian Masalah Secara
Umum
13, 15, 16, 25, 26, 34, 40, 42
Keyakinan Penyelesaian Masalah 15, 16, 34, 40
Kecanggihan Penyelesaian Masalah 5, 21, 22, 25, 34, 40
Tidak Dinilai 4, 7, 9, 31, 33, 41
Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dimana
terdapat alternative jawaban atau tanggapan atas pernyataan-pernyataan
dalam kuesioner. Alternatif jawaban tersebut adalah sangat setuju, setuju,
netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Skala ini dikembangkan oleh
Ransis Likert untuk mengetahui pengaruh penerapan metode
eksperimen-diskusi terhadap sikap dan keyakinan siswa pada pembelajaran fisika.
Penelitian ini menggunakan sejumlah statement dengan skala 5 yang menunjukkan setuju atau tidak setuju terhadap statement tersebut.
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Netral (ragu-ragu)
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
F. Validitas Kuesioner
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu
instrumen.Validasi mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh
mengukur apa yang ingin diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas
menunjuk pada kesesuaian penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat
peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulan valid jika sesuai
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas
isi dari suatu hasil tes adalah validitas yang diperoleh setelah melakukan
pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes sikap dan keyakinan siswa.
Kuesioner dalam penelitian ini juga menggunakan validitas dan reliabilitas
darikuesioner sikap dalam artikel The Design and Validation of the Colorado Learning Attitudes about Science Survey.Pada penelitian ini, kuesioner tidak diujicobakan, namun telah dikonsultasikan dan disetujui oleh dosen pembimbing.
G. Metode Analisis Data
Untuk mengetahui perubahan sikap dan keyakinan siswa terhadap pelajaran
fisika, maka peneliti perlu tahu keyakinan awal siswa sebelum diberi metode
diskusi dan keyakinan siswa setelah diberi metode
eksperimen-diskusi melalui kuesioner sikap dan keyakinan siswa terhadap pembelajaran
fisika.
Untuk mengetahui apakah sikap siswa sangat positif, positif, negative dan
sangat negatif terhadap pelajaran, peneliti memperoleh data dari pengisian
kuesioner oleh siswa. Peneliti memberikan skoru ntuk tiap soal kemudian
menjumlahkan skor yang diperoleh tiap siswa dan menentukan kriteria yang
dicapai siswa.
Menurut Sugiyono (2010:58), variable penelitian adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
penelitian ini adalah slake Likert. Dengan menggunakan skala Likert maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel dan indikator
tersebut akan dijadikan item-item instrumen yang akan dibuat pertanyaan atau
pernyataan. Dalam skala Likert umumnya menggunakan lima angka penilaian,
yaitu:
Tabel 3.2
Tabel Skor Hasil Kuesioner
Kriteria Penilaian Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Netral / ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Tabel 3.3
Jumlah Skor Jawaban Kuesioner Setiap Siswa
NO
Absen
siswa
Tally
Kuesioner terdiri dari 42 pertayaan atau pernyataan. Untuk tiap-tiap
pertanyaan tersedia 5 alternatif jawaban, dimana siswa harus memilih salah satu
jawaban. Semua pertanyaan merupakan item positif, alternative jawaban adalah
sebagai berikut: sangat setuju = 5, setuju = 4, netral = 3, tidak setuju = 2, sangat
tidak setuju = 1, sehingga dengan 42 pertanyaan atau pernyataan skor terendah
yang mungkin dicapai adalah 42 dan skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah
210. Klasifikasi sikap sebagai berikut:
Tabel 3.4
Tabel Kriteria Klasifikasi Sikap
Skor Klasifikasi Sikap
169 - 210 Sangat positif
127 – 168 Positif
85 – 126 Netral
43 – 84 Negatif
0 – 42 Sangat negatif
Tabel 3.5
Tabel Kriteria Sikap Setiap Siswa
Pengolahan data menurut Hasan (2006) meliputi kegiatan:
1. Editing
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul, tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan
yang terdapat pada pencatatan di lapangan yang bersifat korelasi.
2. Coding (pengkodean)
Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang di
buat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau
identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.
3. Pemberian skor atau nilai
Dalam pemberian skor digunakan skala Likert yang merupakan
salah satu cara untuk menuntukan skor. Kriteria penilaian ini
digolongkan dalam lima tingkatan dengan penilaian sebagai berikut:
a. Jawaban 1, diberi skor 1
b. Jawaban 2, diberi skor 2
c. Jawaban 3, diberi skor 3
d. Jawaban 4, diberi skor 4
e. Jawaban 5, diberi skor 5 (Sudjana, 2001).
4. Tabulasi
melakukan tabulasi diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan.
Tabel hasil tabulasi dapat berbentuk:
a. Tabel pemindahan, yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode
dari kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi
sebagai arsip.
b. Tabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasarkan sifat
responden tertentu dan tujuan tertentu.
c. Tabel analisis, tabel yang memuat suatu jenis informasi yang
telah dianalisa. (Hasan, 2006).
Metode analisis dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif
Persentase. Metode ini digunakan untuk mengkaji variabel yang ada
dalam penelitian yaitu metode eksperimen-diskusi (X) dan sikap dan
keyakinan siswa pada pembelajaran fisika (Y). Deskriptif persentase ini
diolah dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah responden dikali 100
persen, seperti dikemukakan Sudjana (2001) adalah sebagai berikut:
Persentase dari tiap-tiap kategori:
Pengujian hipotesa adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan
suatu keputusan, yaitu keputusan dalam menerima atau menolak
hipotesa ini (Hasan, 2006). Uji hipotesa yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Uji t atau distribusi t, melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menentukan formasi hipotesanya
a. Hipotesa nol (H0): tidak ada hubungan antara metode
eksperimen-diskusi dengan sikapdankeyakinan siswa pada
pembalajaran fisika.
b. Hipotesa alternatif (H1): ada hubungan antara metode
eksperimen-diskusi dengan keyakinan siswa pada
2. Menentukan taraf nyata dan nilai tabel
a. Taraf nyata α = 0,05
b. Uji dua sisi
c. Derajat kebebasan df = n – 1 = 27
3. Menentukan kriteria pengujian
Kriteria pengujian adalah keputusan pembuatan dalam hal
menerima atau menolak hipotesa nol dengan cara
membandingkan nilai kritis (nilai α dari tabel distribusi) dengan
nilai uji statistikanya (Hasan, 2006).
a. Hipotesa nol (H0) diterima jika nilai statistikanya berada
diluar nilai kritisnya.
b. Hipotesa nol (H0) ditolak jika nilai uji statistikanya
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan pada siswa-siswi kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 SMA
Negeri 7 Sendawar pada tanggal 6 Agustus sampai 23 Agustus 2014. Kelas XI
IPA 1 adalah kelas kontrol yang diberi perlakuan model pembelajaran dengan
metode ceramah, sedangkan kelas XI IPA 2 adalah kelas eksperimen yang diberi
perlakuan model pembelajaran metode eksperimen-diskusi. Penelitian dilakukan
pada saat jam pelajaran fisika berlangsung. Proses belajar mengajar dilaksanakan
selama 8 kali pertemuan masing-masing 2 jam pertemuan untuk setiap kelas dalam
dua minggu yaitu Rabu dan Kamis untuk kelas XI IPA 1 serta Jumat dan Sabtu
untuk kelas XI IPA 2.
B. Selama Pelaksanaan Penelitian
1. Sebelum Proses Belajar Mengajar
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan
instrumen-instrumen yang akan digunakan untuk melaksanakan penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan ada dua jenis yaitu instrumen pembelajaran
dan alat-alat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, sedangkan
instrumen pengambilan data yaitu kuesioner sikap dan keyakinan siswa serta alat
dokumentasi berupa kamera digital.
2. Proses pelaksanaan penelitian di kelas Kontrol (XI IPA 1)
a. Pembelajaran Penelitian Pada Hari Rabu, 6 Agustus 2014
Pada hari Rabu, peneliti bersiap masuk kelas pada jam ke-3 pukul
09.00 WIB bersama guru fisika yaitu Ibu Enita. Pertama-tama Ibu Enita
menyapa siswa dan mengecek kehadiran semua siswa kemudian
memperkenalkan peneliti kepada siswa. Peneliti memperkenalkan diri dan
menyampaikan tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Pada
pertemuan pertama ini peneliti belum memberikan materi pembelajaran
pada siswa karena terlebih dahulu peneliti melakukan pre-test. Oleh karena
itu, setelah memperkenalkan diri peneliti membagikan kuesioner CLASS
(Colorado Learning Attitudes About Science Survey) dan meminta setiap siswa untuk mengisi kuesioner itu sesuai dengan apa yang mereka rasakan.
Setelah para siswa selesai mengisi lembar kuesioner, peneliti menjelaskan
rencana pembelajaran yang akan dilakukan untuk pertemuan berikutnya.
b. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Kamis, 7 Agustus 2014
Pada hari Kamis, pelajaran fisika berada pada jam ke 1 dan 2 maka
masih ditemani oleh Ibu Enita walau hanya beberapa saat saja. Pada hari
kedua pelaksanaan penelitian ini peneliti menjelaskan ulang kegiatan yang
akan dilakukan selama pembelajaran, diantaranya menyampaikan topik
yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan indikator
yang harus dicapai para siswa. Setelah selesai, peneliti meminta dua siswa
untuk meminjam buku ke perpustakaan karena pada awal semester siswa
belum mempunyai buku paket fisika. Karena kelas XI IPA 1 dipilih
peneliti sebagai kelas kontrol maka peneliti menggunakan model
pembelajaran dengan metode ceramah. Setelah siswa mendapat buku paket
fisika yang dipinjam dari perpustakaan maka peneliti siap memulai proses
belajar mengajar.
Pembelajaran dimulai dengan apersepsi di mana peneliti memberikan
beberapa pertanyaan dan meminta siswa menyampaikan pendapatnya
tentang apa yang para siswa ketahui mengenai gaya gesek dan beberapa
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa siswa menjawab
pertanyaan tersebut dengan jawaban yang berbeda-beda. Walaupun
berbeda namun jawaban tersebut benar dan sesuai dengan pertanyaan.
Kemudian peneliti menyimpulkan jawaban dari beberapa siswa. Dari
keseluruhan siswa, ada satu siswa yang memulai saling berdebat sehingga
terjadi tanya jawab yang cukup serius di awal pelajaran. Beberapa siswa
terlihat sangat menyukai hal tersebut dengan memberi semangat dan yang
dan pelajaran kembali dilakukan hingga jam pelajaran berakhir pukul 09.00
WIB.
c. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Rabu, 13 Agustus 2014
Pada pertemuan yang ketiga ini peneliti melanjutkan pelajaran
sebelumnya dengan materi gaya gesek pada dua benda yang dihubungkan
dengan tali melalui sebuah katrol pada bidang miring, dan pada benda
bertumpuk pada bidang horizontal. Sebelum memulai pelajaran seperti
sebelumnya peneliti mengecek kehadiran siswa dan semua siswa hadir.
Setelah itu, peneliti mulai memberikan penjelasan di papan tulis dan
memberikan siswa waktu sesaat untuk mencatat. Saat siswa sedang
mencatat, peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyatakan
yang kurang jelas tetapi beberapa siswa menjawab jika belum ada yang
ingin ditanyakan.
d. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Kamis, 14 Agustus 2014
Pada pertemuan yang ke empat ini peneliti memulai pelajaran dengan
mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa. Semua siswa hadir. Pada
pertemuan ini peneliti tidak memberikan materi pembelajaran melainkan
melakukan post-test dengan kuesioner CLASS. Sebelumnya peneliti
memberikan kesempatan kepada siswa jika ada yang ingin ditanyakan
pertanyaan. Setelah itu, peneliti memberikan lembar kuesioner untuk diisi
oleh para siswa. Setelah para siswa selesai, peneliti mengucapkan
terimakasih kepada siswa untuk kerjasama sehingga peneliti dapat
melaksanakan penelitian di kelas XI IPA 1 dengan baik tanpa hambatan.
3. Proses Pelaksanaan Penelitian Di Kelas Eksperimen (XI IPA 2)
a. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Jumat, 8 Agustus 2014
Pada hari Jumat, peneliti bersiap untuk masuk kelas pada jam ke 4
dan 5 yaitu pukul 10.00 WIB bersama guru fisika yaitu Ibu Enita.
Pertama-tama Ibu Enita menyapa siswa, mengecek kehadiran semua siswa dan
memperkenalkan peneliti kepada siswa. Peneliti memperkenalkan diri dan
menyampaikan tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Pada
pertemuan pertama ini sama seperti pertemuan pertama di kelas XI IPA 1
pada tanggal 6 Agustus 2014, peneliti belum memberikan materi
pembelajaran pada siswa karena terlebih dahulu peneliti melakukan
pre-test. Oleh karena itu, setelah memperkenalkan diri peneliti membagikan
kuesioner CLASS dan meminta setiap siswa untuk mengisi kuesioner itu
sesuai dengan apa yang mereka rasakan. Setelah para siswa selesai mengisi
lembar kuesioner, peneliti menjelaskan rencana pembelajaran yang akan
b. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Sabtu, 9 Agustus 2014
Pada hari Sabtu yang merupakan hari ke dua penelitian di kelas XI
IPA 2. Jam pelajaran fisika pada hari Sabtu berada pada jam ke 3 dan 4.
Peneliti bersiap untuk masuk kelas pada jam 09.00 WIB. Pada hari kedua
ini peneliti tidak ditemani oleh Ibu Enita. Saat sampai di kelas peneliti
awalnya menyapa para siswa dan mempersilakan siswa untuk berdoa
sebelum memulai pelajaran. Setelah itu, peneliti mengecek kehadiran
semua siswa dan semuanya hadir pada hari itu. Kemudian peneliti mulai
memberikan materi pelajaran yang diawali dengan membagi siswa dalam 5
kelompok. Pembagian kelompok dilakukan dengan cara berhitung dari 1
sampai 6, sehingga siswa yang menyebut nomor sama bergabung dalam
satu kelompok. Pelajaran dimulai dengan apersepsi dari peneliti yang
berupa beberapa pertanyaan untuk menggali pengetahuan awal siswa.
Kemudian peneliti mulai memberikan papan kayu, busur, koin dan LKS
Gambar 1. Kelompok melakukan kegiatan eksperimen
Banyak siswa yang masih belum mengetahui cara menggunakan
busur untuk mengukur besarnya sudut atau kemiringan benda maka
terlebih dahulu peneliti mempraktikkan cara menggunakan busur untuk
mengukur besarnya kemiringan suatu benda.
Peneliti mendampingi dan mengecek kegiatan yang dilakukan oleh
setiap kelompok. Setelah semua siswa selesai dalam kegiatan kelompok,
peneliti meminta 2 kelompok untuk mempresentasikan hasil eksperimen
dan diskusi yang telah dilakukan.
Gambar 3. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil eksperimen dan diskusi yang telah dilakukan.
Di akhir, peneliti memberikan penjelasan mengenai gaya gesek dan
cara menentukan besar koefisien gaya gesek, dan kemudian memberikan
sedikit catatan kepada para siswa dan mempersilakan siswa menanyakan
c. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Jumat, 22 Agustus 2014
Penelitian di kelas XI IPA 2 ditunda selama 1 minggu karena ada
kegiatan lomba menyambut 17 Agustusan. Penelitian dimulai lagi pada
tanggal 22 Agustus 2014.
Pertemuan ketiga ini, merupakan pertemuan terakhir peneliti
memberikan materi pelajaran. Sebelum mulai pelajaran pada pukul 10.00
seperti biasa hal yang dilakukan oleh peneliti adalah mengucapkan salam,
mengecek kehadiran siswa dan pemberikan pertanyaan singkat mengenai
materi sebelumnya.
Gambar 4. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok
Semua siswa telah siap dalam kelompoknya masing-masing
kemudian peneliti mulai membagikan lembar LKS pada siswa untuk
didiskusikan dalam kelompok. Pada pertemuan kedua pemberian materi
yang dilakukan dan terlihat keteribatan semua siswa dalam tiap kelompok,
dan saat berdiskusi mampu menjelaskan apa yang telah mereka lakukan.
d. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Sabtu, 23 Agustus 2014
Peneliti bersiap masuk kelas pada pukul 09.00 WIB untuk melakukan
post-test pada kelas XI IPA 2. Saat di dalam kelas terlebih dahulu peneliti
mengecek kehadiran semua siswa dan semua siswa hadir. Kemudian
peneliti memberikan lembar kuesioner yang sama seperti pada pertemuan
pertama untuk diisi.
Gambar 5. Siswa mengisi lembar kuesioner post-test
Lembar kuesioner ini untuk melihat apakah ada perbedaan pengaruh
materi gaya gesek yang diberikan dengan model pembelajaran dengan
metode eksperimen-diskusi dan metode ceramah.
C. Data Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memperoleh data yaitu kuesioner sikap
dan keyakinan siswa terhadap pelajaran fisika dengan test CLASS. Dengan
menggunakan kuesioner sikap dan keyakinan peneliti ingin mengetahui sikap dan
keyakinan, siswa terhadap pelajaran fisika dengan menggunakan metode
eksperimen-diskusi untuk kelas eksperimen dan metode ceramah untuk kelas
kontrol. Jumlah sampel yang diteliti ada 56 siswa yang terdiri dari dua kelas yaitu
kelas XI IPA 1 dengan jumlah 28 siswa dan kelas XI IPA 2 dengan 28 siswa. Hasil
kuesioner sikap dan keyakinan siswa kelas kontrol (XI IPA 1) dalam bentuk skor
dapat dilihat pada lampiran 9 untuk data pre-test dan lampiran 10 untuk data skor
kuesioner post-test. Sedangkan untuk kelas eksperimen (XI IPA 2) dalam bentuk
skor dapat dilihat pada lampiran 11 untuk data pre-test dan lampiran 12 untuk data
Pada tabel 4.2 dituliskan skor dan kriteria sikap dan keyakinan setiap siswa
pada kelas eksperimen.
D. Analisis Data
1. Data pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen
Data jumlah skor pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat
dianalisis untuk mengetahui apakah sama atau sungguh berbeda dengan uji T
untuk 2 grup yang independen.
Berikut ini data dan hasil SPSS data pre-test kelas kontrol dan kelas
Tabel 4.3 Data Analisis Pre-Test Kelompok Independen
untuk Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Hasil uji T pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan
menggunakan bantuan SPSS ditampilkan sebagai berikut:
Group Statistics
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Hasil analisis data SPSS dapat dilihat bahwa: T = -1.058, p = 0.295, dengan
level signifikan α = 0.05, 0leh karena p = 0.295 > 0.05 maka hasil tidak
signifikan. Ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal sikap dan