• Tidak ada hasil yang ditemukan

Epidemiologi Kecelakaan Kerja pada Peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang Mengajukan Klaim Bulan April-Mei 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Epidemiologi Kecelakaan Kerja pada Peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang Mengajukan Klaim Bulan April-Mei 2016."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN KERJA PADA PESERTA BPJS

KETENAGAKERJAAN CABANG DENPASAR YANG

MENGAJUKAN KLAIM BULAN APRIL-MEI 2016

I GUSTI AYU SWARI NOVITADEWI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

UNIVERSITAS UDAYANA

EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN KERJA PADA PESERTA BPJS

KETENAGAKERJAAN CABANG DENPASAR YANG

MENGAJUKAN KLAIM BULAN APRIL-MEI 2016

I GUSTI AYU SWARI NOVITADEWI NIM. 1220025079

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

UNIVERSITAS UDAYANA

EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN KERJA PADA PESERTA BPJS

KETENAGAKERJAAN CABANG DENPASAR YANG

MENGAJUKAN KLAIM BULAN APRIL-MEI 2016

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

I GUSTI AYU SWARI NOVITADEWI NIM. 1220025079

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 13 Juli 2016

Pembimbing,

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 13 Juli 2016

Tim Penguji Skripsi Penguji I

dr. Partha Muliawan, MSc (OM) NIP. 19510922 198003 1 002

Penguji II

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas berkat dan rahmat-Nya dapat penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Epidemiologi Kecelakaan Kerja pada Peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang Mengajukan Klaim Bulan April-Mei 2016" ini tepat pada waktunya. Judul ini diangkat berdasarkan pengalaman magang di BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar dimana hampir setiap hari peserta melakukan klaim Jaminan Kecelakaan Kerja. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat distribusi kejadian kecelakaan kerja pada peserta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, sekaligus sebagai pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini;

2. Made Kerta Duana, S.KM, MPH. sebagai Kepala Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini;

3. dr. Partha Muliawan, MSc (OM) selaku penguji pada saat proposal yang telah

(7)

4. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf pegawai Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan arahan, saran dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini;

5. Toni Isprijanto selaku kepala cabang di kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar beserta staf pegawai yang telah memberikan izin penelitian terkait penyusunan skripsi ini;

6. A.A. Sg. Ratih Edyawati selaku kepala bidang pelayanan dan tim customer service officer di BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang telah memberikan bantuan serta memberikan data-data yang dibutuhkan penulis terkait penyusunan skripsi ini;

7. Kedua orang tua dan saudara atas doa serta dukungan moril yang telah diberikan serta selalu memberikan perhatian, semangat dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini;

8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana angkatan 2012 yang telah bersama-sama saling membantu dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini; dan

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Demikian skripsi ini disusun, semoga dapat memberikan manfaat bagi diri kami sendiri dan pihak lain yang menggunakan.

Denpasar, Juni 2016

(8)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA BAGIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SKRIPSI

JULI 2016

I Gusti Ayu Swari Novitadewi

Epidemiologi Kecelakaan Kerja pada Peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang Mengajukan Klaim Bulan April-Mei 2016

ABSTRAK

Tingginya angka kejadian kecelakaan kerja pada peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar menempati urutan ketiga tertinggi yaitu sebesar 10,35% setelah kantor Cabang Mojokerto dan Bayuwangi. Hal tersebut bukan hanya disebabkan oleh tenaga kerja saja melainkan adanya faktor penyebab kecelakaan kerja seperti ketidakserasian diantara tanaga kerja, pekerjaan, serta lingkungan kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana epidemiologi kecelakaan kerja yang terjadi pada peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang mengajukan klaim Bulan April-Mei 2016.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah semua kasus kecelakaan kerja pada peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar bulan April-Mei 2016 dan sampel pada penelitian ini adalah peserta penerima upah yang mengajukan klaim JKK tahap II di bulan April-Mei 2016 dengan besar sampel sebesar 80 kasus. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling yaitu consecutive sampling dan sumber data yang didapat melalui data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peserta yang mengalami kecelakaan kerja dominan berada pada rentang umur 20-29 tahun (40%) dengan berjenis kelamin laki-laki (75,00%), pada saat bekerja menggunakan APD (85,00%) dengan tindakan berbahaya yang dilakukan yaitu bekerja dengan kecepatan membahayakan dan mengambil posisi bekerja yang tidak aman (27,50%). Pada saat bekerja menggunakan peralatan kerja yang nyaman (93,75%). Sumber cedera tertinggi dari pengangkut barang (33,75%). Kondisi berbahaya dari pengamanan yang tidak sempurna (61,25%), dengan penerapan SMK3 baik pada perusahaan (93,24%), dengan jenis tempat kerja di bidang hotel dan penginapan (25,00%), tingkat risiko tempat kerja yang rendah (41,25%). Lokasi kejadian tertinggi pada lalu lintas (51,25%) dengan waktu kecelakaan 06.00-12.00 (53,75%), mengalami cedera kaki (27,50%) dengan corak terbentur (53,75%).

Disarankan sebaiknya lebih berhati-hati baik di tempat kerja maupun diluar tempat kerja. Meskipun penerapan SMK3 sudah baik, pengawasan terhadap tenaga kerja lebih ditingkatkan. Serta pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan K3 dari BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar diadakan kembali.

(9)

PUBLIC HEALTH PROGRAM

MEDICAL FACULTY OF UDAYANA UNIVERSITY OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH DIVISION UNDERGRADUATE THESIS

JUNE 2016

I Gusti Ayu Swari Novitadewi

Epidemiology of Occupational Accident Among Participants of BPJS Ketenagakerjaan Denpasar Who Made Claim on April-May 2016

ABSTRACT

The height number of occupational accidents over the participants of BPJS Ketenagakerjaan Denpasar is in the third place for about 10,35 % after Mojokerto Branch followed by Banyuwangi Branch. The height amount of occupational accidents is not only caused by the manpower itself, in fact there are several factors which can causes the accident such as the incompatibility between workers, job descriptions, and working environment. The purpose of this research was to determine epidemiology of occupational accident for the BPJS Ketenagakerjaan Denpasar participants who made claim in the time period started in April until May 2016.

The type of research used was quantitative descriptive with cross sectional approach. The population were all the occupational accidents of BPJS Ketenagakerjaan Denpasar participants, while the sample of this research were the participants who did JKK claims stage II in April-May 2016 with the number of the sample reach 80 cases of working accidents. The steps sampling with non probability sampling is consecutive sampling and data resources obtained through primary and secondary.

The results of this study showed that participants who experienced the dominant occupational accidents were at age of 20-29 years old (40,00%), male (75,00%), while working by using APD (85,00%) as well who did perform malicious acts such as working with a dangerous speed and took an unsafe working positions (27,50%). Using comfortable working equipment (93,75%). The highest injuries source was the goods transport (33,75%). The dangerous conditions of imperfect security (61,25%), with the good application of SMK3 on the company was applied (93,24%), the types of workplace in sector hotel (25,00%), with the level of low risk workplace (41,25%). The location of the highest incidence was in the traffic (51,25%) by the time of the accident was in the 06.01-12.00 (53,75%), suffered foot injuries (27,50%) with a pattern of knock ( 53,75%).

It is suggested should be more careful both in the workplace or outside the workplace. Although implementation SMK3 has been good, supervision of the work force is further enhanced. And socializiation and training K3 from BPJS Ketenagakerjaan Denpasar held back.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR LAMBANG ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.4.1 Tujuan umum ... 5

1.4.2 Tujuan khusus ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

(11)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Epidemiologi Kecelakaan Kerja ... 7

2.1.1 Pengertian epidemiologi ... 7

2.1.2 Konsep epidemiologi kecelakaan kerja ... 7

2.2 Kecelakaan Kerja ... 9

2.2.1 Pengertian kecelakaan kerja ... 9

2.2.2 Sebab-sebab kecelakaan kerja ... 10

2.2.3 Klasifikasi kecelakaan kerja ... 13

2.2.4 Tingkat keparahan kecelakaan kerja ... 15

2.2.5 Dampak akibat kecelakaan kerja ... 16

2.2.6 Pencegahan kecelakaan kerja ... 18

2.3 BPJS Ketenagakerjaan ... 19

2.4 Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) ... 21

2.4.1 Tata cara pendaftaran ... 21

2.4.2 Kepesertaan ... 22

2.4.3 Besar iuran jaminan kecelakaan kerja ... 22

2.4.4 Ruang lingkup kecelakaan kerja ... 23

2.4.5 Manfaat jaminan kecelakaan kerja ... 26

2.4.6 Tata cara pelaporan jaminan kecelakaan kerja ... 28

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 31

3.2 Definisi Operasional ... 33

(12)

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

4.2.1 Populasi penelitian ... 38

4.2.2 Sampel penelitian ... 38

4.2.3 Kriteria inklusi dan eksklusi ... 38

4.2.4 Besar sampel ... 39

4.2.5 Cara pengabilan sampel ... 39

4.3 Pengumpulan Data ... 40

4.3.1 Sumber data... 40

4.4 Teknik Analisis Data ... 40

4.4.1 Pengolahan data ... 40

4.4.2 Analisis data ... 41

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian ... 42

5.2 Hasil Penelitian ... 43

5.2.1 Gambaran kecelakaan kerja berdasarkan faktor tenaga kerja. ... 43

5.2.2 Gambaran kecelakaan kerja berdasarkan faktor pekerjaan. ... 44

5.2.3 Gambaran kecelakaan kerja berdasarkan faktor lingkungan kerja. ... 45

5.2.4 Gambaran kecelakaan kerja berdasarkan kejadian ... 48

(13)

6.3 Gambaran Kecelakaan Kerja Berdasarkan Faktor Lingkungan

Kerja ... 53

6.4 Gambaran Kecelakaan Kerja Berdasarkan kejadian ... 56

6.5 Keterbatasan Penelitian ... 58

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ... 59

7.2 Saran ... 59

7.2.1 Bagi peserta ... 59

7.2.2 Bagi perusahaan ... 60

7.2.3 Bagi BPJS Ketenagakerjaan... 60

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Besaran persentase iuaran jkk berdasarkan tingkatan risiko

lingkungan kerja ... 23 Tabel 3.1 Definisi operasional variabel penelitian ... 33 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi kecelakaan kerja berdasarkan faktor

tenaga kerja ... 44 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi kecelakaan kerja berdasarkan faktor

pekerjaan. ... 45 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi kecelakaan kerja berdasarkan faktor

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal penelitian

Lampiran 2. Informasi dan persetujuan mengikuti penelitian (informed consent) Lampiran 3. Lembar persetujuan responden penelitian

Lampiran 4. Kuesioner penelitian Lampiran 5. Formulir JKK

Lampiran 6. Surat keterangan kelaiakan etik Lampiran 7. Dokumentasi

(17)

DAFTAR SINGKATAN

APD : Alat Pelindung Diri

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Soisal dll : Dan Lain-Lain

dsb : Dan Sebagainya

dkk : Dan Kawan-kawan

F : Frekuensi

ILO : International Labour Organization Jamsostek : Jaminan Sosial Tenaga Kerja JHT : Jaminan Hari Tua

JKK : Jaminan Kecelakaan Kerja JKM : Jaminan Kematian

JP : Jaminan Pensiun

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

OSHA : Occupational Safety and Health Administration PAK : Penyakit Akibat Kerja

PT : Perseroan Terbatas RI : Republik Indonesia

SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional

SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SOP : Standar Operasional Prosedur

(18)

DAFTAR LAMBANG

% : Persen < : Kurang dari

≤ : Kurang dari sama dengan

> : Lebih dari

≥ : Lebih dari sama dengan

/ : Atau - : Sampai x : Kali

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional pada saat ini sudah memasuki era industrialisasi yang menuntut produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja yang baik merupakan landasan kuat bagi tenaga kerja maupun perusahaan dalam pelaksanaan utama pembangunan nasional (Rivai, 2014). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, menyebutkan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indoenesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materi maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Tanpa adanya tenaga kerja tidak mungkin perusahaan itu akan beroperasi dan berpartisipasi dalam pembangunan.

(20)

2

Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam penelitian Simanjuntak dan Rendy (2012), selama tahun 2005 hingga 2007 menunjukkan bahwa setiap tahun rata-rata terjadi 85.000 kasus kecelakaan kerja, yang mengakibatkan rata-rata 1.700 pekerja meninggal dunia, sementara yang mengalami cacat permanen rata-rata sekitar 7.000 pekerja. Pada tahun 2008 tercatat angka kecelakaan kerja yang terjadi 58.600 kasus, dan data terakhir yang didapat pada tahun 2009 tercatat 54.398 kasus kecelakaan kerja. Ditambah lagi data dari Jamsostek dalam penelitian Suyono dan Erwin (2013), menunjukkan bahwa terjadi kenaikan kasus kecelakaan kerja selama 4 tahun terakhir yaitu antara tahun 2007 hingga tahun 2010. Tahun 2010 menunjukkan jumlah kasus kecelakaan kerja mencapai 98.711 kejadian. Sebanyak 6.647 (6,73%) tenaga kerja mengalami kecacatan dan sebanyak 2.191 (2,22%) tenaga kerja meninggal dunia. Sedangkan tahun 2007, sedikitnya terjadi 66.809 kasus kecelakaan kerja. Penyumbang terbesar dari kecelakaan kerja berasal dari kegiatan konstruksi yang mencapai 30% dari angka kecelakaan.

Sedangkan untuk jumlah kasus penyakit akibat kerja berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (2015) yaitu pada tahun 2011 tercatat 57.929 kasus, tahun 2012 tercatat 60.322 kasus, tahun 2013 tercatat 97.144, dan tahun 2014 terjadi 40.694 kasus.

(21)

3

salah satu aspek perlindungan ketenagakerjaan dan merupakan hak dasar dari setiap tenaga kerja.

Akibat kurangnya pemahaman mengenai K3 maka kecelakaan kerja merupakan risiko tinggi yang ada dalam setiap aktivitas pekerjaan. Hal ini terutama pada pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik lebih banyak daripada aktivitas pemikiran. Risiko tersebut bisa berupa kecelakaan ringan hingga pada kecelakaan berat yang akhirnya menimbulkan korban jiwa. Untuk menangulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan sosial. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

(22)

4

Program JKK dari BPJS Ketenagakerjaan merupakan bentuk perlindungan ekonomis dan perlindungan sosial. Dikatakan demikian karena program tersebut memberikan perlindungan dalam bentuk santunan berupa uang atas berkurangnya penghasilan dan perlindungan dalam bentuk pelayanan perawatan atau pengobatan pada saat seorang pekerja tertimpa risiko-risiko tertentu. Sehingga tabungan yang telah dikumpulkan pada saat bekerja di perusahaan tersebut tidak akan habis hanya

karena kecelakaan kerja yang dialaminya saat itu.

Setiap bulan risiko kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja selalu ada. Berdasarkan data dalam penelitian Kemalasari & Supriyanto (2013), rasio klaim JKK di kantor cabang dengan posisi tertinggi adalah Kantor Cabang Mojokerto 27.19%, Banyuwangi 18.87%, Bali I (Denpasar) 10.35%, Mojokerto 27.19%, Sidoarjo 6.55% dan Malang 5.21%. Berdasarkan data dari BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar sejak mulai beroperasi yaitu bulan Juli 2015 hingga Maret 2016, klaim JKK berdasarkan jenis kasus yaitu sebanyak 710 kasus kecelakaan kerja sedangkan kasus penyakit akibat kerja tercatat 0 kasus atau dapat dikatakan tidak ada yang menderita penyakit akibat kerja pada peserta BPJS ketenagakerjaan cabang Denpasar. Dengan tidak adanya kasus penyakit akibat kerja yang dialami oleh peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar membuat peneliti hanya berfokus pada kecelakaan kerja saja.

(23)

5

mengenai distribusi terjadinya kecelakaan kerja dengan menggunakan segitiga epidemiologi agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan dari distribusi itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan kerja dapat dicegah dan kejadian serupa tidak berulang kembali.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa tingginya rasio klaim JKK di BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar disebabkan oleh tingginya kasus kecelakaan kerja yang dialami oleh peserta BPJS Ketenagakerjaan. Dengan demikian perlu adanya penelitian untuk mengetahui bagaimana epidemiologi kecelakaan kerja yang terjadi pada peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang mengajukan klaim Bulan April-Mei 2016.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah epidemiologi kecelakaan kerja yang terjadi pada peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang mengajukan klaim Bulan April-Mei 2016?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui epidemiologi kecelakaan kerja pada peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang mengajukan klaim Bulan April-Mei 2016.

1.4.2 Tujuan khusus

(24)

6

2. Untuk mengetahui distribusi terjadinya kecelakaan kerja berdasarkan faktor pekerjaan pada peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang mengajukan klaim Bulan April-Mei 2016.

3. Untuk mengetahui distribusi terjadinya kecelakaan kerja berdasarkan faktor lingkungan kerja pada peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang mengajukan klaim Bulan April-Mei 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah di bidang epidemiologi kecelakaan kerja.

1.5.2 Manfaat praktis

1. Bagi Peserta BPJS Ketenagakerjaan

Memberikan informasi mengenai hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai acuan penerapan dan pengembangan bidang keselamatan dan kesehatan kerja serta dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja.

2. Bagi Institusi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar

Memberikan informasi dan rekomendasi mengenai hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai acuan pengembangan informasi terkait kecelakaan kerja.

3. Bagi Peneliti

Meningkatkan dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya tentang kecelakaan kerja.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi Kecelakaan Kerja 2.1.1 Pengertian epidemiologi

Epidemiologi adalah studi mengenai apa yang menimpa penduduk, dalam arti luas dimaksudkan suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan, penyakit, dan perubahan penduduk, begitu juga determinan-determinan dan akibat yang terjadi pada kelompok penduduk (Budiono, 2003). Sedangkan menurut Last dalam artikel Murti (2011), epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan keadaan dan peristiwa terkait kesehatan pada populasi, dan penerapannya untuk mengendalikan masalah kesehatan. Jadi, epidemiologi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mempelajari faktor determinan dari penyakit akibat kerja dan kejadian kecelakaan kerja dan distribusinya pada masyarakat pekerja.

2.1.2 Konsep epidemiologi kecelakaan kerja

Ditinjau dari epidemiologi, kecelakaan kerja terjadi karena ketidakserasian antara tenaga kerja (host), pekerjaan (agent), dan lingkungan kerja (environment) (Tarigan, 2011) berikut penjabarannya:

1. Host, yaitu pekerja yang melakukan pekerjaan a. Umur

(26)

8

tetapi umur muda pun sering pula mengalami kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini bisa terjadi karena kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa. Orang-orang muda sering tidak memiliki tanggung jawab sebagaimana orang-orang yang berumur lebih tua dan cenderung untuk tidak berhati-hati.

Menurut International Labour Organization (ILO) dalam penelitian tarigan (2011), diungkapkan bahwa pekerja yang berumur muda lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Hal tersebut karena pekerja umur muda biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaanya. b. Jenis kelamin

Jenis kelamin juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Pekerja pria dan wanita memiliki perbedaan fisiologis dan psikologis. Antara pekerja pria dan wanita memiliki perbedaan daya tahan tubuh, ukuran tubuh, dan postur tubuh yang dapat mempengaruhi cara kerja. Dijelaskan pada penelitian Swaputri (2009), kasus wanita lebih banyak daripada pria karena secara anatomis, fisiologis, dan psikologis tubuh wanita dan pria memiliki perbedaan sehingga dibutuhkan penyesuaian dalam beban dan kebijakan kerja, diantaranya yaitu hamil dan haid.

2. Agent, yaitu pekerjaan a. Jenis (unit) pekerjaan

(27)

9

b. Peralatan bekerja

Peralatan bekerja yang digunakan oleh tenaga kerja juga berpengaruh terhadap risiko terjadinya kecelakaan kerja. Dengan peralatan yang tidak aman, nyaman, dan menimbulkan penyakit maka peralatan bekerja tersebut berdampak pada faktor penyebab kecelakaan kerja. Maka dari itu, semua peralatan kerja harus sesuai fungsinya dan tepat bagi orang yang mempergunakannya.

3. Environment, yaitu lingkungan kerja

Lingkungan kerja merupakan bagian cukup penting dari sebuah tempat kerja, karena lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tenaga kerja dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja.

2.2 Kecelakaan Kerja

2.2.1 Pengertian kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang sudah jelas tidak dikehendaki dan tidak terduga yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda, atau properti maupun korban jiwa yang terjadi dalam suatu proses kerja industri atau berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008). Kecelakaan kerja berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI no 609 tahun 2012 adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

(28)

10

2. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun materi;

3. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja;

Berdasarkan tempat kejadiannya kecelakaan kerja dapat dibagi menjadi 2 (dua) kategori utama yaitu:

1. Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu suatu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, karena adanya potensi bahaya yang tidak terkendali; 2. Kecelakaan di dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubugan kerja.

2.2.2 Sebab-sebab kecelakaan kerja

Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai fakor-faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses poduksi. Dari beberapa penelitian para ahli memberikan indikasi bahwa suatu kcelakaan kerja tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terjadi oleh suatu atau beberapa faktor penyebab kecelakaan sekaligus dalam suatu kejadian.

Meski banyak teori yang mengemukakan tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja, namun secara umum penyebab kecelakaan kerja menurut Tarwaka (2008) dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Sebab dasar atau asal mula

(29)

11

a. Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pemimpin perusahaan dalam upaya penerapan K3 di perusahaannya;

b. Manusia atau para pekerjanya sendiri; dan

c. Kondisi tempat kerja, sarana kerja, dan lingkungan kerja. 2. Sebab utama

Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan K3 yang belum dilaksanakan secara benar (substandards). Sebab utama kecelakaan kerja meliputi:

a. Faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman (Unsafe Action)

Faktor manusia yaitu tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin dilatarbelakangi oleh beberapa sebab antara lain:

 Kekurangan pengetahuan dan keterampilan (lack of knowledge

and skill);

 Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal (inadequate

capability);

 Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak (bodily

defect);

 Kelelahan dan kejenuhan (fatique and boredom);

 Sikap dan tingkah laku yang tidak aman (unsafe altitude and

habits);

 Kebingungan dan stress (confuse and stress) karena prosedur

kerja yang baru belum dapat dipahami;

 Belum menguasai/belum terampil dengan peralatan atau

(30)

12

 Penurunan konsentrasi (difficulty in concentrating) dari tenaga

kerja saat melakukan pekerjaan;

 Sikap masa bodoh (ignorance) dari tenaga kerja;

 Kurang adanya motivasi kerja (improrer motivation) dari tenaga

kerja;

 Kurang adanya kepuasan kerja (low job satisfaction);

 Sikap cenderung mencelakai diri sendiri; dll

Manusia sebagai faktor penyebab kecelakaan seringkali disebut sebagai “human error” dan sering disalah-artikan karena selalu dituduhkan sebagai penyebab terjadinya kecelakaan. Padahal sering kali kecelakaan terjadi karena kesalahan desain mesin dan peralatan kerja yang tidak sesuai.

b. Faktor lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman (unsafe conditions)

Faktor lingkungan yaitu kondisi tidak aman dari: mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses kerja, sifat pekerjaan, dan sistem kerja. Lingkungan dalam arti luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesame pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi. c. Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja

(31)

13

mengarah pada terjadinya kecelakaan kerja. Dengan demikian, penyediaan sarana kerja yang sesuai dengan kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan manusia, harus sudah dilaksanakan sejak desain sistem kerja. Suatu pendekatan yang holistic, sistemic, dan interdisiplinary harus diterapkan untuk mencapai hasil yang optimal, sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah.

2.2.3 Klasifikasi kecelakaan kerja

Menurut International Labour Organization (ILO) dalam buku Tarwaka (2008), kecelakaan kerja di industri dapat diklasifikasikan menurut jenis kecelakaan, agen penyebab atau objek kerja, jenis cidera atau luka dan lokasi tubuh yang terluka. Klasifikasi kecelakaan kerja di industri secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan a. Terjatuh

b. Tertimpa atau kejatuhan benda atau objek kerja

c. Tersandung benda atau objek, terbentur kepada benda, terjepit antara dua benda

d. Gerakan-gerakan paksa atau perenggangan otot berlebihan

e. Terpapar kepada atau kontak dengan benda panas atau suhu tinggi f. Terkena arus listrik

g. Terpapar kepada atau bahan-bahan berbahaya atau radiasi, dll. 2. Klasifikasi menurut agen penyebabnya

(32)

14

b. Sarana alat angkat dan angkut, seperti: for-lift, alat angkut kereta, alat angkut beroda selain kereta, alat angkut di perairan, alat angkut di udara, dll.

c. Peralatan-peralatan lain, seperti: bejana tekanan, tanur/dapur peleburan, instalansi listrik termasuk motor listrik, alat-alat tangan listrik, perkakas, tangga, perancah, dll.

d. Bahan-bahan berbahaya dan radiasi, seperti: bahan mudah meledak, debu, gas cairan, bahan kimia, radiasi, dll.

e. Lingkungan kerja, seperti: tekanan panas dan tekanan dingin, intensitas kebisingan tinggi, getaran, ruang di bawah tanah, dll.

3. Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya a. Patah tulang

b. Keseleo/dislokasi/terkilir c. Kenyerian otot dan kejang

d. Gagarotak dan luka bagian dalam lainnya e. Amputasi dan enukleasi

f. Luka tergores dan luka luar lainnya g. Memar dan retak

h. Luka bakar i. Keracunan akut

j. Aspixia atau sesak nafas k. Efek terkena arus listrik l. Efek terkena paparan radiasi

(33)

15

4. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka

a. Kepala; leher; badan; lengan; kaki; berbagai bagian tubuh b. Luka umum, dll.

2.2.4 Tingkat keparahan kecelakaan kerja

Berdasarkan pada standar Occupational Safety and Health Administration (OSHA) dalam penelitian Tarigan (2011), tingkat keparahan semua luka yang diakibatkan oleh kecelakaan dapat dibagi menjadi:

1. Perawatan ringan (first aid)

Perawatan ringan merupakan suatu tindakan atau perawatan terhadap luka kecil yang tidak memerlukan perawatan lebih atau perawatan medis (medical treatment) walaupun pertolongan pertama itu dilakukan oleh dokter atau paramedis. Perawatan ringan ini juga merupakan perawatan dengan kondisi luka ringan, bukan tindakan perawatan darurat dengan luka yang serius.

2. Perawatan medis (medical treatment)

Perawatan medis merupakan perawatan dengan tindakan atau perawatan untuk luka yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional seperti dokter ataupun paramedis.

3. Hari kerja yang hilang (lost work days)

(34)

16

a. Jumlah hari tidak bekerja (days away from work) yaitu semua hari kerja dimana sesorang pekerja tidak dapat mengerjakan setiap fungsi pekerjaannya karena kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya.

b. Jumlah hari kerja dengan aktivitas terbatas (days of restricted activities), yaitu semua kerja dimana seorang pekerja karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya, dialihkan sementara ke pekerjaan lain atau pekerja tetap bekerja pada tempatnya tetapi tidak dapat mengerjakan secara normal seluruh tugasnya. Untuk kedua kasus di atas, terdapat pengecualian pada hari saat kecelakaan atau saat terjadinya sakit, hari libur, cuti, dan hari istirahat.

4. Kematian (fatality)

Kematian merupakan sesuatu hal yang terjadi tanpa memandang waktu yang sudah berlalu antara saat terjadinya kecelakaan kerja ataupun sakit yang disebabkan oleh pekerjaan yang dideritanya dan saat korban meninggal.

2.2.5 Dampak akibat kecelakaan kerja

(35)

17

Secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja menurut Tarwaka (2008) adalah sebagai berikut:

1. Kerugian/biaya langsung (direct cost) yaitu suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari terjadinya kecelakaan sampai dengan tahap rehabilitasi, seperti:

a. Penderitaan yang dialami oleh tenaga kerja yang mendapat kecelakaan serta keluarganya;

b. Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan; c. Biaya pengobatan dan perawatan;

d. Biaya angkut dan biaya rumah sakit;

e. Biaya kompensasi pembayaran asuransi kecelakaan; f. Upah selama tidak mampu bekerja;

g. Biaya perbaikan peralatan yang rusak, dll.

2. Kerugian/biaya tidak langsung (indirect cost) yaitu kerugian yang tidak dapat dihitung secara langsung dan merupakan kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan, seperti:

a. Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mengalami kecelakaan;

b. Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain seperti rasa ingin tahu dan rasa simpati untuk membantu tenaga kerja yang mengalami kecelakaan;

c. Terhentinya proses prouksi untuk beberapa waktu, kegagalan dalam mencapai target produksi, kehilangan bonus, dll;

(36)

18

e. Munculnya stres dan ketegangan serta menurunnya mental dan moral tenaga kerja yang mengalami kecelakaan.

2.2.6 Pencegahan kecelakaan kerja

Setiap kecelakaan kerja jelas akan menyebabkan kerugian yang berdampak buruk bagi tenaga kerja maupun pihak-pihak lainnya. Menurut Suma’mur (2009), metoda analisis penyebab kecelakaan harus betul-betul diketahui dan diterapkan sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya kecelakaan, sangat penting dilakukan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja seperti mengidentifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin akan mengakibatkan insiden kecelakaan di perusahaan serta mengakses (assessment) besarnya risiko bahaya. Berikut merupakan beberapa pencegahan dari berbagai sektor, yaitu:

1. Sektor pemerintah

a. Menetapkan peraturan atau undang-undang untuk mengatur standar keamanan minimal;

b. Memantapkan pengawasan dan/atau inspeksi; c. Mengumpulkan data kecelakaan kerja.

2. Sektor pemilik dan manajemen

a. Membuat dan menerapkan kesepakatan kebijakan keamanan; b. Menerapkan program keamanan secara berkesinambungan;

c. Supervisi, review, dan implementasi program keamanan oleh staf manajemen.

3. Sektor serikat pekerja dan tenaga kerja

(37)

19

4. Sektor petugas keselamatan dan kesehatan kerja a. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja;

b. Kontribusi penetapan program keamanan kerja; c. Penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja; d. Analisis data kecelakaan kerja;

e. Advis perbaikan lingkungan kerja.

f. P3K dan rehabilitasi akibat kecelakaan kerja.

2.3 BPJS Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan merupakan salah satu salah satu institusi pelayanan publik dibidang jaminan sosial. BPJS Ketenagakerjaan yang sebelumnya adalah PT. Jamsostek (Persero) merupakan salah satu institusi pelayanan publik di bidang jaminan sosial. Sesuai dengan UU 24 Tahun 2011 tentang BPJS berubah nama menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak 1 Januari 2014. PT. Jamsostek (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan semua aset, liabilitas, serta hak dan kewajiban dari PT. Jamsostek (Persero) dialihkan kepada BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan merupakan milik badan hukum publik yang bertanggung jawab langsung pada presiden dengan prinsip nirlaba. Akan tetapi BPJS Ketenagakerjaan baru beroperasi penuh pada 1 Juli 2015.

(38)

20

manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pension, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap; (2) Jaminan Kematian (JKM) adalah manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja; (3) Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) adalah manfaat berupa uang tunai dan/atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja; (4) Jaminan Pensiun (JP) adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.

BPJS Ketenagakerjaan berbeda dengan BPJS Kesehatan akan tetapi sama-sama merupakan program pemerintah dalam kesatuan JKN yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. BPJS Kesehatan ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia dan mulai beroperasi sejak 1 Januari 2014.

BPJS Ketenagakerjaan dengan BPJS Kesehatan saling terikat untuk melakukan koordinasi pelayanan. Koordinasi pelayanan dengan program Jaminan Kesehatan Nasional memiliki prinsip yaitu:

a. BPJS Kesehatan tidak menjamin pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap Kecelakaan Kerja atau Penyakit Akibat Kerja (KK-PAK).

b. BPJS Ketenagakerjaan merupakan penjamin dari program jaminan KK-PAK.

(39)

21

d. Koordinasi pelayanan terkait mekanisme administrasi penjaminan peserta yang mengalami kecelakaan kerja dan/atau penyakit akibat kerja di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). e. Hak kelas peserta di BPJS Ketenagakerjaan adalah kelas I di Rumah

Sakit Pemerintah atau Rumah Sakit Swasta yang setara dan hak kelas peserta di BPJS Kesehatan sesuai dengan ketentuan hak rawat berdasarkan besaran iuran yang telah ditentukan maksimal kelas I. f. Peserta yang mendapatkan koordinasi pelayanan adalah peserta BPJS

Ketenagakerjaan yang juga merupakan peserta BPJS Kesehatan.

2.4 Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

2.4.1 Tata cara pendaftaran

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Jaminan Kematian Pasal 53, pemberi kerja selain penyelenggara negara pada skala usaha besar, menengah, kecil dan mikro yang bergerak di bidang usaha jasa konstruksi yang mempekerjakan pekerja harian lepas, borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu, wajib mendaftarkan pekerjanya dalam program JKK, JKM, dan JHT dengan mengisi formulir sebagai berikut:

 Formulir 1 yaitu pendaftaran perusahaan

 Formulir 1a yaitu pendaftaran pekerja

 Rekaptulasi rincian pembayaran iuran

 Rincian iuran pekerja

(40)

22

BPJS Ketenagakerjaan paling lambat 30 hari kerja sejak formulir pendaftaran diterima yang dibuktikan dengan tanda terima. BPJS Ketenagakerjaan juga wajib mengeluarkan nomor kepesertaan paling lambat 1 hari dan menerbitkan kartu kepersertaan paling lambat 7 hari sejak formulir pendaftaran diterima secara lengkap dan benar serta iuran pertama dibayar lunas kepada BPJS Ketenagakerjaan.

2.4.2 Kepesertaan

Setiap pemberi kerja selain penyelenggara negara dan setiap orang yang bekerja wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta dalam program JKK kepada BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peserta program JKK terdiri dari:

1. Peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara negara meliputi:

a. Pekerja pada perusahaan;

b. Pekerja pada orang perseorangan; dan

c. Orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. 2. Peserta bukan penerima meliputi:

a. Pemberi kerja;

b. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri; dan

c. Pekerja yang tidak termasuk huruf b yang bukan menerima upah. 2.4.3 Besar iuran jaminan kecelakaan kerja

(41)

23

dikelompokkan dalam 5 (lima) kelompok tingkat risiko lingkungan kerja, yaitu pada tabel berikut:

Tabel 2.1 besaran persentas iuaran jkk berdasarkan tingkatan risiko lingkungan kerja.

Besarnya iuran JKK bagi setiap perusahaan ditetapkan oleh BPJS Ketenagakerjaan dengan berpedoman pada kelompok tingkat risiko lingkungan kerja sebagaimana tercantum dalam lampiran pada PP No 44 tahun 2015 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah tersebut.

2.4.4 Ruang lingkup kecelakaan kerja

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 609 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja, suatu kasus dinyatakan kasus kecelakaan kerja apabila terdapat unsur ruda paksa yaitu cedera pada tubuh manusia akibat suatu peristiwa atau kejadian (seperti terjatuh, terpukul, tertabrak dan lain-lain) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Kecelakaan terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya melalui jalan yang biasa dilalui atau wajar dilalui. No. Tingkat risiko lingkungan

kerja

Besaran persentase

(42)

24

Pengertian kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja adalah sejak tenaga kerja tersebut keluar dari halaman rumah dan berada di jalan umum

2. Pengertian kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja mempunyai arti yang luas, sehingga sulit untuk diberikan batasan secara konkrit. Namun demikian sebagai pedoman dalam menentukan apakah suatu kecelakaan termasuk kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja dapat dilihat dari: a. Kecelakaan terjadi di tempat kerja;

b. Adanya perintah kerja dari atasan/pemberi kerja/pengusaha untuk melakukan pekerjaan;

c. Melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan kepentingan perusahaan; dan/atau

d. Melakukan hal-hal lain yang sangat penting dan mendesak dalam jam kerja atas izin atau sepengetahuan perusahaan.

3. Penyakit Akibat Kerja yang selanjutnya disingkat PAK (Occupational Disease) yaitu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja yang dalam Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 disebut Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.

Kondisi lain yang dapat dikategorikan sebagai kecelakaan kerja di luar ketentuan sebagaimana dimaksud di atas yaitu:

1. Pada hari kerja:

(43)

25

b. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan kerja lembur 2. Di luar waktu/jam kerja:

a. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melaksanakan aktivitas lain yang berkaitan dengan kepentingan perusahaan dan harus dibuktikan dengan surat tugas dari perusahaan. Contoh: melaksanakan kegiatan olahraga untuk menghadapi pertandingan 17 Agustus, pelatihan/diklat, darma wisata dan outbound yang dilaksanakan perusahaan sebagai kegiatan yang telah diagendakan oleh perusahaan.

b. Kecelakaan yang terjadi pada waktu yang bersangkutan sedang menjalankan cuti mendapat panggilan atau tugas dari perusahaan, maka perlindungannya adalah dalam perjalanan pergi dan pulang untuk memenuhi panggilan tersebut.

c. Kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan pergi dan pulang dari Base Camp atau anjungan yang berada di tempat kerja menuju ke tempat tinggalnya untuk menjalani istirahat.

d. Kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan pergi dan pulang melalui jalan yang biasa dilalui atau wajar bagi tenaga kerja yang setiap akhir pekan kembali ke rumah tempat tinggal yang sebenarnya (untuk tenaga kerja yang sehari-hari bertempat tinggal di rumah kost/mess/asrama dll). e. Penyakit akibat hubungan kerja/penyakit terkait kerja (work related

(44)

26

f. Meninggal mendadak di tempat kerja pada hakekatnya bukan kecelakaan kerja, namun karena kejadiannya sedang bekerja di tempat kerja, maka pemerintah memberikan suatu kebijakan perluasan perlindungan sehingga meninggal mendadak di tempat kerja dianggap sebagai kecelakaan kerja. Kepada yang bersangkutan diberikan jaminan kecelakaan kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2012 tentang perubahan Kedelapan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Untuk memperoleh jaminan kecelakaan kerja akibat meninggal mendadak di tempat kerja harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. tenaga kerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia tanpa melihat penyebab dari penyakit yang dideritanya.

b. tenaga kerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan penyakit kemudian langsung dibawa ke dokter/unit pelayanan kesehatan/rumah sakit dan tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam kemudian meninggal dunia.

2.4.5 Manfaat jaminan kecelakaan kerja

Peserta yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja berhak atas manfaat JKK. Manfaat JKK sebagaimana dimaksud pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian berupa:

(45)

27

b. perawatan tingkat pertama dan lanjutan;

c. rawat inap kelas I rumah sakit pemerintah, rumah sakit pemerintah daerah, atau rumah sakit swasta yang setara;

d. perawatan intensif; e. penunjang diagnostik; f. pengobatan;

g. pelayanan khusus;

h. alat kesehatan dan implan; i. jasa dokter/medis;

j. operasi;

k. transfusi darah; dan/atau l. rehabilitasi medik.

2. Santunan berupa uang meliputi:

a. penggantian biaya pengangkutan peserta yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja, ke rumah sakit dan/atau ke rumahnya, termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan;

b. santunan sementara tidak mampu bekerja;

c. santunan cacat sebagian anatomis, cacat sebagian fungsi, dan cacat total tetap;

d. santunan kematian dan biaya pemakaman;

e. santunan berkala yang dibayarkan sekaligus apabila peserta meninggal dunia atau cacat total tetap akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja;

(46)

28

g. penggantian biaya gigi tiruan; dan/atau

h. beasiswa pendidikan anak sebesar Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) bagi setiap peserta yang meninggal dunia atau cacat total tetap akibat kecelakaan kerja.

3. Program Kembali Bekerja (Return to Wowk) berupa pendampingan kepada peserta yang mengalami kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang berpotensi mengalami kecacatan, mulai dari peserta masuk perawatan di rumah sakit sampai peserta tersebut dapat kembali bekerja.

4. Kegiatan promotif dan preventif untuk mendukung terwujudnya keselamatan dan kesahatan kerja dan penyakit akibat kerja.

2.4.6 Tata cara pelaporan jaminan kecelakaan kerja

Sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 tahun 2015 yang dituangkan dalam BAB III yaitu tentang tata cara pelaporan dan penetapan jaminan kecelakaan kerja dengan Pasal 7 yaitu pemberi kerja selain penyelenggara negara wajib melaporkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja yang menimpa tenaga kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan dan instansi setempat yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan. Laporan JKK dibagi menjadi dua tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap I

(47)

29

2. Tahap II

Peserta dan atau pemberi kerja wajib melaporkan akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan dan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat tidak lebih dari 2x24 jam sejak pekerja dinyatakan sembuh, cacat, atau meninggal dunia sebagai laporan tahap II, ditambah dengan peserta yang masih melakukan perawatan di Rumah Sakit yang bekerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan. Laporan tahap II berdasarkan surat keterangan dokter yang menerangkan bahwa:

a. Keadaan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) telah berakhir; b. Cacat total tetap untuk selamanya;

c. Cacat sebagian anatomis; d. Cacat sebagian fungsi; atau e. Meninggal dunia.

Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekaligus merupakan pengajuan manfaat JKK kepada BPJS Ketenagakerjaan dengan melampirkan persyaratan yang meliputi:

a. Fotokopi kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan; b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);

c. Surat keterangan dokter yang memeriksa/merawat dan/atau dokter penasehat;

d. Kuitansi biaya pengangkutan;

Gambar

Tabel 2.1 besaran persentas iuaran jkk berdasarkan tingkatan risiko lingkungan kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Memiliki dampak yang mengganggu kinerja Perangkat Daerah, terkait data pribadi Terbatas Biasa/Terbuka Tidak memiliki dampak yang menggangu kinerja Perangkat Daerah

Cara pengisian formulir RL4b untuk setiap jenis penyakit adalah SAMA yaitu diisi dengan jumlah banyaknya kasus baru (menurut golongan umur dan seks) serta jumlah

dalam membuat program IPE.; Masih sedikit yang membuat review literature , mempunyai dampak kekurangan pengetahuan, dan evaluasi pengetahuan perilaku, dan berhubungan

ANALISIS TREND KECELAKAAN KERJA KARYAWAN UNTUK PENGAMBILAN KEBIJAKAN PADA PESERTA BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR CABANG MEDAN BELAWAN TESIS OLEH ADRIANI SINAGA 157019054 / IM MAGISTER

Wawancara dalam penelitian ini adalah komunikasi antar dua orang untuk memperoleh informasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu

kebijakan bagi industri adalah membuat pengadaan APD, membuat pelatihan, pemberian sanksi jika pekerja melakukan kesalahan dalam bekerja, pemantauan dan perawatan

Sedangkan strategi melihat dari sudut pandang berbeda digunakan untuk meyelesaikan soal non rutin materi akar pangkat tinggi dengan cara penerapan sifat eksponen; (2)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi siswa terhadap kompetensi profesional guru dan kompetensi pedagogik-didaktikal dalam bidang literasi media