1 A. Latar Belakang Masalah
Manusia pada umumnya mempunyai kecendurungan ingin tahu akan segala sesuatu. Disamping itu sebagai makhluk sosial manusia juga memberitahukan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Dalam hal ini perangkat yang dibutuhkan untuk menunjang proses berkomunikasi dan memperoleh informasi adalah sebuah sistem bahasa. Selain itu bahasa juga digunakan sebagai alat penerus dan pengembang kebudayaan. Melalui bahasa nilai-nilai dalam masyarakat dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dengan bahasa pula ilmu dan teknologi dikembangkan. Selain itu bahasa Indonesia juga merupakan bahasa kesatuan yang mempersatukan beragam suku di indonesia yang memiliki keragaman bahasa yang berbeda-beda. Maka dari itu bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan harus dikuasai oleh setiap manusia agar mampu berkomunikasi secara baik dan lancar.
Bahasa merupakan suatu proses berbicara manusia yang berasal dari pantomime mulut. Teori ini disebut teori quasi ilmiah Mario Pei (dalam Kosadi Hidayat 2000:7). Dalam proses pembelajaran saat ini semua materi pembelajaran kecuali mata pelajaran bahasa daerah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Maka dari itu kemampuan anak-anak dalam berbahasa Indonesia yang memadai akan mempermudah mereka untuk bisa memahami, menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran yang diberikan sehingga untuk mencapai prestasi belajarpun akan semakin mudah.
Membaca merupakan melafalkan lambang-lambang atau huruf-huruf bahasa tulis. Dengan demikian membaca adalah mengidentifikasikan simbol-simbol dan mengasosiasikannya dengan makna. Membaca juga dapat diterjemahkan sebagai proses mengidentifikasi dan komprehensi yang menelusuri pesan yang disampaikan melalui sistem bahasa tulis. Tarigan (dalam Dalman 2013: 9).
Dalam pembelajaran membaca, belajar membaca harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan membaca yaitu memahami secara detail dan menyeluruh isi bacaan, menangkap ide pokok atau gagasan utama buku secara cepat (waktu terbatas), mendapatkan informasi tentang sesuatu, mengenai makna-makna kata, ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi, dan ingin mendapat keterangan tentang pendapat seseorang atau ahli. Dalman (2013: 11).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, keterampilan membaca belum dapat dikuasai dengan baik oleh siswa kelas I SD Negeri Singopuran 2 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil tes membaca siswa secara individual yang dilakukan oleh guru. Dari 15 siswa kelas I, terdapat 8 siswa yang mampu membaca dengan baik. Sebagian siswa belum menguasai struktur sebuah kalimat yang dibacanya (kalimat, kata, suku kata, serta huruf).
Keterampilan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai keterampilan yang mendasari kemampuan membaca berikutnya maka keterampilan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru. Sebab, jika dasar membaca permulaan tidak kuat, maka pada tahap membaca lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.
membaca permulaan agar di tahap membaca lanjutan atau pemahaman tidak ada kesulitan, apabila seorang guru tidak bisa bersungguh-sungguh maka untuk mencapai hal tersebut sangatlah sulit.
Peningkatan kemampuan membaca permulaan dalam belajar mengajar, berhubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pembelajaran yaitu (1) faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, (2) faktor intelektual metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru dan siswa, (3) faktor lingkungan meliputi latar belakang dan pengalaman siswa di rumah, dan sosial ekonomi keluarga siswa, serta (4) faktor psikologis meliputi motivasi siswa, minat, kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri. Farida (2007: 16-29).
Agar dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan anak pada siswa kelas I pada jenjang pendidikan dasar, maka diperlukan metode pembelajaran bahasa secara khusus. Salah satu metode pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan membaca pada anak sekolah dasar adalah metode Struktural Analitik Sintetik (SAS).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka disusun perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada siswa kelas I SDN Singopuran 2 Kartasura?
2. Bagaimanakah pelaksanaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dari siklus ke siklus dalam upaya meningkatkan kwalitas guru di SDN Singopuran 2 Kartasura?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada siswa kelas 1 SDN Singopuran 2 Kartasura.
2. Meningkatkan kwalitas guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Secara Teoritis
Berdasarkan teori yang sudah dijelaskan oleh para ahli, penelitian ini dapat menyumbangkan pikiran mengenai keterampilan membaca dengan metode SAS sehingga mampu melengkapi teori yang sudah ada.
2. Secara Praktis a. Bagi siswa
b. Bagi guru
Menjadi acuan dalam penerapan strategi pembelajaran Bahasa Indonesia yang tepat dan sesuai dalam mengatasi masalah pembelajaran.
c. Bagi sekolah
Mengembangkan wawasan baru tentang pembelajaran membaca permulaan dengan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS), sehingga dapat dipakai sebagai pijakan untuk pembenahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan.
d. Bagi peneliti