• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON GEOPOLYMER DENGAN Tinjauan Kuat Lentur Pelat Beton Geopolymer Dengan Tulangan Bilah Bambu Yang Dirangkai Dan Di Perkuat Kawat Galvanis Menyilang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON GEOPOLYMER DENGAN Tinjauan Kuat Lentur Pelat Beton Geopolymer Dengan Tulangan Bilah Bambu Yang Dirangkai Dan Di Perkuat Kawat Galvanis Menyilang."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON

GEOPOLYMER

DENGAN

TULANGAN BILAH BAMBU YANG DIRANGKAI DAN DIPERKUAT

KAWAT GALVANIS MENYILANG

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Teknik Sipil Fakultas Teknik

oleh:

FRENDA RAHABISTARA

D 100 100 053

(2)

2

HALAMAN PERSETUJUAN

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON

GEOPOLYMER

DENGAN

TULANGAN BILAH BAMBU YANG DIRANGKAI DAN DIPERKUAT

KAWAT GALVANIS MENYILANG

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

FRENDA RAHABISTARA

D 100 100 053

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON

GEOPOLYMER

DENGAN

TULANGAN BILAH BAMBU YANG DIRANGKAI DAN DIPERKUAT

KAWAT GALVANIS MENYILANG

oleh

FRENDA RAHABISTARA

D 100 100 053

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari 20, April 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1.

Ir. Aliem Sudjatmiko, M.T.

( ... )

(Ketua Dewan Penguji)

2.

Basuki, S.T, M.T.

( ... )

(Anggota I Dewan Penguji)

3.

Ir. Suhendro Trinugroho, M.T.

( ... )

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

(4)
(5)

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON GEOPOLYMER DENGAN TULANGAN BILAH BAMBU YANG DIRANGKAI DAN DIPERKUAT KAWAT GALVANIS MENYILANG

Abstrak

Geopolymer merupakan material ramah lingkungan yang biasa dikembangkan sebagai alternatif pengganti beton semen di masa mendatang. Karena, material ini tersusun dari sintesa bahan-bahan alam non organik melalui proses polimerisasi. Bahan dasar utama pembuatan beton geopolymer, adalah bahan yang banyak mengandung silikon dan alumunium. Unsur-unsur ini, diantaranya banyak terdapat pada material buangan hasil sampingan industri, seperti abu terbang (fly ash) sisa pembakaran batu bara. Untuk melarutkan unsur-unsur silikon dan alumunium, serta memungkinkan terjadinya reaksi kimiawi, digunakan larutan bersifat alkalis. Disaat yang sama kebutuhan penggunaan beton bertulang utamanya tulangan baja juga semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan tulangan baja ini akan menimbulkan kenaikkan harga sehingga menjadi mahal dan langka. Adapun alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti tulangan beton salah satunya adalah bambu. keunggulan spesifik pada bambu yaitu serat bambu memiliki kekuatan tarik yang tinggi. Alkaline aktivator yang digunakan dalam penelitian ini berupa Na2SiO3 (sodium silikat) dan NaOH (sodium hidroksida) konsentrasi 8M. Variasi agregat dan binder (fly ash dan aktivator) = 80% : 20%, serta perbandingan aktivator Na2SiO3 : NaOH = 4 : 2. Bambu yang digunakan berupa bambu ori yang dirangkai. Metode perawatan beton geopolymer dengan cara didiamkan dalam suhu ruangan, sedangkan beton normal dengan cara direndam dalam air. Pengujian dilakukan saat beton berumur 28 hari. Untuk penelitian ini dilakukan pengujian kuat tekan beton normal dan geopolymer berbentuk silinder dengan f’c masing-masing sebesar 19,919 MPa dan 12,864 MPa. Ukuran bambu yang digunakan adalah lebar 2 cm dan tinggi 0,8 cm, kawat galvanis berukuran Ø 1,02 mm dan Ø 1,29 mm, dan pelat beton berukuran 60 cm x 60 cm x 8 cm. Hasil penelitian yang didapat, yaitu momen lentur maksimal pelat beton normal dan geopolymer bertulangan baja masing-masing 3,514 kN.m dan 1,994 kN.m, momen lentur maksimal pelat beton normal dan geopolymer bertulang bilah bambu yang dirangkai sebesar 3,295 kN.m dan 1,751 kN.m, momen lentur maksimal pelat beton normal dan geopolymer bertulang bilah bambu yang dirangkai dengan kawat galvanis Ø 1,02 mm sebesar 3,369 kN.m dan 1,825 kN.m, dan momen lentur maksimal pelat beton normal dan geopolymer bertulang bilah bambu yang dirangkai dengan kawat galvanis Ø 1,29 mm sebesar 3,372 kN.m dan 1,885 kN.m. Dari hasil perbandingan tersebut menunjukkan kuat lentur beton normal masih lebih tinggi dari beton geopolymer hal ini bisa disebabkan karena campuran binder aktivator yang belum optimal.

Kata kunci : Geopolymer, Fly Ash, Alkaline Aktivator, Bambu, Kawat Galvanis, Pelat Beton, Momen Lentur Pelat.

Abstracts

(6)

6

ratio of activator Na2SiO3 : NaOH = 4 : 2. Bamboo is used in the form of bamboo ori strung together. Geopolymer concrete treatment methods in a way allowed to stand at room temperature, whereas normal concrete by soaking in water. Tests done when the concrete was only 28 days. For this research, testing concrete compressive strength geopolymer normal and cylindrical with f'c respectively 19.919 MPa and 12.864 MPa. The size of the bamboo used is 2 cm wide and 0.8 cm high, sized galvanized wire Ø 1.02 mm and Ø 1.29 mm, and a concrete slab measuring 60 cm x 60 cm x 8 cm. Research results obtained, that is maximum bending moment of normal concrete plate steel reinforcement and steel reinforcement geopolymer respectively 3.514 kN.m and 1.994 kN.m, maximum bending moment and the normal concrete plate of reinforced geopolymer bamboo assembled at 3.295 kN.m and 1.751 kN.m, maximum bending moment and the normal concrete plate of reinforced geopolymer bamboo assembled together with galvanized wire Ø 1.02 mm by 3.369 kN.m and 1.825 kN.m, and maximum bending moment and the normal concrete plate of reinforced geopolymer bamboo assembled together with galvanized wire Ø 1.29 mm by 3.372 and 1.885 kN.m kN.m. From the results of this comparison shows the flexural strength of normal concrete is still higher than it geopolymer concrete could be due to a mixture of binders activators are not optimal

Keywords : Geopolymer, Fly Ash, Alkaline Activator, Bamboo, Galvanized Wire, Plates Concrete, Plate Bending Momen.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhir-akhir ini beton SP makin sering mendapatkan kritik. karena emisi gas rumah kaca (karbon dioksida) yang dihasilkan pada proses produksi semen. Sebagai terobosan baru, kini berhasil ditemukan jenis material beton baru “Geopolymer” yang konon lebih ramah lingkungan. Karena, material ini tersusun dari sintesa bahan-bahan alam non organik melalui proses polimerisasi (Davidovits, 1999). Selama ini, karena ukuran partikelnya yang kecil dan mudah berterbangan di udara, abu terbang (fly ash) lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan timbunan. Kalau penimbunannya dilakukan sembarangan, akan berpotensi mengancam kelestarian lingkungan. Karena, partikel partikel logam berat yang dikandungnya dengan mudah larut mencemari sumber-sumber air. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi menimbulkan dibangunnya konstruksi-konstruksi besar, baik sarana transportasi, pelabuhan, gedung-gedung tinggi dan lain-lain.

Kebutuhan penggunaan beton bertulang utamanya tulangan baja sebagai komponen utama dalam pembangunan perumahan akan semakin meningkat pula. Peningkatan kebutuhan tulangan baja ini akan menimbulkan kenaikkan harga sehingga menjadi mahal dan langka. Hal tersebut dapat terjadi karena ketersediaan bahan bijih besi di alam akan semakin menipis dan suatu saat akan habis, dikarenakan unsur bahan mentah bijih besi ini merupakan bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui. Oleh sebab itulah perlu diupayakan mencari alternatif baru pengganti tulangan baja pada beton. Adapun alternatif lain sebagai pengganti tulangan beton tersebut, diantaranya adalah bambu.

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat suatu perumusan masalah sebagai berikut : (1) Berapa besarkah kuat lentur plat beton geopolymer bertulangan baja dengan plat beton geopolymer

bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis menyilang.

(2) Seberapa besar perbedaan kuat lentur plat beton normal dengan plat beton geopolymer bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis menyilang.

(7)

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Melakukan analisis kuat lentur plat beton geopolymer pracetak bertulangan baja dengan plat beton geopolymer pracetak bertulangan bilah bambu yang dirangkai.

(2) Mengetahui perbedaan kuat lentur plat beton normal pracetak dengan plat beton geopolymer bertulangan bilah bambu yang dirangkai.

(3) Mengetahui perbedaan kuat lentur yang dihasilkan dari pengujian dan kuat lentur yang didapat dari perhitungan secara teoritis.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Manfaat secara teoritis, dapat memberikan analisis secara ilmiah tentang perbandingan kuat tekan dan kuat lentur plat beton pracetak bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan plat beton geopolymer pracetak bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat dengan kawat galvanis yang dipasang secara menyilang.

 Manfaat secara praktis, dapat memberikan alternatif bambu sebagai pengganti penulangan memanjang (lentur) pada plat beton geopolymer pracetak bertulang, dan juga abu terbang sebagai pengganti semen yang dapat mengurangi polusi udara, yang dimungkinkan akan memberikan efisiensi biaya.

2. METODE

Penelitian yang dilakukan ini mengambil judul “Tinjauan Kuat Lentur Plat Beton Geopolymer

Dengan Tulangan Bilah Bambu Yang Dirangkai Dan Diperkuat Kawat Galvanis Menyilang” penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penelitian ini direncanakan dalam 6 tahapan, yaitu : Tahap I : Persiapan bahan-bahan dan alat penelitian.

Tahap ini merupakan tahap persiapan yang meliputi pengadaan semua bahan yang akan digunakan dalam pembuatan beton, dan mempersiapkan semua alat penelitian.

Tahap II : Pemeriksaan kualitas bahan-bahan penelitian.

Tahap kedua ini melakukan pemeriksaan agregat yang akan digunakan dalam pembuatan beton, pemeriksaan agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil) meliputi kandungan organik pada pasir, kandungan lumpur, dan keausan agregat. Pada fly ash dilakukan pengujian kandungan kimia yang terdapat pada fly ash tersebut. Sedangkan untuk air dilakukan pemeriksaan secara visual.

Tahap III : Perencanaan campuran beton.

Pada tahap ini dilakukan perencanaan campuran (mix design) untuk pembuatan adukan beton per sampel mengacu pada penelitian sebelumnya Januarti Jaya Ekaputri dan Triwulan (2007). Tahap IV: Pembuatan benda uji.

Pada tahap ini dilakukan pembuatan benda uji yang meliputi benda uji silinder, plat beton geopolymer bertulangan baja, plat beton geopolymer bertulangan bilah bambu yang dirangkai, dan plat beton geopolymer bertulangan bambu yang dirangkai dan diperkuat dengan kawat galvanis.

Tahap V : Pengujian kuat tekan silinder dan kuat lentur plat.

pada tahap ini setelah beton mencapai umur 28 hari, beton dilepaskan dari cetakan dan dilakukan pengujian. Silinder di uji kuat tekan dan semua plat beton bertulang dilakukan pengujian kuat lentur.

Tahap VI : Analisis data, pembahasan, pembuatan kesimpulan dan saran.

(8)
[image:8.595.121.526.71.276.2]

8

Gambar IV.26. Diagram Alir Mix Design Beton Geopolymer

3. HASILDANPEMBAHASAN

Prosentase selisih momen lentur antara pelat beton normal bertulangan baja dan bertulangan bilah bambu yang dirangkai dengan pelat beton geopolymer bertulangan baja dan bertulangan bilah bambu yang dirangkai.

a. Kuat lentur pelat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan baja yang didapat sebesar 3,514 kN.m dan Kuat lentur pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan baja yang didapat sebesar 1,994 kN.m, terjadi penurunan sebesar 1,520 kN.m dan prosentase selisih momen lentur antara pelat beton normal bertulangan baja dan pelat beton geopolymer bertulangan baja sebesar 43,255 %. b. Kuat lentur pelat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai

sebesar 3,295 kN.m dan Kuat lentur pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai sebesar 1,751 kN.m, terjadi penurunan sebesar 1,544 kN.m dan prosentase selisih momen lentur antara pelat beton normal bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan pelat beton geopolymer bertulangan bilah bambu yang dirangkai sebesar 46,859 %.

c. Kuat lentur pelat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,02 mm sebesar 3,369 kN.m dan Kuat lentur pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,02 mm sebesar 1,825 kN.m, terjadi penurunan sebesar 1,544 kN.m dan prosentase selisih momen lentur antara pelat beton normal bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,02 mm dengan pelat beton geopolymer bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,02 mm sebesar 45,830 %.

d. Kuat lentur pelat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,29 mm sebesar 3,372 kN.m dan Kuat lentur pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,29 mm sebesar 1,885 kN.m, terjadi penurunan sebesar 1,487 kN.m dan prosentase selisih momen lentur antara pelat beton normal bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,29 mm dengan pelat beton geopolymer bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,29 mm sebesar 44,098 %.

Dari hasil data yang didapat menunjukkan bahwa prosentase selisih antara pelat beton normal bertulang dengan pelat beton geopolymer bertulang < 50%, maka beton geopolymer layak diperhitungkan sebagai alternatif pengganti beton normal yang menggunakan semen

80% Agregat

Agregat kasar : halus = 2 : 1

29% Aktivator 71% Fly ash

Na2SiO3 : NaOH 4 : 2

Plat Beton Geopolymer ukuran (60x60x8) cm3

(9)

3.1 Persamaan

(1) Kuat Tekan =

(2) Mpengujian = x q x L2 + x p x L

(3) n = V x M

[image:9.595.71.504.79.707.2]

3.2 Gambar dan Tabel

Tabel 1. Hasil perbandingan momen lentur maksimal pengujian dan momen lentur analisis pada plat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm)

Benda Uji

Mlentur uji

Mlentur analisis Selisih

Prosentase selisih (kN.m) (kN.m) (kN.m) (%)

Plat beton geopolymer

tulangan baja 1,994 6,005 4,011 201,197

Plat beton geopolymer

tulangan bambu 1,751 2,896 1,145 57,441

Plat beton geopolymer tulangan bambu + kawat 1,02 mm

1,825 3,044 1,218 61,105

Plat beton geopolymer tulangan bambu + kawat 1,29 mm

1,885 2,986 1,100 55,186

Gambar 1. Perbandingan momen lentur maksimal pengujian dan analisis pada plat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm)

A

P

maks

1,994

1,751 1,825 1,885 6,005

2,896 3,044 2,986

0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000

Tulangan baja Tulangan bilah bambu yang

dirangkai

Tulangan bilah bambu yang dirangkai + kawat

1.02 mm

Tulangan bilah bambu yang dirangkai + kawat

1.29 mm

Mom

en

L

en

tur

(

k

N.m

)

(10)

10

Tabel 2. Hasil perbandingan momen lentur maksimal pengujian dan momen lentur analisis pada plat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm)

Benda Uji

Mlentur uji

Mlentur analisis

Selisih Prosentase selisih

(kN.m) (kN.m) (kN.m) (%)

Plat beton normal tulangan

baja 3,514 6,439 2,295 83,248

Plat beton normal tulangan

bambu 3,295 2,981 0,314 8,935

Plat beton normal tulangan

bambu + kawat 1,02 mm 3,369 3,138 0,231 6,578

Plat beton normal tulangan

bambu + kawat 1,29 mm 3,372 3,076 0,296 8,425

Gambar 2. Perbandingan momen lentur maksimal pengujian dan analisis pada plat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm)

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Besarnya Momen lentur maksimal pelat berdasarkan hasil pengujian.

a. Pelat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan baja biasa sebesar 3,514 kN.m dan Pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan baja biasa sebesar 1,994 kN.m.

b. Pelat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai sebesar 3,295 kN.m dan Pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai sebesar 1,751 kN.m.

c. Pelat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai dengan penambahan kawat Ø 1,02 mm sebesar 3,369 kN.m dan Pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm

3,514

3,295 3,369 3,372 6,439

2,981 3,138 3,076

0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000

Tulangan baja Tulangan bilah bambu yang

dirangkai

Tulangan bilah bambu yang dirangkai + kawat

1.02 mm

Tulangan bilah bambu yang dirangkai + kawat

1.29 mm

M

om

en

L

en

tur

(

k

N.m

)

[image:10.595.101.499.100.551.2] [image:10.595.117.482.347.554.2]
(11)

x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai dengan penambahan kawat Ø 1,02 mm sebesar 1,825 kN.m.

d. Pelat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai dengan penambahan kawat Ø 1,29 mm sebesar 3,372 kN.m dan Pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai dengan penambahan kawat Ø 1,29 mm sebesar 1,885 kN.m.

2. Prosentase selisih momen lentur antara pelat beton normal bertulangan baja dan bertulangan bilah bambu yang dirangkai dengan pelat beton geopolymer bertulangan baja dan bertulangan bilah bambu yang dirangkai.

e. Kuat lentur pelat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan baja yang didapat sebesar 3,514 kN.m dan Kuat lentur pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan baja yang didapat sebesar 1,994 kN.m, terjadi penurunan sebesar 1,520 kN.m dan prosentase selisih momen lentur antara pelat beton normal bertulangan baja dan pelat beton geopolymer bertulangan baja sebesar 43,255 %.

f. Kuat lentur pelat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai sebesar 3,295 kN.m dan Kuat lentur pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai sebesar 1,751 kN.m, terjadi penurunan sebesar 1,544 kN.m dan prosentase selisih momen lentur antara pelat beton normal bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan pelat beton geopolymer bertulangan bilah bambu yang dirangkai sebesar 46,859 %. g. Kuat lentur pelat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai

dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,02 mm sebesar 3,369 kN.m dan Kuat lentur pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,02 mm sebesar 1,825 kN.m, terjadi penurunan sebesar 1,544 kN.m dan prosentase selisih momen lentur antara pelat beton normal bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,02 mm dengan pelat beton geopolymer bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,02 mm sebesar 45,830 %.

h. Kuat lentur pelat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,29 mm sebesar 3,372 kN.m dan Kuat lentur pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,29 mm sebesar 1,885 kN.m, terjadi penurunan sebesar 1,487 kN.m dan prosentase selisih momen lentur antara pelat beton normal bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,29 mm dengan pelat beton geopolymer bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,29 mm sebesar 44,098 %.

Dari hasil data yang didapat menunjukkan bahwa prosentase selisih antara pelat beton normal bertulang dengan pelat beton geopolymer bertulang < 50%, maka beton geopolymer layak diperhitungkan sebagai alternatif pengganti beton normal yang menggunakan semen.

3. Prosentase selisih momen lentur pada pelat beton normal bertulangan baja dengan pelat beton normal bertulangan bilah bambu yang dirangkai.

a. Kuat lentur yang terjadi pada pelat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan baja adalah sebesar 3,514 kN.m.

b. Kuat lentur pelat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai menghasilkan kapasitas secara pengujian sebesar 3,295 kN.m, hal ini menunjukkan penurunan 6,232% terhadap pelat beton normal bertulangan baja.

(12)

12

d. Kuat lentur pelat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,29 mm menghasilkan kapasitas secara pengujian sebesar 3,372 kN.m, hal ini menunjukkan penurunan 4,041% terhadap pelat beton normal bertulangan baja.

Dari hasil data yang didapat menunjukkan bahwa seluruh prosentase selisih momen lentur pada pelat beton normal bertulangan bilah bambu yang dirangkai terhadap pelat beton normal bertulangan baja < 10%, maka dapat diasumsikan bahwa penurunan momen lentur yang terjadi relatif kecil.

4. Prosentase selisih momen lentur pada pelat beton geopolymer bertulangan baja dengan pelat beton geopolymer bertulangan bilah bambu yang dirangkai.

a. Kuat lentur yang terjadi pada pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan baja adalah sebesar 1,994 kN.m.

b. Kuat lentur pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai menghasilkan kapasitas secara pengujian sebesar 1,751 kN.m, hal ini menunjukkan penurunan 12,161% terhadap pelat beton geopolymer bertulangan baja.

c. Kuat lentur pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,02 mm menghasilkan kapasitas secara pengujian sebesar 1,825 kN.m, hal ini menunjukkan penurunan 8,445% terhadap pelat beton geopolymer bertulangan baja.

d. Kuat lentur pelat beton geopolymer (60 cm x 60 cm x 8 cm) bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,29 mm menghasilkan kapasitas secara pengujian sebesar 1,885 kN.m, hal ini menunjukkan penurunan 5,436% terhadap pelat beton geopolymer bertulangan baja.

Dari hasil data yang didapat menunjukkan bahwa seluruh prosentase selisih momen lentur pada pelat beton geopolymer bertulangan bilah bambu yang dirangkai terhadap pelat beton geopolymer bertulangan baja < 13%, maka dapat diasumsikan bahwa penurunan momen lentur yang terjadi relatif kecil.

5. Perbandingan momen lentur pengujian dengan momen lentur analisis.

a. Pada pelat beton normal bertulangan baja Mlentur uji rata-rata sebesar 3,514 kN.m sedangkan Mlentur

analisis rata-rata diperoleh sebesar 6,439 kN.m. Dengan demikian momen pada pengujian lebih kecil dari pada momen analisis yaitu mengalami penurunan sebesar 2,295 kN.m.

b. Pada pelat beton geopolymer bertulangan baja Mlentur uji rata-rata sebesar 1,994 kN.m sedangkan Mlentur analisis rata-rata diperoleh sebesar 6,005 kN.m. Dengan demikian momen pada pengujian lebih kecil dari pada momen analisis yaitu mengalami penurunan sebesar 4,011 kN.m.

c. Pelat beton normal bertulangan bilah bambu yang dirangkai Mlentur uji rata-rata sebesar 3,295 kN.m sedangkan Mlentur analisis rata-rata diperoleh sebesar 2,981 kN.m. Dengan demikian momen pada pengujian lebih kecil dari pada momen analisis yaitu mengalami penurunan sebesar 0,314 kN.m. d. Pelat beton geopolymer bertulangan bilah bambu yang dirangkai Mlentur uji rata-rata sebesar 1,751

kN.m sedangkan Mlentur analisis rata-rata diperoleh sebesar 2,896 kN.m. Dengan demikian momen pada pengujian lebih kecil dari pada momen analisis yaitu mengalami penurunan sebesar 1,145 kN.m.

e. Pelat beton normal bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,02 mm Mlentur uji rata-rata sebesar 3,369 kN.m sedangkan Mlentur analisis rata-rata diperoleh sebesar 3,138 kN.m. Dengan demikian momen pada pengujian lebih besar dari pada momen analisis yaitu mengalami peningkatan sebesar 0,231 kN.m.

(13)

g. Pelat beton normal bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,29 mm Mlentur uji rata-rata sebesar 3,372 kN.m sedangkan Mlentur analisis rata-rata diperoleh sebesar 3,076 kN.m. Dengan demikian momen pada pengujian lebih kecil dari pada momen analisis yaitu mengalami penurunan sebesar 0,296 kN.m.

h. Pelat beton geopolymer bertulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis Ø 1,29 mm Mlentur uji rata-rata sebesar 1,885 kN.m sedangkan Mlentur analisis rata-rata diperoleh sebesar 2,986 kN.m. Dengan demikian momen pada pengujian lebih kecil dari pada momen analisis yaitu mengalami penurunan sebesar 1,100 kN.m.

6. Tulangan bilah bambu yang dirangkai dan diperkuat kawat galvanis menyilang dapat menjadi alternatif pengganti tulangan baja pada pelat beton pracetak.

DAFTAR PUSTAKA

ACI 232.2R-03, 2003,

Use of Fly Ash in Concrete

. Dilaporkan oleh ACI Committee 232,

American Concrete Institute, Farmington Hills, Michigan.

Anonim., 1984.

Penyelidikan Bambu Untuk Tulangan Beton

,

Direktorat Penyelidikan Masalah

Bangunan

, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.

Asroni, A., 1997.

Struktur Beton 1

(

Balok dan Plat Beton Bertulang

), Jursan Teknik Sipil Fakultas

Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Asroni, A., 2001.

Struktur Beton Lanjut

, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas

Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Davidovits, J., 1999,

Chemistry of Geopolymer System

,

Terminology

. Paper presented at the

Geopolymer ’99

International Conference, Saint-Quentin, France.

Ekaputri, J. J, Triwulan dan Damayanti O., 2007,

Sifat Mekanik Beton Geopolymer Berbahan Dasar Fly Ash Jawa Power Paiton sebagai Material Alternatif

, Jurnal PONDASI, vol 13

no 2 hal.124-134.

Fitriani, Dian R., 2010,

Pengaruh Modulus Alkali dan Kadar Aktivator Terhadap Kuat Tekan Fly Ash-Based Geopolymer

, Skripsi Sarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Hardjito, D. and Rangan, B. V., 2005,

Development and properties of low-calcium Fly Ash-based geopolymer Concrete

, Research Report GC 1 Faculty of Engineering Curtin University of

Technology Perth, Australia.

Manuahe Riger, 2014.

Kuat tekan Beton Geopolymer Berbahan Dasar Abu Terbang

(

Fly Ash

).

Skripsi Program S1 Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Morisco, 999. “Rekayasa Bambu”, Nafiri, Offset, Yogyakarta.

Mulyono, T., 2003.

Teknologi Beton

, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Mulyono, T., 2004.

Teknologi Beton

, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Mulyono, T., 2005.

Teknologi Beton

, C.V. Andi Offset, Yogyakarta.

(14)

14

Palomoet. al., 1999

, Alkali-activated Fly Ash Cement for Future

,

Cement and Concrete Research

,

29(8) : 1323-1329.

Prawirohatmojo, 990. “Sari Hasil Penelitian Bambu”, Penerbit Dani.

Provis, J.L, and Van Deventer, J.S.J, 2009,

Activating Solution Chemistry For Geopolymers, Geopolymers: Structures, Processing, Properties and Industrial Applications

, Woodhead

Publishing, Abingdon UK, hal. 50-71.

Putra, Andre K, 2014,

Kuat Tarik Belah Beton Geopolymer Berbasis Abu Terbang

(

Fly Ash

),

Jurnal Sipil Statik, vol 2 no 7 hal. 330-336.

SNI 03-1974-1990, 1990, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.

Sumajouw, M.D.J., Dapas, S. O., 2013,

Elemen Struktur Beton Bertulang Geopolymer

, Penerbit

ANDI, Yogyakarta.

Sutanto, E., & Hartono, B., 2005,

Penelitian beton geopolymer dengan fly ash untuk beton struktural

. TA No : 15111415/SIP/2005. Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Petra

Surabaya.

Tjokrodimuljo, K., 1992,

Teknologi Beton

, Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil,

Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Wijaya, R., & Wijaya, T., 2007,

Karakteristik Beton Geopolymer Segar

. TA No :

11011534/SIP/2007. Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Gambar

Gambar IV.26. Diagram Alir Mix Design Beton Geopolymer
Tabel 1. Hasil perbandingan momen lentur maksimal pengujian dan momen lentur analisis pada plat beton  (60 cm x 60 cm x 8 cm)
Tabel 2. Hasil perbandingan momen lentur maksimal pengujian dan momen lentur analisis pada plat beton normal (60 cm x 60 cm x 8 cm)

Referensi

Dokumen terkait

dapat lebih ditingkatkan karena produk yang dihasilkan ini adalah sebagai.. produk

 Melakukan browsing dengan menuliskan URL, menggunakan menu, hyperlink dengan memanfaatkan fitur-fitur yang ada di Web-Browser secara tepat sesuai kebutuhan.

Penelitian ini berjudul Analisis Pola Persebaran Demam Berdarah Dengue di Kota Yogyakarta Tahun 2008. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui pola

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap tentang penyakit menular seksual, dan motivasi dari bidan dengan kesediaan melakukan tes prevention

Based on the AMMI analysis, environmental factors being important in determining the stability of the starch yield were soil density for subsoil, pH of topsoil, and the maximum

Sumber data dari data primer adalah diperoleh melelui hasil kuesioner sedangkan sumber data dari data sekunder berupa buku, laporan penelitian, maupun literatur -literatur lain yang

guaranteed portion of the relevant debt and Bank Indonesia. will inform the ECGD of the amounts subsequently

Hasil penelitian dari instrumen penelitian berupa skala L-MMPI dan Taylor Mannifest Anxiety Scale yang kemudian diuji dengan uji beda Chi-Square menunjukkan terdapat