• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komposisi Vegetasi Mangrove di Pesisir Pantai Kota Waisai, Kabupaten Raja Ampat T2 422012105 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komposisi Vegetasi Mangrove di Pesisir Pantai Kota Waisai, Kabupaten Raja Ampat T2 422012105 BAB I"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.

Pengantar

A.

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar

yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang

sekitar 81.000, sehingga Negara kita memiliki potensi

sumber daya wilayah pesisir laut yang besar (Bengen

2001).

Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya

alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi

kehidupan komunitas di dalamnnya. Selain itu

ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai

sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral,

energi, kawasan rekreasi dan parawisata. Hal ini

menunjukkan bahwa ekosistem pesisir dan laut

merupakan aset yang tak ternilai harganya di masa

yang akan datang (Irawan 2005).

Ekosistem pesisir dan laut meliputi estuaria,

hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang,

ekosistem pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil.

Komponen-komponen yang menyusun ekosistem

pesisir dan laut tersebut perlu dijaga dan dilestarikan

karena menyimpan sumber keanekaragaman hayati

dan plasma nutfah (Irawan 2005)

Daerah pantai atau pesisir dan estuaria terdapat

(2)

2

Pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut.

Sedangkan estuaria adalah bentuk teluk di pantai yang

sebagian tertutup, di mana air tawar dan air laut

bertemu dan bercampur (Nybakken 1992).

Hutan mangrove mempunyai fungsi ekologi yang

penting, seperti peredam gelombang dan angin,

pelindung pantai dari abrasi, penahan lumpur dan

penangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air,

sebagai daerah asuhan dan tempat mencari makan

serta merupakan tempat pemijahan bermacam-macam

biota perairan, sebagai penyubur perairan karena

menghasilkan detritus dari serah daun yang diuraikan

oleh bakteri menjadi zat hara (Bengen, 2001a). Selain

itu produk dari mangrove dapat dihasilkan baik secara

langsung ataupun tidak langsung sebagai kayu bakar,

bahan bangunan, keperluan rumah tangga, bahan

kertas, bahan tekstil, alat perikanan, pupuk pertanian

dan obat-obatan (Noor dkk. 1999).

Berdasarkan hasil survei dan analisis citra

digital, luas ekosistem mangrove di kepulauan Raja

Ampat adalah ±27.180 hektare. Ekosistem mangrove

yang cukup luas terdapat di wilayah pantai Waigeo

Barat, Waigeo Selatan, Teluk Mayalibit, Pantai Batanta,

pantai timur Pulau Salawati, dan pantai utara dan

pantai timur Pulau Missol. Ekosistem mangrove ini di

(3)

3

Sonneratiaceae. Pulau Misool merupakan pulau yang memiliki sebaran mangrove terbesar, kemudian diikuti

oleh pulau Waigeo, Salawati dan Batanta. Pulau Kofiau

merupakan kawasan yang memiliki sebaran mangrove

yang lebih sedikit dibandingkan dengan pulau-pulau

lainnya (DKP-KRA Pemerintah Kabupaten Raja Ampat,

2006).

Ekosistem mangrove di Kabupaten Raja Ampat

menunjukkan kondisi yang masih baik. Berdasarkan

hasil survei dan analisis citra digital, luas mangrove di

Kepulauan Raja Ampat adalah ± 27.180 hektare.

Sedangkan luas sebaran mangrove untuk

masing-masing pulau besar yang ada di wilayah Kabupaten

Raja Ampat adalah sebagai berikut: (1) Pulau Waigeo

6.843 hektare, (2) Pulau Batanta 785 hektare, (3) Pulau

Kofiau 279 hektare, (4) Pulau Misool 8.093 hektare, (5)

Pulau Salawati 4.258 hektare. Pada ekosistem

mangrove juga di temukan beberapa jenis biota yang

dikelompokkan ke dalam krustacea dan moluska yang

memiliki nilai ekonomis penting (DKP-KRA Pemerintah

Kabupaten Raja Ampat, 2006).

Selain itu mangrove di kawasan Raja Ampat

dimanfaatkan oleh masyarakat secara tradisional

sebagai mata pencaharian keluarga, yaitu menangkap

ikan, udang dan mencari kepiting. Selain itu mangrove

(4)

4

bangunan dan sumber obat-obatan tradisional.

Sebagian besar penduduk di Kepulauan Raja Ampat

juga telah mengenal pemanfaatan buah mangrove dari

jenis Bruguiera gymnorrhiza sebagai bahan untuk

membuat makanan tradisional. Pengolahan buah

mangrove ini telah dilakukan oleh ibu-ibu kelompok

PKK di Kampung Dorehkar. Buah Bruguiera diolah

melalui teknik pengolahan yang khusus sehingga

menjadi bahan tepung. Bahan tepung inilah yang

digunakan untuk membuat berbagai macam penganan

tradisional. Kegiatan pemanfaatan ini masih belum

dilakukan dalam skala komersial. Masyarakat pada

umumnya masih memanfaatkan buah mangrove ini

terbatas untuk konsumsi rumah tangga (DKP-KRA

Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, 2006).

Secara umum Mangrove yang ada di lokasi

penelitian yaitu di Pulau Waigeo selatan terdapat 11

jenis mangrove yaitu A. ebracteatus, B. gymnorrhiza, B. sexangula, C. tagal, H. littoralis, N. fruticans, R. apiculata, R. mucronata, S.alba, X granatum dan X.moluccensis yang termasuk dalam 6 famili mangrove

sejati dengan kerapatan pohon rata-rata 244

batang/ha. Jenis yang dominan di kawasan ini adalah

(5)

5

H. Litoralis dan X. Moluccensis (DKP-KRA Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, 2006).

Menurut Sadik (2008), dalam hasil penelitian

telah ditemukan 7 jenis Mangrove dari 3 famili di lokasi

penelitian Kampung Waisai Distrik Waigeo Selatan

Kabupaten Raja Ampat. Jenis yang paling banyak

ditemukan adalah dari famili Rhizophoraceae yaitu

Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorhiza dan Bruguiera cylindrica. Kemudian diikuti dari famili Sonneratiaceae yaitu Sonneratia alba dan Sonneratia caseolaris. Selanjutnya jenis yang paling sedikit ditemukan adalah dari famili Meliaceae yaitu

Xylocarpus sp.

Melihat pentingnya mengetahui jumlah jenis

vegetasi mangrove dari tahun demi tahun semakin

berkurang maka kami akan meneliti komposisi spesies

vegetasi mangrove yang ada di satu kelurahan Waigeo

Selatan yaitu di Kelurahan Warmasem Kota Waisai

Kabupaten Raja Ampat.

Dari wacana diatas yang menjadi fokus permasalahan

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana keragaman vegetasi mangrove di pesisir

pantai di Kelurahan Warmasem Kota Waisai

Kabupaten Raja Ampat?

2. Bagaimana struktur vegetasi mangrove yang terdiri

(6)

6

penting di pesisir pantai di Kelurahan Warmasem

Kota Waisai Kabupaten Raja Ampat?

B.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas

tujuan penelitian ini adalah:

1.Untuk mengetahui keragaman vegetasi mangrove di

Kelurahan Warmasem Kota Waisai Kota Kabupaten

Raja Ampat.

2.Untuk mengetahui struktur vegetasi mangrove yang

terdiri tingkat kerapatan, dominansi, Indeks Nilai

Penting dan Indeks keragaman di pesisir pantai di

Kelurahan Warmasem Kota Waisai Kabupaten Raja

Ampat.

C.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber

referensi dan informasi tentang keragaman vegetasi

mangrove yang ada di Kelurahan Warmasem Kota

Waisai Kabupaten Raja Ampat dan sebagai bahan

masukan bagi pengambil kebijakan dalam perencanaan

dan pengelolaan sumberdaya wilayah Pesisir Pantai

Referensi

Dokumen terkait

Postur punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan dan leher tersebut tidak perlu dilakukan oleh responden 1 jika posisi timbangan sejajar dengan mata

Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat produktivitas yang fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan sehingga memerlukan usaha peningkatan produktivitas

7. Pengalaman Perusahaan Pada Pekerjaan Yang Sejenis dan Setara a) Kontrak/SPK dengan nilai kontrak tertinggi (Asli dan Rekaman) b) Bukti Laporan PPN Kontrak (Asli dan

Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Industri Pengrajin Anyaman Bambu Di Desa Gintangan Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi;

pengertian dari …. Konflik yang diikuti tindakan kekerasan sering terjadi ketika polisi pamongpraja menangani masalah penggusuran pedagang kaki lima yang berjualan di atas

Judul penelitian ini adalah ” Analisis Faktor yang Dipertimbangkan Para Pelanggan Dalam Mengambil Keputusan Menggunakan Jasa Warnet Di Wilayah Universitas Jember (Studi

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Dengan kegiatan Social Mapping dan Social Engineering dalam pengembangan panas bumi akan dapat terpetakan kondisis sosial dari Wilayah Kerja Panas Bumi yang