• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

x

INTISARI

Bagi petugas medis, peningkatan jumlah operasi sesar seharusnya menjadi hal yang mengkhawatirkan sebab kemungkinan risiko yang dialami pasien juga besar. Salah satu risiko operasi sesar yaitu infeksi, dapat dicegah dengan pemberian terapi antibiotika profilaksis yang tepat.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih. Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif-evaluatif. Data diperoleh dari kartu rekam medik pasien yang disimpan di RS Panti Rapih.

Presentase operasi sesar pada bulan Januari-Desember 2007 berkisar antara 31,82-45,13%. Tipe operasi sesar berdasarkan jumlah operasi sesar yang pernah dilakukan yaitu operasi sesar primer (81,40%) dan operasi sesar ulangan (18,60%). Tipe operasi sesar berdasarkan alasan dilakukannya operasi yaitu operasi sesar elektif (53,49%) dengan indikasi paling banyak disproporsi kepala panggul (23,53%); dan operasi sesar emergency (46,51%) dengan indikasi paling banyak induksi gagal (25,00%). Karakteristik pasien yang menjalani operasi sesar yaitu sebesar 53,48% berusia 20-29 tahun; sebesar 58,14% menjalani kehamilan yang pertama; sebanyak 69,77% belum pernah melahirkan sebelumnya; dan sebanyak 86,05% belum pernah mengalami aborsi. Antibiotika profilaksis yang paling banyak digunakan yaitu berupa seftriakson 2 gram (81,40%) dan rute pemberian yang paling banyak digunakan adalah intravena (86%). Drug related ploblems yang muncul pada penggunaan antibiotika profilaksis yaitu 8 kasus terapi obat tidak diperlukan, 5 kasus salah obat; 12 kasus dosis terlalu rendah, dan 41 kasus efek samping obat.

(2)

xi

ABSTRACT

For medical people, the increasing number of cesarean section is an attractive event because the section has a big risks that should be considered. Infection, one kind of the risks, can be prevented by an appropriate use of prophylaxis antibiotics.

The goal of this study is to evaluate the use of prophylaxis antibiotics in patients who undergo cesarean section on August and September 2007 in Panti Rapih hospital. This study is included in non-experimental with descriptive-evaluative design experimental. Data are collected from patient ’s medical records that have been stored by Panti Rapih hospital.

Percentage of cesarean section which occur on Januari-Desember 2007 is range from 31,82-45,13%. The type of cesarean section based on cesarean section that has been done before are primer cesarean section (81,40%) and re-cesarean section (18,60%). The type of cesarean section based on the reasons to do the section are elective cesarean section (53,49%) with the most common indication is cephalopelvic disproportion (23,53%); and emergency cesarean section (46,51%) with the most common indication is failed induction (25,00%). Patient’s characteristics are 20-29 years old (53,48%); have their first pregnant (58,14%); 69,77% never have partus history before; and 86,05% never have abortion history. The most common use of prophylaxis antibiotics is 2 gram ceftriaxone (81,40%) and the most common route administration is intravena (86%). Drug related problems which occur in the use of prophylaxis antibiotics are 8 cases unnecessary drug therapy, 5 cases wrong drug; 12 cases dose too low, and 41 cases adverse drug reaction.

(3)

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA PASIEN YANG MENJALANI OPERASI SESAR

PADA BULAN AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2007 DI RS PANTI RAPIH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Eunike Sefti Arisandy NIM : 048114136

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

ii

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA PASIEN YANG MENJALANI OPERASI SESAR

PADA BULAN AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2007 DI RS PANTI RAPIH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Eunike Sefti Arisandy NIM : 048114136

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

v

PERSEMBAHAN

One night I dr eamed a dr eam.

I was walking along t he beach wit h my Lor d. Acr oss t he dar k sky f lashed scenes f r om my lif e. For each scene, I not iced t wo set s of f oot pr int s in t he sand,

one belong t o me and one t o my Lor d. When t he last scene of my lif e shot bef or e me,

I looked back at t he f oot pr int s in t he sand. Ther e was only one set of f oot pr int s.

I r ealized t hat t his was t he lowest and t he saddest t imes of my lif e. This always bot her ed me and I quest ioned t he Lor d about my dilemma.

‘Lor d, You t old me when I decided t o f ollow, You would walk and t alk wit h me all t he way.

But I ' m awar e t hat dur ing t he most t r oublesome t imes of my lif e, t her e is only one set of f oot pr int s.

I j ust don' t under st and why, when I need You most , You leave me.’ He whisper ed, ‘My pr ecious child, I love you and will never leave you

never , ever , dur ing your t r ials and t est ings. When you saw only one set of f oot pr int s,

it was t hen t hat I car r ied you.’

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Eunike Sefti Arisandy

Nomor Mahasiswa : 048114136

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA PASIEN YANG MENJALANI OPERASI SESAR PADA BULAN AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2007 DI RS PANTI RAPIH

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 31 Maret 2008 Yang menyatakan

(9)

vi

PRAKATA

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis pada Pasien yang Menjalani Operasi Sesar pada Bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih” dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M. Kes. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing, memberikan kritik dan saran selama penyusunan proposal penelitian, pelaksanaan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. dan Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji yang bersedia untuk memberikan masukan yang berguna demi peningkatan hasil karya tulis ini.

(10)

vii

5. Segenap dewan direksi RS Panti Rapih yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk dapat melakukan penelitian di RS Panti Rapih.

6. Segenap petugas bagian rekam medik RS Panti Rapih yang telah banyak membantu dalam proses pengambilan data.

7. Ibu Lin dan Bapak Rustamadji yang telah mendukung dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

8. Papa dan Mama atas doa dan semangat yang diberikan. 9. Adikku, Linda, atas dukungan yang diberikan.

10.Yusak dan Rahel atas doa, cinta, semangat, keceriaan, kebersamaan dan pengorbanan yang diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan baik.

11.Keluarga Lydia Inawati yang mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

12.Sahabat-sahabatku, Chika, Novi, Lala, Apri, Sinta atas semangat, doa, keceriaan dan kebersamaan. Semoga persahabatan kita akan terus berlanjut selamanya.

13.Teman-teman KKN angkatan XXXIV kelompok Dukuh Turi yang telah memberikan banyak ”pelajaran kehidupan” yang tak ternilai harganya.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang juga telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

(11)

viii

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta,

(12)

ix

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Februari 2008 Penulis,

(13)

x

INTISARI

Bagi petugas medis, peningkatan jumlah operasi sesar seharusnya menjadi hal yang mengkhawatirkan sebab kemungkinan risiko yang dialami pasien juga besar. Salah satu risiko operasi sesar yaitu infeksi, dapat dicegah dengan pemberian terapi antibiotika profilaksis yang tepat.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih. Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif-evaluatif. Data diperoleh dari kartu rekam medik pasien yang disimpan di RS Panti Rapih.

Presentase operasi sesar pada bulan Januari-Desember 2007 berkisar antara 31,82-45,13%. Tipe operasi sesar berdasarkan jumlah operasi sesar yang pernah dilakukan yaitu operasi sesar primer (81,40%) dan operasi sesar ulangan (18,60%). Tipe operasi sesar berdasarkan alasan dilakukannya operasi yaitu operasi sesar elektif (53,49%) dengan indikasi paling banyak disproporsi kepala panggul (23,53%); dan operasi sesar emergency (46,51%) dengan indikasi paling banyak induksi gagal (25,00%). Karakteristik pasien yang menjalani operasi sesar yaitu sebesar 53,48% berusia 20-29 tahun; sebesar 58,14% menjalani kehamilan yang pertama; sebanyak 69,77% belum pernah melahirkan sebelumnya; dan sebanyak 86,05% belum pernah mengalami aborsi. Antibiotika profilaksis yang paling banyak digunakan yaitu berupa seftriakson 2 gram (81,40%) dan rute pemberian yang paling banyak digunakan adalah intravena (86%). Drug related ploblems yang muncul pada penggunaan antibiotika profilaksis yaitu 8 kasus terapi obat tidak diperlukan, 5 kasus salah obat; 12 kasus dosis terlalu rendah, dan 41 kasus efek samping obat.

(14)

xi

ABSTRACT

For medical people, the increasing number of cesarean section is an attractive event because the section has a big risks that should be considered. Infection, one kind of the risks, can be prevented by an appropriate use of prophylaxis antibiotics.

The goal of this study is to evaluate the use of prophylaxis antibiotics in patients who undergo cesarean section on August and September 2007 in Panti Rapih hospital. This study is included in non-experimental with descriptive-evaluative design experimental. Data are collected from patient ’s medical records that have been stored by Panti Rapih hospital.

Percentage of cesarean section which occur on Januari-Desember 2007 is range from 31,82-45,13%. The type of cesarean section based on cesarean section that has been done before are primer cesarean section (81,40%) and re-cesarean section (18,60%). The type of cesarean section based on the reasons to do the section are elective cesarean section (53,49%) with the most common indication is cephalopelvic disproportion (23,53%); and emergency cesarean section (46,51%) with the most common indication is failed induction (25,00%). Patient’s characteristics are 20-29 years old (53,48%); have their first pregnant (58,14%); 69,77% never have partus history before; and 86,05% never have abortion history. The most common use of prophylaxis antibiotics is 2 gram ceftriaxone (81,40%) and the most common route administration is intravena (86%). Drug related problems which occur in the use of prophylaxis antibiotics are 8 cases unnecessary drug therapy, 5 cases wrong drug; 12 cases dose too low, and 41 cases adverse drug reaction.

(15)

xii

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

INTISARI... x

ABSTRACT... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 3

2. Keaslian karya ... 3

3. Manfaat penelitian... 4

(16)

xiii

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Operasi Sesar... 6

1. Definisi operasi sesar ... 6

2. Tipe-tipe operasi sesar ... 6

3. Indikasi operasi sesar ... 8

4. Risiko operasi sesar... 8

B. Infeksi... 9

1. Definisi infeksi... 9

2. Infeksi paska operasi... 9

3. Faktor risiko infeksi ... 10

C. Antibiotika ... 12

1. Definisi antibiotika... 12

2. Prinsip penggunaan antibiotika ... 12

D. Antibiotika Profilaksis ... 14

1. Definisi antibiotika profilaksis... 14

2. Prinsip pemberian antibiotika profilaksis pada pasien operasi sesar... 14

3. Antibiotika profilaksis pilihan ... 15

E. Drug Related Problems (DRPs)... 17

F. Keterangan Empiris ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 20

(17)

xiv

C. Subyek Uji... 22

D. Bahan Penelitian ... 23

E. Jalannya Penelitian... 23

F. Analisis Data ... 24

G. Kesulitan yang Dialami dan Pemecahan Masalah... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelayanan Operasi Sesar yang Dilakukan di RS Panti Rapih Tahun 2007 ... 26

B. Karakteristik Operasi Sesar... 27

1. Tipe operasi sesar berdasarkan alasan dilakukannya operasi ... 27

2. Tipe operasi sesar berdasarkan jumlah operasi sesar yang pernah dilakukan... 28

3. Indikasi operasi sesar elektif ... 29

4. Indikasi operasi sesar emergency ... 30

C. Karakteristik Pasien yang Menjalani Operasi Sesar ... 31

1. Usia pasien... 31

2. Riwayat kehamilan pasien ... 33

3. Riwayat melahirkan pasien... 33

4. Riwayat aborsi pasien ... 34

D. Pola Penggunaan Antibiotika Profilaksis Untuk Operasi Sesar ... 35

(18)

xv

2. Rute pemberian antibiotika profilaksis di RS Panti Rapih

pada bulan Agustus dan September 2007 ... 36

E. Drug Related Problems Saat Penggunaan Antibiotika Profilaksis.... 37

1. Evaluasi drug related problems... 37

2. Kasus DRPs yang terjadi pada pasien yang melakukan operasi sesar di RS Panti Rapih pada bulan Agustus dan September 2007... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 47

B. Saran... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 51

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel I. Penggunaan antibiotika di masa kehamilan menurut Wattimena,

Sugiarto, Widianto, Sukandar, Soemardji, Setiadi (1990)... 13 Tabel II. Kategori dan penyebab munculnya DRPs menurut Cipolle,

Strand, dan Morley (2004) ... 18 Tabel III. Total pelayanan persalinan di RS Panti Rapih tahun 2007... 26 Tabel IV. Persentase jumlah operasi sesar di RS Panti Rapih tahun 2007... 27 Tabel V. Indikasi operasi sesar elektif pada bulan Agustus dan September

2007 di RS Panti Rapih... 29 Tabel VI. Indikasi operasi sesar emergency pada bulan Agustus dan

September 2007 di RS Panti Rapih... 30 Tabel VII. Variasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang

menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September

2007 di RS Panti Rapih... 35 Tabel VIII. Rute pemberian antibiotika profilaksis yang digunakan pasien

yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September

2007 di RS Panti Rapih... 36 Tabel IX. Kasus terapi obat yang tidak diperlukan pasien yang menjalani

operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS

Panti Rapih ……… 38

Tabel X. Kasus salah obat pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan

(20)

xvii

Tabel XI. Kasus dosis terlalu rendah pasien yang menjalani operasi sesar

pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih……. 40 Tabel XII. Kasus efek samping obat pasien yang menjalani operasi sesar

pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih …… 41 Tabel XIII. Kasus pasien dengan nomor RM 154872 (DRP efek samping

obat)……… 42

Tabel XIV. Kasus pasien dengan nomor RM 060314 (DRPs salah obat dan

efek samping obat)………. 43

Tabel XV. Kasus pasien dengan nomor RM 487481 (DRPs dosis terlalu

rendah dan efek samping obat)………... 44 Tabel XVI. Kasus pasien dengan nomor RM 144015 (DRPs tidak perlu

terapi obat dan efek samping obat)………... 45 Tabel XVII. Kasus pasien dengan nomor RM 165550 (DRPs tidak perlu

antibiotika profilaksis, perpanjangan penggunaan antibiotika

(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Hal. Gambar 1. Tipe operasi sesar berdasarkan alasan dilakukannya operasi

pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih... 28 Gambar 2. Tipe operasi sesar berdasarkan jumlah operasi sesar yang

pernah dilakukan sebelumnya oleh pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS

Panti Rapih... 28 Gambar 3. Usia pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus

dan September 2007 di RS Panti Rapih... 32 Gambar 4. Riwayat kehamilan pasien yang menjalani operasi sesar pada

bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih... 33 Gambar 5. Riwayat melahirkan pasien yang menjalani operasi sesar pada

bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih... 34 Gambar 6. Riwayat aborsi pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan

(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Hal. Lampiran 1. Data pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus

(23)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu kesehatan semakin pesat, salah satu kemajuan dalam bidang obstetrik dan ginekologi yaitu kemajuan dalam teknik operasi sesar yang semakin memudahkan persalinan. Operasi sesar sejauh ini telah banyak membantu menyelamatkan nyawa ibu dan bayi. Operasi sesar perlu dilakukan apabila risiko melahirkan secara normal terlalu besar bagi ibu dan bayi serta ada indikasi medis yang mendukung seperti bobot bayi yang akan dilahirkan terlalu besar, bayi depresi saat akan dilahirkan, atau selang waktu antar pembukaan awal hingga kelahiran terlalu lama. Sekarang ini, banyak pasien yang meminta agar dapat melahirkan melalui operasi sesar. Alasan yang melandasi keputusan pasien untuk melahirkan melalui sesar di antaranya yaitu kekhawatiran akan rasa sakit yang akan dialami apabila melahirkan secara normal, kekhawatiran akan dilakukannya tindakan episiotomy, dan bahkan untuk memilih hari kelahiran calon anak.

(24)

dan 2006, di RSUPN Cipto Mangunkusumo terdapat 25-30 pasien operasi sesar di antara 100 orang yang menjalani proses persalinan (Iis Sinsin, 2005 cit Indriarti, 2007). Di RS Panti Rapih angka melahirkan melalui operasi sesar pada tahun 2006 meningkat 24,97% dari tahun 2001. Bagi petugas medis, peningkatan jumlah operasi sesar seharusnya menjadi hal yang mengkhawatirkan sebab kemungkinan risiko ya ng mungkin timbul akan semakin meningkat seiring bertambahnya angka kejadian operasi sesar.

Salah satu risiko operasi sesar yang dapat dialami pasien yaitu terjadinya infeksi paska operasi sesar. Infeksi paska operasi sesar dapat berupa endometritis, infeksi luka operasi, dan sepsis. Infeksi dapat terjadi sebab terjadi pembedahan pada bagian perut dan dinding rahim yang dapat menyebabkan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh pasien. Selain itu lemahnya kondisi pasien paska operasi dapat menyebabkan bertumbuhnya bakteri patogen yang sebenarnya merupakan flora normal tubuh.

(25)

penggunaan antibiotika profilaksis pada kondisi yang khusus yaitu adanya kehamilan maka dilakukan penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis pada Pasien yang Menjalani Operasi Sesar pada Bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

1. Permasalahan

a. Berapakah besar kejadian operasi sesar dibandingkan total proses persalinan yang dilakukan Januari-Desember tahun 2007?

b. Bagaimana karakteristik operasi sesar yang berlangsung pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih?

c. Bagaimana karakteristik pasien yang menjalani operasi sesar yang berlangsung pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih? d. Seperti apa pola penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang

menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih dilihat dari variasi penggunaan antibiotika profilaksis dan cara pemberian antibiotika profilaksis?

e. Apa saja Drug Related Problems (DRPs) yang muncul saat penggunaan antibiotika profilaksis?

2. Keaslian karya

(26)

Instalasi Rawat Inap RS. Panti Rapih Yogyakarta periode Januari-Juni 2002 dan Dewi (2007) tentang Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Memberikan gambaran mengenai penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk melaksanakan terapi antibiotika profilaksis yang lebih efektif dan efisien pada operasi sesar.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi deskriptif mengenai penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui berapa besar kejadian operasi sesar dibandingkan total proses persalinan yang dilakukan Januari-Desember tahun 2007.

(27)

c. Mengetahui karakteristik pasien yang menjalani operasi sesar yang berlangsung pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih. d. Mengetahui pola penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang

menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih dilihat dari variasi penggunaan antibiotika profilaksis dan cara pemberian antibiotika profilaksis.

(28)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Operasi Sesar 1. Definisi operasi sesar

Operasi sesar atau seksio cesarea didefinisikan sebagai suatu proses penghantaran bayi, plasenta dan membran (setelah 28 minggu) melalui pemotongan atau pembedahan pada perut dan dinding rahim (Benson, 1980).

Di Amerika, angka melahirkan melalui operasi sesar elektif atau yang telah direncanakan sebelumnya meningkat 36% dari tahun 2001 hingga 2003 (Moninger, 2007). Sepanjang tahun 2005 dan 2006, terdapat 25-30 pasien operasi sesar di antara 100 orang yang menjalani proses persalinan di RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta (Sinsin, 2005 cit Indriarti, 2007).

2. Tipe -tipe operasi sesar

(29)

penanganan secepatnya agar nyawa ibu dan bayi dapat terselamatkan. Pasien yang menjalani operasi sesar emergency sebenarnya memiliki kesempatan untuk melahirkan secara normal dengan atau tanpa bantuan induksi, vakum, atau forceps, tetapi pada proses persalinan mengalami kesulitan yang mengharuskan menjalani operasi sesar sebagai metode pengakhiran persalinan. Salah satu alasan yang mendasari keputusan sesar yaitu untuk menyelamatkan nyawa pasien dan bayi (Benson, 1980).

(30)

3. Indikasi operasi sesar

Operasi sesar dilakukan bila ada indikasi medis, di antaranya: ari-ari menutup jalan lahir (plasenta previa); preeklampsia-eklampsia; bayi berukuran besar, umumnya punya berat lebih dari 4,2 kg (macrosomia); detak jantung janin melambat (fetal distress); proses persalinan normal berlangsung lama sehingga terjadi kelelahan persalinan atau terjadi kegagalan persalinan normal (dystosia); kegagalan persalinan dengan induksi; letak bayi melintang atau sungsang; proporsi panggul ibu dengan kepala bayi yang tidak pas sehingga dikhawatirkan persalinan terhambat (cephalo pelvic disproportion/ CPD); kepala bayi lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus); ibu hamil menderita herpes genital, hipertensi, dan AIDS; tali pusar bayi putus (Anonim, 2007a).

4. Risiko operasi sesar

a. Pasien yang menjalani operasi sesar mendapat 3 sampai 5 lapisan jahitan yang apabila penyembuhannya tidak sempurna dapat terinfeksi kuman. Kemungkinan infeksi luka akibat operasi sesar lebih besar dari luka persalinan normal.

b. Perdarahan masif pada operasi sesar dua kali lipat lebih banyak dibandingkan persalinan normal.

c. Bekuan darah di kaki, organ-organ dalam panggul hingga paru-paru. d. Kematian langsung karena operasi sesar amat jarang (sekitar 7 dalam 100.000 persalinan), tetapi risikonya empat kali lebih tinggi daripada persalinan biasa.

(31)

B. Infeksi 1. Definisi infeksi

Infeksi merupakan interaksi antara mikroorganisme dengan pejamu rentan yang terjadi melalui kode transmisi kuman. Cara transmisi mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airborne, dan dengan kontak langsung (Anonim, 2007b).

2. Infeksi paska operasi sesar

Adanya infeksi paska operasi sesar dapat dinilai dari tanda-tanda klinis yang berupa suhu tubuh di atas 38oC dan meningkatnya angka leukosit.

(32)

Selain itu dapat juga terjadi infeksi pada luka operasi. Tanda-tanda klinis luka operasi sesar yang mulai terinfeksi adalah terjadinya pembengkakan dan warna kemerahan pada bekas jahitan yang disebut dengan infiltrat, muncul rasa sakit di daerah jahitan, bekas jahitan operasi sesar terbuka dan bernanah (Hasuki, 2008).

Kemungkinan infeksi lainnya paska operasi adalah terjadinya sepsis. Sepsis adalah masuknya mikroorganisme ke dalam aliran darah, dapat menyebar ke organ lain dan menimbulkan infeksi di tempat yang baru. Sepsis merupakan salah satu infeksi yang mungkin terjadi pada pasien maupun bayi yang dilahirkan pasien. Sepsis dapat terjadi pada pasien apabila kejadian yang mungkin berisiko menimbulkan sepsis tidak segera ditangani, contohnya ketuban pecah dini. Selain pada pasien, sepsis juga dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan pasien. Sepsis pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena terpapar mikroorganisme yang sebelumnya menginfeksi pasien dan karena penggunaan antibiotika profilaksis yang terlalu dini (DeCherney dan Pernoll, 1994).

3. Faktor risiko infeksi

Faktor risiko yang berpengaruh pada kemungkinan terjadinya infeksi. a. Diabetes mellitus

(33)

b. Penyakit kronis

Tuberkulosis, infeksi pada serviks ataupun vaginitis dan sebagainya, sangat memungkinkan mikroorganisme yang ada untuk sewaktu-waktu menjalar ke bagian tubuh lain dan berkembang biak di tempat baru. Sewaktu ada perlukaan operasi sesar, proses penyembuhannya dapat terganggu karena adanya infeksi bakteri, kuman, virus ataupun jamur.

c. Anemia

Selama kehamilan dan saat melahirkan, ibu dengan hemoglobin (Hb) di bawah 8 g/dl sangat mudah terserang infeksi, karena berdasarkan penelitian, pasien yang kadar hemoglobinnya kurang dari 10 g/dl memiliki kadar leukosit yang rendah. Dengan begitu infeksi dapat mudah terjadi, terlebih ketika terjadi perlukaan pada bagian tubuh pasien. Padahal, pasien yang memiliki hemoglobin rendah, sewaktu melahirkan kadar hemoglobinnya dapat semakin rendah karena adanya postpartum hemorrhage.

d. Ketuban pecah dini (KPD)

Ditandai dengan keluarnya cairan dari vagina yang baunya amat khas. Ketuban pecah dini memungkinkan masuknya bakteri ke jalan lahir yang telah terbuka dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan juga bayi di dalam rahim. e. Persalinan lama

(34)

f. Ketidaksterilan

Hal penting dalam operasi sesar adalah kondisi steril dari peralatan yang digunakan, tim dokter yang menangani, para asisten dokter, dan ruangan bersalin. Infeksi tidak hanya dapat terjadi di bekas luka sesar, tetapi dapat meluas hingga ke organ vital lainnya, seperti otak, paru-paru, hati, jantung.

g. Gizi yang seimbang

Dengan mencukupi kebutuhan gizi pasien dengan baik maka imunitas akan meningkat sehingga tidak akan mudah terinfeksi.

(Hasuki, 2008)

C. Antibiotika 1. Definisi antibiotika

Antibiotika ialah zat atau senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya (Anonim, 2000). Selain dari makhluk hidup, antibiotika dapat dibuat secara sintesis.

2. Prinsip penggunaan antibiotika

Prinsip penggunaan antibiotika didasarkan pada 2 pertimbangan, yaitu: a. penyebab infeksi

(35)

didasarkan pada jenis mikroorganisme yang biasanya menginfeksi bagian-bagian tubuh.

b. faktor pasien

Faktor yang perlu dipertimbangkan pada pemilihan antibiotika yaitu usia, wanita hamil atau menyusui, alergi, fungsi ginjal, fungsi hati. Hal ini berpengaruh pada jenis dan dosis antibiotika yang akan digunakan.

(Anonim, 2000)

Tabel I. Penggunaan antibiotika di masa kehamilan menurut Wattimena, Sugiarto, Widianto, Sukandar, Soemardji, Setiadi (1990)

Antibiotika Embrio

1-3 bulan

Per fetal

4-9 bulan

Minggu terakhir

kehamilan

Akibat terhadap bayi di dalam kandungan

Ampisilin + + +

Eritromisin + + +

Gentamisin ± - - Gangguan pendengaran

Kanamisin ± - - Gangguan pendengaran

Kloramfenikol ± ± - Agranulasitosis, sindrom bayi kelabu

(36)

D. Antibiotika Profilaksis 1. Definisi antibiotika profilaksis

Antibiotika profilaksis yaitu antibiotika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi baik sebelum maupun sesaat setelah terpapar mikroorganisme patogen tetapi belum menunjukan manifestasi infeksi. Penggunaan antibiotika profilaksis dalam operasi melibatkan pertimbangan risiko dan keuntungan. Untuk mencegah infeksi pada luka bekas operasi, antibiotika harus diberikan dalam waktu sebelum 2 jam dari waktu operasi. Antibiotika harus dihentikan setelah 24 jam setelah prosedur operasi (Anonim, 2000).

2. Prinsip pemberian antibiotika profilaksis pada pasien operasi sesar

a. Digunakan pada pasien yang memiliki risiko infeksi tinggi. Kategori pasien yang risiko infeksinya tinggi yaitu mengalami ketuban pecah dini atau waktu persalinannya lama, menjalani persalinan percobaan dan gagal menjalani persalinan dengan bantuan forceps.

b. Antibiotika diberikan apabila pasien termasuk pasien high risk dan menjalani operasi sesar emergency (Kanji dan Devlin, 2005).

c. Aktivitas antibiotika harus disesuaikan dengan kemungkinan terbesar mikroorganisme patogen yang mengkontaminasi luka atau lokasi operasi (educated guess).

(37)

e. Pada prosedur operasi yang berlangsung selama 3 jam atau kurang, dosis antibiotika profilaksis tunggal biasanya sudah cukup. Prosedur yang berlangsung lebih dari 3 jam membutuhkan tambahan dosis efektif.

(Barnas, 2000)

3. Antibiotika profilaksis pilihan

Pemilihan antibiotika profilaksis untuk operasi sesar sebaiknya memenuhi syarat berikut, yaitu: berupa sediaan parenteral, sesuai dengan mikroorganisme yang kemungkinan besar menginfeksi, kadar antibiotika profilaksis serta waktu penggunaannya harus dapat mencegah terjadinya infeksi saat pelaksanaan operasi. Selain itu, antibiotika yang dipilih hendaknya tidak memiliki efek yang tidak diinginkan terhadap bayi yang ada dalam kandungan.

Pencegahan infeksi pada operasi obstetric and gynaecology: a. Operasi sesar

Dosis tunggal sefuroksim IV diberikan setelah tali pusat dipotong.

Dapat digantikan dengan klindamisin IV jika ada riwayat alergi terhadap penisilin atau sefalosporin.

b. Histerektomi

Dosis tunggal sefuroksim IV ditambah metronidasol IV atau gentamisin IV ditambah metronidasol IV atau ko-amoksoklav tunggal.

c. Pengakhiran kehamilan

(38)

Dosis tunggal antibotika profilaksis sudah cukup dan efektif dari 3 kali pemberian dosis atau pemberian hingga 24 jam setelah operasi dalam pencegahan infeksi. Jika prosedur operasi berlangsung lebih dari 6 jam atau terjadi kehilangan darah 1500 ml atau lebih, diperlukan pemberian dosis kedua untuk menjaga kecukupan kadar antibiotika selama prosedur (Anonim, 2003).

Sefazolin 1-2 gram secara intravena dan ampisilin 1 gram secara intravena merupakan antibiotika profilaksis yang dapat digunakan pada operasi sesar (McEvoy dkk, 2003). Selain itu, penggunaan seftriakson 1-2 gram secara intravena dosis tunggal terbukti memiliki keefektifan yang tidak berbeda bermakna dengan penggunaan ampisilin 1 gram multidosis secara intravena (Ahmed, Gerais, Adam, 2004).

Sefazolin 1-2 g sebagai antibiotika profilaksis dapat digantikan dengan metronidasol atau klindamisin. Penggunaan gentamisin dapat diberikan pada pasien dengan alergi ß-laktam.

(39)

E. Drug Related Problems (DRPs)

Pengertian drug related problems yaitu kejadian-kejadian yang tidak diinginkan yang dialami pasien yang diduga atau terlibat dalam terapi obat yang menginginkan tercapainya tujuan terapi. Drug related problems merupakan sebuah konsekuensi dari kebutuhan akan obat yang tidak tercapai (Cipolle, Strand, Morley, 2004).

Salah satu tugas dan tanggung jawab farmasis dalam melakukan pelayanan kefarmasian yaitu melakukan identifikasi, mengatasi dan mencegah terjadinya drug related problems. Untuk dapat mengidentifikasi, mengatasi, dan mencegah drug related problems, farmasis harus dapat memahami bagaimana pasien dengan drug related problems ada dalam komunitas klinis. Drug related problems selalu memiliki 3 komponen utama.

1. Kejadian atau risiko yang tidak diinginkan yang dialami pasien. Masalah dapat berupa komplain medis, tanda, simptom, diagnosis, penyakit, ketidakmampuan, nilai laboratorium yang tidak normal, atau sindrom.

2. Terapi obat (produk dan atau aturan dosis) yang dilakukan.

3. Hubungan yang terjadi (atau diduga) antara kejadian pada pasien yang tidak diinginkan dan terapi obat. Hubungan dapat berupa:

a. konsekuensi terapi obat, hubungan langsung atau hubungan sebab akibat, atau

(40)

Drug related problems tidak dapat dicegah atau diatasi jika penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Penting untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan tidak hanya drug related problem, tetapi juga penyebab yang biasanya muncul. Tabel II merupakan rangkuman dari penyebab yang umumnya menimbulkan drug related problems (Cipolle, Strand, Morley, 2004).

Tabel II. Kategori dan penyebab munculnya DRPs menurut Cipolle, Strand, dan Morley (2004)

Drug related problems Penyebab munculnya DRPs Terapi obat yang tidak

diperlukan

(unnecessary drug therapy)

a.Tidak ada indikasi yang tepat untuk terapi obat yang dilakukan.

b.Mengkonsumsi multiple drugs pada kondisi yang cukup memerlukan terapi

single drug.

c. Kondisi pasien lebih tepat diobati dengan terapi non farmakologis.

d.Terapi obat digunakan untuk mengobati efek samping yang dapat dicegah

yang berkaitan dengan pengobatan lainnya.

e.Penyalahgunaan obat, penggunaan obat, atau merokok yang menjadi

penyebabnya. Memerlukan terapi obat

tambahan

(need additional drug therapy)

a.Kondisi medis memerlukan inisiasi terapi obat.

b.Terapi obat pencegahan diperlukan untuk mengurangi resiko perkembangan

kondisi yang baru.

c.Kondisi medis memerlukan farmakoterapi tambahan untuk menghasilkan

sinergisme atau efek tambahan. Salah obat

(wrong drug)

a.Obat yang digunakan bukan yang paling efektif.

b.Kondisi medisnya sulit untuk dikontrol lewat terapi obat.

c.Bentuk sediaan obat tidak tepat.

d.Obat tidak efektif untuk indikasi yang muncul.

Dosis terlalu rendah (dose too low)

a.Dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang diinginkan.

b.Interval dosis terlalu jauh untuk dapat menghasilkan respon yang diinginkan.

c.Interaksi obat mengurangi jumlah obat yang aktif.

d.Durasi terapi obat terlalu singkat untuk menghasilkan respon yang diinginkan.

Efek samping obat (adverse drug reaction)

a.Obat menghasilkan reaksi yang tidak diinginkan tetapi tidak tergantung pada

besar dosis.

b.Obat yang lebih aman diperlukan karena adanya faktor risiko.

c.Interaksi obat menyebabkan munculnya reaksi yang tidak diinginkan tetapi

tidak tergantung pada besar dosis.

d.Aturan dosis diberikan atau diganti terlalu cepat.

e.Obat menyebabkan reaksi alergi.

f. Obat dikontraindikasikan karena faktor risiko.

Dosis terlalu tinggi (dose too high)

a.Dosis terlalu tinggi.

b.Frekuensi pemberian obat terlalu sering.

c.Durasi pemakaian obat terlalu lama.

d.Interaksi obat yang terjadi menghasilkan reaksi toksik obat.

Ketidakpatuhan pasien (uncompliance)

a.Pasien tidak paham instruksi yang diberikan.

b.Pasien memilih untuk tidak meminum obat.

c.Pasien lupa meminum obat.

d.Obat terlalu mahal untuk pasien.

e.Pasien tidak dapat menelan atau menggunakan sendiri obat yang dipilihkan.

(41)

F. Keterangan Empiris

(42)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis pada Pasien yang Menjalani Operasi Sesar Pada Bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih” termasuk dalam jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif-evaluatif. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan dan mengevaluasi suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta. Hasil penelitian ditekankan pada penggambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki.

B. Definisi Operasional

1. Pasien adalah wanita yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih, usia kehamilan di atas 38 minggu, menggunakan antibiotika profilaksis, memiliki data laboratorium paska operasi yang mencantumkan nilai leukosit.

2. Operasi ialah operasi sesar yang berlangsung pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

(43)

sebelum operasi lebih rendah dari nilai rujukan, dan pasien yang tidak memiliki nilai laboratorium sebelum operasi.

4. Anemia pada wanita hamil ditandai dengan rendahnya nilai hemoglobin yaitu di bawah 11,0 g/dl.

5. Antibiotika profilaksis yang dimaksud yaitu antibiotika yang digunakan sebelum operasi sesar sampai 24 jam setelah operasi sesar yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi yang biasanya terjadi paska operasi.

6. Antibiotika terapi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu antibiotika yang digunakan pada keadaan di mana ada tanda-tanda infeksi paska operasi seperti meningkatnya angka leukosit, suhu tubuh di atas 38oC, subinvolusi urteri, uterus le mbek dan nyeri tekan, lokia berbau, terjadinya infiltrat, muncul rasa sakit di daerah jahitan, luka bernanah dan terlihat basah.

7. Drug Related Problems (DRPs) yaitu masalah-masalah yang timbul sehubungan dengan pemberian antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

8. Terapi obat yang tidak perlu yaitu DRP yang terjadi jika pasien yang menjalani operasi sesar tidak memiliki indikasi yang mendukung penggunaan antibiotika profilaksis sebelum, saat, dan/ atau setelah operasi sesar berlangsung.

(44)

antibiotika profilaksis yang sudah diterima pasien yang bertujuan untuk menangani kemungkinan infeksi.

10.Salah obat yaitu DRP yang terjadi jika pemilihan jenis antibiotika dan rute pemberian antibiotika profilaksis yang digunakan pasien tidak sesuai dengan disarankan untuk digunakan pada literatur pembanding.

11.Dosis terlalu rendah yaitu DRP yang terjadi jika kadar antibiotika antibiotika profilaksis jaringan kurang mencukupi kebutuhan saat operasi sesar berlangsung.

12.Efek samping obat yaitu DRP yang terjadi jika ada interaksi antara antibiotika profilaksis yang digunakan dengan obat-obat lain yang diterima pasien dan kemungkinan kejadian sepsis pada bayi akibat penggunaan antibiotika profilaksis yang terlalu awal.

13.Dosis terlalu tinggi yaitu DRP yang terjadi jika dosis antibiotika profilaksis yang diberikan ke pasien dosisnya terlalu tinggi.

14.Ketidakpatuhan pasien yaitu DRP yang terjadi jika pasien menolak penggunaan antibiotika profilaksis.

C. Subyek Uji

(45)

2007, ada 49 orang yang tidak termasuk kriteria inklusi, jadi hanya ada 43 orang yang menjadi subyek uji.

D. Bahan Penelitian

Bahan dari penelitian ini adalah data yang terdapat dalam kartu rekam medik pasien yang berisi nomor rekam medik, nama pasien, umur, usia kehamilan, tanggal operasi, jam operasi, indikasi operasi, jenis tindakan operasi, data laboratorium sebelum dan sesudah operasi, riwayat pengobatan yang diterima, pemeriksaan fisik pasien seperti tekanan darah, nadi, dan suhu badan.

E. Jalannya Penelitian 1. Persiapan

Pada tahap ini, dilakukan pembuatan proposal dan surat ijin untuk dapat melakukan penelitian di RS Panti Rapih.

2. Orientasi

(46)

yaitu data yang tercatat dalam kartu rekam medik berupa identitas pasien, pemeriksaan fisik, data laboratorium dan riwayat pengobatan.

3. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan pencatatan ulang semua kartu rekam medik yang menjadi subyek uji penelitian. Penulisan ulang ini dimaksudkan untuk memudahkan pengelolaan data sehingga tidak perlu lagi mencari kartu rekam medik di rumah sakit, yang dapat mengganggu kegiatan di rumah sakit.

4. Pengolahan data dan pembuatan laporan

Pada tahap ini dilakukan pengelompokan data menurut kriteria- kriteria sehingga data dapat disajikan sesuai harapan yaitu mudah dibaca dan mempresentasikan hal yang sebenarnya. Dan pada tahap pembuatan laporan, penyusunan laporan didasarkan pada data yang telah diolah sehingga dapat dibuat suatu karya ilmiah yang memberikan manfaat.

F. Analisis Data

(47)

G. Kesulitan yang Dialami dan Pemecahan Masalah

1. Waktu efektif pengambilan data sangat singkat (3,5 jam). Pemecahan masalahnya yaitu membuat blangko yang berisi tabel-tabel data sehingga pengambilan data lebih teratur dan cepat.

(48)

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Operasi Sesar yang Dilakukan di RS Panti Rapih Tahun 2007 Tabel III. Total pelayanan persalinan di RS Panti Rapih tahun 2007

Jumlah Pasien

Keterangan: SC = seksio cesarea

(49)

Tabel IV. Persentase jumlah operasi sesar di RS Panti Rapih tahun 2007

Dari tabel IV didapatkan hasil bahwa operasi sesar yang terjadi tahun 2007 berkisar antara 31,82-45,13%. Ini berarti terdapat 32-45 pasien operasi sesar dari 100 pasien yang menjalani proses persalinan. Besarnya persentase operasi sesar yang berlangsung pada Januari-Desember 2007 di RS Panti Rapih lebih tinggi dari persentase operasi sesar yang berlangsung di RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta sepanjang tahun 2005-2006.

B. Karakteristik Operasi Sesar

1. Tipe operasi sesar berdasarkan alasan dilakukannya operasi

Tipe operasi sesar dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan alasan dilakukannya operasi. Ada tipe operasi sesar elektif dan operasi emergency.

(50)

Tipe Operasi Caesar

53,49% 46,51%

Elektif

Emergency

Gambar 1. Tipe operasi sesar berdasarkan alasan dilakukannya operasi pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

2. Tipe operasi sesar berdasarkan jumlah operasi sesar yang pernah dilakukan

Tipe Operasi Caesar

18,60%

81,40%

Primer

Ulangan

Gambar 2. Tipe operasi sesar berdasarkan jumlah operasi sesar yang pernah dilakukan sebelumnya oleh pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007di RS Panti Rapih pada

Pada gambar 2 terlihat bahwa sebanyak 81,40% pasien menjalani operasi sesar untuk yang pertama kalinya dan sebanyak 18,60% pasien pernah menjalani operasi sesar sebelumnya.

(51)

persalinan percobaan berhasil melahirkan normal setelah dokter ahli kebidanan melakukan promosi terhadap VBAC (DeCherney dan Pernoll, 1994).

Apabila pasien sebelumnya sudah pernah melakukan operasi sesar sebanyak 2 kali, pada persalinan berikutnya harus dilakukan operasi sesar lagi sebab terlalu besar risiko robeknya rahim. Kemungkian melahirkan secara normal hanya 1-2%. Bedah sesar umumnya dibatasi sampai tiga kali. Semakin sering dibedah, semakin terjadi banyak perlekatan yang terjadi di dalam tubuh. Akibatnya, ada risiko memotong kandung kemih atau organ lain.

3. Indikasi operasi sesar elektif

Tabel V. Indikasi operasi sesar elektif pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Indikasi Jumlah Presentase (%)

Mini laparotomy on women (MOW) 2 5,88

Preklampsia ringan 1 2,94

Disproporsi kepala panggul 8 23,53

Letak lintang 1 2,94

Riwayat obstetri jelek 1 2,94

TOTAL 34 99,98

(52)

maka perlu dilakukan penetapan waktu yang tepat untuk melakukan operasi sesar elektif. Penetapan waktu operasi yang dimaksud yaitu menetapkan tanggal operasi dengan mempertimbangkan maturitas janin. Tabel V menunjukkan indikasi yang paling banyak pada operasi sesar elektif yaitu disproporsi kepala panggul (DKP). Adanya ketidakseimbangan antara besar kepala bayi dengan panggul dapat diidentifikasi dengan melakukan pemeriksaan vagina maupun menjalankan persalinan percobaan. Jika bayi belum dapat dilahirkan melalui vagina maka diperlukan operasi sesar (DeCherney dan Pernoll, 1994). Persalinan percobaan sudah jarang dilakukan karena sering muncul tanda-tanda fetal distress sebelum persalinan percobaan ini terselesaikan. Berdasarkan lembar keperawatan, dijelaskan kepada pasien tentang program dokter untuk melakukan persalinan percobaan sebelum dilakukannya operasi sesar, tetapi kebanyakan pasien dengan indikasi disproporsi kepala panggul menolak rencana tersebut dan meminta untuk dilakukan operasi sesar.

4. Indikasi operasi sesar emergency

Tabel VI. Indikasi operasi sesar emergency pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Indikasi Jumlah Presentase (%)

Operasi sesar ulangan 2 5,55

Preeklampsia berat 1 2,78

Partus macet 4 11,11

Ketuban pecah dini 8 22,22

Fetal distress 2 5,55

Serotinus 6 16,67

Disproporsi kepala panggul 2 5,55

Panggul asimetris 1 2,78

Induksi gagal 9 25,00

Preeklampsia ringan 1 2,78

(53)

Pada awalnya pasien diperkirakan dapat menjalani persalinan per vaginam, tetapi terdapat penyulit saat menjalankan persalinan per vaginam yang menyebabkan persalinan tidak dapat dilanjutkan sehingga dipilih operasi sesar untuk mengakhiri persalinan. Perbedaan dengan operasi sesar elektif yaitu pasien telah atau sedang mengalami kontraksi persalinan.

Dari tabel VI dapat dilihat bahwa indikasi yang paling banyak pada operasi sesar emergency yaitu induksi yang dilakukan gagal. Induksi persalinan adalah pencetusan persalinan buatan. Induksi persalinan biasanya menggunakan oksitosin, yaitu suatu hormon yang menyebabkan kontraksi rahim menjadi lebih kuat. Jika induksi tidak menyebabkan kemajuan dalam persalinan, maka dilakukan operasi sesar untuk mengakhiri persalinan agar bayi dapat terselamatkan.

C. Karakteristik Pasien yang Menjalani Operasi Sesar 1. Usia pasien

Pasien yang menjalani operasi sesar di RS Panti Rapih pada bulan Agustus dan September 2007 usianya berkisar antara 20-40 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil 53,48% pasien berusia 20-29 tahun; 39,53% pasien berusia 30-34 tahun; 6,98% pasien berusia 35-40 tahun.

(54)

Usia pasien

53,48% 39,53%

6,98% 20-29 tahun

30-34 tahun

35-40 tahun

Gambar 3. Usia pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007di RS Panti Rapih

Sebesar 53,48% pasien berada pada usia 20-29 tahun. Pada usia ini laju morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi adalah yang paling rendah. Usia di bawah atau di atas itu memiliki risiko yang lebih besar (Pernoll, 2001).

(55)

2. Riwayat kehamilan pasien

Riwayat kehamilan

27,91% 58,14%

2,33%

11,63% Kehamilan I

Kehamilan II

Kehamilan III Kehamilan IV

Gambar 4. Riwayat kehamilan pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Dari data yang telah dihimpun, sebanyak 58,14% pasien menjalani kehamilan untuk yang pertama kalinya. Sebesar 27,91% pasien menjalani kehamilan yang kedua; 11,63% pasien menjalani kehamilan yang ketiga; dan 2,33% pasien menjalani kehamilan keempat.

3. Riwayat melahirkan pasien

Berdasarkan data yang diperoleh, didapat hasil 69,77% pasien belum pernah melahirkan; 23,26% pasien pernah melahirkan 1 kali sebelum kehamilan kali ini; dan sebesar 6,98% pasien sudah 2 kali melahirkan sebelum kehamilan sekarang ini. Apabila telah memiliki riwayat melahirkan lebih dari 5 kali maka risiko uterine inertia, postpartum hemorrhage, placenta previa, dan abruptio placenta mulai meningkat hampir secara eksponensial. Pasien yang memiliki riwayat melahirkan kurang dari 5 kali tidak termasuk pasien high risk.

(56)

Riwayat melahirkan

69,77% 23,26%

6,98% Belum pernah

1 kali 2 kali

Gambar 5. Riwayat melahirkan pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

4. Riwayat aborsi pasien

Masyarakat cenderung mengartikan aborsi sebagai tindakan untuk menggugurkan kehamilan yang dilakukan atas permintaan pasien. Dalam istilah medis, aborsi dapat dikategorikan menjadi aborsi spontan dan aborsi terinduksi yang terdiri dari aborsi terinduksi obat serta aborsi elektif. Aborsi spontan ialah pengakhiran kehamilan di mana usia kandungan di bawah 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram yang diakibatkan trauma yang kebetulan atau sebab alami. Aborsi terinduksi yaitu pengakhiran kehamilan yang diakibatkan campur tangan manusia.

Sebanyak 86,05% pasien belum pernah mengalami kejadian aborsi sebelumnya; 11,63% pasien pernah mengalami 1 kali aborsi; dan sebesar 2,33% pasien sudah pernah 3 kali mengalami aborsi.

(57)

Riwayat aborsi

Gambar 6. Riwayat aborsi pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Pasien dengan riwayat aborsi 3 kali atau lebih termasuk dalam kategori pasien high risk. Pasien tersebut memiliki risiko yang lebih besar seperti:

1. luka pada rahim,

2. pertumbuhan pada janin terganggu apabila plasenta tumbuh di bekas luka, 3. kontraksi rahim yang tidak normal karena adanya luka,

4. kualitas rahim menurun (tidak dapat ditempeli plasenta).

D. Pola Penggunaan Antibiotika Profilaksis Untuk Operasi Sesar 1. Variasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani

operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih Tabel VII. Variasi penggunaan antibiotika profilaksis pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan

Agustus dan September 2007di RS Panti Rapih

Jumlah Persentase (%)

Tunggal

Seftriakson 1 g 1 2,33

Seftriakson 2 g 35 81,40

Kombinasi

Amoksisilin 500mg + Seftriakson 2 g 2 4,65

Kotrimoksasol 960 mg+ Seftriakson 2 g 5 11,63

(58)

Dari tabel VII terlihat penggunaan antibiotika profilaksis yang paling banyak yaitu seftriakson 2 gram sebesar 81,40%. Penggunaan antibiotika tunggal lainnya yaitu seftriakson 1 gram sebesar 2,33%. Selain penggunaan antibiotika profilaksis tunggal, digunakan juga kombinasi antibiotika profilaksis. Penggunaan kombinasi antibiotika profilaksis berupa amoksisilin 500 mg dengan seftriakson 2g sebesar 4,65% dan penggunaan kotrimoksasol 960 mg dengan seft riakson 2g sebesar 2,33%.

2. Rute pemberian antibiotika profilaksis di RS Panti Rapih pada bulan

Agustus dan September 2007

Tabel VIII. Rute pemberian antibiotika profilaksis yang digunakan pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Rute pemberian Jumlah Persentase (%)

Intravena (IV) 43 86,0

Oral (PO) 7 14,0

TOTAL 50 100

(59)

E. Drug Related Problems Saat Penggunaan Antibiotika Profilaksis

Cara mengevaluasi penggunaan antibiotika profilaksis dalam penelitian ini yaitu dengan cara menganalisis drug related problems (DRPs) yang terjadi saat pasien mendapat antibiotika profilaksis.

1. Evaluasi drug related problems

Dari evaluasi yang dilakukan terdapat 4 macam DRPs yaitu terapi obat tidak diperlukan, salah obat, dosis terlalu rendah, dan efek samping obat. Berikut adalah drug related problems yang terjadi dalam penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

a. Terapi obat tidak diperlukan

(60)

Tabel IX. Kasus terapi obat yang tidak diperlukan pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Jumlah kasus Problem Penilaian Rekomendasi

4 kasus 144015 159979 559584 584755

Pemberian seftriakson 2g sebagai antibiotika profilaksis.

Tidak ada indikasi penggunaan antibiotika profilaksis.

Antibiotika profilaksis tidak perlu diberikan dengan syarat semua peralatan operasi dan ruang operasi dalam keadaan steril serta tim operator menjaga keadaan tetap steril.

2 kasus 472651 581827

Perpanjangan penggunaan antibiotika profilaksis.

Tidak ada peningkatan angka leukosit.

Penggunaan antibiotika perlu dihentikan.

2 kasus

Tidak ada indikasi penggunaan antibiotika profilaksis serta perpanjangan penggunaan antibiotika profilaksis.

Pada kasus yang sama antibiotika profilaksis tidak perlu digunakan dan perlu penghentian perpanjangan penggunaan antibiotika profilaksis.

Dari evaluasi yang dilakukan, terdapat 4 kasus pemberian seftriakson 2 g sebagai antibiotika profilaksis. Pasien-pasien tersebut tidak memiliki indikasi penggunaan antibiotika profilaksis sebab tidak termasuk dalam kriteria yang perlu mendapat antibiotika profilaksis karena tidak mengalami anemia, tidak menjalani operasi sesar emergency, dan tidak termasuk pasien high risk. Pihak dokter mungkin mempertimbangkan hal lain ketika memberikan antibiotika profilaksis kepada pasien, yang mungkin tidak dituliskan dalam kartu rekam medik.

(61)

strain mikroba yang resisten dan munculnya efek samping obat serta superinfeksi mikroba lain.

b. Salah obat

Tabel X. Kasus salah obat pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Dari evaluasi yang telah dilakukan, terdapat 5 kasus pemberian kotrimoksasol 960 mg sebagai antibiotika profilaksis yang dimasukkan dalam DRP salah obat. Pemilihan antibiotika profilaksis perlu mempertimbangkan faktor keamanan penggunaan pada ibu hamil (pregnancy risk factor). Penggunaan antibiotika profilaksis dapat berpengaruh terhadap bayi yang dikandung. Faktor keamanan penggunaan kotrimoksasol pada kehamilan ialah C atau D (pada kehamilan cukup bulan). Faktor keamanan penggunaan C pada kehamilan berarti studi pada hewan menunjukkan efek yang tidak diinginkan pada janin dan tidak ada studi terkontrol pada wanita, atau studi pada hewan uji maupun wanita belum ada. Faktor keamanan penggunaan D pada kehamilan berarti terdapat risiko pada janin manusia tetapi keuntungan penggunaan pada wanita hamil dapat diterima meski berisiko (bila obat diperlukan pada keadaan yang mengancam keselamatan atau pada sakit yang serius di mana obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif). Penggunaan kotrimoksasol pada kehamilan sukup bulan dapat menyebabkan kernikterus pada bayi baru lahir. Penggunaan kotrimoksasol

Jumlah kasus

Problem Penilaian Rekomendasi

5 kasus 960 mg sebagai antibiotika profilaksis.

Kotrimoksasol kontraindikasi

pada kehamilan dan laktasi

Menggunakan antibiotika

lain yang tidak

(62)

kontraindikasi pada kehamilan dan masa laktasi. Pihak dokter mungkin mempertimbangkan kondisi pasien yang tidak tertulis dalam rekam medik yang mendasari penggunaan kotrimoksasol sebagai antibiotika profilaksis.

c. Dosis terlalu rendah

Tabel XI. Kasus dosis terlalu rendah pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Jumlah kasus Problem Penilaian Rekomendasi

10 kasus 2g secara intravena.

Waktu pemberian terlalu awal (lebih dari 2 jam).

Waktu pemberian saat pemotongan tali pusat sampai paling lama 2 jam sebelum operasi. dengan operasi lebih dari 1 jam

Pemberian antara 30menit - 1jam sebelum operasi.

Evaluasi DRP dosis terlalu rendah pada penggunaan antibiotika profilaksis dalam penelitian ini perlu melihat antara antibiotika profilaksis yang digunakan, bentuk sediaan antibiotika profilaksis tersebut, waktu penggunaan antibiotika profilaksis, waktu optimum pemberian antibiotika profilaksis, dan waktu pelaksanaan prosedur operasi. Penggunaan antibiotika profilaksis yang melebihi waktu pemberian optimal menyebabkan kadar antibiotika dalam jaringan tidak dapat mencukupi kebutuhan saat operasi. Akibatnya pasien tidak mendapat perlindungan dari infeksi bakteri yang mungkin terjadi saat operasi.

(63)

kasus pemberian amoksisilin oral yang jarak waktu pemberiannya lebih dari 1 jam. Golongan aminopenisilin oral bila digunakan sebagai profilaksis, diberikan 30 menit sampai 1 jam sebelum operasi untuk mendapat konsentrasi yang cukup dalam jaringan.

d. Efek samping obat

Pada tabel XII dapat dilihat sebanyak 41 kasus yang berkaitan dengan pemberian antibiotika profilaksis yang dapat terdistribusi ke bayi melalui plasenta.

Tabel XII. Kasus efek samping obat pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Jumlah kasus Problem Penilaian Rekomendasi

41 kasus terdistribusi ke bayi melewati plasenta.

Berpotensial menimbulkan sepsis terhadap bayi.

Antibiotika profilaksis diberikan secara intravena dan pada saat pemotongan tali pusat atau saat sayatan pertama dibuat.

Tidak seperti drug related problem lain yang telah dijelaskan sebelumnya, efek samping obat yang teridentifikasi merupakan drug related problem yang sifatnya potensial. Sebenarnya efek samping obat yang berupa sepsis pada bayi belum terjadi tetapi berpotensial untuk dapat terjadi.

(64)

mencegah infeksi, bayi juga seminimal mungkin kontak dengan antibiotika sehingga menurunkan kemungkinan terjadinya sepsis.

2. Kasus DRPs yang terjadi pada pasien yang melakukan operasi sesar pada

bulan Agustus dan September di RS Panti Rapih

Dari 43 subyek uji yang diteliti, 41 subyek uji mengalami DRPs yang berkaitan dengan penggunaan antibiotika profilaksis. Penjelasan DPRs yang terjadi pada pasien dapat dilihat pada tabel XIII-XVII.

Tabel XIII. Kasus pasien dengan nomor RM 154872 (DRP efek samping obat)

Subyektif:

Umur : 31 tahun BB: 60,5 kg

Usia kehamilan: 38-39 minggu

Obyektif:

Tanggal operasi: 27 Agustus Jam operasi: 10.00-10.50

Indikasi: ketuban pecah dini, operasi sesar ulangan Penggolongan tindakan: elektif

Kehamilan : ke- 2 Riwayat melahirkan: 1 kali

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan 27 Agustus 28 Agustus Nilai rujukan

Hemoglobin 13,0 11,8 12,0 – 16,5

Leukosit 8,9 14,4 4,0 – 11,0

Hematokrit 39,0 36,3 37,0 – 47,0

Riwayat pengobatan:

No Nama obat, dosis, frekuensi 27 Agustus 28 Agustus 29 Agustus 1 Ceftriaxone 2 g IV 9.10

7 Metilergometrin 3x1 18

8 Asam mefenamat 3x1 18

9 Moloco B12 oral 3x1 18

Analisis:

Pasien memerlukan antibiotika profilaksis karena mengalami ketuban pecah dini. Pasien mendapatkan antibiotika profilaksis berupa ceftriax one 2 g IV 50 menit sebelum operasi. Pemberian seftriakson tidak saat sayatan pertama dibuat atau setelah pemotongan tali pusat dapat berpengaruh terhadap flora normal bayi baru lahir dan dapat menyebabkan sepsis.

Rekomendasi:

Antibiotika profilaksis yang berupa seftriakson intravena sebaiknya diberikan saat sayatan pertama dibuat atau setelah pemotongan tali pusat. Selain pasien mendapat kadar antibiotika yang diperlukan, kemungkinan terjadinya sepsis juga dapat dihindarkan.

(65)

Tabel XIV. Kasus pasien dengan nomor RM 060314 (DRPs salah obat dan efek samping obat)

Subyektif:

Umur: 31 tahun Berat badan (BB): 70 kg Usia kehamilan: 40-41 minggu Kehamilan ke- 2

Pernah 1 kali mengalami aborsi.

Obyektif:

Tanggal operasi: 2 Agustus Jam operasi: 08.15

Penggolongan tindakan: emergency

Indikasi: Ketuban pecah dini, induksi gagal Pemeriksaan Laboratorium

Riwayat pengobatan

Dilihat dari tipe operasinya yaitu operasi sesar emergency maka pasien memerlukan antibiotika

profilaksis untuk mencegah kemungkinan infeksi. Pasien mendapat sanprima F dan ceftriaxone 2 g sebagai antibiotika profilaksis. Penggunaan sanprima F (kotrimoksasol) sebagai antibiotika profilaksis merupakan DRP salah obat karena kotrimoksasol dikontraindikasikan pada kehamilan. Faktor keamanan penggunaan kotrimoksasol pada kehamilan yaitu C atau D (pada kehamilan cukup bulan). Penggunaan kotrimoksasol pada kehamilan cukup bulan dapat menyebabkan kernikterus pada bayi baru lahir. Selain itu penggunaan kotrimoksasol pada hari kedua dan ketiga setelah melahirkan dapat masuk ke ASI atau dikontraindikasikan pada masa laktasi.

Penggunaan antibiotika profilaksis yang tidak berupa injeksi parenteral dan tidak saat sayatan pertama dibuat atau setelah pemotongan tali pusat dapat menyebabkan antibiotika terdistristribusi ke bayi melalui plasenta yang memungkinkan terjadinya sepsis pada bayi. DRP ini bersifat potensial dan termasuk DRP efek samping obat.

Rekomendasi:

Kotrimoksasol sebagai antibiotika profilaksis perlu diganti dengan antibiotika lain seperti ampisilin atau sefazolin. Bila tidak diperlukan kombinasi antibiotika maka sebaiknya menggunakan antibiotika tunggal. Kemungkinan sepsis yang mungkin terjadi perlu dipantau dengan melihat hasil laboratorium bayi, dan untuk meminimalkan risiko sepsis maka penggunaan antibiotika profilaksis sebaiknya berupa injeksi intravena saat sayatan pertama atau setelah pemotongan tali pusat.

DRPs yang sama terjadi pada kasus nomor RM 196389, 350815, 391515, dan 544643.

Pemeriksaan 3 Agustus Nilai rujukan Hemoglobin 11,8 12.0 – 16.5

Leukosit 21,0 4.0 – 11.0

(66)

Tabel XV. Kasus pasien dengan nomor RM 487481 (DRPs dosis terlalu rendah dan efek samping obat)

Subyektif:

Umur: 31 tahun BB: 50 kg TB: 150 cm

Usia kehamilan: 38 minggu

Obyektif:

Tanggal operasi: 8 September Jam operasi: 20.00-21.00

Indikasi: partus macet, ketuban pecah dini

Penggolongan tindakan: emergency

Kehamilan ke-2 Pernah melahirkan 1 kali Pemeriksaan laboratorium:

Pemeriksaan 8 Agustus 10 Agustus Nilai rujukan

Hemoglobin 12,0 11,5 12,0 – 16,5

Leukosit 9,1 13,3 4,0 – 11,0

Hematokrit 36,0 33,6 37,0 – 47,0

Riwayat penggunaan obat:

No Nama obat, dosis, frekuensi 8 September 9 September 10 September 11 September

1 Ceftriaxone 2x2 g IV 5 20 9.30

8 Profenid suppositoria 2 tube 16

9 Ceftriaxone 2 g 19.10

Pasien memerlukan antibiotika profilaksis sebab menjalani operasi sesar emergency dan mengalami

ketuban pecah dini. Pasien mendapat kombinasi antibiotika berupa amoxicilin 500 mg dan ceftriaxone 2 g. Penggunaan antibiotika profilaksis amoxicilin 500 mg 6 jam sebelum operasi menyebabkan rendahnya kadar amoksisilin saat operasi.

Penggunaan antibiotika profilaksis amoxicilin 500 mg melalui rute per oral dan ceftriaxone 2 g intravena tidak setelah pemotongan tali pusat atau saat sayatan pertama dibuat dapat menyebabkan efek samping obat pada bayi yaitu sepsis.

Rekomendasi:

Penggunaan amoksisilin oral sebagai profilaksis perlu diberikan maksimal 1 jam sebelum operasi untuk menjamin cukupnya kadar antibiotika dalam jaringan. Untuk mengurangi kemungkinan efek samping obat dan dosis terlalu rendah maka amoxicilin perlu diberikan dalam bentuk injeksi dan diberikan saat sayatan pertama dibuat atau setelah pemotongan tali pusat.

(67)

Tabel XVI. Kasus pasien dengan no RM 144015

(DRPs tidak perlu terapi obat dan efek samping obat)

Subyektif:

Usia: 27 tahun BB/TB: 65 kg/ 156 cm Usia kehamilan: 39-40 minggu Kehamilan ke : 1

Obyektif:

Tanggal operasi : 8 Agustus 2007 Jam operasi : 7.50 WIB – 8.50 WIB Indikasi partus: bayi tabung, anak berharga Penggolongan tindakan : elektif

Data laboratorium

Pemeriksaan 7 Agustus 9 Agustus Nilai rujukan

Hemoglobin 12,8 11,3 12,0 – 16,5

Leukosit 11,2 13,4 4,0 – 11,0

Hematokrit 38,5 34,1 37,0 – 47,0

Riwayat pengobatan:

No Nama obat, dosis, frekuensi 7 September 8 September 9 September 10 September

1 Kalmethason 2 ampul IV 21

2 Ceftriax one 2 g IV IV 6

3 Ceftriax one 2x1 g IV 20 8 20 8

4 Vitamin C 1000 mg IV 13 8

5 Kalnex 500 mg/ 6 jam 2x sehari IV 8.30 14.30 20.30

6 Profenid suppositoria 2x1 tube 16 11.30

7 Syntocinon 1 ampul/ hari 14.15

Pasien memiliki nilai laboratorium jumlah leukosit pra operasi (7 September) yang lebih tinggi dari normal. Menurut

Pernol (2001) pasien yang menjalani masa kehamilan dapat meningkat nilai leukositnya hingga 12.000/ µl. Karena nilai

leukosit pasien masih di bawah 12.000/ µl maka dikategorikan dalam kondisi normal. Pasien seharusnya tidak perlu

mendapatkan antibiotika profilaksis sebab tidak memiliki risiko infeksi yang tinggi dan tidak termasuk pasien high risk.

Dalam kasus ini pasien mendapat antibiotika profilaksis berupa ceftriaxone 2 g intravena pada pukul 06.00. Kondisi pasien yang sebenarnya tidak memerlukan pemberian antibiotika profilaksis tetapi pada kenyataannya mendapatkan antibiotika profilaksis, digolongkan pada DRP terapi obat tidak diperlukan.

Penggunaan antibiotika profilaksis tidak saat sayatan pertama dibuat atau setelah pemotongan tali pusat dapat mempengaruhi flora normal pada bayi baru lahir yang dapat berpotensi menimbulkan sepsis.

Rekomendasi

Saran yang dapat diberikan yaitu setiap pasien yang hendak melakukan operasi sesar perlu dipastikan kebutuhan akan antibiotika profilaksis. Apabila pasien tidak memerlukan antibiotika profilaksis, operator perlu memastikan operasi berjalan baik dan semua alat dan ruang yang digunakan dalam keadaan steril sehingga pasien tidak terkena infeksi. Kemungkinan terjadinya sepsis perlu dipantau dengan melihat hasil laboratorium bayi. Untuk mencegah kemungkinan sepsis, maka pada operasi sesar selanjutnya pemberian antibiotika profilaksis hendaknya diberikan saat sayatan pertama dibuat atau setelah tali pusat dipotong.

Gambar

Tabel XI. Kasus dosis terlalu rendah pasien yang menjalani operasi sesar
Gambar 1. Tipe operasi sesar berdasarkan alasan dilakukannya operasi
Tabel I.  Penggunaan antibiotika di masa kehamilan menurut Wattimena, Sugiarto, Widianto, Sukandar,
Tabel II. Kategori dan penyebab munculnya DRPs menurut Cipolle, Strand, dan Morley (2004)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila hingga waktu 30 (tiga puluh) hari yang ditentukan Mitra Usaha /Pembeli tidak melakukan pembayaran apa pun, maka Mitra Usaha /Pembeli akan dengan suka

Sistem yang dibangun terdiri dari handphone dengan fasilitas Bluetooth sebagai pengendali, handphone dengan fasilitas Bluetooth sebagai penerima yang terhubung dengan sebuah PC

Dengan penyesuaian antara frekuensi pasangan huruf yang sering keluar dalam suatu bahasa dengan pasangan huruf yang sering keluar dalam hasil enkripsi, kemungkinan besar

Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah, maka dalam rangka penertiban bagi setiap orang atau

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa para responden telah melakukan prosedur auditing yang wajar dan memenuhi kriteria yang telah

Dengan model pembelajaran yang berbeda dapat meningkatkan semangat belajar siswa serta sebagai sarana untuk meningkatkan hasil proses belajar mengajar pada mata

Masih terdapatnya kesenjangan sementara tercapainya pemerataan kesejahteraan ekonomi dan sosial baik bagi masyarakat umum merupakan tujuan umum perseroan maupun koperasi

Produk pengganti yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah produk yang mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau kualitas yang lebih baik daripada